BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan...

64
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Olahraga Taekwondo a. Hakekat olahraga Taekwondo Olahraga sudah dikenal lama, baik oleh negara berkembang atau negara maju. Banyak negara yang memprioritaskan bidang olahraga karena keunggulan di bidang olahraga sudah menjadi ikon kebanggaan banyak negara. Olahraga yang diikuti termasuk bidang renang, lari, panah, beladiri, dan sebagainnya. Beladiri yang diikuti termasuk Karate, Wushu, pencak silat, dan Taekwondo. Taekwondo adalah olahraga warisan budaya Korea. Taekwondo sekarang menjadi seni bela diri korea yang diminati diseluruh dunia. Taekwondo terdiri dari tiga kata yaitu Tae, Kwon dan Do. Tae dalam pengertiannya berarti kaki atau menghancurkan dengan kaki, Kwon berarti tangan atau mengantam dan mempertahankan diri dengan tangan serta Do sebagai seni atau cara mendisiplinkan diri. Taekwondo berarti seni atau cara mendisiplinkan diri atau seni bela diri yang menggunakan teknik kaki dan tangan kosong. Dalam sejarah perkemabangannya terdapat dua jenis aliran besar Taekwondo yang berkembang di dunia, begitu juga di Indonesia yang mulai masuk pada tahun 70-an, dua aliran Taekwondo itu adalah aliran yang berafiliasi dengan International Taekwondo Federation (ITF) yang berpusat di Toronto, Kanada, dan aliran yang berafiliasidengan World Taekwondo Federation (WTF) yang berpusat di Kukkiwon, Seoul, Korea Selatan. Pada awal tahun 1980-an kedua aliran tersebut memiliki organisasi ditingkat nasionalnya sendiri. Hingga kemudian, dengan hasil keputusan Musyawarah Nasional Taekwondo, berdirilah organisasi yang menanungi kedua aliran tersebut di Indonesia. Dan pada tanggal 28 Maret 1982 secara resmi 9

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

9

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Olahraga Taekwondo

a. Hakekat olahraga Taekwondo

Olahraga sudah dikenal lama, baik oleh negara berkembang atau

negara maju. Banyak negara yang memprioritaskan bidang olahraga karena

keunggulan di bidang olahraga sudah menjadi ikon kebanggaan banyak

negara. Olahraga yang diikuti termasuk bidang renang, lari, panah, beladiri,

dan sebagainnya. Beladiri yang diikuti termasuk Karate, Wushu, pencak

silat, dan Taekwondo.

Taekwondo adalah olahraga warisan budaya Korea. Taekwondo

sekarang menjadi seni bela diri korea yang diminati diseluruh dunia.

Taekwondo terdiri dari tiga kata yaitu Tae, Kwon dan Do. Tae dalam

pengertiannya berarti kaki atau menghancurkan dengan kaki, Kwon berarti

tangan atau mengantam dan mempertahankan diri dengan tangan serta Do

sebagai seni atau cara mendisiplinkan diri. Taekwondo berarti seni atau cara

mendisiplinkan diri atau seni bela diri yang menggunakan teknik kaki dan

tangan kosong.

Dalam sejarah perkemabangannya terdapat dua jenis aliran besar

Taekwondo yang berkembang di dunia, begitu juga di Indonesia yang mulai

masuk pada tahun 70-an, dua aliran Taekwondo itu adalah aliran yang

berafiliasi dengan International Taekwondo Federation (ITF) yang berpusat

di Toronto, Kanada, dan aliran yang berafiliasidengan World Taekwondo

Federation (WTF) yang berpusat di Kukkiwon, Seoul, Korea Selatan. Pada

awal tahun 1980-an kedua aliran tersebut memiliki organisasi ditingkat

nasionalnya sendiri. Hingga kemudian, dengan hasil keputusan Musyawarah

Nasional Taekwondo, berdirilah organisasi yang menanungi kedua aliran

tersebut di Indonesia. Dan pada tanggal 28 Maret 1982 secara resmi

9

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

10

berdirilah Taekwondo Indonesia (TI) yang berkeinginan mewujudkan

Taekwondo menjadi olahraga beladiri yang berwatak dan berkepribadian

Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan berazaskan kekeluargaan.

Olahraga Taekwondo tidak hanya mengajarkan aspek fisik semata,

melainkan juga sangat menekankan pengajaran aspek disiplin mental.

Dengan demikian, Taekwondo akan membentuk sikap mental yang kuat dan

etika yang baik bagi orang yang sacara sungguh-sungguh mempelajarinya

dengan benar. Taekwondo mengandung unsur filosofi yang mendalam

sehingga dengan mempelajari Taekwondo, pikiran, jiwa dan raga secara

menyeluruh akan dapat ditumbuh kembangkan. Jika diartikan secara

sederhana, Taekwondo berarti seni atau cara mendisiplinkan diri atau seni

bela diri yang menggunakan teknik kaki dan tangan kosong

(Suryadi,2002:15).

Tiga materi terpenting dalam berlatih Taekwondo adalah taeguk,

kyukpa, dan kyoruki. Mempelajari Taekwondo tidak dapat hanya menyentuh

aspek keterampilan teknik bela dirinya saja, namun harus meliputi aspek

fisik, mental dan spiritualnya. Untuk itu, seseorang yang berlatih

Taekwondo sudah seharusnya menunjukan kondisi fisik yang baik, mental

yang kuat dan semangat yang tinggi.

Dasar-dasar Taekwondo terbentuk dari kombinasi berbagai teknik

gerakan menyerang dan bertahan yang menggunakan bagian tubuh untuk

menghadapi lawan. Untuk menjadi Taekwondoin yang handal harus

menguasai teknik dasar Taekwondo yang terdiri atas: 1) Bagian tubuh yang

menjadi sasaran atau keup so, 2) Bagian tubuh yang digunakan untuk

menyerang atau bertahan, 3) Sikap kuda-kuda, 4) Teknik bertahan dan

menangkis atau makki, 5) Teknik serangan atau kongkyok kisul yang terdiri

atas: pukulan atau jierugi, sabetan atau chigi, tusukan atau chierugi dan

tendangan atau chagi (Suryadi, 2002:9).

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

11

b. Teknik dasar Taekwondo

Dalam Taekwondo, tubuh menjadi sarana ekspresi dan bentuk ekspresi

itu adalah gerakan. Tipe-tipe gerakan dapat dibagi menjadi lima komponen

dalam istilah elemen-elemen mendasarnya dan sikap formalnya.

Tipe gerakan pertama adalah gerakan komposisional. Sikap-sikap

dasar manusia bukan hanya dari gerakan-gerakan tubuh yang mendasarkan

seperti gerakan dalam arah-arah tertentu, berputar, membuka dan menutup,

dan melompat, tetapi juga termasuk kuda-kuda, penghadangan

(blocking/tangkisan), memukul, dan menusuk juga dapat ditumpuan pada

satu bagian tangan atau kaki. Tipe gerakan kedua adalah gerakan unit. Unit

gerakan mengacu kepada gerakan-gerakan sempurna yang ditumpukan pada

kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah

gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan atau lebih yang saling

terhubung. Tipe gerakan keempat adalah suatu gerakan yang kompleks.

Tipe gerakan kelima adalah suatu proses gerakan.

Gerakan yang kompleks akan menyertakan kombinasi-kombinasi dari

suatu serangan atau penghadangan, suatu serangan dan suatu serangan, serta

suatu penghadangan. Sebagai contoh, keumgang apjireugi “diamond

forward punch” (pukulan berlian ke depan) dan gerakan kedua dalam taeguk

4 jang, yaitu pyonsonkkeut tzierugi “flat hand fungertips thrusting” (tusukan

ujung jari dengan telapak tangan membuka) semuanya terdiri dari serangan

dan penghadangan yang simultan. Selain itu, meongyechigi “yoke hiting”

(pukulan kuk) adalah suatu kombinasi antara suatu serangan dan serangan

lainnya. Juga sonnaldeung makki “back of hand-blade block” (tangkisan

tepi tangan bagian belakang) dan santeulmaki “wide open blocking”

(penghadapan yang membuka lebar) adalah suatu kombinasi dari dua

penghadapan yang simultan (The book of Taekwondo, WTF, 2007).

Ketika melakukan sebuah gerakan, 2 hal yang harus disimpan dalam

pikiran, satu adalah pergerakan yang berkenaan dengan persiapan gerakan

dan yang lain adalah gerakan utama. Sebagai contoh, di Poomsae taeguk 1

jang. Pada arah saat da3 dan ra3, ketika melakukan sebuah momtong

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

12

bandaejireugi setelah melakukan apchagi, bergerak dari pinggang (tulang

pinggul). Gerakan persiapan dalam hal ini adalah “menarik satu kepalan

sepenuhnya dari pinggang” dan “menjatuhkan/ melakukan pukulan dari

pinggang adalah sebagai pergerakan utama”

Teknik-teknik dasar pada Taekwondo menurut Hu-Seup Song dan

Jong-o Kim dalam Jopres (2007) antara lain :

1) Kuda-kuda (Seogi)

Kuda-kuda atau seogi yang terdiri atas: apseogi adalah kuda-kuda

dengan posisi berjalan, kaki depan menahan 70% berat badan, apkoobi

adalah kuda-kuda dengan dengan posisi kedua kaki dibuka kira-kira

selebar bahu dengan membentuk sudut 45 derajat, dwitkoobi adalah

kuda-kuda dengan posisi kedua kaki dibuka lebar, berat badan 90%

berada pada kaki belakang. Beomseogi adalah kuda-kuda dengan posisi

mirip dengan posisi harimau pada saat hendak melompat. Kaki belakang

lurus, ditekuk, kaki depan agak maju, dengan posisi kaki jinjit. Keduanya

membentuk sudut 45 derajat. Moa seogi adalah kudakuda dengan posisi

kaki rapat, posisi badan tegak lurus. apjoochoom adalah kuda-kuda

dengan posisi kedua kaki dibuka selebar bahu ke arah depan, ditekuk.

Pyeonhi seogi adalah kuda-kuda dengan posisi kedua kaki dibuka lebar

ke samping kanan kiri. Posisi ini biasanya menjadi posisi siap melakukan

gerakan teknik dasar. Koa Seogi adalah kuda-kuda dengan posisi kedua

kaki disilangkan, mengangkat ujung kaki belakang (jinjit), dengan

menekan kedua lutut. Haktari seogi adalah kuda-kuda dengan posisi

mengangkat salah satu kaki dan meletakkannya di samping lutut yang

lain. Haktari ogeum seogi adalah kuda-kuda dengan posisi sama dengan

kuda-kuda haktari seogi, hanya saja kaki yang lain dibiarkan

menggantung. Joochoom seogi adalah kuda-kuda dengan posisi

membuka kedua kaki lebar ke samping, lutut ditekuk.

2) Pukulan dan tangkisan (Makki dan Jireugi)

Pukulan dan Tangkisan atau makki dan jireugi yang terdiri atas:

arae makki adalah tangkisan untuk menangkis tendangan dari arah

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

13

depan. Eolgool makki adalah tangkisan untuk menangkis pukulan atau

tendangan ke arah muka. Montong bakat makki adalah tangkisan untuk

menangkis pukulan dari arah dalam tubuh lalu membuangnya keluar.

Montong an makki adalah tangkisan untuk menangkis pukulan atau

tendangan dari luar.Geodreo montong makki adalah tangkisan untuk

menangkis tendangan pukulan atau tendangan dari luar. Soonal arae

makki adalah tangkisan untuk menangkis tendangan dengan arah

tangkisan ke arah kaki. Sonnal montong makki adalah tangkisan untuk

menangkis serangan ke arah wajah. Eotkeoreo eolgool adalah tangkisan

yang dilakukan dengan cara menyilangkan kedua tangan kedepan wajah.

Jebipoom mokchigi adalah tangkisan yang dilakukan untuk menangkis

serangan arah kepala dan memukul ke arah leher lawan secara

bersamaan. Momtong jireugi adalah pukulan untuk arah perut. Eolgool

jireugi adalah pukulan ke arah muka atau kepala. Joochoom yeop jireugi.

3) Tendangan (balchagi)

Tendangan atau balchagi yang terdiri atas: yeopchagi adalah

tendangan menusuk ke samping. Dwitchagi adalah tendangan dengan

arah kaki ke belakang badan berputar 90 derajat. Dollyochagi adalah

tendangan melingkar ke samping. Yidan twieo apchagi adalah tendangan

yang yang dilakukan dengan cara melompat dengan mengangkat salah

satu kaki. Yidan Twieo Yeopchagi adalah tendangan yang dilakukan

dengan cara melompat dengan salah satu kaki ditekuk. Yidan twieo

dwitchagi adalah tendangan yang dilakukan dengan cara memutar tubuh

360 derajat di udara, dengan salah satu kaki, dan menendang dengan kaki

yang lain. Modeumbal twieo apchagi adalah tendangan yang dilakukan

dengan menendangkan kedua kaki sekaligus. Yidan twieo apdollyeo

chagi adalah tendangan yang dilakukan dengan kaki bersamaan. Pada

saat di udara salah satu kaki menendang dengan arah tendangan ke

samping. Apchagi adalah tendangan ke arah depan, dilakukan dengan

cara menekuk lutut di depan dada dan melepaskan tungkai bawah kearah

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

14

perut atau kepala. Apchaoligi adalah tendangan yang dilakukan dengan

cara mengangkat kaki lurus ke atas melebihi bahu.

c. Prestasi olahraga Taekwondo

Pertandingan Taekwondo dibedakan menjadi dua nomor, yaitu nomor

kyourugi dan nomor Poomsae. Nomor kyorugi adalah pertarungan satu

lawan satu di arena dengan menggunakan teknik yang diperbolehkan, dalam

peraturan-peraturan Taekwondo menyebutkan bahwa teknik yang dianggap

sah apabila teknik tendangan yang digunakan mengenai sasaran yang

diperbolehkan dan dilakukan menggunakan bagian di bawah tulang mata

kaki (punggung telapak kaki ataudalam bahasa Koreanya ”baldeung”, tumit

bagian dasar ”dwichuk”, tumit bagian belakang ”dwikumchi”, telapak kaki

sebelah dalam keseluruhan balbadak.

Mekanisme pertandingan dalam seni beladiri Taekwondo adalah

antara dua orang atlet saling bertemu beradu teknik tendangan dan pukulan,

baik itu teknik counter dan attack untuk mendapatkan poin. Untuk

mendapatkan poin Taekwondoin harus mengenai sasaran yang diijinkan

dengan keras sehingga menimbulkan efek pada lawan yang terkena

tendangan. Nomor Poomsae adalah nomor seni yang memperagakan

gerakan dalam Taekwondo. Dalam nomor ini setiap atlet berusaha

memainkan satu atau dua jurus secara bergantian dan dimana atlet yang

berhasil memiliki nilai akumulasi tertinggi akan menjadi pemenang.

Untuk berprestasi, ada beberapa faktor yang harus dimiliki oleh

seorang atlet, antara lain kemampuan teknik, taktik, fisik dan psikologis

yang baik. Untuk melatih teknik dan taktik diperlukan waktu yang lama

untuk menjadikan gerakan tersebut sempurna dan menjadi refleks yang

benar pada saat dilakukan baik pada saat berlatih maupun bertanding.

Latihan dalam waktu yang lama membutuhkan kesegaran jasmani yang

tinggi. Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk

melakukan tugas dan pekerjaaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan

yang berarti, sehingga tubuh masih memiliki simpanan tenaga untuk

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

15

mengatasi beban kerja tambahan (Pusat Pengkajian dan Pengembangan

Iptek Olahraga,1999:1).

M. Furqon H (1995:5) menjelaskan bahwa, prestasi olahraga adalah

tindakan yang sangat kompleks yang tergantung kepada banyak faktor,

kondisi, dan pengaruh-pengaruh lain. Selanjutnya Martin dalam M. Furqon

H (1995:5) menetapkan unsur-unsur prestasi olahraga sebagai berikut :

1) Keterampilan dan teknik yang diperlukan, dikembangkan, dikuasai, dan

dimantapkan (diotomatisasikan).

2) Kemampuan-kemapuan yang didasarkan pada pengaturan-pengaturan

latihan penyehatan badan, kemampuan gerak, kemampuan belajar dan

koordinasi.

3) Tingkah laku yang memadai untuk situasi sportif tertentu, misalnya

perubahan kompetitif atau kondisi-kondisi latihan, setressk kekalahan

dan sebagainya.

4) Pengembangan strategi (taktik)

5) Kualitas tingkah laku afektif, kognitif, dan sosial.

