BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan - abstrak.uns.ac.id · pengertian buku sebagai publikasi...
Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan - abstrak.uns.ac.id · pengertian buku sebagai publikasi...
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Perancangan
Menurut ejaan Bahasa Indonesia kata perancangan berasal dari kata kerja
“merancang”, kemudian melebur dengan awalan per- dan akhiran -an sehingga
terbentuklah kata perancangan.
Kata “merancang” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia termasuk kata
kerja yang mempunyai arti merencanakan, mengatur segala sesuatu (sebelum
bertindak, mengerjakan, atau melakukan sesuatu). Jadi, kata perancangan dapat
diartikan proses, cara merencanakan, mengatur segala sesuatu terlebih dahulu.
Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa perancangan adalah sebuah proses
yang merupakan kerangka pikiran dan tindakan dalam pembuatan suatu produk.
Dengan perancangan terlebih dahulu, seseorang akan lebih mudah dan tertata dalam
membuat suatu produk.
B. Promosi
1. Pengertian Promosi
Menurut William J.Stanton dalam buku Manajemen Pemasaran edisi ke
empat yaitu :
“Promotion is the element an organization’s marketing mixthat serves to
inform, persuade, and remind the market of the organization and or its product.”
Promosi adalah salah satu unsur dalam bauran pemasaran perusahaan yang
didayagunakan untuk memberitahukan, membujuk, dan mengingatkan tentang
produk perusahaan (Saladin, 2006:171).
7
Promosi termasuk salah satu dari bauran pemasaran (marketing mix) yang
terdiri dari 4P: product (produk), price (harga), place (distribution), dan promotion
(promosi). Konsep 4P dalam bauran pemasaran untuk pertama kalinya
diperkenalkan oleh E. Jerome McCarthy, yang kemudian dikembangkan oleh Philip
Kotler, dan kini digunakan secara luas oleh kalangan akademika maupun praktisi.
Banyak hal yang perlu dipertimbangkan saat akan melakukan promosi. Dari
tujuan promosi, media yang dipakai, audiens, desain, biaya, hingga saat pembuatan
media itu sendiri. Masing-masing bagian tersebut memiliki kendala sendiri-sendiri.
Meskipun begitu bukan berarti semuanya tidak berkaitan. Karena semua itu
merupakan satu bagian dalam proses pembuatan suatu promosi, masing-masing hal
tersebut saling mempengaruhi.
Tujuan promosi merupakan awal dari segala kegiatan melakukan promosi.
Harus dipahami mengapa perlu dilakukan suatu promosi. Banyak alasan melakukan
suatu promosi seperti karena adanya produk baru sehingga perlu dikenalkan ke
masyarakat, angka penjualan menurun, kompetitor yang semakin banyak,
memperbaiki citra produk, membentuk positioning baru di benak konsumen, dan
lain sebagainya. Permasalahan ini harus diketaui dahulu dan dianalisis lebih
mendalam agar tidak salah dalam menentukan konsep dan tepat serta efektif dalam
menentukan media promosi. Tujuan promosi ini menjadi acuan ketika ada
perubahan di proses-proses perencanaan promosi selanjutnya. Ketika ada
perubahan, promosi akan dikembalikan pada pertanyaan ‘apakah tujuan dari
promosi ini akan tercapai dengan perubahan tersebut?’. Perubahan biasanya terkait
dengan efektifitas dari promosi itu sendiri, terutama dalam hal biaya pengeluaran.
8
Setelah menentukan tujuan promosi, hal yang harus dilakukan adalah
menetukan sasaran promosi atau target audiens. Audiens merupakan bagian penting
dalam melakukan promosi. Hal yang penting disini bukan hanya komunikasi ke
audiens saja, tetapi bagaimana nantinya mereka menanggapi promosi yang
dilakukan. Banyak yang perlu didalami dari audiens, seperti kharakteristik audiens,
kebiasaan, tingkah laku, sifat, pola hidup, trend, dan lain-lain. Dari situ akan
diketahui gambaran seperti apa audiens yang menjadi sasaran promosi. Kemudian
akan diketahui celah dan kesempatan promosi dari situ.
Selanjutnya adalah menentukan media apa yang akan digunakan dalam
promosi. Media promosi ada bermacam-macam bentuk dan kharakteristiknya.
Penggunaan media promosi yang efektif dan tepat sasaran tergantung dari tujuan
promosi dan kharakteristik audiens. Media yang digunakan tidak perlu terlalu
banyak, yang terpenting adalah promosi itu tepat menyasar ke audiens. Lokasi
penempatan media adalah hal selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan media promosi ini.
2. Media Promosi
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti “perantara” atau
“pengantar”, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a
receiver). Jadi, dalam pengertian lain, media adalah alat atau sarana yang
dipergunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak.
