BAB II KAJIAN TEORI A. Angsa - abstrak.uns.ac.id · Bentuk dan struktur tubuh angsa terdiri dari...
Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Angsa - abstrak.uns.ac.id · Bentuk dan struktur tubuh angsa terdiri dari...
5
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Angsa
Angsa merupakan salah satu jenis burung air yang berukuran besar di dunia.
Angsa adalah jenis hewan yang bisa hidup di dua lingkungan. Ukuran tubuh angsa
lebih besar daripada bebek ataupun bangau. Hewan ini mempunyai tujuh spesies
yang berlainan, sehingga menambah ragam jenis hewan ini. Angsa juga disebut-
sebut hewan yang bisa hidup di tiga lingkungan alam yaitu udara, darat, dan air
karena angsa dapat terbang, berjalan, dan berenang (Wong Comic, 2010: 3).
Angsa memiliki kaki yang berselaput dan berfungsi untuk berenang. Sayap
angsa apabila dibentangkan dapat mencapai tiga meter. Paruh angsa yang lebar
berfungsi untuk memakan tumbuhan air, sedangkan leher angsa yang panjang
berfungsi untuk membantu angsa memperoleh makanan di tempat yang sulit meraih
makanannya (Nunung Nurhayati, 2013:5).
Ciri-ciri fisik species angsa juga beragam. Hal itu disebabkan oleh habitat dan
bagaimana angsa beradaptasi terhadap lingkungannya. Species angsa yang tinggal di
wilayah belahan Bumi Utara memiliki bulu yang berwarna putih. Bagi angsa yang
hidup di belahan Bumi Selatan mempunyai bulu dengan warna hitam dan warna
putih. Di Australia, ada jenis angsa yang berbulu hitam di bagian tubuhnya. Angsa
tersebut biasa disebut angsa hitam Australia atau nama genusnya Cygnus atratus.
Bentuk dan struktur tubuh angsa terdiri dari paruh, memiliki leher panjang, berbadan
besar, memiliki sayap besar dan panjang, memiliki kaki yang berselaput untuk
berenang di daerah perairan (Wong Comic, 2010: 5-8).
6
Habitat asli angsa berada di sungai serta daratan, akan tetapi bisa dijelaskan
lebih spesifik jika angsa pada umumnya hidup dan berkembang di daerah beriklim
sedang, sehingga angsa jarang ditemukan di wilayah tropis. Daerah yang memiliki
iklim sedang berada di belahan Bumi Utara seperti Australia serta Selandia Baru,
belahan Bumi Selatan seperti di Amerika Selatan dan Afrika. Angsa jarang
ditemukan di wilayah tropis, karena iklim tropis terlalu panas untuk kelangsungan
hidupnya, sehingga angsa-angsa tersebut akan segera bermutasi jika berada di
wilayah daerah tropis (Wong Comic, 2010: 4).
Pada saat angsa berenang di permukaan air, mereka memakan tumbuhan
dengan memasukkan kepalanya ke dalam air. Jika mereka sedang berada di daratan,
mereka memakan rumput dan biji-bijian (Neil Ardley, 1974:36-37). Angsa mampu
bertahan hidup sampai 20 tahun. Salah satu cara angsa untuk membantu
pencernaannya adalah dengan menelan batu. Induk angsa biasanya memiliki tiga
sampai delapan telur dan jika ada bahaya induk angsa selalu menjaga telurnya
sampai menetas (Nunung Nurhayati, 2013:5). Angsa sangat agresif dalam
melindungi anak-anaknya. Jika mereka mendapati manusia mencoba mendekati
sarang atau anak-anaknya, maka angsa ini akan seketika mengejar dan menyerang
tanpa ampun (Ensiklopedia Fauna 2, 2013:61).
Pada saat bermigrasi, angsa-angsa tersebut terbang bersama kawanan-
kawanannya dan membentuk huruf “V”. Pada posisi terbang kawanan angsa yang
membentuk formasi huruf “V” dapat menunjang keselamatan mereka pada saat
terbang bersama. Kepakan sayap pada angsa di posisi paling depan dapat
memberikan tambahan energi bagi angsa yang berada di posisi belakang (Wong
Comic, 2010: 28-31).
7
B. Ragam Jenis Angsa
1. Angsa Coscoroba (Coscoroba coscoroba)
Angsa jenis Coscoroba (Coscoroba coscoroba) merupakan angsa
terkecil dari ragam jenis angsa yang lainnya. Panjang angsa coscoroba
mencapai 900-1150 mm dengan leher yang relatif pendek. Coscoroba
memiliki bulu putih (kecuali sayap dibagian ujung berwarna hitam) dan
kepala bulat memiliki paruh menyerupai bebek. Leher coscoroba lebih
pendek dari angsa berleher hitam dan biasa disebut diagnostik (Janet Kear,
2005: 220).
Gambar 1. Angsa Coscoroba(Sumber:http://www.planetofbirds.com/Master/ANSERIFORMES/Anatidae/pics/Coscoroba
%20Swan.jpg) diunduh pada 30/11/2014 pukul 20.21 WIB
Angsa jenis coscoroba ini adalah hewan asli dari Amerika Selatan dan
satu habitat dengan angsa berleher hitam. Angsa Coscoroba sering bermigrasi
ke daerah pesisir dan lebih menyukai daerah tersebut. Pesisir tersebut tepat
berada di Tierra Del Fuego dan Kepulauan Falkland sebelah Utara. Angsa
Coscoroba ini bermigrasi ke daerah tersebut dengan melewati beberapa
Negara. Mulai dari habitat aslinya di Brazil, Amerika Selatan, kemudian
lanjut ke Uruguay, Paraguay, Argentina, Chili, dan terakhir di Tierra Del
8
Fuego. Bila angsa Coscoroba ini bermutasi lagi karena perubahan suhu
lingkungan, maka angsa ini akan bermigrasi lagi dari pesisir di Tierra Del
Fuego ke habitat aslinya di Brazil, Amerika Selatan, begitu pula seterusnya.
