BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN 1. … › bitstream › 123456789 › 422...yang...

25
7 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN 1. Gerakan a. Pengertian Gerakan Henry A. Landsberger (1981:24-25), mengartikan istilah gerakan sebagai suatu reaksi kolektif terhadap kedudukan yang rendah. Reaksi itu disebabkan karena tindakan yang kurang adil. Kedudukan status sosial, ekonomi dan politik berpengaruh terhadap suatu gerakan. Robert Hill dalam Nanik Rahayu (2008:20), gerakan selalu berasosiasi dengan berbagai tindakan yang dilakukan untuk memberikan reaksi atau respon terhadap kondisi tertentu yang terjadi di masyarakat. Reaksi yang dimaksud adalah reaksi atau respon terhadap pihak-pihak tertentu dalam masyarakat yang ingin mendorong terjadinya suatu perubahan. Terjadinya suatu gerakan adalah sebagai bentuk perlawanan terhadap penguasa yang tertindas. Gerakan merupakan suatu kumpulan dari keinginan dan kepentingan untuk mengubah suatu keadaan. Reaksi yang muncul pada dasarnya adalah menginginkan suatu perubahan pada keadaan yang baru yang lebih baik. Dalam kehidupan masyarakat, maka gerakan dapat diartikan berbagai upaya untuk mengubah tatanan yang tidak adil menuju sebuah tantangan baru yang lebih menjamin pada keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia.

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN 1. … › bitstream › 123456789 › 422...yang...

  •  

    BAB II

    KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

    1. Gerakan

    a. Pengertian Gerakan

    Henry A. Landsberger (1981:24-25), mengartikan istilah gerakan

    sebagai suatu reaksi kolektif terhadap kedudukan yang rendah. Reaksi itu

    disebabkan karena tindakan yang kurang adil. Kedudukan status sosial,

    ekonomi dan politik berpengaruh terhadap suatu gerakan.

    Robert Hill dalam Nanik Rahayu (2008:20), gerakan selalu

    berasosiasi dengan berbagai tindakan yang dilakukan untuk memberikan

    reaksi atau respon terhadap kondisi tertentu yang terjadi di masyarakat.

    Reaksi yang dimaksud adalah reaksi atau respon terhadap pihak-pihak

    tertentu dalam masyarakat yang ingin mendorong terjadinya suatu

    perubahan. Terjadinya suatu gerakan adalah sebagai bentuk perlawanan

    terhadap penguasa yang tertindas. Gerakan merupakan suatu kumpulan

    dari keinginan dan kepentingan untuk mengubah suatu keadaan. Reaksi

    yang muncul pada dasarnya adalah menginginkan suatu perubahan pada

    keadaan yang baru yang lebih baik. Dalam kehidupan masyarakat, maka

    gerakan dapat diartikan berbagai upaya untuk mengubah tatanan yang

    tidak adil menuju sebuah tantangan baru yang lebih menjamin pada

    keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia.

  •  

    Menurut Eric Hoffer (1993: viii-ix), mengatakan bahwa semua

    gerakan massa kebanyakan bersifat atau dipengaruhi faktor agama,

    kekuatan-kekuatan sosial, rasial, ekonomi, politik, nasionalisme yang

    mempunyai tujuan yang sama. Gerakan massa pada prinsipnya menarik

    pengikut-pengikut dari sesama manusia yang kecewa dan tidak puas atau

    frustasi. Adapun tujuan dari suatu gerakan adalah menuntut suatu keadilan

    untuk meningkatkan jaminan martabat dan harkat manusia baik

    perorangan maupun kelompok.

    Peter Burke dalam Nanik Rahayu (2008:20) menerangkan bahwa

    suatu kelompok yang simpati terhadap suatu pandangan sosial atau doktrin

    tertentu yang menampakkan dirinya dalam perdebatan politik dan siap

    berperan dalam kegiatan seperti demonstrasi atau pemberontakan dan lain-

    lain termasuk ke dalam suatu gerakan. Gerakan seperti ini sering

    disamakan dengan gerakan protes karena tindakan ini merupakan suatu

    tindakan protes dari masyarakat terhadap penguasa. Gerakan yang timbul

    untuk melepaskan diri dari kekuasaan dan keadaan yang tidak

    menyenangkan dari penguasa terhadap pihak yang tertindas sehingga

    menyebabkan munculnya gerakan atau perlawanan terbuka.

    Susanto Tirtoprojo dalam Suhartoyo Hardjosatoto (1985: 32),

    mengemukakan bahwa istilah gerakan mengandung dua arti yaitu:

    1). Gerakan yaitu mengacu kepada suatu perubahan menuju suatu keadaan

    tertentu yang diinginkan. Gerakan merupakan suatu proses yang

  •  

    dinamis artinya bahwa gerakan merupakan bentuk perjuangan untuk

    tercapainya suatu keadaan yang lebih baik.

    2). Gerakan mengacu kepada fakta-fakta yang menunjukkan adanya

    proses perubahan seperti yang dimaksudkan pada nomer 1 di atas.

