BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan...

20
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Pendidikan Pesantren 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Berdasarkan susunan katanya, pendidikan agama Islam terdiri dari dua kata, yaitu pendidikan dan agama. Kata pendidikan berasal dari kata didik yang berarti pelihara dan latih, yang kemudian mendapat imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja pendidikan, yang berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pendajaran dan pelatihan. (M. Haitami Salim, 2013:25). Redja Mudyahardjo berpendapat bahwa pendidikan adalah usaha secara sadar manusia dalam segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang pengalaman hidup manusia. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala situasi hidup yang mampu mempengaruhi pertumbuhan setiap individu (Redja Mudyahardjo, 2010:3). Menurut Chandra, pendidikan berasal dari kata dasar “didik” yang memiliki arti memilihara dan memberi latihan. Sehingga untuk merealisasikan pendidikan terhadap manusia diperlukan dengan adanya proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui usaha pengajaran dan pelatihan, sehingga dengan adanya pendidikan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pendidikan Pesantren

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Berdasarkan susunan katanya, pendidikan agama Islam terdiri dari

dua kata, yaitu pendidikan dan agama. Kata pendidikan berasal dari

kata didik yang berarti pelihara dan latih, yang kemudian mendapat

imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja

pendidikan, yang berarti proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pendajaran dan pelatihan. (M. Haitami Salim, 2013:25).

Redja Mudyahardjo berpendapat bahwa pendidikan adalah usaha

secara sadar manusia dalam segala pengalaman belajar yang

berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang pengalaman

hidup manusia. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala situasi

hidup yang mampu mempengaruhi pertumbuhan setiap individu

(Redja Mudyahardjo, 2010:3).

Menurut Chandra, pendidikan berasal dari kata dasar “didik” yang

memiliki arti memilihara dan memberi latihan. Sehingga untuk

merealisasikan pendidikan terhadap manusia diperlukan dengan

adanya proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau

sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui usaha

pengajaran dan pelatihan, sehingga dengan adanya pendidikan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

14

manusia mampu menjadi individu yang mampu membentuk

kepribadian yang baik, serta memiliki kecerdasan intelektual,

kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, berketerampilan dan

berkepribadian. (Yuli Setio Rini, 2013:3).

Arti pendidikan dapat disimpulkan bahwa segala upaya manusia

dalam meningkatkan kualitas diri yang memiliki tujuan mampu

menjadi pribadi yang matang dan berwibawa secara lahir dan batin

sehingga timbul dengan sendirinya rasa ketakwaan, berakal sehat,

berilmu, berakhlak mulia, kreatif, mandiri serta mampu berusaha

meraih kebahagiaan hidup dunia dan akhirat .

Adapun secara etimologi kata agama berasal dari bahasa

Sansekerta yang berasal dari kata gum, yang mendapat awalan a dan

akhiran a (a-gam-a) menjadi agama, atau mendapat awalan I dan

akhiran a (i-gam-a) menjadi igama, atau mendapat awalan U dan

akhiran a (u-gam-a) menjadi ugana. Sehigga kata agama dipakai dalam

bahasa Indonesia, sdangkan kata igama dipakai oleh orang Jawa, dan

kata Ugama dipakai oleh orang Melayu. Ketiga kata tersebut (Agama,

Igama dan Ugama) memiliki makna yang sama yaitu peraturan, tata

cara, upacara hubungan antara manusia dengan raja atau upacara yang

berhubungan antara manusia dan tuhan serta upacara antara hubungan

antara sesama manusia. (M. Haitami Salim, 2013:29).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

15

Adapun jika diperhatikan dari pengertian agama dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata agama adalah kata benda yang

berarti ajaran, sistem yang mengatur keimanan (kepercayaan) kepada

Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan antara

manusia dan manusia dan tata kaidah antara manusia dan lingkungan

hidup disekitarnya. Adapun yang dimaksud dalam konteks agama disini

adalah agama Islam (din al-Islam). (M. Haitami Salim, 2013:29).

