BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · 2017. 4. 1. · 14 Dari hasil post-test,...

48
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Untuk memperluas pengetahuan, mempertajam konsep, dan teori, serta menunjukkan keabsahan penelitian ini, penulis mencoba mengulas kembali beberapa penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian sekarang, baik melalui penerapan teknik pembelajaran think-pair-share maupun melalui penerapan mind mapping pada pembelajaran menulis bahasa Inggris. Pertama, karya tulis yang berjudul “The Application of Cooperative Learning Method Type STAD, Jigsaw, and Think-Pair-Share Technique Toward the Improvement of Reading Comprehension at SMP Negeri 1 Kendari (Mulyono, 2009). Dalam penelitian tersebut, Mulyono menekankan pencapaian hasil belajar siswa pada keterampilan membaca. Penelitian ini mengolaborasikan tiga teknik pembelajaran, yaitu teknik STAD, Jigsaw, dan think pair-share yang tergolong dalam satu metode pembelajaran kooperatif. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kelompok pretest dan posttest pada sampel yang sama dengan mengangkat dua masalah, yaitu rendahnya kemampuan membaca siswa SMP Negeri 1 Kendari dan penerapan model pembelajaran yang masih tradisional sehingga menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris. Oleh sebab itu, diterapkan teknik pembelajaran dengan mengolaboraikan tiga teknik pembelajaran secara berurutan pada setiap pertemuan.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · 2017. 4. 1. · 14 Dari hasil post-test,...

  • 13

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL

    PENELITIAN

    2.1 Kajian Pustaka

    Untuk memperluas pengetahuan, mempertajam konsep, dan teori, serta

    menunjukkan keabsahan penelitian ini, penulis mencoba mengulas kembali

    beberapa penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian

    sekarang, baik melalui penerapan teknik pembelajaran think-pair-share maupun

    melalui penerapan mind mapping pada pembelajaran menulis bahasa Inggris.

    Pertama, karya tulis yang berjudul “The Application of Cooperative

    Learning Method Type STAD, Jigsaw, and Think-Pair-Share Technique Toward

    the Improvement of Reading Comprehension at SMP Negeri 1 Kendari (Mulyono,

    2009). Dalam penelitian tersebut, Mulyono menekankan pencapaian hasil belajar

    siswa pada keterampilan membaca. Penelitian ini mengolaborasikan tiga teknik

    pembelajaran, yaitu teknik STAD, Jigsaw, dan think –pair-share yang tergolong

    dalam satu metode pembelajaran kooperatif.

    Penelitian ini menggunakan desain penelitian kelompok pretest dan

    posttest pada sampel yang sama dengan mengangkat dua masalah, yaitu

    rendahnya kemampuan membaca siswa SMP Negeri 1 Kendari dan penerapan

    model pembelajaran yang masih tradisional sehingga menyebabkan rendahnya

    motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris. Oleh sebab itu,

    diterapkan teknik pembelajaran dengan mengolaboraikan tiga teknik pembelajaran

    secara berurutan pada setiap pertemuan.

  • 14

    Dari hasil post-test, diperoleh peningkatan kemampuan membaca bahasa

    Inggris dan motivasi belajar siswa secara signifikan, yaitu dapat ditunjukkan

    dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas siswa dari nilai sebelum diberikan

    tindakan atau nilai pretest sebesar 5,84 dan mengalami peningkatan setelah

    diberikan tindakan atau nilai posttest sebesar 8,55.

    Relevansi penelitian ini adalah pada kegiatan belajar mengajar melalui

    penerapan teknik pembelajaran think-pair-share yang lebih menonjol. Di pihak

    lain, kelemahan penelitian ini adalah dalam mengumpulkan data, penelitian ini

    tidak menggunakan lembar observasi, catatan lapangan, ataupun dokumentasi.

    Hasil penelitiannya hanya dilihat dari hasil posttest pada kelas treatment, dan

    mengabaikan nilai pada kelas kontrol.

    Kedua, karya tulis yang dilakukan oleh Purnomo (2009) dalam karya

    tulisnya yang berjudul “The Effectiveness of Think-pair-share to Teach Writing

    Viewed from Students’ Motivation”. Penelitian itu mencoba mengangkat masalah,

    di antaranya (1) apakah teknik think-pair-share lebih efektif dalam pengajaran

    menulis dibandingkan dengan teknik pengajaran pada umumnya, (2) apakah

    teknik think-pair-share dapat meningkatkan kemampuan menulis dan

    meningkatkan motivasi belajar siswa atau malah menurunkan motivasi belajar

    siswa, dan (3) apakah terdapat interaksi antara teknik mengajar dan motivasi

    belajar siswa. Dari hasil penelitian ini, diperoleh tiga simpulan, yaitu (1) teknik

    think-pair-share lebih efektif dibandingkan dengan menulis secara paralel, (2)

    siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, mempunyai kemampuan menulis yang

    tinggi juga dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah, akan

  • 15

    memiliki kemampuan menulis yang rendah, dan (3) adanya interaksi antara teknik

    mengajar dan motivasi belajar.

    Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen melalui

    kelompok pre-test dan post-test pada sampel yang dipilih melalui teknik random

    sampling. Dari nilai rata-rata pre-test yang dijadikan tolak ukur dalam penelitian

    ini, kemampuan menulis dan motivasi belajar siswa mengalami peningkatan yang

    signifikan pada post-test, yaitu berdasarkan nilai rata-rata kelas sebesar 80,50.

    Jadi, kemampuan menulis siswa mengalami peningkatan dari nilai rata-rata pre-

    test ke nilai post-test sebesar 30,1.

    Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa, Purnomo menyimpulkan bahwa

    penerapan teknik think-pair-share sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan

    menulis siswa. Lebih lanjut, teknik ini juga dapat meningkatkan motivasi belajar

    siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Hasil penelitian ini dapat

    dijadikan cerminan bahwa penerapan think-pair-share dapat diaplikasikan

    kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

    Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sekarang

    terletak pada kesamaan dalam menggunakan teknik pembelajaran think pair share

    pada pembelajaran menulis dengan mengaplikasikan tiga tahap kegiatan menulis,

    yaitu tahap think (berpikir sejenak dan kemudian menulis), tahap pair (melakukan

    editing dan revisi dengan rekan kelompok), dan sharing (melakukan presentasi

    hasil karangan di depan kelas). Namun, kelemahan penelitian ini adalah

    mengabaikan kelas kontrol sebagai kelas pembanding terhadap kelas yang

    dijadikan subjek penelitian, dan juga tidak melakukan pengamatan pada kegiatan

  • 16

    penelitian, seperti observasi, dokumentasi, maupun angket yang merupakan data

    pendukung (record) perkembangan kemampuan belajar siswa.

    Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Candra (2013) dengan judul

    “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Kombinasi Mind

    Mapping dan Facebook Community Siswa Kelas X SMAK Anugrah Global

    Tourism Denpasar.” Dalam penelitian ini diangkat tiga masalah yang ingin digali

    lebih dalam, yaitu (1) untuk mengetahui kemampuan siswa SMAK Anugrah

    Global Tourism Denpasar dalam menulis karangan deskripsi sebelum menerapkan

    kombinasi mind mapping dan facebook community di kelas; (2) untuk mengetahui

    kemampuan siswa SMAK Anugrah Global Tourism Denpasar dalam menulis

    karangan deskripsi setelah menerapkan kombinasi mind mapping dan facebook

    community di kelas; dan (3) untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam

    penerapan kombinasi mind mapping dan facebook community selama proses

    belajar mengajar menulis karangan deskripsi pada siswa SMAK Anugrah Global

    Tourism Denpasar.

    Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas pada tiga puluh

    siswa yang dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    kombinasi mind mapping dan facebook community dapat meningkatkan

    kemampuan menulis siswa. Peningkatannya dapat dilihat pada kualitas proses

    pembelajaran dan kualitas produk. Peningkatan kualitas proses dapat dibuktikan

    dengan meningkatnya partisipasi aktif siswa di kelas yang menunjukkan bahwa

    ketertarikan siswa dalam menulis karangan deskripsi meningkat menjadi 100%

    dibandingkan dengan ketertarikan siswa sebelum tindakan hanya 50%. Di

  • 17

    samping itu, peningkatan dalam kualitas produk dapat ditunjukkan dengan

    meningkatnya nilai rata-rata kelas siswa dari sebelum diberikan tindakan sebesar

    67,26 meningkat pada siklus I menjadi 72,7 dan mengalami peningkatan pada

    siklus II menjadi 78,3.

    Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sekarang

    terletak pada kesamaan dalam menggunakan teknik pembelajaran mind mapping

    pada pembelajaran menulis karangan deskripsi. Desain penelitian sama-sama

    menggukan penelitian tindakan kelas yang dilaksakan pada dua siklus tindakan.