Menurut Magill (1993) kemampuan gerak individu yang baik menjadi

sebuah modal dasar dan modal yang besar untuk pencapaian prestasi

olahraga yang maksimal. Prestasi olahraga merupakan gabungan dari watak

pribadi, kemampuan dan bakat yang berasal dari dalam (Inner factor) yang

kurang lebih bisa dipengaruhi dengan latihan, sedangkan faktor lain juga

disebut (Outer factor) seperti faktor lingkungan, berupa unsur-unsur seperti

perlengkapan, fasilitas, lawan, penonton, cuaca, iklim dan sebagainnya.

d. Poomsae Taekwondo

1) Pengertian Poomsae Taekwondo

Poomsae berasal dari dua kata, yaitu poom dan sae yang berarti

rangkaian bentuk gerakan. Poomsae dari kata Poomsaeon memiliki arti

garis atau dalam pengaplikasiannya adalah sistem metode latihan

Taekwondo dalam praktek menyerang dan bertahan menghadapi lawan

imajiner/khayal. Poomsae terdiri dari variasi berbagai bentuk kuda-kuda,

tendangan, pukulan, tangkisan dan sebagainya yang didasari oleh prinsip-

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

16

prinsip filosofi timur yang mendalam. Poomsae merupakan pelajaran

pokok dalam latihan Taekwondo yang dibagi dua yaitu Poomsae yang

diperuntukkan bagi yang belum mencapai tingkatan sabuk hitam (Taeguk

1 – 8) dan Poomsae bagi tingkatan sabuk hitam (Koryo-Ilyo). Dalam

hal ini terdapat pedoman bagaimana mempelajari Poomsae dengan baik

dan benar (WTF, 2007).

Poomsae secara umum adalah unit yang penting dalam sistem

teknis Taekwondo. Menurut buku panduan Poomsae, Poomsae adalah

gerakan-gerakan kombinasi yang dirancang untuk berlatih tanpa

instruktur, dengan menggunakan dasar kinerja yang tetap dari menyerang

dan bertahan. Oleh karena itu, Poomsae memiliki kelebihan dalam

melatih teknik-teknik khusus dari teknik-teknik yang diterapkan, yang

tidak dapat dilatih melalui gerakan-gerakan dasar. Poomsae dilatih

bersamaan dengan garis (line) Poomsae, dan garis Poomsae ini

menunjukkan posisi kedua kaki dan arah gerakan.

Sebagai suatu kesatuan, Poomsae dibagi menjadi dua unit, sesuai

dengan klasifikasi grade Poomsae. Salah satunya adalah Poomsae

“taeguk” ini biasanya diperuntukkan bagi para pemula, sementara yang

satunya lagi adalah untuk tingkatan yang lebih tinggi. Poomsae taeguk

untuk para pemegang kup menggunakan palgwae dan dibagi menjadi 8

bab. Poomsae bagi para pemegang dan (yudanja) dimulai dengan koryo

dan terdiri dari keumang, taebaek, pyongwon, sipjin, jitae, chonkwon,

hansu dan ilyeo. Semua Poomsae dilengkapi dengan title-nya, garis-garis

Poomsae, kuda-kuda posisi siap, kelompok gerakan yang menyatu penuh

dan teriakan. Para praktisi Taekwondo akan menjadi terampil melalui

latihan Poomsae, dan berlatih Poomsae sendiri. Untuk arti secara

metafisika dari Poomsae memiliki banyak pelajaran diri sendiri, dan

intinya para praktisi akan memperoleh keahlian teknik dengan

sendirinya. Akan tetapi, kita cenderung mengutamakan aspek jasmaniah.

Secara garis besar Poomsae dibagi menjadi bentuk dan isi. Isinya

mempresentasikan tentang arti nama sebuah Poomsae. Misalnya, sistem

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

17

filosofis yang ada dalam taeguk. Dalam bentuk, termasuk Poomsaeseon,

sikap kuda-kuda posisi siap teriakan dan kelompok gerakan, dan bentuk

dipahami sebagai penyebab dari filosofi, arti dan simbolisme.

Do dari Poomsae, yaitu Poomsaeseon (arah dan garis Poomsae)

memiliki simbolisme yang memuat identitas Poomsae, dan menjelaskan

bahwa teriakan maupun pada sikap kuda-kuda posisi siap juga

mempresentasikan arti yang sama. Kelompok gerakan mengacu pada

kelompok dari berbagai macam/ serangkaian gerakan yang berbeda.

Dalam kelompok gerakan, kita akan menemukan teknik teknik yang

mengalir seiring dengan sistem pemahaman yang komprehensif, seperti

pengertian akan ide-idenya, pengertian akan maknanya, dan pengertian

akan simbolisme dalam nama Poomsaenya sehubungan dengan

kelompok gerakannya.

Junbiseogi (sikap kuda-kuda posisi siap) memiliki makna segala

sesuatu dalam seni bela diri Taekwondo diawali dan diakhiri dengan

sopan santun. Junbiseogi dalam taeguk distandarisasikam sebagai kibon

junbiseogi (kuda-kuda pertama untuk posisi siap). Sementara itu, ada

empat junbiseogi yang berbeda dalam yudanja Poomsae, yaitu kibon

junbiseogi, tongmilgi junbiseogi (kuda-kuda siap mendorong batang

kayu), kyopong junbiseogi (sikap kuda-kuda dasar posisi siap dengan

tangan saling terbuka saling menutup) dan bojumeok junbisoegi (sikap

kuda-kuda posisi siap dengan tangan yang menutup kepalan).

2) Gerakan Poomsae Taekwondo

Dalam Poomsae gerakan melambangkan kepribadian yang

mengisyaratkan tubuh dan pikiran. Eksekutor dari Poomsae

melambangkan keselarasan yang dinamis sebelum dan sesudah

keseimbangan. Dengan demikian, posisi dan arah dari diri tidak hanya

berupa indikasi-indikasi jasmaniah, tetapi juga implikasi-implikasi

metafisikal.

Kelompok gerakan dalam Poomsae tidak mengindikasikan masing-

masing gerakan, tetapi menunjukkan kelompok gerakan secara jamak.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

18

Kelompok gerakan adalah serangkaian kumpulan gerakan. Poomsae

terdiri dari berbagai macam gerakan, dan Poomsae yang sekarang ini

terdiri dari minimal 20 gerakan dan maksimal 48 gerakan.

Dalam kenyataanya, kelompok gerakan adalah konsep yang

mencakup gerakan dan poom. Akan tetapi para praktisi harus mengerti

makna dari setiap gerakan dan poom. Karena kesalahpengertian mungkin

akan dapat diminimalkan melalui pendalaman terhadap Poomsae. Secara

Poomsae dalam sistem Poomsae dibagi menjadi beberapa gerakan dan

poom. Sebagai contoh , jumlah gerakan dalam taeguk 1 jang adalah 20,

sementara jumlah poom-nya adalah 18. Dengan kata lain hal ini poom

adalah status akhir dalam teknik Taekwondo (buku pedoman Taekwondo

2005). Ada suatu standar bagi gerakan-gerakan, yang standarisasinya

dengan jelas menunjukkan bagian awal dan akhirnya.

Secara khusus menendang tidak dianggap sebagai poom, tetapi

suatu gerakan, dan gerakan-gerakan yang berurutan seperti apchagi dan

momtong bandae jireugi (tendangan dan pukulan menangkis ke dada)

jelas adalah dua macam gerakan, tetapi masih dalam satu poom. Dalam

hal ini poom-nya adalah bandaejireugi.

Secara umum ada enam hal yang penting dalam gerakan Poomsae,

yaitu urutan gerakan, arah pandangan mata, kuda-kuda, gerakan, dan

nama poom. Dari keenam hal tersebut, gerakan dan nama-nama poom

harus dibaca dengan seksama agar dapat dimengerti. Misalnya naedidyo

(melangkah maju), dwirodora (berputar) yang ada dalam beberapa

gerakan. Kelompok gerakan yang berbeda dalam Poomsae ditentukan

oleh tingkat-tingkat kesulitan, juga oleh prinsip gradasi. Dengan

demikian, muncullah berbagai karakteristik yang berhubungan dengan

konsep, makna dan simbol Poomsae. Poomsae menunjukkan gerakan-

gerakan baru dan poom, dan ini menjadi bagi unit-unit pelajaran.

Semua gerakan harus dilakukan sesuai dengan kode gerakan,

karena kemahiran gerakan harus diserti dengan keakuratan gerakan.

Belejar melakukan gerakan-gerakan secara akurat tidak akan efektif

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

19

tanpa adanya pengajaran yang baik dari para pelatih, atau dari pihak

praktisi, tidak pernah ada latih tanding. Pengembangan teknik tanpa

pemahaman dapat dilakukan dengan refleksi latihan. Gerakan-gerakan

dalam Poomsae sarat akan makna. Gerakan-gerakan dalam suatu arah

Poomsae yang terbatas adalah lawan terhadap diri kita sendiri. Dengan

kata lain, dalam gerakan-gerakan itu, lawan harus dikenali sebagai lawan

yang harus direspons secara langsung. Yang dibutuhkan adalah tindakan

cepat yang tanpa ragu. Dalam hal ini, gerakan-gerakan adalah perilaku

seketika yang disebut dengan serangan dan perahanan, tetapi di samping

itu, poom berhubungan dengan jumlah lawan.

Menurut Suryadi Y (2002:43), pedoman untuk mempelajari dan

mempraktekkan Poomsae yaitu :

a) Gerakan Poomsae dimulai dan berakhir pada titik atau posisi yang

sama. Untuk itu diperlukan ketepatan badan, langkah, arah dan gerakan

agar dapat kembali ke posisi awal.

b) Kontrol ditujukan pada penyaluran dan pengarahan tenaga secara benar

karena ada berbagai perbedaan pengarahan tenaga.

c) Memperhatikan perbedaan kecepatan pada setiap gerakan, tidak semua

gerakan dilakukan dengan tepat.

d) Setiap langkah harus dilakukan dengan konstan (tetap), baik

keseimbangan, lebar dan panjang langkah.

e) Melakukan setiap teknik gerakan setepat mungkin dan bayangkan

seperti menghadap lawan menghadap lawan yang sesungguhnya.

f) Mempelajari dengan benar pengaturan napas dan teriakan (kihap).

3) Pertandingan Poomsae Taekwondo

Poomsae saat ini merupakan salah satu nomor yang dipertandingkan

dalam Cabang Olahraga Beladiri Taekwondo. Oleh karena itu, ada

peraturan-peraturan pertandingan yang perlu diperhatikan dan dicermati

secara seksama oleh para pelatih apabila akan menurunkan atlet-atletnya

dalam suatu ajang kompetisi/pertandingan Poomsae.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

20

Perlu diketahui bahwa di dalam suatu pertandingan Poomsae, bahwa

nilai yang muncul dan keluar sebagai hasil akhir adalah merupakan hasil

dari nilai sempurna yang dimiliki sebelum para atlet memainkan Poomsae

dikurangkan dengan kesalahan-kesalahan yang didapati pada saat gerakan

Poomsae tersebut dilakukan. Jadi, secara garis besar dan umum, bahwa

dalam pertandingan Poomsae, setiap atlet dianggap memiliki nilai

kesempurnaan gerak dari setiap Poomsae yang akan diperagakan,

sedangkan untuk hasil/nilai akhir merupakan pengurangan dari kesalahan-

kesalahan gerak yang dilakukan pada saat memperagakan Poomsae.

4) Nomor Poomsae yang dipertandingkan

Di dalam pertandingan Poomsae, nomor yang dipertandingkan

adalah :

- Individual (Perorangan), baik itu putra atau pun putri

- Pair (Berpasangan)

- Team (Beregu), baik itu beregu putra mau pun putri.

5) Penilaian Poomsae Taekwondo

Ada 2 kali penilaian dalam pertaandingan Poomsae, yang pertama

adalah nilai yang didapat pada saat melakukan gerakan Poomsae, dan yang

kedua adalah nilai yang didapat seteleh selesai memperagakan Poomsae.

Pada saat melakukan gerakan Poomsae, yang dinilai adalah AKURASI,

mulai dari akurasi Basic Movement, Balance (keseimbangan), akurasi dari

detail gerakan Poomsae yang dilakukan. Nilai pengurang adalah 0,1 dan

0,3. Nilai dikurangi 0,1 apabila melakukan kesalahan kecil seperti

contohnya pukulan ke arah kepala aturannya mengarah ke mulut, tapi

prakteknya melebihi mulut atau lebih rendah misalkan mengarah ke dagu

atau leher. Sedangkan nilai dikurangi 0,3 apabila melakukan kesalahan

yang mutlak, misalkan arae makki (tangkisan bawah) tapi prakteknya

eolgeol makki (tangkisan atas).

Setelah selesai melakukan gerakan Poomsae, yang dinilai adalah

presentasi. Presentasi terdiri dari Speed and Power (Kecepatan dan

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

21

Kekuatan), Strength/Speed/Rhythm (Ritme Gerakan yang dilakukan),

Expretion of Energy (Penghayatan dan Ekspresi).

6) Presentasi Poomsae

a) Ketrampilan

Penguasaan ketrampilan teknik berhubungan secara langsung dengan

banyaknya latihan yang diperuntukkan untuk melatih dan

menyempurnakan setiap gerakan. Pengamatan yang objektif adalah

ukuran yang sebenarnya dari intensitas setiap penerapan individu

terhadap latihan seseorang.

b) Ekspresi

Nilai intrinsik atau internal direalisasikan melalui kesadaran

psikologis, mental, dan emosional dan interprestasi yang diekspresikan

dan diobservasi melalui performa ekstrinsik atau jasmaniah dari

Poomsae. Kedalaman ekspresi yang dihasilkan dari interprestasi

individu menjadi ukuran bagi tingkat kemahiran dalam penguasaan

Poomsae.

e. Faktor prestasi Poomsae Taekwondo.

1) Power otot tungkai terhadap prestasi Poomsae Taekwondo

Menurut Sukadiyanto (2002: 35), power merupakan gabungan atau

hasil kali dari kekuatan dengan kecepatan. Power adalah kemampuan

seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerjakan

dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (M. Sajoto, 1995:8). Power

dipengaruhi oleh kekuatan otot, kecepatan kontraksi otot sehingga semua

faktor yang mempengaruhi kedua hal-hal tersebut akan mempengaruhi daya

otot. Jadi power adalah kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok

otot untuk melakukan kerja fisik secara tiba-tiba. Hal ini dalam Poomsae

Taekwondo digunakan dalam melakukan gerakan mendadak, seperti

merubah posisi, melakukan gerakan tendangan atau pukulan yang cepat dan

kuat atau digunakan untuk melakukan gerakan tangkisan.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

22

2) Keseimbangan terhadap prestasi Poomsae Taekwondo

Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk

mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center

of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Keseimbangan

melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh

sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk

menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat

manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien. Keseimbangan

dalam Poomsae Taekwondo berhubungan dengan kemampuan seorang

Taekwondoin dalam waktu melakukan perubahan posisi baik secara dinamis

ataupun statis dalam melakukan tahapan gerakan Poomsae (Lewis, 2001).

3) Koordinasi terhadap prestasi pada Taekwondo

Koordinasi merupakan kemampuan untuk mengintergrasikan sistem

motorik dan sensorik ke dalam satu pola gerak yang efisien. Pada dasarnya

perlu gerak mata tangan, mata kaki dan gerak ritmik yang baik. Koordinasi

ini sangat penting untuk keberhasilan kebanyakan aktivitas gerakan

termasuk yang Dalam olahraga Poomsae Taekwondo. Dalam penilaian

Poomsae Taekwondo kriteria penilaian yang diperlukan untuk mendapatkan

poin adalah coordination dari ritme dan tempo rangkaian gerak dan gerak

dasar yang memperhatikan kecepatan, selain itu koordinasi membantu untuk

menjaga dalam keseimbangan saat melakukan gerak Poomsae.

4) Kepercayaan diri terhadap prestasi pada Taekwondo

Menurut Syamril (2008) kepercayaan diri mempengaruhi kemampuan

seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.

Atlet yang memiliki kepercayaan diri membuat mereka mampu mengatasi

kecemasan dan ketegangan yang terjadi pada saat menghadapi pertandingan.

Seorang atlet yang tidak memiliki kepercayaan diri yang baik akan mudah

terpecah perhatiannya, karena emosi sebagai sumber kemampuan jiwa

manusia akan mempengaruhi sumber kemampuan jiwa yang lain seperti

atlet tersebuat akan menjadi cemas sehingga kinerjanya dilapangan menjadi

kacau sehingga pada akhirnya atlet tersebut mengalami kekalahan.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

23

kepercayaan diri diperlukan agar seseorang atlet dalam menghadapi

suatu masalah yang dapat menimbulkan tekanan, dapat mengendalikan

emosi. kepercayaan diri akan membuat perbedaan dalam memberikan

tanggapan terhadap konflik, ketidakpastian serta kecemasan (Patton, 2000).

kepercayaan diri diperlukan untuk mengatasi masalah di dalam

kehidupan dan optimis dalam menghadapi atau menyelesaikan masalah.

Masalah yang dialami atlet saat akan mengahadapi pertandingan salah

satunya kecemasan, seseorang atlet yang memiliki kepercayaan diri yang

tinggi mempunyai kemampuan untuk menerima kelebihan dan kekurangan,

mampu mengekspresikan perasaan dengan tepat, mampu memahami diri

sendiri, serta mampu mengelola emosi dalam menghadapi suatu

pertandingan.