    Fakta-fakta ini merupakan suatu bentuk kongkrit adanya proses

    perjuangan antara unsur kekuatan kebangsaan yang menentang unsur

    kekuatan kolonial yang pernah terjadi.

    b. Sifat Gerakan

    Robert Hill dalam Nanik Rahayu (2008: 21), membedakan suatu

    gerakan menjadi dua macam menurut sifat dan tujuannya:

    1). Gerakan sebagai suatu yang spontan, penyebabnya tidak begitu jelas

    dan menggunakan jaringan informasi yang tidak tertata terhadap

    keadaan tertentu.

    2). Gerakan sebagai langkah-langkah yang terorganisir dengan tujuan,

    strategi dan cara-cara yang dirumuskan secara jelas, sadar, dan

    didasarkan pada analisis sosial yang kuat.

    Sedangkan Peter Burke dalam Nanik Rahayu (2008:21),

    membedakan sifat-sifat gerakan sebagai berikut:

    1). Gerakan seringkali tidak bisa bertahan lama, hal ini disebabkan oleh

    beberapa faktor yaitu model yang digunakan sering tidak sesuai.

    2). Gerakan mudah dihancurkan atau setidaknya ditransformasikan oleh

    generasi berikutnya.

  • 10 

     

    Menurut Kuntowijoyo (1994: 5), gerakan petani yang terjadi di

    pedesaan-pedesaan kebanyakan bersifat radikal karena adanya faktor-

    faktor yang mempengarui seperti paham komunis dan agama. Pemimpin

    gerakan biasanya seorang tokoh yang mempunyai pengikut dan disegani

    di masyarakat karena merupakan tokoh elit-kota yang berpendidikan

    dengan tokoh elit-pedesaan. Gerakan protes yang dilakukan bertujuan

    melawan penindasan dan tenaga kerja.

    Dari beberapa pendapat tentang gerakan dapat disimpulkan

    bahwa gerakan merupakan suatu reaksi dari sekelompok orang terhadap

    keadaan yang tidak adil agar terjadi perubahan kehidupan yang lebih

    baik. Gerakan dapat dilakukan dengan cara protes atau demonstrasi

    kepada penguasa yang kurang adil. Gerakan dapat bersifat spontan dan

    juga direncanakan serta terorganisir.

    2. Buruh

    a. Pengertian Buruh

    Pada jaman feodal istilah buruh hanya digunakan untuk orang

    yang melakukan pekerjaan kasar seperti kuli, tukang, mandor dan lain-

    lain, di dunia Barat disebut “blue collar”. Orang-orang yang

    melakukan pekerjaan “halus”, terutama yang mempunyai pangkat

    Belanda, seperti klerk (bukan juru tulis atau krani), menamakan diri

    sebagai pegawai sama dengan pegawai negeri yang berkedudukan

    sebagai priyayi atau employee. Golongan ini di dunia Barat disebut

    “white collar”. Istilah “employee” di dunia Barat dipakai bagi orang

  • 11 

     

    yang dipekerjakan (oleh orang lain). Orang lain yang mempekerjakan

    seorang emplyee disebut “employer”. Dalam bahasa Belanda disebut

    “werknemer”, dan “werkgever” atau dalam bahasa Jerman disebut

    “Arbeitnehmer” dan “Arbeitgeber”. (Iman Soepomo, 1999:34).

    Menurut Halili Toha (1987: 3), yang dimaksud dengan buruh

    adalah seseorang yang bekerja pada orang lain (lazim disebut majikan)

    dengan menerima upah, sekaligus mengesampingkan persoalan antara

    pekerjaan bebas dan pekerjaan yang dilakukan di bawah pimpinan

    orang lain serta mengesampingkan pula persoalan antara pekerjaan dan

    pekerja.

    Adapun hubungan antara buruh dan majikan adalah sebagai

    berikut:

    1). Secara yuridis buruh adalah orang yang bebas, oleh karena

    prinsip negara kita adalah bahwa tidak seorang pun boleh

    diperbudak atau diperhamba.

    2). Secara sosiologis buruh adalah adalah orang yang tidak bebas

    sebab sebagai orang yang tidak mempunyai bekal hidup selain

    daripada tenaganya itu, ia terpaksa untuk bekerja kepada orang

    lain.

    Tenaga buruh terutama menjadi kepentingan majikan,

    merupakan sesuatu yang sedemikian melekatnya pada pribadi buruh,

    sehingga buruh itu selalu harus mengikuti tenaganya ke tempat dan

    pada saat majikan memerlukannya menurut kehendak majikannya itu.

  • 12 

     

    Dengan demikian segala sesuatu mengenai hubungan antara buruh

    dengan majikan itu diserahkan kepada kebijaksanaan kedua belah

    pihak.

    Hubungan antara buruh dan majikan sering disebut dengan

    hubungan kerja, terjadi setelah diadakan perjanjian oleh buruh dengan

    majikan, di mana buruh menyatakan kesanggupannya untuk bekerja

    pada majikan dengan menerima upah dan majikan menyatakan

    kesanggupannya untuk mempekerjakan buruh dengan membayar

    upah.

