BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian...

29
10 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian, Sejarah, dan Peran Buku Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan bahwa, buku merupakan lembar kertas berjilid, berisi karya tulis yang dikomposisikan memiliki fungsi untuk memberikan informasi bagi orang yang membacanya. Buku bacaan memiliki tujuan untuk menyajikan keseluruhan cerita secara berurutan dengan kualitas yang maksimal, yang ditunjukkan dari aspek verbal dan visualnya. Pengertian buku dalam buku Layout Dasar dan Penerapannya karangan Surianto Rustan, S.Sn menuliskan buku, berisi lembaran halaman yang cukup banyak sehingga lebih tebal daripada booklet. Berbeda dengan booklet yang bisa hanya dijilid dengan strapless atau juga tidak dijilid karena cuma terdiri dari beberapa lembar, pada buku penjilidan yang baik merupakan keharusan agar lembar-lembar kertasnya tidak tercerai-berai. Sejarah dunia perbukuan menurut Joko D. Muktiono, dalam bukunya Aku Cinta Buku menyebutkan bahwa adanya buku telah dimulai sejak lama sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada pertengahan abad 15. Kedudukan buku menjadi tak tergoyahkan karena hubungannya erat dengan agama. Suatu agama dapat mencapai pemeluknya

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Buku

1. Pengertian, Sejarah, dan Peran Buku

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan bahwa,

buku merupakan lembar kertas berjilid, berisi karya tulis yang dikomposisikan

memiliki fungsi untuk memberikan informasi bagi orang yang membacanya.

Buku bacaan memiliki tujuan untuk menyajikan keseluruhan cerita secara

berurutan dengan kualitas yang maksimal, yang ditunjukkan dari aspek verbal

dan visualnya.

Pengertian buku dalam buku Layout Dasar dan Penerapannya karangan

Surianto Rustan, S.Sn menuliskan buku, berisi lembaran halaman yang cukup

banyak sehingga lebih tebal daripada booklet. Berbeda dengan booklet yang

bisa hanya dijilid dengan strapless atau juga tidak dijilid karena cuma terdiri

dari beberapa lembar, pada buku penjilidan yang baik merupakan keharusan

agar lembar-lembar kertasnya tidak tercerai-berai.

Sejarah dunia perbukuan menurut Joko D. Muktiono, dalam bukunya

Aku Cinta Buku menyebutkan bahwa adanya buku telah dimulai sejak lama

sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

pertengahan abad 15. Kedudukan buku menjadi tak tergoyahkan karena

hubungannya erat dengan agama. Suatu agama dapat mencapai pemeluknya

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

11

tentunya dengan adanya sebuah kitab dalam bentuk buku. Maka tidak heran

apabila buku mendapatkan kehormatan yang luar biasa sebagai dokumen yang

berisi ajaran agaman dan buku selanjutnya sering dianggap sebagai sumber

kebenaran. Sejarah mencatat kesan positif yang ditimbulkan oleh buku Books

That Changed The World, seperti karya Albert Einstein Secial Theory of

Relativity yang telah mengubah pandangan khalayak tentang ruang dan waktu,

zat dan energi. Implikasi dari buku tersebut telah menjungkirbalikkan

anggapan lama dan menunjukkan arah baru dalam perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. (Mustafa,Pulat, Industrial ergonomics case studies,

1992)

Pemanfaatan buku sebagai media informasi sudah sangat umum.

Menurut Surianto Rustan, S.Sn dalam buku Layout Dasar dan Penerapannya,

menyatakan bahwa fungsi buku adalah menyampaikan informasi, berupa

cerita, sejarah, oengetahuan, laporan, dan lain-lain. Buku dapat menampung

banyak informasi tergantung jumlah halaman yang dimilikinya.

Buku mempunyai peran yang tidak penting dalam mendorong

perkembangan sosial, budaya, teknologi, politik, dan ekonomi. Buku bacaan

tersebut bermanfaat untuk menumbuhkembangkan masyarakat yang semakin

cerdas, mengembangkan intelektualitasnya, juga kreatifitas serta membentuk

pola pikir dan budaya masyarakat. Namun, buku juga dapat menjadi tidak

berguna apabila berorientasi pada kepentingan pribadi dan tidak berorientasi

kepada kepentingan dan manfaatnya bagi masyarakat umum sehingga buku

bacaan harus memperhatikan segmennya, tujuan apa yang dikehendaki dan

metode apa yang dipergunakan serta apakah dengan metode tersebut segmen

konsumennya dapat menyerap dengan baik isi buku. ( Roebuck J, 1995)

2. Buku Sebagai Wahana Pelestarian Budaya.

Mengutip pengantar redaksi Ar-Ruzz Media (Suwarno,2010)

bahwa peradaban manusia memang selalu sekelindan dengan perjalanan

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

12

sejarah manusia. Ia tidak akan terbina tanpa tradisi “budaya ilmu” yang

meliputi tradisi kehidupan perpustakaan, tulis menulis, dan buku. Dengan kata

lain, peradaban sebuah bangsa akan ditulis dengan tinta emas bila budaya ilmu

tersebut mendapat prioritas utama di dalamnya. Dari situlah muara peradaban

terbentuk.

Sebagai entitas ilmu kebudayaan, eksistensi buku sangatlah penting.

Buku bukan sekedar karya kreasi manusia dalam menginterpretasikan

peradaban dan kebudayaan yang ada, tetapi juga mengusung peradaban baru.

Bila kita hidup tanpa buku, tentu sejarah diam, sastra bungkam, saint lumpuh

dan seni kebudayaan tenggelam. Buku adalah mesin perubahan, jendela dunia,

“ mercusuar yang dipancangkan di samudra waktu” (Barbara Tuchman)

Pada era perkembangan teknologi yang amat canggih dewasa ini pun ,

dimana kemajuan peradaban pikir juga semakin tinggi terdapat berbagai

sarana untuk mendokumentasikan informasi , namun tidak dapat kita

pungkiri bahwa buku merupakan dokumen paling sederhana dan paling

familiar bagi masyarakat dan mungkin salah satu sarana yang tidak dapat

sepenuhnya tergantikan oleh sarana penyimpan informasi yang lain. (Barbara

Tuchman)

Pada hakekatnya buku bukan hanya sekedar suatu benda berupa

kumpulan kertas tempat menitipkan hasil pemikiran, ide atau gagasan orang

dalam karya tulis/cetak lain, karya rekam atau sumber informasi elektronik

yang tertata rapi di atas rak-rak mati yang pasif, namun buku merupakan ruang

yang dinamis, aktif, hidup dan berdaya guna mengkonstruksi sikap budaya

manusia dari masa ke masa. (Barbara Tuchman)

Buku dari masa ke masa memang tidak lepas dari perkembangan budaya

umat manusia, karena itu buku sangat erat kaitannya dengan kebudayaan dan

masyarakat, bahkan dapat dikatakan bahwa buku merupakan produk dari

kebudayaan itu sendiri dan keberadaannya untuk melayani masyarakat.