Berdasarkan pengertian dua kata diatas (Pendidikan dan Agama)

maka pendidikan agama Islam dapat diartikan sebagai usaha sadar

manusia yang dilakukan secara terencana dan sistematik untuk

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran, latihan

keterampilan, keteladanan, dan kepribadian yang sesuai dengan ajaran

agama Islam. Sehingga tumbuh rasa intuisi keagamaan pada diri

seseorang kemudian ia melaksanakan berbagai ajaran-ajaran Islam serta

menjauhi segala larangan-larang yang sudah ditentukan dengan penuh

ketundukan. (M. Haitami Salim, 2013:29).

2 Pengertian Pondok Pesantren

Secara etimologis, kata pondok pesantren merupakan gabungan

dari kata pondok dan pesantren. Pondok berasal dari bahasa Arab

funduk yang berarti hotel, yang dalam artian bahasa Indonesia lebih

disamakan dengan lingkungan padepokan yang dipetak-petak dalam

bentuk kamar sebagai asrama bagi para peserta didik (santri).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

16

Sedangkan pesatren merupakan gabungan dari kata pe-santri-an yang

berarti tempat para santri (Ridlwan Nasir, 2005:80).

Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan

pengajaran agama Islam, umumnya dengan cara klasikal, di mana

seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada para peserta didik

(santri) berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh

Ulama abad pertengahan dan para peserta didiknya (santri) biasanya

tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut (Sudjono

Prasodjo, 1982:6).

Secara spesifik, beberapa pondok pesantren merumuskan beragam

tujuan pendidikannya ke dalam tiga kelompok; yaitu pembentukan

akhlak/kepribadian, penguatan kompetensi peserta didik (santri), dan

penyebaran ilmu (M. Dian Nafi’, dkk, 2007:50). Menurut Mastuhu,

sebagaimana dikutip oleh Hasbullah dalam bukunya “Kapita Selekta

Pendidikan Islam” yaitu, pesantren merupakan lembaga pendidikan

tradisional Islam untuk memahami, menghayati dan mengamalkan

ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral agama Islam

sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari (Hasbullah,

1996:39). Sedangkan menurut M. Arifin, pondok pesantren adalah

“suatu lembaga pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui oleh

masyarakat sekitar, dengan sistem asrama atau kampus, di mana para

peserta didik (santri) menerima pendidikan agama melalui sistem

pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

17

dari seorang atau beberapa kyai dengan ciri khas yang bersifat

kharismatik, serta independent dalam segala hal. (Mujamil Qomar,

2009:2). Namun selain sebagai tempat pendidikan keagamaan

pesantren juga sebagai lembaga pendidikan yang mengajarkan

berbagai macam ilmu-ilmu umum seperti ilmu bahasa asing, ilmu

keterampilan, dan sebagainya, sebagaimana yang telah dilaksanakan

dalam pendidikan pesantren modern yang sudah menerapkan sistem

dan metode yang menggabungkan antara sistem pendidikan non

klasikal (tradisional) dan sistem klasikal (sekolah).

Berdasarkan bebrapa pendapat diatas Pesantren merupakan

lembaga pendidikan tradisional yang para peserta didiknya (santri)

tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih

dikenal dengan sebutan kyai dan mempunyai asrama untuk tempat

menginap peserta didik (santri). Peserta didik (santri) tersebut berada

atau tinggal dalam komplek yang juga tersedia masjid sebagai tempat

untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan

lainnya. Komplek ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat

mengawasi keluar masuknya para peserta didik (santri) yang sesuai

dengan peraturan-peraturan pondok pesantren yang disepakati serta

yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku ditengah-tengah

masyarakat sekitar.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

18

3. Unsur-unsur pendidikan pesantren

Unsur-unsur yang ada dalam penididikan pesantren diantaranya

adalah: (a) pelaku: kyai, ustadz, santri, dan pengurus. (b) sarana

perangkat keras: masjid, rumah kyai, asrama santri, gedung-gedung

keperluan pendidikan seperti kantor pengurus guru, kantor pengurus

santri, perpustakaan, aula, dll. (3) sarana perangkat lunak yaitu tujuan

pendiidkan pesantren, kurikulum, sumber belajar atau buku-buku

rujukan dalam pendidikan, cara belajar-mengajar seperti Bandongan,

Sorogan, Halaqah dan Menghafaldan evaluasi pendidikan (Amir

Fadhilah, 2011: 109).