    Menurut Kartasapoetra (1988: 17), yang dimaksud dengan

    buruh adalah para tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan, di mana

    para tenaga kerja itu harus tunduk kepada perintah dan peraturan kerja

    yang diadakan pengusaha (majikan) yang bertanggung jawab atas

    lingkungan perusahaannya dan tenaga kerja itu akan memperoleh

    upah atau jaminan hidup lainnya dengan wajar. Sebutan buruh banyak

    dijumpai dalam Undang-Undang Kerja, Undang-Undang

    Perlindungan dan Keselamatan Kerja dan beberapa Undang - Undang

    lainnya, di mana buruh dimaksudkan sebagai tenaga kerja yang

    melakukan pekerjaan, yang tunduk dan di bawah perintah pengusaha,

    sesuai dengan peraturan kerja yang berlaku dalam perusahaanya.

    Payaman J. Simanjuntak (2002:10), menyatakan bahwa

    pengertian buruh di Indonesia sering dianggap sebagai terjemahan

    labour dalam bahasa Inggris, dan lebih dikonotasikan kepada pekerja

  • 13 

     

    kasar atau pekerja yang lebih mengandalkan kekuatan fisik daripada

    keahlian atau kemampuan intelektual. Istilah labour dalam bahasa

    Inggris digunakan hanya kepada pekerja kasar atau pekerja kerah biru.

    Sebaliknya pekerja atau workers mencangkup semua orang yang

    melakukan kerja, baik buruh dan pekerja terampil, maupun tenaga ahli

    atau pekerja kerah putih atau karyawan atau employees.

    Iman Soepomo (1999:3), menyebut buruh adalah seseorang

    yang bekerja kepada orang lain, biasanya disebut majikan, dengan

    menerima upah dengan sekaligus mengesampingkan persoalan antara

    pekerjaan bebas (di luar hubungan kerja) dan pekerjaan yang

    dilakukan di bawah pimpinan (bekerja pada) orang lain,

    mengesampingkan pula persoalan antara pekerjaan (arbeid) dan

    pekerja (arbeider). Menurut Undang-Undang Kerja No. 12 Tahun

    1948 dalam Imam Soepomo (1999:4) yang dapat dipandang

    menduduki tempat yang sangat penting dalam hukum perburuan, di

    mana dikatakan bahwa pekerjaan adalah pekerjaan yang dijalankan

    oleh buruh untuk majikan dalam hubungan-kerja dengan menerima

    upah.

    Ada kalanya untuk keperluan tertentu, arti kata buruh yaitu

    seseorang yang bekerja pada seorang majikan dengan menerima upah,

    diperluas dan meliputi seorang magang dan seorang murid. Misalnya

    pada Undang-Undang Kecelakaan Tahun 1947 No. 33 yang dianggap

    sebagai buruh itu juga para magang, murid dan sebagainya yang

  • 14 

     

    melakukan pekerjaan pada perusahaan yang diwajibkan memberi

    tunjangan. (Imam Soepomo, 1999:5-6).

    Undang-Undang Kerja Tahun 1948 itu sendiri tidak

    merumuskan secara tegas apakah dan siapakah yang dimaksud dengan

    buruh, walaupun kita dapat menarik bahwa buruh itu adalah seseorang

    yang menjalankan pekerjaan untuk majikan dalam hubungan-kerja

    dengan menerima upah. Dalam Undang-Undang Kecelakaan Tahun

    1947, menerangkan bahwa buruh adalah tiap orang yang bekerja pada

    majikan di perusahaan yang diwajibkan memberi tunjangan dengan

    mendapat upah. Abdussalam (2009: 9), menyebutkan bahwa pekerja

    atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah

    atau imbalan dalam bentuk lain.

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:139),

    menerangkan bahwa istilah buruh yaitu orang yang bekerja untuk

    orang lain dengan mendapatkan upah. Dimana buruh tersebut meliputi

    buruh harian, buruh kasar, buruh terampil, buruh tani, buruh terlatih.

    Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (1989: 568), buruh

    adalah orang yang menjual tenaganya demi kelangsungan hidupnya.

    Ia tidak memiliki sarana atau faktor produksi selain tenaganya sendiri.

    Ia bekerja untuk menerima upah. Buruh adalah sumber daya manusia

    yang diperlukan dalam produksi, selain pengusaha dan pemilik modal.

  • 15 

     

    Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa buruh

    adalah seseorang yang bekerja kepada orang lain (majikan atau

    perusahaan) dengan menerima upah.

    b. Jenis-Jenis Buruh

    Buruh dapat dibedakan menurut jenis dan pekerjaannya. Di

    dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 139-140), buruh dapat

    dibedakan menjadi:

    1). Buruh harian yaitu buruh yang menerima upah berdasarkan hari

    masuk kerja.

    2). Buruh kasar yaitu buruh yang menggunakan tenaga fisiknya karena

    tidak mempunyai keahlian dibidang tertentu.

    3). Buruh terampil yaitu buruh yang mempunyai keterampilan tertentu.

    4). Buruh tani yaitu buruh yang menerima upah dengan bekerja di

    kebun atau di sawah orang lain.