    Kelemahan penelitian ini adalah terletak pada penerapan pembelajaran facebook

    community. Teknik pembelajaran facebook community merupakan teknik

    pembelajaran yang menggunakan media sosial sebagai pusat kegiatan untuk

    melakukan koreksi dan revisi karangan antara sesama anggota komunitas tersebut.

    Untuk menerapkan teknik pembelajaran ini, memerlukan jaringan koneksi

    internet. Yang menjadi permasalahannya adalah ketika proses kegiatan menulis

    sedang berlangsung, koneksi internet terputus maka akan memengaruhi kegiatan

    menulis tersebut, dan hasil karangan siswa tidak dapat diunduh pada laman

    facebook tersebut. Jadi, penerapan teknik pembelajaran facebook community tidak

    dapat diterapkan pada semua tempat pendidikan, penerapan teknik ini bisa

    dilakukan pada sekolah yang memiliki jaringan koneksi internet yang kuat.

    Penelitian terakhir dilakukan oleh Budiarta (2013) dalam tesisnya yang

    berjudul “The Efficacy of Think-pair-Share with Peer Assessment in Improving

    Writing Skill and Development Character of the Teacher Candidates”. Penelitian

    ini dilaksanakan pada mahasiswa semester dua Program Studi Pendidikan Bahasa

  • 18

    Inggris Universitas Mahasaraswati Denpasar yang melihat keefektifan teknik

    think-pair-share melalui penilaian sejawat dalam meningkatkan keterampilan

    menulis dan mengembangkan karakter calon guru. Dalam penelitian itu, Budiarta

    mengangkat tiga masalah, yaitu (1) seberapa efektifnya teknik think-pair-share

    dalam meningkatkan keterampilan menulis di kelas, (2) sejauh mana peningkatan

    menulis paragraf mahasiswa sesuai dengan kriteria paragraf yang baik, dan (3)

    seberapa efektif teknik think-pair-share melalui penilaian sejawat dalam

    mengembangkan karakter mahasiswa.

    Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) pada seluruh

    mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris semester II Universitas Mahasaraswati

    sebanyak 32 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik

    pembelajaran think-pair-share melalui penilaian sejawat dapat meningkatkan

    kemampuan menulis dan karakter belajar mahasiswa secara signifikan.

    Peningkatan yang signifikan ini dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata pre-test,

    post-test siklus I, II, dan III. Nilai rata-rata pre-test sebesar 45.33, nilai tersebut

    diperoleh sebelum dilakukan penerapan teknik pembelajaran think-pair-share

    pada proses pembelajaran menulis di kelas. Nilai tersebut dijadikan tolak ukur

    pada penelitian ini. Setelah dilakukan penerapan teknik pembelajaran think-pair-

    share melalui penilaian sejawat diperoleh nilai rata-rata pada post-test pada siklus

    I sebesar 69,46. Setelah dilakukan refleksi, pencapaian nilai rata-rata ini dianggap

    belum cukup sehingga dilakukan tindakan siklus II dan diperoleh nilai rata-rata

    post-test sebesar 74,42. Nilai rata-rata tersebut diklasifikasikan sebagai tingkat

    “baik” dalam kriteria pencapaian menulis. Pencapaian hasil post-test ini

  • 19

    dikategorikan cukup memuaskan, tetapi dianggap belum berhasil karena belum

    mencapai nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan oleh peneliti,

    yaitu ≥ 75 sehingga dilakukan tindakan sisklus III untuk menutupi kelemahan-

    kelemahan yang dihadapi pada siklus sebelumnya. Pada siklus ini diperoleh nilai

    rata-rata post-test sebesar 80,17. Pencapaian nilai rata-rata tersebut dikategorikan

    “baik” dalam kriteria pencapaian menulis. Pencapain nilai rata-rata tersebut

    dianggap berhasil karena sudah mencapai di atas nilai kriteria ketuntasan

    minimum (KKM), yaitu 90% dari 32 mahasiswa memperoleh nilai di atas 75.

    Jadi, hasil penelitian tersebut dalam menerapkan teknik think-pair-share melalui

    penilaian sejawat dapat meningkatkan kemampuan menulis paragraf dan

    mengembangkan karakter mahasiswa dari tiap-tiap siklus tindakan.

    Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sekarang

    terletak pada kesamaan dalam menggunakan teknik pembelajaran think pair share

    pada pembelajaran menulis, sedangkan kelemahan penelitian ini adalah tidak

    menjelaskan cara peneliti menilai keefektifan teknik think-pair-share melalui

    penilaian sejawat dalam mengembangkan karakter mahasiswa sebagai subjek

    penelitian.

    Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik

    pembelajaran think-pair-share sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan

    menulis melalui belajar aktif dan penuh tanggung jawab di dalam mengerjakan

    tugas, baik secara individu maupun bekerja dengan rekan kelompok sehingga

    proses belajar menulis menjadi menyenangkan dan membangkitkan minat siswa

    dalam belajar menulis. Demikian pula dengan penggunaan teknik pembelajran

  • 20

    mind mapping sangat efektif dalam mengorganisasikan dan mengembangan ide

    dalam menulis karangan. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti menggunakan

    kedua teknik pembelajaran tersebut dalam pembelajaran menulis di kelas. Artinya,

    peneliti melakukan kombinasi teknik pembelajaran think-pair-share dan mind

    mapping dalam pembelajaran menulis di kelas. Penggabungan kedua teknik

    pembelajaran tersebut dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa

    kelas X UPW II SMK Pariwisata Harapan Denpasar.

    2.2 Konsep

    Secara umum, konsep merupakan representasi intelektual yang abstrak

    dari situasi, objek, akal pikiran umum atau gambaran mental lainnya. Dalam

    penelitian ini, dicermati beberapa konsep penting yang dijadikan dasar acuan,

    yaitu sebagai berikut.

    2.2.1 Menulis

    Menulis merupakan kegiatan produktif yang ekspresif sehingga penulis

    harus mampu memanfaatkan kemampuan dan menggunakan tata tulis, struktur

    bahasa, dan kosakata. Tarigan (1986:15) menyatakan bahwa menulis merupakan

    kegiatan untuk mengungkapkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa

    tulis sebagai media penyampaiannya. Selain itu, KKBI (Kamus Besar Bahasa

    Indonesia) menyatakan bahwa kegiatan menulis adalah kegiatan mengungkapkan

    pikiran atau perasaan, seperti mengarang, membuat descriptive text, dan

    sebagainya.

  • 21

    Keterampilan menulis di sekolah merupakan suatu keterampilan berbahasa

    yang diperlukan untuk berkomunikasi secara langsung atau tidak secara tatap

    muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan

    ekspresif. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis haruslah terampil

    memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata. Keterampilan menulis

    tidak akan datang begitu saja, tetapi diperoleh dengan latihan yang rutin dan

    teratur. Menulis bisa didefinisikan sebagai kegiatan menurunkan dan melukiskan

    lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh

    seseorang sehingga orang lain dapat membaca dan memahami bahasa dan

    lambang-lambang grafik tersebut (Tarigan, 1993:21).

    Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus

    dikonsentrasikan secara penuh agar mendapatkan hasil yang benar-benar baik.

    Tarigan (1986:15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan

    menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media

    penyampai.

    Menulis dapat dianggap, baik sebagai suatu proses maupun suatu hasil.

    Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan

    sebuah tulisan. Menurut Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989:1), “writing is one

    of the most important things you do in college”. Sementara itu, menurut Robert

    (1989:18), “writing is a creative act, the act of writing is creative because its

    requires to interpret or make sense of something: a experience, a text, and event”.

    Jadi, menulis merupakan perilaku menulis kreatif karena membutuhkan

  • 22

    pemahaman atau merasakan sesuatu dari sebuah pengalaman, tulisan, atau

    peristiwa.

    2.2.2 Karangan Deskripsi

    Karangan deskripsi merupakan karangan yang menggambarkan benda,

    tempat, manusia, hewan, dan lain-lain. Karangan ini digunakan untuk

    menggambarkan, seperti apa benda atau makhluk hidup yang dideskripsikan, baik

    secara bau, suara, maupun tekstur dari benda atau makhluk hidup tersebut.

    Struktur generik (generic structure) dari karangan deskripsi adalah (1)

    identification yang merupakan pengenalan subjek, yaitu mengidentifikasikan

    sesuatu yang akan dideskripsikan; (2) description, yaitu mendeskripsikan bagian-

    bagian dari sesuatu atau subjek yang dideskripsikan, bisa meliputi ciri-ciri subject,

    physical appearance, qualities, general attitude (Purnawa, 2011:81).

    Tujuan komunikatif karangan deskripsi adalah untuk menggambarkan

    dan mengungkapkan ciri-ciri benda, tempat, atau makhluk tertentu secara

    terperinci sehingga orang yang mendengar atau membaca gambaran yang

    diberikan dapat mengetahui dan bisa membayangkan, seperti benda, tempat, atau

    makhluk hidup yang dideskripsikan. Biasanya, apa yang digambarkan dalam

    karangan merupakan hasil pengamatan pancaindra. Karangan deskripsi memiliki

    cirri-ciri, seperti (1) menggambarkan atau melukiskan sesuatu, (2) penggambaran

    tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indra, dan (3)

    membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.

