BAB. II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. KAJIAN TEORI 1 ... · sekumpulan kelainan metabolisme dimana...

47
15 BAB. II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. KAJIAN TEORI 1. Sindrom Metabolik Sindrom Metabolik sering disebut dengan sindrom x merupakan sekumpulan kelainan metabolisme dimana penyebab utama sindrom ini saling berinteraksi yaitu obesitas dan kerentanan metabolisme endogen (Reaven, 2002), ketika seorang mengidap obesitas telah memiliki 3 dari 5 faktor resiko, meskipun banyak faktor diyakini terlibat, penyebab Sindrom Metabolik belum sepenuhnya terkuak. Faktor yang terbukti berpengaruh pada resistensi insulin ini faktor genetik, penggunaan karbohidrat dan gula secara berlebihan, penggunaan asam lemak jenuh yang berlebihan sementara asam lemak esensial terlalu sedikit, ketidak imbangan antara kalsium dan magnesium, penggunaan obat simultan tertentu serta stress.(Gregory. 2000) Selama ini faktor-faktor yang mempengaruhi sebagai penyebab Sindroma Metabolik terkait dengan obesitas, antara lain, pola makan, kurang olahraga, kelainan metabolisme, mekanisme neuroendokrin, psikologi, obat- obatan, faktor sosial ekonomi dan gaya hidup serta faktor genetika (Wijaya, 2004; Grundy, 2004; Shemiardji, 2004). Risiko Metabolik Syndrom menurut The American Heart Association and National Heart, Lung and Blood Institute, pada tahun 2005 mempublikasikan kriteria diagnosa yang baru dari Sindrom Metabolik sesuai

Transcript of BAB. II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. KAJIAN TEORI 1 ... · sekumpulan kelainan metabolisme dimana...

15

BAB. II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. KAJIAN TEORI

1. Sindrom Metabolik

Sindrom Metabolik sering disebut dengan sindrom x merupakan

sekumpulan kelainan metabolisme dimana penyebab utama sindrom ini

saling berinteraksi yaitu obesitas dan kerentanan metabolisme endogen

(Reaven, 2002), ketika seorang mengidap obesitas telah memiliki 3 dari 5

faktor resiko, meskipun banyak faktor diyakini terlibat, penyebab Sindrom

Metabolik belum sepenuhnya terkuak.

Faktor yang terbukti berpengaruh pada resistensi insulin ini faktor

genetik, penggunaan karbohidrat dan gula secara berlebihan, penggunaan

asam lemak jenuh yang berlebihan sementara asam lemak esensial terlalu

sedikit, ketidak imbangan antara kalsium dan magnesium, penggunaan obat

simultan tertentu serta stress.(Gregory. 2000)

Selama ini faktor-faktor yang mempengaruhi sebagai penyebab

Sindroma Metabolik terkait dengan obesitas, antara lain, pola makan, kurang

olahraga, kelainan metabolisme, mekanisme neuroendokrin, psikologi, obat-

obatan, faktor sosial ekonomi dan gaya hidup serta faktor genetika (Wijaya,

2004; Grundy, 2004; Shemiardji, 2004).

Risiko Metabolik Syndrom menurut The American Heart Association

and National Heart, Lung and Blood Institute, pada tahun 2005

mempublikasikan kriteria diagnosa yang baru dari Sindrom Metabolik sesuai

16

dengan kriteria The National Cholesterol Educations Program-Third Adult

Treatment Panel (NCEP-ATP III), dengan beberapa modifikasi.

Sindrom metabolik ditegakkan, apabila seseorang memiliki sedikitnya

tiga dari kriteria di bawah ini: 1).Peningkatan tekanan darah (> 130/85

mmHg). 2).Penurunan kadar kolesterol HDL (< 40 mg/dl) dan wanita (<50

mg/dl). 3).Peningkatan glukosa darah puasa (> 100 mg/dl). 4).Peningkatan

kadar trigliserida (> 150 mg/dl). 5).Lingkar perut laki-laki > 90 cm dan pada

wanita> 80 cm

Definisi dan kriteria paling banyak digunakan adalah yang dibuat oleh

WHO, The Eropean Groupmfor The Study Of Insulin Resistence (EGIR), dan

NCEP ATP III, seluruh organisasi tersebut telah sepakat bahwa komponen

utama sindrom metabolik adalah obesitas, dislipidmea, dan hipertensi.

a. Identifikasi 6 komponen Sindrom Metabolik NCEP ATP III yaitu:

1) Obesitas obdominal Salah satu bentuk obesitas yang paling kuat dengan

sindrom metabolik, obesitas ini diperoleh melalui pengukuran lingkar perut.

2) Dislipidemia atherogenik di indentifikasi dengan peningkatan trigeserida

dan penurunan HDL. Analisis yang lebih lengkap peningkatan lipoprotein

remanan, peningkatan apolipoprotein B, partike LDL yang berukuran kecil

dan Partikel HDL yang berukuran kecil.

3) Peningkatan tekanan darah Peningkatan tekanan darah sangat berkaitan

dengan obesitas dan biasanya timbul pada orang yang mengalami resistensi

insulin

17

4) Resistensi insulin

Resistensi insulin diderita oleh sebagian besar orang yang mengalami

sindrom metabolik, memiliki korelasi yang kuat diantara faktor resiko yang

lain, terutama faktor resiko penyakit jatung koroner.

5) Intolerance glukosa

6) Status pro inflamasi

Ditandai dengan peningkatan C-reative protein (CRP). Berbagai mekanisme

akan menimbulkan peningkatan CRP salah satunya adalah obesitas, akibat

kelebihan jaringan adipose akan menghasilkan sitokin yang akan

menimbulkan reaksi inflamasi

7) Status protrombotik.

Dengan peningkatan plasmogen activator inhibitor (PAI)-1 plasma dan

fibrinogen. Fibrinogen merupakan reaktan fase akut seperti CRP, akan

meningkatkan pada kondisi sitokin yang tinggi pada tubuh,

Resiko ini bisa terjadi lebih awal pada usia 17-20 tahun pada masa

menjalani proses pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (kuliah) dengan

pola gaya hidup dan perilaku dalam pola komsumsi makanan dan kurangnya

aktifitas serta timbulnya obesitas. Seseorang yang menderita obesitas

tentunya belum tentu memiliki penyakit penyerta, dilaporkan bahwa banyak

juga yang memiliki metabolisme yang normal, secara umum bagaimana pun

juga obesitas dianggap sebagai suatu penyakit dengan gangguan metabolisme

18

Apabila trend ini berjalan terus seperti sekarang ini, maka pada tahun

2025 tidak mustahil penduduk indonesis akan menyandang gelar obesogenik

terutama di daerah urban. Faktor- faktor resiko metabolik dan kardiovaskuler

terutama penambahan berat badan pada masa dewasa dikaitkan dengan

peningkatan risiko penyakit jantung koroner (PJK). Studi Framingham Off

Spring yang mengikuti perjalanan penyakit selama 16 tahun mendapatkan

peningkatan berat badan berkaitan erat dengan risiko metabolik dan

kardiovaskuler serta sangat meningkatkan risiko PJK.

b. Faktor – faktor risiko dalam Sindrom Metabolik

Faktor –faktor resiko dalam Sindrom Metabolik terdiri dari faktor resiko

Underlying, Major, Emerging. Berdasarkan ATP III faktor risiko untuk

penyakit jantung koroner adalah: 1).Under lying: obesitas (terutama obesitas

abdominal) tidak aktif dalam hal fisik dan diet yang menimbulkan

atherogen.2). Major : merokok, hipertensi, meningkatnya LDL (low density

lipid), menurunnya HDL (high density lipid), riwayat Penyakit jantung

koroner pada keluarga dan penuaan, 3).Emerging : peningkatan trigeserit,

partikel LDL yang berukuran kecil, resistensi insulin, intolerance glukosa,

status proinflamatori, dan status protrombotik.

c. Obesitas

Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh (body fat), merupakan dampak

ketidakimbangan energi asupan jauh melampui keluaran energi dalam jangka

waktu tertentu. Banyak sekali faktor yang menunjang kelebihan ini, dapat

disederhanakan menjadi dua hal yaitu: banyak makan dibarengi terlalu sedikit

19

bergerak. Berkurangnya akifitas fisik akibat kemajuan teknologi mulai dari

rumah tangga, tempat kerja dan tempat rekreasi. Masalah obesitas

sesungguhnya bukan terletak pada pola santap yang berlebihan, melainkan

pada kesalahan memilih jenis santapan. Serta aktifitas/olahraga yang

berkurang sementara nafsu memakan santapan, terutama pangan yang

berkadar lemak tinggi justru meningkat, ini semua berujung pada obesitas.

