BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ...
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PENELITIAN · acuan untuk penelitian...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PENELITIAN · acuan untuk penelitian...
14
BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN
KERANGKA PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Biro Perjalanan Wisata Alindo Tours menjadi objek pada penelitian ini. Sejak
berdirinya perusahaan pada tahun 2000 hingga kini, belum ada penelitian yang
dilakukan. Dengan demikian, penelitian ini merupakan perdana untuk perusahaan
biro perjalanan yang mengkhususkan diri dalam inbound pasar wisatawan
Perancis. Sehubungan dengan belum adanya penelitian terhadap objek ini, kajian
pustaka berikut digunakan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan
pendekatan resource based view (RBV), industrial organization (IO) dan strategi
bersaing.
Penggalian terhadap kajian pustaka diperoleh dari penelitian-penelitian
terdahulu yang mencakup tiga pendekatan RBV, tiga melalui IO dan empat
mengenai strategi bersaing. Penyajian penelitian terdahulu dilakukan secara
singkat, meliputi pandangan kritis, analisis yang digunakan, kesimpulan,
persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini.
Suatu perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif atau kapasitas unik
yang tidak dimiliki pesaing. Keunggulan kompetitif bisa diperoleh melalui
pendekatan RBV dan IO. Berbagai penelitian terkait kedua pendekatan ini telah
banyak dilakukan, namun hanya beberapa penelitian yang relevan, dipilih sebagai
acuan untuk penelitian ini.
15
Pendekatan RBV dilakukan oleh Bennet dan Lemelin (2010:32), guna
menyampaikan kebijakan pariwisata berdasar RBV yang dilakukan oleh
pemerintah Canada.
“An updated Resource-Based Tourism Policy should be created as part of acollaborative process that includes all stakeholders and a broaderrepresentation of each stakeholder group, particularly from the resource-based tourism industry”.
Bennet dan Lemelin menyatakan bahwa kebijakan terhadap pariwisata yang
berbasis sumber daya harus diciptakan sebagai bagian dari proses kolaborasi
dengan melibatkan segenap unsur pemangku kepentingan pariwisata dan
perwakilan-perwakilan dari kelompok luar, terutama dari industri pariwisata yang
berbasis sumber daya.
Beberapa hal yang belum terungkap dalam penelitian Bennet dan Lemelin ini
diantaranya, bagaimana bentuk keterlibatan dari perwakilan-perwakilan industri
pariwisata. Pengungkapan keterlibatan tersebut dipandang penting, guna memberi
masukan kepada pemerintah terkait kebijakan yang akan dibentuk, sehingga bisa
disesuaikan dengan kepentingan seluruh pemangku kepentingan.
Penelitian melalui pendekatan RBV yang dilakukan oleh Hussein et al
(2012:17) pada industri perjalanan dan pariwisata di Cairo, Mesir,
mengungkapkan bahwa:
“This research found that four factors affect the likelihood of adoptionnamely; relative advantage, complexity, top management support andattitude toward change. This indicates that when it comes to make a decisionof whether to adopt the internet or not, perceived innovation attributes comeinto play and exert an influence”.
Hussein et al menjelaskan bahwa penelitiannya menemukan empat faktor
yang mempengaruhi penggunaan web sebagai media pemasaran, yaitu:
16
keunggulan yang dimiliki, kompleksitas, dukungan dari tingkat top manajemen
dan perubahan perilaku yang terjadi. Indikasi ketika pembuatan keputusan apakah
mengadopsi internet atau tidak, mengikuti pembaruan yang sedang terjadi dan
menggunakan pengaruh.
Penelitian yang dilakukan Hussein et al memberikan penjelasan tentang
pemasaran melalui website, namun tidak disampaikan secara jelas. Tidak ada
penyampaian apa yang harus dilakukan biro perjalanan wisata, sehingga bisa
melakukan pemasaran melalui website.
Pendekatan melalui RBV yang dilakukan oleh Rusko et al (2013:48) pada
areal penelitian di Pulau Christmas, menyatakan bahwa:
“This study and its cases show the importance of place branding and eventsin leisure tourism and in this case, especially associated with Christmastourism”.
Rusko et al mengemukakan bahwa, pembelajaran pada beberapa kasus yang
telah disampaikan dalam penelitian menunjukkan, pentingnya penempatan merek
dan pelaksanaan program-program pariwisata dan keterkaitannya, khususnya yang
terjadi pada pariwisata di Pulau Christmas.
Penelitian yang dilakukan Rusko et al tidak mengungkapkan hal-hal yang
perlu dikritisi dalam pelaksanaan pariwisata di Pulau Christmas, misalnya
bagaimana pelaksanaan manajemen yang dilakukan dan evaluasi terhadap
program-program yang selama ini diselenggarakan. Kritik terhadap pelaksanaan
RBV penting dilakukan, guna mengevaluasi hal-hal terkait pelaksanaan pariwisata
di Pulau Christmas.
