BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf ·...

28
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Batik Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakkan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu (KBBI, 2005: 112). Batik merupakan sehelai wastra kain yang dibuat secara tradisional dan terutama digunakan dalam matra tradisional, beragam hias pola batik tertentu yang dibuat dengan teknik celup rintang menggunakan malam (lilin batik) sebagai bahan perintang warna. Malam terbuat dari campuran bahan berupa parafin, kote “lilin lebah”, gondorukem, damar “mata kucing”, parafin atau microwax, lilin gladhangan “lilin bekas”, dan minyak kelapa. Wastra batik mengandung dua unsur pokok: teknik celup rintang menggunakan malam sebagai perintang warna dan pola yang beragam hias khas batik (Doellah, 2002: 10). Berdasarkan perkembangan batik di Jawa, pola batik dapat dirinci menjadi tiga unsur pokok, yakni ragam hias utama, isen-isen, dan ragam hias pengisi (Doellah, 2002: 19). Batik berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu “amba” berarti menulis dan “titik” berarti titik, dimana sebagian proses pembuatan batik dilakukan dengan menulis dan sebagian dari tulisan tersebut berupa titik. Titik dapat juga berarti tetes, dalam pembuatan batik dilakukan pula penetesan malam pada kain. Batik dalam pengertian cara pembuatan ialah kain yang dibuat dengan dua cara. Pertama, kain yang dibuat dengan teknik pewarnaan menggunakan 7

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf ·...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Batik

Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan

menuliskan atau menerakkan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya

diproses dengan cara tertentu (KBBI, 2005: 112).

Batik merupakan sehelai wastra kain yang dibuat secara tradisional dan

terutama digunakan dalam matra tradisional, beragam hias pola batik tertentu

yang dibuat dengan teknik celup rintang menggunakan malam (lilin batik) sebagai

bahan perintang warna. Malam terbuat dari campuran bahan berupa parafin, kote

“lilin lebah”, gondorukem, damar “mata kucing”, parafin atau microwax, lilin

gladhangan “lilin bekas”, dan minyak kelapa. Wastra batik mengandung dua

unsur pokok: teknik celup rintang menggunakan malam sebagai perintang warna

dan pola yang beragam hias khas batik (Doellah, 2002: 10). Berdasarkan

perkembangan batik di Jawa, pola batik dapat dirinci menjadi tiga unsur pokok,

yakni ragam hias utama, isen-isen, dan ragam hias pengisi (Doellah, 2002: 19).

Batik berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu “amba” berarti

menulis dan “titik” berarti titik, dimana sebagian proses pembuatan batik

dilakukan dengan menulis dan sebagian dari tulisan tersebut berupa titik. Titik

dapat juga berarti tetes, dalam pembuatan batik dilakukan pula penetesan malam

pada kain. Batik dalam pengertian cara pembuatan ialah kain yang dibuat dengan

dua cara. Pertama, kain yang dibuat dengan teknik pewarnaan menggunakan

7

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

8

malam sebagai perintang warna, disebut wax resist dyeing. Kedua, kain yang

dibuat dengan teknik pewarnaan dengan menggunakan motif-motif tertentu yang

sudah lazim atau memiliki ciri khas sesuai dengan karakter masing-masing

pembuatnya (Lisbijanto, 2013: 6-7). Susanto juga menyebutkan bahwa teknik

pembuatan batik berdasarkan prinsip resist dyed technique (Susanto, 1980: 306).

Berdasarkan beberapa definisi di atas diketahui bahwa batik adalah proses

pemberian motif gambar pada permukaan kain dengan teknik perintangan warna

menggunakan malam. Prinsip batik adalah teknik perintangan warna dengan

malam atau wax resist dyeing atau resist dyed technique. Sebuah kain disebut

batik apabila melalui teknik dan proses batik dan apabila kain tersebut memiliki

pola ragam hias batik. Batik dapat berarti sebuah proses perintang warna dengan

malam untuk menghasilkan motif/gambar pada kain. Atau dapat berarti pula

sebuah motif gambar berupa pola ragam hias batik yang terdiri dari ragam hias

utama, ragam hias pengisi, dan isen-isen.

2. Sejarah dan Perkembangan Batik

Mengenai sejarah asal mula batik Indonesia belum diketahui secara pasti,

terdapat beberapa pendapat yang berbeda-beda dan masih dalam penelitian.

Sewan Susanto dalam buku Seni Kerajinan Batik Indonesia menyebutkan

beberapa pendapat mengenai sejarah asal mula batik Indonesia antara lain:

a. Ditinjau dari Sejarah Kebudayaan, Prof. Dr. R.M. Sutjipto

Wirjosuparto menyatakan bahwa Bangsa Indonesia sebelum bertemu

dengan kebudayaan India, telah mengenal aturan-aturan untuk

menyusun syair, mengenal teknik untuk membuat kain batik,

mengenal industri logam, penanaman padi di sawah dengan jalan

pengairan dan suatu pemerintahan yang teratur. Yang

mengembangkan kesenian India di Indonesia adalah bangsa

Indonesia sendiri.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

9

b. Ditinjau dari batik design dan proses “wax resist technique” ada

beberapa pendapat:

1) Prof. Dr. Alfred Steinmann mengemukakan bahwa semacam

batik terdapat pula di Jepang pada zaman dinasti Nara sampai

abad pertengahan, disebut “Ro-Kechi”, di China pada zaman

dinasti T‟ang, di Bangkok dan Turkestan Timur. Desain batik

umumnya berbentuk geometris, batik Indonesia memiliki desain

yang lebih bervariatif. Di India Selatan baru mulai dibuat tahun

1516, yaitu Palikat dan Gujarat berupa lukisan lilin disebut kain

Palekat. Perkembangan batik India mencapai puncak abad 17-19.

2) Ditinjau dari keadaan di Indonesia, daerah yang dulu tidak

pernah mendapat pengaruh kebudayaan India, terdapat pula

pembuatan batik seperti Toraja, Sulawesi, Irian dan Sumatra.

3) Ditinjau dari seni ornamen Indonesia, tidak terdapat persamaan

ornamen dalam batik Indonesia dengan ornamen batik India. Di

India tidak terdapat motif tumpal, pohon Hayat, Garuda, dan isen

cecek sawut (Susanto, 1980: 307).