Jenis-jenis media secara umum dapat dibagi menjadi:
9
a. Media Visual
Media visual adalah media yang bisa dilihat, dibaca dan diraba. Media
ini mengandalkan indra penglihatan dan peraba. Berbagai jenis media ini sangat
mudah untuk didapatkan. Contoh media yang sangat banyak dan mudah untuk
didapatkan maupun dibuat sendiri. Contoh: media foto, gambar, komik, gambar
tempel, poster, majalah, buku, miniatur, alat peraga dan sebagainya.
b. Media Audio
Media audio adalah media yang bisa didengar saja, menggunakan indra
telinga sebagai salurannya. Contohnya: suara, musik dan lagu, alat musik, siaran
radio dan kaset suara atau CD dan sebagainya.
c. Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang bisa didengar dan dilihat secara
bersamaan. Media ini menggerakkan indra pendengaran dan penglihatan
secara bersamaan. Contohnya: media drama, pementasan, film, televisi dan
VCD. Internet termasuk dalam bentuk media audio visual, tetapi lebih
lengkap dan menyatukan semua jenis format media, disebut Multimedia
karena berbagai format ada dalam internet (Susilana, Rudi. Riyana, Cepi.
2009. Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan
Penilaian. Bandung: CV Wacana Prima)
Dari uraian diatas didapat sebuah pengertian bahwa media promosi
adalah segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk penyalur
informasi mengenai suatu produk, perbedaan produk satu dengan yang
lainnya.
Ada banyak sekali media promosi dengan berbagai kategori dan
10
bentuknya, dari kategori konvensional yang sering kita temui hingga yang
unik dan tidak terbayangkan sebelumnya. Bentuk-bentuk media promosi ini
akan terus berkembang sesuai kreatifitas manusia (Ardhi, Yudha. 2013.
Merancang Media Promosi Unik dan Menarik. Yogyakarta : TAKA
Publisher).
Dalam buku ini disebutkan bahwa penggunaan media promosi yang
baik tidak harus menggunakan banyak media, tetapi mempertimbangkan
tujuan promosinya. Gunakanlah media yang sesuai, tidak terlalu banyak
namun juga tidak terlalu sedikit. Promosi yang efektif adalah menggunakan
media dengan biaya sekecil mungkin tetapi mampu meraih audiens sebanyak-
banyaknya. Media promosi dibagi menjadi beberapa kategori sesuai dengan
bentuknya, yaitu media cetak konvensional, media cetak luar ruang, media
online, dan media-media lainnya.
1) Media Cetak Konvensional
Media ini disebut konvensional karena termasuk media yang
paling tua. Media ini dapat bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama
dan banyak dipakai hingga sekarang.
Media cetak lebih bersifat portable atau mudah dibawa kemana-
mana. Media ini memungkinkan audiens membawa dan menyimpannya.
Informasi dalam media ini pun dapat bertahan lama karena audiens dapat
melihatnya berulang kali. Namun, media ini mempunyai kelemahan yaitu
ketika terjadi pembaruan dan kesalahan informasi yang akan memakan
waktu lebih lama jika harus menambah atau memperbaiki kekeliruan.
Media cetak biasanya dicetak dalam jumlah banyak dan dapat berbentuk
11
flyer, pamphlet, brosur, booklet, company profil, kartu nama, cocard, kop
surat, sticker, kartu pos, kupon undian, katalog, dan daftar harga
(pricelist).
Kemudian media luar ruang atau sering disebut media outdoor
merupakan media yang sering digunakan di tempat umum dan terbuka.
Media ini dirancang dapat bertahan lebih lama dibanding media cetak
karena media ini harus mampu bertahan dalam perubahan suhu dan cuaca,
sehingga bahan-bahan yang digunakan juga tahan lebih lama. Media ini
tidak dapat dipindahkan dan selalu berada di tempat yang sekiranya akan
banyak audiens yang membacanya. Media luar ruang sendiri meliputi
poster, easel, spanduk, billboard dan baliho, papan nama, media table info,
media acrylic, mobil, mural, shop sign branding, banner, balon udara, dan
umbul-umbul.
2) Media Elektronik dan Online
Media elektronik juga menjadi salah cara ampuh untuk melancar
pemasaran produk. Dengan menggunakan televisi misalnya, atau melalui
radio. Namun, promosi menggunakan media elektronik ini membutuhkan
budget yang tidak sedikit.
Seiring dengan perkembangan jaman, internet semakin memegang
peranan penting di dalam kehidupan manusia. Dalam hal promosi, internet
sangat bisa diandalkan karena memiliki cakupan audiens yang lebih luas
atau tidak terbatas jaraknya. Bentuk promosi melalui media online sangat
banyak macamnya, antara lain yang sering dijumpai adalah website, web
banner (banner ad), forum online, dan media sosial.
12
3) Media lainnya
Jaman memang telah berkembang pesat dan kreatifitas manusia
pun tidak ada batasnya selama mereka mau bereksplorasi dan berinovasi.
Demikian juga dengan promosi yang mana bentuk promosi tidak hanya
sebatas media cetak, elektronik maupun online saja, melainkan misalkan
saja melalui sebuah event.
C. Buku
1. Pengertian Buku
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:152) buku diartikan
sebagai “lembar kertas yang berjilid, berisi atau kosong”. Pengertian ini sangat
sederhana dan umum tetapi secara khusus menyatakan bahan, susunan, dan isi
sebuah buku. Bahan buku itu adalah kertas yang disusun dalam bentuk jilidan
serta berisi tulisan atau kosong.
