BAB II KAJIAN TEORI A. Program Linear - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/44531/2/BAB II.pdf ·...

download BAB II KAJIAN TEORI A. Program Linear - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/44531/2/BAB II.pdf · MPL banyak digunakan dalam menyelesaikan masalah-masalah ... Mengubah soal ke dalam

If you can't read please download the document

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Program Linear - eprints.uny.ac.ideprints.uny.ac.id/44531/2/BAB II.pdf ·...

  • 6

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa definisi dan teori yang akan

    digunakan pada pembahasan berdasarkan literatur yang relevan.

    A. Program Linear

    Model Program Linear (MPL) merupakan salah satu model yang dapat

    digunakan untuk memodelkan masalah optimasi yang bertujuan memaksimumkan

    atau meminimumkan fungsi tujuan yang berbentuk linear dan memenuhi beberapa

    fungsi kendala yang juga berbentuk linear. MPL memiliki dua unsur utama yaitu

    fungsi tujuan dan fungsi kendala. Fungsi tujuan adalah fungsi linear dari beberapa

    variabel keputusan. Variabel keputusan adalah variabel yang menyatakan

    keputusan-keputusan yang akan dibuat. Variabel keputusan akan memberikan

    nilai fungsi tujuan yang paling menguntungkan. Variabel keputusan harus

    ditentukan terlebih dahulu sebelum menentukan fungsi tujuan dan fungsi kendala.

    Fungsi kendala adalah fungsi yang mengendalikan nilai variabel keputusan.

    Berikut ini diberikan contoh model program linear untuk lebih memahami yang

    dimaksud dengan fungsi tujuan dan fungsi kendala.

    Contoh 2.1

    Akan ditentukan nilai dari yang memaksimumkan

    (2.1)

    dengan kendala

    (2.2)

  • 7

    Fungsi (2.1) merupakan fungsi tujuan dan Fungsi (2.2) merupakan fungsi kendala.

    Selanjutnya, Definisi 2.1 berikut menjelaskan tentang fungsi.

    Definisi 2.1 Fungsi (Varberg dan Purcell, 2010:57). Sebuah fungsi f adalah suatu

    aturan korespondensi yang menghubungkan setiap obyek x dalam satu himpunan

    yang disebut daerah asal fungsi, dengan sebuah nilai tunggal f(x) dari himpunan

    kedua yang disebut daerah hasil fungsi.

    Untuk lebih memahami definisi tentang fungsi, berikut ini diberikan contoh

    tentang fungsi.

    Contoh 2.2

    Gambar 2.1 dibawah ini merupakan contoh gambar bukan fungsi.

    Gambar 2.1 Bukan Fungsi

    Gambar 2.2 dibawah ini merupakan contoh gambar fungsi.

    Gambar 2.2 Fungsi

    a

    b c

    x

    y

    z

    a

    b c

    x

    y

    z

  • 8

    Salah satu bentuk fungsi yaitu fungsi linear, berikut ini diberikan definisi fungsi

    linear.

    Definisi 2.2 Fungsi Linear (Winston, 2004:55). Fungsi f( ) =

    merupakan fungsi linear dengan merupakan

    koefisien dari .

    Berikut ini, diberikan contoh mengenai bentuk fungsi linear dan fungsi non linear.

    Contoh 2.3

    Diberikan fungsi sebagai berikut:

    (2.3)

    (2.4)

    Fungsi (2.3) merupakan fungsi linear dan Fungsi (2.4) merupakan fungsi

    nonlinear.

    1. Model Program Linear

    Menurut B.Susanta (1994) Formula (1.1), (1.2), dan (1.3) dapat dituliskan

    dalam bentuk matriks sebagai berikut.

    Akan menentukan yang memaksimumkan

    (2.5)

    dengan kendala:

    (2.6)

    (2.7)

    dengan adalah matriks , adalah vektor kolom , adalah vektor

    kolom , dan adalah vektor baris .

  • 9

    [ ] (2.8)

    [ ] (2.9)

    [ ] (2.10)

    [

    ]

    (2.11)

    MPL banyak digunakan dalam menyelesaikan masalah-masalah

    pengalokasian sumber daya, seperti dalam bidang pemasaran, keuangan,

    personalia, administrasi dan bidang lainnya. Selain itu dengan kemajuan

    teknologi, maka proses perhitungan untuk menyelesaikan MPL sudah

    menggunakan komputer, terutama dalam mengahadapi persoalan yang memiliki

    variabel cukup banyak, yang apabila dilakukan perhitungan dengan cara biasa

    akan memakai waktu yang cukup lama.

    Langkah awal yang diperlukan membuat MPL adalah perumusan model.

    Model merupakan tiruan suatu realitas, sedangkan perumusan model merupakan

    langkah untuk membuat peralihan dari realita ke model kualitatif. Menurut Ayu

    (1996), untuk merumuskan model suatu masalah optimasi kedalam bentuk MPL,

    harus dipenuhi syarat-syarat berikut:

    a. Tujuan masalah tersebut harus jelas dan tegas. Tujuannya yaitu ingin

    mendapatkan keuntungan yang maksimal atau meminimumkan biaya

    produksi

    b. Harus ada beberapa alternatif yang ingin dibandingkan. Misalkan kombinasi

    jumlah produksi dan keuntungan yang diperoleh

    c. Adanya sumber daya yang terbatas

  • 10

    d. Fungsi tujuan dan fungsi kendala dapat dirumuskan secara kuantitatif

    e. Adanya keterkaitan peubah

    Menurut Hillier & Liebermann (2010:36-41), selain syarat-syarat di atas

    juga terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi yaitu:

    a. Asumsi Proportionality (Kesebandingan)