Keberadaan batik di masa silam sulit ditemukan sebagai bukti arkeologi.

Namun, bukti sejarah keberadaan cara mewarnai dan menghias kain dengan

teknik perintangan warna (resist dying), bentuk ragam hias dekoratif, simbolis,

keseimbangan dinamis yang menjiwai bentuk batik sudah dikenal pada masa

prasejarah (Hasanudin, 2001 dalam Kusrianto, 2013: xiii). Apabila ditinjau dari

sejarah kebudayaan, Prof. Dr. R.M. Sutjipto Wirjosuparto menyatakan bahwa

sebelum masuknya kebudayaan bangsa India yang dibawa para pedagang dari

Gujarat ke Pulau Jawa, berbagai daerah Nusantara telah mengenal teknik

membuat “kain batik”. Beberapa literatur yang ditulis oleh budayawan

mengistilahkan periode itu sebagai “batik primitif”. Pada masa itu, nenek moyang

membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna menggunakan bahan-

bahan yang dikenal pada zamannya (Kusrianto, 2013: xiii).

Kain yang diproses dengan perintang warna diantaranya di Sumatra

Selatan pada masa Sriwijaya dan Banten pada masa Tarumanegara membuat pola

ragam hias batik menggunakan pasta dari tepung ketan yang disebut darih.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

10

Pewarna yang digunakan berasal dari akar pohon mengkudu. Sedangkan di daerah

Toraja, Papua, Halmahera, Flores, Sumatra menggunakan perintang warna berupa

cairan semacam getah kayu (Kusrianto, 2013: xiv-xvi). Penggunaan malam lebah

sebagai perintang warna baru dikenal sekitar abad 10. Sementara alat yang

digunakan berupa kuas dari bambu. Penggunaan canting baru dikenal di Pulau

Jawa, tepatnya Kediri abad ke-12 (Anshori Kusrianto, 2011 dalam Kusrianto,

2013: xvii).

Pada zaman dahulu, pembuatan batik di Jawa secara keseluruhan hanya

dilakukan di lingkungan kraton dan dibuat khusus untuk keluarga raja. Penciptaan

pola ragam hias dan pembatikan dilakukan oleh para puteri istana, sedangkan

pekerjaan lanjutan dikerjakan oleh abdi dalem. Batik kraton merupakan wastra

batik dengan pola tradisional, tata susun ragam hias dan pewarnaannya

merupakan paduan antara matra seni, adat, pandangan hidup, dan kepribadian

lingkungan kraton. Seiring meningkatnya kebutuhan wastra batik di lingkungan

kraton, pembatikan menjadi kegiatan rumah tangga yang dilakukan oleh para

kerabat dan abdi dalem di luar kraton. Kemudian kegiatan pembatikan

berkembang menjadi industri yang dikelola oleh para saudagar untuk memenuhi

kebutuhan lingkungan istana (Doellah, 2002: 54-55).

Pada permulaannya sebagai busana, wastra batik meliputi jarit „kain

panjang‟, sarung, dan kemben „penutup dada‟, serta sebagai busana tambahan

berupa selendang, iket „ikat kepala‟, dan selendang gendhongan. Selain itu, di

lingkungan kraton terdapat wastra yang digunakan sebagai busana upacara, yaitu

dodot (Doellah, 2002: 21). Permintaan batik kemudian meluas pada masyarakat

luas. Perubahan selera masyarakat dari wastra tenun ke batik sebagai bahan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

11

pakaian mengakibatkan peningkatan pesat pada permintaan batik. Hal tersebut

mendorong para saudagar untuk mengembangkan usaha di bidang batik. Akhirnya

di tahun 1850 tumbuhlah industri batik yang dikelola oleh para saudagar. Pola

batik saudagaran bersumber dari pola-pola batik kraton, yang ragam hias utama

serta isen polanya digubah sedemikian rupa sesuai dengan selera kaum saudagar

(Doellah, 2002: 124). Seiring dengan perkembangan zaman, wastra batik

kemudian meluas dan merambah ke sektor perlengkapan rumah tangga, antara

lain digunakan sebagai taplak meja, hiasan dinding, serbet makan, penutup

ranjang, boneka, hingga tirai (Doellah, 2002: 21).

3. Perkembangan Produk Batik Sebagai Hiasan Dinding

Produk batik merupakan semua produk yang dibuat berdasarkan proses

dan prinsip batik yaitu dengan teknik wax resist dyeing atau resist dyed technique

atau teknik perintangan warna dengan malam untuk menghasilkan motif atau

gambar. Atau semua produk dengan motif gambar berupa pola ragam hias batik

yang terdiri dari ragam hias utama, ragam hias pengisi, dan isen-isen. Produk

batik dapat berwujud sebagai bahan pakaian atau kain batik maupun produk-

produk batik perlengkapan rumah tangga. Salah satu perkembangan produk batik

ialah hiasan dinding yang dibuat dengan teknik dan proses batik.

Pada dasarnya, produk batik sebagai hiasan dinding sama dengan produk-

produk batik/ kain batik yang dibuat dengan teknik batik, hanya saja kegunaannya

diperuntukkan sebagai hiasan dinding. Hiasan dinding merupakan salah satu

aksesori elemen estetis yang berfungsi sebagai penambah keindahan (estetis) dan

aksesori dalam suatu ruangan (Griya Kreasi 2014: 17).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

12

Elemen desain dalam sebuah ruangan terdiri atas elemen pembentuk ruang

dan elemen estetis. Elemen pembentuk ruang yaitu elemen dasar pembentuk

ruang yang terdiri dari dinding, lantai, langit-langit, dan kelengkapan ruang

berupa furnitur. Sedangkan elemen estetis yaitu kelengkapan interior yang

memiliki nilai keindahan, antara lain dapat berupa aksesori, warna, tekstur,

cahaya, skala, dan lain-lain (Griya Kreasi 2013: 14). Dekorasi dan pernak-pernik

aksesori dalam interior ruangan dapat menghidupkan suasana yang tadinya

kosong dan kaku. Aksesori ruangan dapat dihadirkan dalam beragam bentuk rupa,

misalnya saja rangkaian bunga dengan pilihan vas bunga yang unik, lukisan, foto,

kap lampu, dan lain sebagainya (Griya Kreasi, 2013: 75).

