BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK

14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan, menyayangi, dan tenggang rasa (Sunardiyanto, 2004:15). Menurut Slavin (1995:5) pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai berikut ” Cooperative learning methods share the idea that students work together to learn and responsible for their teammates learning as well as their own”. Jadi pembelajaran kooperatif menurut Slavin mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama, saling berbagi ide, dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa (Nurhadi, 2004:61). Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan hanya belajar dalam kelompok. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan secara asal-asalan (Lie, 2002:28) dalam poembelajaran kooperatif pengelompokannya secara heterogen. Arends (2004:355) menyatakan “The cooperative learning model requires student cooperation and interdependence in its task, goal and reward structures”. Dalam pembelajaran kooperatif kegotong royongan harus diterapkan yakni saling ketergantungan positif, 9

description

Skripsi Penelitian Tindakan Kelas yang menyangkut tentang pemberian perlakuan pada siswa yang digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan metode kooperatif terhadap hasil belajar siswa. Skripsi ini dapat dijadikan rujukan bagi yang ingin menyusun skripsi setelah ini.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan

sistematis mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan, menyayangi, dan

tenggang rasa (Sunardiyanto, 2004:15). Menurut Slavin (1995:5) pembelajaran

kooperatif didefinisikan sebagai berikut ” Cooperative learning methods share the

idea that students work together to learn and responsible for their teammates

learning as well as their own”. Jadi pembelajaran kooperatif menurut Slavin

mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar

bersama, saling berbagi ide, dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil

belajar baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif

secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama

siswa (Nurhadi, 2004:61).

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan hanya belajar dalam

kelompok. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif membedakan dengan

pembelajaran kelompok yang dilakukan secara asal-asalan (Lie, 2002:28) dalam

poembelajaran kooperatif pengelompokannya secara heterogen. Arends (2004:355)

menyatakan “The cooperative learning model requires student cooperation and

interdependence in its task, goal and reward structures”. Dalam pembelajaran

kooperatif kegotong royongan harus diterapkan yakni saling ketergantungan positif,

9

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK

10

akuntabilitas perseorangan, interaksi tatap muka, keterampilan menjalin hubungan

antar pribadi (Nurhadi, 2004:61). Penjelasan tentang saling ketergantungan positif,

akuntabilitas perseorangan, interaksi tatap muka, keterampi lan menjalin hubungan

antar pribadi dipaparkan sebagai berikut.

1. Saling ketergantungan positif

Pembelajaran kooperatif menciptakan suasana yang mendorong agar siswa

merasa saling membutuhkan. Hubungan saling membutuhkan antar siswa inilah yang

dimaksud dengan ketergantungan positif. Dalam ketergantungan positif tiap siswa

saling memberi motivasi untuk meraih hasil belajar yang maksimal.

2. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok bertatap muka untuk

melakukan dialog. Interaksi yang semacam ini memungkinkan siswa dapat saling

menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar bervariasi. Interaksi ini penting

karena ada siswa yang lebih mudah belajar dengan sesama siswa.

3. Akuntabilitas individual

Akuntabilitas individual atau tanggung jawab individual, anggota kelompok

dituntut melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam pembelajaran

kooperatif meskipun dilaksanakan secara berkelompok tapi penilaian dilaksanakan

untuk mengetahui kemampuan individual. Nilai kelompok didasarkan atas rerata

hasil belajar semua anggota kelompok, oleh karena itu semua anggota kelompok

harus memberi kontribusi demi kemajuan kelompok.

4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan sosial seperti tenggang rasa,

sopan terhadap sesama teman, mengkritik ide bukan mengkritik teman, berani

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK

11

mempertahankan pemikiran yang logis, tidak mendominasi orang lain dan sifat

sosial lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal

relationship) tidak hanya diasumsikan tapi sengaja diajarkan.

Menurut Slavin (1995:12) terdapat tiga konsep sentral yang menjadi

karakteristik pembelajaran koopertif yaitu, penghargaan kelompok, tanggung jawab

individu, dan kesempatan yang sama untuk sukses. Penjelasan tentang penghargaan

kelompok, tanggung jawab individu, dan kesempatan yang sama untuk sukses adalah

seperti berikut.

1. Group Goals. Tujuan kelompok adalah menghargai anggota kelompok dari

kemampuan yang heterogen untuk bekerja sama dan saling membantu untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Keberhasilan kelompok didasarkan pada

penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan

antar personal yang saling mendukung, membantu dan peduli.

2. Individual Accountability. Setiap anggota kelompok diharapkan untuk menguasai

materi dan penilaian oleh anggota yang lain. Adanya tanggung jawab individu

menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas lain secara

mandiri.

3. Equal Opportunities for Succes. Setiap anggota kelompok mempunyai

kesempatan yang sama untuk menguasai materi pelajaran dan mendapatkan

penghargaan dari kemampuan yang diperolehnya.