  • 23

    2.2.3 Pembelajaran Think-Pair-Share

    Teknik pembelajaran think pair share merupakan salah satu bagian dari

    metode pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola

    interaksi siswa dan digunakan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran

    menulis. Dengan menggunakan teknik pembelajaran think pair share ini,

    pembelajar diharapkan mampu meningkatkan keterampilan menulis khususnya

    menulis karangan deskripsi.

    Think pair share adalah salah satu teknik dari metode pembelajaran

    kooperatif yang mendorong partisipasi siswa dalam bekerja dan dapat diterapkan

    di seluruh tingkat satuan pendidikan. Penerapan teknik pembelajaran think pair

    share dilakukan dengan tiga tahap kegiatan. Pertama, siswa diberikan kesempatan

    untuk menjawab pertanyaan secara individu (tahap think). Pada tahap ini siswa

    memiliki waktu untuk meningkatkan dan mengembangkan gagasan mereka

    sebelum masuk ke tahap kedua. Kedua, siswa memiliki kesempatan untuk

    bertukar gagasan dengan teman satu kelompok (tahap pair). Pada tahap ini siswa

    dapat mengolaborasi gagasan mereka sebelum mereka masuk ke tahap ketiga,

    Ketiga, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengutarakan

    ide/gagasan yang sudah mereka kerjakan (tahap share).

    Pimm (1987) mengungkapkan bahwa “think pair share technique can

    increase the kinds of personal communications that are necessary for students to

    internally process, organize, and retain ideas”. Demikian juga pendapat yang

    sama diungkapkan oleh Cobb et al (2003) bahwa “in sharing their ideas, students

  • 24

    take ownership of their learning and negotiate meaning rather than rely solely on

    the teacher’s authority”.

    Manfaat lain dari penerapan teknik think pair share juga diungkapkan oleh

    Lyman (1981) bahwa Think pair share technique includes the positive changes in

    students’ self-esteem that occur when they listen to one another and respect

    others’ ideas”. Artinya, siswa memiliki kesempatan untuk belajar berpikir secara

    intensif dari rekan mereka sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya pada saat

    memaparkan ide di depan rekan-rekan mereka. Penerapan teknik ini diharapkan

    dapat mengaktifkan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Di

    samping itu, siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan tugas

    yang dibebankan kepadanya

    .

    2.2.4 Pembelajaran Mind Mapping

    Teknik pembelajaran dimaknai dengan suatu perencanaan atau suatu pola

    yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.

    Mind mapping adalah teknik pembelajaran yang dipopulerkan oleh Tony Buzan

    pada tahun 1973-an. Menurut Buzan (2002), mind mapping adalah sebuah

    representasi grafis dari ide-ide yang biasanya digunakan pada saat proses

    brainstorming untuk menstimulasi motivasi belajar dan pikiran peserta didik.

    Mind mapping membentuk diagram yang dapat digunakan untuk

    mempresentasikan kata-kata, ide-ide, atau hal-hal lain yang dihubungkan dari ide

    pokok pikiran. Mind mapping juga dapat digunakan untuk menggeneralisasikan,

    memvisualisasikan, dan mengklasifikasikan ide-ide dalam menulis karangan.

  • 25

    Konsep penerapan mind mapping, yaitu dengan menuliskan ide utama

    pada posisi tengah dan mengembangkan ide utama tersebut menjadi beberapa ide

    membentuk akar peta pemikiran. Mind mapping dibuat berdasarkan daya

    imajinatif, kreatif, dan potensi otak tiap-tiap individu. Cara kerja alamiah otak

    akan menyalakan percikan-percikan kreativitas karena melibatkan kedua belahan

    otak. Otak kiri berperan sebagai penggunaan tulisan dan hubungan antarkata,

    sedangkan otak kanan berhubungan dengan warna dan gambar. Dengan adanya

    keterlibatan kedua belahan otak, maka akan memudahkan seseorang untuk

    mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun

    secara lisan.

    2.3 Landasan Teori

    Landasan teori berfungsi sebagai pedoman bagi peneliti untuk

    menemukan solusi dari permasalahan yang benar-benar ingin dipecahkan. Dalam

    penelitian ini, diuraikan landasan teori yang memdukung penelitan ini. Teori-teori

    tersebut adalah teori pengajaran bahasa, teori menulis, teori pembelajaran

    kooperatif think pair share, teori mind mapping, dan aspek gramatika karangan

    deskripsi.

    2.3.1 Teori Pengajaran Bahasa

    Penguasaan materi oleh guru sangat diperlukan untuk

    mempertanggungjawabkan secara ilmiah perilaku mengajar di depan kelas.

    Penelusuran dalam kamus-kamus kontemporer menunjukkan bahwa pembelajaran

  • 26

    adalah penguasaan atau pemerolehan pengetahuan tentang subjek atau sebuah

    keterampilan dengan belajar, pengalaman, atau instruksi (Brown, 2007:8).

    Pengajaran bahasa melibatkan teknik yang menghubungkan tujuan dan

    praktik pengajaran. Pemilihan teknik mengajar ini merefleksikan sebuah proses

    yang dinamis dan kreatif karena menyangkut asumsi-asumsi yang dianut oleh

    pendidik dalam melakukan kegiatan pengajaran. Sebagai contoh, seorang

    pendidik dapat menggambarkan secara personal bagaimana latar belakang bahasa,

    penguasaan bahasa, dan aspek-aspek pembelajaran bahasa sesuai dengan tata cara

    atau model pengajaran yang akan dikembangkan. Secara eksplisit, rangkaian

    mekanisme pengajaran ini terlihat dalam model dan teknik pengajaran yang

    dipilih.

    Menurut pandangan konstruktivisme, pengetahuan dibina secara aktif

    oleh siswa itu sendiri. Artinya, pengetahuan yang disampaikan oleh guru tidak

    diserap secara keseluruhan. Siswa akan menyesuaikan apa yang didapatkan

    dengan pengetahuan dasar yang dimiliki untuk membentuk pengetahuan baru

    dalam pikiran mereka dengan bantuan interaksi sosial, baik bersama rekan

    maupun gurunya (Brooks dalam Aqib, 2013). Dengan demikian, komponen

    penting dalam teori konstruktivisme adalah bagaimana mengemas pembelajaran

    menjadi proses mengonstruksikan, tidak sebatas menerima pengetahuan.

    Teori konstruktivisme melibatkan penugasan untuk membentuk pola

    interaksi antara pengajar dan peserta didik. Teori ini menekankan pada pentingnya

    siswa membangun sendiri pengetahuan lewat keterlibatan aktif dalam proses

    belajar mengajar dan juga bertujuan untuk memotivasi siswa.

  • 27

    Teori konstruktivisme menurunkan bermacam metode dan teknik

    pembelajaran, salah satunya adalah metode pembelajaran kooperatif (cooperative

    learning method) yang terdiri atas beberapa teknik pembelajaran, seperti teknik

    think-pair-share dan mind mapping. Kedua teknik pembelajaran ini dapat

    diterapkan dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai pemandu dalam kegiatan

    menulis, baik secara individu maupun dalam kelompok.

    Dengan membuat peta pikiran terlebih dahulu pada tahap berpikir (think)

    dapat membantu siswa menyusun informasi, melancarkan aliran pikiran, dan

    mengurangi hambatan dalam kegiatan menulis karangan. Pada tahap berbagi

    (share), siswa kemudian berbagi dan bertukar pekerjaan dengan teman

    sebangkunya untuk mengoreksi hasil karangan mereka. Setelah melakukan

    koreksi, siswa dipersiapkan untuk mempresentasikan hasil akhir karangan di

    depan kelas, sedangkan siswa yang lain diberikan kesempatan untuk

    mengomentari tulisan yang sedang dipresentasikan.

    2.3.1.1 Pembelajaran Kooperatif

    Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk

    membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran bertujuan

    untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas kegiatan yang dilakukan peserta didik.

    Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran, yaitu pendidik dan peserta

    didik yang saling berinteraksi edukatif antara yang satu dengan yang lainnya.

    Pembelajaran kooperatif adalah satu bentuk pembelajaran yang

    berdasarkan paham konstruktif. Pembelajaran kooperatif yang biasa disebut

    dengan cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa

  • 28

    sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampunnya berbeda. Dalam

    pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dan

    kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni, 2007:15).

    Johnson & Smith (1993) dalam bukunya yang berjudul Active Learning:

    Cooperative Learning in the Coollege Classroom mengemukakan bahwa

    pembelajaran kooperatif adalah pengelompokan siswa di dalam kelas ke dalam

    suatu kelompok-kelompok kecil agar siswa dapat bekerja satu sama lain dalam

    kelompok tersebut. Senada dengan pendapat Jhonson, Slavin (1995) memberikan

    penjelasan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran

    yang memberikan siswa kesempatan untuk belajar dan bekerja dalam kelompok-

    kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 2 -- 4 orang dengan struktur

    kelompok yang heterogen. Menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2007:12),

    pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian

    strategi khusus yang dirancang untuk memberikan dorongan kepada peserta didik

    untuk bekerja sama selama proses pembelajaran.