Berbagai unsur-unsur pendidikan pesantren diatas kyai adalah

tokoh utama dalam penentuan segala corak kehidupan yang ada di

pendidikan pesantren. Setiap warga pesantren tentu tiadak akan

melaksanakan segala yang dilarang oleh kyai, akan tetapi setiap warga

pesantren selalu berusaha melakukan segala kegiatan yang mendapat

restu atau ridho kyai.

4. Prinsip-Prinsip Pendidikan Pesantren

Sesuai dengan tujuan pendidikan pesantren yaitu seagai lembaga

pendidikan Islam yang memandang bahawa segala kegiatan belajar

mengajar merupakan ketersatupaduan yang melebur dalam segala

kegiatan yang totatlitas pada kehidupan seharai-hari, prinsip-prinsip

pendidikan pesantren diantaranya adalah:

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

19

a. Theocentric

Penerapan pendidikan pesantren pada umumnya memiliki dasar

filsafat pendidikannya yaitu filsafat theocentric, yaitu pandangan

yang menyatakan bahwa segala kejadian berasalkan dari

berproses, dan kembali pada kebenaran mutlak tuhan

(Mochammad Muclis Solichin , 2012: 63)

Dari uraian diatas bahwa sistem pendidikan pesantren sejatinya,

segala aktivitas pendidikan yang ada di pesantren memiliki proses

dan dipandang sebagai ibadah kepada tuhan. Hal ini dapat

diartikan bahwa segala aktivitas belajar mengajar di pesantren

memiliki tujuan yaitu sebagai alat untuk beribadah sehingga

dalam proses belajar mengajar tanpa adanya hitungan waktu, serta

dalam prosesnya cenderung melakukan segala perilaku yang baik

dan bersifat sakral.

b. Sukarela dan mengabdi

Seperti disebutkan diatas, bahwa segala proses pendidikan

pesantren adalah ibadah kepada tuhan. Sehubungan dengan ini

maka setiap penyelengaraan pendidikan pesantren harus

dilaksanakan dengan sukarela, hal ini merupakan salah satu

wujud dari pengabdian diri kepada tuhan yang maha kuasa

(Mastuhu, 1994:62).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

20

c. Kearifan

Pendidikan pesantren pada umumnya menekankan rasa kearifan

pada peserta didiknya (santri), yang dimaksud kearifan dalam

pendidikan pesantren adalah memiliki sifat yang rendah hati,

sabar, mampu mencapai tujuan tanpa merugikan orang laian,

patuh pada segala ajaran dan hukum agama, serta mampu menjadi

individu yang bermanfaat bagi sesamanya (Mastuhu, 1994:62).

d. Kesederhanaan

Penampilan kesederhanaan sebagai salah satu nilai luhur dalam

pendidikan pesantren dan menjadi salah satu pedoman hidup

setiap warga pesantren, sederhana disini bukan berarti identik

dengan kemiskinan akan tetapi identik dengan kemampuan

peserta dididk (santri) untuk menjadi insan yang mampu berpikir

wajar, proposional, dan tidak memiliki sifat tinggi hati (Mastuhu,

1994:63).

e. Kolektivitas

Pendidikan pesantren memiliki ciri kehidupan yang kolektivitas

atau memiliki rasa kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari.

Kehidupan pesantren memiliki ciri khas yaitu lebih menekankan

dan menjunjung tinggi kolektivitas dan menekan rasa

individualisme, hal ini bertujuan untuk melatih peserta didik

(santri) untuk memiliki jiwa yang besar, seperti mampu

mendahulukan kepentingan orang lain atau kepentingan bersama

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

21

daripada kepentigan diri sendiri, serta memiliki rasa saling

bekerja sama dan tolong menolong dalam kebaikan (Mastuhu,

1994:63).

f. Mengatur kegiatan bersama

Pelaksanaan pendidikan pesantren memiliki dua kelompok nilai

kegiatan, nilai kegiatan yang pertama adalah segala kegiatan yang

dilakukan oleh kyai dan para ustadz seperti, kegiatan mengajar,

merancang kurikulum, dan kegiatan formal lainya. Nilai kegiatan

kedua adalah segala kegiatan pendidikan pesantren yang

dilakukan oleh peserta didik (santri) dibawah bimbingan para

ustadz dan kyai seperti, kegiatan pembentukan organisasi santri,

ekstrakulikuler, keamanan, perpustakaan, pengembangan diri dan

sebagainya (Mastuhu, 1994:63).