Selama kawanan angsa ini bermigrasi, mereka tetap melakukan aktivitasnya
seperti melakukan perkawinan dan berkembang biak. Banyak keturunan-
keturunan dari angsa ini yang berkembang biak di daerah-daerah yang dilalui
saat bermigrasi. Keturunan-keturunan angsa Coscoroba banyak di Negara
Argentina bagian selatan dan di Chili. Pada awal abad ke-20 di daerah Chili
bagian selatan dan bagian tengah, jumlah angsa Coscoroba ini mencapai
ratusan ekor karena perkembangbiakan yang pesat. Keturunannya juga
berkembang pesat dan tersebar di Argentina. Pada saat musim dingin di Chili,
angsa Coscoroba ini begitu jarang terlihat karena faktor suhu lingkungan
yang dingin. Ketika terjadi musim dingin seperti ini, maka kawanan angsa ini
bermigrasi lagi ke daerah lain (Janet Kear, 2005:220).
2. Angsa Hitam (Black Swan/ Cygnus atratus)
Angsa hitam (Black Swan/ Cygnus atratus) memiliki leher yang
cukup panjang. Panjang angsa hitam mencapai 1150-1400 mm. Bulu sayap
angsa hitam (Black Swan/ Cygnus atratus) berwarna hitam dan bagian ujung
berwarna putih. Angsa hitam ketika masih peranakan memiliki warna bulu
kelabu, namun warna angsa hitam muda lebih gelap dibandingan angsa putih
yang masih peranakan (Janet Kear, 2005: 223).
9
Gambar 2. Angsa Hitam(Sumber:http://ibc.lynxeds.com/files/pictures/2010_08_09_Cygnus_atratus.JPG) diunduh
pada 30/11/2014 pukul 20.25 WIB.
Angsa hitam ini adalah angsa yang paling unik dan terkenal di Benua
Australia. Kebanyakan dari angsa hitam bertempat tinggal di Benua
Australia, namun sering bermigrasi ke Negara lain untuk beradaptasi dengan
lingkungan. Habitat asli angsa hitam ini berada di Benua Australia bagian
Barat, bagian Timur, dan bagian Tenggara. Habitat angsa hitam juga
ditemukan di daerah Tasmania. Angsa hitam ini berkembang biak dan
menyebar di seluruh Benua Australia, namun hewan ini sangat langka
ditemukan di daerah Benua Australia bagian tengah dan bagian Utara. Ketika
bermutasi, angsa hitam ini mulai bersiap untuk bermigrasi ke daerah lain
seperti Lord Howe dan Kepulauan Norfolk. Terkadang angsa hitam ini
bermigrasi sampai ke daerah Papua Nugini bagian selatan dan Irian Jaya.
Angsa hitam ini dapat bermigrasi sejauh mungkin dimanapun dan kapanpun
sesuai kondisi lingkungan yang cocok. Seorang ilmuwan cuaca dan iklim,
Blakers mengklaim bahwa pernah dilakukan perluasan dan
perkembangbiakan angsa hitam sampai ke daerah Benua Australia bagian
utara sejak 1951. Hal ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan fauna langka
10
di daerah tersebut, khususnya untuk angsa hitam. Tetapi kebanyakan dari
angsa hitam yang sudah berkembang biak di daerah tersebut lebih cepat
bermutasi dan bermigrasi ke daerah Benua Australia bagian Selatan. Hal ini
terbukti bahwa cuaca dan suhu lingkungan di Benua Australia bagian Utara
tidak cocok dengan angsa hitam (Janet Kear, 2005: 223).
3. Angsa Berleher Hitam (Blacknecked Swan/Cygnus melancoryphus)
Angsa berleher hitam (Cygnus melancoryphus) termasuk angsa yang
memiliki warna khas dibandingkan ragam jenis angsa lainnya, meskipun
lebih kecil dari angsa Utara. Panjang angsa ini mencapai 1020-1240 mm.
Bulu putih dengan kepala dan leher berwarna hitam. Angsa berleher hitam
merupakan angsa terbesar dari unggas air Amerika Selatan. Angsa jenis ini
saat sedang terbang, suara sayap akan membuat kebisingan (Janet Kear,
2005: 227-228).
Gambar 3. Angsa Berleher Hitam(Sumber:http://fc02.deviantart.net/fs71/i/2011/316/2/6/cygnus_melancoryphus_by_u
ialwen-d4fyqls.jpg) diunduh pada 30/11/2014 pukul 20.28 WIB.
Angsa berleher hitam termasuk hewan asli dari Amerika Selatan. Di
daerah Amerika Selatan ini angsa berleher hitam beradaptasi dengan
lingkungan yang suhunya mencapai 25O C. Ketika itulah suhu lingkungan
mulai dingin sehingga kawanan angsa ini bermigrasi dari Negara Brazil
11
bagian Tenggara untuk mendarat di Tierra Del Fuego dan Kepulauan
Falkland yang suhu lingkungannya mencapai 54O C. Suhu di Kepulauan
Falkland terasa lebih hangat, sehingga angsa berleher hitam ini dapat
beradaptasi dengan tenang. Berdasarkan jumlah species angsa berleher hitam
ini dikoordinasikan dari 40 situs di Argentina dan Uruguay. Pada akhir Mei
sampai awal Juni 1998, 40 situs di Argentina dan Uruguay ini menyatakan
angsa berleher hitam ditemukan dengan jumlah mencapai 3028 ekor (Janet
Kear, 2005: 228).