17
Pendekatan IO dilakukan oleh Othman dan Rosli (2011:19), tentang dampak
ganda pariwisata terhadap performa bisnis kecil yang terkait dengan kegiatan
kepariwisataan di pulau-pulau Malaysia, sebagai berikut:
“The most notable one is business opportunities in tourism-related services,such as accommodations, food outlets, tourist agents or guides, retails, andsport facilities….any efforts by governments in promoting and developing thetourism industry would bring about positive impact on the performance ofsmall tourism businesses”.
Pariwisata memberi dampak pada peluang bisnis yang terkait di dalamnya,
seperti akomodasi, makanan, biro perjalanan wisata dan pemandu wisata, toko-
toko kecil dan fasilitas olah raga, dikarenakan wisatawan memerlukan layanan-
layanan tersebut selama melakukan liburan di pulau-pulau Malaysia yang menjadi
obyek penelitian ini. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam
mempromosikan dan mengembangkan industri pariwisata memberi dampak
positif pada performa bisnis kecil.
Penelitian Othman dan Rosli menunjukkan bahwa dampak pariwisata tidak
saja dikarenakan keterlibatan komponen-komponen yang ada di dalamnya, tetapi
juga pemerintah yang telah melakukan promosi. Dengan demikian, upaya yang
dilakukan tidak saja berasal dari dalam lingkungan industri pariwisata, tetapi juga
dari luar. Penelitian ini tidak menjelaskan dampak pariwisata bagi wisatawan dan
masyarakat lokal yang berada di daerah wisata tersebut. Dampak terhadap
wisatawan dan masyarakat lokal penting sebagai evaluasi, apakah pariwisata
memberikan dampak positif atau negatif bagi kehidupan masyarakat setempat.
Penelitian terkait IO dilakukan oleh Sadeghein et al (2012) untuk
mengevaluasi website dari biro perjalanan wisata yang berada di Teheran, Iran:
18
“Considering the substantial characteristic of the internet such as costreduction, increase in productivity and efficiency and also having broaderaccess to potential customers, travel agencies have initiated providingservices through their websites. A means to achieve sustainable competitiveadvantage for tourism organizations is having superior web service quality”.
Sadeghein et al mengemukakan bahwa, pertimbangan karakteristik
substansial internet, seperti penghematan biaya, peningkatan produktifitas dan
efisiensi serta jangkauan akses luas pada konsumen yang potensial, biro
perjalanan wisata di Iran berupaya memberikan pelayanan melalui website. Hal ini
diartikan bahwa, untuk mencapai keunggulan kompetitif berkelanjutan pada
organisasi pariwisata, bisa dilakukan melalui kualitas pelayanan website yang
baik.
Penelitian Sadeghein et al juga mengungkapkan bahwa Negara Iran memiliki
berbagai potensi pariwisata, seperti sejarah, alam dan budaya, namun pendapatan
dari indusri pariwisata belum signifikan. Salah satu penyebab adalah belum
maksimalnya penyampaian informasi melalui internet, dikarenakan kebijakan
pemerintah terhadap media sosial, misalnya facebook. Dengan demikian, bukan
saja keberadaan internet yang menjadi penghalang kemajuan website pada biro
perjalanan wisata di Iran, namun faktor-faktor lain yang merupakan bagian IO
menjadi penentu kelancaran penyampaian informasi. Langkah-langkah apa yang
harus dilakukan organisasi pariwisata dalam hal ini biro perjalanan wisata supaya
pemasaran melalui website berhasil dan faktor-faktor apa saja yang
mengakibatkannya tidak berhasil, merupakan hal-hal penting yang tidak terdapat
dalam penelitian ini.
19
Pendekatan IO digunakan oleh Smaranda dan Daniela (2012:1) untuk
menjelaskan keterkaitan kegiatan pariwisata dengan bidang lainnya, dalam
mencapai pariwisata yang berkelanjutan di Australia, seperti pernyataannya di
bawah ini:
“Tourism management is not limited to management activities in tourism andhospitality services, but is closely connected to all major functions, processesand procedures …A sustainable tourism policy should ensure environmental,economic, social and cultural sustainable operation at all levels, accordingto the needs of endogenous and exogenous use”.
Pernyataan Smaranda dan Daniela mengungkapkan bahwa manajemen
pariwisata tidak terbatas pada kegiatan manajemen dalam pariwisata dan
pelayanan, tetapi juga melibatkan fungsi-fungsi lain baik dalam proses maupun
prosedurnya sesuai dengan bidang pariwisata sebagai sebuah sistem. Kebijakan
pariwisata berkelanjutan seharusnya mengacu pada keterlibatan operasional
berkelanjutan terhadap lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya pada semua
tingkatan, sehubungan dengan kebutuhan dari dalam maupun luar.
