BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab...
Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Pembelajarandigilib.uinsby.ac.id/3606/5/Bab...
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi Pembelajaran
Kata pembelajaran diinterpretasikan sebagai aktivitas guru, yang
merencanakan kegiatan belajar dan siswa yang melakukan aktivitas belajar. Istilah
pembelajaran diterjemahkan instruction, yang menurut Ramiszowsky merujuk
pada proses pengajaran yang berpusat pada tujuan atau goal directed teaching
process yang direncanakan sebelumnya. Menurut Merill, pembelajaran
merupakan suatu kegiatan dimana seseorang sengaja diubah dan dikontrol dengan
maksud agar dapat bertingkah laku atau bereaksi sesuai kondisi tertentu.
Sedangkan menurut Degeng, pembelajaran merupakan upaya membelajarkan
siswa.1
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pembelajaran adalah upaya
membelajarkan siswa melalui kegiatan memilih, menetapkan dan
mengembangkan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Konsep pembelajaran dapat dikemukakan bahwasanya kegiatan
belajar bisa terjadi karena disengaja (direncanakan) atau tidak disengaja (tidak
direncanakan).
Pembelajaran berkaitan dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa
atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh
1 Sutiah, Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran (Malang : Universitas Negeri Malang, 2003),
8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
kemauannya, untuk mempelajari apa (what to) yang harus dipelajari siswa.
Karena itu sebelum terjadi proses pembelajaran diawali kegiatan memilih,
menetapkan dan mengembangkan cara-cara yang tepat untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan.2
B. Definisi Tah}fi>z} al-Qur’a>n
Dalam kamus umum bahasa Indonesia W.J.S. Poerwadarminta tah}fi>z},
h}a>fiz}, h}afaz} yang berarti telah masuk dalam ingatan, telah dapat mengucapkan
dengan ingatan (tidak usah melihat surat, buku-buku).3 Dalam kamus bahasa Arab
al-Munawwir h}a>fiz} al-Qur’a>n berarti penghafal al-Qur’a>n.4
Secara bahasa atau etimologi, al-h}ifz} bermakna selalu ingat dan sedikit
lupa. H}a>fiz} (penghafal), adalah orang yang menghafal dengan cermat dan
termasuk sederetan kaum yang menghafal. Al-h}ifz} juga bermakna memelihara,
menjaga, menahan diri ataupun terangkat. Dalam kaitan menghafal al-Qur’a>n
maka harus memperhatikan tiga unsur pokok yaitu menghayati bentuk-bentuk
visual sehingga bisa diingat kembali meski tanpa melihat mushaf, membacanya
secara rutin ayat-ayat yang dihafalkannya serta mengingat ayat-ayat yang
dihafalkannya.
Secara istilah atau terminologi pengertian al-h}ifz} sebenarnya tidak berbeda
dengan pengertian secara bahasa atau etimologi, tetapi ada dua hal yang secara
prinsip membedakan seorang penghafal al-Qur’a >n dengan penghafal hadith, shair,
2 Ibid., 9.
3WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), 338.
4 Achmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Indonesia Arab Terlengkap (Surabaya:
Pustaka Progresif, 2007), 303.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
hikmah, tamsil ataupun lainnya. Yaitu penghafal al-Qur’a>n dituntut untuk
menghafal secara keseluruhan baik hafalan maupun ketelitiannya, karena itu
tidaklah dikatakan al-h}a>fiz} orang yang menghafal setengahnya atau dua
pertiganya atau kurang sedikit dari tiga puluh juz dan tidak menyempurnakannya.
Hendaklah hafalannya dalam keadaan cermat dan teliti. Menekuni, merutinkan
dan mencurahkan segenap tenaga untuk melindungi hafalannya dari kelupaan.5
Pengertian h}a>fiz} pada masa Rasulullah adalah h}ufa>zuhu>, (para penghafal al-
Qur‟an pada zaman nabi adalah orang yang menghafalkan dalam hati).6
Dalam al-Qur’a >n surat al-Ankabut : 49
ب ل ه ب اإلوهلب هف ب ب ل ب ه ف ب اف ب وليب ووهل ف اه لب ه ل وهل ف ل ف ل ه ه ب ات ف ي ب ب ات ب بنل ه
Artinya : Sebenarnya, (Al-Qur’a>n) itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada
orang-orang yang berilmu. Hanya orang-orang yang z}alim yang mengingkari
ayat-ayat Kami.7
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa betapa tinggi dan agungnya orang yang
menjaga al-Qur’a >n dalam hatinya, dalam ayat tersebut dijelaskan pula bahwa
orang yang bersama al-Qur’a>n adalah orang yang selalu menuntut ilmu dan Allah
akan memilih orang-orang yang selalu menjaga al-Qur’a >n dihatinya.8 Al-Qur’a>n
adalah Kalam Allah yang bernilai mukjizat yang diturunkan kepada penutup para
5 Achmad Syakir, Sejarah Penjagaan al-Qur’a>n dalam http : //rumah
tahfidz.multiply.com/journal/item/268, diakses 10 Mei 2015 6 Manna Khalil al-Qattan, Maba>h}ith fi „Ulu>m al-Qur’a>n terj. Studi Ilmu-ilmu al-Qur’a>n (Jakarta :
Litera Antar Nusa, 2004), 178. 7Al-Qur‟an, 29 (al-Ankabut): 49.
8 Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asa>siyyah wa Turu>q
al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n (Jakarta: Pustaka Azzam, 2004), 43-44.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Nabi dan Rasul dengan perantaraan Malaikat Jibril diriwayatkan kepada kita
dengan mutawatir, membaca terhitung sebagai ibadah dan tidak akan ditolak
kebenarannya.
Pendidikan menghafal al-Qur’a>n adalah program menghafal al-Qur’a>n
dengan mutqi>n (hafalan yang kuat) terhadap lafaz }-lafaz } al-Qur’a>n dan menghafal
makna-maknanya dengan kuat yang memudahkan untuk menghadirkannya setiap
menghadapi berbagai masalah kehidupan, yang mana al-Qur’a>n senantiasa ada
dan hidup di dalam hati sepanjang waktu sehingga memudahkan untuk
menerapkan dan mengamalkannya. Definisi program pendidikan menghafal al-
Qur’a>n terdapat tiga rukun yaitu menghafal lafaz }, menghafal makna dan
menghafal amalan.9
C. Komponen Pembelajaran Tah}fi>z}
1. Perencanaan Pembelajaran Tah}fi>z}
a. Mengetahui keutamaan h}a>fiz} al-Qur’a>n
Menghafal al-Qur’a>n merupakan suatu keutamaan yang besar dan posisi itu
selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan seseorang yang bercita-cita
tulus, berharap atas kenikmatan dunia dan akhirat agar manusia nanti menjadi
warga Allah dan dihormati dengan penghormatan yang sempurna. Seseorang
dapat meraih tuntutan dan keutamaan tersebut, serta menjadikannya masuk ke
dalam deretan malaikat baik kemuliaan maupun derajatnya dengan cara
9 Khalid ibn Abd al-Karim al-Lahim, Al-h}ifz} al-Tarbawi > li al-Qur’a>n wa Sina>‟ah al-Insa>n terj.
Mengapa Saya Menghafal al-Qur’a>n (Solo: Da>r al-Naba‟,2008), 19.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
mempelajari dan mengamalkan al-Qur’a>n.10
Keutamaan h}a>fiz} al-Qur’a >n, seperti
diterangkan pada banyak hadith di bawah ini :
ب فوبة ابقلرب ه رف ل ب خف انه وه ، إ زهتك عف لتب اهرب هقب مه هص ب وهقرو وقر و اق ان ك كه
Artinya : Dikatakan kepada pemilik (orang yang hafal) al-Qur’a>n, “Bacalah (al-
Qur’a>n), teruslah naiki (derajat-derajat surga) dan bacalah dengan tartil (pelan-
pelan) sebagaimana kami membacanya dengan tartil di dunia, karena
sesungguhnya tempatmu (di surga) berada pada akhir ayat yang kamu baca”. (HR.
Abu Dau>d dan al-Tirmiz}i).11
Hadith di atas menunjukkan betapa mulianya orang yang h}a>fiz} al-Qur’a>n.
Diriwayatkan pula, bahwa Rasulullah s.a.w membedakan sahabat-sahabatnya
menurut kadar hafalan al-Qur’a>n mereka. Ketika mengumpulkan para shuhada‟ di
medan jihad, beliau selalu mendahulukan orang yang paling banyak hafalan al-
Qur’a>nnya untuk dimasukkan ke liang lahad dan beliau menguburkan dengan
tangannya sendiri. Dalam peperangan jihad beliau juga mengamanatkan untuk
memegang panji jihad kepada sahabat yang paling banyak menghafal al-Qur’a>n.12
Menghafal al-Qur’a>n akan menjadikan diri sebagai teman para Malaikat di
akhirat.
ف و رب ف ب و ب ل ل وب ب عب ه ب ، بتب ب ب ه ب ه ل بقلرب ه ل بقلرب هوهقر و ف من وهلسرر وهلروى وهلر رف،وهل ف وهل ف
10
Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n (Jakarta: Gema Insani, 2008), 23. 11
Hadith yang diriwayatkan oleh Tirmiz}i dari Abi Hurairah r.a dalam Abi Isa Muhammad ibn Isa
ibn Surah, Jami‟ al-S}ahi>h wa Huwa Sunan al-Tirmiz}i (Bairut: Da>r al-Kutu>b „Alamiyah, t.t), juz 5,
163. 12
Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tahfazu al-Qur’a>n Qawa>‟id al-Asa>siyyah wa
Turu>q al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 44-45.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
Artinya : Barang siapa membaca al-Qur’a>n dan dia menghafalnya maka dia
bersama para malaikat yang mulia yang selalu taat. Dan orang yang membaca al-
Qur’a>n dengan masih mengulang-ulang terus (kurang lancar) sedangkan dia
merasa kesusahan melakukannya, maka baginya dua pahala.13
Menghafal al-Qur’a>n mengangkat derajat baik di dunia dan di akhirat serta
melebihkan kita disbanding orang lain yang memiliki kemuliaan, kedudukan dan
keturunan. Pernyataan ini tertuang dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari
„Amir ibn Wathilah :
رب ف ب ب عه وه رف هقف لل ف ف عب ل ب ف ب ل ف واو ب رف ل ف ل عب ب )عب سب لل ةب، بقب مب (عه لل ب وب وله عب ب تب ل بلل ره ب ب عه كب ل :ب ب
، بقب مب ل واف ب لنف وهل وب وب ولتب عب ب تب ل :اف ل ب ب لزب ىقب مب :قب مب : ب ل ب ب لزب ل اف ل ب لب :ب وهف ب ب ل ف هب ل فيل : بقب مب .ب ل وب وبسلتب عب تبخل ب ل
هىقب مب ل ل قرر هفلتب عز ن،ا ع هيت هسروائف :ب اف
Artinya : Dari‟Amir ibn Wathilah Bahwasanya Nafi‟ ibn „Abd Harith gubernur
Makkah dari Khalifah „Umar ibn Khattab bertemu dengan „Umar ibn Khattab di
Usfan, „Umar berkata kepadanya : “Siapa yang menggantikanmu mengurus
penduduk lembah Makkah?”. Nafi‟ menjawab, “Wahai Amirul Mukminin!. Aku
menunjuk Ibn Abza sebagai penggantiku. Lalu „Umar bertanya, “Siapa Ibnu
Abza?”, Nafi‟ menjawab, “Dia salah satu diantara hamba sahaya kami”. „Umar
terperanjat dan berkata, “Kamu menunjuk seorang budak untuk mengurus
penduduk Makkah?”. Nafi‟ menjawab, “Wahai Amirul Mukminin!.