    5). Buruh terlatih yaitu buruh yang sudah dilatih untuk keterampilan

    tertentu.

    Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (1989: 568), buruh

    berdasarkan cara pengupahannya dan sifat hubungan kerja, buruh dapat

    dibedakan atas buruh borongan, buruh harian, buruh lepas, dan buruh

    tetap.

    1). Buruh borongan adalah buruh yang upahnya didasarkan atas paket

    beban, sedangkan jangka waktu ia menyelesaikan seluruh pekerjaan

    itu tidak dipersoalkan.

  • 16 

     

    2). Buruh harian adalah buruh yang satuan upahnya didasarkan atas satuan

    hari.

    3). Buruh lepas adalah buruh yang tidak mempunyai ikatan hubungan

    kerja tetap dengan majikannya. Setelah pekerjaan yang menjadi

    bebannya selesai, setiap saat ia dapat memutuskan hubungan kerja

    tanpa sanksi apapun. Biasanya buruh lepas dipakai untuk pekerjaan-

    pekerjaan yang sifatnya sementara.

    4). Buruh tetap adalah buruh yang mempunyai ikatan hubungan kerja tetap

    untuk jangka waktu yang relatif lama. Jangka waktu itu merupakan

    hasil persetujuan bersama antara buruh dan majikan. Selama jangka

    waktu itu belum habis, dia tidak leluasa bekerja di tempat lain tanpa

    persetujuan majikannya.

    Buruh sering diartikan sebagai faktor produksi semata-mata

    sehingga dapat menimbulkan masalah-masalah sosial. Oleh karena itu

    diperlukan perlindungan tentang upah (ekonomi), jaminan kerja, dan

    jaminan keselamatan kerja sehingga buruh tetap diperhatikan

    martabatnya sebagai manusia.

    3. Petani

    Menurut Soegijanto Padmo (2000:2-3), penyebutan petani di

    daerah pedesaan ada beberapa macam yaitu kuli kenceng, kuli setengah

    kenceng, kuli gandul. Kuli kenceng merupakan seorang petani yang

    memiliki tanah saja. Kuli setengah kenceng yaitu seorang petani yang

  • 17 

     

    memiliki tanah pekarangan. Sedangkan kuli gandul adalah seseorang

    petani yang mempunyai tanah sawah.

    Di dalam masyarakat pedesaan, tanah mempunyai arti yang

    penting. Bagi petani, tanah bukan saja penting dari segi ekonomis,

    tetapi lebih dari itu adalah bahwa tanah dapat pula dipakai sebagai

    kriteria terhadap posisi sosial ekonominya. Stratifikasi sosial di dalam

    masyarakat pedesaan erat hubungannya dengan kepemilikan tanah.

    Seperti yang sudah disebutkan di atas tadi.

    Noer Fauzi (1999:125-126), pengkelasan sosial di pedesaan

    didasarkan atas seberapa besar ia menguasai tanah. Menurut keadaan

    pertanian di Jawa dapat dibedakan kelas-kelas sosial di pedesaan yaitu

    Tuan Tanah, Petani Kaya, Petani Sedang, Petani Miskin, dan Buruh

    Tani.

    Tuan tanah adalah pemilik-pemilik tanah yang luasnya mulai

    dari sepuluh hektar ke atas hingga ratusan hektar. Mereka tidak

    mengerjakan sendiri, melainkan menyewakannya pada pihak lain

    dengan sewa berupa uang atau hasil bumi secara bagi hasil.

    Petani kaya adalah orang yang memiliki tanah 5-10 ha, tetapi ia

    ikut mengerjakannya. Meskipun demikian, mereka lebih senang

    mengerjakan buruh tani dari pada pihak lain dengan bagi hasil. Mereka

    hidup maksmur dari eksploitasi tenaga buruh tani.

  • 18 

     

    Petani sedang adalah petani yang memiliki tanah 1-5 ha. Mereka

    mengerjakan tanahnya sendiri dengan alat-alat pertaniannya sendiri.

    Hasil perolehan dari usaha taninya mampu menghidupi keluarga.

    Petani miskin yaitu dicirikan dengan kepemilikan tanah yang

    sempit (kurang dari 1 ha). Kehidupannya tidak cukup hanya dari hasil

    taninya. Karenanya, petani miskin mengerjakan tanah petani kaya atau

    tuan tanah dengan cara sebagai buruh atau bagi hasil.

    Buruh tani adalah mereka yang tidak mempunyai alat produksi

    sama sekali atau tidak memiliki tanah. Kehidupannya bergantung

    sepenuhnya pada tenaga yang ia jual, terutama pada petani kaya.

    Menurut Slamet dalam Noer Fauzi (1999:127), penyebutan

    petani di pedesaan meliputi:

    1). Tani kenceng yaitu petani yang mempunyai sawah dan pekarangan.

    2). Tani setengah kenceng yaitu petani yang mempunyai pekarangan

    saja.

    3). Tani gundulan yaitu petani yang mempunyai sawah tanpa

    pekarangan.

    4). Tani pengindung yaitu petani yang hanya memiliki rumah atau

    tidak mempunyai apa-apa.