Penelitian yang dilakukan oleh Smaranda dan Daniela menunjukkan prosedur
yang seharusnya dilakukan untuk mencapai keunggulan berkelanjutan pariwisata
Australia, sebagai obyek penelitian. Penelitian ini menyampaikan adanya
keterlibatan fungsi-fungsi lain di luar pariwisata, yang merupakan pendekatan IO.
Namun, penelitin ini tidak didukung oleh strategi apa yang harus digunakan untuk
mencapai keunggulan berkelanjutan tersebut. Data penunjang yang menunjukkan
keterlibatan bidang lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya juga tidak
disampaikan pada penelitian ini.
20
Kesimpulan dari penelitian-penelitian terdahulu terhadap pendekatan RBV
dan IO yaitu, pendekatan RBV memfokuskan pada sumber daya yang dimiliki
organisasi, sedangkan IO menganggap kinerja suatu organisasi ditentukan oleh
lingkungan eksternal.
Penelitian melalui pendekatan strategi bersaing dalam bidang pariwisata sudah
dilakukan banyak peneliti sebelumnya, namun hanya beberapa penelitian yang
relevan saja yang disajikan. Langkah-langkah biro perjalanan wisata dalam
menghadapi persaingan melalui analisis t-tests dan chi-square test dilakukan oleh
Dolnicar dan Laesser (2007:16). Pendekatan analisis intermediasi, disintermediasi
dan reintermediasi bagi biro perjalanan wisata atas keberadaan teknologi internet,
dilakukan oleh Cheung (2009:88). Pendekatan bauran pemasaran digunakan oleh
Ping (2010:57) untuk memberi gambaran strategi perencanaan yang baru, terkait
dengan situasi pasar pariwisata, obyek pasar di masa mendatang, dan perilaku
wisatawan pada destinasi. Arahan penelitian pemasaran pariwisata melalui
penelitian-penelitian terdahulu, dilakukan oleh Tsiotsou dan Ratten (2010:534)
dengan mengemukakan, bahwa:
”...suggestions for future research in the areas of consumer behavior-marketsegmentation, brand management, e-marketing-use of new technologies andstrategic.... tourism marketing is an interesting and exciting area of expertiseand will continue to grow in the next decades”.
Pernyataan Tsiotsou dan Ratten menjelaskan bahwa, penelitian pemasaran
pariwisata mendatang harus lebih difokuskan pada hal-hal yang lebih spesifik.
Contohnya, perilaku konsumen, manajemen merek, penggunaan teknologi internet
dalam pemasaran. Pokok pemikiran yang disampaikan akan lebih menarik,
karena menyangkut kemampuan dari masing-masing area yang diteliti.
21
Kesimpulan yang bisa ditarik dari beberapa penelitian strategi bersaing
tersebut, yaitu biro perjalanan wisata harus menghadapi persaingan dengan
menemukan terobosan-terobosan baru untuk menarik wisatawan. Terobosan-
terobosan yang dimaksud berupa membuat produk wisata yang spesifik dengan
harga kompetitif, menjaga hubungan baik dengan konsumen, memberi informasi
yang akurat dan memanfaatkan teknologi internet secara maksimal.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu adalah
penggunaan pendekatan RBV, IO dan pokok pikiran terhadap strategi bersaing,
khususnya pada biro perjalanan wisata. Pendekatan RBV memfokuskan pada
keunggulan kompetitif perusahaan, sedangkan IO mengutamakan lingkungan
eksternal sebagai masukan utama perusahaan. Strategi bersaing merupakan upaya
biro perjalanan wisata dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Adapun perbedaannya adalah pendekatan strategi bersaing yang dilakukan
penelitian terdahulu pada biro perjalanan wisata bersifat prosedural, tidak
menyajikannya secara operasional dan bagaimana dampak pelaksanaan strategi
bersaing terhadap biro perjalanan wisata. Penelitian ini dilakukan dengan
menganalisis faktor-faktor internal-eksternal secara operasional dan spesifik.
Faktor internal mencakup aspek manajemen, pemasaran, keuangan,
produksi/operasi, penelitian/pengembangan dan sistem informasi manajemen.
Faktor eksternal mencakup aspek ekonomi, sosial budaya demografi lingkungan
alam, politik pemerintah hukum, teknologi internet dan lingkungan industri.
Proses perumusan strategi bersaing berdasarkan teori RBV dan IO terhadap
faktor-faktor internal-eksternal merupakan keunggulan dari penelitian ini.
22
2.2 Konsep
Konsep dalam suatu penelitian berfungsi untuk menghubungkan antara teori
dan observasi (Wardiyanta 2006:9-10). Penelitian ini menggunakan beberapa
konsep yang relevan dengan pokok pikiran, untuk memberi gambaran secara jelas
tentang pokok pikiran yang ingin disampaikan melalui penelitian ini.