(Barbara Tuchman)

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

13

Buku sebagai wahana pelestarian budaya sejalan dengan penjelasan

dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, bahwa

keberadaan buku tidak dapat dipisahkan dari peradaban dan budaya umat

manusia. Buku sebagai sistem pengelolaan rekaman gagasan, pemikiran ,

pengalaman dan pengetahuan manusia, mempunyai fungsi utama melestarikan

hasil budaya umat manusia tersebut, khususnya yang berbentuk dokumen karya

cetak dan karya rekam. Kemudian melalui bukulah penyampaian gagasan,

pemikiran, pengalaman dan pengetahuan tersebut kepada generasi selanjutnya.

( Roebuck J, 1995)

Oleh karena itu sudah sewajarnya buku ditempatkan sebagai institusi

budaya yaitu suatu media dimana seseorang berkunjung untuk

mengembangkan dan memelihara budayanya melalui kegiatan membaca ,

mengumpulkan informasi dan mampu menulis atau menciptakan lagi sesuatu

yang berguna untuk dirinya maupun untuk meningkatkan pengetahuan orang

lain. ( Roebuck J, 1995)

Kegiatan membaca salah satunya tentu saja berhubungan dengan buku

yang merupakan rekaman hasil pemikiran manusia yang sampai saat ini masih

merupakan komponen yang paling dominan dalam koleksi perpustakaan.

Menurut Purwono, sejak dulu buku telah membuktikan fungsinya yang sangat

efektif sebagai wadah memori manusia dan pranata ilmu pengetahuan. Buku

merupakan wadah untuk menampilkan dan memelihara warisan budaya bangsa

dan juga alat ampuh untuk menyebarkan budidaya tersebut kepada masyarakat.

Ditemukannya buku menjadi langkah penting dalam perkembangan cara

berfikir. Munculnya tradisi tulis dengan media buku membuat sistem

pewarisan ilmu pengetahuan berlangsung di lingkungan masyarakat. Buku

yang memungkinkan tulisan dalam komunitas besar disatukan dan disimpan

serta pengetahuan abstrak universal struktural dapat berkembang. Buku adalah

prasyarat untuk muncul dan berkembangnya ilmu pengetahuan dalam semua

dimensi. ( Roebuck J, 1995)

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

14

3. Keterkaitan Bahasa dan Kebudayaan

Ada berbagai teori mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan. Ada

yang mengatakan bahasa itu merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi ada

pula yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang

berbeda, namun mempunyai hubungan yang sangat erat, sehingga tidak dapat

dipisahkan.

Ada yang mengatakan bahwa bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan,

sehingga segala hal yang ada dalam kebudayaan akan tercermin di dalam

bahasa. Sebaliknya, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa sangat

dipengaruhi kebudayaan dan cara berpikir manusia atau masyarakat

penuturnya.

Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Abdul Chaer dan Leonie

dalam bukunya Sosiolinguistik bahwa bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi,

hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang

subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. Namun

pendapat lain ada yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan mempunyai

hubungan yang koordinatif, yakni hubungan yang sederajat, yang

kedudukannya sama tinggi.

Masinambouw menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan

dua sistem yang melekat pada manusia. Kalau kebudayaan itu adalah sistem

yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan

adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu.

Dengan demikian hubungan bahasa dan kebudayaan seperti anak kembar

siam, dua buah fenomena sangat erat sekali bagaikan dua sisi mata uang, sisi

yang satu sebagai sistem kebahasaan dan sisi yang lain sebagai sistem

kebudayaan.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

15

4. Buku sebagai Coffee Table Book

Ada berbagai teori mengenai coffee table book. Menurut Abdul Chaer

dan Leonie dalam bukunya Sosiolinguistik, Coffee Table Book adalah lembar

kertas berjilid, berisi karya tulis yang dikomposisikan memiliki fungsi untuk

memberikan informasi (dalam hal ini kebanyakan adalah sejarah atau

dokumentasi sebuah perjalanan budaya) bagi orang yang membacanya. Coffee

Table book memiliki tujuan untuk menyajikan keseluruhan cerita/ kronologi/

sejarah suatu budaya secara berurutan dengan kualitas yang maksimal, yang

ditunjukkan dari aspek verbal dan visualnya.

Kedudukan coffee table book menjadi tak tergoyahkan karena

hubungannya erat dengan pelestarian suatu budaya. Suatu sejarah budaya dapat

mencapai masyarakat tentunya dengan adanya sebuah sajian rekam dalam

bentuk buku. Maka tidak heran apabila coffee table book mendapatkan

kehormatan yang luar biasa sebagai dokumen yang berisi sejarah budaya dan

buku selanjutnya sering dianggap sebagai saksi dan dokumenter budaya yang

paling sederhana.

B. Tinjauan Bilingual / Dwi Bahasa

1. Kontak Bahasa

Manusia dalam hidup bermasyarakat memerlukan bahasa, karena hampir

semua kegiatannya manusia memerlukan bahasa. Jika tidak mempunyai

bahasa, manusia akan kehilangan kesanggupannya dalam hidup sebagai

makhluk sosial. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya fungsi bahasa dalam

kehidupan bermasyarakat. Komunikasi antarpemakai bahasa itulah yang dapat

menimbulkan kontak bahasa.