Ensiklopedi Indonesia (1980:538) memberikan pengertian buku secara
lebih luas dengan menyebutkan bahwa dalam arti luas buku mencakup semua
tulisan dan gambar yang ditulis dan dilukis atas segala macam lembaran papirus,
lontar, perkamen dan kertas dengan segala bentuknya berupa gulungan,
dilubangi dan diikat dengan atau dijilid muka belakangnya dengan kulit, kain,
karton dan kayu.
UNESCO pada tahun 1964, dalam H.G. Andriese dkk. memberikan
pengertian buku sebagai publikasi tercetak, bukan berkala, yang sedikitnya
sebanyak 48 halaman. Pengertian UNESCO ini lebih memperhatikan buku dari
aspek sifat terbitan (bukan sebagai bahan cetakan yang terbit secara berkala
seperti majalah) dan jumlah halaman isi (paling sedikit 48 halaman tidak
13
termasuk kulit, halaman judul, daftar isi, dan pengantar). Lebih jauh UNESCO
menyebutkan bahwa apabila jumlah halaman kurang dari 48 halaman, publikasi
tercetak itu disebut brosur. (https://bintangsitepu.wordpress.com
/2010/10/12/penyusunan-buku-pelajaran/)
Dari semua pengertian tersebut penulis menyimpulkan bahwa buku
merupakan publikasi yang berisi kumpulan kertas tercetak, terjilid dan
mengandung informasi dengan jumlah halaman paling sedikit 48 halaman serta
dapat dijadikan salah satu sumber dalam proses belajar dan membelajarkan.
2. Jenis-jenis Buku
Mizan publishing, membagi buku menjadi beberapa jenis kategori sesuai
dengan isi, tujuan dan jenis tulisannya, yaitu : komik, cergam, novel, novelette,
nomik, antologi, dongeng, biografi, catatan harian atau jurnal atau diary,
ensiklopedia, fotografi, karya ilmiah, tafsir, kamus, panduan atau how to, atlas,
ilmiah, dan teks.
Berdasarkan jenis-jenis tersebut, bisa dikatakan bahwa coffee table book
merupakan jenis buku fotografi karena memang konten dari buku ini adalah
sebagian besar foto.
Secara etimologi, coffee table book terdiri dari tiga kata dalam bahasa
inggris yaitu “coffee”, “table”, dan “book”. Dalam kamus Inggris Indonesia
karangan John M. Echols dan Hasan Shadily, coffee berarti kopi, table berarti
meja/daftar/tabel/skema, dan book berarti buku/kitab. Ketiga kata tersebut
membentuk sebuah kata majemuk yang tidak bisa diartikan secara terpisah, yaitu
“coffe table book”.
14
3. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pembuatan Buku
Dalam pembuatan buku, desain sampul maupun isi merupakan hal yang
sangat penting. Pengetahuan akan desain terutama layout,grid system, dan
proses cetak amat diperlukan.
a. Layout
Menata layout halaman cetak adalah bagian dari kegiatan Desain
Grafis. Oleh karena itu, prinsip desain tidak ada bedanya dengan apa yang
telah dipelajari pada nirmana maupun desain grafis. Bidang halaman yang
akan ditata tidak berbeda dengan kanvas yang akan diisi dengan elemen-
elemen grafis pengisi halaman itu (Adi Kusrianto:268).
Secara umum layout merupakan tata letak ruang atau bidang. Sebuah
desain yang baik harus mempunyai layout yang terpadu. Dalam menyusun
layout, hal pertama yang harus diperhatikan adalah konten. Apa yang menjadi
topik utama dalam konten tersebut, panjang konten, dan adakah fotografi atau
ilustrasi yang dimasukkan dalam desain layout tersebut. Dengan mengetahui
konten, desainer dapat membuat kerangka kasar dari elemen tersebut. Berikut
beberapa jenis-jenis layout :
1) Mondrian Layout
Jenis design yang mengacu kepada karya Piet Modrian seorang
pelukis asal Belanda, memiliki design yang Asimetris, menggunakan
warna dasar merah ,kuning ,biru serta garis hitam sebagai pemisah antar
ruangn, unsur gambar di tempatkan dalam bidang segi empat.
15
2) Axial Layout
Tata letak yang memiliki tampilan visual yang kuat di tengah
halaman dengan tampilan element pendukung di sekeliling gambar
utama biasanya berupa gambar atau tulisan yang berhubungan dengan
tampilan di tengah halaman sebagai titik pusatnya.
3) Picture Window Layout
Tampilan gambar yang besar menjadi ciri utama tata letak ini, dan
di ikuti dengan headline ,keterangan gambar hanya memiliki porsi yang
kecil.
4) Big type Lyout
Jenis tata letak yang menggunakan huruf yang besar sebagai unsur
utama, gambar yang digunakan hanya berfungsi sebagai unsur
pendukung saja.
5) Silhouette Layout
Tata letak tulisan yang mengikuti alur bentuk gambar yang di
gunakan menjadi ciri design jenis ini. Dan kadang di gunakan juga
tampilan negatif gambar (silhouette) untuk menguatkan pesan yang
disampaikan.