2.2.1 Biro Perjalanan Wisata Inbound dan Outbound
Biro perjalanan wisata, berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1
Tahun 2010, merupakan usaha penyediaan jasa perencanaan perjalanan atau jasa
pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata, termasuk penyelenggaraan perjalanan
ibadah. Kegiatan biro perjalanan wisata terbagi menjadi dua, yaitu inbound dan
outbound.
Vellas dan Becherel (2008:16) menyatakan bahwa biro perjalanan wisata
terbagi dalam dua bidang, yaitu:
” (1) Inbound agent, operator yang menangani wisatawan yang masuk kedalam negeri dan melakukan pemasaran di luar negeri, (2) Outbound agent,perusahaan pariwisata yang menangani wisatawan ke luar negeri”.
Pernyataan Vellas dan Becherel menerangkan bahwa inbound agent
menangani wisatawan dari luar negeri ke dalam negeri, sebaliknya outbound
agent menangani wisatawan domestik ke luar negeri.
Biro perjalanan wisata yang bergerak dalam kegiatan inbound dinyatakan
juga oleh Kracht dan Wang (2011:6), yaitu:
”Inbound travel agencies or incoming travel agencies primarily serve asintermediaries between tour operators and suppliers. That is, tour operatorsput travel packages together, and those packages are usually handled byincoming travel agencies”.
23
Pernyataan Kracht dan Wang menerangkan bahwa kegiatan utama biro
perjalanan wisata yang bergerak dalam kegiatan inbound sebagai perantara
operator tur dan pemasok. Dengan kata lain, operator tur menawarkan berbagai
paket wisata yang ditangani oleh biro perjalanan wisata inbound.
Biro perjalanan wisata di Bali berdasarkan data ASITA menunjukkan,
sebagian besar perusahaan melakukan kegiatan inbound. Hal ini dikarenakan, Bali
sebagai destinasi pariwisata yang populer, sehingga banyak mendapat kunjungan
wisatawan dari berbagai negara. Kemajuan teknologi yang mempermudah setiap
orang mengakses berbagai informasi pariwisata, menimbulkan minat perjalanan
wisata pada masyarakat setempat. Fenomena ini disikapi serius oleh beberapa
biro perjalanan wisata, dengan melakukan kegiatan outbound. Peluang bisnis yang
potensial, mendorong beberapa perusahaan melakukan kedua kegiatan pariwisata
baik inbound maupun outbound.
2.2.2 Strategi Pemasaran Pariwisata
Strategi merupakan respon secara terus menerus terhadap peluang, ancaman
eksternal dan kekuatan kelemahan internal (Argyris dalam Rangkuti 2005:4).
Kotler menyatakan (2003:171) bahwa:
“If you have the same strategy as your competitors, you don’t have astrategy. If the strategy is different, but easily copied, it is a weak strategy. Ifthe strategy is uniquely different and difficult to copy, you have a strong andsustainable strategy”.
Pernyataan Kotler menegaskan bahwa, jika strategi yang dimiliki sama
dengan pesaing-pesaing, maka artinya tidak memiliki strategi. Jika strategi yang
dilaksanakan berbeda, tetapi bisa dengan mudah ditiru, maka strategi tersebut
24
lemah. Apabila strategi yang diterapkan memiliki keunikan dan sulit untuk ditiru,
maka strategi tersebut kuat dan berkelanjutan.
Berbagai strategi digunakan dalam penjualan dengan menawarkan barang
atau jasa kepada pembeli, baik yang pernah menggunakan barang atau jasa
tersebut maupun yang belum. Oleh karenanya, banyak sekali pendekatan
dilakukan dalam penyusunan strategi pemasaran.
Strategi pemasaran menurut Cravens dan Piercy (2006:30) adalah:
“A market-driven process of strategy development…. The focus of strategymarketing is on organizational performance rather than a primary concernabout increasing sales”.
Pernyataan Cravens dan Piercy mengungkapkan bahwa pemasaran yang
strategis adalah proses berdasarkan pada pemahaman terhadap pasar sebagai basis
informasi pengembangan strategi. Fokus pemasaran yang strategis terletak pada
performa organisasi bukan pada peningkatan penjualan, untuk mendapatkan
keunggulan dalam pemasaran.
Suprapti (2010:13) memberikan pemahaman bahwa, pemasaran harus
difokuskan pada kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini wisatawan,
melalui kemampuan menghasilkan apa yang akan dijual, bukan apa yang telah
dibuat. Pemahaman yang sama dari Muljadi (2012:87), dengan menambahkan
bahwa, upaya identifikasi kebutuhan dan keinginan wisatawan dimaksudkan agar
usaha pariwisata dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada wisatawan.