4. Angsa Putih (Mute Swan/Cygnus olor)
Angsa putih atau biasa disebut Mute Swan merupakan angsa besar
yang panjangnya mencapai 1450-1600 mm. memiliki warna yang mencolok
berwarna putih. Angsa putih tidak bisa terbang tinggi dan hanya sering
berenang di air. Angsa jenis ini dapat bernyanyi unik dengan suaranya.
Paruhnya berwarna jingga berbasis hitam. Saat belum dewasa warna bulunya
angsa jenis ini lebih coklat dibandingkan angsa peternakan Arktik. Angsa
putih muda tampil jauh lebih pucat berwarna kelabu (Janet Kear, 2005: 231).
Gambar 4. Angsa Putih(Sumber:http://www.nickcable.co.uk/image/36/Mute_Swan_Cygnus_olor.jpg)
diunduh pada 30/11/2014 pukul 20.14 WIB
12
Sejauh ini, belum ada yang mengetahui darimana asal jenis angsa
putih ini. Kawanan angsa putih ini ditemukan ketika sedang bermigrasi dari
Eropa Barat ke Asia Tengah. Angsa putih ini lebih sering bermigrasi di
daerah Laut Kaspia, yang disebabkan karena kondisi musim dingin yang
membeku. Pada tahun 1957 Tice Hurst menyatakan bahwa jenis angsa putih
ini adalah jenis angsa asli dari Inggris. Baru-baru ini, angsa jenis Mute Swan
sedang dikembangbiakan di Mongolia di Gobi Lakes (Janet Kear,2005: 231-
232).
5. Angsa Terompet (Cygnus buccinator)
Angsa terompet memiliki suara menyerupai terompet. Angsa terompet
merupakan angsa terbesar dari semua jenis angsa yang lain, panjang angsa
jenis ini mencapai 1500-1800 mm. Angsa terompet jantan pada umumya
lebih besar dari pada angsa terompet betina dalam setiap kategori usia. Ciri-
ciri angsa terompet yakni besar, mencolok, berwarna putih, berleher panjang,
berkaki pendek, paruh berwarna hitam besar namun terdapat sedikit warna
kuning, dan mata dekat dengan paruh yang berwarna kuning. Angsa jenis ini
hampir sama dengan angsa tundra. Angsa tundra memiliki kepala lebih bulat
dan paruh yang relatif lebih ramping (Janet Kear, 2005: 235).
13
Gambar 5. Angsa Terompet(Sumber: http://www.rickety.us/wp-
content/uploads/2011/12/Beautiful_Trumpeter_Swan.jpg) diunduh pada 30/11/2014 pukul 20.32 WIB.
Kawanan angsa terompet ini berkembang biak lebih banyak di Pusat
Alaska di daerah Kanada. Kawanan angsa tersebut berkembang biak ketika
perjalanan bermigrasi ke Newfoundland bagian Selatan kemudian ke
Carolinas di Amerika Timur. Kawanan angsa terompet ini juga berkembang
biak di daerah Idaho, Oregon, dan California bagian Barat. Musim dingin
yang menyebabkan angsa terompet bermutasi dan mulai melakukan migrasi.
Musim dingin ini terjadi dan meluas dari Alaska bagian Selatan hingga
California bagian selatan, kemudian juga terjadi di Central Florida dan Teluk
Meksiko. Pada abad ke-19, perkembangbiakan angsa terompet makin
berkurang karena proses pemburuan kulit dan bulu angsa terompet. Pada
tahun 1935, jumlah angsa terompet di Amerika Timur berkisar 69 ekor.
Jumlah tersebut belum termasuk perhitungan dari angsa terompet yang masih
hidup di daerah terpencil di Kanada dan Alaska. Perkembangbiakan angsa
terompet mulai meningkat pada tahun 1990. Pada tahun ini ditemukan jumlah
species angsa terompet berkisar 15.360 ekor di Alaska bagian pusat, namun
masih banyak yang terisolasi di beberapa daerah (Janet Kear, 2005: 235).
14
6. Angsa Liar/ Whooper (Cygnus cygnus)
Angsa liar dapat dikatakan angsa yang memiliki ukuran cukup besar
dan panjang. Panjang angsa liar mencapai 1400-1650 mm. angsa liar
memiliki paruh (berbentuk hidung romawi) berwarna kuning berbentuk baji.
Tanda pada paruh memperluas luar pada lubang hidung. Angsa Bewick yang
lebih kecil, cenderung memiliki paruh berwarna kuning muda. Angsa liar
memiliki leher yang relatif panjang, dibandingkan dengan dua spesies lain
(Janet Kear, 2005: 250).
Gambar 6. Angsa Liar(Sumber:http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/bd/Cygnus_cygnus_Re
ykjavik.jpg) diunduh pada 30/11/2014 pukul 20.34 WIB.