Produk batik sebagai hiasan dinding termasuk dalam golongan batik

modern. Batik modern ialah batik gaya baru atau batik gaya bebas, disebut juga

batik lukisan atau batik tanpa pola (Susanto, 1980: 213). Batik modern muncul

pada tahun 1967, karena adanya usaha perubahan dan pembaharuan dalam motif

batik dan gaya motif batik. Pada tahun 1970 upaya ini mendapat sambutan dari

beberapa seniman dan diterima di masyarakat. Kemudian di tahun-tahun

berikutnya para tokoh batik yang dinamis dan beberapa tokoh seniman turut

mengembangkan batik modern hingga muncul beberapa jenis batik modern yaitu:

a. Gaya abstrak dinamis, misalnya menggambarkan burung terbang, ayam

tarung, garuda melayang, loncatan panah, rangkaian bunga, dan lain-lain.

b. Gaya gabungan yaitu pengolahan dan stilerisasi ornamen dari berbagai

daerah menjadi suau rangkaian yang indah.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

13

c. Gaya lukisan yaitu menggambarkan yang serupa lukisan, seperti

pemandangan, bentuk bangunan dan sebagainya diisi dengan isen yang

diatur rapi sehingga menghasilkan suatu hasil seni yang indah.

d. Gaya khusus dari cerita lama, misalnya diambil dari Ramayana atau Maha

Bharata. Gaya ini kadang seperti campuran antara rieel dan abstrak

(Susanto, 1980: 15).

Menurut Mujito, seni batik modern atau seni lukis batik sebagai jalan

keluar mengatasi berhentinya usaha dalam melepaskan ikatan batik dengan pola-

pola tradisional yang memanfaatkan batik sebagai media ekspresi untuk seni

lukisnya. Upaya tersebut dipelopori oleh seniman batik Kuswadi, Bagong

Kusuadiarjo, Amri Yahya, Kuwat, dan dari para pengusaha Sularjo Soemiarjo

serta Bambang Oetoro (Mujito, 1983: 16 dalam Skripsi Mesira Dina Latifah,

2014).

Sementara di Laweyan Surakarta bentuk visual seni batik kontemporer

berkembang di tahun 1970 dipelopori oleh salah seorang seniman batik bernama

Tanto Suheng, dimana karyanya banyak diwujudkan dalam bentuk hiasan

dinding. Ciri khas batiknya mengarah pada bentuk abstrak yang digoreskan secara

spontanitas (dalam Skripsi Normanta Agus Purwasandi, 2013: 105).

Batik hiasan dinding merupakan salah satu wujud dari perkembangan

produk batik. Batik yang pada dasarnya cenderung mengarah pada fungsi sebagai

kebutuhan bahan pakaian telah meluas pada produk-produk perlengkapan rumah

tangga atau produk tekstil interior. Dilihat dari fungsinya, produk batik sebagai

hiasan dinding lebih mengarah pada produk seni rupa murni (pure art) sebagai

elemen estetis untuk menambah keindahan atau aksesori dalam ruangan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

14

4. Motif Batik

Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara

keseluruhan. Motif batik disebut juga corak batik atau pola batik (Susanto, 1980:

212). Berdasar perkembangan batik di Jawa, pola batik dapat dirinci menjadi tiga

unsur pokok, yaitu ragam hias utama, isen-isen, dan ragam hias pengisi (Doellah,

2002: 19).

Berdasar unsur-unsurnya, Sewan Susanto membagi motif batik menjadi

dua bagian utama yaitu ornamen motif batik dan isen motif batik. Ornamen motif

batik terdiri dari ornamen utama dan ornamen pengisi bidang atau ornamen

tambahan atau pendukung. Ornamen utama yaitu ragam hias yang menentukan

dari pada motif tersebut, masing-masing ornamen utama memiliki arti, susunan

ornamen dalam motif merupakan jiwa dari motif tersebut. Sedangkan ornamen

tambahan tidak memiliki arti, hanya berfungsi sebagai pengisi bidang untuk

memperindah motif secara keseluruhan, bentuknya lebih kecil dan sederhana.

Sementara isen motif batik berupa titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan garis,

berfungsi sebagai pengisi ornamen motif atau pengisi bidang diantara ornamen-

ornamen tersebut.

Motif dalam batik klasik memiliki dua macam keindahan. Pertama,

keindahan visual dari perpaduan harmonis pada susunan bentuk dan warna.

Kedua, keindahan jiwa atau keindahan filosofis dari susunan arti-lambang

ornamen-ornamen batik yang membuat gambaran sesuai dengan paham yang

dimengertinya. Sedangkan dalam motif batik modern keindahan filosofisnya

kurang menonjol (Susanto, 1980: 212).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

15

Penggolongan batik berdasarkan susunan dan bentuk-bentuk ornamen

dalam motif batik menurut Sewan Susanto diantaranya:

a. Golongan geometris, yaitu motif batik yang susunan ornamennya berupa

susunan geometris. Susunan geometris dibedakan menjadi dua macam:

motif yang berbentuk seperti ilmu ukur biasa, yaitu bentuk segi empat,

segi empat panjang, atau lingkaran dan motif yang berbentuk garis miring

atau semacam belah ketupat.

1) Motif Banji, yaitu motif yang dibentuk berdasarkan ornamen swastika

yang dihubungkan satu sama lainnya dengan garis-garis. Motif banji

tergolong pada motif klasik, yang masih dibuat di daerah Banyumas

dengan ciri khas motif besar, warna coklat dan hitam, dibuat dengan

proses bedesan (Susanto, 1980: 218).

2) Motif Ganggong, yaitu motif yang terlihat seperti motif ceplok,

bedanya memiliki ciri khas berupa garis-garis yang tidak sama

panjangnya, pada ujung garis yang paling panjang berbentuk serupa

salib (Susanto, 1980: 219).

3) Motif Ceplok, yaitu motif batik yang didalamnya terdapat gambaran

berbentuk segi empat, lingkaran, dan segala variasinya (Susanto, 1980:

221).