g. Kebebasan terpimpin

Seiring dengan prinsip diatas pendidikan pesantren juga memilki

prinsip kebebasan terpimpin yaitu bebeas dalam menjalankan

segala kebijaksanaan kependidikannya. Prinsip tersebut bertolak

pada ajaran bahwa semua makhluk tidak dapat keluar dari

sunnatullah, yaitu setiap mahluk diciptakan atau dilahirkan

berdasarkan fitrahnya masing-masing yang sesuai dengan

kecenderungan dan kebutuhan masing-masing individu, sehingga

pendidikan pesantren lebih membebaskan peserta didik (santri)

dalam proses belajarnya, namun peserta didik (santri) juga tidak

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

22

terlepas akan kewajibanya yang sudah terikat kepadanya

(Mastuhu, 1994: 64).

Sehubungan dengan prinsip diatas bahwa dalam proses

pendidikan pesantren, setiap peserta didik (santri) memiliki

kebebasan dalam belajarnya namun sikap lembaga pendidikan

pesantren dalam melaksanakan pendidikannya tetap pada

pendiriannya yaitu, membantu dan menggiring anak didik (santri)

dalam kebebasannya namun tetap berpegang pada tat tertib

pesantren dan hukum dan ketentuan-ketentuan yang sudah

ditentukan oleh agama.

h. Mandiri

Sikap mandiri merupakan prinsip yang dilatih pertama kali dalam

pendidikan pesantren, karena setiap peserta didik (santri) dalam

menjalankan pendidikan di lingkungan pesantren ia dituntut

mampu mengatur uang belanja, mampu memasak, mencuci

pakaian, merencanakan belajar, dan lain sebagainya (Mastuhu,

1994:64).

i. Pesantren merupakan tempat mencari ilmu dan mengabdi

Pesantren merupakan salah satu tempat pijakan santri untuk

menuntut ilmu dan tempat mengabdi, menururt Mastuhu

(1994:65) pengertian ilmu menurut pandangan pendidikan

pesantren ilmu yang ada di pesantren memiliki perbedaan arti

dengan ilmu dalam arti science. Ilmu pesantren dipandang suci

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

23

dan bagian yang tidak terpisahkan dengan ajaran-ajaran agama.

Model pemikiran pesantren, ilmu merupakan sesuatu yang berasal

dari keyakinan dan berakhir pada kepastian. Sehingga masyarakat

pesantren memandang bahwa ilmu merupakan segala kejadian

yang berawal, bertemu dan berakhir pada kebenaran tuhan secara

mutlak, sehingga para peserta didik (santri) berpandangan bahwa

apa-apa yang telah diajarkan kyai merupakan kebenaran mutlak

yang tidak perlu diperdebatkan tetapi perlu diamalkan.

j. Mengamalkan ajaran agama

Prinsip pendidikan pesantren selain sebagai ranah pendidikan atau

sebagai tempat untuk menuntut ilmu, pesantren juga sebagai

lembaga pendidikan yang fokus pada ranah dakwah, sebagaimana

pandangan Harya Toni (2016:106) bahwa dakwah dapat

dilaksanakan dengan baik jika hal tersebut dilakukan secara

terorganisir melalui lembaga dakwah atau organisasi dakwah.

Pesantren dapat dijadikan sebagai lembaga dakwah organisasi

dakwah. dengan adanya lembaga pendidikan pesantren maka

dakwah dapat terealisasi dengan baik melalui pendidikan

pesantren dan kurikulum yang digunakan di pesantren.

k. Tanpa ijazah

Seiring dengan prinsip-prinsip sebelumnya, prinsip lain dari

pesantren adalah bahwa pesantren tidak memberikan ijazah

sebagai tanda keberhasilan belajar peserta didik (santri).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

24

Keberhasilan peserta didik (santri) ditandai dengan segala

perbuatan atau prestasi yang telah dilakukan oleh peserta didik

(santri) yang diakui oleh khalayak dan mendapatkan restu dari

kyai, sehingga pendidikan pesantren tidak memrlukan ijazah yang

sebagai tanda keberhasilan peserta didik (santri) yang dinilai

dengan angka-angka sebagaimana sekolah umum (Mastuhu,

1994: 65).