Mackey (dalam Suwito, 1983:39) memberikan pengertian kontak bahasa

sebagai pengaruh bahasa yang satu kepada bahasa yang lain, baik langsung

maupun tidak langsung, sehingga menimbulkan perubahan bahasa yang

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

16

dimiliki oleh ekabahasawan. Penutur yang ekabahasawan menjadi

dwibahasawan, yaitu orang yang menguasai satu bahsa menjadi lebih dari satu

bahasa.

Menurut Suwito (1983:39) pengertian kontak bahasa meliputi segala

peristiwa persentuhan antara beberapa bahasa yang berakibat adanya

kemungkinan pergantian pemakaian oleh penutur dalam konteks sosialnya.

Peristiwa atau gejala semacam itu antara lain nampak dalam ujud

kedwibahasaan dan diglosia. Pendapat Suwito ini identik dengan pendapat

Kushartanti (2005:58) yang menyatakan bahwa terjadinya kontak bahasa

disebabkan adannya kedwibahasaan atau keanekabahasaan.

2. Kedwibahasaan

Bahasa Indonesia pada saat ini dalam taraf pertumbuhan dan

perkembangan yang memerlukan perbendaharaan kata, sehingga wajar apabila

bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur bahasa daerah, karena

bahasa Indonesia belum cukup mempunyai konsep dan tanda yang dapat

mewakili pengertian yang lengkap. Pengaruh unsur bahasa tersebut dapat

memperkaya kosa kata bahasa Indonesia.

Kedwibahasaan timbul akibat adanya kontak bahasa ini sesuai dengan

pendapat Weinreich (dalam Suwito, 1983:39) yang menyatakan bahwa kontak

bahasa terjadi apabila dua bahasa atau lebih dipakai secara bergantian,

sehingga mengakibatkan terjadinya tranfer yaitu pemindahan atau peminjaman

unsur dari bahasa satu ke bahasa lain, sehingga dapat menimbulkan

kedwibahasaan. Kedwibahasaan berkaitan dengan kontak bahasa karena

kedwibahasaan merupakan pemakaian dua bahasa yang dilakukan oleh penutur

secara bergantian dalam melakukan kontak sosial.

Dalam hal kedwibahasaan, dwibahasawan tidak harus menguasai dua

bahasa secara aktif, tetapi dapat pula secara pasif. Penggunaan secara aktif

dalam arti menggunakan dua bahasa yang sama baiknya, sedangkan secara

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

17

pasif apabila dia cukup mampu memahami apa yang dituturkan atau ditulis

dalam bahasa kedua.

Jenis kedwibahasaan berdasarkan tingkat pendidikannya menurut

Samsuri (1994:55) ada dua macam, sebagai berikut:

a) Kedwibahasaan sejajar, yaitu kedwibahasaan yang dipakai oleh

pemakai yang terpelajar dan mempunyai penguasaan yang sama

terhadap kedua bahasa. Penutur dapat menggunakan secara

bergantian tanpa menimbulkan dislokasi;

b) Kedwibahasaan bawaan, kedwibahasaan yang dipakai oleh pemakai

yang kurang terpelajar. Semakin kurang terpelajarnya semakin besar

pengaruh bahasa pertama atau bahasa ibunya.

Orang yang belajar menyatakan diri dalam dua bahasa ialah apabila

penguasaan bahasa yang satu tidak bergantung kepada yang lain dan tidak

meminta bantuan pada orang lain. Kejadian semacam ini hanya dipakai pada

orang-orang yang belajar bahasa dalam situasi yang berlainan, misalnya di

rumah dengan orang tua, sedangkan di luar rumah dengan orang teman-

temannya. Seberapa jauh penguasaan seseorang atas bahasa kedua bergantung

pada sering tidaknya dia menggunakan kedua bahasa itu.

3. Konsep dan Kategori Pemilihan Bahasa

Masyarakat dwibahasa (bilingual) yang berbicara menggunakan dua

bahasa harus memilih bahasa yang digunakan dalam bertutur. Pemilihan

bahasa menurut Fasold (dikutip Chaer dan Agustina, 2004:203) tidak

sesederhana yang kita bayangkan, yakni memilih sebuah bahasa secara

keseluruhan (whole language) dalam suatu peristiwa komunikasi. Kita

membayangkan seseorang yang menguasai dua bahasa atau lebih harus

memilih bahasa mana yang akan ia gunakan. Misalnya, seseorang yang

menguasai bahasa Jawa dan bahasa Indonesia harus memilih salah satu di

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

18

antara kedua bahasa itu ketika berbicara kepada orang lain dalam peristiwa

komunikasi. Dalam pemilihan bahasa terdapat tiga kategori pemilihan.

Pertama, dengan memilih satu variasi dari bahasa yang sama (intra language

variation). Apabila seorang penutur bahasa Jawa berbicara kepada orang lain

dengan menggunakan bahasa Jawa krama, misalnya, maka ia telah melakukan

pemilihan bahasa kategori pertama ini.

Kedua, dengan melakukan alih kode (code switching), artinya

menggunakan satu bahasa pada satu keperluan dan menggunakan bahasa yang

lain pada keperluan lain dalam satu peristiwa komunikasi. Dengan kata lain,

konsep alih kode terjadi saat dimana kita beralihdari ragam santai ke ragam

formal. Ketiga, dengan melakukan campur kode (code mixing), artinya

menggunakan satu bahasa tertentu dengan bercampur serpihan-serpihan dari

bahasa lain. Di Indonesia, campur kode sering sekali digunakan saat orang

berbincang-bincang yang dicampur ialah bahasa Indonesia dan bahasa daerah.

Peristiwa alih kode dapat terjadi karena dua faktor utama, yakni faktor

pertama menyangkut situasi seperti kehadiran orang ketiga dalam peristiwa

tutur yang sedang berlangsung dan perubahan topik pembicaraan. Faktor kedua

menyangkut penekanan kata-kata tertentu atau penghindaran terhadap kata-

kata yang tabu.