Species angsa whooper ini lebih banyak berkembangbiak di daerah
seberang utara Palearctic, Islandia dan Skandinavia Utara, kemudian
bermigrasi ke pantai Pasifik Rusia. Angsa whooper tersebar di empat
populasi di daerah peternakan, yakni di Islandia, Laut Eropa, Rusia bagian
Tengah, dan Rusia bagian Timur. Populasi angsa whooper di Rusia bagian
tengah dibagi lagi menjadi dua musim, yakni musim dingin di daerah laut
hitam atau wilayah Mediterania Timur dan musim dingin di Asia Barat. Bila
kawanan angsa tersebut bergerak dan bermigrasi sejauh manapun kawanan
angsa itu berpindah tempat, tetap tidak akan bisa diketahui. Beberapa
kawanan angsa yang berpindah tempat akan kembali dan terlihat lagi di
15
Norwegia, Denmark dan Belanda. Diketahui sebagian besar kawanan angsa
ini bermigrasi ke Inggris dan Irlandia (Janet Kear, 2005:250).
7. Angsa Tundra (Cygnus columbianus)
Angsa tundra sedikit lebih besar dari angsa bewick. Panjang angsa
tundra mencapai 1200-1500 mm. Proporsi dan bentuk angsa tundra antara
lain, memiliki leher pendek, tubuh gempal dan kepala lebih bulat. Angsa jenis
ini disebut angsa tundra karena pada saat angsa tersebut bermutasi maka
angsa-angsa itu bermigrasi ke daerah yang suhunya lebih rendah atau lebih
dingin seperti di Alaska (Janet Kear, 2005: 239).
Gambar 7. Angsa Tundra(Sumber:http://www.summagallicana.it/lessico/c/Cygnus%20columbianus%20bewic
kii%202.jpg) diunduh pada 30/11/2014 pukul 20.38 WIB.
Species angsa tundra lebih banyak di daerah kutub Utara, Amerika
Utara, tepatnya di Timur Laut Manitoba. Adapun di wilayah laut Yukon,
Alaska, dengan kepadatan tertinggi dipenuhi oleh species angsa tundra di
sungai delta. Ada juga di Kepulauan Aleutian dan Chukota Timur di Siberia
Timur kepadatan jenis angsa ini lebih besar. Hal ini terbukti bahwa penduduk
daerah banyak yang memelihara jenis angsa tersebut (Janet Kear, 2005: 239).
16
C. Teori Simbol (Semiotika) Tentang Warna
Dalam suatu karya seni berdasarkan unsur-unsur di dalamnya, terdapat tanda-
tanda yang dapat diungkapkan melalui pikiran, perasaan, dan sikap. Sebagai sistem
simbol, kesenian berfungsi menata pencerapan manusia yang terlibat di dalamnya,
atau menata ekspresi atau perasaan estetik yang dikaitkan dengan segala ungkapan
aneka ragam perasaan atau emosi manusia (Nooryan Bahari, 2008:105).
Unsur warna dalam ilmu semiotika dapat dijadikan sebuah tanda yang
dimaknai berdasarkan sifatnya (qualisign). Contohnya warna merah yang memiliki
sifat yang menandakan bahaya dan larangan. Terkadang sifat warna merah juga
sebagai tanda cinta, keberanian, panas dan amarah. Warna merah mengingatkan pada
matahari dan bunga mawar. Kemudian warna kuning yang sifatnya terang dapat
dipakai sebagai tanda kehangatan, keramahan, dan optimis yang mengingatkan pada
bulan. Biru berdasarkan sifatnya menunjukkan kedalaman, kesegaran, ketenangan,
dan kebebasan yang mengingatkan pada langit dan laut. Warna hijau menunjukkan
kesegaran, kedamaian, dan ketenangan yang mengingatkan pada lingkungan alam
yang hijau seperti hutan. Putih yang memiliki sifat polos, netral, terang, dan suci
mengingatkan pada awan. Hitam memberikan kesan kejahatan dan kematian namun
juga memberikan kesan kokoh dan abadi. Warna hitam mengingatkan pada batu
(Nooryan Bahari, 2008:113).
Pada karya penulis menggunakan bermacam-macam warna terang dan gelap.
Warna yang digunakan seperti warna merah, biru, kuning, hijau, ungu, jingga, dan
coklat. Penulis mengartikan warna-warna yang digunakan pada karya berdasarkan
pendapat penulis yang tidak jauh dari teori semiotika.
17
Seperti pada karya-karya penulis yang memvisualisasikan warna merah di
dalamnya menandakan pemimpin yang kuat, kehancuran, pemberontakan, suasana
yang panas, berani, dan bersifat pedas. Warna kuning pada karya penulis
menandakan sifat bangga, optimis, dan lingkungan yang damai karena penuh dengan
pencerahan. Warna hijau pada karya penulis menandakan keadaan lingkungan seperti
botani, tumbuh-tumbuhan, penghijauan dan sifat lingkungan tersebut yakni damai
dan harmonis. Warna biru pada karya penulis juga menandakan lingkungan seperti
layaknya sifat air, yakni tenang, dingin, dan menyegarkan. Warna ungu
divisualisasikan pada karya penulis berhubungan dengan spiritual dan ketuhanan
seperti hubungan antara makhluk hidup dengan Tuhan dan juga menandakan rusak
atau lemahnya pikiran. Warna coklat menandakan keadaan yang rusuh dan keributan
juga menandakan nilai positif seperti kekuatan pola pikir yang baik.
D. Komponen Karya Seni
Dalam suatu karya seni terdapat banyak komponen.Komponen-komponen
yang mendukung terbentuknya sebuah karya seni yang terdiri dari subject matter
atau tema, bentuk, dan isi atau arti. Ketiga komponen tersebut sangat penting bagi
proses terciptanya suatu karya seni.