    Pada pembelajaran kooperatif siswa diberikan kesempatan untuk

    berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya agar tujuan pembelajaran

    tercapai. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila kerja sama dalam kelompok

    terjalin dengan baik dan hasil yang maksimal tercapai. Hal itu sesuai dengan

    pendapat Lie (2005) bahwa dalam pencapaian hasil yang maksimal, pembelajaran

    kooperatif mempunyai lima unsur yang harus diterapkan, yaitu (1) saling

    ketergantungan, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi

    antaranggota, dan (5) evaluasi proses kelompok.

  • 29

    1) Saling Ketergantungan Positif

    Saling ketergantungan positif berarti keberhasilan kelompok ditentukan

    oleh usaha belajar setiap anggotanya. Dalam pembelajaran kooperatif tipe

    think-pair-share ini setiap kelompok akan memperoleh skor atau nilai

    kelompok. Dalam pembelajaran ini kelompok yang memiliki usaha dan

    hasil terbaik akan memperoleh nilai yang baik pula. Usaha tersebut akan

    dilihat pada tahap mulai dari kemandirian tiap anggota kelompok dalam

    memecahkan masalah, kekompakan berdiskusi dengan pasangan (tahap

    pair), dan hasil diskusi atau presentasi (tahap share). Skor kelompok akan

    menentukan jenis penghargaan kelompok. Skor tersebut merupakan

    akumulasi dari nilai seluruh anggota kelompok.

    2) Tanggung Jawab Perseorangan

    Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama seperti

    yang telah dijelaskan bahwa dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan

    kelompok ditentukan oleh usaha setiap anggotannya. Jika ingin

    mendapatkan kriteria sebagai kelompok terbaik, maka seluruh anggota

    kelompok harus bertanggung jawab untuk belajar keras dan berusaha

    mendapatkan nilai terbaik. Dalam penerapan teknik think pair share, pada

    tahap pairing dan share inilah tiap anggota kelompok mempunyai

    tanggung jawab untuk berusaha keras menyalurkan segala pikiran,

    pendapat, atau ide mencari pemecahan masalah yang dihadapi untuk

    memberikan yang terbaik pada kelompoknya.

  • 30

    3) Interaksi Tatap Muka

    Pembelajaran kooperatif memberikan ruang dan kesempatan yang luas

    kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan

    informasi dan saling membelajarkan. Misalnya, pada tahap pair interaksi

    tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga pada setiap

    anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,

    memanfaatkan kelebihan tiap-tiap anggota, dan mengisi kekurangan

    masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen

    yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan

    akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal

    utama dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok.

    4) Partisipasi dan Komunikasi

    Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi

    aktif dan berkomunikasi. Partisipasi dan komunikasi ini sangat penting

    sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat nantinya. Oleh

    sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa

    dengan kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan menulis dan

    kemampuan berbicara, Hal itu penting karena keberhasilan kelompok

    ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.

    Komunikasi antaranggota berarti setiap anggota kelompok saling

    berkomunikasi dan berinteraksi. Komunikasi yang terjalin adalah

    komunikasi banyak arah, artinya ada timbal balik dari seluruh anggota

    kelompok. Pada umumnya tidak semua siswa pandai berkomunikasi.

  • 31

    Misalnya, cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah

    pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan anggota lain, dan

    cara menyampaikan gagasan atau ide yang dianggap baik dan berguna.

    5) Evaluasi Proses individu dan Kelompok

    Pengajaran perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

    mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

    selanjutnya biasa bekerja sama dengan efektif.

    2.3.1.1.1 Pembelajaran Think-Pair-Share

    Teknik pembelajaran think-pair-share dikembangkan oleh Frank Lyman

    sebagai struktur kegiatan pembelajaran kooperatif sesuai dengan yang dikutip oleh

    Arends (1997) bahwa think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk

    membuat suasana kelas yang bervarisai dalam bentuk kelas diskusi. Asumsinya

    bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan

    kelas secara keseluruhan. Disamping itu, prosedur yang digunakan dalam teknik

    ini dapat memberikan siswa lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan

    saling membantu. Sejalan dengan pendapat di atas, Lie (2010) menyatakan bahwa

    teknik ini memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama

    dengan orang lain. Keunggulan lain teknik ini adalah optimalisasi partisipasi

    siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.

    Think pair share merupakan cara pembelajaran yang dapat membuat

    suasana belajar lebih bervariasi dan efektif. Untuk melaksanakan teknik tersebut

    diperlukan cara untuk mengatur pada tiap-tiap tahapan, yaitu tahapan berpikir dan

    menulis (think), berpasangan (pair), dan berbagi (share). Dalam tahapan tersebut

  • 32

    diperlukan keahlian guru untuk mengatur dan mengendalikan kelas secara

    keseluruhan. Selain itu, pada pelaksanaan tahapan berpikir dan menulis (think)

    siswa dapat dilatih untuk belajar secara individu, dan mengajarkan siswa untuk

    tidak tergantung pada orang lain atau teman dalam kelompoknya.

    Hal tersebut di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Andrini

    dalam Achyar (1996) bahwa

    “To encourage responses from all students, try think-pair-Share.

    Students pair with a partner to share their responses to a question.

    Students are then invited to share their responses with the whole class.

    There are a variety of ways to share, including stand up and share

    everyone stands up and as each student responds he or she sits down.

    Continue until everyone is seated. Or do a “quick whip” through the

    class in which students’ respon quickly one right after another”.

    Selanjutnya Kusnandar (2007) memberikan pendapat yang lebih singkat

    dan padat tentang metode think, pair, and share memberikan siswa waktu untuk

    berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lainnya. Berdasarkan

    beberapa pendapat di atas maka dapat dibuat langkah-langkah pembelajaran

    dengan menggunakan teknik think-pair-share sebagai berikut.

    1) Langkah 1 Berpikir dan Menulis (Think)

    Guru menginstruksikan kepada siswa untuk menentukan topik karangan

    yang akan ditulis. Kemudian siswa diberikan kesempatan lima belas menit

    untuk membuat draf dalam bentuk pemetaan pikiran (mind mapping).

    Selanjutnya, mereka mengembangkan draf tersebut dalam sebuah

    karangan selama tiga puluh menit. Total waktu yang diberikan pada tahap

    ini adalah 45 menit.

  • 33

    2) Langkah 2 Berpasangan (Pair)

    Selanjutnya guru meminta siswa untuk duduk berhadapan atau

    berpasangan dengan rekan yang sudah ditentukan dan kemudian

    mendiskusikan karangan yang sudah dikerjakan. Tiap-tiap siswa bertukar

    lembar kerja dan mengoreksi pekerjaan rekan sejawatnya. Dalam

    kesempatan itu setiap siswa harus memberikan koreksi terhadap tulisan

    yang dianggap kurang tepat, baik dalam susunan pola kalimat maupun

    penggunaan kosakatanya. Sebelum masuk ke tahap berikutnya, siswa

    diberikan kesempatan untuk memperbaiki hasil karangan masing-masing.

    Secara normal guru memberikan waktu selama lima belas menit pada

    tahap ini.

    3) Langkah 3 Berbagi (Share)

    Pada tahap ini siswa memulai mempresentasikan hasil karangan yang

    sudah didiskusikan dan revisi pada tahap kedua. Tiap-tiap pasangan

    tersebut secara bergiliran mempresentasikan karangan di depan kelas.

    Siswa atau kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi dan

    mengemukakan pendapat tentang pekerjaaan yang dipresentasikan.

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teknik

    pembelajaran think-pair-share adalah pembelajaran kelompok yang menerapkan

    saling ketergantungan, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi

    antaranggota, dan evaluasi proses kelompok dalam sebuah model yang diberikan

    kepada siswa yang diawali dengan memberikan kesempatan untuk berpikir

    sejenak terhadap topik yang ada (think). Setelah itu guru memotivasi siswa untuk

  • 34

    bertukar pikiran dengan teman sebangku (pair). Dalam bertukar pikiran, pendapat

    kedua anggota kelompok boleh berlainan, tidak harus sama, dan akhirnya siswa

    yang pada awalnya sendiri lalu berpasangan, membentuk satu kelompok untuk

    berani berpendapat dalam suatu lingkup yang luas (share). Melalui kegiatan

    tersebut, siswa dapat meningkatkan pemahamannya tentang konsep contoh

    karangan berpola deskripsi.