2. Power Otot Tungkai

a. Pengertian power otot

Daya ledak adalah salah satu unsur kondisi fisik yang memiliki

peranan penting dalam kegiatan olahraga, baik sebagai unsur pendukung

dalam suatu gerak tertentu maupun unsur utama dalam upaya pencapaian

teknik gerak yang sempurna. Pengertian power/ daya ledak berasal dari

kata dalam bahasa Inggris yang artinya eksplosif power. Eksplosif artinya

meledak atau ledakan, dan power artinya tenaga atau daya. Jadi eksplosif

power adalah tenaga ledak atau daya ledak dengan kekuatan yang

eksplosif. Daya ledak otot dalam pengertiannya adalah kemampuan

seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usahanya yang

dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya (Dumadi, 2010).

Power otot merupakan suatu komponen biomotorik dalam kegiatan

olahraga, karena power otot akan menetukan seberapa keras orang

memukul, menendang seberapa jauh orang dapat melakukan tolakan serta

seberapa cepat orang berlari dan sebaliknya. Unsur dasar power adalah

perpaduan antara kekuatan dan kecepatan. Power otot tungkai dapat

ditingkatkan dengan memberikan latihan kekuatan otot tungkai dan

kecepatan gerak dari otot tungkai. Kekuatan menggambarkan kemampuan

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

24

otot untuk mengatasi beban dengan mengangkat, menolak, mendorong.

Sedangkan kecepatan menunjukan kemampuan otot untuk mengatasi

beban dengan kontraksi yang sangat cepat (Herrel et al., 2007).

b. Fisiologis power otot

Power otot dapat didefinisikan sebagai tenaga atau tegangan otot

untuk melakukan kerja yang berulang-ulang atau menerus melawan tahan

dalam suatu usaha yang maksimal. Kekuatan otot merupakan untuk

menghasilkan tenaga, termasuk di dalamnya adalah kekuatan dinamik atau

isitonik (yakni kemampuan untuk menghasilkan tenaga melalui lingkup

gerak) dan kekuatan isometrik (yakni kemampuan untuk menghasilkan

tenaga pada suatu titik dalam lingkup gerak tanpa disertai perubahan

panjang otot).

c. Peningkatan power otot

Menurut Suharno HP (1993: 60) cirri-ciri latihan Power adalah : (1)

melawan beban relatif ringan, berat beban sendiri, dapat pula tambahan

beban luar yang ringan, (2) gerakan relatif aktif, dinamis, dan cepat, (3)

gerakan-gerakan merupakan satu gerak yang singkat, serasi dan utuh, (4)

bentuk gerak bias cyclic atau acyclic , dan (5) intensitas kerja submaksimal

atau maksimal. Pada taewondoin, otot-otot tungkai mengalami kontraksi

yang cepat dengan kekuatan yang penuh pada saat melakukan gerakan

melompat, menendang, dan merubah arah. Otot penggerak utma antara

lain adalah otot Quadriceps, Gastrocnemius dan Soleus.

d. Power otot tungkai dalam Poomsae Taekwondo

Power otot dalam Taekwonodo adalah salah satu komponen penentu

kemenangan dalam pertandingan Taekwondo. Bompa (1994)

mendefinisikan power otot sebagai hasil kali dari kekuatan maksimum dan

kecepatan maksimum. Selanjutnya Ginnis (2005) mendefinisikan bahwa

power otot adalah produk dari hasil kekuatan yang diterapkan oleh suatu

otot yang menjadi lebih bertenaga (powerfull) dibandingkan dengan

kekuatan otot yang penerapannya secara pelan.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

25

Dalam taekwodo salah satu tendangan yang sering digunakan dan

lebih efektif serta wajib dikuasai oleh Taekwondoin yang merupakan salah

satu dari tendangan dasar yaitu tendangan dollyo, tendangan dollyo

umumnya jenis tendangan ini mulai diajarkan kepada Taekwondoin setelah

ia mencapai tingkat sabuk kuning. Kekuatan tendangan ini selain dari

lecutan lutut juga sangat didukung oleh putaran pinggang yang sebenarnya

merupakan penyaluran tenaga dari masa badan. Tendangan ini pada

dasarnya menggunakan pula bantalan telapak kaki (ap chuk) atau baldeung

(punggung kaki).

Dari bagian-bagian kaki yang digunakan untuk tendangan dollyo,

ada beberapa unsur fisik yang dibutuhkan untuk mendukung hasil

tendangan dan menghasilkan frekuensi yang tinggi dalam waktu yang

ditentukan, unsur fisik yang mendukung dalam tendangan dollyo yaitu

adalah power tungkai. Power otot tungkai yang baik akan menghasilkan

kekuatan dan kecepatan dalam melakukan tendangan dollyo¸ataupun

digunakan untuk merubah posisi gerakan.

3. Keseimbangan

a. Pengertian keseimbangan

Keseimbangan didefinisikan sebagai kemampuan untuk

mempertahankan stabilitas tubuh pada pusat gravitasi terhadap bidang

tumpu. Definisi keseimbangan menurut O’Sullivan (2000) adalah

kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu

terutama ketika saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson (2001),

keseimbangan terbagi menjadi dua yaitu keadaan statik atau

dinamik. Keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk

mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak atau kemampuan untuk

mempertahankan posisi tubuh dimana Center of Gravitity (COG) selalu

berubah.

Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk

mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center

of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Keseimbangan

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

26

melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung

oleh sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk

menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat

manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien (Lewis,

2001).

b. Fisiologi keseimbangan

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan

kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor

lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan

keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah:

menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk

mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu,

serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak.

Menurut Budhi & Darmojo (2009) dalam buku Ilmu Kesehatan Usia

Lanjut bahwa keseimbangan menurun dengan lanjutnya usia, yang bukan

hanya sebagai akibat penurunan kekuatan otot akibat penyakit yang

diderita.

c. Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah:

1) Sistem informasi sensoris

Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan

somatosensoris.

a) Visual

Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Winter

(1995) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus berkembang

sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama

untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh

selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga

merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat

kita berada, penglihatan memegang peran penting untuk

mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

27

kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang

berasal dari obyek sesuai jarak pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau

bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas

sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan

keseimbangan tubuh.

b) Sistem Vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang

berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola

mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor

pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta

sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem

labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala

dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular,

mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang

bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke

nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus

tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio

retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor

labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari

nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis,

terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal,

kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural).

Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu

mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot

postural.

c) Somatosensoris

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta

persepsi-kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui

kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input)

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

28

proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke

korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.

2) Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles response

synergies)

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan

jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk

mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Beberapa kelompok

otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi

mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan

tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada tubuh dalam

berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot

postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik

tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh (Surtanto, 2011).

Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat

(kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam

melakukan fungsi gerak tertentu.

3) Kekuatan otot (Muscle Strength)

Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas.

Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya

peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik. Kekuatan otot dapat

digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban baik berupa beban

eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force).

Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu

seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk

melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang

teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot

tersebut (Surtanto, 2011).

Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk

mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar.

Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

29

untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara

terus menerus mempengaruhi posisi tubuh (Surtanto, 2011).

4) Adaptive systems

Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan

keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan

karakteristik lingkungan (Surtanto, 2011).

5) Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan

gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang

tinggi (Surtanto, 2011).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan

1) Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG)

Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat

gravitasi terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi adalah

titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara

merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam

keadaan seimbang. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai

dengan arah atau perubahan berat. Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi

oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan

bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan

bidang tumpu, serta berat badan.

2) Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal

melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis

gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan

derajat stabilitas tubuh.

3) Bidang tumpu (Base of Support-BOS)

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan

dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di

bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

30

terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang

tumpu, semakin tinggi stabilitas.

e. Keseimbangan dalam Poomsae Taekwondo

Menurut buku panduan Poomsae, Poomsae adalah gerakan-gerakan

kombinasi yang dirancang untuk berlatih tanpa instruktur, dengan

menggunakan dasar kinerja yang tetap dari menyerang dan bertahan. Oleh

karena itu, Poomsae memiliki kelebihan dalam melatih teknik-teknik

khusus dari teknik-teknik yang di terapkan, yang tidak dapat dilatih

melalui gerakan-gerakan dasar yang komponen gerakkannya

membutuhkan salah satu komponen fisik yang salah satunya adalah

keseimbangan.

Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan

kesetimbangan tubuh ketika ditempatkan diberbagai posisi, kemampuan

untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika

saat posisi tegak dan mempertahankan kesetimbangan pada saat posisi

bergerak, keseimbangan saat melakukan tendangan dollyo sangat

dibutuhkan oleh seorang Taekwondoin terutama pada saat melakukan

tendangan dengan frekuensi yang ditentukan. keseimbangan untuk seorang

Taekwondoin pada nomor Poomsae sangat penting, karena apabila seorang

atlet Poomsae tidak mempunyai keseimbangan yang memadai akan sangat

merugikan dirinya sendiri, disamping mengurangi nilai yang diberikan

wasit juga gerakannya akan kaku dan labil atau bahkan terjatuh saat terjadi

perubahan garis sumbu tubuh.

4. Koordinasi

a. Pengertian koordinasi

Koordinasi berasal dari kata coordination adalah kemampuan

seseorang dalam mengintegrasikan gerakan yang berbeda ke dalam suatu

pola gerakan tunggal secara efektif. Sedangkan Nossek (1992:89)

berpendapat bahwa koordinasi adalah kemampuan untuk memadukan

berbagai macam gerakan ke dalam satu atau lebih pola gerak khusus.

Koordinasi merupakan kemampuan untuk mengintergrasikan sistem

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

31

motorik dan sensorik ke dalam satu pola gerak yang efisien. Pada dasarnya

perlu gerak mata tangan, mata kaki dan gerak ritmik yang baik. Koordinasi

ini sangat penting untuk keberhasilan kebanyakan aktivitas gerakan

termasuk yang dilakukan sebagai bagian dari fungsi harian.

Koordinasi adalah kemampuan untuk memadukan secara tepat

berbagai macam gerakan ke dalam satu pola gerak khusus Harsono (1998:

220). Koordinasi menyatakan hubungan harmonis berbagai faktor yang

terjadi pada suatu gerakan (Dangsina Moeloek, 1994:4). Menurut Bompa

(2004:43) coordination is a complex motor skill necessary for high

performance. Koordinasi merupakan keterampilan motorik yang kompleks

yang diperlukan untuk penampilan yang tinggi. Menurut Rusli Lutan

(2000:77) koordinasi adalah kemampuan melakukan gerakan dengan

berbagai tingkat kesukaran dengan cepat, efisien, dan penuh ketepatan.

Menurut Schmidt (1998:265) Koordinasi adalah perpaduan perilaku

dari dua atau lebih persendian, dimana antara yang satu dengan yang lainya

saling berkaitan dalam menghasilkan suatu keterampilan gerak. Dari

beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi mata, tangan

dan kaki adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan

mata, tangan dan kaki kedalam rangkaian gerakan yang utuh, menyeluruh,

dan terus menerus secara cepat dan tepat dalam irama gerak yang terkontrol.

Jadi apabila seseorang itu mempunyai koordinasi yang baik maka ia akan

dapat melaksanakan tugas dengan mudah secara efektif.

b. Macam-macam koordinasi

Bompa (1994) yang dikutip oleh Sukadiyanto (2002: 140),

menjelaskan secara rinci macam-macam koordinasi, yaitu: (1) Koordinasi

Umum (kemampuan seluruh tubuh dalam menyesuaikan dan mengatur

gerakan secara simultan pada saat melakukan suatu gerak); (2) Koordinasi

Khusus (koordinasi antar beberapa anggota badan, yaitu kemampuan untuk

mengkoordinasikan gerak dari sejumlah anggota badan secara simultan).

1) Yang dimaksud dengan tes koordinasi mata, tangan dan kaki adalah suatu

bentuk tes untuk mengukur kemampuan seseorang dalam

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

32

mengkoordinasikan mata, tangan dan kaki dalam serangkaian gerakan

yang utuh, menyeluruh, dan terus menerus secara cepat dan tepat dalam

irama gerak yang terkontrol.

c. Fisiologis koordinasi

Koordinasi adalah kemampuan otot dalam mengontrok gerak dengan

tepat agar dapat mencapai suatu fungsi khusus, Koordinasi adalah

kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang

berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif (Grana dan Kalenak,

1991:253). Menurut Schmidt (1998:265) dalam Sukadiyanto, koordinasi

adalah perpaduan gerak dari dua atau lebih persendian, yang satu sama

lainnya saling berkaitan dalam menghasilkan satu keterampilan gerak.

Koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang, dan

persendian dalam menghasilkan satu gerak yang efektif dan efesien.

Di mana komponen gerak terdiri dari energi, kontaksi otot, syaraf,

tulang dan persendian merupakan koordinasi neuromuskuler. Koordinasi

neuromuskuler adalah setiap gerak yang terjadi dalam ururtan dan waktu

yang tepat serta gerakannya mengandung tenaga. Sebab terjadinya gerak

timbul oleh kontraksi otot, dan otot berkontraksi karena adanya perintah

yang diterima melalui sistem syaraf.

a) Macam-macam Koordinasi

Pada dasarnya koordinasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu

koordinasi umum dan koordinasi khusus (Bompa,1994:322).

1) koordinasi umum

Koordinasi umum merupakan kemampuan seluruh tubuh dalam

menyesuaikan dan mengatur gerakan secara simultan pada saat

melakukan suatu gerak (Sage,1984:279). Artinya, bahwa setiap gerak

yang dilakukan melibatkan semua atau sebagian besar otot-otot, sistem

syaraf, dan persendian. Untuk itu, koordinasi umum ini diperlukan

adanya keteraturan gerak dari beberapa anggota badan yang lainnya, agar

gerak yang dilakukan dapat harmonis dan efektif sehingga dapat

harmonis dan efektif sehingga dapat menguasai keterampilan gerak yang

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

33

dipelajari. Koordinasi umum merupakan unsur penting dalam

penampilan motorik dan menunjukkan tingkat kemampuan yang dimiliki

seseorang.

2) Koordinasi khusus

Koordinasi Khusus merupakan koordinasi antar beberapa anggota

badan, yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan gerak dari sejumlah

anggota badan secara simultan (Sage,2004:278). Pada umumnya setiap

teknik dalam cabang olahraga merupakan hasil perpaduan antara

pandangan mata-tangan (hand eye-coordination) dan kerja kaki

(footwork). Koordinasi khusus merupakan pengembangan dari

koordinasi umum yang dikombinasikan dengan kemampuan biomotor

yang lain sesuai dengan karakteristik cabang olahraga. Ciri-ciri orang

yang memiliki koordinasi khusus yang baik dalam menampilkan

keterampilan teknik dapat secara harmonis, cepat, mudah, sempurna,

tepat, dan luwes.

Koordinasi neuromuskuler meliputi koordinasi intramuskuler dan

intermuskuler. Koordinasi intramuskuler adalah kinerja dari seluruh serabut

syaraf dan otot dalam setiap kerja otot yang berkontraksi secara maksimum.

Kinerja otot tergantung dari interaksi serabut syaraf dan serabut otot di

dalam otot itu sendiri. Sedangkan koordinasi intramuskuler menurut Pyke

dalam Sukadiyanto (1991:140) yaitu melibatkan efektivitas otot-otot

bekerjasama dalam menampilakan satu gerak, sehingga dalam koordinasi

intramuskuler kinerjanya tergantung dari interaksi beberapa otot.

d. Koordinasi dalam olahraga Taekwondo

Menurut Sukadiyanto (2003:115) tanpa memiliki kemampuan

koordinasi gerak yang baik, individu akan kesulitan dalam belajar

keterampilan teknik-teknik dasar Taekwondo. Hal senada juga disampaikan

oleh Bompa (2004:44) the higher coordination level, the easier it is to learn

new and complicated technical and tactical skill. Semakin tinggi tingkat

koordinasi seseorang akan semakin mudah untuk mempelajari teknik dan

taktik yang baru maupun yang kompleks. Lebih lanjut dikemukakan juga

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

34

bahwa dalam koordinasi mata tangan akan menghasilkan timing dan

akurasi. Selain itu Nossek berpendapat bahwa koordinasi merupakan

perpaduan dari kontraksi otot, tulang, dan persendian dalam menampilkan

suatu gerak, sehingga kemampuan koordinasi berhubungan erat dengan

kemampuan motorik lain seperti keseimbangan, kecepatan, ketepatan, dan

kelincahan (1992:94)

Menurut Larson (1994) yang dikutip Cholik dan Gusril (2004:50)

bahwa koordinasi adalah kemampuan untuk mempersatukan atau

memisahkan dalam suatu tugas kerja yang kompleks, dengan ketentuan

bahwa gerakan koordinasi meliputi kesempurnaan waktu antara otot dan

sistem syaraf. Menurut Grana dan Kalenak (1991:253) koordinasi yang

diperlukan adalah kemampuan otot dalam mengontrol gerak dengan tepat

agar dapat mencapai satu tugas fisik secara khusus. Sedangkan menurut

Kirkendal dkk (2000:243) yang dikutip Sukadiyanto (2003:116) koordinasi

merupakan kerja otot atau sekelompok otot yang harmonis selama

penampilan motorik dan sebagai indikasi dari keterampilan.