Obesitas merupakan penyakit rumit yang terjadi akibat jalinan faktor

genetik dan lingkungan serta keterlibatan faktor sosial, budaya, perilaku, dan

metabolik. Sindrom metabolik didalam penentuan resiko dengan obesitas

sentral karena berhubungan dengan adanya retensi insulin. Obesitas sentral

adalah peningkatan lemak tubuh yang lokasinya lebih banyak di daerah

abdominal dari pada pinggul, paha dan lengan. Obesitas penyebabnya multi

faktorial dan berbagai penemuan terbaru yang berkaitan dengan penyebab

obesitas menyebabkan patogenesis obesitas terus berkembang. Terjadinya

obesitas secara umum berkaitan dengan keseimbangan energi dalam tubuh.

Keseimbangan energi di tentukan oleh asupan energi yang berasal dari zat

gizi penghasil energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Serta kebutuhan

energi yang di tentukan oleh kebutuhan energi basal, aktifitas fisik thermic

effect of food (TEF), yaitu energi yang di perlukan untuk mengolah zat gizi

menjadi energi.

Keseimbangan energi di dalam tubuh di pengaruhi oleh beberapa faktor

baik yang berasal dari dalam tubuh yaitu regulasi fisiologis dan metabolisme

ataupun dari luar tubuh yang berkaitan dengan gaya hidup (lingkungan) yang

20

akan mempengaruhi kebisaan makanan dan aktifitas fisik. Regulasi fisiologi

dan metabolisme di pengaruhi oleh genetik juga oleh lingkungan. Periode

kritis perkembangan obesitas terbagi atas pre natal, usia 5-7 tahun, remaja,

dewasa muda, kehamilan dan menopose.

Tabel 2.1 Periode Perkembangan Kritis Obesitas (Obesity: preventing and managing the global epidemic. WHO. 2000.)

NO Periode Alasan Peningkatan Resiko

1 Pre natal Gizi semasa dalam kandungan berpengaruh langsung pada ukuran, bentuk

komposisi tubuh serta kompetensi metabolik dalam menangani gizi makro.

Pola pertumbuhan dalam kandungan terbukti bertalian dengan kegemukan

perut, obesitas serta faktor kormobiditas pada usia selanjutnya

2 Usia 5-7 tahun BMI body mulai meningkat cepat setelah masa pengurangan jaringan

lemak pada usia pra-sekolah.

3 Remaja Periode ‘otonim’ berkaitan erat dengan ketidak teraturan bersantap,

perubahan kebiasaan makan, tidak aktif pada waktu senggang dan

perubahan fisiologis kesemuanya bermuara sebagai peningkatan deposit

lemak terutama pada wanita.

4 Dewasa muda Pada usia ini, kegiatan fisik berkurang secara nyata pada wanita

berlangsung pada usia 15-19 tahun (sebagian dapat berlanjut menjelang

usia 30 tahun)

5 Kehamilan Berbagai penelitian membuktikan keterkaitan antara pertambahan usia dan

jumlah kehamilan (paritas) dengan penigkatan berat badan.

6 Menopouse Masa mati haid ini berpengaruh pada asupan pangan dan penyusutan laju

metabolisme basal (basal metabolik rate, BMR). Tetapi patofisiologinya

belum jelas benar.

21

d. Faktor genetik

Berdasarkan hasil kajian keluarga yang menunjukkan bahwa

komponen sindrom metabolik sangat mungkin dimiliki seorang pengidap

obesitas jika orang tuanya merupakan penyandang diabetes dan hipertensi

atau keduanya (Liese AD, 1997)

e. Penggunaan karbohidrat dan gula darah berlebihan

Penggunaan karbohidrat dan gula darah berlebihan serta penggunaan

asam lemak jenuh berlebihan, sementara asam lemak esensial berlebihan.

Karbohidrat adalah penyumbang kelimpahan insulin terutama akibat

refined sugar secara berlebihan dengan jangka panjang. Kelimpahan asam

lemak jenuh khususnya ketak selarasan perbandingan antara asam-asam

lemak bebas (omega 3 dan omega 6), mengakibatkan ketidaknormalan

membran sel yang pada akhirnya menghambat masuknya molekul

glukosa ke dalam sel.

f. Ketidak imbangan antara kalsium dan magnesium

Magnesium ialah mineral yang banyak berperan dalam berbagai peran

dalam kegiatan metabolik, seperti relaksasi otot dan saraf, pencernaan

lemak, aktifitas normal kelenjar tiroid, penurunan kadar kolesterol, dan

yang lainnya. Terkikisnya magnesium langsung memicu kontriksi

pembuluh darah, mengakibatkan peninggian tekanan darah serta

perangsang sistem saraf secara berlebihan.

22

Stress, Kerusakan Pangkreas

Gambar. 2.1 Diagram Alir Keterjadian Sindrom Metabolik (Cardiovaskular Diabetology, 2003)

Diagram ini mengambarkan hubungan antara sindrom

metabolik, resistensi insulin, hiperinsulinemia, dan hiperglikemia.

Resistensi insulin menyebabkan deaktifasi PPAR (perixisome

proliferators-activated receptor), yang mengawali sindrom metabolik.

Dari sini, sindrom metabolik menempuh dua jalur : (1) Jika sel beta

pangkreas masih dapat perfungsi, sekresi insulin akan bertambah

(hiperinsulinemia) dan resistensi insulin dapat dikompensasi

sementara, jalur ini mengarah pada komplikasi makrovascular. (2)

seandainya sel beta pangkreas rusak parah, sekresi insulin menyusut

drastis sehingga terjadi hiperglikemia. Jalur ini berakhir sebagai

komplikasi makro dan mikro vaskuler.

Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik yang di

letupkan oleh interaksi berbagai faktor genetik, imunologi, lingkungan

dan gaya hidup. Penyakit ini ditandai dengan hiperglikesemia, suatu

kondisi yang terjalin erat dengan kerusakan pembuluh darah besar

Asupan pangan berlebihan

GENETIK

Ketidak aktifan fisik

ADIPOGENESISBB BerlebihOBESITAS

Komplikasi makrovaskular

Komplikasi Makro Dan Mikrovaskular

HIPERGLIKEMI DM 2

RESISTENSI INSULIN

2. HIPERINSULIN

1. HIPERINSULIN

23

(makrovaskuler) maupun kecil (mikrovaskuler) yang berakhir sebagai

kegagalan, kerusakan, atau gangguan fungsi organ (Qian, Eathon,

2000).

Perubahan mikrovaskular diyakini para ahli telah dimulai

ketika kadar gula darah dibetes melebihi angka 126 mg/dl, sementara

kelainan makrovascular baru muncul beberapa tahun setelahnya

(Palumpo, 2001; skyler js, 1996). Perubahan mikrovascular

menyentuh mata dan ginjal yang berakhir sebagai retinopati, dan

nefropati. Sementara itu gangguan makrovascular terutama menimpa

sistem kardiovasculer dan tidak jarang berujung sebagai aterosklerosis

(Valente Am et al, 2001).

Keluhan awal dapat berupa peningkatan rasa haus (polidipsia)

dan lapar (polifagia) yang disertai peratambahan volume /frekuensi

berkemih (poliuria). Polifagia rasa lapar berlebihan terjadi karena

tubuh tidak mampu lagi memindahkan energi dalam sel,

menyebabkan sel menjadi kelaparan, dilain pihak sel-sel itu sendiri

tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan energi. Kelelahan

dan kelemahan yang lazim dirasakan oleh diabetes, merupakan

cerminan dari ketiadaan energi itu. Beberapa pasien kerap pula

mengeluhkan rasa gatal (pruritis), terutama di daerah genital, serta

penurunan berat bedan yang tak terjelaskan

24

2. Gaya hidup

Gaya hidup masyarakat atau lingkungan merupakan hasil dari

perubahan sosial, perubahan sosial sebetulnya merupakan suatu realitas yang

majemuk, bukan realitas tunggal yang diakibatkan oleh dinamika masyarakat

tertentu. Perubahan sosial adalah suatu bentuk peradaban umat manusia

akibat adanya eskalasi perubahan alam, biologi, fisik yang terjadi sepanjang

kehidupan manusia, menurut Laur, 1982 dalam Kammeyer, Ritzer and

Yetman, 1990:637-639) perubahan sosial (social change) adalah ”

variantions over time inthe relationships among individual, groups, cultures

and societies. Social change is pervasife; all-of social life is continually

changing’. Perubahan sosial sebetulnya bukan merupakan suatu satu titik atau

dua titik perubahan sikap komunitas suatu masyarakat akibat berubahnya

suatu tatanan masyarakat terjadi karena dipakainya idea-idea inovatif, tetapi

suatu gerak perubahan yang sangat besar, bukan lagi akibat pembangunan

dilakukan secara gencar oleh seperangkat birokrasi pemerintah, tetapi suatu

bentuk perubahan keinginan organisasi sosial dalam bentuk wajar ini terjadi

sebagai fenomena yang dirasakan masyarakat dalam berkehidupan.