l. Restu kyai

Konteks kehidupan pesantren kyai merupakan figur elit pesntren

atau segala otoritas tertinggi dalam menyimpan maupun

menyebarkan ilmu agama ada pada kehendak kyai sehingga

kharisma kyai merupakan salah satu fenomena yang ada di

pendidikan pesantren sehingga semua kegiatan yang dilakukan

oleh masyarakat pesantren mengacu pada restu kyai (Amir

Fadhilah, 2011: 104).

B. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Pesantren

Khozin (2016: 71) berpendapat dalam kegiatan belajar mengajar

pada pendidikan pesantren dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kegiatan

pendidikan dan pengajaran yang diselengarakan oleh kyai kepada santri

dan kegiatan belajar serta pelayanan terhadap masyarakat. Kegiatan belajar

mengajar yang terjadi antara kyai dan santri berlangsung sebagaimana

mestinya, kyai menyediakan sarana dan prasarana serta menciptakan

situasi pembelajaran pendidikan Islam yang memiliki tujuan menjadikan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

25

santri sebagai pribadi Muslim yang baik. Sedangkan dalam pelayanan

terhadap masayarakat lembaga pendidikan pesantren memberikan berbagai

macam bentuk kegiatan seperti pengajian keislaman atau majelis

tablighhingga memberikan skill pengembangan yang lainnya.

Menurut Tholkah Hasan sebagaimana dikutip oleh Imam Syafi’ie

fungsi dari pendidikan pesantren tidak berhenti dan fokus pada aktifitas

transfer ilmu (transfer of knowledge) saja, pesantren memiliki fungsi dan

tujuan dalam pendidikannya yang diantaranya adalah, Pesantren sebagai

lembaga pendidikan yang melakukan transfer ilmu-ilmu agama (taffaquh

fi ad-dien) dan nilai-nilai Islam (Islamic Value);Pesantren sebagai

lembaga pendidikan keagamaan yang mampu melakuakan kontrol sosial;

Pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan yang mampu

melakukan rekayasa sosial (social engineering) dan perkembangan

masyarakat (community devlopment). Hal itu merupakan tujuan

pendidikan pesantren untuk membangun generasi penerus yang lebih

baik (agent of change)(Imam Syafi’ie, 2017:94).

Pesantren memiliki fungsi sebagai lembaga pendidikan syia’ar

Islam dan sebagai lembaga sosial. Tujuan pendidikan Pesantren secara

umum dapat dibagi menjadi dua tujuan yang dapat diasumsikan

sebagai berikut:

1) Tujuan umum, yaitu untuk membimbing peserta didik (santri)

untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islami yang sanggup

mensyiarkan Islam melalui ilmu dan amalnya.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

26

2) Tujuan khusus, yaitu mempersiapkan para peserta didik (santri)

untuk menjadi manusia yang alim dalam ilmu agama yang telah

diajarkan oleh kyai sehingga ia mampu mengamalkan segala

ilmunya untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi agama dan

umat.

C. Tipologi Pendidikan Pesantren

Menurut Zamaksyari Dhofier ada beberapa pendekatan dalam

pengelompokan pola pendidikan pesantren,. Secara garis besar

pengelompokan tersebut dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu,

pesantren salafi yang konsisten mempertahankan pola pendidikannya yang

menggunakan kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikan pesantren,

adapun pesantren khalafiyang telah memasukkan pelajaran-pelajaran

umum dalam pendidikan pesantren yang dikembangkan dalam madrasah

atau sekolah umum yang didirikan dalam lingkungan pesantren.

(Zamaksyari Dhofier, 1994:41)

Adapun menurut Haidar Putra Daulay (2004: 27-30) macam-

macam tipologi pendidikan pesantren yang ada pada saat ini yang

diantaranya adalah sebagai sebagai berikut:

a. Pesantren yang masih terikat kuat dengan sistem pendidikan

Islam, sebelum zaman pembaharuan pendidikan Islam di

Indonesia. Adapun pendidikan pesantren tersebut memiliki

ciri-ciri dengan adanya pembelajaran dan pengkajian kitab-

kitab kuning atau kitab-kitab klasik, memakai metode sorogan,

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

27

wetonan, dan hafalan dalam proses belajar mengajarnya, tidak

menggunakan sistem klasikal.