4) Motif Nitik atau Anyaman, yaitu motif-motif semacam ceplok yang

tersusun dari garis-garis putus, titik-titik dan variasinya, yang sepintas

seperti motif anyaman (Susanto, 1980: 224).

5) Motif Kawung, yaitu motif yang tersusun dari bentuk elips, susunan

memanjang menurut garis diagonal miring ke kiri dan ke kanan secara

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

16

berselang seling. Berdasarkan besar-kecilnya bentuk elips, motif

kawung dibedakan menjadi 3 jenis: kawung picis yang bentuknya

kecil-kecil. Picis diambil dari nama mata uang kecil bernilai 10 sen;

kawung bribil yang berukuran agak besar, merupakan mata uang yang

lebih besar dari picis bernilai setengah sen; dan kawung sen yang

berukuran lebih besar dari kawung bribil (Susanto, 1980: 226).

6) Motif Parang dan Lereng atau Liris ialah motif yang tersusun menurut

garis miring atau diagonal. Ciri dari motif parang adalah mlinjon,

deretan segi empat pada bidang miring diantara dua deret parang yang

bertolak-belakang. Apabila dalam motif parang tidak terdapat isen

mlinjon disebut lereng atau liris (Susanto, 1980: 227).

Golongan non geometris yaitu motif batik yang tersusun dari ornamen-

ornamen tumbuhan, meru, pohon hayat, candi, binatang, burung, garuda, ular atau

naga dalam susunan tidak teratur menurut bidang geometris meskipun terjadi

pengulangan motif dalam satu kain batik (Susanto, 1980: 215). Motif batik yang

termasuk dalam golongan non geometris yaitu motif semen, buketan, lung-lungan,

dan terangbulan.

b. Golongan Motif Semen

Motif semen adalah golongan motif batik klasik yang tersusun secara

bebas. Semen berasal dari kata “semi” (bahasa Jawa) yang berarti “tumbuhnya

bagian dari tanaman”. Golongan motif batik semen selalu terdapat ornamen yang

menggambarkan tumbuhan atau tanaman. Pada umumnya motif semen memiliki

ornamen pokok. Pertama, ornamen yang berhubungan dengan daratan, seperti

tumbuh-tumbuhan atau lung-lungan dan binatang berkaki empat. Kedua, ornamen

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

17

yang berhubungan dengan udara seperti garuda, burung atau binatang-binatang

dan mega mendung. Ketiga, ornamen yang berhubungan dengan air atau laut

seperti ular, ikan dan katak (Susanto, 1980: 235-236).

c. Golongan Motif Buketan dan Terangbulan

Motif buketan merupakan motif berupa tumbuhan atau lung-lungan yang

panjang selebar kain. Motif buketan biasa terdapat pada bagian kain batik sarung

dari Pekalongan, Lasem, Tegal, dan Cirebon atau daerah lainnya. Sedangkan

motif terangbulan ialah kain batik yang dipakai sebagai kain wanita (tapih), dari

pinggir bawah terdapat bentuk segi tiga atau tumpal. Bagian dalam tumpal diberi

isi motif batik, sedangkan pada bidang luarnya diberi ornamen kecil-kecil dan

berjauhan dengan dasar berwarna (Susanto, 1980: 240).

d. Golongan Motif Batik Modern

Batik modern ialah batik gaya baru atau batik gaya bebas, disebut juga

batik lukisan atau batik tanpa pola yang muncul dan terkenal pada tahun 1967.

Batik ini sebenarnya sudah mendekati lukisan, dimana gambar yang dibuat tidak

ada yang berulang, dan antara kain yang satu dengan yang lainnya tidak sama.

Perkembangan dari batik modern ialah kain lukisan yamg muncul pada

pertengahan tahun 1968. Dalam pembuatannya bukan lilin yang dilukiskan,

melainkan langsung dari zat warnanya (Susanto, 1980: 213). Semua macam motif

dan gaya batik modern tidak seperti batik tradisional yang susunan motifnya

terikat oleh suatu ikatan tertentu dengan isen-isen tertentu. Apabila menyimpang

dari ikatan yang menjadi tradisi, dikatakan menyimpang dari batik tradisional

(Susanto, 1980: 15).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

18

5. Teknik dan Proses Batik

Pengertian umum teknik membuat batik yaitu proses-proses pekerjaan dari

permulaan yaitu mori batik sampai menjadi kain batik. Proses pekerjaan tersebut

dibagi menjadi 2 bagian:

a. Tahap persiapan, yaitu macam-macam pekerjaan pada mori hingga

menjadi kain yang siap untuk dibatik, meliputi:

1) Nggirah (mencuci) atau ngetel, bertujuan untuk menghilangkan kanji,

dan juga agar kain memiliki daya penyerapan lebih tinggi dan supel

2) Nganji (menganji), bertujuan agar lilin batik tidak meresap kedalam

kain dan mudah untuk dihilangkan

3) Ngemplong (seterika, kalander), bertujuan untuk meratakan dan

menghaluskan permukaan kain

b. Tahap membuat batik, yaitu macam-macam pekerjaan dalam pembuatan

batik yang sebenarnya, tahap pekerjaan ini meliputi:

1) Membatik: pelekatan lilin batik pada kain untuk membuat motif batik

yang dikehendaki, dapat berupa klowong (kerangka garis motif batik),

nembok (menutup motif setelah diklowong), atau mbironi (menutup

motif yang berwarna, dilakukan pada tengah-tengah proses batik)

2) Pewarnaan batik dengan menggunakan teknik celup atau secara

coletan atau lukisan (painting), dapat berupa medel (mencelup warna

biru tua), menyoga (memberi warna coklat)

3) Menghilangkan lilin batik yang melekat di kain, dapat berupa

penghilangan sebagian lilin di tempat-tempat tertentu dengan cara

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

19

mengerok atau menghilangkan lilin batik secara keseluruhan (melorod)

disebut pula: nglorod, ngebyok, mbabar (Susanto, 1980: 6-9).