Penelitian ini menyajikan strategi pemasaran yang relevan terhadap pokok
pikiran yang diteliti, yaitu strategi pemasaran terhadap pariwisata. Berikut ini,
beberapa peneliti sebelumnya yang menguraikan strategi pemasaran pariwisata.
25
Strategi pemasaran berperan penting dalam kegiatan biro perjalanan wisata,
seperti yang dikemukakan oleh Srinivasan (2004:170), bahwa:
“Tourism marketing is essentially a network operation agencies. It calls forsynergism among several players or the successful execution of theinternational tourist programs. The marketing strategy can be effectivelydeveloped in relation to the target segment of the market”.
Pernyataan Srinivasan mengungkapkan bahwa pemasaran pariwisata pada
dasarnya merupakan jaringan kerja sama operasional antar biro perjalanan wisata.
Hal ini dimaksudkan untuk saling bersinerji diantara para biro perjalanan wisata
atau kesuksesan pelaksanaan program-program untuk wisatawan mancanegara.
Strategi pemasaran bisa dikembangkan secara efektif terkait dengan segmen pasar
yang menjadi target masing-masing biro perjalanan wisata.
Peranan strategi pemasaran pada industri perjalanan dan pariwisata
disampaikan juga oleh Dasgupta (2011:138), bahwa:
“The travel and tourism industry is undergoing a period of rapid change anduncertainty…The role of a competitive marketing strategy is to develop,maintain or defend the position of an organization…Furthermore, aconcentration on market niches may lead to a successful strategic position”.
Pernyataan Dasgupta mengungkapkan bahwa industri perjalanan dan
pariwisata sedang berada pada periode perubahan yang pesat dan tidak menentu,
dengan adanya teknologi baru dan konsumen yang semakin berpengalaman.
Peranan strategi pemasaran yang kompetitif dalam hal ini adalah
mengembangkan, menjaga atau mempertahankan posisi organisasi. Selanjutnya,
konsentrasi terhadap pasar tertentu bisa menjadi langkah kesuksesan strategi.
Dalam penelitian ini, perancangan strategi bersaing terhadap biro perjalanan
wisata dilakukan melalui segmenting, targeting, positioning dan bauran
26
pemasaran yang terdiri dari tujuh unsur P (7P), product, price, promotion, people,
place, process, physical evidence.
1. Segmenting, Targeting, Positionong (STP)
Strategi pemasaran memiliki tiga komponen dasar, yaitu: Segmenting
digunakan untuk memilih pasar sasaran dan mencari peluang, di samping
bermanfaat untuk memastikan loyalitas pelanggan secara efektif.
Targetting yaitu beberapa segmen pasar yang menjadi fokus kegiatan
pemasaran. Positioning merupakan strategi komunikasi, sehingga calon
konsumen memiliki penilaian tertentu terhadap produk, terkait dengan
penciptaan diferensiasi dalam benak pelanggan yang membedakan layanan
perusahaan satu dan lainnya (Shinta, 2011:72; Kotler, 2005:329-330; Payne,
2009:126; Suprapti, 2010:47).
2. Bauran Pemasaran 7P
Bauran pemasaran untuk Biro Perjalanan Wisata (BPW) adalah strategi
pemasaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dengan
cara mengkombinasikan unsur-unsur bauran pemasaran product, price,
place, promotion, people, process, physical evidence secara terpadu dalam
usaha mempengaruhi target pasar (Yoeti, 2006:19,237; Kotler 2005:17).
Shinta (2011:76) menambahkan konsep bauran pemasaran, mencakup
semua faktor yang dapat dikuasai oleh seorang manajer pemasaran, guna
mempengaruhi permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Dalam hal
ini saluran distribusi merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan
(Swastha dan Irawan, 2008: 241-242).
27
Salah satu unsur bauran pemasaran, yaitu price atau harga yang
mengacu pada bundle pricing policy, kebijakan harga gabungan. Pengertian
bundle pricing policy oleh Kumar (2010:79) adalah:
“…often used to encourage guests to purchase a total package, whichgives them value”.
Kumar memberikan gambaran bahwa harga gabungan sering digunakan
untuk menganjurkan tamu membeli paket secara keseluruhan, sehingga bisa
memberi keuntungan lebih bagi mereka.
Mensah dan Mensah (2013:304) mengungkapkan product bundle
pricing, adalah:
“ This involves combining several products into a bundle and offering itat a reduced price in order to sell slow moving products”.
Pernyataan Mensah dan Mensah mengungkapkan bahwa product
bundle pricing policy melibatkan kombinasi atas beberapa produk ke dalam
suatu gabungan dan menawarkannya dengan harga khusus. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan produk yang mengalami
kelambatan dalam penjualan.