Sesungguhnya dia adalah seorang yang hafal Kitab Allah dan pandai dalam ilmu
faraid. Kemudian „Umar berkata, “Sesungguhnya Nabi s.a.w bersabda” :
13
Diriwayatkan oleh al-Baihaqy dari „Aisyah r.a, lihat Abi Bakar Ahmad ibn Husayn al-Baihaqy,
Kitab Sunan al-S>}aghi>r, jilid 1 (Bairut: Da>r al-Fikr, 1993), 265.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
ب ل رف ف وخب ب ب ه ف ب م و ب قللل ا ه برل ب ه ف ووهللفتب ف ب ل ب ه اف
Artinya : Sesungguhnya Allah „Azza wa Jalla mengangkat suatu kaum dengan
Kitab ini, dan merendahkan kaum lainnya dengan Kitab ini pula.14
Al-Qur’a>n akan menyambut ketika bangkit dari kubur, kemudian
menuntun menuju surga.
ك هر نه وهش وب، قم ه قه هب وهقلره لشف ب ب ل ةف وف ب ب ىب وهلقف ل لب ب ل وهقر بولقب ب وف ، قمه :اف ف رف ه رف هكب :نل اب ل وعل
لوبكب : قمه ال هب برب ،و ل و ف ب لهكب وهقر وه واماكب وه ب ب وف وب
Artinya : Sesungguhnya al-Qur’a>n akan menemui pembacanya (penghafalnya)
pada hari kiamat nanti ketika k uburnya dibuka dengan menyerupai seorang laki-
laki yang pucat, ia kemudian berkata kepadanya : Apakah engkau mengetahui
siapa diriku? Dia berkata : aku tidak tahu!. Ia kemudian berkata : aku adalah
temanmu al-Qur’a >n yang telah membuatmu haus di tengah hari yang panas dan
membuatmu bangun di malam hari.15
Menghafal al-Qur’a>n menjadikan sebagian dari keluarga Allah dan orang-
orang istimewa disisiNya. Dari Anas ibn Malik r.a berkata bahwa Rasulullah
s.a.w bersabda :
لنب ب وهل اف،قف ف ف ل لوب ف ا ه ب ل ل ف ل هيل ب مب ىق م و عو وي:اف ف لنه :ب ف هيل ب لنه وهلقهرل ب
خ تله
14
Diriwayatkan oleh Muslim dari „Amir ibn Wathilah, lihat al-H}a>fiz} Dhaki al-Din „Abd al-„Azim
al-Munziri, Mukhtas}ar S}ah}i>h Muslim terj. Ringkasan S}ah}i>h Muslim (Bandung: Mizan, 2002),
1228. 15
Diriwayatkan oleh al-Hakim dari Abdillah ibn Buraydah, lihat Imam Hafiz Abi „Abdillah
Muhammad ibn „Abdillah al-Hakim al-Naysaburi, al-Mustadrak „ala> S}ahi>hayn, cet.1 (Bairut: Da>r
al-Kutu>b „Alamiyah, 1990), 742.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
Artinya : Sesungguhnya Allah memiliki keluarga diantara umat manusia,
kemudian dikatakan padanya : Wahai Rasulullah! Siapakah mereka itu?
Rasulullah s.a.w menjawab, Pemilik al-Qur’a>n adalah keluarga Allah dan orang
keistimewaanNya.16
Menghafal al-Qur’a>n mengharumkan jiwa dan hati. Pernyataan ini
dibuktikan oleh sebuah hadith yang diriwayatkan oleh Abu Musa al-„Ash‟ari, dia
berkata Rasulullah s.a.w bersabda :
ب ،من وهؤ وه إقروهوهقر يبت طب ه طب ل ب ب طبت ل ه ب كمنف وإار ةف ف وهقر مبنه وهؤ وه قر ه ب
ت ول ،منه .كمنف وهتررف إ يب ه ط وه ر ه منه وه فقف وه قر هوهقر منه وهر بةف طبت ط
ر ه ه وه قف وه إقر وهقر كمنف وه لوةف إ يب ه ط
Artinya : Perumpamaan seorang mukmin yang membaca al-Qur’a>n adalah seperti
buah “utrujah”, baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mukmin
yang tidak membaca al-Qur’a>n adalah seperti buah kurma, yang tak ada baunya
dan rasanya manis. Sedangkan perumpamaan seorang muna>fiq yang membaca al-
Qur’a>n adalah seperti “raiha>nah”, baunya enak tetapi rasanya pahit dan
perumpamaan orang muna>fiq yang tidak membaca al-Qur’a>n adalah seperti buah
“hanz}alah” yang tidak mempunyai bau dan rasanya pahit.17
Allah memberkahi setiap waktu dan keperluan para penghafal al-Qur’a>n,
orang yang menghafalkan al-Qur’a>n adalah orang-orang yang tidak menyia-
nyiakan waktu untuk hal yang tidak bermanfaat. Allah memberkahi waktu demi
16
Diriwayatkan oleh al-H}a>kim dari Anas r.a, ibid., 743. 17
Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Musa al-„Ash‟ari r.a, lihat al-H}a>fiz} Dhaki al-Din „Abd al-
„Azim al-Munziri, 1229-1230.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
waktu yang dilalui, meskipun sibuk dengan menghafal, membaca dan mura>ja’ah
al-Qur’a >n.18
Do‟a ahli al-Qur’a >n tidak tertolak, dalam sebuah hadith disebutkan bahwa
do‟a seorang yang banyak berzikir kepada Allah tidak tertolak. Orang yang hafal
al-Qur’a >n adalah mereka yang paling banyak berzikir kepada Allah, do‟a mereka
dikabulkan dan keperluan mereka dipenuhi oleh Allah.19
b. Niat yang ikhlas
Ikhlas merupakan landasan pokok dari berbagai macam ibadah, ini
merupakan salah satu dari dua rukun yang menjadi dasar diterimanya sebuah
ibadah. Pertama kali yang harus diperhatikan oleh orang yang akan menghafal al-
Qur’a>n, adalah membulatkan niat menghafal al-Qur’a>n hanya mengharap rid}a
Allah. Seseorang yang mempunyai keinginan kuat untuk menjadi seorang h}a>fiz}
hendaklah menetapkan niatnya untuk ikhlas, tidak sekali-kali mengharapkan
pujian dari orang lain, tidak mengharapkan penghormatan dan kewibawaan dari
orang lain, tidak berbuat riya‟ dengan menjadikan hafalan al-Qur’a>n untuk
musa>baqah (perlombaan) demi mengharapkan hadiah serta tidak mengharapkan
penghidupan yang layak dengan mengandalkan hafalan al-Qur’a>n.20
Menetapkan niat menghafal al-Qur’a >n hanya semata-mata mengharap rid}a
Allah s.w.t, di hari kiamat nanti akan mendapatkan shafa‟at dari al-Qur’a >n yang
18
Yahya Abd al-Fattah al-Zawawi, Khayru Mu‟in fi H}ifz} al-Qur’a>n al-Kari>m terj. Revolusi
Menghafal al-Qur’a>n (Surakarta: Penerbit Insan Kamil, 2010), 36. 19
Ibid., 38. 20
Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 29.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
selalu dibacanya. Orang yang berminat dalam menghafalkan al-Qur’a>n
diwajibkan untuk membersihkan niat dalam menekuni, memusatkan tujuan hanya
karena Allah. Selalu waspada agar tidak menjadikan al-Qur’a>n sebagai jalan
untuk mencari maksud-maksud duniawi baik berupa harta, kekuasaan,
kewibawaan dan pujian dari manusia.21
Niat yang kuat dan sungguh-sungguh, akan mengantar seseorang ke tempat
tujuan dan akan membentengi kendala-kendala yang mungkin akan datang
merintanginya. Niat memiliki peranan penting dalam melakukan sesuatu, antara
lain sebagai motor dalam usaha untuk mencapai tujuan. Disamping itu, niat
berfungsi sebagai pengaman dari hal yang menyimpang dari proses yang sedang
dilakukan dalam rangka mencapai cita-cita. Tanpa adanya niat yang jelas, maka
perjalanan untuk mencapai tujuan akan mudah terganggu oleh munculnya kendala
yang setiap saat siap menghancurkan.
Niat yang bermuatan dan berorientasi ibadah dan ikhlas karena semata
mencapai rid}a Allah, akan memacu tumbuhnya kesetiaan dalam menghafal al-
Qur’a>n. Karena dengan demikian bagi orang yang memiliki niat ibadah maka
menghafal al-Qur’a >n tidak lagi menjadi beban yang dipaksakan, akan tetapi justru
sebaliknya ia akan menjadi senang dan butuh. Kesadaran seperti ini yang
seharusnya mendominasi jiwa setiap penghafal al-Qur’a >n.22
Hadirnya niat dan
tujuan sangat penting dalam menguatkan ingatan, manusia yang beramal tanpa
21
Mustafa Qasim al-Tahtawi, Murshidu al-Hairani ila Turu>qi Tah}fi>z}i al-Qur’a>n al-Kari>m terj.
Petunjuk Praktis Menghafal al-Qur’a>n menurut Metode Rasulullah dan Para Sahabat, 75. 22
Ahsin Wijaya al-H}a>fiz}, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’a>n (Jakarta : Amzah, 2008),
49-50.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
disertai niat yang ikhlas maka amalannya seperti debu yang dihembuskan. Ia tidak
mendapat pahala. Keikhlasan niat, ketulusan hati dalam menghafal al-Qur’a>n
hanya untuk meraih rid}aNya merupakan modal utama untuk meraih sukses.
Barangsiapa menghafal al-Qur’a>n hanya untuk berbangga-bangga, maka itu
merupakan perbuatan riya‟ dan sum‟ah.
Orang yang menghafal al-Qur’a>n hanya karena mengharap rid}a Allah, akan
merasakan kebahagiaan pada hatinya. Murabbi atau ustad hendaknya meluruskan
niat dan tujuan para siswanya, agar mengikhlaskan niat hanya untuk Allah s.w.t.