Melalui tiga macam proses utama membuat batik tersebut, orang dapat

membuat batik dengan beberapa macam cara pembuatan batik, yang disebut

“teknik pembuatan batik” atau “proses pembuatan batik”. Berdasarkan proses

utama membatik tersebut, teknik pembuatan batik dapat dilakukan dengan

berbagai macam variasi, diantaranya:

a. Teknik Kerokan :

1) Kain dibatik (klowong)

2) Medel (kain dicelup warna biru tua)

3) Ngerok (menghilangkan sebagian lilin klowong dengan cawuk)

4) Mbironi (menutup bagian warna biru dan memperbaiki lilin yang

rusak atau pecah)

5) Menyoga (mencelup warna soga atau coklat)

6) Melorod (menghilangkan seluruh malam)

Teknik kerokan merupakan tipe proses pembuatan batik di daerah

Yogyakarta dan Solo, tetapi kemudian daerah Solo membuat batik dengan teknik

lorodan (Susanto, 1980: 10).

b. Teknik Lorodan :

1) Kain dibatik (klowong)

2) Medel (kain dicelup warna biru tua)

3) Melorod (menghilangkan seluruh malam)

4) Mbironi (menutup warna biru dan warna putih)

5) Menyoga (mencelup warna soga atau coklat)

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

20

6) Melorod (menghilangkan seluruh malam)

Teknik lorodan hampir sama dengan teknik kerokan, namun pada

pekerjaan ngerok diganti dengan cara melorod. Sehingga kain batik mengalami

proses pelorodan dua kali (Susanto, 1980: 10).

c. Teknik Bedesan :

1) Kain dibatik (klowong)

2) Menyoga (mencelup warna soga atau coklat)

3) Mencap klowong (menutup bagian-bagian yang akan tetap

berwarna soga)

4) Medel (kain dicelup warna biru tua)

5) Melorod (menghilangkan seluruh malam)

Bedesan merupakan cara yang digunakan dalam pembuatan batik secara

cepat, biasanya digunakan dalam batik cap. Warna yang dihasilkan adalah coklat

dan hitam, bukan biru (karena berasal dari proses medel, perpaduan dari warna

coklat dan biru tua) (Susanto, 1980: 11).

d. Teknik Radionan :

1) Menyoga (mencelup warna soga atau coklat)

2) Nglowong (kain dibatik, menutup bagian yang akan tetap berwarna

coklat)

3) Memutihkan (kain diberi obat pemutih)

4) Nemboki (kain dibatik, menutup bagian yang akan berwarna putih)

5) Medel (mencelup warna biru tua)

6) Melorod (menghilangkan seluruh malam)

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

21

Teknik radionan dibuat secara cepat dan biasanya untuk membuat kain

batik kasar atau sedang. Ciri khasnya tidak terdapat tumpangan antara warna

coklat dan biru tua, sehingga tidak terdapat warna hitam (Susanto, 1980: 11-12).

e. Batik Pekalongan :

1) Kain dibatik (nglowong)

2) Menyolet (kain diwarna pada bagian tertentu dengan dicolet)

3) Nemboki (kain ditutup lilin pada bagian yang telah dicolet warna)

4) Mencelup warna dasaran atau tanahan atau celupan pertama

5) Melorod (menghilangkan seluruh malam)

6) Menutup (bagian batik yang berwarna baik dari coletan atau

celupan dan bagian yang putih dengan lilin atau semacam mbironi)

7) Mencelup kedua (kain dicelup dengan warna yang berbeda dengan

warna yang pertama atau dengan warna soga kuning)

8) Melorod (menghilangkan seluruh malam)

Batik Pekalongan umumnya berbentuk sarung, yang memiliki motif dan

cara pembuatan yang khusus. Warna yang digunakan cerah dan tajam serta tidak

terdapat proses medel atau menyoga (Susanto, 1980: 12).

f. Batik Kalimantan :

1) Mencap mori (membatik dengan lilin, yang dipakai paraffin

dicampur dengan hars atau lilin tawon)

2) Menyoga (kain dicelup dalam ekstrak zat warna dari tumbuhan

secara berulang)

3) Melorod (menghilangkan seluruh malam)

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

22

Perkembangan batik di Kalimantan baru saja dimulai. Memiliki ciri khas

motif semacam kawung dan warnanya hanya warna soga atau coklat saja. Batik

Kalimantan dibuat secara sederhana, rupa-rupanya disesuaikan dengan bahan-

bahan batik yang tersedia di daerah itu. Tekniknya semacam batik kelengan, tetapi

tidak berwarna biru, melainkan coklat (Susanto, 1980: 13).

g. Batik Kelengan :

1) Mencap mori (membatik dengan lilin, yang dipakai paraffin

dicampur dengan hars atau lilin tawon)

2) Medel (kain dicelup biru tua/diwedel)

3) Melorod (menghilangkan seluruh malam)

Teknik batik kelengan merupakan cara pembuatan batik yang sudah sangat

tua, pewarnaan batik hanya dengan satu warna saja yaitu warna wedel atau warna

biru tua. Sebagai variasi dan perkembangan dari batik kelengan, sekitar tahun

1964 terkenal “batik ganefo” yaitu suatu tipe batik semacam batik kelengan tetapi

tidak berwarna biru tua melainkan warna-warna tajam seperti merah, hijau,

oranye, violet, dan sebagainya dengan motif-motif beraneka macam (Susanto,

1980: 13).

h. Batik Monochrome

Batik monochrome ialah batik dengan satu warna saja semacam batik

kelengan, tetapi tidak menggunakan warna wedelan, melainkan dicelup dengan

warna-warna tajam seperti merah, violet, hijau, dan sebagainya. Proses pembuatan

kain batik ganefo sama dengan batik kelengan dimana wedelan diganti dengan

celupan berwarna. Motifnya beraneka macam menggunakan cap klowong atau cap

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

23

tembokan atau cap lain yang dibuat khusus untuk batik monochrome (Susanto,

1980: 14).

Pada perkembangan batik lebih lanjut muncullah pembuatan batik dengan

“proses lukisan” dan terkenal dengan nama “batik kreasi baru” atau “batik gaya

bebas” dimana sebagian lilin batik dilukiskan di atas kain membentuk gambaran

yang abstrak (Susanto, 1980: 5).