    Asumsi proportionality menyatakan bahwa perubahan pada variabel

    keputusan ( ) akan menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan

    ( ) dan juga kendalanya ( ). Misalnya, apabila variabel keputusan

    dinaikkan dua kali, maka secara proporsional (seimbang dan serasi) nilai-nilai

    fungsi tujuan dan kendalanya juga akan menjadi dua kali lipat.

    b. Asumsi Divisibility (Pembagian)

    Asumsi ini menyatakan bahwa nilai variabel keputusan yang

    dihasilkan oleh setiap aktivitas tidak harus berupa bilangan bulat, artinya nilai

    variabel keputusan berupa bilangan real. Apabila diinginkan solusi yang berupa

    bilangan bulat (integer) maka harus digunakan metode integer programming.

    c. Asumsi Determistic/Certainty (Kepastian)

    Asumsi ini menghendaki bahwa semua parameter yang terdapat dalam

    model program linear ( ) dapat diperkirakan dengan pasti dan bernilai

    tetap. Apabila nilai-nilai parameternya probabilistik, maka harus digunakan

    formulasi pemrograman masalah stokastik.

    d. Asumsi Linearity (Linearitas)

    Asumsi linearity menyatakan bahwa fungsi tujuan dan semua fungsi

    kendala harus dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi linear. Suatu fungsi kendala

  • 11

    yang melibatkan dua variabel keputusan maka dalam diagram dimensi dua

    kendala tersebut akan berupa suatu garis lurus. Demikian juga apabila suatu

    kendala melibatkan tiga variabel menghasilkan suatu bidang datar dan kendala

    yang melibatkan variabel menghasilkan hyperplane dalam ruang berdimensi .

    e. Asumsi Additivity (Aditivitas/ Penambahan)

    Menurut B. Susanta (1994:12), asumsi ini menyatakan bahwa nilai

    parameter suatu kriteria optimasi (koefisien variabel keputusan pada fungsi

    tujuan) merupakan jumlah dari individu-individu dalam program linier.

    Misalnya, keuntungan total yang merupakan variabel keputusan, sama dengan

    jumlah keuntungan yang diperoleh dari masing-masing kegiatan ( ).

    2. Penyelesaian Model Program Linear

    MPL dengan dua variabel atau tiga variabel yang dapat disusutkan menjadi

    dua variabel dapat diselesaikan dengan menggunakan metode grafik. Untuk MPL

    yang memuat tiga variabel atau lebih dan tidak dapat disusutkan menjadi MPL

    dengan dua varibel dapat diselesaikan dengan menggunakan metode simpleks (B.

    Susanta, 1994:68).

    Menurut Supranto (2009:97), metode simpleks merupakan suatu metode

    yang secara sistematis dimulai dari suatu penyelesaian layak basis (plb) awal ke

    plb lainnya dan dilakukan secara berulang (dengan jumlah ulangan yang terbatas)

    sampai diperoleh penyelesaian optimal. Pada setiap langkah metode simpleks

    akan menghasilkan suatu nilai dari fungsi tujuan yang selalu lebih baik (besar)

    atau sama dari langkah-langkah sebelumnya. Solusi untuk model program linear

    yang memenuhi Formula (2.6) dan (2.7) disebut penyelesaian layak (p.l) dan

  • 12

    penyelesaian layak yang mengoptimumkan Fungsi (2.5) disebut penyelesaian

    optimum (p.o) (B. Susanta, 1994:113).

    Menurut B Susanta (1994:69-108) Langkah-langkah penyelesaian MPL

    menggunakan tabel simpleks sebagai berikut:

    a. Mengubah soal ke dalam bentuk kanonik

    Bentuk kanonik MPL memiliki ciri-ciri bahwa semua kendala harus

    berbentuk kanonik/persamaan dengan koefisien ruas kanan tidak negatif dan

    memiliki variabel basis pada setiap kendala utamanya. Berikut ini diberikan

    definisi bentuk kanonik.

    Definisi 2.3 Bentuk Kanonik (B. Susanta, 1994:70). Bentuk kanonik MPL

    adalah model program linear dengan semua fungsi kendala utama berbentuk

    persamaan.

    Sehingga setiap kendala utama yang berbentuk pertidaksamaan diubah

    terlebih dahulu menjadi persamaan dengan menyisipkan variabel pengetat yaitu

    variabel slack dan variabel surplus. Variabel slack adalah variabel yang

    berfungsi untuk menampung sisa kapasitas pada kendala yang berupa

    pembatas. Sedangkan variabel surplus adalah variabel yang berfungsi untuk

    menampung kelebihan nilai ruas kiri pada kendala yang berupa syarat.

    Variabel slack ditambahkan pada ruas kiri suatu ketaksamaan () fungsi

    kendala dan variabel surplus ditambahkan pada ruas kiri suatu

    ketaksamaan ( ) fungsi kendala sehingga bentuk fungsi kendala menjadi:

    menjadi

    (2.12)

    menjadi

    (2.13)

  • 13

    Selanjutnya dalam pembentukan bentuk kanonik untuk suatu fungsi

    kendala utama yang belum memiliki variabel basis perlu ditambahkan variabel

    artificial . Penambahan variabel slack, surplus dan artificial pada fungsi

    kendala utama mengakibatkan penambahan variabel-variabel tersebut pada

    fungsi tujuan. Koefisien ongkos untuk variabel slack dan surplus adalah nol

    dan variabel artificial adalah dengan mewakili suatu bilangan yang

    sangat besar. Untuk lebih memahami bentuk kanonik, berikut ini diberikan

    contoh tentang bentuk kanonik.