6) Frame Layout
Menggunakan bingkai sebagai unsur utama design ini, dimana pesan
atau gambar utama diletakan di dalam bingkai, atau bingkai tersebut
menjadi tema dalam design yang digunakan.
16
7) Circus Layout
Susunan yang “tidak beraturan” dalam penempatan gambar/tulisan
tapi tertata dengan baik, tampilan biasanya berupa banyak gambar
produk dalam satu halaman.
8) Rebus Layout
Gambar dan tulisan saling menjalin di dalam design, menggunakan
gambar sebagai penggati tulisan.
9) Story Board Layout
Sesuai dengan namanya tata letak jenis ini mengandung unsur cerita
mengenai pesan yang akan disampaikan, terdiri dari beberapa panel yang
simetris, dan tiap gambar dapat di berikan keterangan atau caption.
Selanjutnya yang harus dilakukan adalah apakah penerapan komposisi
elemen-elemen layout tersebut sudah sesuai dengan prinsip-prinsip layout
(Lia Anggraini S. dan Kirana Nathalia:75). Prinsip-prinsip layout tersebut
adalah :
a) Sequence
Yakni urutan perhatian dalam layout atau aliran pandangan mata
ketika melihat layout. Layout yang baik dapat mengarahkan pembaca ke
dalam informasi yang disajikan pada layout. Maka di sini pe- layout-an
sebaiknya diatur sesuai prioritas. Misalnya dari informasi paling penting
sampai informasi yang kurang penting.
b) Emphasis
Yaitu penekanan di bagian-bagian tertentu pada layout.
Penekanan ini berfungsi agar pembaca dapat lebih terarah atau fokus
17
pada bagian yang penting.
c) Balanced
Ini berarti mengatur keseimbangan terhadap elemen layout.
Prinsip keseimbangan terbagi menjadi dua jenis, keseimbangan simetris
dan keseimbangan asimetris. Pada keseimbangan simetris sisi yang
berlawanan harus sama persis agar tercapai suatu keseimbangan.
Sedangkan pada keseimbangan asimetris, obyek-obyek yang berlawanan
tidak sama, namun tetap seimbang. Bisa saja salah satu sisi lebih kecil
ukurannya atau lebih sedikit jumlahnya dari sisi yang
berlawanan.Keuntungan dari keseimbangan asimetris adalah dapat
memberikan kesan yang tidak kaku atau santai (casual). Namun desainer
harus lebih jeli dalam melihat komposisi keseluruhan apakah desain
masih terlihat seimbang.
d) Unity
Yaitu menciptakan kesatuan pada desain keseluruhan. Seluruh elemen
yang digunakan harus saling berkaitan dan disusun secara tepat.
Layout yang terlalu ramai dan tidak tertata rapi akan menyulitkan
pembaca dalam mencari fokus bacaan tersebut.
Misalkan saja suatu papan pengumuman dengan berbagai macam
brosur, artikel, dan poster yang tumpang tindih. Pembaca mungkin akan
bingung dan kehilangan fokus informasi atau bahkan tidak mau membaca
brosur, artikel maupun poster yang ada di papan itu. Berbeda halnya jika
kertas-kertas yang ada di papan pengumuman itu tertata rapi dan diberi jarak
dengan ruang kosong, tentunya akan lebih enak dilihat dan dibaca.
18
Begitu pula halnya dengan desain. Kita harus bisa mengatur
elemen-elemen desain pada karya kita dengan baik dan seimbang. Jika
elemen desain terlalu banyak jenisnya dan tidak tertata dengan baik,
maka orang yang melihatnya juga akan bingung, sehingga pesan pada
desain tidak akan tersampaikan kepada audience.
b. Grid System
Grid adalah garis-garis vertikal maupun horizontal yang membagi
halaman menjadi beberapa unit. Grid dapat membantu desainer untuk
menjaga keteraturan desain. Grid menciptakan keharmonisan sosial. Grid
menyediakan koherensi dalam kompleksitas. Grid mengizinkan kita
melakukan sesuatu yang lebih dengan kekurangan (Gordon Brander). Dalam
penyusunan halaman, grid sangat berguna untuk menjaga konsistensi
margin.Susunan grid pada suatu halaman dapat berbentuk sederhana maupun
sangat kompleks, sesuai keinginan. Lembaran dapat berbentuk lembaran teks
dan bidang kosong di sisi kiri kanan halaman yang biasa disebut margin,
tetapi juga dapat sepenuhnya menggambarkaan pembagian bidang dari dua
halaman yang terbuka (hal itu biasa disebut Spread) dan saling berhubungan.
Timothy Samara dalam buku Making and Breaking the Grid,
menyebutkan ada beberapa jenis grid standar yang dapat digunakan desainer.