Subject matter atau tema pokok merupakan gagasan yang hendak
dikomunikasikan pencipta karya seni kepada masyarakat atau penikmat seni
(Nooryan Bahari, 2008: 22). Objek-objek atau gagasan yang dipakai dalam berkarya
yang ada dalam sebuah karya seni (Mikke Susanto, 2011: 383). Dalam seni yang
bersifat menggambarkan atau berbentuk, maka temanya adalah alam. Tetapi dalam
seni abstrak yang tidak menggambarkan apa-apa, subject matter atau tema berupa
18
idea atau konsep-konsep intelektual yang lebih sulit dimengerti bila dibangdingkan
dengan tema-tema yang didasarkan atas suatu objek atau fakta (P. Mulyadi, 1998:
28).
Sumber ide atau subject matter dalam penciptaan suatu karya seni
merupakan suatu gagasan yang akan diambil sebagai dasar dalam mewujudkan suatu
karya seni yang memiliki nilai keindahan. Dalam sebuah karya seni, selain yang
bersifat ekspresif spontan, adapula yang bersifat rasional, kelahirannya memerlukan
suatu kalkulasi yang matang (P. Mulyadi, 1998: 39).
Karya yang akan penulis ciptakan merupakan sebuah imajinasi penulis tentang
ketertarikan penulis terhadap keindahan dan bentuk kepala dan leher angsa. Penulis
tertarik untuk membuat tema tentang kepala dan leher angsa dan
memvisualisasikannya ke dalam karya seni grafis dengan teknik cetak saring guna
mengetahui pengertian dan prinsip cetak saring dengan mengetahui berbagai alat dan
bahan dalam cetak saring, sehingga mampu menciptakan karya yang menarik dan
dapat menginspirasi penikmat seni.
E. Unsur-unsur Seni Rupa
Elemen-elemen terpenting dalam suatu karya seni rupa yaitu garis, bangun,
warna, tekstur, cahaya, ruang dan volume. Di bawah ini akan diuraikan secara detail
mengenai elemen-elemen seni rupa.
1. Garis
Garis dimulai dari sebuah titik, merupakan jejak yang ditimbulkan
oleh titik-titik yang berhimpit. Goresan atau sapuan yang sempit dan panjang
19
sehingga membentuk seperti benang dan pita. Wujud suatu garis terdiri dari
garis actual/nyata dan garis ilusif/semu (Arfial Arsad, 1997: 42).
Sedangkan Mikke Susanto dalam bukunya yang berjudul “Diksi
Rupa” menjelaskan bahwa definisi garis adalah:
...perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar. Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah, bisa panjang, pendek, halus melengkung, serta lurus. Hal inilah yang menjadi ukuran garis. Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi, yakni ukuran yang panjang-pendek, tinggi-rendah, besar-kecil, tebal-tipis. Sedangkan arah garis ada tiga: horizontal, vertikal, diagonal, meskipun garis bisa melengkung, bergerigi maupun acak...(Mikke Susanto, 2011: 148).
Gambar 8. Macam-macam garis(Sumber: http://wisnujadmika.files.wordpress.com/2013/02/garis.jpg) diunduh
pada 15/09/2014 pukul 11.37 WIB).
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis menggunakan dua jenis
garis untuk menghasilkan bentuk sesuai visualisasi yang diinginkan penulis.
Garis tersebut adalah garis nyata digunakan untuk menggores dan garis
ekspresif dimunculkan karena spontan dan garis lengkung. Garis pada karya
penulis adalah garis lengkung dibuat untuk menampilkan bagian kepala dan
leher pada angsa.
2. Bidang
Shape adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena pembatasan
sebuah kontur (garis) atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau
20
gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur, bidang bisa menyerupai
wujud alam (figur), dan juga ada yang tidak sama sekali menyerupai wujud
alam (non figur) (Dharsono Sony Kartika & Nanang Ganda Prawira, 2004:
90).
Gambar 9. Macam BidangSumber: Buku Sadjiman Ebdi Sanyoto. “Nirmana”. Tahun 2010, hal. 105
Bidang geometrik dan non geometrik, selain kedua bidang tersebut
terdapat bidang yang bersifat maya, yaitu bidang yang seolah meliuk, bentuk
bidang yang seolah miring membentuk sudut, bentuk bidang yang seolah
bersudut-sudut, dan bentuk bidang gabungan (Sadjiman Ebdi Sunyoto, 2009:
104). Pada karya penulis yang sering dimunculkan adalah bidang biomorphic,
yang sengaja diterapkan penulis untuk membentuk berbagai macam bidang.
3. Warna
Sebuah raut yang ada dalam ruang dibedakan dengan warna yang ada
di sekelilingnya. Warna dalam arti yang luas digunakan, tidak hanya meliputi
21
semua spectrum, tetapi mencakup juga warna netral (hitam, putih, dan deret
kelabu), dan segala ragam nada dan ronanya (Wucius Wong, 1986:3).
Gambar 10. Lingkaran warna(Sumber: http://typografigrafika.blogspot.com/2012/06/teori-warna.html) diunduh
pada 15/09/2014 pukul 12.05 WIB)
Penulis menggunakan warna dari hasil kreatifitas dan imajinasi
penulis (tidak menggunakan warna asli pada objek). Warna yang digunakan
dalam karya penulis menggunakan beragam warna-warna cerah dan gelap
seperti merah, merah muda, jingga, kuning, hijau muda, hijau tua, biru, ungu,
merah muda, dan coklat.
Warna pada background menggunakan dimensi atau susunan warna
dari terang ke gelap dengan teknik dot dengan menyamakan keadaan alam
sekitar, sehingga menghasilkan kesan ruang dan dimensi pada karya tersebut.