Hati para penghafal al-Qur’a>n hendaknya terbebas dari penyakit riya‟, karena
riya‟ adalah penyakit berbahaya bagi hati. Selain itu murabbi atau pengasuh tah}fi>z}
hendaknya tidak berlebih-lebihan dalam memuji anak didiknya, karena pujian
dapat membawa anak didik ke jurang fatamorgana.23
Ciri-ciri orang yang ikhlas dalam menghafal al-Qur’a>n adalah :
1) Berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menghafal, walaupun menemui
berbagai hambatan dan rintangan.
2) Selalu mudawwamah (langgeng) membaca al-Qur’a>n atau mengulang hafalan
untuk menjaga hafalannya.
3) Mengulang hafalan tidak hanya sekedar mau musa>baqah atau karena mau ada
undangan khataman atau sima >‟an.
4) Tidak mengharapkan pujian atau penghormatan ketika membaca al-Qur’a>n.
23
Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asa>siyyah wa
Turu>q al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 64-65.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
5) Tidak menjadikan al-Qur’a>n untuk mencari kekayaan dan kepopuleran.24
c. Mulai memperbaiki bacaan al-Qur’a>n terlebih dahulu
Sebelum mulai menghafal, langkah pertama yang harus dilakukan oleh
seorang calon h}a>fiz} adalah dengan menyimak atau mendengarkan seorang h}a>fiz}
yang terpercaya. Kemudian hendaklah membaca beberapa halaman al-Qur’a>n
dihadapannya, untuk meyakinkan pengucapan yang benar. Lakukan hal tersebut
terus-menerus, hingga selesai menghafal al-Qur’a>n.
Sebelum mulai menghafal satu surah, seorang h}a>fiz} harus memperbaiki
bacaan al-Qur’a>n hingga baik dan benar. Tata cara memperbaiki bacaan al-Qur’a>n
disebut dengan tah}si>n atau tas}}h}i>h. Tah}si>n atau tas}h}i>h yaitu pembenaran harakat,
makha>rij al-huru>f dan kriteria setiap huruf yang membedakan satu sama lain. Hal
itu harus melibatkan orang lain, seperti bertalaqqi > langsung kepada shaykh yang
menguasai makha>rij al-huru>f.25
Al-Qur’a>n mempunyai banyak keistimewaan, diantaranya memiliki
perbedaan yang jelas dengan bahasa Arab secara umum. Misalnya mempunyai
kelebihan ghunnah dalam lafal (nun, mim, shiddah, idhgham dan ikhfa‟),
mempunyai kelebihan madd di setiap hukum madd dan memiliki lagu yang khas
dari para pembaca ketika membacanya. Oleh karena itu membaca al-Qur’a>n
dengan dilagukan sangat dianjurkan, akan tetapi harus sesuai dengan tajwi>d dan
hukum-hukumnya. Membaca al-Qur’a>n dengan dilagukan, akan memudahkan
24
Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 30. 25
Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asa>siyyah wa
Turu>q al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 78.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
dalam menghafal dan mengulangi kembali hafalan al-Qur’a>n yang telah terdahulu.
Ketika seorang penghafal al-Qur’a>n lupa satu huruf atau satu kata, maka lidah
akan mengingatkannya secara otomatis. Demikian pula jika lidah yang salah
melafalkan ayat, maka pendengaran yang terbiasa mendengar bacaan dengan lagu
tertentu akan mengingatkan seorang yang hafal al-Qur’a>n.26
Sebelum seorang calon h}a>fiz} melangkah pada periode menghafal,
hendaknya terlebih dahulu meluruskan dan memperlancar bacaannya. Sebagian
besar „Ulama tidak memperkenankan anak didiknya menghafal al-Qur’a>n,
sebelum terlebih dahulu mengkhatamkan al-Qur‟an bi al-naz}ar. Ini dimaksudkan,
agar calon penghafal benar-benar lurus dan lancar membacanya serta ringan
lisannya untuk mengucapkan fonetik arab. Seseorang yang hendak menghafal al-
Qur’a>n terlebih dahulu harus :
1) Meluruskan bacaannya sesuai kaidah ilmu tajwi>d.
2) Memperlancar bacaannya.
3) Membiasakan lisan dengan fonetik arab.
4) Memahami bahasa dan tata bahasa arab.
Masalah di atas mempunyai nilai fungsional penting dalam menunjang
tercapainya tujuan dalam menghafal al-Qur’a >n.27
26
Ibid., 73. 27
Ahsin Wijaya al-H}a>fiz}, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’a>n (Jakarta: Amzah, 2008), 55.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
Sebelum memulai usaha dalam menghafal al-Qur’a>n, seorang calon h}a>fiz}
wajib memperbaiki dan membenarkan bacaan al-Qur’a>nnya sampai tidak terdapat
kesalahan sedikitpun dalam harakat. Selain itu juga wajib menerapkan hukum
bacaan al-Qur’a>n sesuai kaidah tajwi>d. Para ilmuwan muslim menyebutkan,
bahwa membaca al-Qur’a>n dengan disertai penerapan yang tepat dalam tajwi>d
akan mempunyai pengaruh besar dalam proses hafalan. Hal itu juga akan
memudahkan dalam menghadirkan kembali ayat-ayat yang telah dihafal.28
Sebelum seorang h}a>fiz} menghafal al-Qur’a>n, hendaknya memastikan
bahwa apa yang dihafal itu benar. Ada beberapa hal yang perlu dibenarkan antara
lain memperbaiki makhraj, mengakuratkan harakat dan mengakuratkan kata.29
Memperbaiki bacaan al-Qur’a>n, bisa membantu hafalan dengan baik dan
menghemat waktu. Cara pengucapan lafaz }> al-Qur’a>n dengan benar, merupakan
salah satu sebab membuat hafalan menjadi baik. Apabila bacaan seseorang benar,
maka hafalan itu akan semakin kuat terekam dalam pikiran dan tertaut dalam
hati.30
Allah s.w.t akan memudahkan orang yang menghafal al-Qur’a>n, seperti
dalam firmanNya :
هق لر وهقر هو كر ن كر
28
Mustafa Qasim al-Tahtawi, Murshi>du al-Haira>ni ila > Turu>qi Tah}fi>z}i al-Qur’a>n al-Kari>m terj.
Petunjuk Praktis Menghafal al-Qur’a>n menurut Metode Rasulullah dan Para Sahabat, 120. 29
Amjad Qasim, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n al-Kari>m fi Shahr terj. Hafal al-Qur’a>n dalam Sebulan
(Solo: Qiblat Press, 2008), 137. 30
Yahya Abd al-Fattah al-Zawawi, Khayru Mu‟in fi H}ifz} al-Qur’a>n al-Kari>m terj. Revolusi
Menghafal al-Qur’a>n, 77.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’a >n untuk pelajaran,
maka adakah orang yang mengambil pelajaran?. (QS. Al-Qamar: 17).31
d. Membuat target hafalan
Untuk mempercepat proses menghafal tiga puluh juz al-Qur’a>n, seorang
penghafal al-Qur’a>n hendaknya membuat target hafalan. Target hafalan
tergantung dari kemampuan masing-masing, ada yang punya target hafalan
banyak ada pula yang kurang atau lebih dari itu.
1) Menghafal per halaman pada mushaf ayat pojok. Jika hal ini dilakukan, maka
seseorang akan selesai menghafalkan al-Qur’a>n dalam waktu enam ratus hari
atau kurang dari dua tahun. Jika target menghafalnya separuh halaman, maka
seseorang akan mengkhatamkan al-Qur’a >n setelah seribu dua ratus hari atau
kurang dari empat tahun.
2) Menghafalkan per thumun atau seperdelapan. Perlu diketahui bahwa setiap juz
terbagi menjadi dua h}izb (bagian), setiap h}izb terbagi menjadi empat bagian.
Jadi, setiap juz ada delapan bagian. Satu bagian dinamakan thumun. Jika hal
itu dilakukan maka seseorang akan selesai menghafalkan al-Qur’a>n selama
dua ratus empat puluh hari, yaitu delapan thumun dikalikan tiga puluh juz.
Berarti kurang dari satu tahun. Jika target hafalannya setengah thumun,
berarti dia baru selesai menghafal setelah empat ratus empat puluh hari atau
setahun lebih.
31
Al-Qur’a>n, 54 (al-Qamar): 17.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
3) Menghafal beberapa ayat saja, semisal tiga atau lima ayat. Jika hal itu
dilakukan, maka waktu selesai menghafal menjadi bertambah panjang.32
Untuk melihat seberapa banyak waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan program yang direncanakan, maka penghafal perlu membuat target
harian. Alokasi waktu dapat dikomposisikan sebagai berikut :
1) Menghafal pada waktu pagi selama satu jam, dengan target hafalan satu
halaman untuk hafalan awal dan satu jam lagi untuk hafalan pemantapan pada
sore hari.
2) Mengulang (takri>r) pada waktu siang selama satu jam dan mengulang pada
waktu malam selama satu jam. Pada waktu siang untuk takri>r atau pelekatan
hafalan-hafalan yang masih baru, sedang pada malam hari untuk mengulang
juz pertama sampai kepada bagian terakhir yang dihafalnya secara terjadwal
dan tertib seperti setiap hari takri>r satu, dua atau tiga juz dan seterusnya.33
e. Izin orang tua, wali atau suami
Izin orang tua, wali atau suami tidak merupakan keharusan secara mutlak,
namun harus ada kejelasan. Karena hal demikian akan menciptakan saling
pengertian antara dua belah pihak yakni antara orang tua dengan anak, antara
suami dengan istri atau antara wali dengan orang yang berada dibawah
perwaliannya. Adanya izin dari orang tua, wali atau suami memberikan pengertian
bahwa :
32
Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 56. 33
Ahsin Wijaya al-H}a>fiz}, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 77-78.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
1) Orang tua, wali atau suami telah merelakan waktu kepada anak, istri atau orang
yang berada dibawah perwaliannya untuk menghafal al-Qur’a>n.
2) Merupakan dorongan moral yang amat besar bagi tercapainya tujuan menghafal
al-Qur’a >n, karena tidak adanya kerelaan orang tua, wali atau suami akan
membawa pengaruh batin yang kuat sehingga penghafal menjadi bimbang dan
kacau pikirannya.
