BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kajian Pustaka
BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK
-
Upload
iyaz-yasin -
Category
Documents
-
view
51 -
download
0
description
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan
sistematis mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan, menyayangi, dan
tenggang rasa (Sunardiyanto, 2004:15). Menurut Slavin (1995:5) pembelajaran
kooperatif didefinisikan sebagai berikut ” Cooperative learning methods share the
idea that students work together to learn and responsible for their teammates
learning as well as their own”. Jadi pembelajaran kooperatif menurut Slavin
mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar
bersama, saling berbagi ide, dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil
belajar baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif
secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama
siswa (Nurhadi, 2004:61).
Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan hanya belajar dalam
kelompok. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif membedakan dengan
pembelajaran kelompok yang dilakukan secara asal-asalan (Lie, 2002:28) dalam
poembelajaran kooperatif pengelompokannya secara heterogen. Arends (2004:355)
menyatakan “The cooperative learning model requires student cooperation and
interdependence in its task, goal and reward structures”. Dalam pembelajaran
kooperatif kegotong royongan harus diterapkan yakni saling ketergantungan positif,
9
10
akuntabilitas perseorangan, interaksi tatap muka, keterampilan menjalin hubungan
antar pribadi (Nurhadi, 2004:61). Penjelasan tentang saling ketergantungan positif,
akuntabilitas perseorangan, interaksi tatap muka, keterampi lan menjalin hubungan
antar pribadi dipaparkan sebagai berikut.
1. Saling ketergantungan positif
Pembelajaran kooperatif menciptakan suasana yang mendorong agar siswa
merasa saling membutuhkan. Hubungan saling membutuhkan antar siswa inilah yang
dimaksud dengan ketergantungan positif. Dalam ketergantungan positif tiap siswa
saling memberi motivasi untuk meraih hasil belajar yang maksimal.
2. Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok bertatap muka untuk
melakukan dialog. Interaksi yang semacam ini memungkinkan siswa dapat saling
menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar bervariasi. Interaksi ini penting
karena ada siswa yang lebih mudah belajar dengan sesama siswa.
3. Akuntabilitas individual
Akuntabilitas individual atau tanggung jawab individual, anggota kelompok
dituntut melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam pembelajaran
kooperatif meskipun dilaksanakan secara berkelompok tapi penilaian dilaksanakan
untuk mengetahui kemampuan individual. Nilai kelompok didasarkan atas rerata
hasil belajar semua anggota kelompok, oleh karena itu semua anggota kelompok
harus memberi kontribusi demi kemajuan kelompok.
4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan sosial seperti tenggang rasa,
sopan terhadap sesama teman, mengkritik ide bukan mengkritik teman, berani
11
mempertahankan pemikiran yang logis, tidak mendominasi orang lain dan sifat
sosial lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal
relationship) tidak hanya diasumsikan tapi sengaja diajarkan.
Menurut Slavin (1995:12) terdapat tiga konsep sentral yang menjadi
karakteristik pembelajaran koopertif yaitu, penghargaan kelompok, tanggung jawab
individu, dan kesempatan yang sama untuk sukses. Penjelasan tentang penghargaan
kelompok, tanggung jawab individu, dan kesempatan yang sama untuk sukses adalah
seperti berikut.
1. Group Goals. Tujuan kelompok adalah menghargai anggota kelompok dari
kemampuan yang heterogen untuk bekerja sama dan saling membantu untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Keberhasilan kelompok didasarkan pada
penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan
antar personal yang saling mendukung, membantu dan peduli.
2. Individual Accountability. Setiap anggota kelompok diharapkan untuk menguasai
materi dan penilaian oleh anggota yang lain. Adanya tanggung jawab individu
menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas lain secara
mandiri.
3. Equal Opportunities for Succes. Setiap anggota kelompok mempunyai
kesempatan yang sama untuk menguasai materi pelajaran dan mendapatkan
penghargaan dari kemampuan yang diperolehnya.
Menurut Ibrahim (2000:3-5), pembelajaran kooperatif dicirikan oleh stuktur
tugas, tujuan dan penghargaan. Struktur tugas mengacu pada cara pembelajaran dan
jenis kegiatan berupa tugas kognitif siswa dan sosial yang dilakukan siswa dalam
kelas. Sedangkan struktur tujuan, guru mendorong siswa bekerja sama pada suatu
12
tugas bersama tersebut. Struktur penghargaan memiliki ciri upaya individu untuk
mendapatkan penghargaan.