Kehidupan manusia adalah satuan sosial terkecil dalam pola

belajarnya berhadapan pada tiga sistem aktifitas. Menurut Peter Senge (2000)

dalam “schools that learn’, manusia akan menjumpai: 1). The learning

classroom: manusia belajar dalam lingkungan kelas sehingga melibatkan

unsur guru, orang tua dan murid. 2). the learning school: manusia belajar

dalam lingkungan sekolah hingga melibatkan unsur kepala sekolah,

25

kelompok pengajar, murid dikelas lain, dan pegawai administrasi. 3). the

learning community; manusia belajar dari lingkungan komunitasnya sehingga

mencakup peran serta masyarakat, kelompok-kelompok belajar sepanjang

hidup, birokrasi yang mendukung, sumber informasi yang luas dan beragam.

Modernisasi secara umum dapat diungkap sebagai cara pandang (visi)

yang menjadi modus analisisnya kepada faktor manusia dalam suatu

masyarakat. Modernisasi kemudian menjadi semacam komoditi dikalangan

masyarakat, yang menempatkan faktor mentalitas menjadi penyebab

perubahan, sehingga dengan meningkatkan mentalitas akan dapat tercapai

modal utama peningkatan produksi ekonomi masyarakat disuatu komunitas,

modernisasi merupakan budaya yang berasal dari barat maka modernisasi

tidak terlepas dari keberadaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam

masyarakat konsep modernisasi telah menjadi asumsi yang tidak usah

ditanyakan lagi kebenarannya. Modernisasi adalah suatu proses transformasi

besar masayarakat, suatu perubahan dalam berbagai aspek kehidupan

masyarakat, istilah yang paling spektakuler dalam suatu masyarakat

perubahan teknik-teknik produksi dari cara-cara tradisional ke cara-cara

modern (J.W. Schoorl, 1982).

Hidup yang aktif adalah kehidupan yang hampir semua orang jalani

sebelum manusia mencapai keuntungan dari modernisasi industri,

perkembangan teknologi, otomobil, alat –alat yang mengurangi tenaga kerja

buruh, televisi, komputer, ponsel dan smart phone. Penemuan –penemuan

teknologi baru membuat kita memperkecil pengeluaran energi harian dengan

26

menggunakan tombol, keystroke dan komando suara untuk memenuhi

tuntunan hidup, kerja dan hiburan, sejajar dengan menurunnya kebutuhan

pengeluaran energi adalah meningkatnya konsumsi lemak, kemudahan, dan

fast food, secara terpisah menurunnya aktifitas dan meningkatnya konsumsi

makanan mungkin bukanlah suatu masalah, namun jika digabungkan pada

tahun-tahun dewasa ini, menimbulkan epidemi penyakit yang disebabkan

oleh cara hidup dan gaya hidup. Dibawah ini beberapa komponen pendekatan

modifikasi gaya hidup terhadap sindrom metabolik.

Tabel 2.2 Tabel Modifikasi Gaya Hidup Terhadap Sindrom Metabolik. Sumber (practicl advince for family physician to help overweight patient: an american family

physician monograph. American academic of family physicians, 2003)

No Komponan Modifikasi gaya hidup Anjuran praktis

1 Obesitas sentral Kurangi berat badan, tambah kegiatan fisik

Kurangi asupan kalori 250 kkal, kegitan fisik 30 menit, selama 5-7 hari perminggu

2 Tekanan darah Tinggi

Kurangi berat badan, batasi garam, tambah asupan buah dan sayur, bersama susu rendah lemak

Kurangi bb 10 Kg/ tahun, jangan tambah garam pada masakan santap >5 porsi sayur dan buah setiap hari, 3 porsi susu skim, yoghurt dan keju rendah lemak.

3 HDL rendah Hentikan rokok, kurangi BB, tambah kegiatan fisik, ganti lemak dengan unsuturated Jumlah sedang

Kurangi bb 10 Kg/ tahun, kegiatan fisik sedang 30 menit, selama 5-7 hari perminggu, jangan makan perment atau kue basah sebagai kudapan(ganti dengan kacang almond)

4 Trigliserit puasa tinggi

Kurangi BB dan asupan karbohidrat sederhana, batasi alkhohol, tambah asupan lemak Omega 3

Kurangi bb 10 Kg/ tahun, kurangi minuman ringan dan jus ganti dengan soda diet atau air saja, alkhoho cukup 1 sloki, pria 2 slokisehari, makan ikan (segar/kalengan) minimal 2xminggu

5 Gula darah puasa terganggu

Kurangi BB, tambah serat larut.

Kurangi bb 10 Kg, konsumsi lebih banyak biji, bijian uruh dan sereal(bijia berwarna coklat lebih baik dari pada putih)

27

Gaya hidup sehat dapat dimulai dengan membiasakan diri untuk lebih

selektif memilih jenis makanan yang dikonsumsi serta banyak melakukan

aktifitas dalam kehidupan sehari-hari.

a. Konsumsi Makanan

Perubahan gaya hidup dalam konsumsi pangan ini dipicu oleh

peningkatan/perbaikan pendapatan, kesibukan yang sangat tinggi,

promosi produk pangan trendy ala barat terutama fast food, namun

tidak diimbangi oleh pengetahuan dan kesadaran gizi (Kodyat,1994).

Kelompok warga kota yang berpenghasilan mapan dalam konsumsi

makanan sehari-hari selalu memiliki macam sifat seperti: 1). Selera

sentris gaya konsumsi pangan yang terlalu berorientasi pada unsur

selera terpukau oleh kenikmatan menyantap pangan sehingga timbul

gizi berlebih, 2). Gengsi sentris merupakan gaya konsumsi pangan

yang berorientasi pada pangan yang bergengsi tinggi seperti pangan

impor, khususnya fast foods, 3). Ekonomis sentris adalah pola gaya

konsumsi pangan dimana makanan yang telah dibayar/dibeli

dipaksakan untuk dikonsumsi habis tanpa mempertimbangkan

keseimbangan dan kecukupan gizi.(Kodyad,1994).

Terjadinya obesitas merupakan dampak dari terjadintya

kelebihan asupan energi (energi intake) di bandingkan dengan yang di

perlukan (energy expenditure) oleh tubuh sehingga kelebihan asupan

energy tersebut disimpan dalam bentuk lemak. Makanan merupakan

sumber dari asupan energi. Di dalam makanan yang akan di rubah

28

menjadi energi adalah zat gizi penghasil energi yaitu karbohidrat,

protein dan lemak. Apabila asupan karbohidrat, protein dan lemak

berlebih maka sisanya lemak, karbohidrat akan disimpan sebagai

glikogen dalam jumlah terbatas dan sisanya lemak, protein akan di

bentuk sebagai protein tubuh dan sisanya lemak. sedangkan lemak

akan disimpan sebagai lemak. Tubuh memiliki kemampuan

menyimpan lemak yang tidak terbatas. Faktor–faktor yang

berpengaruh dari asupan makanan terhadap terjadinya obesitas adalah

kuantitas, porsi perkali makan, kepadatan energi yang dari makanan

yang di makan, kebiasaan makan (contohnya malam hari) frekuensi

makan dan jenis makanan. gaya hidup sedentary adalah gaya hidup

dimana unsur gerak fisik sangat minimal sedangkan beban kerja

mental sangat maksimal (Kodyat,1994). Akibatnya energi yang masuk

dari makanan tidak digunakan secara optimal, sehingga akan

menyebabkan timbunan lemak dalam tubuh yang menimbulkan

kegemukan, terakhir adalah beban mental (stress) perjuangan hidup

yang keras menyebabkan beban mental atau stress tinggi, upaya yang

dilakukan adalah mengkonsumsi pangan secara berlebihan, semakin

tinggi frekuensi stress yang dialami seseorang semakin tinggi pula

resiko orang tersebut menderita kegemukan (Kodyat,1994). Dampak

dari banyaknya asupan makanan yang dimakan tanpa di sertai dengan

energi yang dikeluarkan dengan aktifitas fisik mengakibatkan

penurunan tingkat kebugaran pada individu serta beresiko terhadap

29

Sindrom Metabolik. Pemahaman pentingnya nutrisi makanan menjadi

semakin kritis karena semakin banyak orang bekerja, lembur, belajar

dan bergantung pada makanan yang penyajiannya mudah, dapat

dibawa pulang atau di makan secara cepat. Pilihan makan yang buruk

berakibat langsung pada kelebihan berat badan mengakibatkan

kegemukan dan secara tidak langsung mempengaruhi masalah lain

seperti depresi ketidaknyamanan sosial dan ekonomi. Pilihan

makanan yang sehat (terkadang disebut dengan nutrisi yang baik)

membantu mempertahankan atau mengurangi berat badan,

menurunkan kolesterol, mengurangi resiko sakit jantung, kangker dan

masalah lainnya serta membuat aktifitas fisik lebih menyenangkan.