Berikut ini jenis grid standar tersebut (Lia Anggraini S dan Kirana
Nathalia:82)
1) Manuscript Grid (Grid 1 Kolom)
Adalah grid dengan struktur paling sederhana. Grid ini hanya
19
menggunakan 1 kolom. Struktur grid ini ditentukan oleh kotak satu kolom di
tengah. Pada grid ini bisa diletakkan seperti catatan kaki, nomor halaman, dan
informasi sekunder lainnya. Jenis grid ini banyak ditemukan pada buku,
novel, atau esai yang mempunyai teks panjang. Namun demikian, pada grid
ini isinya tidak terbatas pada teks saja, kita juga dapat meletakkan gambar.
Walaupun jenis grid ini sangat sederhana, bukan berarti pengolahannya tidak
membutuhkan perhatian khusus. Ketertarikan visual pembaca, kenyamanan
saat membaca, dan stimulasi merupakan faktor-faktor yang sangat penting
agar pembaca tetap tertarik terhadap isi bacaan. Pengaturan margin dan
tipografisangat berperan penting dalam mendukung hal tersebut. Perhatikan,
apakah jarak margin sudah enak dilihat ketika dua halaman disatukan.
Kemudian antara margin kiri dan margin kanan dapat dibuat asimetris agar
tidak berkesan kaku. Pada tipografi, jenis huruf, ukuran, leading, hierarki, dan
lain-lain. Tentu sangat mempengaruhi arah style desain yang ingin dicapai.
2) Column Grid
Column grid tersusun dengan menempatkan bebereapa kolom dalam
formatnya. Penggunaan column grid ini lebih fleksibel. Column grid banyak
digunakan untuk layout publikasi dengan tingkatan yang lebih kompleks atau
ingin mengintegrasikan teks dengan ilustrasi. Jumlah dan ukuran lebar
kolomnya bebas, tergantung informasi yang ingin disampaikan dan ukuran
huruf pada teks. Semakin banyak kolom yang dibuat, semakin dinamis grid.
Maka kolom-kolom pada grid ini bisa saling berhubungan atau saling
terlepas. Pada grid kolom ini, kita dapat meletakkan elemen teks dan visual
baik pada kolom yang sama maupun terpisah. Bisa saja, nanti kita hanya
20
meletakkan gambar di salah satu kolom, sementara dikolom lainnya hanya
teks. Bisa juga dalam satu kolom tidak perlu diisi penuh. Jarak antar kolom
(gutter) sebaiknya tidak terlalu dekat dan juga tidak terlalu jauh. Hal ini agar
pembaca nyaman saat membaca hasil desain.
3) Modular Grid
Modular grid adalah column grid dengan penambahan divisi
horizontal (rows/baris). Dengan demikian akan terlihat pembagian yang
konsisten antara kolom dan barisnya. Pertemuan antara divisi vertikal dan
horizontal itulah yang disebut dengan istilah modul. Grid ini digunakan pada
format publikasi yang lebih kompleks, yang membutuhkan pengaturan lebih
daripada column grid. Contoh publikasi yang memakai jenis grid ini ada pada
layout katalog produk, atau galeri foto pada sebuah website.
4) Hierarchical Grid
Jenis grid ini dapat ditemukan pada sebuah layout website.
Hierarchical grid dirancang dengan mengandalkan intuisi dalam peletakan
elemen-elemennya. Akan tetapi kita tetap mengutamakan penyampaian
informasi sesuai dengan prioritas kepentingannya (hierarki).
Grid ini lebih dinamis karena tidak harus mempunyai interval yang
diulang secara teratur. Lebar kolom cenderung variatif. Dalam membuat grid
ini, kita dapat memulai dengan spontan menempatkan elemen desain.
Kemudian baru diatur struktur grid yang rasional untuk mengkoordinasikan
elemen-elemen tersebut.
21
5) Exploration grid
Grid dibuat dan akan dinikmati oleh pembuat sendiri. Maka kita harus
dapat merancang grid yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan dari desain
itu sendiri. Selain contoh-contoh jenis grid diatas, ada kalanya kita bisa lepas
dari grid. Caranya dengan memodifikasi/ mengeksplorasi dari grid standar
yang sudah ada atau membuat suatu grid baru yang lebih fleksibel. Tujuannya
adalah untuk menciptakan sebuah desain layout yang lebih dinamis dan
artistik.
4. Pop Up
“Pop-up adalah sebuah kartu atau buku yang ketika dibuka bisa
menampilkan bentuk 3 dimensi atau timbul”. Kalimat tersebut merupakan
penjelasan sederhana yang sering disampaikan pada beberapa orang yang masih
asing dengan kata pop-up. Namun sejatinya mereka pasti sudah pernah melihat
karya pop-up, tanpa mengetahui sebutannya. Penjelasan tersebut akhirnya
membuat kita berpatokan bahwa dalam membuat karya pop-up harus
menghasilkan bentuk timbul atau 3D. Sebagai perancang, tentunya perlu apabila
kita juga mengetahui bagaimana sejarah hadirnya pop-up.