Alih kode yang pertama terjadi karena perubahan situasi dan alih kode

yang kedua terjadi karena bahasa atau ragam bahasa yang dipakai merupakan

metafor yang melambangkan identitas penutur. Campur kode merupakan

peristiwa percampuran dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu

peristiwa tutur. Di Indonesia, Nababan (1993:7) menyebutnya dengan istilah

bahasa gado-gado untuk pemakaian bahasa campuran antara bahasa Indonesia

dan bahasa daerah.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

19

4. Faktor Pemilihan Bahasa

Pemilihan bahasa dalam interaksi sosial masyarakat

dwibahasa/multibahasa disebabkan oleh berbagai faktor

sosial dan budaya. Evin-Tripp (dikutip Rokhman, 2007:3)

mengidentifikasikan empat faktor utama sebagai penanda pemilihan

bahasa penutur dalam interaksi sosial, yaitu (1) latar (waktu dan tempat) dan

situasi; (2) partisipan dalam interaksi, (3) topik percakapan, dan (4) fungsi

interaksi. Faktor pertama dapat berupa hal-hal seperti makan pagi di

lingkungan keluarga, rapat di kelurahan, selamatan kelahiran di sebuah

keluarga, kuliah, dan tawar-menawar barang di pasar.

Faktor kedua mencakup hal-hal seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan,

status sosial ekonomi, dan perannnya dalam hubungan dengan lawan tutur.

Hubungan dengan lawan tutur dapat berupa hubungan akrab dan berjarak.

Faktor ketiga dapat berupa topik tentang pekerjaan, keberhasilan anak,

peristiwa-peristiwa aktual, dan topik harga barang di pasar. Faktor keempat

berupa fungsi interaksi seperti penawaran, menyampaikan informasi,

permohonan, kebiasaan rutin (salam, meminta maaf, atau mengucapkan terima

kasih).

Dari paparan berbagai faktor di atas, yang perlu diperhatikan bahwa tidak

terdapat faktor tunggal yang dapat mempengaruhi pemilihan bahasa seseorang.

Hal ini membuktikan bahwa karakteristik penutur dan lawan tutur merupakan

faktor yang paling menentukan dalam pemilihan bahasa dalam suatu

masyarakat, sedangkan faktor topik dan latar merupakan faktor yang kurang

menentukan dalam pemilihan bahasa dibanding faktor partisipan.

5. Pendekatan Pemilihan Bahasa

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

20

Kajian pemilihan bahasa menurut Fasold (dikutip Chaer dan Agustina,

1995:205) dapat dilakukan berdasarkan tiga pendekatan, yaitu pendekatan

sosiologi, pendekatan psikologi sosial, dan pendekatan antropologi. Ketiga

pendekatan itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Pendekatan Sosiologi

Pendekatan sosiologi berkaitan dengan analisis ranah (domain).

Pendekatan ini pertama dikemukakan oleh Fishman (1964). Pendekatan

sosiologi melihat adanya konteks institutional tertentu (domain) yang terkait

dengan dwibahasa yang terdiri dari domain formal dan domain informal.

Ranah (domain) didefinisikan sebagai konsep sosiokultural yang

diabstraksikan dari topik komunikasi, hubungan peran antar komunikator,

tempat komunikasi di dalam keselarasan lembaga masyarakat dan bagian

dari aktivitas masyarakat.

Di sisi lain, ranah juga adalah konsep teoretis yang menandai satu

situasi interaksi yang didasarkan pada pengalaman yang sama dan terikat

oleh tujuan dan kewajiban yang sama, misalnya keluarga, ketetanggaan,

agama, dan pekerjaan. Sebagai contoh, apabila penutur berbicara di rumah

dengan seorang anggota keluarga mengenai sebuah topik, maka penutur itu

dikatakan berada pada ranah keluarga. Pendek kata, bahasa rendah (low)

yang cenderung dipilih dalam domain keluarga, sedangkan bahasa tinggi

dipergunakan dalam domain yang lebih formal, seperti pendidikan dan

pemerintahan.

b) Pendekatan Psikologi Sosial

Berbeda dengan pendekatan sosiologi, pendekatan psikologi sosial

lebih tertarik pada proses psikologis manusia daripada kategori dalam

masyarakat luas. Pendekatan ini lebih berorientasi pada individu, seperti

motivasi individu, daripada berorientasi pada masyarakat. Pendekatan

psikologi sosial melihat proses psikologi manusia, seperti motivasi dalam

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

21

memilih suatu bahasa atau ragam dari suatu bahasa untuk digunakan pada

keadaan tertentu.

Herman (dikutip Rokhman, 2007:7) mengemukakan teori situasi

tumpang tindih yang mempengaruhi seseorang di dalam pemilihan bahasa.

Menurut Herman seorang penutur dwibahasa berada pada lebih dari satu

situasi psikologis. Herman membicarakan tiga jenis situasi. Situasi pertama

berhubungan dengan kebutuhan personal penutur (personal needs), kedua

situasi lain berhubungan dengan pengelompokkan sosial (social grouping),

yaitu situasi latar belakang (background situation) dan situasi sesaat

(immediate situation).

Pertama, satu situasi yang berkaitan dengan kebutuhan yang ada pada

pribadi, yaitu keinginan untuk berbicara dalam bahasa tertentu (bahasa yang

paling dikuasainya); situasi lain berkaitan dengan norma-norma

kelompoknya yang memungkinkan dia memaksa diri menggunakan bahasa

lain (bahasa itu mungkin belum dikuasainya secara baik). Di sini terjadi

konflik antara kebutuhan pribadi dan tuntutan kelompok. Kedua, dalam

penentuan bahasa yang akan digunakan muncul kekuatan yang tidak hanya

dari situasi yang bersemuka (face to face), akan tetapi juga dari situasi yang

lebih besar.

Dengan kata lain, seorang penutur mungkin tidak mengalami kesulitan

sama sekali dalam memilih bahasa atau variasi bahasa untuk menyesuaikan

dengan orang lain, dan ada penutur yang dengan sengaja memilih bahasa

atau variasi bahasa yang tidak sesuai dengan orang yang diajak berbicara.

Hal di atas terjadi ketika penutur ingin menekankan loyalitasnya pada

kelompoknya sendiri dan membedakan dirinya dari kelompok lawan bicara.

Satu contoh yang jelas adalah ketika seorang Amerika kulit hitam yang

berbicara dengan orang berkulit putih dengan menggunakan bahasa Inggris

dialek hitam untuk menunjukkan jati dirinya.

c) Pendekatan Antropologi

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

22

Dari pandangan antropologi, pilihan bahasa

bertemali dengan perilaku yang mengungkap nilai-nilai sosial budaya.