Jadi secara umum unsur koordinasi sangat diperlukan dalam

penguasaan hampir semua cabang olahraga seperti halnya Poomsae

Taekwondo, yang didalam penilaian berdasarkan peraturan WTF memiliki

kriteria berupa ketrampilan, akurasi dan lintas gerakan, kecepatan gerakan

yang didalamnya membutuhkan koordinasi dari mata kaki sebagai

pengontrol gerakan tersebut.

5. Kepercayaan diri

Manusia merupakan mahluk biopsikososial dimana terdapat pengertian

bahwa manusia merupakan mahluk yang berdasarkan biologi, psikologi dan

hubungan sosial dengan lingkungan sekitar, dimana ketiga unsur tersebut

saling terikat untuk saling mempengaruhi dan dipengaruhi, kondisi biologi

manusia mempengaruhi psikologi manusia, dimana segala aspek yang terjadi

didalam kondisi biologis manusia ini akan di olah lewat psikologi dengan

penerimaan maupun penolakan, dan dari kedua hubungan tersebut akan sangat

mempengaruhi sikap seseorang dalam memasuki ke dunia masyarakat atau

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

35

sosial. Dalam psikologi terdapat salah dua aspek kepribadian yang sangat

penting dalam kehidupan bersosial manusia, yaitu rasa percaya diri dan

superioritas (Lauster, 1999).

Psikologi olahraga sebagaimana disampaikan oleh Wann (1997).

Menurutnya psikologi olahraga adalah kajian ilmiah tentang reaksi-reaksi

berbentuk perilaku, emosi, dan kognisi dalam situasi olahraga yang meliputi

reaksi dari partisipan dan reaksi dari penonton. Menurut definisi ini, semua

reaksi dalam atas kondisi olahraga merupakan kajian dari psikologi olahraga.

Reaksi-reaksi tersebut antara lain kegembiraan, kemenangan, kekecewaan, atau

dorongan yang meluapluap dan sebagainya. Berdasar definisi juga bisa dilihat

bahwa psikologi olahraga meliputi pelaku olahraga dan orang-orang yang

secara tidak langsung berkaitan dengan aktivitas olahraga tersebut, misalnya

penonton atau pihak manajemen.

Tujuan utama penerapan psikologi olahraga bagi para atlet adalah untuk

membantu atlet mencapai ketangguhan mental (mental toughness) yang

dibutuhkan untuk bertanding. Ketangguhan mental ini dicirikan dengan daya

juang tinggi, konsentrasi prima serta kepercayaan diri serta perasaan cemas

yang terkontrol. Berikut ini beberapa hal yang bisa mempengaruhi tingkat

kecemasan seorang atlet menjelang pertandingan atau pada saat latihan. Faktor

yang menjadi penyebab ini dibagi menjadi dua, yakni yang berasal dari

lingkungan dan yang berasal dari diri sendiri. Dengan penjelasan sebagai

berikut :

a. Faktor Lingkungan

1) Jenis pertandingan yang diikuti

Jenis pertandingan akan sangat menentukan bagaimana

kecemasan seorang atlet muncul. Sebagai contoh, seorang pemain

sepakbola tentu saja akan lebih merasa cemas dibandingkan dengan

pertandingan persahabatan. Hal ini dikarenakan tekanan terhadap para

pemain untuk level piala dunia lebih berat dibandingkan dengan

pertandingan persahabatan. Namun, level kompetisi ini juga

ditentukan oleh persepsi individual dari para atlet. Ada atlet yang

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

36

menganggap penting untuk satu level kompetisi, tapi ada pula yang

menganggapnya kurang penting.

2) Harapan atas penampilan

Harapan bisa datang dari diri sendiri maupun orang lain.

Harapan menjadi sumber kecemasan ketika seorang atlet tidak merasa

mampu atau siap dalam menghadapi pertandingan. Harapan ini juga

ditentukan oleh level pertandingan dan lawan yang dihadapi. Harapan

yang terlalu besar dengan lawan yang berat serta bertanding di level

kompetisi yang ketat, maka atlet akan sangat mungkin mengalami rasa

cemas.

3) Ketidakpastian

Ketidakpastian disini bisa diartikan sebagai ketidaktahuan atlet

terhadap apa yang akan dihadapi dalam pertandingan. Hal ini bisa

disebabkan oleh kekuatan lawan yang tidak terdeteksi atau kondisi

lapangan atau bahkan situasi penonton yang akan menyaksikan.

Ketidakpastian cenderung membuat seorang atlet menjadi ragu-ragu

dan tidak mempunyai dasar untuk mempersiapkan diri.

b. Faktor Individu

1) Trait Anxiety

Faktor individu pertama yang sangat mempengaruhi tingkat

kecemasan seorang atlet adalah kondisi trait anxiety-nya. Trait anxiety

adalah kecenderungan level kecemasan yang merupakan bagian dari

kepribadian seorang atlet. Jika atlet tersebut mempunyai trait anxiety

yang tinggi, maka sangat mungkin atlet tersebut akan lebih mudah

merasa cemas ketimbang atlet yang mempunyai tingkat trait anxiety

yang rendah. Trait anxiety merupakan hasil belajar dalam jangka

waktu yang sangat lama. Faktor keluarga dan lingkungan terdekat

sangat mempengaruhi level trait anxiety dari seorang atlet. Jika dari

kecil atlet tersebut mendapat contoh yang membuat dia takut, ragu-

ragu, cemas atau kuatir, maka atlet tersebut relatif akan meniru dan

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

37

mencontoh yang akhirnya perlahan akan masuk menjadi bagian dari

ciri kepribadian.

2) Self esteem dan self Efficacy (kepercayaan diri)

Self Esteem adalah bagaimana perasaan kita terhadap diri kita

sendiri. Sedangkan self efficacy adalah keyakinan tentang kemampuan

yang kita miliki. Self efficacy sangat dengan dengan kepercayaan diri

seorang atlet. Tingkat kepercyaan diri yang tinggi cenderung akan

membuat seorang atlet lebih mudah mengatasi kecemasan yang

muncul dibandingkan atlet yang tingkat kepercayaan dirinya rendah.

Kepercayaan diri adalah bagaimana seseorang memandang

kemampuannya yang berhubungan dengan tugas yang akan dihadapi.

Jika seorang atlet merasa mampu dan bisa mengatasi lawan, maka

tingkat kecemasannya cenderung akan rendah.

a. Pengertian kepercayaan diri

Kepercayaan diri menurut Anthony ( 1992 ) adalah sikap pada diri

seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan

kesadaran diri, berfikir positif, memiliki kemandirian dan mempunyai

kemampuan untuk memiliki segala sesuatu yang di inginkan, sedang

menurut Hambly ( 1992 ) kepercayaan diri diartikan sebagai keyakinan

terhadap diri sendiri sehingga mampu menagani segala situasi dengan

tenang, kepercayaan diri lebih banyak berkaitan dengan hubungan seseorang

dengan orang lain. Tidak merasa inferior di hadapan siapapun dan tidak

merasa canggung apabila berhadapan dengan banyak orang.

Atlet yang merasa tidak percaya diri, atau sering disebut diffident,

merupakan akibat dari ketidakyakinannya pada kemampuan yang dia miliki.

Atlet tersebut mempersepsi dirinya terlalu rendah sehingga kemampuan

optimalnya tidak tampak. Dengan kata lain, atlet tersebut meremehkan

dirinya sendiri. Untuk kasus seperti ini, sebuah kesalahan kecil akan

menimbulkan malapetaka, karena akan mengukuhkan persepsi tentang

ketidakmampuannya. Teori yang membahas tentang kepercayaan diri

disampaikan oleh Albert Bandura. Bandura menyampaikan teori yang

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

38

bernama teori Self efficacy. Kepercayaan diri adalah penilaian seseorang

terhadap kemampuan mereka untuk mengorganisasi dan mengeksekusi

setiap bagian dari aksi yang dibutuhkan untuk mencapai penampilan yang

diinginkan. Hal ini tidak hanya menggunakan keterampilan yang dimiliki

tapi dengan pandangan tentang apa yang bisa dilakukan seseorang dengan

keterampilan apapun yang dimiliki. (Bandura 1986: 391 dalam Biddle &

Mutrie 2001).

b. Aspek-aspek kepercayaan diri

Setiap orang mempunyai tingkat kepercayaan diri berbeda beda

tergantung seberapa jauh faktor yang berpengaruh terhadap dirinya menurut

Anthony ( 1992 ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri,

antara lain :

1) Faktor-faktor internal

a) Konsep diri

Konsep diri merupakan gagasan tentang diri sendiri. Individu

yang mempunyai rasa rendah diri biasanya memiliki konsep diri yang

negatif (Centi, 1995).

b) Harga diri

Menurut Meodow ( dalam Kusuma, 2005 ), harga diri yaitu,

penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri , tingkat pengahargaan

terhadap diri sendiri akan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan

diri individu. Semakin tinggi harga diri, semakin tinggi kepercayaan

diri individu tersebut, penilaian diri ini ditentukan oleh berbagai emosi

yang mempengaruhi individu.

c) Keadaan dan kesehatan fisik

Penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga

diri dari keadaan fisik. Kondisi kesehatan juga dapat mempengaruhi

rasa kepercayaan diri individu, bila individu tersebut sakit berlarut-

larut akan menggangu kepercayaan diri individu tersebut (Anthony,

1992).

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

39

d) Kegagalan dan kesuksesan

Keberhasilan yang dicapai akan membawa seseorang pada

kegembiraan sehingga menumbuhkan kepercayaan diri.

e) Pengalaman hidup

Menurut Lauster ( 1997 ) kepercayaan diri di pengaruhi oleh

pengalaman hidup, dimana belajar dari pengalaman masa lalu adalah

hal yang penting untuk mengembangkan kepribadian yang sehat.

Pengalaman hidup yang mengecewakan paling sering menjadi sumber

timbulnya rasa rendah diri, terlebih jika seseorang mempunyai

perasaan tidak aman, kurang rasa sayang dan kurangnya perhatian.

f) Peran lingkungan keluarga

Peran lingkungan keluarga terhadap bentuk kepercayaan diri

sangat penting dalam pembentukan kepercayaan diri seseorang jika

fungsi keluarga berjalan baik, maka besar kemungkinan individu

dalam kelas tersebut mempunyai kepercayaan diri yang baik.

2) Faktor eksternal

a) Lingkungan dan pengalaman,

Syarwani ( Dalam Corey, 1997 ) mengatakan bahwa lingkungan

yang keras cenderung memudahkan individu untuk membentuk rasa

percaya diri, selain itu kepercayaan diri di tentukan pula oleh

pengalaman-pengalaman yang dialami sejak kecil.

b) Pendidikan.

Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang (Anthony,

1992). Lebih lanjut dapat di ungkapkan bahwa tingkat pendidikan

yang rendah cenderung membuat individu tergantung dan berada di

bawah individu yang lebih pandai, sebaliknya individu yang

mempunyai pendidikan lebih tinggi cenderung akan lebih menjadi

disiplin dan tidak perlu tergantung pada individu lain.

c) Bekerja.

Rogers mengemukakan bahwa bekerja dapat membangkitkan

kreatifitas dan kemandirian serta kepercayaan diri, rasa percaya diri

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

40

akan muncul dengan melakukan pekerjaan selain materi, kepuasan dan

rasa percaya diri didapat karena mengembangkan kemampuan diri.

Orang yang mempunyai kepercayaan diri yang baik akan

menampakkan ciri-ciri yang berbeda dengan orang yang memiliki

kepercayaan diri yang rendah, orang yang memiliki kepercayaan diri yang

tinggi biasanya tidak terlalu cemas dengan tindakan. Dapat melakukan hal-

hal yang disukai, bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan, hangat,

sopan, dalam berinteraksi dengan orang lain, mempunyai dorongan untuk

berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan yang dimiliki

(Hakim, 2002).

Kepercayaan diri berpengaruh pada individu, pada manusia

kepercayaan diri akan cenderung berubah, hal ini tergantung pada

pengalaman dalam hubungan interpersonal, namun demikian pengalaman

tidak hanya memberikan umpan balik yang positif saja, bila umpan balik

yang diterima positif maka kepercayaan diri akan membaik sebaliknya jika

umpan balik yang diterima negatif maka kepercayaan diri akan turun

(Lauster, 1997).

Berikut ini merupakan aspek-apsek kepercayaan diri menurut Drajat

(1997) antara lain:

1) Rasa aman. Terbebas dari perasaan takut, rasa cemas dan tidak ada

kompetisi terhadap situasi atau orang di sekitarnya.

2) Ambisi normal. Ambisi disesuaikan dengan kemampuan tidak ada

kompetensi dari ambisi yang berlebihan, dapat menyelesaikan tugas

dengan baik dan bertanggung jawab.

3) Konsep diri. Memberikan penilaian positif terhadap potensi fisik, psikis,

sosial maupun moral.

4) Mandiri. Tidak tergantung pada orang lain dalam melakukan sesuatu dan

tidak tidak membutuhkan dukungan dari orang lain secara berlebihan.

5) Tidak mementingkan diri sendiri atau toleransi. Mengerti kekurangan

yang ada pada dirinya, menerima pendapat orang lain dan memberi

kesempatan pada orang lain.

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

41

Sehubungan kurangnya kepercayaan diri, Anthony ( 1992 )

mengemukakan ciri-ciri orang yang kurang percaya diri yaitu : 1)

Cenderung merasa tidak aman, 2) Tidak bebas, 3) Ragu-ragu, 4) Mebuang

waktu dalam mengambil keputusan, 5) Perasaan rendah diri, 6) Kurang

cerdas, 7) Cenderung menyalahkan lingkungan sebagai penyebab bila

menghadapi suatu masalah.

Lauster (1978) menjelaskan kepercayaan diri merupakan suatu sikap

atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga orang yang

bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa

bebas melakukan hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas

perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang dan

memiliki dorongan untuk berprestasi.Kepercayaan diri akan memberikan

suatu dampak kepada diri individu. Hal ini dijelaskan oleh Weinberg dan

Gould (Satiadarma, 2000) bahwa rasa percaya diri memberikan dampak-

dampak positif pada hal-hal berikut ini :

1) Emosi, individu yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih

mudah mengendalikan dirinya di dalam suatu keadaan yang menekan.

2) Konsentrasi, seorang individu akan lebih mudah memusatkan

perhatiannya pada hal tertentu tanpa rasa terlalu khawatir.

3) Sasaran, individu cenderung mengarahkan pada sasaran yang cukup

menantang, karenanya ia juga akan mendorong dirinya untuk berupaya

labih baik.

4) Usaha, individu tidak mudah patah semangat atau frustasi dalam

berupaya meraih cita-citanya dan cenderung tetap berusaha kuat secara

optimal sampai usahanya berhasil.

5) Strategi, individu mampu mengembangkan berbagai strategi untuk

memperoleh hasil usahanya.

6) Momentum, seorang individu akan menjadi lebih tenang, ulet, tidak

mudah patah semangat, terus berusaha, mengembangkan dan membuka

peluang bagi dirinya.

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

42

Sedangkan beberapa hal yang mempengaruhi rasa percaya diri pada atlet

antara lain adalah :

1) Kesuksesan dan keberhasilan penampilan sebelumnya

Keberhasilan penampilan sebelumnya akan sangat berpengaruh

terhadap kondisi kepercayaan diri seorang atlet. Jika dalam pertandingan-

pertandingan sebelumnya atlet tersebut bermain baik dan menang, maka

kepercayaan diri atlet tersebut akan meningkat. Namun, jika

pertandingan-pertandingan sebelumnya atlet tersebut bermain jelek dan

mengalami kekalahan, maka akan sangat mungkin kepercayaan dirinya

pun akan berkurang.

2) Imitasi dan modeling

Faktor kedua yang mempengaruhi persepsi tentang kemampuan

seorang atlet adalah hasil dari imitasi dan modelling. Imitasi adalah

proses meniru serta mengidentifikasi dirinya seolah-olah tokoh atau

model yang diidolakan. Aktivitas meniru ini berpengaruh terhadap

Kepercayaan diri karena atlet tersebtu akan menganggap dirinya sebagus

model yang dia tiru, oleh karena itu dia akan merasa mampu untuk

menyelesaikan semua tantangan di depannya.

3) Persuasi verbal dan sosial

Sumber lain dari kepercayaan diri dari seorang atlet adalah adanya

persuasi verbal maupun persuasi sosial. Dalam hal ini, peran pelatih,

orang tua atau orang-orang terdekat sangat penting. Persuasi verbal

adalah ucapan-ucapan yang keluar dari pelatih atau orang-orang yang

berpengaruh terhadapnya. Jika ucapan-ucapan yang keluar adalah

ucapan-ucapan cemooh, maka hal itu akan berpengaruh terhadap

kepercayaan diri atlet tersebut. Sebaliknya, jika ucapan-ucapan itu

bersifat positif dan memberi masukan, maka atlet tersebut juga akan

terangkat.