Jika dilihat dari sejarah perkembangannya, pop-up diawali dengan
kontruksi yang masih sederhana, sekitar awal abad ke-13. Pada masa itu teknik
ini disebut movable book (buku bergerak), dengan melibatkan peran mekanis
pada kertas yang disusun sedemikian rupa sehingga gambar/objek/beberapa
bagian pada kertas tampak bergerak, memiliki bentuk atau dimensi. Movable
book pertama kali diterapkan di Eropa dan mulai diproduksi secara massal
22
seiring berkembangnya movable type oleh Johannes Gutenberg. Movable
book pertama kali muncul dengan teknik volvelles (atau yang kini dikenal
sebagai teknik rotary), yakni melibatkan peranan poros pada susunan mekanis
kertas. Teori tentang volvelles ini dicetuskan oleh Matthew Paris (1200-1259)
dan Ramon Llull (1235-1316). (http://dgi-indonesia.com/sekilas-tentang-pop-
up-lift-the-flap-dan-movable-book/)
5. Proses Cetak
Setiap percetakan dalam mencetak setidaknya ada beberapa proses yang
harus dilalui, sebagai berikut :
a. Design
Proses design merupakan tahapan awal yang harus dilalui dalam
proses cetak. Pada fase ini hasil cetakan yang diharapkan bisa diprediksi,
terutama untuk jenis cetakan full colour. Dari hasil print out didapat
penglihatan bagaimana hasil cetakan nanti, meskipun pada kenyataanya hasil
print out belum tentu hasilnya akan sama dengan hasil cetakan nantinya (hal
ini disebabkan antara lain jenis tinta yang digunakan berbeda) dan
kemungkinan miripnya ialah 95 – 100%. Program yang biasanya dipakai
ialah : Adobe Photohop, Adobe In Design, Adobe Page Maker, Macromedia
Free Hand, dan Corel Draw.
b. Main master for printing
Pada tahap ini sebelum naik cetak perlu dibuat master dalam
mencetak. Dalam tahap ini harus diketahui cetakan itu jenis cetakan simple
atau yang. Ini hanyalah masalah pengalaman, apakah cetakan hanya
memerlukan Wet Master Paper atau memerlukan proses Filming & Plating
23
untuk proses mencetak nanti.
c. Printing Process
Pada tahap ini diperlukan pengetahuan tentang jenis kertas yang ingin
dicetak serta ukurannya, jenis bahan cetak (ada berbagai jenis bahan cetakan
mulai dari HVS, Art Paper/Cartoon dan lainnya), dan ukuran hasil cetak
untuk mengetahui berapa jumlah kertas yang harus dibeli dan jenis mesin
cetak apa yang digunakan dalam mencetak nanti. Pengetahuan akan kedua
hal ini amatlah diperlukan karena berujung pada biaya yang dikeluarkan
nantinya.
d. Sablon
Proses sablon merupakan salah satu alternatif lain dalam mencetak.
Biasanya proses ini dilakukan untuk cetakan dengan jumlah yang sedikit &
bahan cetak tertentu saja.
e. Finishing
Ada beberapa jenis proses akhir dalam mencetak :
1) Jilid
Kegiatan menyusun lembaran-lembaran kertas yang ada menjadi
buku. Namun pada saat ini ada mesin yang mampu melakukan kegiatan
tersebut diatas.
2) Nomerator
Pemberian nomor yang berurut, biasanya untuk kwitansi dan faktur.
3) Porporasi
Memudahkan dalam merobek kertas, contohnya ialah pada karcis
atau tiket.
24
4) Poly
Merupakan lapisan foil yang mengkilap pada hasil cetak, biasanya
pada hasil cetak kartu undangan.
5) Emboss
Pemberian efek timbul pada satu sisi kertas, yang disebabkan
“press”an dari sisi yang lain.
6) UV/Varnish
Pemberian lapisan mengkilap pada kertas.
7) Glossy
Pemberian lapisan plastik mengkilap pada kertas. Beda antara UV
dan Glossy ialah kertas yang telah diberikan lapisan UV bisa dirobek,
sedangkan lapisan Glossy tidak.
8) Doff
Pemberian lapisan plastik doff pada kertas.
9) Spot UV
Pemberian UV pada kertas yang telah dilapisi doff, biasanya untuk
bidang tertentu saja.
10) Steples/ jahit kawat
Digunakan untuk buku dan majalah yang memiliki ketebalan yang
tipis.
25
11) Gluing/ lem panas
Pemberian lem pada dinding buku yang biasanya cukup tebal, dan
masih banyak lainnya.
D. Museum
Museum adalah suatu lembaga yang bersifat badan hukum yang tetap, tidak
mencari keuntungan dalam pelaksanaaynya kepada masyarakat, tetapi untuk
memajukan masyarakat lingkungannya, serta terbuka untuk umum. Museum
mengadakan kegiatan pengadaan, pengawetan, riset, komunikasi dan pameran
segala macam benda bahan pembuktian tentang kehadiran umat manusia dan
lingkungannya untuk tujuan tertentu, pengkajian dan pendidikan maupun
kesenangan. (Moh. Amir Sutaarga, 1989:33)
1. Museum Transportasi
Museum Transportasi merupakan sebuah lembaga yang memiliki bukti
sejarah dan perkembangan transportasi. Museum transportasi terdiri atas
modul pusat, modul darat, modul laut, dan modul udara baik dengan benda asli,
tiruan, miniatur, foto, maupun diorama.