Penghafal mempunyai kebebasan dan kelonggaran waktu sehingga merasa
bebas dari tekanan dan dengan pengertian yang besar dari orang tua, wali atau
suami maka proses menghafal menjadi lancar.
f. Berakhlaq terpuji dan menjauhi sifat tercela
Orang yang h}a>fiz} al-Qur’a>n hendaknya selalu berakhlaq terpuji sesuai
dengan ajaran syariat yang diajarkan oleh Allah s.w.t, tidak berbangga diri dengan
dunia. Hendaknya bersifat murah hati, dermawan, tidak mengumbar keinginan
dirinya, santun, sabar dan menjaga diri dari perbuatan buruk. Melatih sikap wara‟
dalam diri, khusu‟, tenang, tawad}u’, rendah hati, menjauhi senda gurau dan
tertawa terbahak-bahak. Orang yang sedang menghafal al-Qur’a>n hendaknya
membiasakan diri dengan aktivitas yang diatur oleh agama, seperti menjaga
kebersihan badan dan lingkungan tempat belajarnya. Hal-hal yang harus dihindari
adalah sifat-sifat tercela seperti iri hati, dengki, pamer, bangga diri dan
meremehkan orang lain.34
34
Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 33.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
Perbuatan tercela harus dijauhi bukan saja oleh orang yang menghafal al-
Qur’a>n, tetapi juga kaum muslimin pada umumnya. Karena keduanya mempunyai
pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati orang
yang sedang proses menghafal al-Qur’a >n, sehingga akan menghancurkan
keistiqa>mahan dan konsentrasi yang telah dibina. Diantara sifat-sifat tercela itu
antara lain khianat, bakhil, pemarah, membicarakan aib orang lain, memencilkan
diri dari pergaulan, iri hati, memutuskan tali silaturrahmi, cinta dunia, berlebih-
lebihan, sombong, dusta, ingkar, mengumpat, riya‟, banyak cakap, banyak makan,
angkuh, meremehkan orang lain, penakut, takabbur dan sebagainya. Apabila
seorang penghafal al-Qur’a>n dihinggapi penyakit-penyakit tersebut, maka usaha
dalam menghafal al-Qur’a>n akan menjadi lemah. Sifat-sifat tersebut harus
disingkirkan oleh orang yang sedang menghafal al-Qur’a >n, karena sifat-sifat
tersebut merupakan penyakit hati yang akan sangat mengganggu kelancaran
menghafal al-Qur’a >n.35
Orang yang ingin menghafal al-Qur’a >n, sebaiknya mempersiapkan diri
dengan membersihkan diri dari segala macam maksiat dan menggantinya dengan
ketaatan.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Tah}fi>z}
a. Mempunyai kemauan yang kuat
Menghafal al-Qur’a>n sebanyak tiga puluh juz, seratus empat belas surah
dan kurang lebih enam ribu enam ratus enam puluh enam ayat bukanlah pekerjaan
35
Ahsin Wijaya al-H}a>fiz}, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 53.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
mudah. Menghafal ayat-ayat al-Qur’a >n sangat berbeda dengan menghafal bacaan-
bacaan yang lain, apalagi bagi orang „ajam (non arab) yang tidak menggunakan
bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari. Sehingga sebelum menghafal al-Qur’a>n,
harus pandai terlebih dahulu membaca huruf-huruf arab dengan baik dan benar.
Oleh karena itu, diperlukan kemauan yang kuat dan kesabaran yang tinggi agar
cita-cita menjadi seorang h}a>fiz} bisa tercapai.
Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor yang sangat penting bagi
orang yang sedang dalam proses menghafal al-Qur’a>n, hal ini disebabkan karena
dalam proses menghafal al-Qur’a >n akan banyak ditemui berbagai macam kendala.
Mungkin jenuh, gangguan lingkungan seperti gaduh, gangguan batin dan mungkin
karena menghadapi ayat-ayat tertentu yang dirasakan sulit menghafal.36
Dalam menjaga kelestarian menghafal al-Qur’a>n Rasulullah s.a.w bersabda :
بلبتل ل بطلوبقل اب ل ع بعو لل اف ب من وب وهقرو كمنف وب وا نف وه قوةف اف اف
Artinya : Sesungguhnya perumpamaan orang yang menghafal al-Qur’a>n itu,
seperti perumpamaan orang yang memiliki seekor unta yang sedang ditambatkan.
Jika ia ingin untanya itu tetap di tempat, maka ia harus menjaga dan menahannya
dan kalau sampai dilepas maka unta itu akan lari. (HR. Muslim).37
Untuk senantiasa dapat melestarikan hafalan perlu k eteguhan dan
kesabaran, karena kunci utama keberhasilan menghafal al-Qur’a>n adalah
ketekunan menghafal dan mengulang-ulang ayat yang telah dihafal.
36
Ibid., 50. 37
Diriwayatkan oleh Muslim dari Abdillah ibn Amr, lihat al-H}a>fiz} Dhaki al-Di>n „Abd al-„Az}i>m al-
Munziri, 1232.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
Menghindari sikap mensia-siakan waktu, waktu adalah umur kehidupan
manusia. Seorang penghafal al-Qur’a>n harus menghindari sikap mengulur-ulur
waktu dan menyibukkan diri dengan hal-hal yang memalingkan diri dari al-
Qur‟an, jangan meninggalkan aktivitas menghafal harian dan harus tetap
melaksanakan hafalan tepat pada waktunya dan jangan ditunda-tunda.
Menghindari berbagai penghalang diantaranya :
1) Hawa nafsu yang selalu condong untuk bersenang-senang dan benci terhadap
muja>hadah.
2) Setan yang selalu membisikkan, bahwa yang dilakukan sekarang akan
membutuhkan waktu bertahun-tahun dan tidak akan mencapai tujuan.
3) Merasa bahwa teman-teman tidak mau lagi berjalan-jalan bersama, ketika
menghafal al-Qur’a >n.38
Hendaknya dalam menuntut ilmu dan menghafal al-Qur’a>n selalu bersikap
tamak dan berambisi untuk mendapatkan ilmu yang lebih banyak, karena tidak
ada orang yang meraih derajat tinggi hanya dengan berangan-angan. Sebagai
seorang mukmin, ambisi untuk mendapatkan ilmu atau hafalan al-Qur’a>n yang
baik sebaiknya melebihi ambisi untuk mendapatkan emas, permata atau harta
benda. Kesungguh-sungguhan dapat menggerakkan semua kekuatan untuk meraih
38
Hasan ibn Ahmad ibn Hasan Hamam, Menghafal al-Qur’a>n itu Mudah, 39-40.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
sesuatu yang ditargetkan, kesungguhan adalah keinginan yang kuat selalu
mengintrospeksi diri dan banyak mengulang serta mengkaji.39
Banyak orang berharap dapat menghafalkan al-Qur’a>n namun yang
mempunyai kemauan keras serta keseriusan hanya sedikit, sehingga kepada
setiap orang yang mempunyai keinginan untuk menghafalkan al-Qur’a>n modal
utamanya kemauan keras dan kesegeraan untuk mempraktekkan amal. Menghafal
al-Qur’a >n bukan perkara yang mudah, jika dilihat dari besarnya pahala disisi
Allah serta ujian yang harus dihadapi sehingga menghafal al-Qur’a>n memerlukan
kesungguhan yang tahan lama.
b. Disiplin, istiqa>mah menambah hafalan
Diantara hal yang harus diperhatikan bagi seorang yang ingin menghafal al-
Qur’a>n hendaknya selalu bersemangat setiap waktu dan menggunakan seluruh
waktunya untuk belajar semaksimal mungkin, tidak boleh berpuas diri dengan
ilmu yang sedikit. Seorang calon ha}f>iz} harus disiplin dan istiqa>mah dalam
menambah hafalan, harus gigih dalam memanfaatkan waktu senggang, cekatan,
kuat fisik, bersemangat tinggi, mengurangi kesibukan-kesibukan yang tidak ada
gunanya seperti bermain dan bersenda gurau.40
Istiqa>mah yakni, konsisten tetap
menjaga keajegan dalam proses menghafal al-Qur’a>n. Dengan perkataan lain,
seorang penghafal al-Qur’a>n harus senantiasa menjaga kontinuitas dan efisiensi
39
Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asasiyyah wa
Turu>q al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 57-58. 40
Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 31.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
waktu. Seorang penghafal al-Qur’a>n yang konsisten akan sangat menghargai
waktu, begitu berharga waktu bagi para h}a>fiz}.41
Kaidah yang paling penting dalam menghafal adalah membiasakan
menghafal al-Qur’a>n setiap hari beberapa ayat sesuai dengan target, kemudian
konsekuen dengan target. Apabila dapat mengerjakannya setiap hari,
meninggalkan godaan setan dan membuang jauh kemalasan maka hafalan akan
selalu di otak. Bahkan dapat menghafalnya lebih baik dari yang lain. Orang yang
pertama kali menuntut ilmu file-file otaknya masih kosong dari ilmu pengetahuan,
tetapi setelah menuntut ilmu (menghafal, membaca, menelaah, berijtihad) maka
hatinya akan penuh ilmu pengetahuan.42
Kunci yang kita perlukan dalam program
hafalan yang lama khususnya dalam menghafal al-Qur’a>n semakna dengan
pepatah, “tetesan air bisa melubangi batu”. Pepatah ini memberikan isyarat bahwa
sesuatu yang kecil yang dilakukan terus menerus, meskipun hanya sedikit akan
memberikan kekuatan dan kekokohan seiring dengan berjalannya waktu. Tetesan
air yang lembut dan lemah ini bisa menimbulkan kekuatan, karena sebab kontinu
dan terus menerus sehingga bisa melubangi batu.43
c. Talaqqi > kepada seorang guru
Talaqqi>, adalah belajar secara langsung kepada seseorang yang ahli dalam
membaca al-Qur’a>n. Musa>fahah, adalah melihat langsung bibir seorang yang ahli
41
Ahsin Wijaya al-H}a>fiz}, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 52. 42
Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asasiyyah wa
Turu>q al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 85. 43
Khalid ibn Abd al-Kari>m al-Lahim, Al-h}ifz} al-Tarbawi li al-Qur’a>n wa Sina>‟ah al-Insa>n terj.
Mengapa Saya Menghafal al-Qur’a>n, 198.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
membaca untuk mengetahui makhraj-makhraj huruf. Menghafal al-Qur’a>n, harus
belajar secara langsung kepada ahli qira‟at dan tajwid.44
Seorang calon hafiz hendaknya berguru (talaqqi >) kepada seorang guru yang
h}a>fiz} al-Qur’a>n, telah mantap agama dan ma‟rifat serta guru yang dikenal mampu
menjaga dirinya. Menghafal al-Qur’a>n tidak diperbolehkan sendiri tanpa seorang
guru, karena di dalam al-Qur‟an banyak terdapat bacaan-bacaan (muskil) yang
tidak bisa dikuasai hanya dengan mempelajari teorinya saja.45
Al-Qur’a>n tidak
sebagaimana kitab-kitab lain yang hanya dengan melihat huruf yang ada di
dalamnya, lalu dibaca sesuai dengan lafaz } masing-masing. Tetapi, membaca dan
menghafal al-Qur’a>n harus belajar secara langsung kepada para ahli qira‟at dan
tajwi>d yang sumber bacaan mereka berasal dari Nabi. Orang yang menghafal al-
Qur’a>n sendiri tanpa belajar kepada para shaykh, pasti akan mendapati kesalahan
dalam bacaannya. Hal itu disebabkan karena mus}h}af uthma>ni> terkadang tidak
dapat dibaca sesuai dengan z}ahir tulisannya, karena itu agar bacaan al-Qur’a>n
benar harus belajar langsung kepada para shaykh.