Seperti juga psikologi sosial, antropologi tertarik dengan bagaimana seorang

penutur berhubungan dengan struktur masyarakat. Perbedaannya adalah jika

psikologi sosial memandangnya dari sudut kebutuhan psikologis penutur.

Pendekatan antropologi memandangnya dari bagaimana seseorang

menggunakan pemilihan bahasanya untuk mengungkapkan nilai

kebudayaannya (Fasold dikutip Rokhman, 2007:9).

Pendekatan antropologi dapat memberikan perspektif penjelasan atas

pemilihan bahasa berdasarkan persepsinya sebagai penutur dalam sebuah

kelompok. Implikasi dari pendekatan ini, yang mengarah kepada peneliti

sebagai instrumen penelitian relevan untuk mengungkap secara alamiah

gejala pemilihan bahasa dalam masyarakat multibahasa di Indonesia.

C. Kota Solo (Surakarta)

Solo adalah sebuah desa kecil yang terletak di provinsi Jawa Tengah.

Sebelum bergabung dengan Indonesia, Solo dipimpin oleh seorang sultan. Semasa

dikuasai oleh Belanda, Solo dikenal sebagai sebuah Vorstenland atau kerajaan.

Solo memiliki dua keraton yakni Keraton Kasunanan yang diperintah oleh

Pakubuwono XIII dan Keraton Mangkunegaran yang diperintah

oleh Mangkunegara IX. Kedua raja ini tidak memiliki kekuasaan politik di

Surakarta.

Tanggal 16 Juni merupakan hari jadi Pemerintahan Kota Solo. Secara de

facto tanggal 16 Juni 1946 terbentuk Pemerintah Daerah Kota Solo yang berhak

mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sekaligus menghapus

kekuasaan Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran.

Solo memiliki semboyan "Berseri", akronim dari "Bersih, Sehat, Rapi, dan

Indah", sebagai slogan pemeliharaan keindahan kota. Untuk kepentingan

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

23

pemasaran pariwisata, Solo mengambil slogan pariwisata Solo, The Spirit of Java

sebagai upaya pencitraan kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa. Selain itu

Kota Solo juga memiliki beberapa julukan, antara lain Kota Batik, Kota Budaya,

Kota Liwet. Penduduk Solo disebut sebagai wong Solo, dan istilah putri Solo juga

banyak digunakan untuk menyebut wanita yang memiliki karakteristik mirip

wanita dari Solo.

Solo, kota yang juga masyhur karena “Bengawan Solo”, baik arti harafiah

sebagai sungai, maupun sebagai lagu populer dari seorang maestro bernama

Gesang. Solo merupakan kota yang penuh sejarah, dari Mataram, sampai

reformasi, dari “gegeran” Pajang, sampai “gegeran” 98. Dengan sejarahnya yang

panjang, disertai berbagai intrik dan kekerasan, masyarakat Solo pernah terkenal

dengan sebutan kota “sumbu pendek”. Sebutan ini bukan tanpa alasan, balaikota

Solo pernah menjadi saksi, karena dua kali pernah di bakar massa.

Solo dahulu dan sekarang sudah sangat berbeda, banyak hal yang berubah

dari kota di pinggiran sungai Bengawan ini. Perubahan itu dibawa oleh sosok

juragan mebel yang berhasil menjadi walikota, Joko Widodo atau lebih dikenal

dengan Jokowi. Mendapat tentangan dan cibiran di awal kepemimpinannya,

Jokowi berhasil membawa nama Solo tidak hanya di tingkat Nasional, namun

sampai ke kancah internasional dengan masuknya Solo sebagai salah satu World

Heritage Cities.

D. Tinjauan Internasional

1. Pengertian Internasional

Menurut Achmad Suparman (dikutip Rokhman, 2007:9) pengertian kata

internasional bisa dipadankan dengan pengertian globalisasi. Menurut asal

katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.

Achmad Suparman menyatakan globalisasi adalah suatu proses menjadikan

sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

24

dibatasi oleh wilayah. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali

sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana

orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau

proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa

dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan

kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas

geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang

diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki

pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi

tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-

negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan

negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab,

globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan

berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore

Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi

pada tahun 1985.

Jan Aart Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan

orang dengan globalisasi:

a) Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan

internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan

identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu

sama lain.

b) Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan

batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas

devisa, maupun migrasi.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

25

c) Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya

hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu

lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.

d) Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi

dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga

mengglobal.

e) Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda

dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-

masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian

yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar

gabungan negara-negara.

2. Internasionalisasi Kebudayaan

Internasionalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada

di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat

diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun

persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik

nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis,

yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi

penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat

dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan.

Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian,

yang merupakan subsistem dari kebudayaan.

Internasionalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-

nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau

world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya

dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke

berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

26

Namun, perkembangan internasionalisasi kebudayaan secara intensif

terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak

melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi

antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antar bangsa lebih

mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan

internasionalisasi kebudayaan.

3. Ciri Berkembangnya Internasionalisasi Kebudayaan

a) Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.

b) Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan

akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya.

c) Berkembangnya turisme dan pariwisata.

d) Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.

e) Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain

lain.

f) Bertambah banyaknya event-event berskala internasional, seperti Solo

International Performing Arts.

g) Persaingan bebas dalam bidang ekonomi.

h) Meningkakan interaksi budaya antar negara melalui perkembangan media

massa.

E. Tinjauan Seni Pertunjukan

Secara umum istilah seni pertunjukan diambil dari bahasa

inggris Performance Art. Beberapa definisi seni pertnjukan juga masih

berdasarkan penafsiran masing-masing. Ada yang membagi seni pertunjukan

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

27

menjadi seni teater, seni musik,, dan seni tari. Menurut definisi ini, seni

pertunjukan adalah seni yang dipertunjukkan kepada penonton.

Sedangkan dalam bahasa inggris, performance art ini lebih mengacu pada

mempertunjukkan hasil seni yang berbentuk apapun kepada penonton. Hampir

semua jenis karya seni bisa dipadukan dalam performance art. Tari yang

dilatarbelakangi lukisan atau photo, dengan dekorasi dari hasil seni kriya, disertai

musik yang menggugah. Bersamaan dengan itu, interaksi dengan penonton juga

terbangun melalui masuknya imajinasi penonton ke dalam larutan performance

art.