    Contoh 2.4

    Bentuk kanonik dari Contoh 2.1 yaitu:

    akan ditentukan nilai , , , yang memenuhi susunan

    kendala:

    + = 17

    2 + = 15

    0

    dan memaksimumkan

    Kejadian penyelesaian persamaan linear dapat dilihat dengan rank suatu

    matriks. Rank suatu matriks adalah ukuran terbesar dari matriks bagian

    dari yang determinannya tidak nol (B. Susanta, 1994:34). Rank matriks

    dilambangkan dengan Jelas bahwa

  • 14

    (2.14)

    Suatu matriks bujursangkar disebut singular bila dan disebut

    tidak singular bila . Jadi bila tidak singular maka .

    Berdasarkan Formula (2.6) dengan cara menulis matriks , disusun

    matriks |

    |

    | adalah matriks yang

    dilengkapi dengan suku tetap di ruas kanan. Secara umum, menurut B. Susanta

    (1994:38) kejadian penyelesaian persamaan linear dapat ditandai dengan suatu

    rank matriks sebagai berikut:

    1) Jika ) maka tidak ada penyelesaian.

    2) Jika maka ada penyelesaian. Terdapat dua jenis

    penyelasaian yang dapat diperoleh dengan mengetahui banyaknya yaitu:

    a) Untuk maka diperoleh penyelesaian banyak

    b) Untuk maka diperoleh penyelesaian tunggal

    Berikut ini diberikan contoh banyaknya penyelesaian pada persamaan linear.

    Contoh 2.5

    MPL pada Contoh 2.4 diketahui nilai dan sehingga banyaknya

    penyelesaian persamaan linear adalah penyelesaian banyak dengan banyaknya

    plb adalah

    .

    b. Menyusun tabel simpleks

    Untuk mempermudah langkah-langkah penyelesaikan MPL

    menggunakan metode simpleks, berikut ini diberikan bentuk umum tabel

    simpleks yang disajikan pada Tabel 2.1.

  • 15

    Tabel 2.1 Tabel Simpleks

    Keterangan:

    : variabel-variabel keputusan

    : koefisien teknis

    : koefisien ruas kanan

    : koefisien ongkos

    : variabel yang menjadi basis pada tabel yang ditinjau

    : koefisien ongkos dari variabel basis

    : (hasil kali dengan kolom )

    : (hasil kali dengan )

    : selisih dengan

    :

    , dengan syarat

    Masukan seluruh koefisien ongkos, koefisien teknis dan koefisien ruas

    kanan dari MPL bentuk kanonik ke dalam simpleks. Selanjutnya dengan

    membuat variabel non basis bernilai nol pada Tabel 2.1 akan diperoleh

    penyelesaian basis awal yaitu = dan

    penyelesaian basis ini dikatakan layak jika nilai penyelesaian lebih besar atau

  • 16

    sama dengan nol. Berikut ini akan diberikan contoh penyelesaian metode

    simpleks.

    Contoh 2.6

    Bentuk kanonik Contoh 2.5 dimasukkan kedalam Tabel 2.2 sebagai berikut.

    Tabel 2.2 Tabel Awal Simpleks

    12

    -2M+2 M+3 -15M+76

    -2M-3 M-2

    Dari Tabel 2.2 dapat diketahui penyelesaian basis awal adalah

    .

    c. Menguji keoptimuman

    Langkah ini bertujuan untuk memeriksa penyelesaian awal basis yang

    diperoleh dari tabel simpleks. Suatu penyelesaian layak basis MPL telah

    optimum apabila untuk setiap , dengan . Apabila

    penyelesaian yang diperoleh dalam tabel simpleks telah optimum, maka

    langkah metode simpleks berhenti dan diperoleh penyelesaian yang optimum.

    Pada akhir iterasi (solusi akhir), variabel artificial harus bernilai nol. Saat

    variabel artificial ini mempunyai nilai yang tidak sama dengan nol, maka

    solusi yang diperoleh dinyatakan sebagai solusi tak layak. Namun apabila

    penyelesaian yang diperoleh belum optimum, maka dilanjutkan langkah

  • 17

    keempat yaitu memperbaiki tabel simpleks untuk memperoleh penyelesaian

    yang lebih baik yaitu penyelesaian yang mengoptimumkan fungsi tujuan. Pada

    Contoh 2.6 penyelesaian layak basis MPL belum optimum karena masih ada

    .

    d. Memperbaiki tabel simpleks

    Langkah ini bertujuan untuk mencari penyelesaian layak basis lain yang

    akan menghasilkan penyelesaian yang lebih baik yaitu membuat nilai fungsi

    tujuan lebih besar dari tabel sebelumnya.

    Tabel simpleks yang baru diperoleh dengan cara memilih salah satu

    variabel non basis untuk dijadikan variabel basis baru pada tabel simpleks baru

    yang akan dibuat dan memilih satu variabel basis yang akan keluar dari basis

    karena akan digantikan oleh variabel basis baru yang telah terpilih. Variabel

    non basis yang akan menjadi variabel basis fungsi tujuan adalah variabel non

    basis pada kolom ke-k yang memiliki nilai paling kecil (

    ). Selanjutnya kolom yang terpilih tersebut dinamakan kolom kunci.

    Apabila ada beberapa alternatif kolom kunci, maka dapat dipilih salah satu

    diantaranya secara acak yang nantinya akan menyebabkan tabel simpleks

    berputar (cycling) yaitu langkah-langkah simpleks yang akan terus berjalan.