b. Aktifitas Fisik

Aktifitas fisik lebih merupakan bentuk multidimensional yang

komplek dari perilaku manusia ketimbang kelas perilaku dan secara

teoritis, meliputi semua gerak tubuh mulai dari gerakan kecil hingga

turut serta dalam lari marathon. Meskipun bersifat perilaku, aktifitas

fisik mempunyai konswekuensi biologis, biasanya aktifitas fisik

mengacu kepada gerakan beberapa otot besar seperti terjadi ketika

menggerakkan lengan dan tungkai. Aktifitas fisik umumnya diartikan

sebagai gerak tubuh yang ditimbulkan oleh otot-otot skletal dan

mengakibatkan keluaran energi.

30

Aktivitas fisik dan pengeluaran energi adalah tidak sama.

Aktiftas fisik merupakan perilaku sedangkan pengeluaran energi

merupakan outcame dari perilaku tersebut. Hubungan antara gerak

tubuh , aktifitas fisik dan pengeluaran energi bisa di lihat pada gambar

di bawah ini .

Gambar 2.2 Model skematik yang menjelaskan hubungan antara gerak tubuh, aktifitas fisik dan pengeluaran energy. Serta contoh penkajian obyektif dan subyektif (Gizi Kesehatan Masyarakat.2008)

Untuk mementukan kuantitas aktifitas fisik yang menjadi

kebiasaan, berbagai aspek (domain) kehidupan sehari hari ketika

aktifitas fisik dilakukan harus dikenali.

GERAK TUBUH

Aktifitas fisik (perilaku)

Pengeluaran energy (outcame perilaku)

Dimensi pengkajian aktifitas fisik

Komputasi pengeluaran energy

Metode obyektif

Kolorimetri (indirec)

Doubly labeled water

Pemantauan frk jantung

Akselometer pedometer

Metode subyektif

Catatan harian aktifitas

31

Aktivitas fisik dan atau olah raga merupakan sebagian

kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari karena dapat

meningkatkan kebugaran yang diperlukan dalam melakukan tugasnya.

Aktifitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan

kebutuhan energi (energy expenditure), sehingga apabila aktifitas fisk

rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa lamanya kebiasaan

menonton televisi (inaktifitas) berhubungan dengan peningkatan

prevalensi obesitas, sedangkan aktifitas fisik yang sedang hingga

tinggi akan mengurangi kemungkinan terjadinya obesitas. Studi WHO

pada faktor- faktor risiko menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus-

menerus dalam bekerja adalah 1 dari 10 penyebab kematian dan

kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahun

disebabkan oleh kurangnya bergerak/aktifitas fisik. Pada kebanyakan

negara diseluruh dunia antara 60% hingga 85% orang dewasa tidak

cukup beraktifitas fisik untuk memelihara fisik mereka. Tahun 2020

diperkirakan penyakit tidak menular menjadi penyebab 73% kematian

dan 60% beban penyakit global. Demikian juga hasil Survey

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), proporsi penyakit kardiovaskuler

meningkat dari tahun ke tahun sebagai akibat kematian, 5,9% tahun

1975, 9,1% tahun 1986, 16% dan pada tahun 1995,19%.

Hasil penelitian Dede Kusmana tahun 2002 memperlihatkan

bahwa orang yang mempunyai gaya hidup: tidak merokok,

32

berolahraga secara teratur, dan melakukan kerja fisik, ternyata

berpeluang lima kali lebih tinggi terhidar dari penyakit jantung dan

stroke dari pada yang bergaya hidup sebaliknya. Selanjutnya menurut

Manoefris Kasim, tahun 2002, menambahkan bahwa faktor

kegemukan, kurang gerak, riwayat keluarga terkena penyakit

kardiovaskular, serta penyakit diabetes mempunyai risiko terkena

penyakit jantung koroner empat kali lebih tinggi dibanding yang tidak

menderita diabetes.

Rekomendasi aktifitas fisik yang terakhir bagi tujuan

kesehatan masyarakat pada orang dewasa menekankan akumulasi

aktifitas fisik yang sedang selama 30 menit dan dilakukan setiap hari

atau hampir setiap hari. Rekomendasi yang berkaiatan dengan

intensitas ini serupa dengan rekomendasi yang baru-baru ini

dipublikasikan orang dewasa muda, bahwa semua orang muda (yang

berusia 15-18 tahun) harus melakukan aktifitas fisik selama sedikitnya

60 menit setiap hari.

Aktifitas ini harus membantu meningkatkan kelenturan dan

kekuatan otot. Uraian tentang evolusi pedoman aktifitas fisik mulai

dari rekomendasi latihan fisik hingga promosi kesehatan masyarakat

diberikan dalam Physical Activity And Public Health: A Report From

The Surgeon General (htttp://www.cdc.gov/nccdphp/sgr/sgr.htm).

Bergerak/aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang

meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran Kalori),

33

Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan

terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan

ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Sehat adalah

keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Bugar

adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari -hari

tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan.

Untuk menganalisa bentuk aktifitas dengan menghitung intensitas,

frekuensi dan durasi yang dilakukan dalam kegiatan aktifitas sehari-

hari dengan indek aktifitas.

3. Kebugaran Jasmani

a. Definisi Kebugaran Jasmani

Pengertian kebugaran jasmani menurut Djoko Pekik (2000)

menyatakan bahwa kebugaran yang dikenal masyarakat secara umum

adalah kebugaran fisik jasmani yakni kemampuan seseorang untuk

melakukan kerja sehari hari secara efisien tanpa menimbulkan

kelelahan.

Kebugaran jasmani diartikan juga kemampuan seseorang

untuk menunaikan tugas sehari-hari tanpa merasa lelah serta masih

mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu

senggangnya dan untuk keperluaan-keperluan mendadak, dapat pula

ditambahkan bahwa kemampuan untuk menuanaikan tugas dengan

34

baik walaupun dalam keadaan sukar, bagi seorang yang kebugaran

jasmaninya kurang, tidak dapat melakukannya. (Sodoso, 1989)

Menurut Depkes RI (2004) menyatakan Kebugaran jasmani

ialah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-

hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan, dengan demikian

setiap orang mutlak memerlukan kebugaran agar bisa menjalankan

kehidupannya dengan nyaman tanpa keluhan.

Kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan

kegiatan atau pekerjaan sehari-hari dan adaptasi terhadap pembebanan

fisik tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan masih

mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggang

maupun pekerjaan yang mendadak serta bebas dari penyakit

(Permaesih, 2001).

Tubuh yang sehat merupakan hasil interaksi berbagai faktor

yang memepengaruhi kondisi tubuh, baik secara langsung maupun

tidak langsung, kebugaran jasmani dapat digolongkan menjadi tiga

kelompok menurut djoko pekik (2004), yaitu:

1) Kebugaran statis

Kebugaran statis merupakan keadaan seseorang yang bebas dari

penyakit dan cacat atau disebut dengan sehat.

2) Kebugaran dinamis

35

Merupakan kemampuann seseorang untuk bekerja secara efisien

yang tidak memerlukan keterampilan khusus, misalnya berjalan,

berlari, melompat dan mengangkat.

3) Kebugaran motoris

Merupakan kebugaran seseorang untuk bekerja secara efisien yang

memerlukan keterampilan khusus

Konsep kebugaran jasmani dibagi menjadi 2 yaitu kebugaran yang

berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran yang berkaitan dengan

perfomance (Moeloek, 1984), komponen kebugaran yang berhubugan

dengan kesehatan terdiri dari kebugaran jantung paru dan peredaran

darah, lemak tubuh kekuatan otot dan kelenturan sendi. Untuk

kebugaran yang berkaitan dengan perfomance komponen diatas di

tambah empat komponen lain, yakni ketahanan otot, tenaga otot,

ketangkasan dan kecepatan.

b. Komponen Kebugaran Jasmani

Kebugaran mempunyai beberapa komponen. Beberapa komponen

menurut Roji (2002) meliputi beberapa hal yaitu daya tahan

jantung/peredaran darah dan paru-paru, kemampuan adaptasi biokimia

seperti enzim-enzim dalam darah dan konsentrasi asam laktat dalam

plasma darah, bentuk tubuh, kekuatan otot, tenaga ledak otot, daya

tahan otot, kecepatan kelincahan, kelentukan, kecepatan reaksi,

koordinasi (Maselah. 2012).