    2.3.1.1.2 Pembelajaran Mind Mapping

    Teknik pembelajaran mind mapping atau biasa disebut dengan pemetaan

    pikiran menurut Jensen dan Makowitz (2002) merupakan teknik visualisasi verbal

    ke dalam gambar yang dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat

    kembali informasi yang telah dipelajari. Dengan menggunakan teknik

    pembelajaran ini akan terdapat keseimbangan kinerja antara dua belah otak, yaitu

    otak kiri berhubungan dengan hal-hal logis, sedangkan otak kanan yang

    berhubungan dengan keterampilan (aktivitas kreatif). Mind mapping merupakan

    sebuah diagram yang dapat digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide

    yang dihubungkan dengan ide pokok dalam pikiran seseorang. Model

    pembelajaran ini dapat berupa suatu teknik mencatat yang kreatif, efektif, dan

    secara harfiah dapat memetakan pikiran. Hal itu sesuai dengan yang diutarakan

    oleh Buzan (2009) bahwa “mind map is diagram used to represent words, ideas,

    or tasks of thought and also is used to generate, visualize, structure, and classify

    ideas, and as an aid in study, organization, problem solving, decision making, and

    writing”.

  • 35

    Pemetaan pikiran (mind mapping) dibuat berdasarkan daya imajinatif,

    kreatif, dan potensi otak tiap-tiap individu sehingga model pembelajaran ini dapat

    diterapkan dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai langkah awal dalam

    kegiatan menulis karangan. Dengan membuat peta pikiran terlebih dahulu, akan

    membantu siswa menyusun informasi, menstimulus pikiran, dan mengurangi

    hambatan dalam menuangkan ide-ide cemerlang pada saat proses mengarang.

    Penggunaan mind mapping dalam pembelajaran menulis, menurut Buzan

    (2009:15), meliputi beberapa langkah untuk membuat peta pikiran (mind

    mapping) dalam kegiatan menulis karangan, yaitu seperti berikut.

    1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya

    diletakkan mendatar (landscape). Hal ini akan memberikan kebebasan

    kepada otak untuk menyebar ke segala arah serta mengungkapkan ide

    dengan lebih bebas dan alami.

    2) Gunakan warna yang menarik karena bagi otak, warna sama menariknya

    dengan gambar. Warna akan membuat peta pikiran lebih hidup, menambah

    energi pada pemikiran kreatif dan menyenangkan.

    3) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan

    cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya

    karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau

    tiga atau empat) hal sekaligus. Apabila cabang-cabang dihubungkan, akan

    lebih mudah dimengerti dan diingat.

  • 36

    4) Buatlah garis hubung yang melengkung bukan garis lurus, karena garis

    lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan

    organis seperti cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.

    5) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis karena kata kunci tunggal

    memberikan lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran.

    Mind mapping merupakan catatan aktif dengan mengandalkan pokok

    pikiran yang dikaitkan satu sama lainnya. Seseorang tidak akan bisa membuat

    pemetaan pikiran sebelum memetakan dalam kepalanya apa yang hendak dicatat.

    Dengan demikian, proses mencatat sekaligus menjadi proses belajar. Ketika

    menentukan kata kunci yang dipakai, sebenarnya sedang terjadi proses memilih

    kata yang memiliki asosiasi paling kuat sehingga mampu mengingatkan kembali

    pada kata kunci yang ditulis pada pemetaan tadi. Hal ini menjadi kekuatan dari

    pemetaan pikiran yang menjadikannya sebuah alat untuk belajar sekaligus alat

    untuk mengingat.

    2.3.2 Teori Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi

    Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling tinggi tingkat

    kesulitannya bagi pembelajar dibandingkan dengan ketiga keterampilan lainnya.

    Menulis merupakan kegiatan yang menguji ketelitian peserta didik. Dalam

    kegiatan menulis, peserta didik tidak hanya menulis untuk dirinya sendiri, tetapi

    menulis untuk orang lain atau pembaca. Tulisan yang diproduksi peserta didik

    harus mengandung pemahaman yang baik bagi pembaca sehingga pembaca

    mudah memahami maksud dan tujuan komunikatif karangan yang diproduksi.

  • 37

    Dalam proses menulis terdapat beberapa tahap kegiatan, yaitu penyusunan,

    peninjauan, penyusunan kembali, dan terakhir adalah menulis yang dilakukan

    secara rekursif sehingga pada tahap pengeditan mungkin dirasakan perlu untuk

    kembali ke fase pramenulis dan berpikir lagi. Hal ini sesuai dengan yang

    diungkapakan oleh Harmer (2006:326) bahwa “In reality of writing process is

    more complete than the various stages of drafting, reviewing, re-drafting and

    writing, etc, are done in a recursive, thus at editing stage we may feel the need to

    go back to a pre-writing phase and think again.

    Pada dasarnya kegiatan menulis merupakan suatu proses, artinya

    seseorang melakukan kegiatan itu dalam beberapa tahap, yaitu tahap pramenulis,

    tahap menulis, dan tahap revisi. Pada tahap pramenulis dilakukan perencanaan

    atau persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan. Tahap-tahap

    menulis pada langkah pertama ini meliputi (1) menentukan topik, artinya bahwa

    penulis menentukan apa yang akan dibahas di dalam tulisan; (2) membatasi topik,

    artinya mempersempit dan memperkhusus lingkup pembicaraan; (3) menentukan

    tujuan penulisan; (4) menentukan bahan atau materi penulisan, artinya informasi

    atau data yang akan digunakan untuk mencapai tujuan penulisan; dan (5)

    menyusun kerangka karangan, maksudnya memecahkan topik ke dalam sub-sub

    topik.

    Pada tahap menulis dibahas setiap butir topik yang ada di dalam kerangka

    yang disusun. Artinya, penulis menggunakan bahan-bahan yang sudah

    diklasifikasikan menurut keperluan sendiri. Dalam tahap penulisan dilakukan

  • 38

    pengembangan gagasan dalam kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab atau bagian

    sehingga draf pertama akan selesai.

    Pada tahap revisi dilakukan kegiatan meneliti secara menyeluruh

    mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf,

    pengetikan, catatan kaki, dan daftar pustaka.

    Halliday (1994) di dalam teorinya Sistemic Functional Grammar

    menyebutkan istilah genre sebagai jenis karangan. Jenis karangan (teks) dalam

    bahasa Inggris dapat dibedakan berdasarkan struktur generik (generic structure)

    dan ciri-ciri kebahasaan atau fitur-fitur bahasa (language features). Struktur

    generik adalah struktur yang terbentuk dari perbedaan fungsi-fungsi paragraf

    dalam membangun sebuah teks (seperti identifikasi, deskripsi, dan simpulan

    dalam karangan deskripsi). Di pihak lain ciri-ciri kebahasaan adalah penggunaan

    atau pemanfaatan bahasa (baik tata bahasa maupun diksinya) agar menciptakan

    sebuah teks (Azhar, 2010). Berdasarkan struktur generik dan ciri-ciri kebahasaan,

    jenis teks (karangan) dalam bahasa Inggris dibedakan atas tiga kelompok, yaitu

    descriptive, narrative, dan argument.

    Karangan deskripsi adalah gambaran verbal ihwal manusia, objek,

    penampilan, pemandangan, atau kejadian. Cara penulisan dalam menggambarkan

    sesuatu sedemikian rupa sehingga pembaca dibuat mampu (seolah merasakannya,

    melihat, mendengar, atau mengalami) seperti yang dipersepsi oleh panca indra

    (Alwasilah, 2007:114).

    Menurut Keraf (1981:7), karangan deskripsi menggambarkan atau

    menceritakan bagaimana bentuk atau wujud suatu barang atau objek atau

  • 39

    mendeskripsikan cita rasa suatu benda, hal, atau bunyi. Fungsi utama karangan

    deskripsi adalah membuat para pembacanya melihat barang-barang atau objeknya

    atau menyerap kualitas khas dari barang-barang itu. Deskripsi bertujuan membuat

    para pembaca menyadari dengan hidup-hidup tentang apa yang diserap penulis

    melalui pancaindranya, merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang

    digambarkannya, dan menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung.

    Semi (2007:66) menyebutkan ciri-ciri yang harus dimilii karangan

    deskripsi, yaitu sebagai berikut.

    1) Menggambarkan sesuatu

    Karangan deskripsi harus menggambarkan sesuatu, baik

    penggambaran tempat, orang, maupun situasi tertentu.

    2) Menggunakan pancaindra

    Dalam karangan deskripsi, seluruh pancaindra harus digunakan

    supaya pembaca dapat mengenali objek yang digambarkan dari

    berbagai aspek, baik aspek penglihatan, pendengaran, penciuman,

    maupun perabaan.

    3) Mengenal suatu objek

    Dalam deskripsi, karangan berisi suatu objek yang bertujuan supaya

    pembaca mengenalinya atau merasakan objek yang diceritakan.

    Dalam kegiatan menulis karangan, ada beberapa asas yang perlu

    diperhatikan, seperti yang diungkapkan oleh Gie (2002:33 -- 37) bahwa dalam

    mengarang terdapat enam asas yang perlu diperhatikan yaitu kejelasan (clarity),

  • 40

    keringkasan (conciseness), ketepatan (correctness), kesatupaduan (unity),

    pertautan (coherence), dan penegasan (emphasisi).