Menurut Ibrahim (2000:3-5), pembelajaran kooperatif dicirikan oleh stuktur

tugas, tujuan dan penghargaan. Struktur tugas mengacu pada cara pembelajaran dan

jenis kegiatan berupa tugas kognitif siswa dan sosial yang dilakukan siswa dalam

kelas. Sedangkan struktur tujuan, guru mendorong siswa bekerja sama pada suatu

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK

12

tugas bersama tersebut. Struktur penghargaan memiliki ciri upaya individu untuk

mendapatkan penghargaan.

B. Tinjauan tentang Numbered Heads Together (NHT)

1. Pengertian Numbered Heads Together (NHT)

Model pembelajaran Numbered Heads Together ini adalah salah satu model

dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawan-

kawan pada tahun 1993. Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran

kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki

agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara

kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur

kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian

ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana

seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut

dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti.

Dengan model NHT suasana kegaduhan seperti tersebut di atas dapat

dihindari karena siswa akan menjawab pertanyaan dengan ditunjuk peneliti

berdasarkan pemanggilan nomor secara acak (Kagan, 2000). Model NHT memiliki

prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa lebih banyak waktu

berpikir menjawab dan saling membantu satu sama lain, melibatkan siswa lebih

banyak dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan memeriksa

pamahaman siswa terhadap isi pelajaran tersebut (Rosidah, 2007:16). Model NHT

melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK

13

dan memeriksa pamahaman siswa mengenai pelajaran tersebut, dibuat semenarik

mungkin sehingga siswa dapat belajar dengan gembira (Nurhadi, 2004: 67).

Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung

melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta

berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam

pembelajaran. Model NHT memiliki kelebihan diataranya dapat meningkatkan

prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan

siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap

kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa

percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan

keterampilan untuk masa depan (Hill, 1993 dalam Arief, 2003: 28).

2. Langkah-Langkah Model Numbered Heads Together (NHT)

Nurhadi (2004:57) menyebutkan langkah-langkah pelaksanaan NHT sebagai

pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas. Dengan model NHT tiap siswa

dalam kelompok akan mendapat nomor dan hanya satu siswa dalam kelompok

tersebut yang akan menjawab atau menjelaskan hasil diskusi untuk tiap nomor.

Siswa membagi informasi yang diperolehnya sehingga tiap siswa tahu jawabannya

(Slavin,1995:131). Langkah-langkah pelaksanaan NHT meliputi.

a. Penomoran

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan

tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam

tim mempunyai nomor berbeda-beda.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK

14

b. Pengajuan Pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari

yang spesifik hingga bersifat umum.

c. Berpikir Bersama

Berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada

anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawabannya.

d. Pemberian Jawaban

Guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang

bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh

kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab

pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok

tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok

lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut. Langkah-langkah

pembelajaran NHT dapat dilihat pada Gambar 2.1

C. Tinjauan tentang Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi menurut Hamalik (2004:158) adalah perubahan energi dalam diri

seseorang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa

yang menimbulkan, menjamin kelangsungan belajar, dan memberikan arah pada

kegiatan belajar sehingga diharapkan tujuan belajar dapat tercapai (Sardiman,

2001:73). Motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan

motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul pada diri siswa

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK

15

dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional, misalnya motivasi untuk

mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengetahuan.

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor lain di luar situasi

belajar, seperti mendapat nilai bagus, mendapat hadiah (Hamalik, 2004:162)

Susanto (2002:45) menyatakan bahwa motivasi belajar ditandai dengan enam

macam tingkah laku, yaitu.

a) Perhatian, motivasi belajar siswa tinggi ditandai dengan siswa memusatkan

perhatian lebih besar pada kegiatan belajar.

b) Lama belajar, siswa mempunyai motivasi belajar tinggi jika siswa mampu

menghabiskan waktu cukup untuk belajar.

c) Usaha, siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi bila siswa bekerja secara

intensif, mengeluarkan banyak energi dan kemampuan untuk menyelesaikan

tugas belajar.

d) Irama perasaan, yang ditandai dengan perasaan gembira, mempunyai keyakinan

diri dan tegar pada situasi belajar yang ada.

e) Ekstensi, siswa mempunyai motivasi belajar tinggi jika siswa menggunakan jam-

jam bebas pelajaran atau istirahat untuk kegiatan belajar.

f) Penampilan, ditunjukkan dengan diselesaikan tugas belajar.