Salah satu seni pertunjukan kuno di Indonesia adalah wayang kulit. Di sana

diperlihatkan seni musik yang adiluhung, seni suara dan vokal yang bernyawa,

seni tari yang brilian, seni kriya yang menawan, dan seni seni lainnya yang sangat

berperan dalam khasanah kebudayaan. Seni pertunjukan wayang kulit ini dulu

sangat mudah ditemui di hampir setiap kecamatan. Namun seiring dengan

munculnya seni yang diusung oleh televisi langsung ke hadapan pemirsanya,

maka geliat seni pertunjukan kuno ini semakin terpinggirkan.

Sementara itu, seni pertunjukan modern sudah bisa merumuskan faktor

terjadinya sebuah pertunjukan seni atau seni pertunjukan. Faktor itu ada

empat. Ruang, Waktu, Tubuh, dan Interaksi dengan penonton. Seni pertunjukan

yang dimaksud di sini adalah seni pertunjukan yang dikonsep sebagai satu

kesatuan pertunjukan yang mempunyai tema dan tujuan tertentu, baik untuk

kepentingan orang banyak, maupun bagi seni itu sendiri.

F. Kajian Desain

1. Pengertian Desain

Secara harafiah kata desain adalah rancangan; motif; kerangka bentuk

(Pius Abdullah, Danu Prasetya, 2007:59). Sedangkan dalam lingkup ilmu,

desain berarti suatu elemen visual yang dikembangkan dengan dalih tertentu

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

28

dan diolah sesuai dengan keperluan pengiklanan atau pengemasan, Merupakan

suatu usaha deskripsi gagasan mengenai bentuk, rupa, ukuran, warna, dan tata

letak beserta unsur-unsurnya yang membentuk wajah suatu benda (Nuradi,

1996:52)

Tahapan lima hukum desain menurut Frank Jefkins diantaranya adalah:

a. Hukum Kesatuan (Law of Unity)

Semua bagian dari suatu layout harus menyatu guna membentuk

keseluruhan layout. Kesatuan bagian layout ini dapat dikacaukan oleh

suatu batasan yang mengganggu, terlalu banyak jenis huruf yang berbeda

dan berlawanan, warna yang didistribusikan dengan sembarangan, unsur-

unsur yang kurang proporsional, atau layout yang “semarak” dengan

bagian-bagian yang membingungkan.

b. Hukum Keberagaman

Meskipun demikian, dalam suatu layout harus ada suatu perubahan

dan pengontrasan seperti menggunakan jenis huruf tebal (bold) dan

medium, atau juga memanfaatkan ruang kosong dalam keseluruhan

layout, iklan selayaknya tidak menimbulkan kesan monoton, serta kesan

keabu-abuan dari huruf yang tercetak mesti diimbangi dengan subjudul

(sub-heading). Keberagaman juga dapat dihasilkan dengan pemanfaatan

gambar.

c. Hukum Keseimbangan

Adalah mendasar sekali bahwa suatu iklan harus menampilkan

keseimbangan. Kesembangan optis adalah sepertiga bagian bawah suatu

iklan, bukan setengahnya, Suatu gambar/ headline (judul) mungkin

memakan tempat sepertiga, dan teks iklan dua pertiganya, sehingga

memenuhi syarat keseimbangan optis. Keseimbangan simetris dapat

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

29

dicapai dengan perbandingan, shingga suatu rancangan (desain) dapat

dibagi menjadi dua bagian yang sama, seperempat bagian, dan tidak

membagi suatu iklan menjadi dua bagian mengesankan mirip iklan yang

terpisah.

d. Hukum Ritme

Meski iklan cetak bersifat statis, namun masih memungkinkan

untuk menimbulkan kesan gerak sehingga mata pembaca dapat dibawa

dan diarahkan ke seluruh bagian iklan. Suatu perangkat sederhana adalah

memasukkan teks pada setiap awal paragraf (seperti dalam buku atau

laporan surat kabar), sehingga mata pembaca di arahkan dari paragraf

yang satu ke paragraf yang berikutnya. Namun demikian, aliran secara

keseluruhan terhadap desain mesti menyiratkan irama yang nyaman.

e. Hukum Harmoni (Law of Harmony)

Dalam rancangan atau layout suatu iklan selayaknya tidak ada

kekontrasan yang menyolok, membosankan, serta menyetakkan kecuali

barangkali hal itu merupakan hal yang sengaja dilakukan seperti dalam

iklan beberapa jenis toko tertentu atau iklan yang mengharapkan respon

secara langsung yang biasanya menggunakan taktik yang mengejutkan

atau bombastis.

2. Unsur Warna

Warna memiliki banyak kegunaan selain dapat mengubah rasa, bisa juga

mempengaruhu cara pandang, dan bisa menutupi ketidaksempurnaan serta bisa

membangun suasana atau kenyamanan untuk semua orang. Masalah warna ini

adalah masalah psikologis, tepatnya psikologis teksnik atau disebut juga

psikologi kognitif.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

30

Warna adalah spectrum tertentu yang terdapat didalam suatu cahaya

sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang

gelombang cahaya tersebut. Warna sendiri adalah suatu inspirasi paling

berharga yang paling mudah didapat. Ilmu tentang warna seringkali disebut

juga dengan Chromarics (Eko Nugroho, 2008:1)

Warna memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan banyak hal pada

para pembeli prospektif, termasuk kualitas, rasa, serta kemampuan produk

untuk memuaskan berbagai kebutuhan psikologis. Berbagai penelitian telah

mendokumentasikan peran penting bahwa bahan warna berperan dalam

mempengaruhi panca indra kita.Strategi pemanfaatan warna ini cukup efektif

karena warna mempengaruhi orang secara emosiaonal (Terence A. Shimp,

2003:308)

3. Unsur Tipografi

Salah satu aktifitas yang sangat penting dalam kehidupan manusaia

adalah berkomunikasi. Kelancaran dan keberhasilan aktivitas komunikasi

ditentukan oleh perangkat yang menjebatani antara si pengirim pesan dan si

penerima pesan. Dapat dikatakan bahwa bahasa tulis merupakan representasi

fisik dari struktur pemikiran yang ada di otak kita yang tidak dapat dilihat

secara kasat mata. Huruf merupakan bagian terkecil dari struktur bahasa tulis

dan merupakan elemen dasar untuk membangun sebuah kata/ kalimat. Huruf

memiliki perpaduan nilai fungsional dan nilai estetik. Pengetahuan mengenai

huruf dapat dipelajari dalam sebuah disiplin seni yang disebut tipografi

(Danton Sihombing, 2001:2-3)

Tipografi adalah seni memilih jenis huruf, dari ratusan jumlah rancangan/

desain jenis huruf yang tersedia; menggabungkan dengan jenis huruf yang

berbeda; menggabungkan sejumlah kata yang sesuai dengan ruang yang

tersedia; dan menandai naskah untuk proses typesetting, menggunakan

ketebalan dan ukuran huruf yang berbeda (Frank Jefkins, 1994:248).