Adapun pengetahuan peserta didik (santri) dalam proses

pendidikan di pondok pesantren tersebut diukur dari berapa

jumlah kitab yang sudah dipelajari serta kepada siapa ia belajar

kitab-kitab tersebut. Tujuan dari pendidikan pesantren tersebut

adalah untuk meninggikan moral peserta didik (santri), melatih

dan memberi semangat dalam belajar ilmu agama Islam dan

nilai-nilai spiritual bagipeserta didik (santri), serta menjadikan

peserta didik (santri) agar menjadi insan yang bersih hatinya.

b. Pesantren yang menggunakan kitab-kitab klasik dengan

menggunakan sistem klasikal maupun non klasikal, serta

mengajarkan berbagai macam ekstrakulikuler seperti praktik

keorganisasian.

c. Pesantren yang menggunakan pola pendidikan pesantren yang

didalamnya mengajarkan segala ilmu agama dan ilmu-ilmu

umum, ilmu keterampilan, kesenian, kejasamanian dan lain

sebagainya.

d. Pola pesantren yang mengajarkan ilmu agama, akan tetapi

pesantren tersebut juga mengutamakan pengajaran ilmu-ilmu

keterampilan seperti, keterampilan berbahasa asing,

perbengkelan, pertanian dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan

untuk membekali peserta didik (santri) berbagai macam

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

28

keahlian yang berguna untuk masa depan peserta didik (santri)

tersebut.

e. Pesantren yang mengasuh berbagai macam program

pendidikan yang tergolong sebagai pendidikan formal,

nonformal dan informal. Hal ini sebagaimana dengan adanya

berbagai macam sistem pendidikan dan pengajaran yang

terdapat didalam pesantren tersebut seperti, adanya pendidikan

madrasah dan perguruan tinggi, pengajian kitab-kitab klasik,

majelis taklim, pendidikan keterampilan dan lain sebagainya.

D. Sistem Pengajaran pada Pendidikan Pesantren

1. Sistem non klasikal

Sistem pengajaran non klasikal merupakan sistem pendidikan

pesantren yang pertama kali digunakan dalam pengajaranya. Dalam

sistem non klasikal pendidikan dan pengajaran yang dilakukan tidak

terdapat kurikulum serta jenjang tingkatan pendidikan yang telah

ditentukan, evaluas dari hasil pendidikan pesantren hanya dilakukan

oleh peserta didik (santri) yang bersangkutan (Musyrif Kamal Jaaul

Haq, 2015: 24).

Dalam sistem ini peserta didik (santri) diberi kebebasan dalam

memilih pelajaran serta menentukan tingkat kehadiran dalam

pembelajaran dan sikap dalam mengikuti pembelajaran. Apabila

peserta didik (santri) merasa cukup puas terhadap ilmu dan

pengalaman yang sudah didapat maka ia bebas dalam menentukan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

29

pilihan untuk meningkatkan ilmu atau pengalaman ke pesantren

lainnyaatau pulang ke kampung halammnya.

Ada beberapa metode dalam sistem pendidikan pesantren non

klasikal yang diantaranya adalah:

a. Metode Wetonan

Metode wetonan adalah suatu metode pendidikan yang dilakukan

oleh kyai dalam proses pendidikan dan pengajaran pelajaran di

pondok pesantren yakni kiyai membaca suatu kitab kemudian

para peserta didik (santri) juga menimak, memperhatikan kitab

yang sama dan mendengarkan kyai membacakan kitab tersebut

(KM. Akhiruddin, 2015: 200)

b. Metode Sorogan

Metode sorogan adalah metode sistem privat di dalam

pembelajaran penddikan pesantren seperti santri datang secara

langsung kepada kyai untuk membaca kitab kuning dihadapannya

kemudian kyai menerjemahkannya (KM. Akhiruddin, 2015: 200)

c. Metode Muhawarah

Muhawarah adalah suatu kegiatan pendidikan pesantren yang

wajib dilaksanakan oleh peserta didik (santri) untuk melakukan

kegiatan percakapan berbahasa Arab atau Inggris, hal ini biasa

dilakukakan dalam kegiatan pidato (muhadarah) atau percakapan

anatara pesaerta didik (santri) dalam menjalankan kehidupan di

pesantren sehari-hari hal ini bertujuan untuk melatih peserta didik

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

30

(santri) agar terbiasa untuk menggunakan bahasa asing (KM.