Beberapa teknik pembuatan batik modern bila ditinjau dari berbagai cara

pembuatan batik modern antara lain:

a. Teknik Kerokan :

1) Kain dibatik (klowong)

2) Kain dicelup warna dasar (pada umumnya warna gelap/tua)

3) Mengerok (menghilangkan sebagian malam pada bagian tertentu)

4) Bironi (menutup cecek/titik-titik dan bagian yang tetap putih)

5) Mencelup warna soga atau warna lain

6) Melorod (menghilangkan seluruh malam)

Hasilnya adalah batas putih dan warna soga atau penggantinya akan tegas,

sedang penutupan warna dasar dan tempat-tempat tertentu seperti cecek atau

garis-garis akan merupakan efek bayangan (Susanto, 1980: 15-16).

b. Teknik Lorodan :

1) Kain dibatik (klowong)

2) Kain dicelup dengan warna dasar (gelap/tua)

3) Kain dilorod (menghilangkan seluruh malam)

4) Gambar putih dibatik lagi

5) Kain dicelup dengan warna soga atau warna lainnya

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

24

6) Melorod (menghilangkan seluruh malam)

Hasilnya adalah lukisan atau gambar dengan warna putih dan warna soga

atau warna lain diatas warna dasar. Teknik lorodan hampir sama dengan teknik

kerokan, dimana menghilangkan sebagian lilin di tengah-tengah proses dengan

cara melorod. Teknik lorodan menghasilkan efek yang berbeda dengan teknik

kerokan, yaitu batas antara warna putih dan soga akan tegas, begitu pula batas

antara warna dasar dan gambar sebagian besar merupakan batas yang tegas.

Teknik lorodan lebih cocok untuk lukisan atau corak yang banyak menggunakan

isen garis-garis kecil dan cecek (Susanto, 1980: 16).

c. Teknik Remukan Wonogiren :

1) Kain dibatik (klowong)

2) Diwedel atau dicelup warna dasar

3) Kain dilipat dan digulung, malam/lilin diremuk

4) Dicelup warna soga atau warna lain.

5) Melorod (menghilangkan seluruh malam)

Hasilnya berupa gambar berwarna putih diatas warna dasar dengan pecah-

pecah pada gambar dengan warna soga atau warna lain. Efek pecah-pecah pada

gambar dapat dibuat variasi dengan pekerjaan “pecah-celup” sampai dua kali atau

lebih dimana warnanya dibuat lebih muda (Susanto, 1980: 16).

d. Cara Pelarutan Soda Kostik :

1) Kain dibatik (klowong)

2) Kain dicelup warna dasar (tua/gelap)

3) Kain direndam dalam larutan kostik soda, kemudian dibuka dan

disikat sampai lapisan lilin yang tipis terlepas

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

25

4) Kain dibatik (menutup atau membuat isen-isen seperlunya)

5) Kain dicelup warna soga atau warna lain

6) Kain dilorod (menghilangkan seluruh malam)

Hasilnya adalah bagian yang berwarna putih dan soga (atau warna lain)

tidak teratur, karena pada waktu lilin dilepaskan dengan disikat bagian-bagian

tipis yang lepas jadi susunan warna putih dan warna soga tergantung pada tebal

tipisnya lilin pada batik (Susanto, 1980: 17).

e. Cara Lorodan Magel :

1) Kain dibatik (klowong)

2) Kain dicelup warna dasar

3) Kain dilorod dengan dimasukkan dalam air panas sampai bagian

lilin yang tipis terlepas dan bagian lilin yang tebal masih

menempel, maka akan tampak lilin yang menempel secara tidak

teratur

4) Kain diwarna soga atau warna lain

5) Kain dilorod (menghilangkan seluruh malam)

Hasilnya berupa batik dengan putih dan warna soga atau warna yang

lainnya tersusun secara tidak teratur (Susanto, 1980: 17).

f. Cara Kombinasi :

1) Kain dibatik (klowong)

2) Kain dicelup warna dasar hitam

3) Kain direndam sebentar dalam larutan kostik soda

4) Kain dibironi

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

26

5) Bagian lilin batik yang tebal dan lebar dikerjakan secara remukan

wonogiren

6) Kain dicelup soga dengan warna coklat kekuningan

7) Kain dibatik (menutup bagian yang akan tetap berwarna soga)

8) Bila perlu diberi tambahan efek pecahan dengan diremuk

9) Kain dicelup warna soga dengan warna coklat tua/coklat

kemerahan

10) Kain dilorod (menghilangkan seluruh malam)

Hasilnya berupa warna soga terdiri dari dua macam, yang satu sebagai

bayangan yang lain disertai efek pecahan wonogiren ditengah-tengahnya. Proses

diatas adalah salah satu contoh saja, masih banyak kombinasi atau variasi teknik

yang dapat dilakukan (Susanto, 1980: 18).

6. Gaya Visual

Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara

keseluruhan, disebut juga corak batik/pola batik. Motif batik terdiri dari 2 bagian

utama yaitu ornamen motif batik (ornamen utama dan ornamen pengisi bidang)

dan isen motif batik (Susanto, 1980: 212). Motif dalam sebuah desain disusun

dalam tata rupa yang disebut komposisi desain motif untuk mencapai estetika

dalam desain. Konsep dasar ornamen adalah menghias sesuatu agar menjadi lebih

indah (Guntur, 2004: 15).

Menurut sifatnya ornamen dapat dikelompokkan ke dalam ornamen

naturalistik dan ornamen stilistik. Sedangkan bendasarkan pada elemen

pembentuknya, ornamen dapat dipilah ke dalam ornamen berjenis geometris,

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

27

tumbuhan, binatang, manusia, dan artifisial. Ornamen naturalistik adalah ornamen

yang pembentukan atau penyusunannya meniru penampakan fenomena alam,

penampakan visualnya menyerupai benda-benda alam. Ornamen stilistik adalah

ornamen yang dalam pembentukan atau penyusunannya didasarkan pada

penggayaan elemen dasar yang dirujuknya, penampakannya berbeda dengan apa

yang digambarkan (Guntur, 2004: 38-40). Ornamen juga dapat dibentuk dan

disusun dengan meniru elemen dasar dengan cara menggayakan, mendestorsikan

atau mendeformasikan keseluruhan dan atau sebagian dari objeknya (Guntur,

2004: 47).