Sejak semula, al-Qur’a>n diturunkan juga secara talaqqi > dan secara hafalan.
Rasulullah s.a.w menerima al-Qur’a>n, secara talaqqi > dari malaikat Jibri>l dan
beliau mengajarkan kepada sahabat juga secara talaqqi>. Sehubungan dengan itu
belajar al-Qur’a>n harus dengan guru yang memiliki sanad s}ah}i>h yakni guru yang
jelas tertib sanadnya, tidak cacat dan bersambung kepada Rasulullah s.a.w.
Adapun beberapa peran guru dalam proses menghafal al-Qur’a>n, antara lain :
44
Hasan ibn Ahmad ibn Hasan Hamam, Menghafal al-Qur’a>n itu Mudah, 20. 45
Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 32.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
1) Sebagai penjaga kemurnian al-Qur’a>n.
2) Sebagai sanad yang menghubungkan mata rantai sanad sehingga bersambung
kepada Rasulullah s.a.w.
3) Menjaga dan mengembangkan minat menghafal siswa.
4) Shaykh atau guru berperan sebagai pentas}h}i>h hafalan.
5) Mengikuti dan mengevaluasi perkembangan anak asuhnya.46
Menghafal al-Qur’a >n merupakan satu ilmu terpenting yang diistimewakan
Allah, pengajarannya ditempuh dengan perantara lisan dan belajar dari seorang
shaykh yang hafal dan ahli dalam ilmu al-Qur’a>n. Hubungan keterikatan dengan
guru, pengajar merupakan perkara yang sangat penting dalam proses penghafalan
dan dapat menjamin sukses atau tidaknya murid dalam menghafal al-Qur’a >n. Hal
tersebut dikarenakan banyak kata dalam teks al-Qur’a >n, lafaz}nya tidak sama
dengan shakal. Disamping itu, hukum-hukum tajwi>d juga merupakan hukum
sima >‟i > yang tidak dapat dipelajari kecuali dengan talaqqi >. Musa>fah}ah (dari mulut
ke mulut) tidak mungkin mempelajarinya hanya dengan membaca kitab atau
buku-buku yang membahas ilmu tersebut, maka dari itu seorang yang
berkeinginan untuk menghafal al-Qur’a>n apabila tidak mendapatkan seorang
shaykh maka seorang yang ingin menghafal al-Qur’a>n harus berusaha mencari
h}a>fiz} yang mengetahui tentang hukum-hukum tajwi>d dan tila>wah.47
46
Ahsin Wijaya al-H}a>fiz}, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 74. 47
Mustafa Qasim al-Tahtawi, Murshi>du al-Haira>ni> ila > Turu>qi Tah}fi>zi al-Qur’a>n al-Kari>m terj.
Petunjuk Praktis Menghafal al-Qur’a>n menurut Metode Rasulullah dan Para Sahabat, 186.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
Orang yang menuntut ilmu khususnya menghafal al-Qur’a>n, sebaiknya
memilih guru yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Memiliki aqidah yang benar (aqidah ahlu al-sunnah wa al-jama>‟ah).
b) Memiliki kapasitas keilmuan yang tinggi. Menguasai ilmu al-Qur’a>n dengan
sempurna dan detail, bertaqwa, s}ali>h, wara‟ dan hati-hati.
c) Mempunyai kemampuan mentransfer ilmu kepada orang lain.
d) Sangat lancar menghafal al-Qur’a>n.48
d. Metode Tah}fi>z} al-Qur’a >n
1) Bi al-Naz}ar, yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat al-Qur’a >n yang akan
dilihat dengan melihat mus}h}af al-Qur’a >n secara berulang-ulang. Proses bi al-
naza}r ini, hendaknya dilakukan sebanyak mungkin atau empat puluh satu kali
seperti yang biasa dilakukan oleh „ulama terdahulu. Hal ini dilakukan, untuk
memperoleh gambaran menyeluruh tentang lafaz } maupun urutan ayat-ayatnya.
Agar lebih mudah dalam proses menghafal, maka selama proses bi al-naz}ar
diharapkan calon h}a>fiz} juga mempelajari makna dari ayat-ayat tersebut.
Metode lain yang mirip dengan metode bi al-naz}ar adalah metode wahdah,
yang dimaksud metode ini adalah menghafal satu persatu terhadap ayat yang
hendak dihafal. Untuk mencapai hafalan awal setiap ayat bisa dibaca sebanyak
sepuluh kali, dua puluh kali atau lebih. Setelah benar-benar hafal barulah
dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama, demikian
48
Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asasiyyah wa
Turu>q al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 94.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
seterusnya hingga mencapai satu muka atau halaman. Setelah ayat-ayat dalam
satu muka telah dihafalnya, maka gilirannya menghafal urut-urutan ayat dalam
satu muka. Untuk menghafal yang demikian, maka langkah selanjutnya ialah
membaca dan mengulang-ulang lembar tersebut hingga lisan benar-benar
mampu memproduksi ayat-ayat dalam satu muka tersebut secara alami dan
refleks.49
2) Tah}fi>z}, yaitu menghafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat al-Qur’a >n yang telah
dibaca berulang-ulang secara bi al-naz}ar. Misalnya menghafal satu baris,
beberapa kalimat atau sepotong ayat pendek sampai tidak ada kesalahan.
Setelah satu baris atau beberapa kalimat sudah dapat dihafal dengan baik, lalu
ditambah dengan merangkaikan baris atau kalimat berikutnya sehingga
sempurna. Kemudian rangkaian ayat tersebut, diulang kembali sampai benar-
benar hafal. Setelah materi satu ayat telah mampu dihafal secara lancar
kemudian pindah kepada materi berikutnya, begitu seterusnya sampai al-
Qur’a>n dapat dihafal keseluruhan.
3) Takri>r, yaitu mengulang hafalan yang diperdengarkan kepada guru tah}fi>z}.
Takri>r dimaksudkan, agar hafalan yang pernah dihafal tetap terjaga dengan
baik. Selain dengan guru, takri>r juga dilakukan sendiri-sendiri dengan
maksud melancarkan hafalan yang telah dihafal sehingga tidak mudah lupa.
Misalnya, pagi hari untuk menghafal materi hafalan baru dan sore harinya
untuk mentakri>r materi yang telah dihafalkan. Beberapa langkah dalam
mengulang hafalan al-Qur’a>n, adalah :
49
Ahsin Wijaya al-H}a>fiz}, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 63.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
a) Meluangkan waktu sehari atau dua hari dalam seminggu, untuk mengulang
hafalan.
b) Jangan menghafal ayat baru di waktu itu.
c) Ketika mengulang hafalan, tutuplah mus}h}af dan letakkan mus}h}af di depan kita.
Jika ada kesulitan, segeralah buka mus}h}af lalu tutup kembali.
d) Dengarkanlah surah-surah yang telah kita hafal, dari kaset-kaset murattal tanpa
membuka mus}h}af.
e) Tetapkanlah waktu untuk mengulang hafalan dan jangan diubah-ubah. Pilihlah
waktu yang tepat baik setelah s}alat subuh maupun setelah s}alat maghrib,
sebab kedua waktu itulah yang paling tepat.50
Dianjurkan untuk mengulang setiap ayat yang telah dihafal sebanyak dua
puluh lima kali atau lebih dan sebagian „ulama ada yang mengulang-ulang
suatu permasalahan sebanyak seratus kali, ada juga yang mengulang-ulang
sampai empat ratus kali.
4) Tasmi >‟, yaitu memperdengarkan hafalan kepada perseorangan maupun kepada
jama>‟ah. Dengan tasmi >‟ ini, seorang penghafal al-Qur’a>n akan diketahui
kekurangan pada dirinya karena bisa saja ia lengah dalam mengucapkan h}uru>f
atau h}arakat.51 Dengan tasmi >‟, seseorang akan lebih berkonsentrasi dalam
hafalan.
50
Hasan ibn Ahmad ibn Hasan Hamam, Menghafal al-Qur’a>n itu Mudah, 38. 51
Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 52-54.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
Memperdengarkan tasmi >‟ kepada orang lain memiliki beberapa faidah,
diantaranya :
a) Akan bertambah giat dan semangat, jika memiliki seorang pengawas. Setiap
kali teringat bahwa harus memperdengarkan hafalan kepada ustadh, maka akan
bertambah giat untuk menghafal dan berusaha untuk mengulang-ulang hafalan.
b) Tasmi >‟ kepada orang lain merupakan salah satu sebab yang menumbuhkan
ketekunan untuk senantiasa menghafal.
c) Memperbaiki kesalahan-kesalahan dari awal. Hal ini sangat memungkinkan
para penghafal untuk memperdengarkan hafalan pada diri sendiri.
d) Tidak akan lupa pada satu kata, jika melakukan kesalahan. Karena ketika
melakukan tasmi >‟, kesalahan penghafal al-Qur’a>n akan dibetulkan oleh
ustadh dan akan benar-benar terekam dalam pikiran.
e) Ketika seorang penghafal melakukan kesalahan sekali atau dua kali, maka akan
bersungguh-sungguh pada berikutnya agar tidak terjatuh dalam kesalahan yang
sama seperti sebelumnya.
f) Melalui majelis tasmi >‟ akan mendapatkan faidah memahami dan belajar seputar
ilmu al-Qur’a>n seperti hukum tajwi>d, makna kata al-Qur’a>n atau belajar adab
dan akhlaq dari ustadh atau pengajar.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
g) Dengan menunjukkan semangat dan giat menghafal al-Qur’a>n, maka sudah
menjadi seorang penyeru kepada al-Qur’a >n dengan perbuatan dan keadaan.52
Memperdengarkan hafalan ada dua jenis, memperdengarkan diri sendiri dan
memperdengarkan kepada orang lain. Hal tersebut sangat penting dalam
memantapkan hafalan. Memperdengarkan hafalan kepada orang lain melebihi
memperdengarkan terhadap diri sendiri. Diantara metode memperdengarkan
hafalan, yaitu membenarkan secara langsung atau secara perlahan-lahan.
Faidahnya adalah untuk memantapkan hafalan dan mengokohkan sebagian
kekurangan dalam hafalan, termasuk penerapan memperdengarkan hafalan adalah
mendengarkan kaset murattal al-Qur’a>n dengan niat mendengarkan hafalan
pembacanya.53
5) Metode tulisan
Metode ini mensyaratkan para penghafal al-Qur’a>n untuk menuliskan
potongan ayat dengan tangannya sendiri di papan tulis atau di atas kertas dengan
pensil, kemudian menghafalnya dan menghapus secara perlahan untuk pindah ke
potongan yang lain.54
Satu cara lagi yang dapat memudahkan menghafal kitab Allah, adalah
menulis apa yang telah dihafal dari ayat al-Qur’a >n baik di kertas maupun di papan
tulis. Secara ilmiah sudah diketahui, bahwa tangan manusia mempunyai pengaruh
52
Yahya Abd al-Fattah al-Zawawi, Khayru Mu‟in fi H}ifz} al-Qur’a>n al-Kari>m terj. Revolusi
Menghafal al-Qur’a>n, 87. 53
Khalid ibn Abd al-Kari>m al-Lahim, Al-h}ifz} al-Tarbawi li al-Qur’a>n wa Sina>‟ah al-Insa>n terj.