4. Tekstur
Tekstur adalah kesan halus dan kasar suatu permukaan lukisan atau
gambar. Tekstur juga dapat diartikan perbedaan tinggi rendahnya permukaan
22
suatu lukisan atau gambar (Nooryan Bahari, 2008:101). Unsur tekstur yang
ditampilkan dalam karya penulis adalah tekstur semu. Tekstur semu ini
muncul karena hasil gelap terang yang muncul dalam karya, sehingga ada
kesan yang berbeda antara penglihatan dan perabaan.
F. Komposisi Dalam Karya Seni
Komposisi adalah kombinasi dari berbagai elemen seni rupa untuk mencapai
integrasi antara garis, warna, bidang, dan unsur-unsur karya seni yang lain untuk
mencapai susunan yang dinamis, termasuk tercapainya keseimbangan yang indah
juga menarik (Mikke Susanto, 2011: 226). Sedangkan menurut Arfial Arsad Hakim
dalam bukunya “Nirmana Dwimatra” menerangkan bahwa komposisi karya seni
dibagi menjadi 4 macam yaitu:
...komposisi terbuka, komposisi tertutup, komposisi piramida, dan komposisi piramida terbalik. Komposisi terbuka, suatu komposisi dalam ruang di mana objek gambar terkesan menyebar, meluas dari pusat bidang. Komposisi tertutup, objek gambar seolah-olah mengumpul, menyempit sehingga terlihat adanya pengelompokkan objek gambar ke dalam pusat bidang atau ruang. Komposisi piramida, komposisi yang peletakan objek gambar dalam suatu bidang komposisi yang membentuk susunan segitiga di mana puncaknya berada di atas. Komposisi piramida terbalik, adalah kebalikan dari komposisi piramida, di mana puncaknya segitiga berada di bawah, sedang alas berda di atas ( Arfial Arsad Hakim, 1997: 37).
Komposisi pada sebagian besar karya penulis menggunakan macam
komposisi terbuka yang menghasilkan karya visual dengan objek gambar yang
meluas dan terkesan menyebar. Selain itu penulis juga menggunakan macam
komposisi tertutup dengan wujud objek gambar yang mengumpul dan menyempit.
23
G. Prinsip Seni Rupa
Penyusunan atau komposisi dari unsur-unsur estetik merupakan prinsip
pengorganisasian unsur dalam disain. Hakekat suatu komposisi yang baik, jika suatu
proses penyusunan unsur pendukung karya seni, senantiasa memperhatikan prinsip-
prinsip komposisi: harmoni (selaras), kontras (perbedaan warna yang mencolok
namun tetap memiliki keindahan), unity (kesatuan), balance(keseimbangan),
simplicity (kesederhanaan), aksentuasi, dan proporsi. Prinsip dasar tersebut kadang
saling terkait satu sama lain, sehingga sulit dipilah-pilah (Dharsono Sony Kartika,
2007:43). Dalam memvisualisasikan karya penulis menggunakan beberapa prinsip
dasar seni rupa, antara lain: kesatuan (unity), keseimbangan (balance), irama (ritme),
harmoni (harmony), dan penekanan (domination)
Prinsip-prinsip dalam seni rupa ini kemudian diterapkan oleh penulis pada
karya cetak saring guna mencapai nilai rasa dan nilai keindahan. Pencapaian
kesatuan (unity) dalam karya penulis adalah penggabungan secara visual antara
bentuk kepala dan leher angsa dengan unsur-unsur visual lain seperti garis, warna,
tekstur maupun komposisi.
Keseimbangan dalam karya penulis menggunakan keseimbangan asimetris
agar karya tersebut tidak terlihat kaku dan terkesan hidup. Penulis juga menggunakan
keseimbangan radial pada beberapa karya lainnya agar memunculkan distorsi pada
karya.
Pada karya grafis yang dihasilkan penulis, ritme muncul dari hasil penerapan
gelap terang warna dan titik-titik pada bagian background sehingga menghasilkan
tekstur semu yang bersifat konsisten dan menampilkan bentuk baru melalui imajinasi
penulis.
24
Harmoni pada karya penulis diciptakan dengan keserasian dan keseimbangan
yang sesuai pada proporsi objek yang tergambar pada karya.
Pada karya seni grafis yang diciptakan penulis terdapat suatu bentuk yang
berbeda, sehingga menghasilkan variasi-variasi bentuk yang baru melalui imajinasi
penulis.
H. Seni Grafis Teknik Cetak Saring
1. Pengertian Seni Grafis
Grafis berasal dari Bahasa Yunani “graphein” yang berarti menulis atau
menggambar. Seni (Cetak) Grafis merupakan penggubahan gambar bebas karya
perupa menjadi cetakan, yang melalui proses manual dan menggunakan material
tertentu, dengan tujuan membuat perbanyakan karya dalam jumlah tertentu
(Mikke Susanto, 2002:47).
Sedangkan menurut Nooryan Bahari dalam tulisannya “Kritik Seni
Wacana, Apresiasi dan Kreasi” menerangkan bahwa:
...seni grafis termasuk bagian seni murni yang berwujud dua dimensional yang dihasilkan melalui proses cetak. Kelebihan dari seni grafis adalah karya dapat dilipatgandakan tanpa mengurangi orisinalitasnya. Teknik seni grafis antara lain, cetak tinggi, cetak dalam, cetak datar, dan cetak saring... (Nooryan Bahari, 2008: 83)
2. Cetak Saring
Cetak saring atau cetak sablon adalah proses cetak menggunakan screen
sebagai medianya (M. Dwi Marianto, 1988:15). Pada awal abad ke-20 proses
pelaksanaan cetak saring mulai menggunakan kain/screen yang dibuat dari bahan
sutera yang semula dipergunakan untuk menyaring tepung. Dari sinilah maka
25
istilah cetak saring dikenal dengan sebutan “silk screen printing” ysng digunakan
pada tahapan proses cetak (Gunawan Mahendra, 2013:9).