36

Menurut Miller dan More House dalam Nur Hasan (2006)

kesegaran /kebugaran jasmani merupakan bagian dari total fitness,

dalam total fitnes terdapat beberapa komponen yaitu: Anatomi fitnes

dan physiologikal fitnes(kesegaran jasmani).

1) Anatomi fitness adalah hal yang sukar dikembangkan oleh

karena untuk pengembangan harus dimulai dari sejak masa

pertumbuhan anak, sehingga akan memerlukan waktu yang

sangat banyak dan hasilnya sangat minim sekali karena kita

akan terbentur pada faktor herediter yang kita tidak banyak

kita penuhi, sedangkan Physiological fitness kemampuan

tubuh untuk menyesuaikan fungsi fisiologisnya terhadap

keadaan lingkungan dan terhadap tugas fisik yang

memerlukan kerja otot secara: efisien, tak mengalami

kelelahan yang berlebihan, telah memperoleh yang

sempurna sebelum datangnya tugas-tugas pada hari

berikutnya.

2) Physiological fitness adalah suatu kemampuan untuk

melakukan tugas tertentu yang memerlukan usaha otot.

Sistem otot dan persyarafan merupakan hal yang lebih

primer, karena untuk kerja dapat ditampilkan melalui

perkembanganya kerja kelompok otot-otot besar yang

didukung oleh syaraf, sedangkan sistem jantung, paru-paru

dan peredaran darah merupakan kelompok sistem yang

37

mendukung dari kerja sistem primer otot-otot dan

persyarafan (Maselah,2012). Unsur–unsur kebugaran

jasmani

Menurut Corbin, C.B. dan Lindsey, R. (2007: 12-13) kebugaran

jasmani terdiri atas 11 bagian, 5 bagian berhubungan dengan

kesehatan dan 6 bagian berhubungan dengan keterampilan.

Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan meliputi:

a) Kebugaran kardiovaskuler (Cardiovascular fitness).

b) Kekuatan (Strength).

c) Daya tahan otot (Muscular endurance).

d) Kelentukan (Flexibility).

e) Lemak tubuh (Body fatnees)

Adapun kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan

meliputi:

a) Kelincahan (Agility).

b) Keseimbangan (Balance).

c) Koordinasi (Coordination).

d) Waktu reaksi (Reaction time).

e) Daya ledak (Power).

38

f) Kecepatan (Speed).

Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dikatakan

meliputi kebugaran kardiorespiratorik (aerobik), kekuatan serta

ketahanan otot, komposisi, dan fleksibilitas tubuh, kebugaran

kardiorespirasi berhubungan dengan kemampuan sistem respirasi dan

sirkulasi untuk memberikan oksigen pada otot selama seseorang

menjalankan aktifitas fisik.

Pengambilan oksigen maksimum (VO2 max), sering sekali

digunakan sebagai indikator untuk kebugaran kardiorespirasi

perseorangan. Biasanya VO2 max di ukur dengan kalori metri indirect

pada saat seseorang menjalani test latihan fisik yang bertahab hingga

terjadi kelelahan. Indikator ini dianggap sebagai penanda (marker)

terbaik untuk menunjukkan kebugaran aerobik.

c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani

Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 7-10) ada beberapa hal yang

menunjang kebugaran jasmani yang meliputi tiga upaya bugar yakni :

1) Makan Untuk mempertahankan hidup manusia memerlukan

makan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitas, yakni

memenuhi syarat makanan sehat berimbang, cukup energi,

nutrisi dan gizi bermanfaat untuk mendapatkan kebugaran

jasmani yang baik

2) Istirahat

39

Tubuh manusia tersususn atas organ, jaringan, dan sel yang

memiliki kemampuan kerja terbatas. Seseorang tidak akan

mampu bekerja terus menerus sepanjang waktu tanpa

berhenti. Kelelahan adalah salah tatu indicator keterbatasan

fungsi tubuh manusia. Untuk itu istirahat sangat diperlukan

agar tubuh memiliki kesempatan melakukan recovery

(pemulihan) sehingga dapat melakukan kerja dan aktivitas

sehari- hari dengan nyaman.

3) Berolahraga

Berolahraga adalah salah satu alternatif yang paling efektif

dan aman untuk memperoleh kebugaran jasmani karena

memiliki multimanfaat, antara lain manfaat jasmani

(meningkatkan kebugaran jasmani),manfaat psikis (lebih

tahan terhadap stress dan lebih mampu untuk

berkonsentrasi), dan manfaat sosial (dapat menamah rasa

percaya diri,sarana berinteraksi dan bersosialisasi). Adapun

manfaat lain dari latihan kebugaran jasmani adalah

penambahan kekuatan dan daya tahan mampu membantu

dalam melaksanakan tugas sehari-hari karena tidak lekas

lelah, latihan membantu memelihara kesehatan jantung dan

pembuluh darah, gerak yang baik bermanfaat bagi tubuh

manusia

40

Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 12 ), prinsip latihan kebugaran

meliputi:

1) Overload Pembebanan dalam latihan harus lebih berat

dibandingkan aktivitas fisik sehari-hari.

2) Specifity: Model latihan yang dipilih harus disesuaikan dengan

tujuan latihan yang hendak dicapai.

3) Reversible: Kebugaran yang telah dicapai akan berangsur menurun

bahkan hilang sama sekali, jika latihan tidak dikerjakan secara teratur

dengan takaran yang tepat.

Untuk dapat mengembangkan dan memelihara kebugaran jasmani

diperlukan cara yang teratur pada aktifitas jasmani.pengadaan kekuatan

berarti menambah kekuatan dan daya tahan otot. Adapun cara latihan harus

sesusi dengan prinsip S.P.O.R.T. Menurut Len Kravitz (1997) adalah sebagai

berikut:

a) Specifity

Merupakan cara latihan yang khusus tidak hanya berdasarkan kira-

kira kekhususan latihan yang di pilih harus sesui dengan tubuh

seseorang, tidak sekedar ikut-ikutan.

b) Progression

Latihan yang di haruskan haarus meningkat secara bertahab sehingga

tubuh akan lebih beradaptasi pada latihan yang dilakukan

c) Overload

41

Peningkatan beban latihan dengan cara bertahab sesuai dengan rumus

F.I.T, yaitu Frekuensi: untuk mendapatkan hasil yang maksimal

latihan dilakukan dalam satu minggu antara 3-5 kali. Intensitas

pembebanan latihan yang dilakukan antara 70%-85% dari denyut

jantung maksimal, antara 70% - 80% dari denyut jatung di sebut

traiing zone atau target zone/zona latihan, Time; waktu latihan

dilakukan secara bertahan antara 30-60 menit.

d) Reversibility

Latihan harus dilakukan secara kontinyu berkesinambungan yang

artinya tidak boleh berhenti latihan karena akan memepengaruhi

penurunan keterampilan, daya tahan, kekuatan dan lain-lain

e) Training effect

Latihan yang dilakukan sesuai dengan rumus dan prinsip akan

mempengaruhi peningkatan kemampuan badan terutama pada

kebugaran jasmani sebagai akibat dari latihan.

Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan mengacu kepada

komponen yang secara spesifik berhubungan dengan kesehatan dan pada

pada keadaan tertentu berhubungan dengan kinerja. Sementara itu

komponen kebugaran yang berkaitan dengan kinerja hanya berhubungan

dengan kinerja atletik.

Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan dikatakan meliputi

kebugaran kardiorespiratorik (aerobik), kekuatan serta ketahanan otot,

komposisi, dan fleksibilitas tubuh.

42

Gambar 2.3 Hubungan Antara Aktifitas Fisik, Latihan (Exercise) dan Kebugaran (Fitness) (Gizi Kesehatan

Masyarakat. 2008)

d. Kategori Tingkat Kebugaran Jasmani

Kusuma, (2007, dalam Halim, 2012) Perkembangan teknologi

dewasa ini telah membuat manusia lebih banyak menggunakan otak

dari pada tenaga fisik dan otot. Pada umumnya keadaan fisik menjadi

statis dan pasif tidak bugar baik jasmani dan rohaniah.