Mengapa Saya Menghafal al-Qur’a>n, 224. 54
Ahmad Salim Badwilan, Cara Mudah Bisa Menghafal al-Qur’a>n, 101.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
terhadap memori dan daya ingat. Sebagaimana ia juga memiliki pengaruh besar
dalam goresan tulisan yang dihasilkan, kesemuanya terekam penuh dalam akal
dan hati.55
Menerapkan metode menulis sangat memberikan faidah dalam
membaguskan tulisan (imla‟), karena benarnya imla‟ diperoleh dengan hafalan
tulisan yang benar terhadap suatu kata.56
6) Metode gabungan
Metode ini merupakan gabungan antara metode wahdah dan metode
kita>bah. Hanya saja, kita>bah disini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba
terhadap ayat-ayat yang telah dihafal. Dalam metode ini seorang penghafal setelah
selesai menghafal ayat yang dihafalnya, kemudian mencoba menuliskan di atas
kertas yang telah disediakan. Jika ia mampu mereproduksi kembali ayat-ayat yang
telah dihafalnya dalam bentuk tulisan, maka bisa melanjutkan kembali untuk
menghafal ayat-ayat berikutnya. Tetapi jika penghafal belum mampu
mereproduksi hafalannya ke dalam tulisan secara baik, maka ia kembali
menghafalkannya sehingga benar-benar mencapai nilai hafalan yang valid
demikian seterusnya. Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi ganda, yakni
berfungsi untuk menghafal dan sekaligus berfungsi untuk pemantapan hafalan.
Pemantapan hafalan dengan cara ini akan baik sekali, karena dengan menulis akan
memberikan kesan visual yang mantab.57
7) Metode tari>qah jama‟
55
Mustafa Qasim al-Tahtawi, Murshi>du al-Haira>ni> ila > Turu>qi Tah}fi>z}i al-Qur’a>n al-Kari>m terj.
Petunjuk Praktis Menghafal al-Qur’a>n menurut Metode Rasulullah dan Para Sahabat, 203. 56
Khalid ibn Abd al-Kari>m al-Lahim, Al-h}ifz} al-Tarbawi li al-Qur’a>n wa Sina>‟ah al-Insa>n terj.
Mengapa Saya Menghafal al-Qur’a>n, 202. 57
Ahsin Wijaya al-H}a>fiz}, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 65.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
Yang dimaksud dengan metode ini adalah cara menghafal yang dilakukan
secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif atau bersama-
sama dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama, instruktur membacakan satu ayat
atau beberapa ayat dan siswa menirukan secara bersama-sama. Kemudian,
instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat tersebut dan
siswa mengikutinya. Setelah ayat-ayat itu dapat dibaca dengan baik dan benar,
selanjutnya mengikuti bacaan instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba
melepaskan mushaf (tanpa melihat mus}h}af) demikian seterusnya sehingga ayat-
ayat yang sedang dihafal benar-benar masuk dalam bayangan. Setelah semua
siswa hafal, barulah diteruskan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama.
Cara ini termasuk metode yang baik untuk dikembangkan, karena dapat
menghilangkan kejenuhan disamping akan banyak membantu menghidupkan daya
ingat terhadap ayat-ayat yang dihafalkannya.58
8) Metode Uzbekistan
Ada beberapa langkah dalam menggunakan metode Uzbekistan, yaitu :
a) Siswa menyetorkan hafalan dari awal al-Qur’a >n kepada shaykh.
b) Shaykh menyuruh mengulang tiga ratus kali dengan mus}h}af.
c) Apabila telah mengulang tiga ratus kali, maka seorang penghafal al-Qur’a>n
harus menghafalkannya dihadapan shaykh. Jika telah menghafalkan dengan
baik, maka dilanjutkan menghafalkan halaman berikutnya dengan cara yang
sama. 58
Ibid., 66.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
d) Apabila telah hafal al-Qur’a>n secara sempurna, maka shaykh menyuruh
membaca hafalan sebanyak seratus lima puluh kali khatam al-Qur’a >n.
e) Apabila telah menyelesaikan semua, maka ia diberi gelar h}a>fiz}. Orang yang
sudah menyelesaikan tahapan ini, lidahnya sudah lancar dan terbiasa dengan
al-Qur’a >n.59
9) Metode Turki
Turki mempunyai metode dalam membaca al-Qur’a>n yang perlu
diperhatikan. Langkah-langkahnya antara lain :
a) Membiasakan anak membaca al-Qur’a >n dengan melihat mus}h}af, dimulai
dengan mengajarkan cara membaca al-Qur’a >n dengan baik dan benar.
b) Menghafal dengan menggunakan mushaf h}uffa>z}, yang membagi mus}h}af satu
juz menjadi dua puluh halaman dan setiap halaman menjadi lima belas baris.
c) Menghafal halaman terakhir pada juz pertama. Pada hari kedua ia menghafal
halaman sebelum terakhir juz dua. Demikian selanjutnya hingga sebulan
penuh, sehingga hafal tiga puluh halaman dan akhirnya hafal tiga puluh juz.60
10) Metode menghafal berdua
Jika seorang ingin menghafal al-Qur’a>n dengan metode menghafal berdua,
maka harus melalui tahapan-tahapan berikut :
59
Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asasiyyah wa Turu>q
al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 166. 60
Ibid., 167.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
a) Memilih sahabat yang mempunyai kepentingan sama dan buat perjanjian untuk
saling mensima‟ hafalan.
b) Bersepakat untuk mulai menghafal salah satu surah.
c) Membuka mushaf masing-masing, kemudian salah satu membaca dan yang lain
mendengarkan dengan memperhatikan mus}h}af masing-masing. Kemudian
mengulangnya dengan melihat mus}h}af salah satu mulai menghafalnya dan
yang satu lagi mendengarkan (dilakukan secara bergantian).
d) Mulai proses mengikat akhir ayat dengan awal ayat, sehingga masing-masing
berdua merasa sudah sangat hafal.
e) Menguji pasangan masing-masing secara bergantian (seperti ustad dengan
murid), menulis kesalahan masing-masing dan menginformasikan letak
kesalahan masing-masing. Sehingga tidak mengalami kesalahan untuk kedua
kalinya.61
3. Evaluasi Pembelajaran Tah}fi>z}
a. Memelihara hafalan
1) Memelihara hafalan bagi yang belum khatam
Pada dasarnya seorang yang menghafal al-Qur’a>n, harus berprinsip yang
sudah dihafal tidak boleh lupa lagi. Untuk bisa demikian, selain harus benar-benar
61
Ibid., 118.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
baik sewaktu menghafalnya juga harus menjaga hafalannya yaitu dengan cara
mengulang-ulang (takri>r) hafalan sambil menambah hafalan baru.
a) Takri>r sendiri
Seseorang yang menghafal, harus bisa memanfaatkan waktu untuk takri>r
atau untuk menambah hafalan. Hafalan yang baru harus selalu ditakri>r, minimal
setiap hari dua kali dalam jangka waktu satu minggu. Sedangkan hafalan yang
lama harus ditakri>r setiap hari atau dua hari sekali, artinya semakin banyak
hafalan harus semakin banyak pula waktu yang dipergunakan untuk takri>r.62
b) Takri>r dalam s}alat
Seseorang yang menghafal al-Qur’a>n, hendaknya bisa memanfaatkan
hafalannya sebagai bacaan dalam s}alat baik sebagai imam atau untuk s}alat
sendiri. Selain menambah keutamaan, cara demikian juga akan menambah
kemantapan hafalan.63
Metode mengulang pada waktu salat sangat bervariasi, ada
yang melakukannya ketika salat malam ada juga yang melakukan ketika s}alat
tara>wi>h.
c) Takri>r bersama
Seseorang yang menghafal perlu melakukan takri>r bersama dengan dua
teman atau lebih. Dalam takri>r ini setiap orang membaca materi takri>r yang
ditetapkan secara bergantian dan ketika seorang membaca, maka yang lain
mendengarkan. Takri>r bersama teman dilakukan bersama teman yang juga hafal
62
Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 68. 63
Ibid., 69.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
al-Qur’a >n, metode ini caranya adalah membaca berulang-ulang bersama teman
tersebut setiap hari satu halaman dan meninggalkan halaman yang lama pada hari
berikutnya. Setiap menghafal halaman baru, penghafal harus mengulang hafalan
yang lalu sehingga penghafal mengulang-ulang halaman yang banyak.64
Sistem
belajar berdua ini disebut sistem mu‟aradah yaitu saling mendengarkan hafalan
dengan cara duduk bersama saudara yang telah hafal sebagaimana yang kita hafal
kemudian membacakan kepadanya dua, tiga rubu‟ atau sesuai kesepakatan. Lalu
mengikuti bacaannya dengan mushaf, demikian seterusnya sampai selesai. Cara
belajar inilah, yang dipraktekkan dan dicontohkan oleh Jibril dan Nabi
Muhammad s.a.w.65
d) Takri>r di hadapan guru
Seseorang yang menghafal al-Qur’a>n harus selalu menghadap guru untuk
takri>r hafalan yang sudah diajukan, materi takri>r yang dibaca harus lebih banyak
dari materi hafalan yang baru. Yaitu satu banding sepuluh artinya apabila seorang
penghafal sanggup mengajukan hafalan baru setiap hari dua halaman, maka harus
diimbangi dengan takri>r dua puluh halaman.66
Diantara metode yang dilakukan guru dalam mensima‟ murid yang
menghafal al-Qur’a >n adalah guru mensima‟ lebih dari satu siswa, hal tersebut
dilakukan dengan cara seorang shaykh menyuruh kepada siswanya (tiga atau
64
Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asasiyyah wa
Turu>q al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 186. 65
Mustafa Qasim al-Tahtawi, Murshi>du al-Haira>ni> ila > Turu>qi Tah}fi>zi al-Qur’a>n al-Kari>m terj.
Petunjuk Praktis Menghafal al-Qur’a>n menurut Metode Rasulullah dan Para Sahabat, 212. 66
Sa‟dullah, 9 Cara Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 69.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
empat siswa) untuk mengulang. Maka mereka membacanya bersama-sama dan
mereka masing-masing mengulang satu surah yang berbeda dengan surah yang
dihafal orang yang kedua, dengan suara sedang. Akan tetapi shaykh dapat
mensima‟ masing-masing anak, bahkan dapat meluruskan kesalahan mereka tanpa
terjadi kekhilafan. Hal tersebut karena hafalan shaykh benar-benar kuat.67
2) Memelihara hafalan yang sudah khatam tiga puluh juz
a) Istiqa>mah takri>r al-Qur‟an di dalam s}alat.