Akhiruddin, 2015: 201).

d. Metode Mudzakarah

Menurut KM. Akhiruddin (2015: 201) metode mudzakarah

merupakan metode pendidikan pesantren dimana peserta didik

(santri) atau kyai mengadakan berbagai pertemuan ilmiah yang

didalamnya membahas masalah diniah maupun tentang pendidikan

agama Islam pada umumnya. Peserta didik dilatih agar mampu

berbicara dihadapan khalayak umum serta mampu memecahkan

segala masalah yang dihadapi dengan merujuk pada kitab-kitab

klasik Islam.

e. Metode Bandungan

Zamakhsyri Dhofier (1994: 54) berpendapat bahwa metode

bandungan dalam pendidikan pesantren adalah sistem pangajaran

yang terdiri dari 5 sampai dengan 500 peserta didik (santri)

mendengarkan kyai menerjemahkan, menerangkan dan mengulas

buku atau kitab-kitab Islam berbahasa Arab. Setiap peserta didik

(santri) memperhatikan buku masing-masing dan memberi

keterangan serta mengartikan kata-kata yang sulit dipahamai secara

mandiri.

f. Metode Majelis Ta’lim

Imron Arifin (1995: 39) berpendapat bahwa metode majelis ta’lim

merupakan metode pengajaran pendidikan Islam di pesantren yang

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

31

bersifat terbuka untuk umum sehingga dalam majelis ini hadir

berbagai macam lapisan masyarakat baik daridalam lingkungan

pondok pesantren maupun berasal dari luar lingkungan pondok

pesantren. Majelis ini biasanya diadakan lembaga pendidikan

pesantren pada waktu seminggu sekali, satu bulan sekali atau pada

saat hari-hari tertentu. Pada umumnya materi yang diajarkan dalam

majelis ini adalah berbagai materi-materi ajaran Islam, nasihat-

nasihat serta ajakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang berdasarkan

dari kitab-kitab tafsir Al-Qur’an maupun hadist.

2. Sistem klasikal

Dalam perkembangannya lembaga pendidikan pesantren selain

menjaga ketradisionalanya, lembaga pendidikan pesantren juga mampu

menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman seperti mengadopsi

dan mengembangkan antara sistem pesantren non klasikal dengan

sistem madrasah. Hal ini sebagaimana menurut M. Arifin, pondok

pesantren modern adalah “suatu lembaga pendidikan Islam yang

tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama atau

kampus, di mana para peserta didik(santri) menerima pendidikan agama

melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di

bawah kedaulatan dari seorang atau beberapa kyai dengan ciri khas

yang bersifat kharismatik, serta independent dalam segala hal (Mujamil

Qomar, 2009:2).

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA Konsep Pendidikan Pesantreneprints.umm.ac.id/59151/3/BAB II.pdf · imbuhan awalan pe- dan akhiran an sehingga menjadi kata kerja ... memiliki arti memilihara

32

Dalam pengembangannya sistem pendidikan klasikal memiliki

tujuan untuk menjaga eksistensi pendidikan pesantren serta

mengantisipasi segala perubahan pandangan, tuntutan dan kebutuhan

masyarakat yang semakin maju dalam bidang pendidikan. Perubahan

ini juga bersifat memperbarui atau menyempurnakan sistem lama yang

dianggap tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat zaman modern.

Selain memiliki tujuan untuk mengantisipasi mengenai perubahan

pandangan, tuntutan dan kebutuhan masyarakat, dalam Perubahan

sistem pendidikan pesantren non klasikal menjadi klasikal yaitu peran

sistem madrasah sebagai perubahan pengalihan jenjang pendidikan

peserta didik (santri) pesantren berbagai jenjang madrasah tersebut

dimulai dari Ibtidaiyah (SD), Tsanawiyah (SMP), Aliyah (SMA) hingga

ke tingkat perguruan tinggi.