2. Fungsi Motivasi

Purwanto (1996:70) menyebutkan fungsi motivasi yaitu:

1. mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak

2. menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perwujudan suatu tujuan cita-cita

3. menyeleksi perbuatan, menentukan perbuatan yang dilakukan yang serasi guna

mencapai tujuan dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK

16

Peranan motivasi belajar adalah menumbuhkan gairah, merasa senang dan

semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan

mempunyai energi untuk melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu dengan

motivasi yang tinggi, maka seseorang yang belajar akan dapat melahirkan prestasi

yang baik (Sardiman, 2001:84).

Tujuan motivasi secara umum adalah untuk menggerakkan atau menggugah

seseorang agar timbul keinginan dan kemampuannya untuk melakukan sesuatu

sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Bagi guru, tujuan

motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu para siswa agar timbul keinginan

dan kemauan untuk meningkatkan prestasi belajar sehingga tercapai tujuan

pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan dalam kurikulum sekolah

(Sardiman, 2001:83).

3. Prinsip Motivasi

Guru biasanya menganggap bahwa motivasi belajar siswa merupakan

masalah siswa sendiri. Sebenarnya dalam pembelajaran, Peningkatan motivasi

belajar melibatkan berbagai pihak antara lain, siswa dan guru. Siswa bertanggung

jawab terhadap dirinya sendiri untuk meningkatkan motivasi belajar agar

memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Guru bertanggung jawab memperkuat

motivasi belajar siswa melalui penyajian bahan pelajaran, sanksi dan hubungan

pribadi dengan siswa. Dalam hal motivasi guru dapat melakukan sesuatu hal yang

disebut dengan reinforcement atau menggiatkan anak dalam pembelajaran melalui

pertanyaan, ganjaran, hadiah, sanksi atau hukuman (Nasrullah, 2007). Kreativitas

seorang guru dalam menciptakan susana pembelajaran yang menyenangkan

hendaknya menjadi inspirasi bagi para siswa sehingga siswa lebih terpicu motivasi

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK

17

untuk belajar. Sebenarnya guru dapat berusaha merangsang, meningkatkan, dan

memelihara motivasi belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip motivasi.

Keller (1983) dalam Suciati (2001:78) menyebutkan prinsip motivasi yang dapat

diterapkan dalam pembelajaran memuat empat katagori kondisi motivasional seperti

berikut.

a. Perhatian

Perhatian didorong rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu perlu dirangsang sehingga

siswa akan memberikan perhatian yang dipelihara selama berlangsungnya proses

pembelajaran.

b. Relevansi

Relevansi menunjukkan adanya hubungan antara materi pelajaran yang diajarkan

dengan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila siswa menganggap

bahwa yang dipelajari tersebut diperlukan oleh pribadin siswa dan memberikan

manfaat untuk kehidupan siswa.

c. Kepercayaan diri

Rasa percaya diri merupakan potensi untuk dapat berinteraksi positif dengan

lingkungan. Konsep percaya diri berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa

diri siswa memiliki kemampuan untuk melakukan tugas yang menjadi syarat

keberhasilan. Motivasi siswa akan meningkat sejalan dengan harapan bahwa

siswa akan berhasil jika melaksanakan tugas dengan baik dan benar.

d. Kepuasan

Keberhasilan mencapai sebuah tujuan akan menimbulkan rasa puas. Siswa akan

termotivasi untuk terus berusaha mencapai prestasi belajar yang lebih baik.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK

18

4. Cara Peningkatan Motivasi

Motivasi penting dalam pembelajaran sehingga guru harus dapat

mempertahankan bahkan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Sutikno

(2007) dalam Rosidah (2007:22) menyebutkan 10 cara yang dapat dipergunakan

guru dalam meningkatkan motivasi siswa, yaitu.

a. Penjelasan tujuan belajar kepada peserta didik, semakin jelas tujuan belajar maka

semakin kuat motif untuk mencapainya.

b. Pemberian hadiah bagi siswa yang berprestasi, hal itu semakin memacu semangat

mereka untuk belajar lebih giat lagi. Di samping itu siswa yang belum berprestasi

akan termotivasi untuk mengejar siswa yang berprestasi,

c. Pembuatan situasi persaingan/kompetisi, pada umumnya pada tiap individu ada

usaha untuk menonjolkan diri atau ingin dihargai. Kecenderungan ini dapat

disalurkan dalam persaingan sehat guru menciptakan suasana persaingan diantara

siswanya untuk meningkatkan prestasi belajar dan berusaha memperbaiki hasil

prestasi yang telah dicapai sebelumya. Model NHT membantu siswa untuk

bersaing secara sehat.

d. Pemberian pujian, siswa yang berprestasi hendaknya diberi pujian yang bersifat

membangun. Pujian tersebut akan membuat siswa merasa dihargai dan siswa

berusaha untuk belajar lebih giat lagi.

e. Pemberian hukuman, hukuman ini diberikan kepada siswa yang berbuat

kesalahan dalam proses pembelajaran. Hukuman ini diberikan dengan harapan

agar siswa tersebut merubah diri dan memotivasi belajarnya.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK

19

f. Pemberian dorongan kepada siswa untuk belajar dengan memberikan perhatian

semaksimal mungkin ke siswa. Perhatian tersebut akan menggiatkan siswa untuk

belajar.

g. Pembentukan kebiasaan belajar yang baik, guru yang mengharapkan sesuatu dari

siswanya harus juga memperlihatkan yang dimintanya itu terpancang dalam diri

guru sehingga siswa menilai guru itu telah berusaha dengan baik. Hal ini

menimbulkan kegairahan belajar pada diri siswa.

h. Pemberian bantuan kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok.