Aktifitas Fisik

Setiap gerak tubuh yang di hasilkan oleh otot-otot skletal dan mengakibatkan pengeluaran energy

Latihan exercise

Sub kelompok aktifitas fisik yang merupakan gerak tubuh yang terencana, terstruktur dan berulang untuk memeperbaiki atau mempertahankan satu komponen

kebugaran fisik atau lebih

Kebugaran fisik

Seperangkat kualitas yang dimiliki atau dicapai orang dan berhubungan dengan kemampuan melakukan aktifitas fisik

Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan

- Kebugaran kardiorespirasi- Kekuatan dan kekuatan otot- Komposisi tubuh- Kelenturan fleksibilitas

Kebugaran yang berhubungan dengan kinerja

- Kebugaran kardiorespirasi- Kekuatan dan ketahanan otot- Komposisi tubuh- Kelenturan (flexibilitas)- Tenaga otot (muscle power)- Kecepatan (speed)- Agilitas- Keseimbangan

43

Kusuma, (2007, dalam Halim, 2012) Studi WHO faktor-faktor

risiko menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus menerus dalam

bekerja adalah 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan di dunia.

Lebih dari 2 juta kematian setiap tahun disebabkan kurangnya

bergerak atau aktifitas fisik. Pada kebanyakan negara di seluruh dunia

antara 60% hingga 85 % orang dewasa tidak cukup beraktifitas untuk

memelihara fisik mereka.

Kebugaran dapat dicapai dengan memelihara aktifitas fisik

dalam kehidupan sehari-hari dengan pola makan yang seimbang, tidak

statis dan selalu dinamis dalam bergerak, untuk tingkat kebugaran

sendiri setiap individu memilki tingkat kategori yang berbeda-beda

pada setiap indivudu.

Kategori tingkat kebugaran di kelompokkan dengan 5 kategori

yaitu sangat kurang, sedang, baik dan sangat baik. Ciri pada masing-

masing kategori sebagai berikut:

1) Kategori sangat kurang

Diantaranya adalah orang yang malas atau kurang

menggunakan tenaga fisik, selalu duduk meja kantor tanpa

tanpa di selingi dengan ketiatan lain, selalu duduk berjam-

jam di depan televisi, orang yang terlalu banyak makan

pecandu rokok dan peminum alkhohol, tidak pernah bekerja

berat, tidak pernah berolahraga, tidak menggunakan fasilitas

jalan kaki dan yang lainnya

44

2) Kategori kurang

a) Orang yang berolahraga sekedar untuk pergaulan

b) Orang yang melakukan olahraga seminggu sekali

c) Orang yang berolahraga secara musiman

d) Orang yang tidak memanfaatkan waktu senggang

untuk berolahraga dll

3) Kategori sedang

a) Orang yang selalu memanfaatkan waktu senggang

untuk berolahraga

b) Orang yang melakukan jalan kaki secara rutin pada

pagi hari

c) Orang yang sering melakukan olahraga di jam kantor

d) Orang yang tekun memelihara kondisi tubuh.

4) Kategori baik

a) Orang yang telah mempunyai nilai aerobik > 30

b) Orang yang menempuh jarak >2400m dalam waktu 12

menit dengan lari cepat

c) Orang yang menempuh jarak >4800m dalam waktu 40

menit dengan jalan cepat

d) Orang yang tekun berlatih dan berusaha keras dalam

setiap bentuk latihan olahraga agar berprestasi

e) Orang yang sebagian besar waktunya dicurahkan

untuk kegiatan olaraga,

45

f) Orang yang melakukan olahraga kompetitif dengan

sampingan bentuk olahraga lain,

g) Orang yang telah berada pada kategori ini, sudah

tidak lagi program kondisi dalam prestasi, dan lainnya

5) Kategori sangat baik

a) Orang yang berolahraga kompetitif

b) Orang yang selalu memelihara kondisi fisik

c) Orang yang selalu aktif dalam tiga besar bidang

olahraga lari, bersepeda dan berenang

d) Orang yang mempunyai kategori sangat baik tidak

mememrukan program kondisi apapun dalam mengejar

kemampuan fisiknya.

e. Jenis Test Tingkat Kebugaran Jasmani

Beberapa macam test kebugaran jasmani (Halim, 2012):

1) Test lari 2400 m

Sarana lintasan/jalan datarsepanjang 2400m dan stop watch

caranya; peserta berlari secepat mungkin sepanjang lintasan

2400 m, waktu dicatat yang diperlukan untuk menyelesaikan

menempuh jarak tersebut. Apabila tidak kuat berlari terus

menerus dapat di selingi dengan jalan kaki kemudian lari

lagi. Peserta tidak boleh berhenti/istirahat makan dan minum

selama test berlangsung, bila berhenti test menjadi gagal

waktu yang di peroleh di cocokkan dengan tabel, dengan

46

demikian dapat diketahui termasuk mana dalam kategori

mana test tersebut.

2) Test lari 12 menit

Sarananya adalah meteran dan stop watch, caranya peserta

harus berlari secepat-cepatny selama 12 menit, lalu di ukur

dengan jarak yang di tempuh tersebut. Jarak yang di peroleh

kemudian di cocokkan pada tabel. Dengan demikian dapat di

ketahui dan kategori mana test tersebut.

3) Test jalan cepat 4.800 m

Sarananya lintasan atau jalan datar sepajang lintasan 4800

meter. Waktu dicatat yang diperlukan untuk menyelesaikan

untuk menempuh jarak tersebut. Waktu yang diperoleh di

cocokkna dengan tabel.

4) Test lari di tempat

Sarananya : a. Tidak perlu lintasan khusus, dapat

dilakukan di ruang tertutup tidak perlu luas dan tidak

tergantung cuaca, misalnya hujan, b. stopwatch dan c.

metronom.

Caranya: Peserta boleh melakukan pemanasan dulu,

kemudian meningkatkan gerakannya dengan cara lutut

diangkat setinggi-tingginya ke depan dengan ketukan

antara 80-90 permenit sesuai dengan irama metronom.

Peserta boleh bergerak ke sana-kemari bila bosan asal cara

47

lari tetap lutut diangkat tinggi-tinggi, waktu mulai

dihitung dari saat peserta mulai lari dengan lutut diangkat

tinggi 80-90 sentakan permenitsampai dengan tidak kuat.

Waktu yang diperoleh dicocokkan dengan tabel, dengan

demikian dapat diketahui termasuk dalam kategori mana

tes tersebut.

5) Test naik turun bangku (havard step test)

Sarananya : a. Bangku setinggi 48 cm untuk laki dan

untuk perempuan 43 cffi, b.stopwatch, dan c. metronom.

Caranya'. Peserta berdiri di depan bangku dengan posisi

tegak, harus naik turun dengan irama 120 kali permenit

yang distel dari metronom selama 5 menit. Peserta

menaikkan kaki kanan pada bangku, lalu diberitahu start

stopwatch dimulai kemudian kaki kiri diangkat dengan

mengikuti irama metronom, sehingga peserta berdiri di

atas bangku, lalu kaki kanan diturunkan, lalu kaki kiri

diturunkan sehingga peserta berdiri didepan bangku. Bila

peserta sudah lelah sebelum 5 menit, pengukuran

dihentikan (catat waktunya). Peserta yang mencapai 5

menit dan yang tidak mencapai 5 menit, disuruh duduk

istirahat 1 rnenit, lalu dihitung denyut nadinya 3 kali

masing-masing 30 detik (1'- l'30",2'-2'30" dan 3'-3'30"),

48

lalu dihitung dengan cara lambat atau cara cepat dengan

rumus sebagai berikut :

Caralambat : (waktu dalam detik X 100) / 2 X (nadi ke 1 +

nadi ke 2 + nadi ke 3).

Cara cepat: (waktu dalam detik X 100) / 5,5 X nadi selama

1' -1'30" Setelah didapat dicocokkan hasilnya, maka dapat

diketahui kategori mana tes tersebut.

6) Test naik turun bangku sharkey

Sarananya : a. Bangku tinggi 40 cm untuk laki dan 33

cm untuk perempuan, b.stopwatch, c. metronom dan d.

Timbangan badan.Caranya: Peserta ditimbang berat

badannya, dan diharuskan naik turun bangku seperti Harlard

step test dengan irama 90 X permenit (metronom distel

90 X permenit) selama 5 menit. Setelah 5 menit peserta

diberi istirahat 15 detik kemudian dihitung denyut nadinya

selama 15 detik, lalu dikali 4 menjadi denyut nadi

permenit, hasilnya dicocokkan dengan tabel, sehingga

dapat diketahui kategori mana tes tersebut.