    1) Kejelasan (clarity), asas kejelasan tidaklah semata-mata berarti

    mudah dipahami, tetapi juga berarti bahwa karangan itu tidak

    mungkin disalahtafsirkan oleh pembaca. Kejelasan berarti tidak

    samar-samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan

    seakan-akan tampak nyata oleh pembaca.

    2) Keringkasan (conciseness), yaitu suatu karangan tidak

    menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak mengulang-

    mengulang butir ide yang dikemukakan, dan tidak berputar-putar

    dalam menyampaikan suatu gagasan dengan berbagai kalimat yang

    berkepanjangan.

    3) Ketepatatan (correctness), berarti suatu penulisan harus dapat

    menyampaikan butir-butir gagasan kepada pembaca dengan

    kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksudkan oleh penulisnya.

    4) Kesatupaduan (unity), berarti segala hal yang disajikan dalam

    karangan perlu berkisar pada satu gagasan pokok atau tema utama

    yang telah ditentukan.

    5) Pertautan (coherence), berarti bahwa dalam suatu karangan bagian-

    bagiannya perlu “melekat” secara berurutan satu sama lain.

    6) Penegasan (emphasis), berarti bahwa dalam suatu tulisan butir-

    butiran formasi yang penting disampaikan dengan penekanan atau

  • 41

    penonjolan tertentu sehingga meninggalkan kesan yang kuat pada

    pikiran pembaca.

    2.3.3 Teori Tata Bahasa Inggris dalam Karangan Deskripsi

    Aspek bahasa (seperti penggunaan gramatika, kosakata, ejaan, dan tanda

    baca) merupakan salah satu unsur yang penting dalam penulisan karangan bahasa

    Inggris. Dalam hal ini penggunaannya diatur menurut kaidah tata bahasa. Salah

    satu hal yang memengaruhi penggunaan bahasa dalam menulis karangan adalah

    perilaku, pemikiran penulis, dan gambaran dari sudut pandang si pembaca.

    Menurut Suryarto dan Rachdiana (2009), pemakaian bahasa dalam

    menulis karangan dibagi menjadi lima kategori atau sifat-sifat dasar. Sebagai

    contoh, kalimat yang ditulis harus jelas (clear) atau tidak berpotensi menimbulkan

    ketaksaan (makna ganda), singkat (concise) dengan menghindari bentuk-bentuk

    repetisi yang tidak relevan, dan bermakna sopan (courtenous) atau menunjukkan

    iktikad baik dan rasa hormat penulis. Selanjutnya, penulisan kalimat harus bersifat

    benar (correct) dengan menguaraikan fakta menggunakan gramatika, ejaan, tanda

    baca, dan format yang tepat. Di samping itu, kalimat juga dipilih dengan hati-hati

    (careful) untuk membangun pandangan pembaca (image-building words) dengan

    media yang baik dan bersih.

    Tata bahasa atau dalam bahasa Inggris disebut dengan grammar adalah

    seperangkat peraturan yang terdapat dalam bahasa tertentu. Menurut Hornby

    (1995:210) “a grammar is the rules in a language for changing the form of the

    words and combining them into sentences”. Di sini dijelaskan bahwa grammar

    atau tata bahasa adalah seperangkat peraturan bahasa yang memuat perubahan

  • 42

    bentuk kata-kata dan bagaimana mengombinasikan kata tersebut ke dalam

    kalimat.

    Tata bahasa dideskripsikan sebagai usaha menggambarkan aturan bahasa

    secara objektif dengan perhitungan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Menurut

    Nelson (2006:146), dalam kajian linguistik, sebuah tata bahasa melibatkan sejauh

    mungkin tujuan bahasa dan tidak menghakimi penggunaan bahasa. Biber dkk.

    (1998:55) menambahkan bahwa tata bahasa menggambarkan cara bagaimana

    kata-kata yang dikombinasikan menjadi klausa dan kalimat, yang terfokus pada

    tata urutan kata dan berbagai kenis subordinasi.

    Dalam menulis karangan deskripsi, ada beberapa aspek gramatika yang

    digunakan sebagai acuan ciri kebahasaan karangan deskripsi, yaitu seperti di

    bawah ini.

    2.3.3.1 Pemakaian Artikel

    Artikel adalah kata yang berbentuk kata sifat yang selalu digunakan

    dengan dan memberikan informasi tentang kata benda. Secara teknik, artikel

    adalah kata yang digunakan untuk mengubah kata sifat menjadi kata benda yang

    menjelaskan orang, tempat, objek, atau ide. Biasanya kata sifat mengubah kata

    benda melalui penjelasan, tetapi artikel bahkan digunakan untuk menunjuk atau

    mengacu pada kata benda. Terdapat dua jenis artikel yang digunakan dalam

    tulisan atau percakapan untuk menunjuk atau mengacu pada kata benda atau

    kelompok kata benda, yaitu artikel tertentu (definite article) dan artikel tidak tentu

    (indefinite article).

  • 43

    1) Artikel Tertentu (Definite Article)

    Artikel jenis ini mengacu pada kata benda tertentu yang sudah

    diperkenalkan sebelumnya. Kata “the” adalah satu-satunya jenis artikel ini yang

    digunakan untuk menyebutkan kata-kata tertentu yang sudah disebutkan

    sebelumnya atau yang sudah diketahui oleh lawan bicara penutur. Artikel the

    digunakan sebelum kata benda tunggal dan kata benda jamak, contoh the dogs, the

    boys, the books, dan lain-lain.

    Artikel the dapat juga digunakan sebelum kata benda yang menunjukkan

    gabungan dari sebuah frasa ataupun klausa, misalnya the girl that I met, the man

    with banner, the place where I met him. The digunakan di depan kata benda

    tunggal (the bag); kata benda jamak (the bags); kata benda yang tidak dapat

    dihitung (the sand). Pembicaraan menggunakan artikel the ketika pembicara dan

    pendengar memikirkan sesuatu atau seseorang secara khusus. Pembicara dan

    pendengar memikirkan tentang tas, pendengar mengetahui bahwa tas yang

    dimaksud oleh pembicara adalah tas yang spesifik: tas miliknya yang dia paling

    sukai, atau tas yang baru dia beli yang hanya ada satu tas yang dimaksudkan.

    Pembicara menggunakan the ketika dia menyebutkan benda tersebut kedua

    kalinya.

    2) Artikel tidak tentu (indefinite article)

    Indenfinite article digunakan untuk menyatakan sesuatu yang tidak

    tententu. Artikel jenis ini terdiri atas dua jenis, yaitu artikel a dan artikel an.

    Kedua jenis artikel ini digunakan pada bentuk kata tunggal (singular) dan tidak

    dapat digunakan dalam kata yang berbentuk jamak (plural).

  • 44

    Artikel a digunakan apabila diikuti oleh kata yang diawali dengan huruf

    mati (konsonan) atau berbunyi konsonan, seperti a man, a woman, a car, a

    university, dan lain-lain, sebaliknya artikel an digunakan apabila diikuti oleh kata

    yang diawali huruf atau berbunyi vokal, seperti an umbrella, an ant, an egg, an

    hour, dan lain-lain. Kata-kata yang diawali dengan huruf h bisa menggunakan

    artikel a dan a artikel an, tergantung pada pelafalan yang digunakan pada huruf h

    tersebut. Apabila bunyi huruf h dilafalkan, maka digunakan artikel a, seperti kata

    a hotel, a house, a helmet, dan lain-lain. Berbeda halnya dengan kata-kata yang

    diawali dengan huruf h, tetapi bunyinya tidak dilafalkan sehingga artikel yang

    digunakan adalah an, seperti an hour, an honor, dan lain-lain. Kata-kata tersebut

    tidak dilafalkan sehingga berbunyi vokal o. Jadi, artikel yang digunakan adalah

    an.

    2.3.3.2 Penggunaan Kelas Kata

    Kelas kata merupakan pengelompokan kata berdasarkan jenis kata dan

    fungsi kata dalam pembentukan kalimat. Peserta didik akan menyadari tentang

    kegunaan dan fungsi suatu kata dan bagaimana kata-kata tersebut dapat tergabung

    dan menyatu membuat sebuah komunikasi yang bermakna ketika mereka

    melakukan kegiatan menulis. Kebanyakan siswa tidak mampu berkomunikasi dan

    menulis secara gramatikal karena tidak mengerti tentang kegunaan dan fungsi tiap

    bagian dalam kegiatan menulis tersebut. Kelas kata yang digunakan dalam

    karangan deskripsi bahasa Inggris meliputi nomina, verba, adjektiva, advervia,

    pronominal, preposisi, dan konjungsi.