    4. Buruh Tani

    Pada masa pemerintahan Hindia Belanda buruh tani sering

    disebut sebagai buruh proletar yaitu buruh yang tidak mempunyai apa-

    apa, selain dari tenaga yang dimilikinya, tidak mempunyai tanah yang

  • 19 

     

    bisa ditanami tanaman, tidak mempunyai rumah yang dapat didiaminya,

    tidak ada alat yang dapat dipakainya untuk berusaha sendiri. Menjadi

    buruh baik buruh halus atau buruh kasar pada masa pemerintahan

    Hindia Belanda yang paling diharapkan adalah perbaikan ekonomi

    dalam hal ini buruh mendapatkan upah atau gaji sebagai imbalan kerja.

    Pihak buruh juga mempunyai hak dan kewajiban dimana hak dan

    kewajiban bergantung pada majikan dan negara. Dari pihak pemerintah

    juga harus ikut mengawasi agar buruh tidak menjadi sapi peras dari

    kaum majikan. (Mimbar Indonesia. Vol.2 No.1, Tahun II 3 Januari

    1948).

    Menurut Djoko Utomo (1983: 68), yang dimaksud dengan

    buruh tani adalah petani yang bekerja pada suatu pabrik atau

    perkebunan milik pengusaha swasta Belanda. Petani ini bekerja di

    pabrik atau perkebunan karena dua hal. Pertama karena kewajiban dan

    kedua untuk mendapatkan upah. Pengertian atau istilah buruh tani

    diilhami oleh pengertian “buruh tebu di Jawa” seperti yang dimaksud

    oleh Clifford Geertz (1976:68), mengatakan bahwa buruh tebu di Jawa

    adalah tetap petani yang sekaligus menjadi kuli, tetap petani rumah

    tangga yang berorientasi komunitas dan sekaligus juga buruh upahan.

    Bahwa kakinya yang sebelah tercancap di lumpur sawah, yang sebelah

    lagi menginjak lantai pabrik.

  • 20 

     

    5. Hak dan Kewajiban Buruh

    1). Hak Buruh

    Menurut Darwan Prinst (2000:22), Hak adalah sesuatu yang

    harus diberikan kepada seseorang sebagai akibat dari kedudukan atau

    status dari seseorang. Demikian juga pekerja atau buruh mempunyai

    hak-hak karena statusnya itu. adapun hak-haknya sebagai berikut:

    a. Hak mendapat upah atau gaji.

    b. Hak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan.

    c. Hak bebas memilih dan pindah pekerjaan sesuai bakat dan

    kemampuannya.

    d. Hak atas pembinaan keahlian kejuruan untuk memperoleh serta

    menambah keahlian dan keterampilan lagi.

    e. Hak mendapatkan perlindungan atas keselamatan, kesehatan serta

    perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.

    f. Hak mendirikan dan menjadi anggota Perserikatan Tenaga Kerja.

    g. Hak atas istirahat tahunan, tiap-tiap kali setelah ia mempunyai

    masa kerja 12 bulan berturut-turut pada suatu majikan atau

    beberapa majikan dari satu organisasi majikan.

    h. Hak atas istirahat penuh selama istirahat tahunan.

    i. Hak atas suatu pembayaran penggantian istirahat tahunan, bila pada

    saat diputuskan hubungan kerja ia sudah mempunyai masa kerja

    sedikitnya enam bulan terhitung dari saat ia berhak astirahat

    tahunan yang terakhir yaitu dalam hal bila hubungan kerja

  • 21 

     

    diputuskan oleh majikan tanpa alasan-alasan mendesak yang

    diberikan oleh majikan.

    Demikianlah hak-hak pekerja atau buruh yang yang diatur

    dalam Peraturan Perburuhan.

    Menurut Konvensi I.L.O tahun 1948 dalam Darwan Prinst

    (2000:23), ada empat macam hak buruh, yaitu:

    1). Hak berserikat

    2). Hak berunding kolektif

    3). Hak mogok

    4). Hak mendapat upah

    2). Kewajiban Buruh

    Dalam hubungan kerja, baik buruh maupun majikan masing-

    masing mempunyai hak dan kewajiban. Menurut Abdul Rahmad

    Budiono (1995:47-50), kewajiban buruh diatur di dalam K.U.H.

    Perdata, yaitu:

    a. Melakukan pekerjaan

    Melakukan pekerjaan merupakan kewajiban yang paling utama

    bagi seorang buruh, disamping kewajiban-kewajiban lainnya. Hal ini

    dapat disimpulkan dari bunyi pasal 1603 K.U.H. Perdata, yaitu:

    “Buruh wajib melakukan pekerjaan yang dijanjikan menurut

    kemampuannya yang sebaik-baiknya. Sekedar sifat dan luasnya

    pekerjaan yang harus dilakukan tidak dirumuskan dalam perjanjian

    atau peraturan majikan, maka hal itu ditentukan oleh kebiasaan”.