Yang dimaksud istiqa>mah takri>r al-Qur’a >n di dalam s}alat yaitu yang
dilakukannya baik s}alat wajib atau sunnah selalu memakai ayat-ayat al-Qur’a>n
dari surah al-Baqarah sampai surah al-Na>s secara berurutan.
b) Istiqa>mah takri>r al-Qur’a>n di luar s}alat.
Membaca al-Qur’a >n di luar waktu salat berarti membaca al-Qur’a >n tidak
dalam keadaan s}alat, baik s}alat lima waktu maupun s}alat sunnah.
Takri>r bisa dilakukan pada waktu sebelum tidur, tengah malam setelah s}alat
tahajjud. Bagi seseorang yang telah menyandang gelar h}a>fiz} atau h}a>fiz}ah,
istiqa>mah dalam membaca al-Qur’a>n tentunya harus pandai mengatur waktu
dengan sebaik-baiknya. Jadikan al-Qur’a>n sebagai kebutuhan pokok yang tidak
bisa ditinggalkan setiap waktu, setiap saat dan kesempatan. Sebagaimana jasmani
kita membutuhkan makan dan minum setiap hari, begitu juga rohani kita
membutuhkan makan dan minuman berupa membaca al-Qur’a>n dan siraman
67
Yahya ibn Muhammad Abd al-Razaq, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n Qawa >‟id al-Asasiyyah wa
Turu>q al-Ilmiyah terj. Metode Praktis Menghafal al-Qur’a>n, 190.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
rohani. Artinya, dua kebutuhan pokok rohani tersebut sudah semestinya dipenuhi
menurut takaran dan ukuran masing-masing sesuai kemampuan.
Adapun takri>r di luar s}alat dapat dilakukan dengan cara :
a) Khatam seminggu sekali
b) Khatam dua minggu sekali
c) Khatam sebulan sekali
d) Sering mengikuti sima >‟an atau tasmi >‟
e) Mengikuti perlombaan atau musa>baqah h}ifz} al-Qur’a>n.
Mura>ja’ah hafalan sendirian dilakukan seorang h}a>fiz} al-Qur’a>n setiap hari.
Dalam mura>ja’ah sendiri, dilakukan dengan membagi al-Qur’a>n menjadi beberapa
bagian yang dapat dikhatamkan dalam jangka waktu tertentu. Beberapa metode
dalam mengulang hafalan sendirian, yaitu :
a) Seperenam, yakni membaca setiap hari sebanyak lima juz al-Qur’a>n al-Kari>m.
Dengan ini dapat mengkhatamkan al-Qur’a >n dalam waktu enam hari sekali.
b) Sepertujuh, yaitu dengan cara membagi al-Qur’a>n menjadi tujuh bagian
sebagaimana yang lazim dilakukan oleh para sahabat, para tabi‟in dan para
„ulama setelah mereka. Dengan pembagian ini dapat mengkhatamkan al-
Qur’a>n dalam masa tujuh hari.
c) Khatam sepuluh hari, yaitu dengan cara membaca setiap hari tiga juz al-Qur’a>n.
Dengan ini akan mengkhatamkan al-Qur’a >n dalam masa sepuluh hari.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
d) Khatam lima belas hari, yaitu setiap hari membaca dua juz al-Qur’a>n.
e) Khatam tiap bulan, setiap hari membaca satu juz al-Qur’a>n.
f) Khatam empat puluh hari, dalam setiap hari membaca sebanyak seratus lima
puluh lima sampai seratus lima puluh enam ayat. Dengan ini akan mampu
mengkhatamkan al-Qur’a>n dalam masa empat puluh hari.68
b. Beberapa upaya dalam melestarikan hafalan al-Qur’a>n
1) Yang dilakukan Rasulullah s.a.w.
Dalam proses pemeliharaan terhadap al-Qur’a>n yang diterima Rasulullah
s.a.w selalu mencocokkan hafalan kepada malaikat Jibri>l pada setiap bulan
ramad}an.
2) Yang dilakukan para sahabat.
Diantara para sahabat yang membaca al-Qur’a>n ada yang satu kali khatam
dalam dua hari, ada yang satu malam sekali khatam. Ada yang satu hari satu
malam sekali khatam, ada pula yang satu minggu sekali khatam atau dua kali
khatam. Namun yang paling banyak adalah satu minggu satu kali khatam,
walaupun ada yang satu bulan atau dua bulan hanya satu kali khatam.
3) Yang dilakukan „ulama muta’akhiri >n.
Kebanyakan „ulama di Indonesia, mengkhatamkan al-Qur’a>n dengan
mengambil masa satu minggu sekali khatam. Diantara mereka itu adalah KH.
68
Mustafa Qasim al-Tahtawi, Murshi>du al-Haira>ni> ila > Turu>qi Tah}fi>z}i al-Qur’a>n al-Kari>m terj.
Petunjuk Praktis Menghafal al-Qur’a>n menurut Metode Rasulullah dan Para S}ahabat, 208.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
Idris Kamali (Cirebon), KH. Adlan Ali (Tebuireng), KH. Zaini Miftah (Madura)
dan lain sebagainya.
Ada beberapa metode dalam mura>ja’ah hafalan :
a) Takhmi>s al-Qur’a>n, yaitu mengkhatamkan al-Qur’a>n setiap lima hari.
b) Tasbi >‟ al-Qur’a>n, yaitu mengkhatamkan al-Qur’a>n setiap seminggu sekali.
c) Mengkhatamkan al-Qur’a>n setiap sepuluh hari sekali.
d) Mengkhususkan dan mengulang-ulang (satu juz) selama seminggu, sambil
terus melakukan mura>ja’ah secara umum.
e) Mengkhatamkan mura>ja’ah hafalan al-Qur’a >n setiap bulan sekali.
f) Mengkhatamkan dengan dua metode. Pertama, dengan menggunakan metode
mengkhatamkan mura>ja’ah setiap bulan. Kedua, menghafal dengan metode
keempat yaitu berkonsentrasi terhadap juz tertentu.
g) Mengkhatamkan saat s}alat.
h) Konsentrasi melakukan mura>ja’ah terhadap lima juz terlebih dahulu dan
mengulang-ulangnya pada waktu yang ditentukan.69
c. Kaidah melakukan mura>ja’ah
Kaidah dalam melakukan mura>ja’ah sesuai untuk mereka yang belum
khatam dan ingin memantapkan juz-juz tertentu, adalah :
69
Amjad Qasim, Kayfa Tah}faz}u al-Qur’a>n al-Kari>m fi Shahr terj. Hafal al-Qur’a>n dalam Sebulan
(Solo : Qiblat Press, 2008), 162.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
1) Apabila hafalan berkisar antara satu sampai sepuluh juz, maka harus
melakukan mura>ja’ah terhadap semua yang telah dihafal dalam waktu
seminggu.
2) Apabila hafalan berkisar antara sepuluh sampai lima belas juz, maka harus
melakukan mura>ja’ah terhadap semua yang telah dihafal dalam waktu dua
minggu.
3) Apabila hafalan berkisar antara lima belas sampai dua puluh juz, maka harus
melakukan mura>ja’ah terhadap semua yang telah dihafal dalam waktu tiga
minggu.
Apabila hafalan berkisar antara dua puluh sampai tiga puluh juz, maka
harus melakukan mura>ja’ah terhadap semua yang dihafal dalam waktu sebulan.70
D. Perbedaan Siswa dari Sekolah Umum dan Siswa Sekolah Keagamaan
Pada dasarnya, perolehan pendidikan agama di sekolah umum lebih sedikit
dibandingkan dengan sekolah agama. Pada sekolah umum SMP atau SMA bidang
studi sebanyak sebelas atau dua belas bidang studi, tetapi di MTs atau MA bidang
studi ada sebanyak sembilan belas sampai dua puluh bidang studi dan kelebihan
tersebut memuat materi tentang agama. Di madrasah, jenis dan jumlah mata
pelajaran yang ditawarkan lebih kompleks disbanding sekolah umum ditambah
bidang studi keagamaan. Materi pendidikan agama di madrasah ataupun sekolah
keagamaan berdasarkan kurikulum yang berlaku meliputi al-Qur’a>n hadith,
aqidah akhlaq, fiqh, sejarah peradaban Islam dan bahasa arab. Sedangkan untuk
70
Ibid., 164.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
sekolah umum lebih menitikberatkan pada ilmu-ilmu fisika, ilmu-ilmu biologi
(MIPA), ilmu sosial dan pengetahuan budaya sedangkan ilmu agama hanya
diberikan secara umum saja.
Hal tersebut sangat mempengaruhi kualitas out put siswa, dimana
logikanya siswa yang berlatar belakang sekolah agama akan lebih mengerti
tentang agama. Misalnya seperti lebih bisa membaca al-Qur’a >n dengan lancar,
baik dan benar, memiliki akhlaq yang lebih baik daripada siswa sekolah umum.
Menurut hasil penelitian Puslitbang Departemen Agama dilihat dari
kualitas kepribadian menunjukkan bahwa pada umumnya lulusan madrasah
menunjukkan sikap pengabdian, kejujuran, kesabaran dan akhlaq relatif lebih baik
dibandingkan dengan lulusan sekolah umum. Norma dan nilai agama yang
didapat di sekolah nampak berkorelasi dengan sikap-sikap tersebut.
Selain sikap kepemimpinan dan kemandirian (enterpreneurship) pada
umumnya juga lebih menonjol.71
E. Sharat-Sharat Menghafal al-Qur’a>n
Menghafal al-Qur’a>n bukanlah suatu ketentuan hukum yang harus
dilakukan oleh setiap orang yang memeluk agama Islam. Oleh karena itu ia tidak
memiliki sharat-sharat yang mengikat sebagaimana ketentuan hukum. Sharat-
sharat yang ada harus dimiliki seorang calon penghafal al-Qur’a>n adalah sharat-
71
Chairul Fuad Yusuf, Inovasi Pendidikan Agama dan Keagamaan (Jakarta: Puslitbang
Pendidikan Agama dan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama, 2006), 357.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
sharat yang berhubungan dengan naluri insaniah semata. Sharat-sharat tersebut
adalah :
1.Niat Ikhlas
Niat yang ikhlas dan matang bagi calon penghafal sangat diperlukan sebab
apabila sesudah adanya niat dari calon penghafal berarti sudah ada hasrat, dan
kalau kemauan sudah tertanam di dalam hati tentu kesulitan apapun yang
menghalanginya akan ditanggulangi. Penghafal al-Qur’a >n yang karena terpaksa
atau dipaksa oleh seseorang atau karena tujuan fasilitas atau materi belaka, banyak
yang tidak berhasil disebabkan karena tidak ada kesadaran dan tanggung jawab
apabila yang memaksa atau menyuruh sudah jenuh maka dia akan jenuh pula
dalam menghafal.