B. Tinjauan tentang Numbered Heads Together (NHT)
1. Pengertian Numbered Heads Together (NHT)
Model pembelajaran Numbered Heads Together ini adalah salah satu model
dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan-
kawan pada tahun 1993. Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran
kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki
agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara
kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur
kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian
ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana
seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut
dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti.
Dengan model NHT suasana kegaduhan seperti tersebut di atas dapat
dihindari karena siswa akan menjawab pertanyaan dengan ditunjuk peneliti
berdasarkan pemanggilan nomor secara acak (Kagan, 2000). Model NHT memiliki
prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa lebih banyak waktu
berpikir menjawab dan saling membantu satu sama lain, melibatkan siswa lebih
banyak dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan memeriksa
pamahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut (Rosidah, 2007:16). Model NHT
melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran
13
dan memeriksa pamahaman siswa mengenai pelajaran tersebut, dibuat semenarik
mungkin sehingga siswa dapat belajar dengan gembira (Nurhadi, 2004: 67).
Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung
melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta
berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam
pembelajaran. Model NHT memiliki kelebihan diataranya dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan
siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap
kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa
percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan
keterampilan untuk masa depan (Hill, 1993 dalam Arief, 2003: 28).
2. Langkah-Langkah Model Numbered Heads Together (NHT)
Nurhadi (2004:57) menyebutkan langkah-langkah pelaksanaan NHT sebagai
pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas. Dengan model NHT tiap siswa
dalam kelompok akan mendapat nomor dan hanya satu siswa dalam kelompok
tersebut yang akan menjawab atau menjelaskan hasil diskusi untuk tiap nomor.
Siswa membagi informasi yang diperolehnya sehingga tiap siswa tahu jawabannya
(Slavin,1995:131). Langkah-langkah pelaksanaan NHT meliputi.
a. Penomoran
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan
tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam
tim mempunyai nomor berbeda-beda.
14
b. Pengajuan Pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari
yang spesifik hingga bersifat umum.
c. Berpikir Bersama
Berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada
anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawabannya.
d. Pemberian Jawaban
Guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang
bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh
kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab
pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok
tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok
lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut. Langkah-langkah
pembelajaran NHT dapat dilihat pada Gambar 2.1
C. Tinjauan tentang Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi menurut Hamalik (2004:158) adalah perubahan energi dalam diri
seseorang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa
yang menimbulkan, menjamin kelangsungan belajar, dan memberikan arah pada
kegiatan belajar sehingga diharapkan tujuan belajar dapat tercapai (Sardiman,
2001:73). Motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul pada diri siswa
15
dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional, misalnya motivasi untuk
mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengetahuan.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor lain di luar situasi
belajar, seperti mendapat nilai bagus, mendapat hadiah (Hamalik, 2004:162)
Susanto (2002:45) menyatakan bahwa motivasi belajar ditandai dengan enam
macam tingkah laku, yaitu.
a) Perhatian, motivasi belajar siswa tinggi ditandai dengan siswa memusatkan
perhatian lebih besar pada kegiatan belajar.
b) Lama belajar, siswa mempunyai motivasi belajar tinggi jika siswa mampu
menghabiskan waktu cukup untuk belajar.
c) Usaha, siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi bila siswa bekerja secara
intensif, mengeluarkan banyak energi dan kemampuan untuk menyelesaikan
tugas belajar.
d) Irama perasaan, yang ditandai dengan perasaan gembira, mempunyai keyakinan
diri dan tegar pada situasi belajar yang ada.
e) Ekstensi, siswa mempunyai motivasi belajar tinggi jika siswa menggunakan jam-
jam bebas pelajaran atau istirahat untuk kegiatan belajar.
f) Penampilan, ditunjukkan dengan diselesaikan tugas belajar.
2. Fungsi Motivasi
Purwanto (1996:70) menyebutkan fungsi motivasi yaitu:
1. mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak
2. menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perwujudan suatu tujuan cita-cita
3. menyeleksi perbuatan, menentukan perbuatan yang dilakukan yang serasi guna
mencapai tujuan dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat.
16
Peranan motivasi belajar adalah menumbuhkan gairah, merasa senang dan
semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan
mempunyai energi untuk melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu dengan
motivasi yang tinggi, maka seseorang yang belajar akan dapat melahirkan prestasi
yang baik (Sardiman, 2001:84).