7) Test naik turun bangku Kash

Sarananya: a. Bangku tinggi 30 cffi, b. metronom, dan c.

stopwatch. Carartya: Peserta diharuskan naik turun bangku

dengan irama 96 X permenit (metronom distel 96 X

permenit) dengan cara yang sama dengan Hartard step test

49

selama 3 menit. Setelah selesai peserta disuruh duduk dan

istirahat 5 detik lalu dihitung denyut nadinya selama satu

menit, hasilnya dicocokkan dengan tabel, sehingga dapat

diketahui kategori mana tes tersebut.

8) Test sepeda statis Astrand

Sarananya : a. Sepeda statis yang ada rpm, b.timbangan, c.

stopwatch. Caranya: Peserta duduk di sadel sepeda dengan

posisi kaki menginjak pedal tapi lututnya lurus, peserta

mengayuh sepeda statis antara 50 rpm -60 rpm selama 6

menit, lalu dicatat denyut nadinya setelah 6 menit, kemudian

dicocokkan dengan no normogram Astrand sehingga dapat

diketahui kategori mana tes tersebut.

9) Treatmild test dan lain – lain

Sarananya: Peralatan treadmill ini biasanya dipergunakan di

rumah sakit dan memerlukan biaya yang cukup mahal.

Caranya: Dimulai dengan landasan datar, yang dinaikkan

l/z' setiap 3 menit dengan kecepatan tetap, sampai 10

menit lalu dihitung denyut jantungnya kemudian dicocokan

dengan tabel sehingga dapat diketahui kategori mana tes

tersebut.

50

f. Pengukuran Tingkat Kebugaran Jasmani Pada Penelitian

Pengukuran tingkat kebugaran jasmani seseorang dapat dilihat

dari indikator-indikator yang terjadi. Menurut sastropoenar (1992:7) “

indikator tingkat kebugaran jasmani seseorang adalah kemampua atau

kapasitas seseorang untuk menggunakan oksigen sebanyak-banyaknya

(Kapasitas Aerobik Maksimal = VO2 Max)”. Salah satu faktor

penting untuk menentukan kesegaran kardiovascular adalah mengukur

besarnya VO2 max.

Menurut Mahardika (2008: 83-89), jenis test kebugaran

jasmani yang paling baik dan fisible untuk dilaksanakan diantaranya

sebagai berikut: Tes jalan lari 15 menit (Tes Balke), Multistage

Fitness Test (MFT) atau 20 meter (shuttle run test), Tes Kebugaran

Jasmani Indonesia (TKJI), Tes Kebugaran Jasmani Lari 2.4 Km

Cooper, Tes Kebugaran Jasmani Lari 12 menit Cooper, Naik Turun

Bangku. Dari beberapa metode tes yang bisa digukan, Tes MFT

atau Multistage Fitness Test adalah metode tes yang paling mudah

untuk digunakan. Hal ini karenapada saat pelaksanaan tes MFT

tidak memerlukan lintasan lari yang terlalu panjang yaitu hanya

sekitar 20 meter. Selain itu, hasil tes yang berupa tingkat VO2 max

dapat langsung dilihat pada tabel hasil MFT tanpa perlu melakukan

perhitungan terlebih dahulu.

Kemampuan aerobik maksimal (Vo2 max) merupakan nilai

tertinggi dimana seseorang dapat mengkonsumsi oksigen selama

51

latihan, serta merupakan refleksi dari unsur kardiorespirasi dan

hematologik dari pengantaran oksigen dan mekanisme oksidatif

otot Orang dengan tingkat kebugaran yang baik memiliki nilai

VO2 max lebih tinggi dan dapat melakukan aktivitas lebih kuat

dibanding mereka yang tidak dalam kondisi baik. Tenaga aerobik

maksimal, sering kali disebut penggunaan oksigen maksimal,

adalah tempo tercepat dimana seseorang dapat menggunakan

oksigen selama olahraga yang dalam litelatur fisiologis tenaga

aerobik maksimal disingkat sebagai VO2 max (Pate, 1993 : 255).

Berikutnya Pate juga menjelaskan bahwa VO2 max adalah kecepatan

terbesar pemakaian oksigen dan merupakan ukuran mutlak kecepatan

terbesar dimana seseorang dapat menyediakan energi ATP dengan

metabolisme aerobik.

Hampson (1998) ahli fisiologis menggambarkan VO2 max

atau volume oksigen maksimal, Merupakan suatu ukuran kapisitas

setiap individu dalam menghasilkan energi yang diperlukan saat

aktifitas daya tahan. Dan VO2 max adalah salah satu faktor yang

paling utama untuk menentukan kemampuan individu berlatih

yang lebih panjang dibanding latihan selama empat atau lima menit

VO2 max adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan

oksigen selama kegiatan maksimal. Besarnya pasokan energi yang

berasal dari sistim aerobik maksimal disebut dengan daya aerobik

maksimal.

52

VO2 max dinyatakan sebagai volume total oksigen yang

digunakan per menit sehingga dalam pengukuran tingkat VO2

max seseorang bisa menggunakan satuan liter per menit atau cc per

kg berat badan (BB) per menit (Kokasih, 1985:29). Sumber lain

mengatakan bahwa satuan VO2 max adalah mililiter per Kg Berat

Badan (BB) per menit atau biasa dikenal dengan ml/Kg/menit. Hal

ini bukanlah sebuah masalah karena besaran CC atau CM3 sebanding

dengan besaran ML atau Mililiter.

Tingkat VO2 Max setiap orang pasti akan berbeda-beda.

Beberapa ahli menyebutkan ada beberapafaktor yang menentukan

tingkat VO2 max seseorang. Menurut Engkos Kokasi (1985:29),

Beberapa faktor yang dapat menentukan tingkat VO2 max

seseorang antara lain : Faktor genetik atau keturunan, Faktor latihan

yang dijalankan, Faktor teknik yang dipakai dalam latihan, Faktor

kemajuan teknik atau perlengkapan yang menunjang.

Sedangkan menurut Pate, dkk (1993: 256), Faktor-Faktor

yang Menentukan Nilai VO2 max antara lain :

1) Fungsi Paru Dan Kardiovaskuler.

a. Fungsi Paru – Paru

Pada saat melakukan aktivitas fisik yang intens,

terjadi peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot yang

sedang bekerja. Kebutuhan oksigen ini didapat dari

53

ventilasi dan pertukaran oksigen dalam paru-paru. Ventilasi

merupakan proses mekanik untuk memasukkan atau

mengeluarkan udara dari dalam paru.

Proses ini berlanjut dengan pertukaran oksigen dalam

alveoli paru dengan cara difusi. Oksigen yang terdifusi

masuk dalam kapiler paru untuk selanjutnya diedarkan melalui

pembuluh darah ke seluruh tubuh. Untuk dapat memasok

kebutuhan oksigen yang kuat, dibutuhkan paru-paru yang

berfungsi dengan baik, termasuk juga kapiler dan pembuluh

pulmonalnya. Pada seorang atlet yang terlatih dengan baik,

konsumsi oksigen dan ventilasi paru total meningkat

sekitar 20 kali pada saat ia melakukan latihan dengan

intensitas maksimal.

Pada fungsi paru, dikenal juga istilah perbedaan

oksigen arterivena (A-VO2diff). Selama aktivitas fisik

yang intens, A-V O2 akan meningkat karena oksigen darah

lebih banyak dilepas ke otot yang sedang bekerja, sehingga

oksigen darah vena berkurang. Hal ini menyebabkan

pengiriman oksigen ke jaringan naik hingga tiga kali lipat

daripada kondisi biasa.

54

Peningkatan A-VO2diff terjadi serentak dengan

peningkatan cardiac output dan pertukaran udara sebagai

respon terhadap olah raga berat.

b. Fungsi Kardiovaskuler

Respon kardiovaskuler yang paling utama terhadap

aktivitas fisik adalah peningkatan cardiac output.

Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan isi sekuncup

jantung maupun heart rate yang dapat mencapai sekitar

95% dari tingkat maksimalnya. Karena pemakaian oksigen

oleh tubuh tidak dapat lebih dari kecepatan sistem

kardiovaskuler menghantarkan oksigen ke jaringan, maka

dapat dikatakan bahwa sistem kardiovaskuler dapat

membatasi nilai VO2 max

2) Sel Darah Merah (Hemoglobin)

Karena dalam darah oksigen berikatan dengan hemoglobin,

maka kadar oksigen dalam darah juga ditentukan oleh kadar

hemoglobin yang tersedia. Jika kadar hemoglobin berada di

bawah normal, misalnya pada anemia, maka jumlah oksigen

dalam darah juga lebih rendah. Sebaliknya, bila kadar

hemoglobin lebih tinggi dari normal, seperti pada keadaan

polisitemia, maka kadar oksigen dalam darah akan meningkat.