2.2.3 Lingkungan Perusahaan
Lingkungan perusahaan merupakan kajian terhadap lingkungan organisasi
yang dapat mempengaruhi kegiatan operasional suatu perusahaan seperti biro
perjalanan wisata (Yoeti, 2006:221) dan dilakukan agar perusahaan dapat
mengantisipasi lingkungannya, sehingga dapat bereaksi dengan cepat dan tepat
terhadap perubahan yang terjadi. Lingkungan perusahaan dibagi menjadi dua
elemen utama, yaitu lingkungan internal dan eksternal.
28
1. Lingkungan Internal
Lingkungan internal menurut David (2004:174) terfokus pada
kegiatan identifikasi dan evaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan di
bidang, manajemen, pemasaran, keuangan, produksi/operasi, penelitian
dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen.
Dirgantoro (2007:40) menyatakan lingkungan internal mencakup
komponen-komponen dari dalam perusahaan, sehingga mudah
dikendalikan dan diintervensi. Kekuatan dan kelemahan internal
perusahaan diidentifikasi guna diambil kebijakan dan strategi yang akan
membawa perusahaan pada kondisi keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan (Erlinda, 2012:1)
2. Lingkungan Eksternal
Thompson et al (2008:50) mengungkapkan, bahwa
“A company’s macro environment includes all relevant factors andinfluences outside the company’s boundaries…mean, importantenough to have a bearing on the decisions the company ultimatelymakes about its direction, objectives, strategy, and business model”.
Pernyataan Thompson et al mengungkapkan bahwa lingkungan luar
perusahaan meliputi keseluruhan faktor yang relevan dan mempengaruhi
batasan perusahaan. Hal ini cukup penting dikarenakan keterkaitan pada
keputusan perusahaan berkenaan dengan arahan, objektivitas, strategi dan
model bisnis yang dijalankan.
Dirgantoro (2007:40-41) menambahkan, perusahaan tidak bisa
melakukan intervensi komponen yang berada di luar, tetapi bisa
menyiasatinya. Peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan harus
29
selalu dipantau guna diambil kebijakan dan strategi yang muaranya untuk
mencapai dan mempertahankan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan
(Erlinda, 2012:1)
2.2.4 Strength Weakness Opportunity Threat
Analisis SWOT terkait biro perjalanan wisata menurut Yoeti (2006:221-222),
untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal dalam menghadapi
peluang dan ancaman eksternal dari lingkungan usaha.
1. Kekuatan (Strengths), suatu BPW mempunyai kekuatan terhadap BPW
lain, antara lain kualitas pelayanan, produk dan layout ruangan kantor.
2. Kelemahan (Weaknesses) diartikan sebagai hal-hal yang dapat
menimbulkan kesan negatif terhadap perusahaan.
3. Peluang (Opportunities) bagi suatu BPW sejalan dengan maraknya
kegiatan pariwisata, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
4. Ancaman (Threats) bagi suatu BPW adalah persaingan yang semakin
tajam di antara sesama BPW atau adanya pendatang baru dalam pasar.
Definisi SWOT menurut Thompson et al (2008:97) adalah:
“SWOT analysis is a simple but powerful tool for sizing up a company’sresource capabilities and deficiencies, its market opportunities, and theexternal threats to its future well-being”.
Pernyataan SWOT menurut Thompson et al diartikan sebagai sesuatu yang
sederhana tetapi merupakan alat kuat untuk mengukur kapabilitas sumber daya
perusahaan, kelemahan, peluang pasar dan ancaman eksternal terhadap
kesejahteraan masa depan perusahaan.
30
SWOT menganalisis situasi kompetitif perusahaan atau terhadap
perkembangan empat sel kunci strategi alternatif menjadi sembilan sel, yang
dalam penyajian matriksnya mencakup empat sel faktor kunci, empat sel strategi
dan satu sel selalu dibiarkan kosong (Koontz dan Weihrich, 2008:106).
2.3 Landasan Teori
Teori menunjukkan hubungan antara fakta-fakta yang dapat dibuktikan secara
empiris (Wardiyanta 2006:9-10). Sugiyono (2010:52,57) menambahkan, teori
disusun secara sistematis untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup
variabel yang akan diteliti.
Penelitian ini menggunakan teori RBV, IO dan strategi bersaing. Ketiga teori
ini dianggap relevan, guna menguraikan proses analisis lingkungan internal dan
eksternal perusahaan, serta perumusan terhadap strategi bersaing pada Biro
Perjalanan Wisata Alindo Dewata Tours.
2.3.1 Teori Resource Based View
Penelitian ini menggunakan teori RBV, pandangan berbasis sumber daya
untuk menganalisis lingkungan internal perusahaan, sebagai jawaban atas
rumusan masalah pertama. Teori RBV mengutamakan kemampuan internal yang
menjadi dasar keputusan perusahaan. Kemampuan internal sebagai penentu
perusahaan untuk mengidentifikasi, menerapkan dan mengembangkan keunggulan
kompetitif yang dimiliki, sehingga menjadi keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan.