4) Penilaian atas kondisi fisiologis

Ini adalah penilaian yang dilakukan oleh atlet sendiri. Sebelum

bertanding, seorang atlet akan merasakan perubahan pada fisiknya, yakni

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

43

jantung yang berdetak lebih kencang, muncul keringat, atau mulut

menjadi kering. Jika perubahan-perubahan fisiologis ini dinilai negatif

oleh atlet tersebut, maka dia akan mengalami penurunan kepercayaan

diri. Tapi jika atlet mnilai perubahan-perubahan tersebut membawa arti

yang positif, maka atlet tersebut akan merasakan kepercayaan diri yang

meningkat. Selain keempat faktor di atas Davies & Amstrong (1999)

memberi tambahan beberapa faktor yang dianggap berpengaruh terhadap

kepercayaan diri seorang atlet. Faktor-faktor tersebut adalah:

1) Kepribadian

Kepribadian dianggap sebagai faktor yang penting dalam

mempengaruhi kepercayaan diri seorang atlet. Kepribadian ini mencakup

banyak hal, antara lain introvert (tertutup), ektrovert, egois, penakut dan

sebagainya.

2) Efektivitas latihan

Faktor lain yang penting adalah faktor latihan. Disinilah

sebenarnya peran seorang pelatih terlihat untuk membentuk atlet yang

percaya diri. Proses latihan merupakan sarana utama untuk meningkatkan

kepercayaan diri seorang atlet, caranya dengan membuat konsep latihan

yang selalu menantang dan menuntut usaha yang maksimal dari atlet.

Salah satu metode latihan yang harus diterapkan adalah goal setting atau

membuat target. Atlet yang terbiasa diberi target akan berusaha

semaksimal mungkin menyelesaikan tugasnya, sehingga secara mental

atlet menjadi lebih siap menghadapi tantangan dalam pertandingan.

c. Indikator Percaya Diri

Indikator percaya diri adalah merupakan suatu hasil yang nampak

pada diri seseorang. Contohnya apabila seseorang berani melakukan suatu

aktivitas dan kelihatannya ia tidak ragu memilih dan membuat apa yang

harus dibuatnya. Berikut beberapa indikator kepercayaan diri:

1) Tampil Percaya Diri.

Bekerja sendiri tanpa perlu supervisi, mengambil keputusan tanpa perlu

persetujuan orang lain.

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

44

2) Bertindak Independen.

Bertindak di luar otoritas formal agar pekerjaan bisa terselesaikan dengan

baik, namun hal ini dilakukan demi kebaikan, bukan karena tidak

mematuhi prosedur yang berlaku.

3) Menyatakan Keyakinan atas Kemampuan Sendiri.

Menggambarkan dirinya sebagai seorang ahli, seseorang yang mampu

mewujudkan sesuatu menjadi kenyataan, seorang penggerak, atau

seorang narasumber. Secara eksplisit menunjukkan kepercayaan akan

penilaiannya sendiri. Melihat dirinya lebih baik dari orang lain.

4) Memilih Tantangan atau Konflik.

Menyukai tugas-tugas yang menantang dan mencari tanggung jawab

baru. Bicara terus terang jika tidak sependapat dengan orang lain yang

lebih kuat, tetapi mengutarakannya dengan sopan. Menyampaikan

pendapat dengan jelas dan percaya diri walaupun dalam situasi konflik.

d. Kepercayaan diri dalam Poomsae Taekwondo

Prestasi atlet selalu berkaitan dengan motif berprestasi karena motif

merupakan penggerak dan pendorong manusia bertindak dan berbuat

sesuatu, menurut Singgih Gunarsa (1999:93), motivasi olahraga ialah

keseluruhan daya penggerak (motif-motif) di dalam diri individu yang

menimbulkan kegiatan olahraga, menjamin kelangsungan latihan dan

memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang

dikehendaki.

Seorang atlet yang memiliki rasa percaya diri yang baik percaya

bahwa dirinya akan mampu menampilkan kinerja olahraga yang diharapkan

(Weinberg & Gould, 2003). Kepercayaan diri sangat dipengaruhi oleh

harapan positif dan negatif akan sesuatu hal. Harapan positif akan membawa

dampak positif pada penampilan, sebaliknya harapan negatif akan

membawa dampak negatif pada penampilan (falsafah pemenuhan diri/ self-

fulfilling prophesy) (Horn & Lox, 1993). Positif negatifnya harapan atlet

banyak dipengaruhi oleh keyakinan diri atlet tersebut bahwa ia akan mampu

menyelesaikan tugas dengan baik (keyakinan diri/self efficacy) (Bandura,

Page 37: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

45

1986). Dengan demikian rasa percaya diri (self confidence) erat kaitannya

dengan falsafah pemenuhan kebutuhan diri (self-fulfilling prophesy) dan

keyakinan diri (self efficacy). Weinberg dan Gould (2003): rasa kepercayaan

diri memberi dampak positif pada apek-aspek emosi; konsentrasi; sasaran;

usaha; strategi dan momentum.

Menurut Sudibyo Setyobroto (2001:24), motif adalah sumber

penggerak dan pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk

mencapai tujuan tertentu. Pendapat Hechausen yang dikutip oleh Sudibyo

Setyobroto pada buku yang sama mengatakan bahwa motivasi merupakan

aktualisasi dari motif, maka pengertian motivasi menjadi sebagai berikut :

motivasi adalah proses aktualisasi sumber penggerak dan pendorong tingkah

laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu.

Manusia sebagai mahluk mempunyai tujuan yang diinginkan, dimana

keinginan tersebut diwujudkan dalam imajinasi, kemauan, dan otak kreatif.

Dengan imajinasi manusia bisa merancang tujuan, dengan melibatkan

keinginan kita bisa mengejarnya, dan dengan otak kreatif dan bisa berhasil

mendapatkannya.

Motif berprestasi pada hakikatnya ialah keinginan, hasrat, kemauan,

dan pendorong untuk dapat unggul, yaitu mengungguli prestasi yang pernah

dicapainya sendiri atau prestasi orang lain. Jadi motif berprestasi adalah

motif untuk berpacu dengan keunggulan dirinya sendiri, keunggulan orang

lain, atau kesempurnaan dalam menjalankan tugas tertentu.

Walaupun ada bermacam-macam pendapat mengenai motif, namun

motif sendiri tidak lepas dari kebutuhan-kebutuhan diri setiap individu.

Teori kebutuhan ini banyak dibahas dan diterapkan dalam berbagai bidang,

seperti pendidikan, kepemimpinan, administrasi, dan ekonomi. Kebutuhan

fisiologis atau psikologis seseorang menimbulkan hubungan intrinsik atau

ekstrinsik untuk bertingkah laku dalam mencapai tujuan tertentu.

Menurut Mc Clelland dan Atkitson yang dikutip oleh Sudibyo

Setyobroto (2001:23), mengajukan tiga motif sosial yang utama, yaitu :

1) Kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement)

Page 38: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

46

2) Kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain (need for affiliation)

3) Kebutuhan untuk berkuasa (need of power)

Sedangkan Maslow seperti yang dikutip oleh Singgih Gunarsa (1999 :

96-97) merumuskan kebutuhan manusia dengan Satisfaction of need theory,

yang didasarkan pada prinsip :

1) Kebutuhan manusia diorganisasikan dalam kebutuhan yang bertingkat-

tingkat

2) Segera setelah satu kebutuhan terpenuhi, kebutuhan lain akan muncul

dan berkuasa

3) Setelah terpenuhi, kebutuhan tersebut tidak mempunyai pengaruh

dominan; akibatnya kebutuhan lain mulai meningkat dan mendominasi.

Maslow membagi kebutuhan manusia pada lima tingkat :

1) Kebutuhan mempertahankan hidup. Manifestasi kebutuhan ini nampak

pada kebutuhan primer seperti makan, air, tempat tinggal, dan pakaian.

2) Kebutuhan rasa aman. Manifestasi kebutuhan ini nampak pada kebutuhan

keamanan, kestabilan hidup, perlindungan / pembelaan, tata tertib,

keteraturan, bebas dari rasa takut dan gelisah.

3) Kebutuhan sosial. Manifestasi kebutuhan ini antara lain nampak pada

perasaan diterima oleh orang lain, kebutuhan untuk mencapai sesuatu,

serta berpartisipasi

4) Kebutuhan akan penghargaan / harga diri. Kebutuhan ini antara lain

kebutuhan akan prestise, kebutuhan untuk berhasil, kebutuhan untuk

dihormati. Makin tinggi status semakin tinggi prestisenya, semakin tinggi

pula rasa untuk dihormati. Manifestasi di dalam olahraga ialah makin

tinggi prestasi, makin giat berlatih, makin tinggi pula perasaan untuk

diperhatikan dan dihargai.

5) Kebutuhan aktualisasi diri. Manifestasi nampak pada keinginan untuk

mengembangkan kapasitas fisik, kapasitas mental melalui mental dan

pendidikan. Keinginan untuk mengabdi dan berbuat sebaik-baiknya,

memunculkan diri secara bebas.

Page 39: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

47

Mc Clelland (Sudibyo Setyobroto, 2001:24), mengatakan bahwa

untuk berprestasi disebut pual N. Ach (Need for Achievement) N.Ach

digambarkan seperti virus mental, kebutuhan untuk meraih hasil atau

prestasi. Hal ini ditemukan pada suatu macam pikiran yang berhubungan

“melakukan sesuatu untuk lebih baik” daripada yang pernah dibuat

sebelumnya, lebih efisien, lebih cepat, kurang mempergunakan tenaga,

dengan hasil yang lebih baik, dan sebagainya.

Kebutuhan untuk berprestasi tinggi (need of achievement) juga harus

ditanamkan pada diri Taekwondoin dengan jalan mengarahkan Taekwondoin

pada tingkat mutu yang baik sekali (standart of excellence). Dengan need of

acheivement yang tinggi akan dapat mengembangkan jiwa dan sikap

kewirausahaan (enterpreneur), yaitu kepribadian yang mau bekerja keras

serta berani menghadapi dan jika perlu kesalahan, demi keberhasilan.

Dengan untuk berprestasi adalah upaya untuk meningkatkan kualitas

diri atau memenuhi standart keunggulan. Orang dengan kecakapan ini akan

lebih mampu untuk:

1) Berorientasi kepada hasil, dengan semangat juang tinggi untuk meraih

tujuan dan memenuhi standar

2) Menetapkan sasaran yang menantang dan berani mengambil resiko yang

telah diperhitungkan

3) Mencari informasi sebanyak-banyaknya guna mengurangi ketidakpastian

dan mencari cara yang lebih baik.

4) Turut belajar untuk meningkatkan kinerja sebagai Taekwondoin

Perasaan berhasil pada diri Taekwondoin dapat lebih meningkatkan

penampilan sedangkan perasaan tidak berhasil dapat memerosotkan

penampilan Taekwondoin yang bersangkutan.

Sangat penting bagi seorang pelatih dan ahli psikologi untuk

menanamkan kepercayaan pada diri Taekwondoin, bahwa dia dapat

berprestasi. Pelatih harus peka terhadap kebutuhan-kebutuhan Taekwondoin,

ini penting untuk dapat memahami keadaan Taekwondoin, dan sebagai

pangkal tolak menimbulkan motivasi Taekwondoin dengan cara-cara

Page 40: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

48

memberi penghargaan, pengakuan atas prestasi yang telah dicapai, memberi

tantangan untuk berusaha lebih keras dan sebagaianya.

Banyak keluarga berpendapatan bahwa olahraga sangat penting dalam

hidup. Sebagian orang tua hanya berharap anak-anak mereka mengikuti

olahraga menghindarkan diri dari segala macam bahaya yang ada dalam

masyarakat jaman sekarang. Orang tua yang lain menginginkan anak-anak

mereka juara dalam olahraga. Banyak orang tua seperti itu merasa

keberhasilan atau kegagalan anak-anak mereka dalam olahraga adalah

merupakan refleksi langsung dari keberhasilan mereka sendiri sebagai orang

tua dan keberhasilan mereka dalam hidupnya (Russel R.Pate, 1993: 121).

Menurut Ndong Kamtomo (2006: 28-30), ada beberapa hal yang

mendorong atlet untuk berprestasi, yaitu ;

1) Mencari setress dan mengatasi setress tersebut.

Berjuang untuk mengatasi halangan-halangan, menciptakan setress

pada diri sendiri, dan berusaha untuk berkembang dan berhasil

merupakan salah satu motivasi utama atlet untuk berprestasi.

2) Usaha untuk memperoleh kesempurnaan

Mengejar kesempurnaan merupakan salah satu motivasi yang

inheren (melekat) pada diri atlet dengan mempergunakan tubuhnya

sebagai alat untuk mencapai kesempurnaan keteremapilan.

3) Status

Banyak atlet yang mempunyai nama dalam olahraga berhasil

mempertinggi status sosialnya di masyarakat, banyak studi yang

menunjukkan mereka yang dalam usia muda sudah menonjol dalam

olahraga (dan oleh karena itu memperoleh status dan harga diri), tumbuh

menjadi orang-orang dewasa yang lebih kokoh, teguh, tidak mudah

roboh, dan lebih stabil dibandingkan mereka yang tidak menonjol di

olahraga dalam usia muda.

4) Kebutuhan untuk di akui menjadi anggota kelompok

Bagi kebanyakan anak, masuk perkumpulan berarti kesempatan

yang baik untuk diakui menjadi anggota kelompok, demikian pula

Page 41: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

49

kesempatan untuk menjalin hubungan yang lebih erat dan mesra dengan

kerabat dan teman-teman seusianya.

5) Hadiah-hadiah

Hadiah-hadiah baik yang sifatnya intrinsik maupun ekstrinsik,

merupakan motivasi atlet untuk berprestasi.

6) Kejantanan (masculinity)

Banyak orang berpendapat bahwa dalam masyarakat beradab,

kejantanan hanya dapat diperoleh kalau kita berpartisipasi dalam

olahraga. Jadi mereka berpendapat bahwa gambaran orang yang jantan

adalah orang yang sanggup kerja keras demi keberhasilan dalam

olahraga.

Jadi orang yang tidak sanggup mengatasi setress mental dan fisik

dalam olahraga dinilai sebagai orang yang tidak mempunyai sifat jantan.

7) Membentuk watak ( Charater )

Berolahraga tujuannya juga membentuk watak dan tabiat yang baik

Motivasi berolahraga bervariasi antara individu yang satu dengan

yang lain karena perbedaan kebutuhan dan kepentingan baik disebebkan

perbedaan tingkat perkembangan umur, minat, pekerjaan, dan kebutuhan-

kebutuhan yang lain. Motivasi tersebut dapat saja berkembang lebih lanjut

sehingga yang semula tidak ada hasrat untuk bertanding akhirnya

meningkatkan motivasinya untuk berprestasi dan mengikuti pertandingan-

pertandingan.

Motivasi dapat terbukti lebih penting daripada intelektual atau

keterempilan teknik. Bagaimanapun, bukan kepala melainkan hati yang

menggerakkan manusia. Emosi menggugah dan memotivasi manusia, dan

menuntut manusia untuk membuat komitmen. Menurut Kotter : motivasi

dan inspirasi dapat menggerakkan orang, tidak dengan mendorong mereka

ke arah yang benar sebagai mekanisme kontrol, tetapi dengan cara

memuaskan kebutuhan manusiawi yang mendasar untuk berprestasi, rasa

memiliki, rasa mengendalikan hidup sendiri, dan kemampuan hidup

menurut harapan seseorang (Goleman, 1999 : 319).

Page 42: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

50

Motif berprestasi dapat dikaitkan dengan motif ketergantungan yaitu

dengan menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk menjunjung tinggi dan

menjaga nama baik kelompok atau tim dimana individu dimana individu

tergabung. Tanpa memiliki motif berprestasi yang kuat anggota-anggotanya

maka satu tim tidak mungkin mencapai prestasi yang setinggi-setingginya.

Adanya perbedaan motif berprestasi mengakibatkan anggota yang memiliki

motif berprestasi rendah atau kurang kuat terpacu untuk lebih meningkatkan

motivasinya, sehingga secara keseluruhan tim tersebut dapat lebih

meningkatkan penampilannya.

Dalam ikatan tim maka akan terjadi beberapa gejala yang perlu

diperhatikan para pelatih, yaitu antara lain : masalah kompetisi antar

anggota, persaingan antar kelompok, kecenderungan mempertahankan nama

baik kelompok, mencari teman yang cocok, kerjasama antar anggota

kelompok, kemungkinan timbulnya fanatisme kelompok dan sebagainya.