  • 22 

     

    Pekerjaan yang wajib dilakukan oleh buruh hanyalah pekerjaan

    yang telah diperjanjikan Disamping itu buruh wajib melakukan sendiri

    pekerjaannya. Artinya ia tidak boleh mewakilkan kepada orang lain

    untuk melakukan pekerjaan tersebut. Perkecualian hal ini haruslah ada

    izin dari majikan (K.U.H Perdata pasal 1603a).

    b. Mentaati peraturan tentang melakukan pekerjaan

    Kewajiban buruh untuk mentaati peraturan tentang segala

    sesuatu yang berkaitan dengan melakukan pekerjaan ini merupakan

    perwujudan dari diperintahnya buruh oleh majikan. Hal ini dinyatakan

    di dalam K.U.H. Perdata pasal 1603b,yang berbunyi:

    Buruh wajib menaati aturan mengenai hal melakukan pekerjaan dan aturan yang ditujukan pada peningkatan tata tertib dalam perusahaan majikan yang diberikann kepadanya oleh atau atas nama majikan dalam batas aturan perundang-undangan atau perjanjian atau peraturan majikan, jika itu ada, kebiasaan.

    Mentaati peraturan oleh buruh bukannya tidak terbatas.

    Perkataan “dalam batas” tersebut dalam pasal 1603b menunjukkan

    bahwa buruh hanya wajib menaati peraturan mengenai pelaksanaan

    pekerjaan, sepanjang peraturan tersebut tidak bertentangan dengan

    undang-undang, perjanjian, peraturan majikan atau kebiasaan.

    c. Membayar ganti kerugian dan denda

    Apabila perbuatan buruh, baik karena disengaja atau kelalaian

    yang menimbulkan kerugian maka ia harus membayar ganti kerugian.

    Sementara itu buruh harus membayar denda apabila ia melanggar

    ketentuan dalam perjanjian kerja tertulis atau peraturan majikan.

  • 23 

     

    Buruh harus membayar kerugian apabila kerugian itu benar-benar

    terjadi. Buruh harus membayar denda apabila ia melanggar ketentuan

    dalam perjanjian kerja tertulis atau peraturan majikan.

    Menurut Abdussalam (2009:61-62), kewajiban buruh yang

    terpenting adalah melaksanakan pekerjaan menurut petunjuk majikan

    atau pengusaha.Melakukan pekerjaan untuk kepentingan majikan atau

    pengusaha baik langsung maupun tidak langsung dan bertujuan secara

    terus menerus dalam meningkatkan produksinya baik jumlah maupun

    mutunya. Pekerjaan yang harus dilakukan, terutama pekerjaan yang

    telah ditetapkan dalam perjanjian kerja. K.U.H Perdata, Pasal 1603

    menyebutkan buruh wajib melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan.

    Darwan Prinst (2000:23), menjelaskan bahwa kewajiban

    pekerja atau buruh merupakan suatu prestasi baik berupa benda atau

    jasa yang harus dilakukan oleh seseorang karena kedudukan atau

    statusnya. Adapun kewajiban dari buruh adalah sebagai berikut:

    1). Melakukan pekerjaan bagi majikan.

    2). Mematuhi peraturan perusahaan.

    3). Mematuhi perjanjian kerja.

    4). Mematuhi perjanjian perburuan.

    5). Menjaga rahasia perusahaan.

    6). Mematuhi peraturan majikan.

    7). Memenuhi segala kewajiban selama izin belum diberikan dalam

    hal ada banding yang belum ada putusannya.

  • 24 

     

    6. Pemogokan

    a. Pengertian Pemogokan

    Menurut Sunindhia (1988:106), pemogokan adalah salah

    satu hak mengeluarkan pendapat. Istilah pemogokan berasal dari

    kata dasar mogok. Pengertian mogok di sini dapat disamakan

    dengan istilah lock out atau strike. Jadi pemogokan berarti kata

    benda atau kata jadian yang dibentuk dari kata sifat “mogok”. Dari

    uraian ini kata pemogokan dihubungkan dengan kata buruh,

    sehingga berarti protes terhadap fasilitas yang diterima dari majikan

    mereka sampai mereka dapat memperoleh kondisi dan fasilitas yang

    lebih baik.

    Kartasapoetra (1988:280), batasan-batasan tentang

    pemogokan tersebut dapat diperjelas menjadi sebagai berikut:

    a). Yang dimaksud dengan pemogokan adalah dengan sengaja pihak

    buruh melalaikan atau menolak melakukan pekerjaan atau meskipun

    diperintahkan dengan secara sah, secara semestinya dengan

    perjanjian kerja yang mereka tanda tangani, yang bersangkutan

    enggan menjalankan atau lambat menjalankan pekerjaan yang

    menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya itu, pemogokan ini

    dilakukan oleh pihak buruh sebagai alat untuk menekan pihak

    pengusaha dengan maksud agar tuntutannya dapat dipenuhi atau

    diluluskan.