  • 45

    1) Nomina

    Nomina (noun) sering ditujukan untuk menamai seseorang, tempat, atau

    benda. Misalnya, pen, book, boy, friend, Indonesia, Dewi, dan lain-lain. Kata

    “Dewi” adalah noun karena nama seseorang. Kata “Indonesia” adalah noun

    karena nama sebuah negara.

    Nomina (noun) dapat dibedakan menjadi dua subkelas. Satu di antarannya

    terdiri atas dua bagian, seperti di bawah in.

    (1) Proper Nouns

    Proper noun adalah nama orang-orang, tempat, dan sesuatu yang

    biasanya diawali dengan huruf kapital pada bagian awal penulisan.

    Contohnya Ahmad, Indonesia, Eart, Jakarta, Beach Walk, dan lain-

    lain.

    (2) Common Nouns

    Common nouns biasanya tidak diawali dengan huruf kapital pada awal

    penulisan katanya, kecuali saat kata tersebut terletak pada awal

    kalimat. Common nouns dapat dibedakan menjadi dua bagian, seperti

    di bawah ini.

    a. Countable nouns, misalnya cup, plate, book, pen, dan lain-lain.

    Countable nouns merupakan kata benda yang dapat dihitung dan

    memiliki bentuk tunggal dan bentuk jamak.

    b. Uncountable nouns, misalnya money, milk, water, sand, dll

  • 46

    Uncountable nouns merupakan kata benda yang tidak dapat

    dihitung dan dalam bentuk tunggalnya tidak dapat ditambahkan

    dengan artikel “a” atau “an” di depan kata tersebut.

    Dalam pembentukan nomina, terdapat beberapa akhiran yang dapat

    membentuk kata benda, seperti pembentuk objek, pembentk verba menjadi

    nomina, pembentuk adjektiva menjadi kata nomina abstrak. Berikut dijelaskan

    pembentukan nomina tersebut.

    (1) Pembentuk agen atau objek

    -er : driver, employer, examiner, and writer.

    -or : actor, collector, director, educator, elevator, protector, sailor, and

    visitor.

    -ar : liar

    -ant : accountant, assistant, attendant, combatant, servant

    -ist : biologist, chemist, economist, dentist, scientist

    -ee : employee, examinee, refugee, referee, invitee, and presentee.

    (2) Pembentukan kata benda dari kata kerja (verba)

    -age : breakage, coverage, leakage, drainage, marriage

    -al : approval, arrival, refusal

    -ance : acceptance, appearance, performance

    -ery : delivery, discovery, recovery

    -ment : agreement, arrangement, employment, management

    -sion : collision, decision, division, confusion

    -ation : education, attention, solution

  • 47

    -ure : departure, failure, closure.

    (3) Pembentukan kata benda abstrak dari kata sifat (adjecktive)

    -ance/-ence : Imporantance, absence, presence, diligence

    -ity : ability, activity, divinity, equality

    -ness : darkness, happiness, kindness

    -th : length, strength, truth, width

    2) Verba

    Verba (verb) sering ditujukan sebagai sebuah kata yang menunjukkan aksi

    atau tindakan. Verb merupakan inti dari suatu kalimat sehingga setiap kalimat

    harus memiliki verb. Upaya memperhatikan verb merupakan langkah yang paling

    penting untuk mengerti maksud sebuah kalimat. Contoh dalam kalimat “He walks

    on feet”. Walks adalah kata kerja yang menunjukkan aksi atau kegiatan dari

    kalimat. Seperti juga kalimat berikut “Brian is sleeping on the bed”. Walaupun

    kegiatan ini tidak menunjukkan banyak aktivitas, sleeping adalah verb dari

    kalimat tersebut. Perbedaan verbs menunjukkan perbedaan makna yang berkaitan

    dengan maksud-maksud tertentu seperti tense (present, past, continuous, future,

    dll), pronominal (I, You, We, They, She, He, It), Number (singular, and plural),

    dan bentuk kalimat (aktif and pasif).

    Verba (verb) dapat membentuk kelas kata, yaitu meliputi hal-hal berikut.

    (1) Melakukan suatu pekerjaan, contohnya walk, go, climb, carry, write, jump,

    dan lain-lain.

  • 48

    (2) Dapat membentuk kata V-ing atau infinitive, contoh to swim/swimming,

    towalk/walking, to write/writing, dan lain-lain.

    (3) Dapat dibentuk oleh kata benda, determiner, dan kata ganti. Contohnya We

    slept soundly, They played hockey, Dewi gave Tia a present.

    (4) Bisa berdiri sendiri (single word) dan juga dalam bentuk kelompok (group

    verbs). Contoh:

    Singular verbs : know, study, discover, understand, dan lain-lain.

    Group verbs : have known, is studying, well discover, may have

    undertood, dan lain-lain.

    Menuruts Eastwood (1994:75) kata kerja terdiri atas beberapa bentuk yaitu

    (1) kata kerja bentuk dasar, seperti look, see, listen, speak, dan lain-lain, (2) kata

    kerja bentuk akhiran –s/es, seperti looks, sees, listens, speaks, dan lain-lain, (3)

    kata kerja bentuk past tense, seperti looked, saw, lestened, spook, dan lain-lain,

    serta (4) kata kerja bentuk past/passive participle, seperti looked, seen, listened,

    spoken, dan lain-lain. Keseluruhan bentuk kata kerja ini dapat menjadi kata kerja

    utama yang dikenal dengan finite verb dalam kalimat. Sementara itu, kata

    nonfinite verb meskipun dapat juga menempati kata kerja utama, tetapi bentuknya

    berubah menjadi infinitive, gerund, dan participle.

    Selain bentuk kata kerja dasar di atas, terdapat sebuah kata kerja bantu

    yang mendukung fungsi kata kerja secara umum, yaitu auxiliary verb, yang

    meliputi be, have, dan do, dan modal auxiliary, yang meliputi can, may, will,

    shall, could, might, would, should, dan must. Seperti yang dijelaskan oleh Quirk

    (1987) bahwa frasa kata kerja terdiri atas satu kata kerja bantu (auxiliary) atau

  • 49

    lebih di depannya, misalnya frasa will, steal, had gone, has been talking, will be

    going, dan lain-lain.

    3) Adjektiva

    Adjektiva (adjective) sering ditujukan sebagai sebuah kata yang

    menjelaskan atau memberikan informasi lebih tentang nomina atau pronominal.

    Adjektiva menjelaskan nomina dalam bentuk sebagai keterangan ukuran, warna,

    dan nomor, misalnya “the very small kitten jumped at the dog”. Kata small adalah

    adjective yang memberikan informasi lebih mengenai noun (kitten). Banyak kata

    sifat yang muncul memang berfungsi sebagai kata sifat, seperti long, short, blue,

    red, dan lain-lain. Akan tetapi banyak pula kata sifat yang terbentuk dari bentuk

    kelas kata lainnya (termasuk kata sifat) dengan adanya penambahan akhiran.

    Contoh:

    Nomina (noun) Adjektiva (adjective)

    memory memorable

    person personal

    fame famous

    Verba (verb) Adjektiva (adjective)

    depend dependent

    cease ceaseless

    forget forgetful

    Adjektiva (adjective) Adjektiva (adjective)

    green greenish

    intense intensive

    optic optical

    Adjektiva (adjective) memiliki tiga subkelas, yaitu seperti berikut.

  • 50

    (1) Descriptive Adjective

    Descriptive adjective adalah jenis adjektiva yang paling umum. Beberapa

    dari jenis ini terbentuk dari anggota kelas kata lain yang diikuti oleh akhiran,

    misalnya reason – reasonable, wonder – wonderful, dan lain-lain. Jenis adjectiva

    yang kedua, yaitu descriptive adjective. Jenis ini sangat berbeda dengan adjective

    jenis determiners, seperti diungkapkan oleh Frank (1972) bahwa “descriptive

    adjectives usually indicate an inherent quality (beautiful, intelligent), or a

    physical state such as age, size, color. Inflectional and derivational endings can

    be added only to this type of adjective”.

    Artinya, semua adjektiva yang menyatakan kualitas, kondisi fisik seperti

    usia/umur, ukuran dan warna disebut descriptive adjective. Berbeda dengan

    determiner yang bentuknya paten tidak bisa ditambahkan akhiran, descriptive

    adjective malah sangat mungkin diimbuhi akhiran karena jenis adjektiva ini saja

    yang bisa diperbolehkan.

    (2) Proper Adjective

    Adjektiva jenis ini biasanya dibentuk dengan akhiran dari proper nouns.

    Layaknya seperti proper nouns, proper adjectives biasanya dimulai dengan huruf

    kapital.

    Proper noun Proper adjective

    Australia Australian

    China Chinese

    Bali Balinese

  • 51

    Indonesia Indonesian

    Shakespeare Shakespearian

    (3) Verbal Adjectives

    Verbal adjective adalah kata kerja yang berfungsi sebagian kata sifat.

    a) Bentuk –ing (present participle), misalnya shaking, taking, noting, dan

    lain-lain.

    b) Bentuk –en (past participle), biasanya dengan akhiran –en atau –ed,

    contohnya shaken, taken, noted, dan lain-lain

    Empat kriteria adjektiva, yaitu sebagai berikut.