E. Transportasi
Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke
tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraanyang digerakkan
oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Di negara maju, mereka biasanya
menggunakan kereta bawah tanah (subway) dan taksi. Penduduk di sana jarang
26
yang mempunyai kendaraan pribadi karena mereka sebagian besar menggunakan
angkutan umum sebagai transportasi mereka. Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu,
transportasi darat, laut, dan udara. (https://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi)
1. Jenis Transportasi berdasarkan jenisnya
Menurut jenisnya transportasi terbagi menjadi tiga macam yaitu udara,
darat dan laut.
a. Transportasi Udara
Manusia mengembangkan teknologi automotif, elektronik, mekanika,
di dalam usaha perwujudan suatu bentuk teknologi transportasi yang
mampu serta cepat dan nyaman memindahkan penumpang dan barang
dalam jumlah yang lebih banyak hingga ketempat-tempat yang jauh.
Pesawat terbang, helikopter, hidrofoil dan jenis-jeis angkutan udara
lainnya merupakan bukti hasil kerja keras manusia, bahkan kini manusia
mampu mencapai bulan/luar angkasa. (Sistem Transportasi, 1997: 19)
b. Transportasi Darat
Dengan teknologi sederhana dikembangkan teknologi roda dan
selanjutnya dihasilkan berbagai ukuran dan type kereta kuda/pedati.
Sejalan dengan perkembangan teknologi automotif, metal, elektronika dan
informatika manusia berhasil memanfaatkan sumber daya alam yang
tersedia untuk menciptakan berbagai jenis dan ukuran kendaraan bermotor
serta lokomotif yang kesemuanya cukup berhasil menjawab tuntutak akan
kapasitas angkut, jarak tempuh, kecepatan pergerakan bahkan
kenyamanan dan keselamatan. (Sistem Transportasi, 1997: 18)
27
c. Transportasi Laut
Sebelum mampu memanfaatkan tenaga angin, rakit dan sampan
merupakan pilihan utama untuk angkutan penumpang dan barang. Dengan
didukung perkembangan teknologi automotif, mekanik, metal dan
elektronika, manusia akhirnya setahap demi setahap mulai berhasil
mengatasi keterbatasan kapasitas angkut penumpang dan barang, jarak
tempuh, kecepatan pergerakan dengan menciptakan perahu motor, kapal
laut dalam berbagai jenis, fungsi, dan ukuran. Teknologi propulsi juga
berkembang dari dayung, kipas hingga turbin. (Sistem Transportasi, 1997:
19)
F. Teori Komunikasi Visual
Menurut definisinya, Desain Komunikasi Visual adalah suatu disiplin ilmu
yang bertujuan mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif
melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual
dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa bentuk dan gambar, tatanan
huruf, serta komposisi warna serta layout (tata letak atau perwajahan). Dengan
demikian gagasan bisa diterima oleh orang atau kelompok yang menjadi sasaran
penerima pesan. (Adi Kusrianto, 2007: 2)
Elemen atau unsur merupakan bagian dari suatu karya desain. Elemen-elemen
tersebut saling berhubungan satu sama lain. Berikut adalah elemen-elemen dalam
desain tersebut.
28
1. Titik
Titik adalah salah satu unsur visual yang wujudnya relatif kecil.
Dimensi memanjang dan melebarnya dianggap tidak berarti. Titik cenderung
ditampilkan dalam bentuk kelompok, dengan variasi jumlah, susunan, dan
kepadatan tertentu.
2. Garis
Garis dianggap sebagai unsur visual yang banyak berpengaruh terhadap
pembentukan suatu objek sehingga garis, selain dikenal sebagai goresan atau
coretan, juga menjadi batas limit suatu bidang atau warna. Ciri khas garis
adalah terdapatnya arah serta dimensi memanjang. Garis dapat tampil dalam
bentuk lurus, lengkung, gelombang, zigzag, dan lainnya. Kualitas garis
ditentukan oleh tiga hal, yaitu orang yang membuatnya, alat yang digunakan
serta bidang dasar tempat garis digoreskan.
3. Bidang
Bidang merupakan unsur visual yang berdimensi panjang dan lebar.
Ditinjau dari bentuknya, bidang bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu bidang
geometri/beraturan dan bidang non-geometri alias tidak beraturan. Bidang
geometri adalah bidang yang relatif mudah diukur keluasannya, sedangkan
bidang non-geometri merupakan bidang yang relatif sukar diukur keluasannya.
Bidang bisa dihadirkan dengan menyusun titik maupun garis dalam kepadatan
tertentu, dan dapat pula dihadirkan dengan mempertemukan potongan hasil
goresan satu garis atau lebih.
29
4. Ruang
Ruang dapat dihadirkan dengan adanya bidang. Pembagian bidang atau
jarak antarobjek berunsur titik, garis, bidang, dan warna. Ruang lebih
mengarah pada perwujudan tiga dimensi sehingga ruang dapat dibagi dua, yaitu
ruang nyata dan semu. Keberadaan ruang sebagai salah satu unsur visual
sebenarnya tidak dapat diraba namun dapat dimengerti.