  • 25 

     

    b). Yang dimaksud dengan lock out atau penutupan yaitu dimana pihak

    pengusaha atau wakilnya dengan sengaja bertentangan dengan

    perjanjian lisan yang telah diberikannya kepada pihak buruh,

    merintangi atau menghalang-halangi para buruh untuk melaksanakan

    kewajiban-kewajibannya itu, dengan maksud agar para buruh

    tunduk kepada peraturan atau tindakan-tindakan pengusaha atau

    wakilnya, atau para buruh segera akan menghentikan tuntutan-

    tuntutangya.

    c). Yang dimaksud dengan demonstrasi adalah gerakan bersama untuk

    menyatakan kehendak, tuntutan agar dapat dihayati atau dapat

    dipenuhi oleh pihak pengusaha. Demonstrasi ini lazim pula

    digerakkan untuk memprotes, menolak, atau menyatakan

    ketidaksetujuan terhadap keadaan atau tindakan yang berlangsung

    dalam perusahaan, dimana para buruh merasa tertekan atau

    dirugikan hak-haknya.

    Dari ketiga batasan di atas jelas, baik tindakan pengusaha

    maupaun tindakan-tindakan para buruh itu dapat melumpuhkan

    perusahaan, dimana dampak dari kelumpuhan perusahaan itu akan

    sangat terasa oleh masyarakat dan negara. Sunindhia (1988:110),

    pemogokan merupakan senjata terakhir dan baru digunakan setelah

    usaha secara damai tidak mencapai hasil yang memuaskan.

    Melihat batasan di atas berarti yang selama ini sering

    diistilahkan dengan unjuk rasa, sepanjang hal itu disertai dengan “tidak

  • 26 

     

    menjalankan pekerjaan” atau “lambat menjalankan pekerjaan”, maka

    unjuk rasa tersebut, juga dapat dikatakan sebagai pemogokan. Mogok

    kerja menurut Abdussalam (2009:11), adalah tindakan pekerja atau

    buruh yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan

    atau oleh serikat pekerja atau serikat buruh untuk menghentikan atau

    memperlambat pekerjaan.

    b. Sebab-Sebab Pemogokan

    Menurut Kartasapoetra (1988:281), berpendapat penyebab

    terjadinya pemogokan yaitu:

    1). Perundingan untuk mengatasi perselisihan antara pihak pengusaha

    dan para buruh mengalami jalan buntu, karena masing-masing pihak

    bertahan dalam pendirian dan kepentingannya.

    2). Mengingat kesulitan-kesulutan yang dihadapi dalam pengelolaan

    perusahaan, pengusaha sulit untuk meluluskan tuntutan para buruh,

    menjadi kurang peka atau kurang tanggap terhadap tuntutan para

    buruhnya atau serikat buruh.

    3). Buruh atau Serikat buruh tetap merasa hak-haknya dirugikan, terjadi

    kesalahpahaman bahwa pengusaha dianggapnya kurang

    memperhatikan nasib para buruh dengan keluarganya.

    4). Situasi bertambah gawat, tekan-menekan terjadi, sehingga para

    buruh pada akhirnya mempergunakan alat perjuangannya yang

    paling akhir yaitu pemogokan yang terdorong oleh nafsu yang tak

  • 27 

     

    terkendalikan lagi, guna menekan pengusaha lebih berat lagi dengan

    maksud agar tuntutan-tuntutannya segera diluluskan pengusaha.

    Menurut Abdussalam (2009:148), faktor-faktor yang

    menyebabkan buruh atau pekerja melakukan pemogokan, karena:

    1). Penghasilan buruh rendah dan kurang sesuai dengan kebutuhan fisik

    minimum.

    2). Pekerjaan buruh tidak teratur, masih serabutan, sulit diukur

    produktivitasnya.

    3). Tindakan mandor yang suka memaksa.

    4). Kecepatan kerja yang dipaksakan.

    5). Manajemen yang tidak memihak kepada buruh.

    6). Hubungan perburuhan yang impersonal dan tidak manusiawi.

    7). Manajemen memandang buruh sebagai mesin.

    8). Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yang rendah.

    9). Kondisi lingkungan kerja yang kotor.

    10). Hubungan perburuhan yang penuh konflik,

    11). Kurang ada kesempatan untuk aktualisasi.

    Menurut Soekarno dalam Abdussalam (2009:148), adapun faktor-

    faktor penyebab pemogokan buruh, yaitu:

    1). Perundingan menemui jalan buntu, dalam keadaan yang demikian itu,

    segala prosedur untuk melakukan pemogokan diabaikan, meskipun

    diancam dengan pidana.

    2). Pengusaha kesulitan meluluskan tuntutan para buruh.

  • 28 

     

    3). Buruh merasa hak-haknya dilanggar.

    4). Dalam keadaan saling menekan, akhirnya buruh mempergunakan alat

    terakhir yaitu pemogokan.

    Menurut Abdul Rachmad Budiono (1995:182), penyebab

    pemogokan yaitu :

    1). Gagalnya perundingan.

    2). Anggapan buruh bahwa pemogokan merupakan satu-satunya alat untuk

    mencapai tujuan.

    3). Kesewenang-wenangan tindakan majikan.

    4).Kesemrawutan manajenen yang cenderung menempatkan buruh sebagai

    obyek.

    5). Sikap pesimistis buruh.