Penggayaan bentuk dalam desain motif dapat dibagi menjadi beberapa

macam, diantaranya:

a. Naturalis, yaitu penggambaran motif dengan cara meniru bentuk aslinya.

b. Stilasi, yaitu menggambaran motif dengan melakukan penyederhanaan

bentuk dari obyeknya yang kemudian dilakukan penggayaan, yaitu usaha

mewujudkan motif dalam bentuk yang gemulai dan menekankan pada

gaya atau langgam bentuk.

c. Abstraksi, yaitu penggambaran motif dengan mengadakan perubahan dari

bentuk aslinya sehingga bentuk asli obyek dalam penggambaran

sudah/hampir tidak nampak lagi, namun esensi/karakter obyek masih

nampak.

d. Distorsi, yaitu penggambaran motif dengan melakukan perubahan bentuk

obyeknya dengan melakukan penyimpangan-penyimpangan yaitu keadaan

yang dilebih-lebihkan baik dari sisi ukuran maupun bentuknya pada

bagian-bagian tertentu.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

28

e. Dekoratif, yaitu penggambaran obyek yang berkaitan dengan ornamen

atau ragam hias dan cenderung memiliki ciri-ciri yang berkisar pada isian

untuk menghias (artificial forms) (Affanti, 2007: 90-95).

7. Komposisi Warna

Warna merupakan unsur seni rupa yang penting dalam sebuah desain.

Namun untuk mencapai keindahan, warna tidak dapat berdiri sendiri karena masih

dipengaruhi unsur-unsur lain. Warna dalam tata seni berfungsi membantu

mewujudkan unsur bentuk. Tata susun warna disebut sebagai komposisi warna,

paduan warna atau tata rupa warna. Tata rupa warna mengacu pada prinsip-prinsip

dasar seni, antara lain menyangkut keselarasan/irama/ritme, kesatuan (unity),

dominasi, keseimbangan, dan proporsi/keserasian (Sadjiman, 2009: 33).

Susunan keselarasan warna dibagi menjadi tiga macam, yaitu laras warna

tunggal atau monoton, laras warna harmonis, dan laras warna kontras. Laras

warna tunggal atau warna monochromatik adalah pewarnaan karya seni dengan

satu warna saja, hasilnya monoton, sederhana, tenang dan sedikit menjemukan.

Laras warna harmonis atau warna analogus adalah kombinasi warna-warna yang

saling berhubungan satu sama lain, yaitu dua atau tiga warna yang letaknya

berdekatan dalam lingkaran warna. Laras warna kontras atau warna komplementer

adalah kombinasi warna-warna yang saling berseberangan satu sama lain. Ada 4

jenis warna kontras/komplementer:

a. Kontras komplemen (kontras dua warna) adalah dua warna yang saling

berhadapan dalam lingkaran warna

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

29

b. Kontras split komplemen (kontras dua warna komplemen bias) yaitu

warna-warna yang berseberangan dalam lingkaran warna, tetapi

menyimpang ke kiri atau ke kanan

c. Kontras triad komplemen (kontras segi tiga) yaitu susunan warna-warna

yang membentuk sudut segi tiga sama sisi dalam lingkaran warna

d. Kontras tetrad komplemen (kontras dobel komplemen atau kontras empat

warna) adalah susunan warna-warna yang membentuk sudut segi empat

sama sisi dalam lingkaran warna (Sadjiman, 2009: 36-39).

8. Batik Laweyan

Laweyan merupakan kawasan sentra industri batik di Solo yang terkenal

dengan sebutan Kampoeng Batik Laweyan. Pada mulanya, pembuatan batik di

Laweyan secara keseluruhan mulai dari penciptaan ragam hias hingga pencelupan

akhir, dibuat di dalam kraton baik untuk busana maupun keperluan ritual raja dan

pengikutnya. Motifnya pun berdasar pada perbedaan kasta, kelas, dan golongan

yang terdapat di dalam kraton. Ragam hias motif dan warna mengandung nilai

perlambang, pandangan hidup, mantra atau permohonan. Dengan demikian,

hasilnya merupakan perpaduan antara seni, adat, pandangan hidup, dan

kepribadian lingkungan kraton (Lono, 2013: 25 dalam Wahyono, 2014: 33).

Kebutuhan batik di lingkungan kraton yang semakin meningkat,

mengakibatkan pembuatan batik tidak lagi bergantung pada para putri dan abdi

dalem kraton. Batik kemudian dibuat juga oleh kerabat dan abdi dalem yang

tinggal di luar kraton. Ki Ageng Henis sebagai salah satu manggala pinutuwaning

nagara Pajang atau petinggi yang juga pengikut raja diharuskan pula berbusana

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

30

batik terutama dalam upacara ritual. Karenanya, kegiatan pembatikan juga

dilakukan di rumahnya oleh putri-putri abdi dalemnya. Perkembangan selanjutnya

seni batik diperkenalkan dan diajarkan kepada para santri yang berguru

kepadanya. Keahlian membatik juga dikembangkan kepada sanak saudara dan

keturunan ataupun tetangga para santri dan pada akhirnya berkembang menjadi

industri batik rumahan yang dikelola oleh para saudagar (Wahyono, 2014: 33-34).

Perjalanan batik di Laweyan sempat mengalami pasang surut. Pada masa

Orde Baru, pengrajin batik Laweyan mengalami masa-masa krisis, dikarenakan

munculnya teknologi printing yang memudahkan produksi batik secara massal.