Tujuan motivasi secara umum adalah untuk menggerakkan atau menggugah
seseorang agar timbul keinginan dan kemampuannya untuk melakukan sesuatu
sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi guru, tujuan
motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswa agar timbul keinginan
dan kemauan untuk meningkatkan prestasi belajar sehingga tercapai tujuan
pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan dalam kurikulum sekolah
(Sardiman, 2001:83).
3. Prinsip Motivasi
Guru biasanya menganggap bahwa motivasi belajar siswa merupakan
masalah siswa sendiri. Sebenarnya dalam pembelajaran, Peningkatan motivasi
belajar melibatkan berbagai pihak antara lain, siswa dan guru. Siswa bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri untuk meningkatkan motivasi belajar agar
memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Guru bertanggung jawab memperkuat
motivasi belajar siswa melalui penyajian bahan pelajaran, sanksi dan hubungan
pribadi dengan siswa. Dalam hal motivasi guru dapat melakukan sesuatu hal yang
disebut dengan reinforcement atau menggiatkan anak dalam pembelajaran melalui
pertanyaan, ganjaran, hadiah, sanksi atau hukuman (Nasrullah, 2007). Kreativitas
seorang guru dalam menciptakan susana pembelajaran yang menyenangkan
hendaknya menjadi inspirasi bagi para siswa sehingga siswa lebih terpicu motivasi
17
untuk belajar. Sebenarnya guru dapat berusaha merangsang, meningkatkan, dan
memelihara motivasi belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip motivasi.
Keller (1983) dalam Suciati (2001:78) menyebutkan prinsip motivasi yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran memuat empat katagori kondisi motivasional seperti
berikut.
a. Perhatian
Perhatian didorong rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu perlu dirangsang sehingga
siswa akan memberikan perhatian yang dipelihara selama berlangsungnya proses
pembelajaran.
b. Relevansi
Relevansi menunjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran yang diajarkan
dengan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila siswa menganggap
bahwa yang dipelajari tersebut diperlukan oleh pribadin siswa dan memberikan
manfaat untuk kehidupan siswa.
c. Kepercayaan diri
Rasa percaya diri merupakan potensi untuk dapat berinteraksi positif dengan
lingkungan. Konsep percaya diri berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa
diri siswa memiliki kemampuan untuk melakukan tugas yang menjadi syarat
keberhasilan. Motivasi siswa akan meningkat sejalan dengan harapan bahwa
siswa akan berhasil jika melaksanakan tugas dengan baik dan benar.
d. Kepuasan
Keberhasilan mencapai sebuah tujuan akan menimbulkan rasa puas. Siswa akan
termotivasi untuk terus berusaha mencapai prestasi belajar yang lebih baik.
18
4. Cara Peningkatan Motivasi
Motivasi penting dalam pembelajaran sehingga guru harus dapat
mempertahankan bahkan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Sutikno
(2007) dalam Rosidah (2007:22) menyebutkan 10 cara yang dapat dipergunakan
guru dalam meningkatkan motivasi siswa, yaitu.
a. Penjelasan tujuan belajar kepada peserta didik, semakin jelas tujuan belajar maka
semakin kuat motif untuk mencapainya.
b. Pemberian hadiah bagi siswa yang berprestasi, hal itu semakin memacu semangat
mereka untuk belajar lebih giat lagi. Di samping itu siswa yang belum berprestasi
akan termotivasi untuk mengejar siswa yang berprestasi,
c. Pembuatan situasi persaingan/kompetisi, pada umumnya pada tiap individu ada
usaha untuk menonjolkan diri atau ingin dihargai. Kecenderungan ini dapat
disalurkan dalam persaingan sehat guru menciptakan suasana persaingan diantara
siswanya untuk meningkatkan prestasi belajar dan berusaha memperbaiki hasil
prestasi yang telah dicapai sebelumya. Model NHT membantu siswa untuk
bersaing secara sehat.
d. Pemberian pujian, siswa yang berprestasi hendaknya diberi pujian yang bersifat
membangun. Pujian tersebut akan membuat siswa merasa dihargai dan siswa
berusaha untuk belajar lebih giat lagi.
e. Pemberian hukuman, hukuman ini diberikan kepada siswa yang berbuat
kesalahan dalam proses pembelajaran. Hukuman ini diberikan dengan harapan
agar siswa tersebut merubah diri dan memotivasi belajarnya.