Menurut Heinz Heckhausen yang dikutip Sudibyo Setyobroto (1999 :

22), dalam membicarakan harapan untuk sukses, berpendapat adalah hal

yang bertentangan yang terkandung dalam motivasi berprestasi, yaitu

kecenderungan untuk mendekat dan kecenderungan untuk menolak. Yang

dimaksud kecenderungan untuk mendekat adalah harapan untuk sukses,

sedangkan kecenderungan menolak adalah ketakutan akan gagal. Sudah

barang tentu gejala-gejala ini akan bervariasi sesuai keadaan individu yang

bersangkutan.

Melalui olahraga orang berharap dapat mencapai kepuasan. Kepuasan

tersebut beraneka ragam, bagi atlet salah satu bentuk kepuasan yang utama

adalah tercapainya prestasi yang setinggi-tingginya atau suatu kemenangan

dalam pertandingan. Harapan untuk sukses dalam mencapai prestasi atau

memenangkan pertandingan tersebut tidak dapat selalu tercapai, sehingga

dapat menimbulkan masalah-masalah emosional.

Motif dan emosi mempunyai akar yang sama dalam bahasa latin

movere, artinya “menggerakkan”. Emosi, secara harafiah berarti yang

menggerakkan kita untuk menggerakkan sasaran ; emosi menjadi bahan

Page 43: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

51

bakar untuk memotivasi diri, dan memotivasi tersebut pada gilirannya

menggerakkan persepsi dan membentuk tindakan-tindakan kita. Karya besar

dimulai dari perasaan yang menggelora (Goleman, 1999 : 170).

Proses kejiwaan bersifat organis dimana aspek yang satu akan

berpengaruh terhadap aspek yang lain. Atlet yang kemampuan akalnya

rendah, dalam menghadapi pertandingan mudah kehabisan akal atau

menemui jalan buntu untuk dapat mengalahkan lawan, meskipun berbagai

cara sesuai kemampuannya sudah diusahakan. Dalam keadaan seperti ini

akhirnya atlet mengalami ketegangan karena takut akan gagal. keadaan

ketegangan atau setress yang tidak dapat diatasi biasanya disertai dengan

rasa cemas, yang akhirnya akan berpengaruh juga terhadap fungsi-fungsi

intelektual sehingga penampilannya serba salah, serba ragu-ragu, dan tidak

akurat (Sudibyo Setyobroto, 1999 : 42).

Menurut Oxford English Dictionary, emosi adalah setiap kegiatan atau

pergolakan pikiran, perasaan, nafsu ; setiap keadaan mental yang hebat atau

meluap-luap (Goleman, 2001 : 411). Sedangkan Goleman sendiri

mendefinsikan emsoi sebagai perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu

keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk

bertindak.

Dengan kepercayaan diri seperti ini, atlet dapat memiliki keyakinan

untuk mengontrol pikiran, perasaan dan perbuatan. Hal ini tentunya akan

berujung kepada seorang atlet untuk menghadapi tugas dengan

mengeluarkan kemampuan terbaik yang dia miliki tanpa merasa ragu atau

terganggu dengan perasaan tertekan dengan tugas yang dihadapi.

Enung Fatimah (dalam Khusnia, S & Rahayu. 2010) mengartikan

kepercayaan diri sebagai sikap positif seorang individu yang memampukan

dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri

maupun lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Rasa percaya diri adalah

dimensi eveluatif yang menyeluruh dari diri. Rasa percaya diri memang

tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan berkaitan dengan kepribadian

seseorag. Secara definitif Hasan (dalam Khusnia, S & Rahayu, 2010)

Page 44: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

52

menjelaskan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan akan kema,puan diri

sendiri secara adekuat dan menyadari kemampuan-kemampuan yang

dimiliki serta dapat memanfaatkannya secara tepat.

Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten

melakukan segala sesuatu seorang diri, tetapi rasa percaya diri hanya

merujuk pada adanya perasaan yakin mampu, memiliki kompetensi dan

percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual,

prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri dalam meraih

prestasi.

Prestasi olah raga menurut Sukadiyanto (Setyobroto, 2002)

merupakan aktualisasi dari akumulasi hasil proses latihan yang ditampilkan

atlet sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Seseorang untuk dapat

berprestasi harus melalui suatu proses latihan yang berlangsung selama

bertahun-tahun dan mengeluarkan banyak pengorbanan baik tenaga, biaya

dan waktu. Menurut Leonard (Setyobroto, 2002) jika atlet tidak memahami

makna dari olah raga yang dilakukannya, maka akan mengalami

ketidakseimbangan tubuh dan jiwa. Prestasi yang dicapainya akan menjadi

tidak menentu, walaupun suatu saat akan mencapai hasil yang baik. Atlet

akan mudah mengalami kemrosotan prestasi dan lebih parah lagi apabila

kondisi fisik dan mentalnya mengalami kemrosotan yang lebih tajam.

Kesulitan pembinaan prestasi dari faktor atlet biasanya terjadi pada segi

fisik antara lain keterampilan, kesehatan (kebugaran jasmani), sedangkan

dari segi mental antara lain kedispilinan, motivasi, kreativitas serta

kepercayaan diri atlet.

Menurut Crow & Crow (1973), proses meraih prestasi dipengaruhi

oleh tiga faktor. Ketiga faktor tersebut adalah :

1) Faktor aktivitas, yaitu faktor yang memberikan dorongan kepada

individu untuk belajar, faktor ini merupakan faktor psikologik.

2) Faktor organisme, yaitu faktor yaitu faktor yang berhubungan dengan

fungsi alat-alat indra individu yang kepekaannya ikut menentukan

respon individu dalam belajar.

Page 45: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

53

3) Faktor lingkungan, yaitu faktor yang secara psikologis mempengaruhi

proses secara keseluruhan.

Prestasi merupakan salah satu faktor untuk dapat memperbaiki tingkat

rasa percaya diri pada remaja. Rasa percaya diri remaja meingkat lebih

tinggi karena mereka tahu tugas-tugas penting untuk mencapai tujuan dan

telah menyelesaikan tugas yang serupa. Penekanan dari pentingnya prestasi

dalam meningkatkan rasa percaya diri remaja memiliki banyak kesamaan

dengan konsep teori belajar sosial kognitif Bandura mengenai kualitas diri

yang merupakan keyakinan individu bahwa dirinya dapat menguasai suatu

situasi dan menghasilkan sesuatu yang positif.

Salah satu motif individu berolahraga adalah untuk memperoleh

prestasi dalam bidang olahraga. berdasarkan pada pembukaan rapat anggota

KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) tahun 2012, Menko Kesra

(Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat) HR. Agung Laksono,

menyatakan bahwa prestasi olahraga dapat mengangkat harkat dan martabat

manusia baik secara individu, kelompok, masyarakat, bangsa dan negara.

berangkat dari permasalahan tersebut maka memperoleh kemenangan dalam

suatu pertandingan olahraga merupakan suatu hal yang diharapkan dan

diusahakan oleh para atlet.

Konsekuensi dalam usaha meraih kemenangan akan menimbulkan

persaingan antar atlet yang bertanding. Persaingan dalam pertandingan yang

berkaitan dengan prestasi , seorang atlet harus memperhatikan faktor psikis

meliputi cara mempersiapkan kondisi mental atlet (Gunarsa, 2004).

Bagi seorang atlet atau tim, pertandingan atau kompetisi olahraga

merupakan situasi yang membangkitkan kecenderungan kompetitif, tetapi di

lain pihak juga membangkitkan motif untuk menghindari kegagalan yang

dicerminkan melalui rasa cemasnya menghadapi pertandingan atau

kecemasan bertanding, Kondisi psikis atlet sangat mempengaruhi

penampilannya, banyak atlet yang cemas sehingga berdampak buruk pada

prestasi, walaupun telah diprediksi akan memenangkan pertandingan

berdasarkan teknik yang dikuasainya. Lebih lanjut Gunarsa (2004)

Page 46: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

54

menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah salah satu sumber daya yang

paling kuat untuk mengubah kecemasan menjadi fasilitator peningkatan

kinerja, dengan rasa percaya diri yang tumbuh dalam diri atlet, maka atlet

akan berusaha mengantisipasi agar kekalahan tidak terjadi dan muncul

semangat dari dalam diri untuk mewujudkan harapannya dalam

pertandingan yang akan dihadapinya (Karyatna et al,. 2012).

semua atlet berusaha untuk dapat tampil maksimal dalam setiap

pertandingan. Untuk tampil maksimal dibutuhkan usaha keras dari dalam

diri atlet untuk dapat mengontrol kondisi fisik dan psikologis yang

menunjang tercapainya harapan atlet. Menjaga kondisi emosi tidaklah

mudah seperti menjaga kondisi fisik, karena kondisi emosi dapat berubah

setiap waktu karena situasi yang dialami atlet. Kondisi emosi akan dapat

berpengaruh pada kondisi fisik dan mental individu (Gunarsa, 2004).

Emosi pada diri seseorang berhubungan erat dengan keadaan psikis

tertentu yang distimulasi baik oleh faktor dari dalam atau internal maupun

faktor dari luar atau eksternal. Gejolak emosi apapun, apakah itu emosi

negatif ataukah emosi positif, dapat berpengaruh terhadap kondisi kefaalan

tubuh, sehingga mempengaruhi keseimbangan psikofisiologis.

Para atlet diharapkan dapat memperlihatkan konsistensi dalam

mengatur gejolak emosi yang berupa kecemasan. Seorang atlet diharapkan

dapat mengantisipasi, memantau serta mengatasi, memantau, serta

mengatasi gejolak emosinya sendiri. Regulasi emosi sangat diperlukan pada

kondisi sepeti ini. regulasi emosi didalamnya termasuk meningkatkan,

menurunkan atau mengatur emosi positif dan emosi negatif (Gross, dalam

Strongman 2003).

Perasaan tidak nyaman, cemas, gugup menghadapi pertandingan

adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan yang muncul sebelum

situasi bertanding terhadap bahaya yang tidak nyata, pada atlet Tae Kwon

Do memiliki regulasi emosi dan kepercayaan diri yang baik merupakan

faktor personal yang akan menurunkan tingkat kecemasan menghadapi

pertandingan.

Page 47: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

55

Perasaan takut gagal merupakan salah satu indikator dari tidak adanya

rasa percaya diri pada diri atlet, para atlet setuju bahwa kunci sukses adalah

dengan percaya mereka akan menang dari lawannya (Burton & Raedeke,

2008). Cashmore (2002) menyatakan bahwa percaya diri mungkin penawar

kecemasan yang paling efektif. Dengan adanya rasa percaya diri pada diri

atlet, maka hal tersebut menjadi suatu daya bertanding bahwa mereka dapat

melakukan sesuatu sesuai harapannya, padangan positif pada diri sendiri

inilah yang akan secara otomatis menekan tingkat kecemasan bertanding

pada atlet. Atlet menjadi lebih tenang dalam menghadapi pertandingan

dengan rasa peraya diri.

Kurangnya kepercayaan diri akan menyebabkan seseorang tidak dapat

memecahkan masalah yang rumit. Kurangnya rasa percaya diri ini

disebabkan oleh situasi dan kondisi para atlet pada saat mengikuti kompetisi

sehingga tidak dapat meraih prestasi yang baik. Matsuda (Santosa, 2005)

berpendapat bahwa untuk dapat berprestasi atlet perlu dipersiapkan

mentalnya agar mereka mampu mengatasi ketegangan yang sering

dihadapinya baik pada saat berlatih berat maupun pada saat berkompetisi.

Pembinaan mental dilakukan agar atlet mudah dan berlatih melakukan

konsentrasi serta pengendalian diri, sehingga pada saat-saat kritis tetap dapat

mengambil keputusan dan melakukam koordinasi diri dengan baik.

Menurut Leonard (Setyobroto, 2002), jika tidak memahami makna dari olah

raga yang dilakukannya, maka seorang atlet akan mengalami

ketidakseimbangan tubuh dan jiwa.

Prestasi yang dicapainya akan menjadi tidak menentu, walaupun suatu

saat akan mencapai hasil yang baik. Atlet akan mudah mengalami

kemerosotan prestasi dan lebih parah lagi apabila kondisi fisik dan

mentalnya mengalami kemrosotan yang lebih tajam. Kesulitan pembinaan

prestasi dari faktor atlet biasanya terjadi pada segi fisik antara lain

keterampilan, kesehatan (kebugaran jasmani), sedangkan dari segi mental

antara lain kedispilinan, motivasi, kreativitas serta kepercayaan diri atlet.

Page 48: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

56

Ditinjau dari fungsi dan tujuan aktivitas olahraga merupakan bagian

integral dari seluruh proses pendidikan yang bertujuan untuk

mengembangkan aspek fisik, mental, emosi, dan kese-hatan sosial peserta

didik melalui aktivitas fisik yang dipilih (Singer dan Dick, 1990). Tae Kwon

Do merupakan salah satu cabang olah raga yang diharapkan bisa membina

generasi muda Indonesia menjadi pribadi yang sehat, tangguh dan mandiri

dalam menghadapi tantangan hidup di masa-masa yang akan datang. Sistem

pembinaan Tae Kwon Do dilakukan dengan suatu kompetisi atau kejuaraan

di Indonesia. Kompetisi sendiri merupakan suatu tolok ukur dari prestasi

atlet Tae Kwon Do dan muara terbentuknya atlet nasional (Nashori &

Yulianto, 2006).

Kepercayaan diri ialah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang

memadai dan menyadari kemampuan yang dimi-liki, serta dapat

memanfaatkannya secara tepat (Hasan dkk dalam Iswidharmanjaya dan

Agung, 2004). Kepercayaan diri sendiri merupakan hal yang penting da-lam

olahraga khususnya Tae Kwon Do ini. Lee (2002) mengatakan bahwa

keper-cayaan diri merupakan prasyarat untuk kerendahan hati dan toleransi,

yang merupakan dua dari tujuan Tae Kwon Do. Kepercayaan diri berbeda

antara pria dan wanita. Umumnya pria lebih percaya diri dibandingkan

dengan wanita. Menurut Lander (dalam Baron dan Byrne, 1997), wanita

lebih sedikit memiliki rasa percaya diri dibandingkan pria dalam sedikitnya

beberapa situasi, dan orang-orang mengetahui perbedaan ini. Hal ini juga

berlaku dalam olahraga Tae Kwon Do dimana atlet Tae Kwon Do pria

cenderung lebih percaya diri dari pada atlet wanitanya (Fakhrurrozi &

Pamungkas, 2010).

Bergulirnya kejuaraan atau event Tae Kwon Do banyak disambut oleh

banyak pihak, baik pengurus dojang (tempat latihan), pelatih daerah atau

nasional serta para atlet Tae Kwon Do sendiri. Namun sistem kompetisi atau

kejuaraan yang ada pada saat ini, ternyata belum mampu untuk membentuk

seorang atlet Tae Kwon Do yang mempunyai skill dan mental yang bagus.

Kompetisi atau kejuaran yang diharapkan akan mampu untuk mencetak

Page 49: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

57

atlet-atlet handal yang nantinya menunjang terbentuknya atlet nasional

Indonesia ternyata jauh dari harapan. SEA Games XXII (2005) di Vietnam

merupakan bukti buruknya prestasi atlet Tae Kwon Do Indonesia. Atlet

nasional Tae Kwon Do hanya mampu menyabet satu emas dan dua perak

dari 16 kelas yang dipertandingkan. Sebagian besar mendali emas disabet

oleh atlet-atlet Vietnam dan Filiphina. Atlet yang mempunyai kondisi fisik

yang bagus dan prima belum tentu menghasilkan prestasi yang gemilang

kalau tidak didukung oleh mental ataupun kondisi psikis yang baik

(Gunarsa, 1996). Di sini kepercayaan diri sangat dibutuhkan, karena rasa

percaya diri merupakan hal penting untuk meraih prestasi. Bamister

(Wirawan, 1999) menjelaskan bahwa batas-batas sirkulasi dan faal pada

latihan otot penting, namun faktor psikologi di luar lingkup faallah yang

bakal membedakan kalah atau menang dan yang akan menentukan

bagaimana seorang atlet dapat mendekatkan diri pada batas puncak

penampilan

Kurangnya kepercayaan diri akan menyebabkan seseorang tidak dapat

memecahkan masalah yang rumit. Kurangnya rasa percaya diri ini

disebabkan oleh situasi dan kondisi para atlet pada saat mengikuti kompetisi

sehingga tidak dapat meraih prestasi yang baik. Matsuda (Santosa, 2005)

berpendapat bahwa untuk dapat berprestasi atlet perlu dipersiapkan

mentalnya agar mereka mampu mengatasi ketegangan yang sering

dihadapinya baik pada saat berlatih berat maupun pada saat berkompetisi.

Pembinaan mental dilakukan agar atlet mudah dan berlatih melakukan

konsentrasi serta pengendalian diri, sehingga pada saatsaat kritis tetap dapat

mengambil keputusan dan melakukam koordinasi diri dengan baik.