    Variabel basis yang harus keluar yaitu variabel basis yang memiliki

    nilai yang terkecil dengan

    dan . Baris yang terpilih

    dinamakan sebagai baris kunci dan perpotongan unsur yang terdapat pada baris

    kunci dan kolom kunci dinamakan unsur kunci. Unsur kunci ini yang

    digunakan untuk memperbaiki tabel.

  • 18

    Tabel baru yang telah diperoleh, dilakukan kembali uji keoptimalan

    dengan melihat nilai Apabila penyelesaiannya telah optimal maka

    iterasi dihentikan, tetapi apabila penyelesaiannya belum optimal maka langkah

    selanjutnya ulangi kembali ke langkah ketiga. Penyelesaian optimum dapat

    dilihat di kolom bi. Sedangkan nilai optimal dari fungsi tujuan dapat dilihat di

    baris kolom bi.

    Contoh 2.6 diketahui bahwa MPL belum optimum maka dilakukan

    perbaikan tabel yaitu dengan memilih nilai paling kecil. Nilai

    paling kecil pada Tabel 2.2 terdapat pada kolom 1 dan ditetapkan sebagai

    kolom kunci. Selanjutnya disusun nilai yang terlihat pada Tabel 2.3 di

    bawah ini.

    Tabel 2.3 Tabel Uji Keoptimalan Simpleks Iterasi ke-1

    Pada Tabel 2.3 masih ada nilai yang bernilai negatif yaitu

    kolom 1 dan kolom 7, jadi tabel belum optimum. Sesuai dengan langkah 4,

    dipilih kolom 1 sebagai kolom kunci dan disusun . Kemudian terkecil

    terdapat pada baris 2, berarti (basis ke-2) harus keluar digantikan oleh .

    Tabel perlu diperbaiki dan diperoleh seperti Tabel 2.4 berikut ini.

    -2M+2 M+3 -15M+76

    -2M-3 M-2

  • 19

    Tabel 2.4 Tabel Uji Keoptimalan Simpleks Iterasi ke-2

    5 5 2 3 0 0 0 -M

    0 0

    0 0 1

    0

    5 1

    0 0 0

    0

    -

    2 0

    1 0 0

    0

    25

    3 0 1 0 1 0 0 -1 0 12 -

    5

    2 3 0

    -3

    0

    0 0 -3

    -3

    Diketahui bahwa Tabel 2.4 belum optimum sehingga dipilih kolom 2

    sebagai kolom kunci dan disusun . Kemudian terkecil terdapat baris 1,

    berarti (basis ke-1) harus keluar digantikan dengan . Tabel perlu

    diperbaiki dan diperoleh seperti Tabel 2.5 berikut ini.

    Tabel 2.5 Tabel Uji Keoptimalan Simpleks Iterasi ke-3

  • 20

    Diketahui bahwa Tabel 2.5 belum optimum sehingga dipilih kolom 7

    sebagai kolom kunci dan disusun . Karena nilai semua pada kolom

    kunci maka nilai tidak ada dan dapat disimpulkan bahwa penyelesaian layak

    berada di tak berhingga.

    Selain kejadian-kejadian diatas terdapat juga kejadian-kejadian khusus

    dalam metode simpleks yaitu diantaranya:

    a) MPL tidak layak yang disebabkan oleh penyelesaian optimum tidak

    memenuhi kendala yang dapat dilihat dari adanya penyelesaian optimum

    ada variabel artificial yang bernilai positif.

    b) Merosot (degenerate) yang terjadi karena variabel basis dalam penyelesaian

    optimum bernilai nol.

    c) Kendala berlebih (redundant) terjadi saat terdapat variabel pengetatdan

    artificial merupakan variabel basis dalam penyelesaian optimum dan

    bernilai tidak nol.

    d) Ada alternatif PO (solusi lebih dari satu) yang terjadi karena pada

    penyelesaian optimum terdapat entri yang bukan variabel basis

    bernilai nol.

    e) Solusi tunggal terjadi karena banyaknya entri sama dengan

    banyak basisnya.

    f) Penyelesaian layak di tak berhingga saat semua koefisien pada kolom kunci

    bernilai negatif atau nol.

    Masalah optimasi dapat diselesaikan dengan menggunakan Matlab

    Optimization Toolbox. Matlab Optimization Toolbox mempunyai subroutine atau

  • 21

    solver LINPROG untuk menyelesaikan MPL. Menurut Santoso (2008:82) MPL

    (1.1), (1.2), dan (1.3) dapat diformulakan dengan bentuk sebagai berikut:

    min

    fungsi kendala

    (2.15)

    Sedangkan sintaks linprog dalam Matlab adalah

    >>[x,fx,exitflag,out]=LINPROG (f,A,b,Aeq,beq,[ ],[ ],LB,UB)

    dengan adalah koefisien untuk fungsi tujuan dan adalah matriks koefisien

    teknis dan adalah vektor koefisien ruas kanan untuk kendala yang berbentuk

    pertidaksamaan, dan masing-masing adalah matriks koefisien teknis dan

    vektor koefisien ruas kanan untuk kendala yang berbentuk persamaan, serta

    dan masing-masing batas bawah dan batas atas. Untuk batas bawah tidak

    terbatas maka dan batas atas tidak terbatas maka

    Berikut ini contoh dalam software Matlab untuk menyelesaikan MPL.