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

31

G. Layout Sebagai Salah Satu Unsur Desain

1. Pengertian Serta Prinsip Layout

Pada dasarnya layout dapat dijabarkan sebagai tata letak elemen-elemen

desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep

atau pesan yang dibawanya. Me-layout adalah salah satu proses/tahapan kerja

dalam desain. Desain dan layout yang kita lihat di masa kini sebenarnya adalah

hasil perjalanan dari proses eksplorasi kreatif manusia yang tiada henti di masa

lalu (Surianto Rustan, 2008:0-2).

Prinsip dasar layout adalah prinsip dasar desain grafis, antara lain:

sequence/urutan, emphasis/penekanan, balance/keseimbangan, unity/kesatuan

yakni,

a. Sequence/urutan

Banyak juga yang menyebutnya dengan istilah:

hierarki/flow/aliran. Diperlukan adanya urutan, karena bila semua

informasi itu ditampilkan sama kuatnya, pembaca akan kesulitan

menangkap pesannya. Dengan adanya sequence akan membuat

pembaca secara otomatis mengurutkan pandangan matanya sesuai

dengan yang kita harapkan (Surianto Rustan, 2008:74).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, di wilayah-wilayah

pengguna bahasa latin, orang membaca dari kiri ke kanan dan dari atas

ke bawah. Karena itu pada materi-materi publikasi, urutan/alur

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

32

pembaca kebanyakan didesain berdasarkan kecenderungan tersebut

(Surianto Rustan, 2008:76).

b. Emphasis/penekanan. Emphasis dapat diciptakan dengan berbagai

cara, antara lain:

1) Memberi ukuran yang jauh lebih besar dibandingka elemen-

elemen layout lainnya pada halaman tersebut.

2) Warna yang kontras atau berbeda sendiri dengan latar belakang

dan elemen lainnya.

3) Letaknya di posisi yang strategis atau yang menarik perhatian.

Bila pada umumnya, kebiasaan orang membaca dari atas ke

bawah dan dari kiri ke kanan, maka posisi yang paling pertama

dilihat orang adalah sebelah kiri atas.

4) Penggunaan bentuk atau style yang berbeda dengan sekitarnya

(Surianto Rustan, 2008:74-75).

c. Balance/keseimbangan

Pembagian berat yang merata pada suatu bidang layout. Bukan

berarti seluruh bidang layout harus dipenuhi dengan elemen, tetapi

lebih pada menghasilkan kesan seimbang dengan menggunakan

elemen-elemen yang dibutuhkan dan meletakkannya pada tempat

yang tepat.

Tak hanya pengaturan letak, tapi juga ukuran, arah, warna, dan

atribut-atribut lainnya. Ada dua macam keseimbangan suatu layout,

yaitu: keseimbangan yang simetris (symmetrical balance/formal

balance): keseimbangan yang dapat dicapai dengan pencerminan dan

dapat dibuktikan secara matematis, dan keseimbangan yan tidak

simetris (assymmetrical balance/informal balance): keseimbangan

yang bersifat optis atau “kelihatannya seimbang” (Surianto Rustan,

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

33

2008:75). Keseimbangan asimetris memiliki keunggulan, secara optis

keseluruhan penampilannya jauh lebih efektif daripada simetris,

memiliki kesan adanya movement atau dinamis dan tidak statis

(Surianto Rustan, 2008:80-82).

d. Unity/kesatuan.

Prinsipnya sama dengan pengaturan atau padu-padan antar

elemen desain. Semua elemen harus saling berkaitan dan disusun

secara tepat. Tidak hanya dalam hal penampilan, kesatuan di sini juga

mencakup selarasnya elemen-elemen yang terlihat secara fisik dan

pesan yang ingin disampaikan dalam konsepnya (Surianto Rustan,

2008:74).

2. Elemen yang Terdapat dalam Suatu Layout

Adapun elemen dalam layout yang bertujuan menyampaikan informasi

dengan lengkap dan tepat serta kenyamanan dalam membaca termasuk

didalamnya kemudahan mencari informasi, navigasi, dan estetika yang

digunakan dalam promosi kali ini antara lain:

a. Elemen Teks

1) Judul

Suatu artikel biasanya diawali oleh sebuah atau beberapa kata

singkat yang disebut judul. Judul diberi ukuran besar untuk

menarik perhatian pembaca dan membedakannya dari elemen

layout lainnya. Selain ukuran, pemilihan sifat yang tercermin dari

jenis huruf tersebut juga harus menarik perhatian, karena untuk

judul segi estetis lebih diprioritaskan (Surianto Rustan, 2008:28)

2) Deck

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

34

Merupakan gambar tentang topik yang dibicarakan di bodytext.

Letaknya bervariasi, tetapi biasanya antara Judul dan Bodytext,

deck sering disalah artikan sebagai subjudul. Fungsi deck sendiri

adalah sebagai pengantar sebelum orang membaca bodytext, karena

itu perbedaan fungsi ini harus diungkap oleh pembaca secara jelas,

antara lain melalui:

a) Ukuran hurufnya rata-rata lebih kecil dari judul, tapi tidak

sekecil bodytext.

b) Jenis/style huruf yang dipakai berbeda dengan yang digunakan

untuk judul.

c) Warna deck yang dibedakan dengan judul dan bodytext (Surianto

Rustan, 2008:32).