Persepsi atau tanggapan atlet dalam menilai situasi dan kondisi

seketika pada waktu menghadapi pertandingan (baik jauh sebelum

pertandingan maupun dekat pertandingan) bisa bermacam-macam. Ada

yang menganggap kondisi dan situasinya mencekam sehingga menyebabkan

timbulnya ketakutan, stres, frustrasi, hingga adapula yang menganggap

situa-sinya tidak merupakan ancaman baginya (Gunarsa dkk, 1996). Hal ini

Page 50: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

58

disebabkan karena orang-orang melihat segala se-suatu secara berbeda satu

sama lain. bahkan “fakta-fakta” sekalipun mungkin nampak sangat berbeda

bagi orang yang berlainan (Leavitt, 1992). Menurut Horsley (dalam Morris

dan Summers, 1995), dibandingkan dengan atlet yang sangat percaya diri,

seorang atlet yang percaya dirinya lebih rendah nampaknya akan kurang

gigih, lebih ragu-ragu, membuat lebih banyak kesalahan dan kekurangan

waktu dan ruang untuk melaksanakan keterampilan mereka. Ada juga atlet

Tae Kwon Do yang memandang situasi dan kondisi pertandingan sebagai

suatu resiko normal yang tidak berpengaruh banyak terhadap dirinya, ia

akan cederung lebih bebas atau lepas saat bertanding, lebih berkonsentrasi

pada pertandingan dan membuatnya yakin dalam mengambil keputusan. Hal

ini membuatnya terlihat lebih percaya diri (Diamant, 1991).

Tanpa memiliki penuh rasa percaya diri sendiri atlet tidak akan dapat

mencapai prestasi tinggi, karena ada hubungan antara motif berprestasi dan

percaya diri. Percaya diri adalah rasa percaya bahwa ia sanggup dan mampu

untuk mencapai prestasi tertentu ; apabila prestasinya sudah tinggi maka

individu yang bersangkutan akan lebih percaya diri (Setyobroto, 2002).

Kurang percaya diri tidak akan menunjang tercapainya prestasi yang

tinggi. Kurang percaya diri berarti juga meragukan kemampuan diri sendiri,

dan ini jelas merupakan bibit ketegangan, khususnya pada waktu

menghadapi pertandingan melawan pemain yang seimbang kekuatannya,

sehingga ketegangan pada waktu bertanding tersebut merupakan bibit

kekalahan (Nashori & Yulianto, 2006). Olahragawan merupakan satu

totalitas sistem psikofisik yang kompleks. Artinya, manusia yang terdiri dari

unsur jiwa dan raga, maka prestasi olahraga merupakan aktualisasi dari

akumulasi perpaduan antara hasil latihan, potensi fisik, dan psikis Namun,

kenyataan di lapangan para pelatih cenderung lebih banyak melatihkan

unsur fisik daripada psikis, sehingga proses latihan belum berjalan

seimbang. Faktor psikis perlu dilatihkan secara seimbang, karena erat

kaitannya dengan pembinaan karakter olahraga-wan, yaitu emosi. Emosi

diperlukan da-lam proses pencapaian prestasi olahraga, tetapi emosi yang

Page 51: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

59

diluar kendali akan mengganggu kinerja (performance) olah-ragawan untuk

mencapai prestasi terbaik. Setiap olahragawan memiliki gejolak dan reaksi

emosional yang berbeda-beda. Untuk itu para pelatih harus mengetahui cara

untuk memantau reaksi emosional, agar dapat membantu olahragawan dan

memberikan solusi terbaik dalam meraih prestasi

Reaksi emosional antara lain ditan-dai oleh adanya ketegangan

(stress), dan ketegangan merupakan sesuatu yang paling ditakuti oleh para

olahragawan selama bertanding. Sebab akan meng-ganggu keseimbangan

kondisi psiko-fisiologis olahragawan yang antara lain ditandai oleh gemetar,

lemas, detak jantung lebih cepat, kejang otot, dan konsentrasi terganggu,

yang akan ber-dampak negatif terhadap penampilan selama bertanding.

Situasi reaksi emo-sional dapat muncul pada saat sebelum, selama, dan

sesudah pertandingan berlangsung. Untuk itu keberadaan pelatih saat

pertandingan diharapkan mampu memantau kondisi emosi olahragawan

agar selalu dalam kondisi emosi yang normal.

Reaksi emosional adalah terjadinya perubahan tingkat kegairahan

yang dapat menghambat atau memu-dahkan keinginan seseorang untuk

berperilaku atau bertindak. Biasanya reaksi emosional selalu disertai dengan

respons fisiologis seperti meningkatnya tekanan darah, detak jantung, dan

ketegangan pada kelompok otot tertentu (Helms and Turner, 1981). Dengan

demikian emosi adalah keadaan mental individu yang ditandai oleh perasaan

yang kuat dan diikuti dengan ekspresi motorik yang berhubungan dengan

suatu obyek atau situasi eksternal (Gunarsa, 1989).

Kondisi emosi seseorang merupakan kombinasi yang melibatkan

perasaan (feeling), kehendak (impuls), reaksi secara fisik dan secara

fisiologis. Pera-saan berkaitan dengan pengalaman sese-orang yang sudah

terekam dalam memori, baik memori jangka pendek, menengah, maupun

jangka panjang. Kehendak berkaitan dengan respons emosi seseorang yang

muncul saat awal gerakan, yang ditandai oleh gejala fisik dan fisiologis

yang mudah untuk diamati (Gates, 1963). Gejala secara fisik seseorang

tampak gemetar, kalau diajak bicara suaranya serak-serak (groyok: Jawa),

Page 52: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

60

dan secara fisiologis wajahnya merah, mata merah, pernapasan terengah-

engah. Olahragawan yang dalam kondisi emosi, produksi kelenjar

dirangsang dan hormon dikeluarkan untuk tetap menja-ga keseimbangan

tubuh (Singer, 1980). Hal itu yang mengakibatkan antara olahraga dan

emosi merupakan sesuatu yang selalu berdampingan, artinya aktivitas

olahraga akan berdampak pada munculnya emosi. Emosi dalam olah-raga

dapat mengubah perilaku sese-orang, yang negatif dapat mengganggu

koordinasi gerak yang halus dan kompleks, serta menghambat kinerja di

lapangan (Fisher, 1976). Perubahan perilaku seseorang akibat emosi negatif

antara lain ditunjukkan dengan sikap kasar, liar, pemarah, dan kata-kata

kotor, sehingga koordinasi gerak terganggu, gerakannya kaku, dan

akurasinya berkurang.

Ada dua macam emosi, yaitu emosi positif dan negatif. Emosi positif

menurut Fisher (1976) meliputi perasaan seperti kegembiraan, kegirangan,

sangat gembira, rasa tertarik, kebahagiaan, dan rasa cinta. Sebaliknya emosi

negatif meliputi perasaan seperti marah, cemas, bosan, rasa takut, iri hati,

benci, keadaan yang memalukan, dan kegusaran. Bebe-rapa emosi di atas

akan muncul dalam perasaan olahragawan baik sebelum, selama, maupun

sesudah pertandingan. Kemunculan emosi dipengaruhi oleh kesiapan diri,

lawan tanding, kondisi lapangan, cuaca, wasit, penonton, dan hasil yang

dicapai menang atau kalah. Umumnya kemenangan akan me-munculkan

luapan emosi yang positif, sebaliknya kekalahan memunculkan emosi yang

negatif, dan setiap pertan-dingan akan memberikan pengalaman dan

kebiasaan pada olahragawan untuk beradaptasi terhadap hasil yang diraih.

Olahragawan yang sudah berpenga-laman umumnya menganggap menang

dan kalah dalam pertandingan olahraga merupakan kejadian yang biasa dan

logis. Untuk itu diperlukan persyaratan khusus sebagai olahragawan, yaitu

ha-rus memiliki komitmen, disiplin, tang-gung jawab, pengendalian emosi,

rasa percaya diri, dan ketegasan dalam mengambil keputusan.

Dengan demikian kondisi reaksi emosional olahragawan antara lain

dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti keinginan, ketegasan, kepekaan,

Page 53: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

61

kontrol ketegang-an, kepercayaan, tanggung jawab, dan disiplin diri. Di

mana dalam dunia olahraga prestasi, kondisi reaksi emosio-nal berguna

untuk membantu kesiapan olahragawan dalam bertanding, sehing-ga

memudahkan pada saat pertandingan (Tutko and Tosi, 1976).

6. Karakteristik Anak Usia 13 – 18 Tahun

Menurut Sri Rumini dkk (1995: 37), pada masa remaja awal (12/13-

17/18 tahun) mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Keadaan Perasaan dan Emosi

Keadaan perasaan dan emosinya sangat peka, tidak stabil, sering

dilanda pergolakan, sehingga selalu mengalami perubahan dalam

perbuatannya. Dalam mengerjakan sesuatu, misalnya belajar mula-mula

bergairah dan tiba-tiba jadi enggan dan malas.

b. Keadaan Mental

Kemampuan mental khususnya kemampuan pikirnya mulai sempurna/

kritis. Remaja menolak hal-hal yang kurang dimengerti maka sering terjadi

pertentangan dengan orang tua, guru, maupun orang dewasa lainnya.

c. Keadaan Kemauan

Kemauan atau keinginan mengetahui berbagai hal dengan jalan

mencoba segala hal yang dilakukan orang lain atau orang dewasa.

Sedangkan menurut Sukintaka (1992:45), anak setingkat SMP kira-kira

mempunyai usia 13 – 15 tahun, mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Karakteristik Jasmani

1) Laki – laki maupun putri terdapat pertumbuhan memanjang.

2) Membutuhkan pengaturan istirahat yang baik.

3) Sering menampilkan hubungan dan koordinasi yang kurang baik.

4) Merasa mempunyai ketahanan dan sumber energi yang terbatas.

5) Mudah lelah tetapi tidak dihiraukan.

6) Anak laki – laki mempunyai kecepatan dan kekuatan otot lebih baik dari

pada putri

7) Kesiapan dan kematangan untuk keterampilan bermain menjadi lebih

baik.

Page 54: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

62

b. Karakteristik Psikis atau Mental

1) Banyak mengeluarkan energi untuk fantasi

2) Ingin menetapkan pandangan hidup

3) Mudah gelisah karena keadaan lemah.

c. Karakteristik Sosial

1) Ingin tetap diakui oleh kelompoknya

2) Mengetahui moral dan etika kehidupannya

3) Perasaan yang makin tetap berkembang.

Taekwondo merupakan olahraga yang membutuhkan banyak energi,

memacu semangat sekaligus memberi luapan emosional melalui kebersamaan

dalam dalam sebuah persatuan kebersamaan salah satu jenis olahraga dalam

naungan dojo. Untuk menjadi Taekwondoin yang berkualitas tentunya harus

melewati berbagai tahapan pembinaan. Menurut Sukatamsi (2003: 1.29)

tahapan-tahapan pembinaan dan tahap prestasi dibagi menjadi beberapa tahap,

yaitu :

a. Usia 7-12 tahun : Tahap persiapan atau tahap pemasalan, ialah tahap belajar

dasar-dasar permainan sepakbola, penguasaan teknik-teknik dasar,

pengajaran permainan sepakbola.

b. Usia 13-16 tahun : Tahap pembangunan atau tahap pembibitan. Dimulainya

pembinaan prestasi, ialah pembinaan-pembinaan khusus : pembinaan teknik,

pembinaan kondisi fisik, pembinaan taktik, dan sering bertanding untuk

mencapai kematangan juara.

c. Usia 17-22 tahun : Masa sukses pertama. Oleh PSSI diselenggarakan

Kompetisi: Kejuaraan Remaja Taruna (Junior) dan memperebutkan Piala

Suratin.

d. Usia 23-29 tahun : Masa prestasi puncak (optimal)

e. Usia 30-35 tahun : Masa usaha untuk menjadikan tetap berprestasi puncak

(stabilisasi).

Page 55: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

63

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang hubungan antara daya ledak otot tungkai,

keseimbangan, koordinasi dan kepercayaan diri terhadap prestasi Poomsae

Taekwondo ini mengacu dan mengambil referensi kepada beberapa penelitian

yang sebelumnya telah dilakukan, hal ini sebagai bahan pertimbangan dan

pendukung dari penelitian yang akan dilakukan.

1. Hubungan antara power otot tungkai terhadap prestasi Poomsae Taekwondo

Hubungan antara power otot tungkai terhadap prestasi Poomsae

Taekwondo ini merujuk kepada penelitian dari Gusriwadi (2014) dalam

Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai dan Kelentukan terhadap Kemampuan

Tendangan Dollyo Chagi Atlet Taekwondo Kota Solok. dan Hubungan

antara daya ledak otot tungkai dan kelincahan dengan kemampuan

tendangan Taekwondo dari Fortius UNJ (2014) yang di dalam penelitian

tersebut mendapatkan hasil bahwa daya ledak otot tungkai atau power otot

tungkai memiliki hubungan terhadap kemampuan tendangan Dollyo yang

merupakan salah satu bentuk tendangan dalam Poomsae Taekwondo.

Hasil yang sama juga didapatkan dari Kusparwati (2015) dalam

penelitiannya tentang Kontribusi Daya Tahan Otot, Power Tungkai, Panjang

Tungkai, Kelentukan, Keseimbangan Dan Reaksi Terhadap Tendangan

Dollyo.

2. Hubungan antara keseimbangan dengan prestasi Poomsae Taekwondo

Penelitian yang relevan tentang hubungan keseimbangan dengan

prestasi Poomsae Taekwondo merujuk kepada penelitian dari Kusparwati

(2015) dalam penelitiannya tentang Kontribusi Daya Tahan Otot, Power

Tungkai, Panjang Tungkai, Kelentukan, Keseimbangan Dan Reaksi

Terhadap Tendangan Dollyo dimana dalam uji hipotesisnya keseimbangan

memiliki nilai signifikansi (Sig.) 0,001 pada tabel Coefficientsa dengan nilai

α (derajat signifkansi) 0,05 artinya 0,001<0,05 atau Keseimbangan

memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Frekuensi Tendangan

Dollyo.

Page 56: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

64

Penelitian lain adalah hubungan keseimbangan dan kecepatan reaksi

kaki dalam olahraga bela diri Taekwondo pada atlit putra Taekwondo

Indonesia perkumpulan Exco Medan oleh Dewi (1994) dan Correlation

between Balance Ability, Muscle Strength, and Muscle Endurance, in

Taekwondo, Soccer, and Gymnastics Athletes (2014) dari Kim et al., yang

mendapatkan hasil bahwa keseimbangan sangat mempengaruhi dalam

olahraga Taekwondo dalam hal ini berguna untuk bergerak dengan

perubahan garis sumbu tubuh yang mempengaruhi kesetimbangan.

3. Hubungan antara koordinasi dengan prestasi Poomsae Taekwondo

Koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk melakukan beberapa

aktivitas dalam waktu yang relatif bersamaan. Pertandingan Taekwondo

memerlukan koordinasi yang baik, sebab seorang atlet harus melihat lawan,

menangkis dan melakukan serangan balasan dalam waktu yang hampir

bersama-sama. Latihan koordinasi dalam olahraga Taekwondo misalnya

dengan drill tendang dolyo chagi dengan dua kaki bergantian ditambah

langkah, mengangkat satu lutut setinggi rata-rata air sambil gerak ke depan

dan lain-lain. Latihan ini dilakukan saat laihan teknik, cara ini dilakukan

supaya Taekwondoin mempunyai koordinasi yang bagus. Dengan

koordinasi yang bagus, maka keterampilan gerak, kelincahan dan

keseimbangan bisa terbentuk. Bahkan menurut Gallahue (1995: 279)

koordinasi berhubungan erat dengan kecepatan, kelincahan dan

keseimbangan. Penelitian yang relevan tentang hubungan koordinasi dengan

prestasi Poomsae Taekwondo juga merujuk kepada penelitian dari Falco et

al., (2013) dalam judul penelitian Sagittal Coupling Analysis In The

Roundhouse Kick In Taekwondo yang mendapatkan hasil bahwa pola

koordinasi sangat erat hubungannya dalam Taekwondo untuk gerakan

tendangan ataupun tangkisan.

4. Hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi Poomsae Taekwondo

Penelitian yang relevan tentang hubungan kepercayaan diri dengan

prestasi Poomsae Taekwondo merujuk kepada penelitian dari Nashori dan

Yulianto (2006) dalam judul penelitian Kepercayaan Diri Dan Prestasi Atlet

Page 57: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

65

Tae Kwon Do Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam penelitian tersebut

mendapatkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara kepercayaandiri terhadap prestasi atlet Tae Kwon Do. Dua

atlet mempunyai kepercayaan diri yang sangat rendah atau sekitar 3.7

persen, tiga atlet mempunyai kepercayaan diri yang rendah atau sekitar 5.6

persen, 11 atlet mempunyai kepercayaan diri yang sedang atau sekitar 20.4

persen, 36 atlet mempunyai kepercayaan diri yang tinggi atau sebesar 66.7

persen.