31
Mahoney dan Pandian (1992:363) menyampaikan bahwa RBV mencakup tiga
perspektif, yaitu:
“First, the resource-based theory incorporate traditional strategy insightsconcerning a firm’s distintive competencies and heterogeneous capabilities.Second, the resource-based view fits comfortably within the organizationaleconomics paradigm. Third, the resource-based view is complementary toindustrial organiztion research”.
Pernyataan Mahoney dan Pandian mengenai RBV yang mencakup tiga
perspektif, yaitu: (1) Teori berbasis sumber daya merupakan penggabungan antara
wawasan strategi tradisional terkait kompetensi unik dan heterogenitas
kemampuan perusahaan. (2) Pandangan berbasis sumber daya sesuai dalam
paradigma ekonomi organisasi. (3) Pandangan berbasis sumber daya bersifat
komplementer terhadap penelitian organisasi industri.
Barney (2001:649) menyatakan:
“The resource-based view actually consists of a rich body of related, yetdistinct, theoretical tools with which to analyze firm level sources ofsustained competitive advantage”.
Pernyataan Barney menjelaskan bahwa, pandangan berbasis sumber daya,
terdiri dari berbagai elemen terkait keunggulan bersaing yang berkelanjutan.
Perusahaan dapat menciptakan dan mempertahankan keunggulan kompetitif
melalui proses penciptaan nilai yang langka dan sulit ditiru oleh para pesaing.
Tsai dan Horng (2012:3), menyatakan:
“Resource-based theory (RBT) is a concept combining economic theory andstrategic theory. It describes that the long term competitiveness of anindustry stands in the endowment of its unique resources”.
Pernyataan Tsai dan Horng mengungkapkan bahwa, teori berdasarkan sumber
daya merupakan suatu konsep yang mengkombinasikan teori ekonomi dan teori
32
strategi. Kombinasi antara teori ekonomi dan strategi ini menguraikan kondisi
persaingan industri yang di dalamnya memiliki keunikan sumber daya.
2.3.2 Teori Industrial Organization
Analisis lingkungan eksternal perusahaan yang merupakan jawaban atas
rumusan masalah kedua dilakukan melalui pendekatan IO. Beberapa ahli
berkeyakinan bahwa kinerja perusahaan sangat ditentukan oleh kekuatan industri.
Pengaruh kekuatan industri dianggap lebih besar dibandingkan keputusan internal
perusahaan terkait pencapaian keunggulan kompetitif. Penentu utama keunggulan
kompetitif ditentukan oleh pemosisian kompetitif dalam industri.
Church dan Ware (2000:7,10) menyatakan:
“Industrial Organization is the study of the operation and performance ofimperfect competitive markets and the behavior of firms in these markets”.
Pernyataan Church dan Ware mengungkapkan bahwa organisasi industri
merupakan pembelajaran tentang operasional dan performa terhadap persaingan
pasar yang tidak sempurna dan perilaku perusahaan-perusahaan yang berada
dalam pasar-pasar tersebut.
Organisasi industri mencakup audit eksternal, peluang dan ancaman utama
perusahaan. Audit eksternal ditujukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci
yang bisa dilaksanakan. Faktor-faktor eksternal mengalami perubahan yang cepat,
karenanya perusahaan harus mampu merespon secara ofensif maupun defensif
melalui perumusan strategi yang dapat memanfaatkan peluang atau
meminimalkan dampak dari potensi ancaman (David, 2004:118).
Setiawan (2006:11) mengemukakan dalam teori organisasi industri, terdapat
sejumlah faktor yang menyebabkan industri didominasi oleh beberapa perusahaan
33
besar. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi tingkat konsentrasi di
antaranya, hambatan untuk masuk-keluar pasar, inovasi, peraturan pemerintah,
dan keberhasilan perusahaan dalam menerapkan strategi harga, non-harga. Faktor-
faktor tersebut memungkinkan perusahaan mendapatkan keunggulan kompetitif
melalui peningkatan efisiensi dan penguasaan pangsa pasar.
2.3.3 Teori Strategi Bersaing
Kondisi persaingan pada biro perjalanan wisata yang semakin ketat
mengharuskan perusahaan mencari dan menerapkan strategi bersaing yang tepat
untuk memasarkan produk pariwisata yang dimiliki. Oleh karenanya, penelitian
ini juga menggunakan teori bersaing untuk mengungkapkan strategi bersaing yang
harus diterapkan perusahaan, sebagai jawaban atas rumusan masalah ketiga.
Langabeerll dan Napiewocki (2000:100) mengungkapkan, bahwa strategi
bersaing adalah:
“…entails aligning the environment that the organization faces withappropriate strategic responses that will mitigate external influences andtake the organization in the right direction”.