Beberapa pengrajin batik Laweyan sempat mengalami kevakuman beberapa

tahun. Sampai pada tahun 2000 an, pengrajin batik di Laweyan mulai bangkit

kembali. Dicanangkannya Laweyan sebagai Kampoeng Batik pada 25 September

2004 mendorong para pengusaha batik mulai berproduksi kembali. Sebagai upaya

pengembangan potensi batik di Kampoeng Batik Laweyan, dibentuklah Forum

Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) yang memiliki visi

menjadikan Laweyan sebagai kawasan pusat industri batik dan cagar budaya yang

ramah lingkungan melalui pembangunan yang berlanjutan. FBKBL bertujuan

untuk mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki masyarakat Laweyan di

bidang batik. Adanya FPKBL menandai kebangkitan Kampoeng Batik Laweyan

bersamaan dengan permintaan konsumen batik di pasar domestik dan ekspor yang

terus meningkat. Perkembangan industri batik di Laweyan dimotori oleh FPKBL

untuk mengembangkan diri, baik dalam sistem produksi batiknya maupun dengan

inovasi baru sesuai dengan selera konsumen. Disamping itu juga dilakukan

promosi secara besar-besaran. Permintaan batik semakin meningkat setelah

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

31

diakuinya batik sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO (Wahyono, 2014:

34-37). Banyak inovasi batik yang dilakukan untuk meningkatkan potensi batik di

Laweyan. Salah satunya inovasi dalam penggunaan teknologi pada proses

produksi, selain itu juga inovasi dalam hasil produksi dengan meluaskan

fungsional pada produk batik yang tidak hanya sebagai bahan pakaian, namun

juga merambah ke produk interior, seperti taplak meja, hiasan dinding, tirai, sprei,

kipas, dan lain sebagainya (Wahyono, 2014: 38).

B. Teori dan Kerangka Pikir

Penelitian ini mengkaji mengenai produk batik Laweyan sebagai hiasan

dinding tahun 2015-2016. Pendekatan yang digunakan untuk membahas

permasalahan ialah pendekatan desain. Teori desain yang digunakan untuk

menganalisis permasalahan dalam penelitian ini adalah teori desain yang

dikemukakan oleh Agus Sachari.

Desain merupakan integrasi antara bidang seni rupa, teknologi, dan sains.

Desain adalah kegiatan untuk menciptakan sesuatu yang lebih indah dan menarik

sesuai dengan kebutuhan manusia. Dilihat dari lingkup pengerjaannya, desain

merupakan integrasi dari kegiatan sains (metode riset, ilmu fisika, matematika,

ilmu bahan, ilmu ekonomi, ilmu sosial, ilmu psikologi, ilmu budaya, dll),

teknologi (ilmu konstruksi, teknologi produksi, teknologi mesin, teknologi

material, dll) dan seni rupa (ilmu bentuk, filsafat estetika, teknik presentasi, dll).

Semua kegiatan tersebut akan tertuang dari daya kreativitas dan imajinasi setiap

individu atau manusia. Sehingga selain memiliki nilai estetis, desain juga dapat

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

32

diterima dan laku di masyarakat, mengandung minat beli dan dinamis dalam

menghadapi berbagai cuaca perdagangan (Sachari, 1986: 136).

Sains menurut Einstein berfungsi untuk mengkoordinasikan semua

pengalaman-pengalaman manusia dan menempatkannya ke dalam satu sistem

yang logis. Teknologi menurut Iskandar Alisyahbana adalah cara melakukan

sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal

sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuaat atau membuat lebih ampuh

anggota tubuh, panca indera dan otak manusia. Seni menurut Whitehead adalah

untuk memberi semacam persepsi mengenai suatu keberaturan dalam hidup

dengan menempatkan satu keberaturan kepadanya (Sachari, 1986: 139).

Gambar 1

Skema Desain

Sumber: Agus Sachari, 1986: 139

Menurut Buchori, desain merupakan kesatuan yang terpadu dan utuh dari

estetik dan sains. Dalam metodologi saintifik, desain menuntut hasil akhir yang

memenuhi prinsip sains, yaitu efisien dan efektif, didalamnya terdapat prinsip

struktur, fisis, mekanik, chemis, teknologi, ekonomi, dan pemasaran. Sedangkan

dalam estetika, desain merupakan upaya kreativitas dan daya imajinasi manusia

dalam mencari solusi terhadap kebutuhan hidupnya pada suatu yang paling

TEKNOLOGI

SAINS

SENI RUPA

TEORI

SENI

RUPA

ENGINERING

KETERAMPILAN

DESAIN

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

33

“indah”, yang berarti benar secara fungsional, jujur dalam material, etis, dan

inspiratif (Buchori, 2011: 4).

Desain sebagai kegiatan yang menuntut kreativitas dan daya imajinasi

sehingga memiliki nilai etetis yang berarti desain ialah seni. Desain sebagai

kegiatan dalam mencari solusi terhadap tuntutan kebutuhan, dapat dicapai dengan

upaya teknologis. Desain juga berkaitan dengan pemecahan masalah fungsional,

yang dapat didekati berdasarkan metode dan falsafah yang disebut metodologi dan

riset desain (Buchori, 2011: 35).

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa desain merupakan keterpaduan

antara bidang sains, teknologi, dan seni rupa yang saling berintegrasi. Seni

memiliki fungsi untuk mencapai tujuan estetis, sedangkan teknologi berperan

sebagai tujuan praktis, dan sains untuk mencapai tujuan rasional. Ilmu seni rupa

digunakan untuk mengkaji visual produk batik Laweyan sebagai hiasan dinding.

Bidang teknologi yang digunakan dalam penelitian adalah teknologi produksi dan

teknologi material untuk mengkaji teknik dan proses produksi batik sebagai

hiasan dinding. Sains digunakan untuk mengkaji latar belakang memproduksi

batik sebagai hiasan dinding.

Penelitian ini mengkaji desain produk batik sebagai hiasan dinding di

Laweyan dengan pendekatan desain. Pada tahap awal dilakukan penelitian

mengenai visual produk batik Laweyan sebagai hiasan dinding. Tahap kedua

dilakukan penelitian mengenai teknik dan proses produksi batik sebagai hiasan

dinding, dan pada tahap terakhir dilakukan penelitian mengenai latar belakang

memproduksi produk batik sebagai hiasan dinding.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - abstrak.ta.uns.ac.idabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0912027_bab2.pdf · Pada masa itu, nenek moyang membuat hiasan pada kain dengan teknik perintang warna

34

Skema Kerangka Pikir

Gambar 2

Skema Kerangka Pikir

Produk Batik Laweyan

Sebagai Hiasan Dinding

Latar Belakang

Produksi

Visual Produk

Batik

Teknik dan

Proses Produksi