19
f. Pemberian dorongan kepada siswa untuk belajar dengan memberikan perhatian
semaksimal mungkin ke siswa. Perhatian tersebut akan menggiatkan siswa untuk
belajar.
g. Pembentukan kebiasaan belajar yang baik, guru yang mengharapkan sesuatu dari
siswanya harus juga memperlihatkan yang dimintanya itu terpancang dalam diri
guru sehingga siswa menilai guru itu telah berusaha dengan baik. Hal ini
menimbulkan kegairahan belajar pada diri siswa.
h. Pemberian bantuan kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok.
Perhatian guru yang ditunjukkan dengan memantau kesulitan belajar siswa akan
membuat siswa merasa diperhatikan dan merasa dibantu sehingga siswa akan
lebih berusaha untuk menguasai materi pelajaran.
i. Penggunaan model yang bervariasi. Penggunaan model pembelajaran yang
bervareasi sesuai dengan materi , membuat siswa tidak bosan dalam belajar.
Model pembelajaran kooperatif bermacam-macam dintaranya NHT, TPS,
Jigsaw, TGT, STAD dan sebagainya. Guru bisa memanfaatkan model tersebut
sesuai dengan materi.
j. Penggunaan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan
menggunakan media pembelajaran yang tepat akan membantu siswa lebih mudah
memahami materi pembelajaran.
Berdasarkan cara untuk meningkatkan motivasi belajar, maka pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif struktural NHT dapat
digunakan. Model pembelajaran NHT yang merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif cenderung meningkatkan motivasi. Freezee (1995) dalam
Rosidah (2007:24) menyatakan bahwa meskipun penggunaan pembelajaran
20
kooperatif dengan menggunakan strategi belajar dalam kelompok biasanya
membutuhkan perencanaan dan persipan yang lebih, akan tetapi siswa termotivasi
secara lebih tinggi ketika mereka bekerja bersama dan saling berbagi pengalaman
belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, usaha dan motivasi siswa selalu terpacu
karena dalam pembelajarannya terdapat suatu bentuk hadiah atau struktur pencapaian
tujuan belajar tertentu di saat siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran.
D. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah suatu proses mental yang mengarah pada penguasaan
pengetahuan keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh siswa setelah menerima
pengalaman belajar terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes
(Sudjana, 2005:22). Menurut pendapat Bloom dalam Arikunto (1990) dinyatakan
bahwa prestasi belajar sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah
yaitu; afektif, kognitif, dan psikomotorik. Ranah afektif adalah perilaku yang berupa
sikap, nilai, dan persepsi. Ranah psikomotorik adalah perilaku yang berkaitan dengan
keterampilan atau kelincahan tangan dan koordinasi. Aspek kognitif berdasarkan
taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dalam Yulaelawati (2004:71-78)
mencakup enam tingkat yaitu:
a. Mengingat mencakup kemampuan menjelaskan jawaban secara faktual, menguji
ingatan, dan pengenalan.
b. Memahami mencakup kemampuan menerjemahkan, menjabarkan, menafsirkan,
dan membuat perhitungan.
21
c. Menerapkan mencakup kemampuan untuk memahami waktu menerapkan, alasan
menerapkan, mengenali pola penerapan ke dalam situasi yang baru, tidak biasa
dan agak berbeda.
d. Menganalisis mencakup kemampuan untuk memecahkan ke dalam bagian,
bentuk dan pola.
e. Menilai mencakup kemampuan untuk membandingkan, menghargai, mengkritik.
f. Menciptakan mencakup kemampuan untuk menggabungkan unsur-unsur ke
dalam bentuk, atau pola yang sebelumnya kurang jelas.
Prestasi belajar merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa
sehingga dapat diukur dan hasil pengukurannya berupa skor atau angka. Hasil yang
diperoleh dari tes merupakan prestasi belajar. Menurut Djamarah dan Zein
(2002:119), suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahasan pengajaran
dinyatakan berhasil apabila indikator kompetensi dapat tercapai. Untuk mengetahui
ketercapaian indikator, guru perlu mengadakan tes formatif setiap guru menyajikan
satu bahasan kepada siswa tujuannya untuk memberikan umpan balik kepada guru
untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial
bagi siswa yang belum berhasil.
22
1. Tiap siswa dalam kelompok mendapat nomor yang berbeda
2.3. Guru memberi pertanyaan dan siswa berpikir bersama untuk menjawab pertanyaan, dan menjelaskan jawabannya ke anggota kelompoknya
4. Guru memanggil nomor siswa dan siswa yang bernomor tersebut dalam kelompok menjawab dan menjelaskan untuk seluruh kelas.
Gambar 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran NHT ( Jacobs, 1996:57)