5. Hubungan antara power otot tungkai, keseimbangan, koordinasi dan

kepercayaan diri dengan prestasi Poomsae Taekwondo

Penelitian yang relevan tentang hubungan antara power otot tungkai,

keseimbangan, koordinasi dan kepercayaan diri dengan prestasi Poomsae

Taekwondo mengacu penelitian dari Kusparwati (2015) dalam penelitiannya

tentang Kontribusi Daya Tahan Otot, Power Tungkai, Panjang Tungkai,

Kelentukan, Keseimbangan Dan Reaksi Terhadap Tendangan Dolly dan

juga penelitian dari Gorban et al., dengan judul A Survey Of The Physical

Fitness Of The Male Taekwondo Athletes Of The Iranian National Team

yang mendapatkan hasil bahwa kondisi fisik berperan dalam menentukan

prestasi dari kemenangan pada atlet Taekwondo Iran.

C. Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran yang akan dikemukakan dalam penelitian ini,

berdasarkan pada teori yang benar dan berkaitan dengan variabel yang menjadi

obyek dalam penelitian ini. Selain kerangka berpikir tersebut juga merupakan

dasar pemikiran dari penelitian yang akan dikembangkan dalam penelitian ini.

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dapat dirumuskan kerangka

pemikiran sebagai berikut :

1. Hubungan antara power otot tungkai terhadap prestasi Poomsae Taekwondo

Pada olahraga beladiri Taekwondo memerlukan keterampilan dalam

menendang. Tendangan yang baik diperlukan suatu teknik dan ledakan otot

yang tepat. Beladiri ini memiliki kemampuan untuk pengembangan

Page 58: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

66

beberapa komponen biomotorik yang baik dalam tubuh manusia. Pada

Taekwondo selama ini yang dipertandingkan adalah pertarungan, dan seperti

diketahui, jika bertarung pasti akan memerlukan kekuatan otot, kecepatan,

power, keseimbangan, fleksibilitas, daya tahan serta ketrampilan gerak.

Komponen-komponen biomotorik tersebut mutlak diperlukan dalam

pertarungan.

Power otot penting dan diperlukan oleh atlet cabang olahraga yang

menuntut unsur kekuatan dan kecepatan gerak. Power otot terutama penting

untuk cabang-cabang olahraga dimana atlet harus mengerahkan tenaga yang

eksplosi”. Dewasa ini power telah diakui sebagai komponen kodisi fisik

yang memungkinkan atlet untuk mengembangkan kemampuannya guna

mencapai tingkat prestasi yang lebih tinggi dalam olahraga yang

digelutinya.

Karena power otot tungkai, seorang Taekwondoin mampu dengan

cepat dan meledak melakukan perubahan posisi arah tubuh pun dapat

melakukan gerakan tendangan dengan cepat dan kuat. Power otot

merupakan hasil dari gabungan dua komponene kondisi fisik, yaitu

kekuatan dan kecepatan.

2. Hubungan antara keseimbangan dengan prestasi Poomsae Taekwondo

Keseimbangan dalam Taekwondo sangat diperlukan mengingat

gerakan dalam Taekwondo memiliki irama gerakan yang ritmik dengan

merubah posisi yang memungkinkan terjadinya perubahan garis sumbuh

tubuh. Keseimbangan merupakan salah satu komponen dalam

kondisi fisik yang terkait dengan gerakan motorik atau kemahiran.

Ketangkasan adalah kemampuan melakukan gerakan-gerakan secara

berurutan dan berbeda tanpa kesulitan, tepat dan cepat. Ketangkasan dalam

arti lain dijelaskan sebagai kemampuan mempertahankan tubuh agar tidak

terjatuh saat mengubah gerak secara cepat dan akurat. keseimbangan saling

berhubungan dengan garis sumbu tubuh dan koordinasi.

Berbagai definisi tentang keseimbangan banyak dinyatakan oleh para

peneliti yang meneliti tentang kajian keseimbangan, Keseimbangan dalam

Page 59: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

67

Taekwondo dibutuhkan agar dapat mengontrol pusat massa tubuh (center of

mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap perubahan bidang

tumpu (base of support) saat melakukan gerakan Poomsae. Keseimbangan

melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh

sistem muskuloskleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk

menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat

manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien.

Keseimbangan Taekwondoin dalam Poomsae sangat diperlukan

mengingat gerakan Poomsae memerlukan untuk mempertahankan posisi

tubuh baik dalam kondisi statik maupun dinamik. Gerakan Poomsae yang

perlu diperhatikan adalah waktu refleks, waktu reaksi, dan kecepatan gerak

dan hal-hal tersebut merupakan faktor pembentuk dari keseimbangan

seseorang. Dan biasanya untuk meningkatan keseimbangan dilakukan

dangan latihan kelincahan dan kecepatan, bahkan kelentukan.

3. Hubungan antara koordinasi dengan prestasi Poomsae Taekwondo

Koordinasi adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat

kompleks. Karateristik koordinasi sangat unik. Koordinasi memainkan

peranan yang khusus terhadap mobilitas fisik. koordinasi bukan merupakan

kemampuan fisik tunggal, akan tetapi tersusun dari dan saling berinteraksi

dengan kualitas-kualitas fisik yang lain. Koordinasi sangat erat

hubungannya dengan kecepatan, kakuatan, daya tahan dan fleksibilitas atau

kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang

berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif”.

Koordinasi merupakan kemampuan seseorang mengintegrasikan

bermacam-macam gerakan tunggal secara efektif. Koordinasi menyatakan

hubungan yang harmonis dari berbagai faktor yang terjadi pada suatu

gerakan. Kemampuan koordinasi merupakan unsur dasar yang baik dalam

menyelesaikan tugas dalam kehidupan sehari-hari. kelincahan. Tiga faktor

kondisi fisik ini sangat berperan untuk mendapatkan pola gerak dalam

Poomsae Taekwondo yang efektif dan menghidupkan gerakan salah satunya

adalah unsur fisik koordinasi mata kaki, dalam melakukan gerakan

Page 60: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

68

menendang, kuda-kuda dan tangkisan kemampuan koordinasi dalam

melakukan gerakan dalam Poomsae tidak terbatas hanya pada kemampuan

gerak saja, tetapi juga melibatkan panca indra mata untuk melihat arah

datangnya musuh yang kemudian akan diberi serangan ataupun tangkisan.

4. Hubungan antara kepercayaan diri dengan prestasi Poomsae Taekwondo

Kepercayaan diri adalah sikap pada diri seseorang yang dapat

menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berfikir positif,

memiliki kemandirian dan mempunyai kemampuan untuk memiliki segala

sesuatu yang diinginkan. Salah satu modal utama dan syarat mutlak untuk

mencapai sebuah prestasi olahraga adalah memiliki rasa percaya diri.

Percaya diri berarti rasa percaya diri terhadap kemampuan atau

kesanggupan diri untuk mencapai tujuan atau prestasi tertentu. Atlet yang

tidak memiliki rasa percaya diri atau sering disebut dengan diffident,

merupakan akibat dari ketidakyakinannya terhadap kemampuan yang dia

miliki. Mempersepsikan dirinya terlalu rendah sehingga kemampuan

optimalnya tidak tampak. Dengan kata lain, atlet tersebut merendahkan

dirinya sendiri.

Dengan kepercayaan diri yang baik inilah, dari hati, bukan hanya

pikiran di kepala saja, yang menyalakan kreativitas, membuat jujur terhadap

diri sendiri, menjalin hubungan yang saling mempercayai, memberi

panduan nurani bagi hidup dan karir, menuntun kita kepada kemungkinan

yang tidak terduga, dan malah bisa menyelamatkan diri kita atau organisasi

dari kehancuran dan kekalahan. Kepercayaan diri menuntut kita untuk

belajar mengakui dan menghargai perasaan, pada diri kita dan orang lain

serta untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif

informasi dan energi emosi dalam kehidupan atau dalam sebuah kompetisi.

5. Hubungan antara power otot tungkai dan keseimbangan dengan prestasi

Poomsae Taekwondo

Hubungan power otot tungkai dan keseimbangan terhadap prestasi

Taekwodo adalah dengan adanya keseimbangan yang baik dalam

melaksanakan tendangan, maka penilaian dari prestasi Poomsae Taekwondo

Page 61: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

69

akan tinggi. Kekuatan otot tungkai dalam beberapa variasi gerakan yang

didalamnya terdapat tendangan dalam Poomsae sangatlah tergantung

kepada keseimbangan saat merubah posisi dan berdiri dengan satu kaki.

6. Hubungan antara power otot tungkai dan koordinasi dengan prestasi

Poomsae Taekwondo

Power otot tungkai dan koordinasi bersama-sama dalam membentuk

gerakan yang sinergis dalam Poomsae Taekwondo, gerakan dalam Poomsae

Taekwondo salah satunya yang membutuhkan kekuatan otot tungkai dan

koordinasi adalah tendangan bawah, tendangan tengah dan tendangan atas.

Membayangkan sosok imajiner yang diibaratkan sebagai musuh

membutuhkan koordinasi mata kaki yang baik dalam melakukannya,

sehingga power otot tungkai dan koordinasi mata kaki sangatlah diperlukan

dalam meraih prestasi Poomsae Taekwondo.

7. Hubungan antara power otot tungkai dan kepercayaan diri dengan prestasi

Poomsae Taekwondo

Power otot tungkai merupakan salah satu dari komponen kondisi fisik yang

mempengaruhi dari psikis seseorang, jika seseorang memiliki kondisi fisik

yang prima, maka psikis seseorang tentu akan dipengaruhi juga. Sehingga

jika seorang taekwondoin memiliki tendangan yang bagus, maka

kepercayaan diri akan meningkat dan pada akhirnya akan memberikan sikap

optimis dalam pencapaian prestasi Poomsae Taekwondo.

8. Hubungan antara keseimbangan dan koordinasi dengan prestasi Poomsae

Taekwondo

Keseimbangan dan koordinasi diperlukan dalam Taekwondo untuk

membentuk serangkain gerakan yang ritmis dan memiliki bentuk yang

indah, jika seseorang tidak mampu melakukan suatu gerakan yang cepat dan

tepat dengan memperhatikan keseimbangan dan keselarasan gerakan maka

tidak akan menghasilkan suatu bentuk gerakan yang baik, hal ini juga

berlaku dalam Poomsae Taekwondo yang didalamnya memuat serangkaian

gerakan yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi yang baik.

Page 62: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

70

9. Hubungan antara keseimbangan dan kepercayaan diri dengan prestasi

Poomsae Taekwondo

Keseimbangan dan kepercayaan diri sangatlah dibutuhkan pada

taekwondoin, mengingat berbagai unsur dasar dari gerakan Poomsae adalah

melakukan gerakan dengan berganti posisi yang cepat tanpa melakukan

kesalahan atau terjatuh. Jika keseimbangan berhasil dikuasai dengan baik,

maka kepercayaan diri untuk melakukan gerakan Poomsae akan lebih baik.

Hal ini yang mendasari jika seseorang memiliki keseimbangan yang baik,

maka kepercayaan diri orang tersebut akan baik pula dalam melakukan

gerakan tertentu, seperti serangkaian dalam gerakan Poomsae.

10. Hubungan antara koordinasi dan kepercayaan diri dengan prestasi

Poomsae Taekwondo

Koordinasi mata kaki yang baik akan membentuk ketepatan dan gerakan

yang sesuai dengan target penilaian dalam Poomsae. Begitu juga dengan

kepercayaan diri yang baik, tentunya akan menimbulkan sikap yang optimis

dalam memenangkan suatu kompetisi. Semakin percaya diri seseorang maka

akan semakin dia rileks untuk melakukan suatu gerakan tanpa merasa

terbebani sehingga kesalah gerakan dapat dikurangi.

11. Hubungan antara power otot tungkai, keseimbangan, koordinasi dan

kepercayaan diri dengan prestasi Poomsae Taekwondo

Secara skematis kontribusi antara power otot, keseimbangan,

koordinasi dan kepercayaan diri akan mempengaruhi dari prestasi

Taekwondoin dalam sebuah pertandingan. Power otot menjadi faktor

tersendiri sebagai pemicu sebuah gerakan yang dibutuhkan dalam olahraga

Taekwondo, daya ledak yang kuat akan menambah daya serang, selain juga

untuk merubah posisi dari Taekwondoin. Keseimbangan yang baik dalam

Taekwondo, menciptakan keselarasan gerakan yang ritmik tanpa jatuh pada

saat terjadi perubahan garis sumbu tubuh, hal ini sejalan dengan salah satu

prinsip dari Taekwondo yang mengatakan bahwa Taekwondo adalah salah

satu bentuk keindahan gerak, keefisienan dan kefektifan dari teknik bertahan

dan menyerang. Sedangkan koordinasi berhubungan dengan kemampuan

Page 63: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

71

indera tubuh dalam mengatur dan mengontrol gerakan yang akan dilakukan,

terkait juga dalam hal ini tentang keseimbangan gerakan yang dilakukan,

baik dari sistem motorik dan sensori tubuh.

Keselaran emosi yang positif seimbang antara pikiran, perasaan dan

konsep gerak yang benar akan memberikan hasil yang maksimal dalam

keberhasilan suatu olahraga prestasi, selian itu, peran kondisi psikologis

seorang anak juga dapat mempengaruhi dalam proses pendidikan jasmani.

Secara tidak langsung hal tersebut sangat mempengaruhi dalam

keterampilan gerak siswa saat pelaksanaan pembelajaran. Hal tersebut

berkaitan dengan tingkat kepercayaan diri yakni aspek kepribadian yang

harus dimiliki setiap siswa saat melakukan tugas gerak. Perananan

kepercayaan diri sangat penting dalam pencapaian keberhasilan siswa dalam

suatu pembelajaran serta memberi kemampuan siswa dalam menerima

pembelajaran dengan baik dan pada akhirnya dapat memilki tingkat

keberhasilan belajar yang baik pula.

Kebugaran jasmani dan kondisi fisik menunjang dari tingkat

kepercayaan diri seseorang, dan dengan hal ini berarti bahwa secara

bersamaan jika seseorang memiliki kebugaran jasmani yang baik maka akan

memiliki rasa percaya diri yang tinggi, rasa percaya diri yang didukung

dengan kemampuan atau komponen-komponen dari kebugaran jasmani

lainnya yang diperlukan dalam sebuah pertandingan seperti ketangkasan,

kecepatan, koordinasi dan keseimbangan akan membuat atlet dapat dengan

mudah mencapai prestasi yang diinginkan. Untuk hal inilah seorang atlet

perlu memiliki kebugaran jasmani yang baik, dengan demikian dia dapat

menyelesaikan setiap tahapan tugas yang dibutuhkan untuk sebuah

pertandingan dengan sempurna. Atlet yang telah memenuhi kebutuhan apa

yang dibutuhkan dalam sebuah pertandingan atau menyelesaikan tugas

sesuai dengan sasarannya dengan kondisi kebugaran jasmani yang baik akan

meningkatkan rasa percaya dirinya. Dari gambaran ini jelas bahwa power

otot, keseimbangan, koordinasi dan kepercayaan diri memiliki hubungan

dengan nilai prestasi seseorang.

Page 64: BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1 ... · kuda-kuda kaki dan berbagai gerakan tangan. Tipe gerakan ketiga adalah gerakan konektif dan itu mencerminkan dua gerakan

72

12. Hipotesis

Berdasarkan hal tersebut peneliti membuat hipotesis yang berkaitan

dengan kerangka berfikir dan konsep tersebut di atas, sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif antara power otot tungkai dengan prestasi Poomsae

Taekwondo dan power otot tungkai memberikan sumbangan yang signifikan

terhadap prestasi Poomsae Taekwondo.

2. Ada hubungan positif antara keseimbangan dengan prestasi Poomsae

Taekwondo dan keseimbangan memberikan sumbangan yang signifikan

terhadap prestasi Poomsae Taekwondo.

3. Ada hubungan positif antara koordinasi dengan prestasi Poomsae Taekwondo

dan koordinasi memberikan sumbangan yang signifikan terhadap prestasi

Poomsae Taekwondo.

4. Ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan prestasi Poomsae

Taekwondo dan kepercayaan diri memberikan sumbangan yang signifikan

terhadap prestasi Poomsae Taekwondo.

5. Power otot tungkai dan keseimbangan secara simultan berhubungan terhadap

prestasi Poomsae Taekwondo.

6. Power otot tungkai dan koordinasi secara simultan berhubungan terhadap

prestasi Poomsae Taekwondo.

7. Power otot tungkai dan kepercayaan diri secara simultan berhubungan terhadap

prestasi Poomsae Taekwondo.

8. Keseimbangan dan koordinasi secara simultan berhubungan terhadap prestasi

Poomsae Taekwondo.

9. Keseimbangan dan kepercayaan diri secara simultan berhubungan terhadap

prestasi Poomsae Taekwondo.

10. Koordinasi dan kepercayaan diri secara simultan berhubungan terhadap

prestasi Poomsae Taekwondo.

11. Power otot tungkai, keseimbangan, koordinasi dan kepercayaan diri secara

simultan berhubungan dengan prestasi Poomsae Taekwondo.