Teknik cetak saring adalah salah satu bagian dari seni grafis terapan yang
bersifat praktis. Teknik cetak saring dilakukan untuk mencetak berbagai media
iklan visual seperti, kertas, kain, plat dan media yang lain yang tidak
mengandung air (Gunawan Mahendra, 2013:7).
Cetak saring merupakan proses stensil untuk memindahkan suatu citra ke
atas berbagai jenis media atau bahan cetak seperti: kertas, kayu, metal, kaca,
kain, plastik, kulit, dan lain-lain. Wujud yang paling sederhana dari stensil
terbuat dari bahan kertas atau logam yang dilubangi untuk memproduksi atau
menghasilkan kembali gambar maupun hasil dari suatu rancangan desain. Stensil
tersebut selanjutnya merupakan gambaran negatif dari gambar asli atau original
dimana detail-detail gambar yang direproduksi detail-detail yang halus. Pada
teknik cetak saring acuan yang berupa stensil dapat juga melalui tahapan
fotografi, yang pada umumnya dikenal dengan istilah film hand cut. Film
fotografi dan emulsi stensil direkatkan ke atas alat penyaring (screen) yang
dibentangkan pada sebuah bingkai yang terbuat dari bahan kayu maupun logam
yang berfungsi sebagai pemegang bagian dari suatu desain, dan harus mampu
menahan bagian yang digunakan selama proses pencetakan berlangsung
(Gunawan Mahendra, 2013:8-9). Pada karya penulis, teknik cetak saring yang
digunakan melalui fotografi seperti pada umumnya.
26
Gambar 11. Visual Cetak Saring(Sumber:http://grafikapagipengilmugraf.blogspot.com/2014_01_01_archive.html) diunduh
pada 18/09/2014 pukul 15.49 WIB)
Contoh karya cetak saring:
Gambar 12.Contoh Karya Silkscreen oleh Andy Warhol.(Sumber:http://lukeahall.files.wordpress.com/2010/03/lgst3395marilyn-monroe-silkscreen-
1962-andy-warhol-poster.jpg) diunduh pada 18/09/2014 pukul 16.48 WIB).
27
Gambar 13. Contoh Karya Silk Screen (Karya penulis)(Sumber: Dokumentasi Penulis)
3. Medium Cetak Saring
Medium merupakan sebuah perantara atau penengah yang biasanya
digunakan sebagai sebutan untuk berbagai hal yang berhubungan dengan bahan
juga termasuk alat dan teknik yang dipakai dalam proses pembuatan sebuah
karya seni (Mikke Susanto, 2002:73). Medium yang digunakan dalam proses
penggarapan karya penulis adalah yang sesuai dengan ketentuan, yaitu yang
berhubungan dengan media cetak saring, antara lain sebagai berikut:
a. PhotoXol
PhotoXol adalah bahan untuk menutupi pori-pori screen.
Bahan ini peka terhadap sinar, sehingga apabila terkena sinar ia akan
menutup rapat pori-pori screen. PhotoXol ini biasa disebut dengan obat
afdruk yang digunakan untuk melapisi kain screen dan menghasilkan efek
stencil (lubang bergambar) melalui sebuah proses photokimia.
28
Gambar 14. Photoxol TS(Sumber: Dokumentasi Penulis)
Obat afdruk biasanya terdiri dari dua komponen, yaitu cairan
kental yang sering disebut sebagai emulsion dan cairan berwarna jingga
yang sering disebut sensitizer (Gunawan Mahendra, 2013:23). Di dalam
karya, penulis menggunakan photoxol khusus untuk jenis screen dengan
ukuran thick sekitar T49-T60.
b. Tinta
Tinta digunakan sebagai pewarna dalam penciptaan sebuah
karya untuk memunculkan unsur seni warna. Tanpa warna, gambar tidak
akan tercipta.
Tinta yang digunakan pada karya sablon adalah tinta berbasis
air. Tinta berbasis air digunakan khusus untuk menyablon di atas kain.
Untuk keperluan tersebut, harus dibedakan menjadi tinta untuk kain
berwarna dasar gelap dan tinta untuk kain berwarna dasar cerah (B.
Sandjaja, 2006: 55). Tinta berbasis air yang digunakan dalam karya
penulis yaitu tinta pigmen.
29
Gambar 15. Tinta Pigmen(Sumber: Dokumentasi Penulis)
c. Minyak Tanah
Pengertian minyak tanah dijelaskan dalam situs internet
edypratono.blogspot.com adalah cairan hidrokarbon yang tak berwarna
dan mudah terbakar. Dia diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari
petroleum pada 150o C dan 275o C (rantai karbon dari C12 sampai C15)
(Sumber: http://edypratono.blogspot.com/2013/09/minyak-tanah-
kerosine.html diakses pada 19/05/2015).