    Dari urut-urutan angka tersebut di atas menunjukkan frekuensi

    masing-masing poin sebagai faktor penyebab pemogokan. Penjelasan

    mengenai faktor-faktor penyebab pemogokan tersebut adalah aksi mogok

    disuatu perusahaan mungkin disebabkan oleh salah satu penyebab

    sebagaimana disebutkan di atas, tetapi mungkin juga disebabkan oleh

    kumulasi penyebab yang lain.

    Dari beberapa pendapat di atas, ternyata terdapat beberapa

    kesamaan mengenai penyebab pemogokan, yaitu:

    1). Gagalnya perundingan antara majikan dengan buruh mengenai hal-hal

    yang dipeselisihkan.

    2). Kesewenang-wenangan majikan terhadap buruh.

  • 29 

     

    3).Kesemrawutan manajemen yang menyebabkan buruh cenderung

    dijadikan obyek. (Abdul Rachmad Budiono, 1995: 184).

    4). Pelanggaran hak-hak buruh oleh majikan.

    7. Penelitian yang Relevan

    1. Sartono Kartodirdjo.1984. Pemberontakan Petani Banten 1888:

    Kondisi, Jalan Peristiwa dan Kelanjutannya. Jakarta: Dunia Pustaka

    Djaya.

    Pemberontakan petani Banten 1888 adalah studi kasus gerakan

    sosial di Indonesia dilakukan oleh Sartono Kartodidjo, sejarawan

    Indonesia. Studi ini membahas mengenai pemberontakan para petani

    di Banten yang melakukan perlawanan terhadap pemerintahan

    Kolonial Belanda. Dalam perlawanan ini, petani Banten dipimpin oleh

    para Ulama dan para Tubagus, bangsawan di Banten.

    Dalam buku tersebut diceritakan bahwa pemberontakan

    disebabkan oleh kemiskinan di daerah ini. Selain karena sebagian

    besar daerahnya gersang, penerapan pajak yang diterapkan oleh

    pemerintah Belanda semakin menambah beban para petani.

    Banten memiliki sejarah pemberontakan yang panjang.

    Semenjak Kesultanan Banten sebagai pemegang otoritas politik

    dihapuskan oleh Willems Daendels, tercatat ada empat kali

    pemberontakan terhadap kolonialisme Belanda. Pertama, pada 1850

    dipimpin oleh H. Wakhia. Kedua, pada 1888 yang dilakukan oleh

    (mayoritas) para petani di bawah komando H. Wasid dan Jaro

  • 30 

     

    Kajuruan. Ketiga, pada 13 November 1926 di Menes, Kabupaten

    Pandeglang. Pemberontakan itu terjadi pukul satu malam, sekitar

    empat ratus orang bersenjata bedil dan kelewang, sebagian besar

    mengenakan pakaian putih menyerbu kediaman Wedana Raden

    Partadiningrat. Keempat, terjadi pada 1945. Pemberontakan ini lebih

    merupakan pertanda kebebasan dari cengkraman kolonialisme.

    2. Lestari. 2004. Aksi Buruh SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh

    Indonesia) Cabang Madiun tahun 1957-1959, Fakultas Sastra dan Seni

    Rupa, Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Surakarta.

    Penelitian ini menunjukkan bahwa aksi pemogokan buruh

    yang tergabung dalam SOBSI Cabang Madiun dilatarbelakangi oleh

    beberapa faktor. Masalah Irian Barat yang tidak memperoleh

    kesepakatan melalui forum KMB menjadikan serikat-serikat buruh

    untuk melakukan aksi pembebasan Irian Barat. Selain itu juga

    didorong oleh ketidakpuasan buruh terhadap upah yang diterima,

    kesewenang-wenangan majikan, dan semakin meluasnya monopoli

    asing di Indonesia dan aksi itu memuncak setelah tewasnya tujuh

    orang rakyat Indonesia di Irian Barat karena kekejaman Belanda.

    Aksi-aksi dilakukan melalui pemogokan buruh yang bekerja

    pada perusahaan-perusahaan Belanda. Aksi tersebut diikuti dengan

    mengambilalih semua aset-aset dan perusahaan-perusahaan

    Belanda. Akan tetapi aksi-aksi pemogokan buruh pada akhirnya

    dilarang oleh Penguasa Militer dengan alasan bahwa aksi-aksi buruh

  • 31 

     

    tersebut membuat kondisi Indonesia semakin kacau, khususnya pada

    perekonomian negara.dan disinyalir bahwa aksi tersebut di bawah

    pengaruh sayap kiri melalui serikat buruhnya yang direpresentasiakan

    oleh SOBSI.

    Aksi-aksi pemogokan oleh serikat buruh SOBSI Cabang

    Madiun pada akhirnya dibubarkan oleh militer dan semua perusahaan-

    perusahaan yang telah diambil alih oleh buruh diambil alih

    penangannya oleh militer, karena disinyalir bahwa aksi-aksi oleh

    serikat buruh SOBSI tersebut bukan murni semata, tetapi ada tujuan

    lain yaitu bahwa komunis di belakang itu semua.