    Contoh 2.7

    Berdasarkan Contoh 2.1, fungsi tujuan tersebut harus diubah ke masalah minimasi

    dengan mengalikannya dengan -1 yaitu

    [ ]

    dan kendala yang berbentuk pertidaksamaan bisa diekspresikan sebagai berikut:

    [

    ] [

    ] [

    ]

    serta kendala yang berbentuk persamaan yaitu

  • 22

    [ ] [

    ] [ ]

    Setelah mengkonversikan fungsi tujuan menjadi minimasi, selanjutnya masalah

    diatas dapt diselesaiakn dengan LINPROG sebagai berikut:

    >> f = [-5 -5 -2 -3] ;

    >> A = [1 1 0 0; -2 1 0 0; 0 1 0 1] ; % koefisien teknis

    >> b = [ 17 -15 -12] ; % koefisien ruas kanan

    >> Aeq = [1 0 1 0] ; % koefisien teknis yang berbentuk =

    >> beq = [20] ; % koefisien ruas kanan yang berbentuk =

    >> LB = [0 0 0 0] ; % nilai x yang nonnegatif

    >> [X,fx,exitflag,output] = LINPROG (f,A b,Aeq,beq,[ ],[ ],LB)

    dari hasil output diketahui bahwa salah satu plb untuk MPL di atas

    dan nilai fungsi tujuan

    serta = -3. Fungsi tujuan yang sebelumnya

    diubah menjadi minimasi sehingga diperoleh fungsi tujuan bernilai negatif

    sehingga selanjutnya harus dikalikan dengan -1 untuk diperoleh nilai fungsi

    tujuan. Sebenarnya nilai , yaitu output ketiga dapat memberikan nilai

    salah satu dari berikut ini:

    1. 1 jika solusi layak

    2. 0 jumlah iterasi maksimum dicapai

    3. -2 jika solusi tidak layak

    4. -3 jika solusi tak terbatas

  • 23

    5. -4 NaN (

    ) value encountered during execution of algorithm

    6. -5 kedua primal dan dual problem infeasible

    7. -7 arah pencarian (search) terlalu kecil, tidak bisa menuju titik yang lebih

    rendah lagi.

    B. Konsep Himpunan Fuzzy

    1. Pengertian Himpunan Fuzzy

    Himpunan adalah kumpulan dari obyek-obyek tertentu yang tercakup

    dalam satu kesatuan dengan definisi (syarat) tertentu dan jelas. Himpunan klasik

    dapat didefinisikan dengan mendaftar anggota-anggota pada himpunan tersebut.

    Suatu anggota dalam suatu himpunan klasik mempunyai derajat keanggotaan

    jika dan jika maka derajat keanggotaan = 0.

    Himpunan adalah himpunan berbadan tinggi yang didefinisikan sebagai

    Tinggi = . Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa

    derajat keanggotaan orang yang memiliki tinggi 165 cm pada himpunan A,

    = 1 karena 165 A dan derajat keanggotaan orang yang memiliki

    tinggi 164 cm pada himpunan A, = 0 karena 164 A. Derajat

    keanggotaan di atas digambarkan menggunakan Gambar 2.3 sebagai berikut.

    1

    0 165 cm

    Gambar 2.3 Grafik Himpunan berbadan tinggi

  • 24

    Himpunan fuzzy merupakan pengembangan lebih jauh dari konsep

    matematika tentang himpunan klasik. Menurut George J Klir, dkk (1997:6), teori

    himpunan fuzzy (fuzzy set) pertama kali diperkenalkan oleh Lotfi A. Zadeh pada

    tahun 1965, yaitu himpunan yang memiliki batas-batas keanggotaan himpunan

    yang tidak jelas. Keanggotaan pada himpunan fuzzy tidak dinyatakan dengan

    derajat keanggotaannya 0 atau 1, melainkan dengan derajat keanggotaan berupa

    bilangan real pada interval [0,1]. Adapun definisi dari himpunan fuzzy adalah

    sebagai berikut.

    Definisi 2.4 (Zimmermann, 2001:11-12). Misalkan adalah koleksi dari objek-

    objek yang dinotasikan dengan , suatu himpunan fuzzy dalam suatu himpunan

    adalah suatu himpunan pasangan berurutan dengan

    adalah derajat keanggotaan x di yang nilainya pada rentang [0,1].

    Menurut Zimmermann (2001:12-13) himpunan fuzzy dapat dinotasikan dengan

    dua cara, yaitu:

    a. Himpunan fuzzy dituliskan sebagai pasangan berurutan, dengan elemen

    pertama menunjukkan nama elemen dan elemen kedua menunjukkan derajat

    keanggotaan.

    (2.16)

    b. Himpunan fuzzy dinotasikan sebagai

    ...= , jika diskrit (2.17)

    dan

  • 25

    , jika kontinu (2.18)

    Berikut ini diberikan contoh himpunan fuzzy.

    Contoh 2.8

    Himpunan tinggi badan sekelompok orang dalam centimeter (cm) dinotasikan

    dengan .

    Himpunan fuzzy berbadan tinggi dinotasikan dengan yang memiliki fungsi

    keanggotaan sebagai berikut:

    {

    Sehingga dapat dinyatakan sebagai ={(140,0),(145,0.2),(150,0.4),(155,0.6),

    (160,0.8),(165,1.0)}.

    Seperti himpunan klasik, himpunan fuzzy juga memiliki syarat yang dinyatakan

    dalam definisi berikut:

    Definisi 2.5 (Ibrahim, 2004:35). Himpunan fuzzy kosong adalah himpunan fuzzy

    dengan derajat keanggotaan untuk semua elemen himpunan adalah 0.

    Berikut ini diberikan contoh tentang himpunan fuzzy kosong.

    Contoh 2.9

    Diberikan suatu himpunan dan sehingga

    merupakan himpunan fuzzy kosong.

  • 26

    Definisi 2.6 (Ibrahim, 2004:35). Himpunan semesta fuzzy adalah himpunan fuzzy

    dengan derajat keanggotaan dari semua elemen himpunan adalah 1.