Perhatian guru yang ditunjukkan dengan memantau kesulitan belajar siswa akan

membuat siswa merasa diperhatikan dan merasa dibantu sehingga siswa akan

lebih berusaha untuk menguasai materi pelajaran.

i. Penggunaan model yang bervariasi. Penggunaan model pembelajaran yang

bervareasi sesuai dengan materi , membuat siswa tidak bosan dalam belajar.

Model pembelajaran kooperatif bermacam-macam dintaranya NHT, TPS,

Jigsaw, TGT, STAD dan sebagainya. Guru bisa memanfaatkan model tersebut

sesuai dengan materi.

j. Penggunaan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan

menggunakan media pembelajaran yang tepat akan membantu siswa lebih mudah

memahami materi pembelajaran.

Berdasarkan cara untuk meningkatkan motivasi belajar, maka pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif struktural NHT dapat

digunakan. Model pembelajaran NHT yang merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif cenderung meningkatkan motivasi. Freezee (1995) dalam

Rosidah (2007:24) menyatakan bahwa meskipun penggunaan pembelajaran

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK

20

kooperatif dengan menggunakan strategi belajar dalam kelompok biasanya

membutuhkan perencanaan dan persipan yang lebih, akan tetapi siswa termotivasi

secara lebih tinggi ketika mereka bekerja bersama dan saling berbagi pengalaman

belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, usaha dan motivasi siswa selalu terpacu

karena dalam pembelajarannya terdapat suatu bentuk hadiah atau struktur pencapaian

tujuan belajar tertentu di saat siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran.

D. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah suatu proses mental yang mengarah pada penguasaan

pengetahuan keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh siswa setelah menerima

pengalaman belajar terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes

(Sudjana, 2005:22). Menurut pendapat Bloom dalam Arikunto (1990) dinyatakan

bahwa prestasi belajar sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah

yaitu; afektif, kognitif, dan psikomotorik. Ranah afektif adalah perilaku yang berupa

sikap, nilai, dan persepsi. Ranah psikomotorik adalah perilaku yang berkaitan dengan

keterampilan atau kelincahan tangan dan koordinasi. Aspek kognitif berdasarkan

taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dalam Yulaelawati (2004:71-78)

mencakup enam tingkat yaitu:

a. Mengingat mencakup kemampuan menjelaskan jawaban secara faktual, menguji

ingatan, dan pengenalan.

b. Memahami mencakup kemampuan menerjemahkan, menjabarkan, menafsirkan,

dan membuat perhitungan.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK

21

c. Menerapkan mencakup kemampuan untuk memahami waktu menerapkan, alasan

menerapkan, mengenali pola penerapan ke dalam situasi yang baru, tidak biasa

dan agak berbeda.

d. Menganalisis mencakup kemampuan untuk memecahkan ke dalam bagian,

bentuk dan pola.

e. Menilai mencakup kemampuan untuk membandingkan, menghargai, mengkritik.

f. Menciptakan mencakup kemampuan untuk menggabungkan unsur-unsur ke

dalam bentuk, atau pola yang sebelumnya kurang jelas.

Prestasi belajar merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh siswa

sehingga dapat diukur dan hasil pengukurannya berupa skor atau angka. Hasil yang

diperoleh dari tes merupakan prestasi belajar. Menurut Djamarah dan Zein

(2002:119), suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahasan pengajaran

dinyatakan berhasil apabila indikator kompetensi dapat tercapai. Untuk mengetahui

ketercapaian indikator, guru perlu mengadakan tes formatif setiap guru menyajikan

satu bahasan kepada siswa tujuannya untuk memberikan umpan balik kepada guru

untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial

bagi siswa yang belum berhasil.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA SKRIPSI PTK

22

1. Tiap siswa dalam kelompok mendapat nomor yang berbeda

2.3. Guru memberi pertanyaan dan siswa berpikir bersama untuk menjawab pertanyaan, dan menjelaskan jawabannya ke anggota kelompoknya

4. Guru memanggil nomor siswa dan siswa yang bernomor tersebut dalam kelompok menjawab dan menjelaskan untuk seluruh kelas.

Gambar 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran NHT ( Jacobs, 1996:57)