3) Subjudul

Subjudul berfungsi sebagai judul segmen-segmen dalam

artikel yang cukup panjang. Segmen yang dimaksud disini bukan

paragraf melainkan satu topik/pokok pikiran yang sama, satu

segmen bisa saja terdiri dari beberapa paragraf (Surianto Rustan,

2008:36)

4) Caption

Merupakan keterangan singkat yang menyertai elemen-

elemen visual dan inzet. Biasanya dicetak dalam ukuran kecil dan

dibedakan gaya atau jenis hurufnya dengan bodytext dan elemen

teks lainnya.

Apabila hanya terdapat satu elemen visual yang harus

diterangkan, kita hanya memerlukan satu caption sederhana.

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

35

Namun bila elemen visualnya lebih dari satu, kita dapat mendesain

caption dengan cara:

a) Caption yang saling terpisah letaknya dan masing-masing berada

didekat elemen visualnya. Ada yang disertai dengan tanda panah

mengarah ke elemen visualnya.

b) Caption yang dijadikan satu dan merujuk pada elemen visualnya

masing-masing dengan cara menggunakan petunjuk arah (kiri,

kanan, atas, bawah), dengan tanda panah atau angka dan angka

yang sama terdapat pada elemen visualnya masing-masing

(Surianto Rustan, 2008:40).

5) Callouts

Pada dasarnya sama seperti caption, kebanyakan callouts

menyertai elemen visual yang memiliki lebih dari satu keterangan,

misalnya pada diagram. Callouts biasanya memiliki garis-garis

yang menghubungkannya dengan bagian-bagian dari elemen

visualnya. Balloon adalah salah satu bentuk callouts (Surianto

Rustan, 2008:42)

6) Kickers

Kickers adalah salah satu atau beberapa kata pendek yang

terletak diatas judul, fungsinya untuk memudahkan pembaca

menemukan topik yang diinginkan dan mengingatkan lokasinya

saat membaca artikel persebut. Berbeda dengan running head,

kickers tidak berulang-ulang ada di setiap halaman. Ada juga yang

mendesain kickers tidak menggunakan tulisan tetapi memakai

unsur lain seperti warna atau gambar (Surianto Rustan, 2008:43).

7) Initial Caps

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

36

Merupakan salah satu penanda antar paragraf berupa huruf

awal yang berukuran besar dari kata pertama pada paragraf. Karena

lebih bersifat estetis, tidak jarang hanya terdapat satu initial caps di

dalam suatu naskah. Initial caps dapat juga berfungsi sebagai

penyeimbang komposisi suatu layout (Surianto Rustan, 2008:44)

8) Running Head

Judul buku, bab/topik yang sedang dibaca, nama pengarang,

dan informasi lainnya yang berulang-ulang ada pada tiap halaman

dan posisinya tidak berubah. Yang letaknya di footer seringkali

tetap disebut running head, bukan running feet (Surianto Rustan,

2008:47).

b. Elemen Grafis

1) Foto

Kekuatan terbesar dari fotografi pada media periklanan

khususnya adalah kredibilitasnya atau kemampuannya untuk

membeli kesan sebagai „dapat dipercaya‟. Menurut penelitian

Poynter Institute sebuah sekolah jurnalisme di Amerika: orang

lebih tertarik pada foto berwarna dibandingkan hitam putih. Foto

berwarna mendapat perhatian 20% lebih besar dibandingkan foto

hitam putih (Surianto Rustan, 2008:54-55).

2) Artworks

Untuk menyajikan informasi yang lebih akurat, kadang

pada situasi tertentu ilustrasi menjadi pilihan yang lebih tepat dan

dapat diandalkan dibandingkan bila memakai teknik fotografi.

Sedang artwork sendiri adalah segala jenis karya seni bukan

fotografi baik itu berupa ilustrasi, kartun, sketsa, dan lain-lain yang

dibuat secara manual maupun dengan komputer (Surianto Rustan,

2008:56)

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

37

3) Garis

Merupakan elemen desain yang dapat menciptakan kesan

estetis pada suatu karya desain. Di dalam suatu layout, garis

mempunyai sifat yang fungsional antara lain membagi suatu area,

penyeimbang berat dan sebai elemen pengikat sistem desain supaya

terjaga kesatuannya (Surianto Rustan, 2008:60).

4) Kotak

Berisi artikel yang bersifat tambahan/suplemen dari artikel

utama. Bila letaknya di pinggir halaman disebut sebagai sidebar.

Elemen visual juga sering diberi kotak supaya terlihat lebih rapi.

Dengan adanya kotak, tiap informasi tambahan baik itu teks

maupun visual dapat dibedakan dengan jelas oleh pembaca

(Surianto Rustan, 2008:60).

5) Inzet (inline graphics)

Elemen visual berukuran kecil yang diletakkan di dalam

elemen visual yang lebih besar. Fungsinya memberi informasi

pendukung. Banyak terdapat pada informational graphic. Inzet

kadang juga disertai dengan caption maupun callouts. Inzet juga

berfungsi seakan-akan memperbesar gambar (zoom) untuk

menunjukkan detail struktur (Surianto Rustan, 2008:61).

c. Invisible Element

1) Margin

Margin menentukan jarak antara pinggir kertas dengan

ruang yang akan ditempati oleh elemen-elemen layout. Berfungsi

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Buku 1. Pengertian ...abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0709077_bab2.pdf · sebelum Johann Guttenberg menemukan mesin cetaknya yang pertama pada

38

mencegah agar elemen-elemen layout tidak terlalu jauh kepinggir

halaman (Surianto Rustan, 2008:64)

2) Grid

Grid adalah alat bantu yang sangat bermanfaat dalam me-

layout. Grid mempermudah kita menentukan di mana harus

meletakkan elemen layout dan mempertahankan konsistensi dan

kesatuan layout terlebih untuk karya desain yang mempunyai

beberapa halaman. Dalam membuat grid, kita membagi halaman

menjadi beberapa kolom dengan garis-garis vertikal, dan ada juga

yang horisontal. Sedangkan untuk merancangnya harus

mempertimbangkan faktor-fakrot berikut: berapa ukuran dan

bentuk bidangnya, apa konsep dan style desainnya, berapa ukuran

huruf yang akan dipakai, berapa banyak isinya/informasi yang

ingin dicantumkan (Surianto Rustan, 2008:68).