Strategi bersaing menurut Langabeerll dan Napiewocki merupakan langkah-
langkah terhadap jajaran lingkungan yang dihadapi organisasi dengan cara
melakukan respon melalui strategi yang sesuai, sehingga akan mengurangi
pengaruh eksternal dan menjadikan organisasi pada arah tujuan yang sebenarnya.
Menurut Phills (2005), strategi bersaing adalah:
“…refers to how a firm competes in an industry particularly how it positionsitself relative to competitors”.
Strategi bersaing menurut Phills menunjuk pada bagaimana suatu organisasi
berkompetisi dalam sebuah industri, terutama bagaimana perusahaan
34
memosisikan dirinya terhadap pesaing. Pernyataan ini mengacu pada langkah-
langkah apa yang harus dilaksanakan dalam berkompetisi.
Strategi bersaing menurut Thompson et al (2008:133) adalah:
“…concerns the specific of management’s game plan for competingsuccessfully and securing a competitive advantage over rivals…The objectiveof competitive strategy is…doing a better job of satisfying buyer needs andpreferences”.
Thompson et al memberikan gambaran bahwa srategi bersaing menyangkut
perencanaan dari manajemen terkait dengan upaya yang dilakukan perusahaan
untuk berkompetisi dengan sukses dan menetapkan keunggulan kompetitif yang
dimilikinya terhadap pesaing. Adapun obyektif dari strategi bersaing menurut
Thompson et al adalah dengan melakukan pekerjaan lebih baik untuk memberi
kepuasan terhadap apa yang dibutuhkan pembeli dan preferensi-preferensi apa
saja yang dikehendaki pembeli. Keunggulan kompetitif yang dimaksud di
antaranya berupa produk berkualitas dengan harga rendah, pemberian paket harga
terhadap beberapa produk dan pelayanan.
Penggunaan tiga teori, RBV, IO dan strategi bersaing pada penelitian ini,
untuk menganalisis faktor-faktor lingkungan internal, eksternal dan perumusan
strategi bersaing yang sebaiknya diterapkan oleh perusahaan.
2.4 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian merupakan keseluruhan proses yang memuat materi,
sesuai dengan pembahasan yang disajikan untuk menggambarkan fokus pada
setiap tahap (David, 2004:18). Proses ini dimaksudkan untuk memberikan batasan
terhadap penelitian yang dilakukan.
35
Penelitian ini menguraikan proses yang harus ditempuh perusahaan Biro
Perjalanan Wisata Alindo dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat,
antara biro perjalanan wisata, komponen industri pariwisata dan internet.
Permasalahan perusahaan diidentifikasi dan dianalisis melalui empat konsep,
BPW inbound outbound, strategi pemasaran pariwisata, analisis lingkungan,
SWOT dan tiga teori, Resource Based View (RBV), Industrial Organization (IO),
strategi bersaing.
Analisis lingkungan perusahaan dilakukan terhadap faktor-faktor kekuatan
kelemahan internal dan peluang ancaman eksternal. Selanjutnya proses perumusan
strategi bersaing dilakukan melalui tiga tahap, yaitu strategi umum, alternatif dan
prioritas. Tahap pertama adalah merumuskan strategi umum dengan menggunakan
matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE),
berdasarkan data dari hasil identifikasi lingkungan internal eksternal perusahaan.
Tahap selanjutnya adalah perumusan strategi alternatif dengan menggunakan
matriks Internal Eksternal (IE) dan Strenght Weakness Opportunity Threat
(SWOT), berdasarkan data dari matriks IFE-EFE. Tahap terakhir adalah
keputusan strategi prioritas dengan menggunakan Quantitative Strategic Planning
Matrix (QSPM), berdasarkan hasil dari strategi umum dan alternatif.
Selama proses perumusan strategi bersaing, dua informan dari perusahaan
dilibatkan dalam penentuan bobot dan peringkat dengan panduan peneliti.
Strategi bersaing dimaksudkan guna mewujudkan keunggulan kompetitif
perusahaan, dan selanjutnya menciptakan keunggulan kompetitif berkelanjutan.
Kerangka penelitian secara rinci disajikan pada Gambar 2.1.
36
Gambar 2.1Kerangka Penelitian
Alindo Dewata ToursBPW Inbound
Persaingan antara BPW, Komponen Industri Pariwisata, Internet
Analisis Lingkungan PerusahaanInternal dan Eksternal
Konsep:1. BPW Inbound &
Outbound2. Strategi Pemasaran
Pariwisata3. Lingkungan
Perusahaan4. SWOT
Teori:1. Industrial
Organization2. Resource-Based View3. Strategi Bersaing
Perumusan Strategi Bersaing
1. Strategi Umum: Matriks IFE & EFE2. Strategi Alternatif: Matriks IE &
SWOT3. Keputusan Strategi Prioritas: QSPM