2. Menjauhi Sifat-Sifat Tercela
Sifat tercela (madhmumah) adalah suatu sifat tercela yang harus dijauhi
oleh setiap muslim, terutama dalam menghafal al-Qur’a >n. Sifat madhmumah
sangat besar pengaruhnya terhadap orang-orang yang menghafal al-Qur’a>n,
karena al-Qur’a>n adalah kitab suci bagi umat Islam yang tidak boleh dinodai oleh
setiap orang muslim dengan bentuk apapun.
3.Izin Orang Tua atau Wali
Izin orang tua atau wali ini juga ikut menentukan keberhasilan menghafal
al-Qur’a >n, apabila orang tua atau wali sudah memberi izin terhadap anak untuk
menghafal al-Qur’a >n berarti sudah mendapatkan keberhasilan menggunakan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
waktu dan rela menggunakan waktunya tidak untuk kepentingan lain kecuali
hanya untuk menghafal.
4. Istiqa>mah
Istiqa>mah dalam arti disiplin segalanya termasuk disiplin terhadap materi-
materi yang hafalannya sangat diperlukan. Dengan disiplin waktu ini dituntut
untuk jujur, konsekwen dan tanggung jawab. Tidak akan berhenti menghafal al-
Qur‟a>n sebelum berhasil menghafalnya.
F. Problematika Menghafal al-Qur’a >n
Sebagaimana menggeluti dan memahami bidang ilmu pengetahuan,
mendalami bidang ilmu pengetahuan, menghafal juga mempunyai problem dan
hambatan yang tidak jauh berbeda dengan hambatan yang biasa dihadapi pencari
ilmu. Menghafal al-Qur‟a>n laksana menyeberangi samudra yang luas dan lebar,
oleh karena itu seseorang yang tidak kuat mental akan merasa ketakutan dan
mundur sebelum melangkah. Untuk itu mental perlu dipersiapkan sungguh-
sungguh.
Adapun kendala dan hambatan yang sering dirasakan oleh para penghafal
al-Qur’a >n, antara lain :
1.Ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
Lupa adalah lawan dari ingat, al-Jurjani mengatakan bahwa lupa adalah
suasana tidak ingat yang bukan keadaan mengantuk atau tidur.72
Jumhur ulama
mengatakan bahwa lupa adalah tidak ingat akan suatu pengetahuan.
Lupa merupakan suatu problem yang tidak hanya dialami oleh sebagian
kecil penghafal al-Qur’a >n, namun hampir seluruh para penghafal al-Qur’a>n
mengalaminya. Hal yang biasa terjadi adalah bahwa ayat di pagi hari yang telah
dihafal dengan lancar, namun saat mengerjakan soal suatu yang lain sore harinya
sudah tidak membekas, bahkan bila dicoba langsung diperdengarkan pada guru
pembimbing satu ayatpun tidak ada yang terbayang.
Ahli psikologi Ebbinghaus merupakan salah seorang pioneer yang
menyelidiki persoalan ingatan. Hasil percobaan menunjukkan, sebagaimana
dikutip oleh Ilham Agus bahwa sesudah satu jam 50% dari bahan yang telah
dipelajari dilupakan, sesudah sembilan jam 8% lagi yang dilupakan, sesudah dua
hari tambah lagi 6% yang dilupakan dan sesudah satu bulan tambah lagi 7% lagi
dengan kata lain 70% dari jumlah yang dilupakan dalam sebulan terjadi pada satu
jam pertama (50/71X100%). Jadi alangkah lebih ekonomis bila secepat mungkin
kita menyegarkan ingatan tanpa menunggu lebih lama lagi.73
Dengan demikian
solusi yang harus dilakukan adalah, tidak meninggalkan hafalan baru terlalu lama
karena hafalan baru sangat mudah hilang.
2. Banyaknya ayat yang serupa
72
Ahmad Yaman Syamsudin, Cara Mudah Menghafal al-Qur’a>n, Cet I (Sukoharjo : Insan Kamil,
2007), 83. 73
Ilham Agus Suyanto, Kiat Praktis Menghafal al-Qur’a>n (Bandung : Mujahid Press, 2004), 101.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
Dalam menghafal al-Qur’a>n banyak terdapat ayat serupa, akan tetapi tidak
sama maksudnya. Pada awalnya sama tetapi pada pertengahan atau akhir ayatnya
berbeda, atau sebaliknya pada awalan tidak sama akan tetapi pada pertengahan
atau akhir ayatnya sama, seperti contoh :
Surat al-Mukminun : 8374
هق ع ؤ و قلن ا واإ طروأله
Surat an-Naml : 6875
هق ع و ؤ قلن ا واإ طروأله
Adapun cara penyelesaiannya adalah dengan cara memberi catatan pinggir
pada al-Qur’a >n yang dipakai untuk menghafal bahwa ayat tersebut sama halaman
sekian atau surat apa, juz berapa dan ayat berapa, kemudian ayat-ayat yang serupa
tersebut diberi garis apabila perlu.76
3. Ada rasa bosan karena rutinitas yang terus menerus
Hal ini bisa diantisipasi dengan melaksanakan aktifitas lain yang bisa
menghilangkan kebosanan atau aktifitas-aktifitas yang variatif sebagai penyela
dan apabila rasa bosan pudar maka bisa dilanjutkan rutinitas menghafal tersebut.77
4. Sukar menghafal
74
Al-Qur’a>n, 23 (al-Mukminu>n): 83. 75
Al-Qur’a>n, 27 (an-Naml): 68. 76
Mengenai ayat-ayat yang serupa, sekarang sudah diterbitkan beberapa buku yang membahas
mengenai keserupaan ayat-ayat al-Qur’a>n untuk lebih memudahkan dalam menghafal. Sebagai
contoh adalah tulisan M. Fatoni Dimyati, Ensiklopedi al-Qur’a>n (Jombang: PP. Madrasah al-
Qur’a>n). 77
Agus, Kiat Praktis, 100.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
Keadaan seperti ini bisa terjadi karena beberapa faktor antara lain tingkat
intelegensi quisioner (IQ) yang rendah atau sedang kacau, badan kurang sehat
atau tidak fres, kondisi di sekitar sedang gaduh sehingga sulit untuk
berkonsentrasi dan lain-lain. Persoalan ini sebenarnya bisa diantisipasi sendiri
oleh penghafal, karena dialah yang paling mengerti akan dirinya.78
5. Gangguan asmara
Persoalan ini muncul karena kebanyakan penghafal itu berada pada usia
pubertas (aqi>l bali>gh), sehingga mulai tertarik pada lawan jenis. Hal ini akan
mengganggu aktifitas dalam menghafal, sering membicarakan lawan jenis, bahkan
sampai berkirim surat. Sebenarnya hal ini wajar karena proses alamiah yang
muncul pada pubertas tersebut, namun akan mempengaruhi keberhasilan dalam
menghafal. Persoalan ini bisa diantisipasi dengan tidak membiarkan pergaulan
secara bebas dengan lawan jenisnya, atau dipalingkan pada kegiatan-kegiatan
yang lebih bermanfaat seperti membaca buku ilmu pengetahuan, olahraga dan
lain-lain.79
6. Melemahnya semangat menghafal al-Qur’a >n
Hal ini biasanya terjadi pada waktu menghafal berada pada juz-juz
pertengahan. Ini disebabkan santri melihat pekerjaan yang harus digarap masih
panjang, untuk mengantisipasinya dengan kesabaran yang terus menerus dengan
menekankan pada keyakinan atau optimis kalau pekerjaan ini akan berangsur-
78
Ibid., 101. 79
Ibid., 102.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
angsur bisa terlewati dan sampai khatam. Sebagaimana seorang pendaki gunung
yang pada mulanya terasa berat, karena terbiasa menjadi ringan.80
7. Tidak istiqa>mah
Persoalan ini sering dihadapi oleh para penghafal al-Qur’a >n. Hal ini
penyebabnya antara lain pengaruh teman-teman yang bukan penghafal al-Qur’a>n
untuk mengadakan aktifitas yang tidak ada kaitannya dengan belajar, sehingga
waktu yang terbuang, adakalanya juga penghafal al-Qur’a>n yang mempunyai
tingkat IQ sedang atau rendah terpengaruh dengan cara dan pola penghafal yang
memiliki tingkat IQ tinggi yang membutuhkan waktu sebentar dalam menghafal.
Untuk mengantisipasi ini kembali pada tingkat kesadaran penghafal itu sendiri
dan arahan atau bimbingan guru.81
G. Teknik Menjaga Hafalan al-Qur’a>n
Adapun upaya untuk menjaga hafalan al-Qur’a>n agar tidak mudah lupa
dan hilang, maka dibutuhkan beberapa teknik yaitu :
1.Materi yang sudah dihafal hendaknya diperdengarkan atau disima‟kan kepada
orang lain yang ahli seperti guru atau teman dan jangan mempercayai diri
sendiri karena kerap kali sering salah, Nabi Muhammad s.a.w sendiri disima‟
hafalannya oleh Malaikat Jibri>l setiap tahun di bulan Ramad}an.
2.Untuk memperkokoh hafalan yang ada perlu diulang-ulang pada waktu s}alat
sendirian, menjadi imam dalam s}alat berjama >‟ah atau para penghafal lainnya
80
Ibid., 104. 81
Ibid., 106.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
secara darusan (muda>rasah) yang menjadikan kita aktif dalam membaca. Kalau
hafalan sudah betul-betul melekat sebagaimana hafal surat al-Fa>tih}ah, maka
sulit akan lupa lagi.
3.Lakukan proses menghafal secara istiqa>mah tanpa ada rasa jeda (bosan) kecuali
pada saat-saat istirahat. Karena sesekali ditinggalkan suasananya akan menjadi
baru, dan ini merupakan pekerjaan tersendiri. Dengan kata lain perlu tekun dan
istiqa>mah tanpa mengenal lelah.
4. Usahakan tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama, karena akan
mengganggu pikiran sehingga konsentrasi terhadap hafalan akan hilang.
5. Lakukan hafalan dengan konsentrasi penuh pada hafalan, karena apabila tidak
dengan konsentrasi maka akan memakan waktu yang lama.
6. Dengan mempelajari tafsir atau terjemah, hal ini akan membantu melekatkan
hafalan.
7. Bagi yang sudah hafal al-Qur’a>n sekitar 15 juz, maka harus mencari waktu
luang untuk muda>rasah secara terencana dan teratur. Maka perlu diadakan
target khataman al-Qur‟an, seperti dalam seminggu sekali harus khatam.82
82
Anas Ahmad Kanzun, 15 Kiat Menghafal al-Qur’a >n (Bandung : Miskat, 2004), 9-25.