Minyak tanah digunakan untuk proses perfilman juga untuk
membersihkan Varnish yang berlebihan agar tidak menutup pori-pori
screen yang seharusnya terbuka (B. Sandjaja, 2006:48). Di dalam karya
penulis, minyak tanah digunakan sebagai bahan untuk dioleskan pada
kertas gambar yang akan difilmkan. Maka, kertas akan menjadi
30
transparan dan tembus pandang terhadap cahaya dan akan lebih mudah
dalam proses perfilman.
d. Medium NF
Medium NF ini biasa disebut rubber digunakan sebagai tambahan
pada tinta yang akan digunakan untuk menyablon pada kain berwarna
dasar cerah. Namun bila digunakan terlalu banyak akan membuat warna
menjadi lebih muda (B. Sandjaja, 2006:55). Jenis rubber yang digunakan
pada karya penulis yaitu rubber colour pasta bewarna putih sebagai
campuran warna pigmen.
Gambar 16. Rubber(Sumber: Dokumentasi Penulis)
e. Pelarut GU
Pelarut GU ini biasa disebut Binder yang berfungsi untuk
mencampur tinta pigmen dan medium NF (rubber) supaya tidak terlalu
kental (B. Sandjaja, 2006:55). Binder yang digunakan dalam karya
31
penulis yaitu binder dengan kandungan netral agar lebih mudah mengikat
campuran antara rubber dengan tinta pigmen.
Gambar 17. Binder(Sumber: Dokumentasi Penulis)
4. Peralatan Cetak Saring
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa medium merupakan sesuatu yang
berhubungan dengan bahan ( termasuk alat dan teknik) yang dipakai dalam
pembuatan karya seni. Maka peralatan yang digunakan untuk membuat karya
cetak saring antara lain:
a. Screen
Screen atau disebut juga kain saring. Kain screen dipergunakan
sebagai sarana untuk memegang gambar yang terdapat pada permukaan
kain (screen). Screen dapat dipakai berulang-ulang dan terbuat dari bahan
halus yang peka, oleh karena itu harus ditangani secara halus dan hati-hati
32
agar tidak rusak (B. Sandjaja, 2006:29). Dalam karya penulis
menggunakan screen dengan ukuran thick (pori-pori screen) sebesar T55.
Ukuran screen yang digunakan berukuran 50cm x 70cm.
Gambar 18. Screen Sablon(Sumber: Dokumentasi penulis)
b. Rakel
Rakel merupakan alat yang terbuat dari bahan karet yang keras
kemudian diberi pegangan kayu. Rakel digunakan untuk meratakan bahan
penutup pada screen seperti obat afdruk. Rakel juga digunakan untuk
menyablon dengan tinta berbasis air (B. Sandjaja, 2006: 34). Rakel yang
digunakan dalam pembuatan karya grafis teknik cetak saring ini
berukuran panjang 42cm.
33
Gambar 19. Rakel(Sumber: Dokumentasi Penulis)
I. Referensi Karya
Berdasarkan data di atas penulis terinspirasi oleh berbagai karya M. C,
Escher yang antara lain berjudul “Day and Night”, “Swans”, dan “Sky and Water I.”
Penulis sangat terkesan dengan ilustrasi gambar berwarna hitam dan putih pada
karya M. C. Escher.
1. Day and Night 1938 woodcut
Karya tersebut digambarkan beberapa ekor angsa berwarna hitam dan
putih yang sedang terbang di atas langit dengan pemandangan pedesaan yang
diilustrasikan dengan perbedaan saat angsa hitam terbang di pagi hari dan
angsa putih terbang di malam hari.
Penulis terinspirasi dengan karya ini karena melihat dari sebuah
prinsip karya yang diciptakan oleh sang seniman, yakni mengenai
34
keseimbangan dan ilustrasinya. Di dalam karya penulis lebih sering
menggunakan prinsip keseimbangan simetris, yakni antara ruang sebelah
kanan dan sebelah kiri sama persis.
Gambar 20. Day and Night 1938 woodcut(Sumber: http://www.mcescher.com/wp-content/uploads/2013/10/LW306-MC-Escher-Sky-
and-Water-I-1938.jpg) diunduh pada 24/02/2015 pukul 10:09 WIB
2. Sky and Water I 1938 woodcut
Pada karya ini menggambarkan ilustrasi antara angsa dan ikan yang
mana karya ini diartikan untuk membandingkan sebagaimana hewan yang
hidup di udara dan hidup di air.
Di karya penulis mengambil prinsip keseimbangan seperti yang ada
pada karya M.C. Escher. Keseimbangan yang digunakan adalah
keseimbangan sederajat, yakni keseimbangan yang memiliki perbedaan
bentuk objek antara kanan dan kiri atau antara atas dan bawah, namun tetap
memiliki besaran yang sama.
35
Gambar 21. Sky and Water I(Sumber: http://uploads3.wikiart.org/images/m-c-escher/day-and-night.jpg) diunduh pada
24/02/2015 pukul 10:11 WIB
3. Swans 1956 wood engraving
Karya ini digambarkan beberapa ekor angsa berwarna hitam dan putih
yang sedang terbang membentuk sebuah pola seperti angka delapan sehingga
terlihat bervolume dan ada ruang.
Pada karya ini, penulis terinspirasi dengan penataan volume,
pencahayaan dan keseimbangannya. Dengan begitu, di dalam karya penulis
menggunakan unsur volume dan pencahayaan supaya karya terkesan berisi
dan tidak kaku. Begitu juga dengan keseimbangan, penulis menciptakan
karya dengan menggunakan prinsip keseimbangan simetris, namun dengan
bantuan unsur warna dan pencahayaan maka, karya terkesan hidup dan tidak
kaku.
36
Gambar 22. Swans(Sumber: http://www.mcescher.com/Gallery/recogn-bmp/LW408.jpg) diunduh pada
24/02/2015 pukul 10:12 WIB