    Berikut ini diberikan contoh tentang himpunan semesta fuzzy.

    Contoh 2.10

    Diberikan dan sehingga

    merupakan himpunan semesta fuzzy.

    Definisi 2.7 (Zimmermann, 2001:14). Himpunan -cut adalah himpunan

    (klasik) elemen-elemen yang ada pada himpunan fuzzy yang untuk

    suatu nilai [ ] yaitu:

    [ ]

    Berikut ini diberikan contoh untuk lebih memahami definisi dari himpunan .

    Contoh 2.11

    Diberikan dan (l,0.2), (2,0.5), (3,0.8),

    (4,1.0), (5,0.7), (6,0.3)}. Untuk ={1,2,3,4,5,6}, ={2,3,4,5}, ={3,4},

    ={4}.

    Definisi 2.8 (Zimmermann, 2001:14). Support dari himpunan fuzzy yang

    dinotasikan dengan S( ) adalah himpunan klasik dari dengan

    Berikut ini diberikan contoh untuk lebih memahami definisi S( )

    Contoh 2.12

    Dari Contoh 2.11, adalah support dari himpunan fuzzy .

  • 27

    Definisi 2.9 (Ibrahim, 2004:36). Core ( ) adalah himpunan klasik dari semua

    dengan derajat keanggotaan

    Contoh 2.13

    Dari Contoh 2.11, Core ( ) adalah core dari himpunan fuzzy .

    Definisi 2.10 (Ibrahim, 2004:36). Height dari himpunan fuzzy adalah

    nilai tertinggi dari yang nilai -level-nya tidak kosong.

    Contoh 2.14

    Berdasarkan Contoh 2.11, nilai , ={1,2,3,4,5,6} dengan ( )

    adalah height dari himpunan fuzzy .

    2. Jenis Fungsi Keanggotaan Fuzzy

    Fungsi keanggotaan fuzzy adalah fungsi yang mengaitkan setiap elemen

    dengan suatu bilangan real dalam [0,1]. Fungsi keanggotaan menentukan derajat

    keanggotaan dari setiap elemen himpunan. Beberapa fungsi keanggotaan fuzzy

    yang dikenal antara lain fungsi linier (linier naik dan linier turun), fungsi segitiga,

    fungsi trapesium, fungsi bentuk bahu, fungsi kurva-S, fungsi bentuk lonceng/bell

    curve (kurva-PI, kurva Beta dan kurva Gauss).

    Fungsi keanggotaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi

    keanggotaan linear turun karena bentuk fungsi ini paling sederhana dan menjadi

    pilihan yang baik untuk mendekati suatu konsep yang kurang jelas.

    Contoh 2.15

    Jumlah persediaan minimal bahan baku gabah pada PB. Guyub Rukun untuk

    memproduksi beras slip tepat sebesar 100 ton dan dapat mengusahakan lagi

  • 28

    sebesar 20 ton. Suatu himpunan fuzzy sedikit dibentuk untuk menyatakan

    variabel jumlah persediaan bahan baku gabah yang digunakan untuk

    memproduksi beras slip dengan himpunan universal U=[100,20] dan fungsi

    keanggotaannya yaitu:

    {

    Fungsi keanggotaan linear adalah fungsi pemetaan input ke derajat

    keanggotaanya yang digambarkan sebagai suatu garis lurus. Fungsi keanggotaan

    linear memiliki dua jenis yaitu:

    a. Fungsi Keanggotaan Linear Naik

    Fungsi keanggotaan linear naik memiliki representasi derajat

    keanggotaan 0 di ruas kiri dan bergerak ke kanan menuju derajat

    keanggotaan lebih tinggi atau 1. Menurut Kusumadewi (2002:31) Fungsi

    keanggotaan representasi linear naik sebagai berikut:

    {

    (2.19)

    Himpunan fuzzy pada representasi linear naik direpresentasikan pada

    Gambar 2.4 di bawah ini.

    Gambar 2.4 Fungsi Keanggotaan Linear Naik

    1

    0

  • 29

    Contoh 2.16

    Himpunan fuzzy cepat pada variabel waktu yang digunakan untuk

    menggiling gabah dengan himpunan universal U=[2100,2880] yang

    mempunyai fungsi keanggotaan:

    {

    jika

    jika

    jika

    Grafik representasi dari fungsi keanggotaan tersebut disajikan dalam Gambar

    2.5 sebagai berikut.

    Gambar 2.5 Contoh Fungsi Keanggotaan Linear Naik

    Berdasarkan fungsi keanggotaan di atas, dimisalkan untuk menentukan

    derajat keanggotaan waktu penggilingan gabah sebesar 2568 maka dilakukan

    perhitungan:

    dapat disimpulkan bahwa derajat keanggotaan waktu penggilingan sebesar

    2412 adalah sebesar 0.6 pada himpunan fuzzy .

    b. Fungsi Keanggotaan Linear Turun

    Fungsi keanggotaan linear turun merupakan kebalikan dari fungsi

    keanggotaan linear naik. Fungsi keanggotaan linear turun adalah fungsi

    1

    0 2100 2880

  • 30

    keanggotaan yang memiliki derajat keanggotaan tertinggi atau satu [1] pada

    sisi kiri kemudian bergerak ke kanan menuju derajat keanggotaan yang lebih

    rendah atau nol [0]. Fungsi keanggotaan linear turun adalah sebagai berikut:

    {

    (2.20)

    Menurut Kusumadewi (2002:32) Himpunan fuzzy pada representasi

    linear turun direpresentasikan pada Gambar 2.6 di bawah ini:

    Gambar 2.6 Fungsi Keanggotaan Linear Turun

    Berikut ini diberikan contoh mengenai fungsi keanggotaan linear turun

    sebagai berikut:

    Contoh 2.17

    Himpunan fuzzy lambat pada variabel waktu yang digunakan untuk

    menggiling gabah dengan himpunan universal U=[2100,2880] yang

    mempunyai fungsi keanggotaan:

    {

  • 31

    Grafik representasi dari fungsi keanggotaan tersebut disajikan dalam

    Gambar 2.7 sebagai berikut:

    1

    0 2100 2880

    Gambar 2.7 Contoh Fungsi Keanggotaan Linear Turun

    Berdasarkan fungsi keanggotaan di atas, dimisalkan untuk menentukan

    derajat keanggotaan waktu penggilingan gabah sebesar 2458 maka

    dilakukan perhitungan:

    dapat disimpulkan bahwa derajat keanggotaan waktu penggilingan sebesar

    2458 adalah sebesar 0.6 pada himpunan fuzzy .

    3. Bilangan Fuzzy

    Konsep bilangan fuzzy muncul dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

    aplikasi teori fuzzy dalam bentuk besaran yang dinyatakan dengan bilangan yang

    tidak tepat, seperti misalnya kira-kira 5 kilogram, sekitar 5 unit dan

    sebagainya. Secara intuitif dapat diterima bahwa ungkapan kurang lebih 5,

    kira-kira 5 kilogram atau sekitar 5 unit dapat dinyatakan dalam suatu

    himpunan fuzzy pada semesta bilangan real, dimana bilangan 5 mempunyai niali

    keanggotaan sama dengan 1 (satu), bilangan-bilangan di sekitar mempunyai

    derajat keanggotaan kurang dari 1 dan semakin jauh bilangan itu dari 5, derajat

  • 32

    keanggotaannya semakin mendekati 0 (nol) (Frans Susilo, 2006:111). Berikut

    diberikan definisi bilangan fuzzy:

    Definisi 2.11 Bilangan Fuzzy (Klir & Yuan, 1995:97). Misalkan adalah

    himpunan fuzzy pada . Bilangan fuzzy adalah himpunan fuzzy yang memenuhi

    syarat-syarat sebagai berikut:

    a. merupakan himpunan fuzzy normal

    Himpunan fuzzy dalam normal jika terdapat sehingga .

    b. merupakan interval tertutup untuk semua [ ], dan

    c. Support merupakan himpunan terbatas

    Syarat bahwa merupakan interval tertutup untuk semua [ ] sama dengan

    syarat bahwa merupakan himpunan konveks. Himpunan di adalah konveks jika

    dan setiap

    [ ] (Nasseri,2008:1777). Bilangan fuzzy sebagai himpunan fuzzy normal dan

    konveks, serta untuk setiap merupakan interval tertutup. Jadi, bilangan fuzzy

    adalah himpunan konveks, normal, dan merupakan interval tertutup. (Chen dan Pham,

    2000:42-43)

    Bilangan fuzzy yang digunakan dalam tulisan ini adalah bilangan fuzzy

    linear turun yang memenuhi syarat fungsi keanggotaan linear sebagai berikut:

    {

    (2.21)

    Dimana adalah puncak nilai yang berarti bahwa derajat keanggotaanya adalah 1

    dan adalah nilai persekitarannya dari . Bilangan fuzzy linear ditunjukkan

    dengan .

  • 33

    Contoh 2.18

    Untuk memproduksi 1 kuintal beras kristal biasanya diperlukan bahan baku gabah

    sebesar 1,44 kuintal. Akan tetapi pada musim-musim tertentu kadang terjadi

    serangan hama yang menyebabkan kualitas bahan baku gabah menurun sehingga

    untuk memproduksi 1 kuintal beras kristal diperlukan toleransi penambahan

    sebesar 0,05 kuintal. Sehingga jumlah jenis bahan baku gabah yang digunakan

    untuk memproduksi beras kristal merupakan bilangan fuzzy dan dapat

    dituliskan bahwa dan maka . Representasi

    bilangan fuzzy terlihat pada Gambar 2.8 yaitu

    Gambar 2.8 Bilangan Fuzzy

    Bilangan fuzzy bersifat normal, karena mempunyai derajat keanggotaan 1

    untuk . Semua pada bilangan fuzzy tertutup pada selang

    [ ]. Support dari himpunan fuzzy terbatas pada (1,44 , 1,49). Bilangan

    fuzzy konveks karena untuk nilai dan dan

    maka dengan

    sehingga

    untuk setiap dan setiap [ ].

    1

    1,44 1,49

  • 34

    4. Operasi pada Himpunan Fuzzy

    Berikut ini penjelasan mengenai operasi himpunan fuzzy yang berupa

    irisan dan gabungan.

    Definisi 2.12 Irisan Himpunan Fuzzy (Bellman & Zadeh, 1970:144). Irisan dari

    dua himpunan fuzzy dan dinotasikan sebagai dan didefinisikan

    sebagai himpunan fuzzy terbesar yang terdapat pada dan . Fungsi

    keanggotaan diberikan oleh

    Berikut ini diberikan contoh untuk lebih memahami definisi irisan himpunan

    fuzzy.

    Contoh 2.19

    Diberikan himpunan fuzzy yang didefinisikan sebagai berikut:

    untuk mencari , terlebih dahulu menghitung untuk

    setiap .

    .

    .

    .

    .

    .

    .

    Jadi,

  • 35

    Definisi 2.13 Gabungan Himpunan Fuzzy (Bellman & Zadeh, 1970:145).

    Gabungan dari dua himpunan fuzzy dan dinotasikan sebagai dan

    didefinisikan sebagai himpunan fuzzy terkecil yang terdapat pada dan .