5. Warna
Warna sebagai unsur visual yang berkaitan dengan bahan yang
mendukung keberadaannya ditentukan oleh jenis pigmennya. Kesan yang
diterima oleh mata lebih ditentukan oleh cahaya. Permasalahan mendasar dari
warna diantaranya adalah Hue (spektrum warna), Saturation (nilai kepekatan),
dan Lightness (nilai cahaya dari gelap ke terang). Ketiga unsur tersebut
memiliki nilai dari 0 hingga 100. Hal yang paling menentukan adalah
Lightness. Jika ia bernilai nol, maka seluruh palet warna akan menjadi hitam
(gelap tanpa cahaya), sebaliknya jika Lightness bernilai 100, warna akan
berubah menjadi putih, alias tidak berwarna karena terlalu silau. Pada warna
40, akan dapat dilihat warna-warna dengan jelas.
6. Tekstur
Tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan. Secara fisik tekstur dibagi
menjadi tekstur kasar dan halus, dengan kesan pantul mengkilat dan usam.
Ditinjau dari efek tampilannya, tekstur digolongkan menjadi tekstur nyata dan
tekstur semu. Disebut tekstur nyata bila ada kesamaan antara hasil raba dan
penglihatan. Misalnya bila suatu permukaan terlihat kasar dan ketika diraba
juga terasa kasar. Sementara itu, pada tekstur semu terdapat perbedaan antara
30
hasil penglihatan dan perabaan. Misalnya, bila dilihat tampak kasar, tetapi ketia
diraba ternyata sebaliknya, terasa halus.
Selain memperhatikan elemen-elemen desain, untuk menghasilkan sebuah
karya desain perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip desain. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain:
a. Kesatuan
Kesatuan atau unity merupakan salah satu prinsip yang menekankan pada
keselarasan dari unsur-unsur yang disusun, baik dalam wujudnya maupu
kaitannya dengan ide yang melandasinya.
Kesatuan diperlukan dalam suatu karya grafis yang mungkin terdiri dari
beberapa elemen didalamnya. Agar suatu karya grafis diperhatikan, dilihat,
dipahami isi serta maksudnya, dan kemudian diberi reaksi oleh target atau
responden, maka karya tersebut harus memiliki suatu dominasi tertentu.
Dominasi tersebut antara lain:
1) Dominan pada ukuran
2) Dominan pada warna
3) Dominan pada letak/penempatan
4) Ukuran sebagai daya tarik
5) Menyatukan arah
6) Menyatukan bentuk
b. Keseimbangan
Keseimbangan atau balance merupakan prinsip yang menghindari kesan berat
sebelah atas suatu bidang atau ruang yang diisi dengan unsur-unsur rupa.
Keseimbangan dapat dibagi menjadi:
31
1) Keseimbangan simetris dan asimetris
2) Keseimbangan memusat dan menyebar
Bentuk visualnya sesuai dengan gerak mata sehingga erat hubungannya dengan
unsur gerak, yaitu:
1) Gerak Vertikal (Potential Movement)
2) Gerak Horisontal (Static Condition)
3) Gerak Transfersal (Depth) – Kedalaman
Keseimbangan tersebut dapat dicapai dengan bebeapa hal sebagai berikut:
1) Bentuk dan ukuran
2) Warna
3) Tekstur
c. Komposisi
Suatu susunan komponen/unsur desain yang digunakan dalam perencanaan
komposisi adalah susunan beberapa benda/bentuk yang ditata seara
serasi/seimbang sehingga tercapai kesatuan antara usnur-unsur desain
komposisi dengan menyatukan faktor yang sejenis, antara lain:
1) Faktor Formal (Bentuk/Shape/Form):
a) Ukuran
b) Posisi
2) Faktor Tone
a) Kromatik-akromatik
b) Warna
c) Intansitas warna
32
3) Faktor Ide
a) Representative (cara menggambarkan)
b) Association (hubungan)
c) Symbolise (lambang)
d. Irama
Irama atau ritme adalah penyusunan unsur-unsur dengan mengikuti suatu pola
penataan tertentu secara teratur agar didapatkan kesan yang menarik.
Penataannya dapat dilaksanakan dengan mengadakan pengulangan maupun
pergantian secara teratur.
e. Kontras
Kontras didalam suatu komposisi diperlukan sebagai vitalitas agar tidak
terkesan monoton. Tentu saja kontras ditampilkan secukupnya karena bila
terlalu berlebihan akan mucul ketidakteraturan dan kontradiksi yang jauh dari
kesan harmonis.
f. Fokus
Fokus atau pusat perhatian selalu diperlukan dalam suatu komposisi untuk
menunjukkan bagian yang dianggap penting dan diharapkan menjadi perhatian
utama. Penjagaan keharmonisan dalam membuat suatu fokus dilakukan dengan
menjadikan segala sesuatu yang berada di sekitar fokus mendukung fokus yang
telah ditentukan.
g. Proporsi
Proporsi adalah perbandingan ukuran antara bagian dengan bagian dan antara
bagian dengan keseluruhan. Prinsip tersebut menekankan pada ukuran dari
suatu unsur yang akan disusun dan sejauh mana ukuran itu menunjang
keharmonisan tampilan suatu desain.