Hal ini juga bisa terjadi sebagairespon adaptasi pada orang

55

orang yang hidup di tempat tinggi. Kadar hemoglobin

rupanya juga dipengaruhi oleh hormon androgen melalui

peningkatan pembentukan sel darah merah. Laki-laki memiliki

kadar hemoglobin sekitar 1-2 gr per 100 ml lebih tinggi

dibanding wanita.

3) Komposisi Tubuh

Jaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak

mendukung kemampuan untuk secara langsung menggunakan

oksigen selama olah raga berat. Maka, jika VO2 max

dinyatakan relatif terhadap berat badan, berat lemak cenderung

menaikkan angka penyebut tanpa menimbulkan akibat pada

pembilang VO2max; VO2(mk/kg/menit) = VO2(LO2) x 1000 :

Berat badan (kg) Jadi, kegemukan cenderung mengurangi

VO2max

4). Umur

Penelitian cross-sectional dan longitudinal nilai VO2 max

pada anak usia 8-16 tahun yang tidak dilatih menunjukkan kenaikan

progresif dan linier dari puncak kemampuan aerobik, sehubungan

dengan umur kronologis pada anak perempuan dan laki-laki. VO2

max anak laki-laki menjadi lebih tinggi mulai umur 10 tahun,

walau ada yang berpendapat latihan ketahanan tidak terpengaruh

pada kemampuan aerobik sebelum usia 11 tahun. Puncak nilai

56

VO2 max dicapai kurang lebih pada usia 18-20 tahun pada kedua

jenis kelamin. Secara umum, kemampuan aerobik turun perlahan

setelah usia 25 tahun. Penelitian dari Jackson AS et al.

menemukan bahwa penurunan rata-rata VO2 max per tahun

adalah 0.46 ml/kg/menit untuk pria (1.2%) dan 0.54 ml/kg/menit

untuk wanita (1.7%). Penurunan ini terjadi karena beberapa hal,

termasuk reduksi denyut jantung maksimal dan isi sekuncup jantung

maksimal.

5. Jenis Kelamin

Kemampuan aerobik wanita sekitar 20% lebih rendah dari

pria pada usia yang sama. Hal inidikarenakan perbedaan hormonal

yang menyebabkan wanita memiliki konsentrasi hemoglobin lebih

rendah dan lemak tubuh lebih besar. Wanita juga memiliki massa

otot lebih kecil daripada pria. Mulai umur 10 tahun, VO2Max anak

laki-laki menjadi lebih tinggi 12% dari anak perempuan. Pada

umur 12 tahun, perbedaannya menjadi 20%, dan pada umur 16

tahun VO2 max anak laki-laki 37% lebih tinggi dibanding anak

perempuan. Sehubungan dengan jenis kelamin wanita.

6. Suhu

Pada fase luteal menstruasi, kadar progesteron meningkat.

Padahal progesteron memiliki efek termogenik, yaitu dapat

meningkatkan suhu basal tubuh. Efek termogenik dari progesteron

57

ini rupanya meningkatkan BMR, sehingga akan berpengaruh pada

kerja kardiovaskuler dan akhirnya berpengaruh pula pada nilai VO2

max. Sehingga, secara tidak langsung, perubahan suhu akan

berpengaruh pada nilai VO2 max

7. Keadaan latihan

Latihan fisik dapat meningkatkan nilai VO 2Max Namun

begitu, VO2max ini tidak terpaku pada nilai tertentu, tetapi dapat

berubah sesuai tingkat dan intensitas aktivitas fisik. Contohnya,

bed-rest lama dapat menurunkan VO2 max antara 15%-25%,

sementara latihan fisik intens yang teratur dapat menaikkan VO2

max dengan nilai yang hampir serupa. Latihan fisik yang efektif

bersifat endurance (ketahanan) dan meliputi durasi, frekuensi, dan

intensitas tertentu. Sehingga dengan begitu dapat dikatakan bahwa

kegiatan dan latar belakang latihan seorang atlet dapat

mempengaruhi nilai VO2 maks –nya.

Tenaga aerobik maksimal paling tepat diukur dengan

mengamati tingkat pemakaian oksigen pada seseorang yang

melakukan olahraga aktifitas dimana intensitasnya ditingkatkan

sampai terjadi kelelahan (Pate, dkk, 1993:255). Selanjutnya Pate, dkk

(1993:312) menyatakan bahwa perkiraan valid dari VO2 max dapat

diperoleh dengan mengerahkan baik tenaga maksimal maupun

58

dengan mengamati kecepatan detak jantung sebagai tanggapan

terhadap latihan standar submaksimal.

B. Kerangka Pikir

Gaya hidup masyarakat atau lingkungan merupakan hasil dari

perubahan sosial, perubahan sosial adalah suatu bentuk peradaban umat

manusia akibat adanya eskalasi perubahan alam, biologi, fisik yang terjadi

sepanjang kehidupan manusia, ini bisa terjadi pada kalangan pendidikan

tinggi.

Perubahan Gaya hidup yang terjadi pada kalangan pendidikan tinggi

adalah pada pola konsumsi makanan dan kurangnya aktifitas fisik akibat

kesibukan yang sangat tinggi dengan penjadwalan mata kuliah yang padat

pada mahasiswa/mahasiswi, serta promosi produk pangan trendy ala barat

terutama fast food, tidak diimbangi oleh pengetahuan gizi. Pola gaya hidup

sedentary merupakan pilihan dari kalangan pendidikan tinggi, mempunyai

ciri khusus unsur gerak fisik sangat minimal sedangkan beban kerja mental

sangat maksimal. Makin tinggi tingkat pendidikan maka makin berkurang

dalam aktifitas fisik, serta sering mengkonsumsi makanan yang berlemak.

Akibatnya energi yang masuk dari makanan tidak digunakan secara

optimal, sehingga menyebabkan timbunan lemak dalam tubuh yang

menimbulkan kegemukan, terakhir adalah beban mental (stress) tinggi.

menyebabkan upaya yang dilakukan adalah mengkonsumsi pangan secara

berlebihan sehingga timbulnya berat badan berlebihan

59

Faktor pencetus kegemukan memicu terjadinya hipertensi,

penumpukan lemak pada bagian pinggiran tubuh dan peningkatan pada gula

darah, Dampak dari banyaknya asupan makanan yang konsumsi tanpa

disertai dengan pembakaran energi dengan aktifitas fisik mengakibatkan,

Penurunan aktifitas fisik dan Tingkat kebugaran jasmani pada individu serta

berisiko terhadap Sindrom Metabolik.

Sindrom Metabolik ditegakkan, apabila seseorang memiliki sedikitnya

tiga dari kriteria 5 kriteria penentu, pada penelitian ini hanya 3 kriteria

penentu yaitu:1). Peningkatan tekanan darah (≥130/85 mmHg). 2).

Peningkatan glukosa darah puasa (≥100 mg/dl) .3). Lingkar perut laki-laki

≥90 cm dan pada wanita ≥80 cm

Dari kerangka berfikir diatas peneliti ingin melakukan penelitian pada

mahasiswa tentang: Hubungan gaya hidup terhadap risiko Sindrom

Metabolik, Hubungan antara tingkat kebugaran jasmani terhadap risiko

Sindrom Metabolik dan Hubungan secara bersama antara gaya hidup dan

tingkat kebugaran terhadap risiko terjadinya Sindrom Metabolik.

Gaya hidup Sedetary Merupakan Gaya Hidup Pilihan pada kalangan

pendidikan tinggi.

60

Gambar. 2.4. Kerangka Berfikir

C. Hipotesis

1. Ada Hubungan Positif Gaya Hidup Dan Risiko Sindrom Metabolik

2. Ada Hubungan Positif Tingkat Kebugaran Jasmani Dan Risiko Sindrom

Metabolik

3. Adanya Hubungan Positif Secara Bersama Gaya Hidup Dan Tingkat

Kebugaran Jasmani Terhadap Risiko Sindrom Metabolik.

Gaya Hidup

Pola Aktifitas Konsumsi Makanan

Tingkat Kebugaran jasmani

RESIKO SINDROM METABOLIK

Tekanan darah

Lingkar Perut

Gula Darah

Tekanan darah

Lingkar perut

Gula darah

Tekanan darah

Lingkar perut

Gula darah

61