    Fungsi keanggotaan diberikan oleh

    Berikut ini diberikan contoh untuk lebih memahami definisi gabungan himpunan

    fuzzy.

    Contoh 2.20

    Berdasarkan Contoh 2.19, untuk mencari , terlebih dahulu menghitung

    .

    .

    .

    .

    .

    .

    .

    Jadi, .

    C. Program Linear Fuzzy

    Program linear menurut Amit Kumar, dkk (2010:37) merupakan salah satu

    teknik dalam riset operasi yang paling sering diterapkan. Nilai-nilai parameter

    model program linear harus terdefinisi dengan baik (tegas), sedangkan dalam

  • 36

    kehidupan nilai-nilai parameter yang tegas bukan merupakan asumsi yang

    realistis. Oleh karenanya penggunaan parameter dalam model program linear

    direpresentasikan dengan bilangan-bilangan fuzzy.

    Menurut Klir & Yuan (1995:410), bentuk umum model program linear

    fuzzy sama dengan bentuk umum model program linear biasa. Dalam program

    linear fuzzy akan dicari suatu nilai yang merupakan fungsi tujuan yang akan

    dioptimasikan sedemikian hingga tunduk pada batasan-batasan yang dimodelkan

    dengan menggunakan himpunan fuzzy.

    Bentuk matematika dari program linear fuzzy adalah:

    Maksimumkan:

    (2.22)

    dengan kendala

    , i = 1,2, ... , m

    0 , j = 1,2, ... , n

    dengan dan semuanya adalah bilangan fuzzy.

    Menurut Klir & Yuan (1995:410-411) program linear fuzzy memiliki dua

    kasus yaitu program linear fuzzy dengan hanya koefisien ruas kanan ( ) berbentuk

    bilangan fuzzy dan program linear fuzzy dengan koefisien teknis ( ) dan

    koefisien ruas kanan ( ) berbentuk bilangan fuzzy. Dalam penelitian ini akan

    dibahas mengenai program linear fuzzy dengan koefisien teknis dan koefisien ruas

    kanan berbentuk bilangan fuzzy linear turun dengan fungsi tujuan tidak fuzzy

    (tunggal).

  • 37

    Menurut Klir & Yuan (1995:411), bentuk umum dari program linear fuzzy

    dengan koefisien teknis ( ) dan koefisien ruas kanan ( ) berbentuk bilangan

    fuzzy ini adalah sebagai berikut:

    Maksimumkan:

    (2.23)

    dengan kendala

    , i = 1,2, ... , m

    0 , j = 1,2, ... , n

    Bilangan linear turun fuzzy yang direpresentasikan dengan untuk a

    adalah puncak nilai yang berarti bahwa derajat keanggotaannya adalah satu dan d

    adalah nilai persekitarannya dari a yang dituliskan pada koefisien teknis ( )

    sehingga ( dan koefisien ruas kanan ( dimisalkan dengan

    untuk b adalah puncak nilai yang berarti bahwa derajat keanggotaannya

    adalah satu dan p adalah nilai persekitarannya dari b yang dituliskan pada

    koefisien ruas kanan ( Sehingga model program linear fuzzy dengan

    koefisien teknis ( ) dan koefisien ruas kanan ( ) berbentuk bilangan linear

    turun fuzzy dapat diformulasikan sebagai berikut:

    Maksimumkan:

    (2.24)

    dengan kendala

    , i = 1,2, ... , m

  • 38

    0 , j = 1,2, ... , n

    Dalam teori pengambilan keputusan fuzzy dikenal 3 konsep dasar (Bellman

    & Zadeh, 1970:147-149) yaitu fuzzy goal, fuzzy constraints, dan fuzzy decisions.

    Misalkan adalah himpunan yang memuat solusi dari pengambilan keputusan.

    Fuzzy goal adalah himpunan fuzzy pada yang keanggotaannya didefinisikan

    melalui fungsi keanggotaan:

    : [ ]

    Fuzzy constraint adalah himpunan fuzzy pada yang keanggotaannya

    didefinisikan melalui fungsi keanggotaan:

    C [ ]

    Fuzzy decision adalah himpunan fuzzy yang merupakan irisan fuzzy

    goal dan fuzzy kendala , yaitu dengan fungsi keanggotaan:

    (2.25)

    Contoh 2.21

    Misalkan dimiliki fuzzy goal dan fuzzy constraint sebagai berikut:

    G

    {

    {

    Sehingga fuzzy decision D adalah sebagai berikut:

  • 39

    {

    ,jika

    (

    ) ,jika

    (

    ) ,jika

    min (1, 20

    10) ,jika

    , jika

    (2.26)

    Keputusan maksimal didefinisikan sebagai berikut:

    = G (x), C (x)}. (2.27)

    Lebih umum, fuzzy decision hasil dari k fuzzy goal dan fuzzy

    kendala didefiinisikan oleh

    . (2.28)

    Dengan fungsi keanggotaan:

    = { , . (2.29)

    Keputusan maksimal didefinisikan sebagai:

    .

    (2.30)

    BAB IIKAJIAN TEORIA. Program Linear1. Model Program Linear2. Penyelesaian Model Program Lineara. Mengubah soal ke dalam bentuk kanonikb. Menyusun tabel simpleksc. Menguji keoptimumand. Memperbaiki tabel simpleks

    B. Konsep Himpunan Fuzzy1. Pengertian Himpunan Fuzzy2. Jenis Fungsi Keanggotaan Fuzzy3. Bilangan Fuzzy4. Operasi pada Himpunan Fuzzy

    C. Program Linear Fuzzy