    (a) Dapat berfungsi sebgai atributif (yang terletak di antara determiner dan

    kata benda, seperti an ugly painting.

    (b) Dapat berfungsi sebagai predikatif (sebagai komplemen subjek), atau

    sebagai komplemen objek, misalnya The painting is ugly, I thought the

    painting ugly.

    (c) Dapat diberikan premodifier very, misalnya They are very happy, the

    very happy children.

    (d) Dapat mengambil bentuk komparatif dan superlatif baik secara infleksi

    (dengan akhiran –er dan –est) maupun secara perifrastik (dengan

    menggunakan more dan most).

    Contoh:

    Happy-happier-happiest (secara infleksi),

    Intelegent-more intelegent-most intelegent (secara perifrastik).

  • 52

    4) Adverbia

    Adverbia merupakan kata yang memberikan informasi lebih tentang verb,

    adjective, atau adverb lainnya. Kata keterangna menjelaskan verbs, adjectives,

    dan adverbs dalam hal keterangan waktu, frekuensi, dan tingkah laku. Sebagai

    contoh “Maya runs very fast”. Kata “very” menjelaskan adverb “fast” dan

    memberikan informasi mengenai seberapa cepat “Maya” berlari.

    Banyak adverbia yang muncul sebagai adverbia lainnya, seperti kata here,

    there, now, then, dan lain-lain. Akan tetapi banyak pula adverbs yang terbentuk

    dari adjektiva dengan melakukan penambahan akhiran –ly.

    contoh:

    Adjectives Adverbs

    slow slowly

    steady steadily

    bright brightly

    whole wholly

    Secara morfologi, adverbia dapat dikelompokkan sebagai berikut.

    (1) Adverbia sederhana, misalnya just, only, well, dan lain-lain. Banyak adverb

    sederhana terkait dengan makna “posisi” dan “tempat”, misalnya back, down,

    near, out, under, dan lain-lain.

    (2) Adverbia majemuk, misalnya somehow, somewhere, therefore, dan yang

    formal seperti whereupon, herwith, whereby, dan lain-lain.

  • 53

    (3) Adverbia derivasional, yaitu adverbia yang banyak diderivasi dari adjective

    (kata sifat) yang diberikan akhiran –ly. Contohnya oddly, interestingly,

    warmly, quickly, dan lain-lain.

    5) Pronomina

    Pronomina dimaksudkan sebagai kata yang bisa digunakan sebagai noun,

    misalnya “Ghalih is a students”. Noun “Galih” dapat digantikan dengan pronoun

    “he”, dan kalimatnya menjadi “He is a student”. Pronoun dapat digunakan untuk

    menghindari pengulangan penggunaan kata benda (noun) dalam kalimat.

    Pronomina dapat dibedakan menjadi empat bagian, sebagai berikut.

    (1) Personal Pronoun

    Personal pronoun mengacu pada “kamu”, “aku”, dan “kepada orang lain”,

    seperti tabel dibawah ini.

    Tabel 2.1 Personal pronoun

    Subjective

    pronouns

    Objective

    pronouns

    Possessive

    pronouns

    Possessive

    determiners

    Emphatic reflexive

    pronouns

    I Me Mine My Myself

    You You Yours Your Yourself

    He Him His His Hisself

    She Her Hers Her Herself

    It It Its Its itself

    We Us Ours Our Ourselves

    You You Yours Your Yourselves

    They Them Theirs their Themselves

  • 54

    (2) Indefinite Pronoun

    Indefinite pronoun meliputi some-, any-, no-, dan every-, yang

    dikombinasikan dengan -body, -one, -thing.

    Contoh:

    Somebody anybody nobody everybody

    Someone anyone no one everyone

    Something anything nothing everything

    (3) Interrogative Pronoun

    Interrogative pronoun adalah pronoun yang digunakan dalam bentuk

    tanya, yang meliputi: who? whom? whose? what? dan which?

    (4) Relative Pronoun

    Relative pronoun terletak pad abagian depan dari adjective clauses

    (disebut juga dengan relative cluse) yang memodifikasi sebuah noun atau sebuah

    pronoun, yaitu:

    Who whom whose

    Which that when

    Where

    6) Preposisi

    Preposisi merupakan kata depan yang diikuti oleh kata benda (noun), kata

    ganti pelengkap (object pronoun), kata kerja bantu –ing (gerund dan kata

    keterangan waktu (adverb of time). Preposisi yang sering dipakai, seperti on, at,

  • 55

    in, to, into, from, beside, in front of, behind, below, under, above, next to, near,

    by, until, for, with about, dan lain-lain.

    2.3.3.3 Penggunaan Simple Present Tense

    Tense adalah masa terjadi suatu perbuatan apakah kejadian itu sudah

    berlalu, sekarang, atau pada masa akan datang bergantung pada subjek yang

    melakukannya. Dalam karangan deskripsi, tense yang digunakan adalah simple

    present.

    Hornby (1975:82) menyatakan “The simple present tense is sometimes

    used to describe an activity that is actually in progress at the moment of speaking.

    Its use for this purpose is much less common than the progressive. The simple

    present tense is used for this purpose chefly in demonstration, descriptions or

    explanations, step by step, of the various stages in a process of some kinde, for

    example the way to cook something, or the way in which a scientific experiment is

    made”.

    Penggunaan simple present tense menyatakan suatu perbuatan atau

    kejadian yang berlangsung setiap hari dan merupakan kebiasaan. Simple present

    tense juga digunakan dengan tujuan untuk mendemonstrasikan sesuatu,

    menggambarkan atau menjelaskan sesuatu, menjelaskan langkah-langkah dalam

    membuat sesuatu, misalnya menjelaskan cara untuk memasak sesuatu, atau cara

    membuat sebuah penelitian ilmiah.

    Dalam tense dikenal adverb of frequency kata keterangan keseringan di

    antarannya adalah (1) always (selalu), (2) generally (biasanya), (3) usually

    (biasanya), (4) often (sering), (5) sometimes (kadang-kadang), (6) ocassionaly

    (sekali-kali), (7) seldom (jarang), (8) rarely (jarang), (9) ever (pernah), dan (10)

    never (tidak pernah) (Jack, 2002:16).

  • 56

    Lou (2011:89) mengungkapkan bahwa “If there is a verb in a sentence,

    there is no need to use “be” (is, am, are) in the sentence. Example: (1) i/you/we

    eat lunch at twelve o’clock. (2) he/she/works at E-Plus, (3) it crow every morning.

    Add an “s” in the verb if the subjecs are he, she, it. The simple present tense is

    used to tell us an action that happens regularly, you do as a habit or fact that is

    still known to be true”.

    Kutipan tersebut menyatakan bahwa jika sebuah kalimat telah diikuti

    dengan kata kerja (V1), maka kalimat tersebut tidak membutuhkan penggunaan

    ‘be’ (kata kerja bantu). Contoh (1) I/You/They/We eat lunch at twelve o’clock, (2)

    He/She works at E-Plus, (3) It crow every morning. Simple present tense

    digunakan untuk memberitahukan sebuah kejadian yang terjadi secara reguler atau

    kebiasaan dan telah terbukti kebenarannya.

    Pada bentuk simple present tense terdapat beberapa kaidah penggunaan

    akhiran –s dan -es. Akhiran –s dan -es sering digunakan pada jenis kata benda dan

    jenis kata kerja. Fungsi dan makna tiap-tiap kata tersebut apabila diakhiri dengan

    akhiran –s/-es memiliki perbedaan.

    Contoh:

    1. Families are important = plural noun

    2. I like my books = plural noun

    3. Bayu works at the bank = verb

    4. Christina watches Television = verb

    Akhiran –s/-es pada kata families dan books bermakna kata benda plural

    atau jamak, tetapi pada kalimat 3 dan 4 memiliki perbedaan bentuk dari kata

    sebelumnya. Kata kerja works dan watches merupakan kata kerja yang berakhiran

    dengan –s/es. Akhiran –s/es ditambahkan pada kalimat simple present tense jika

  • 57

    diawali dengan subjek singular noun (kata benda tunggal) atau third person

    singular pronoun (kata ganti orang ketiga tunggal).

    Penggunaan –s/es pada kata memiliki beberapa aturan, yaitu kapan

    ditambahkan –s, kapan digunakan –es. Sebagian besar kata, baik noun maupun

    verb, menggunakan akhiran –s untuk pengucapan kata yang benar. Akhiran –es

    ditambahkan pada sebuah kata yang diakhiri dengan –sh, -ch, -s, -z, dan –x. Pada

    kata yang diakhiri dengan –y, jika –y diikuti dengan vokal, maka hanya

    dibutuhkan penambahan –s di akhir kata. Akan tetapi, jika kata tersebut diakhiri

    dengan –y dan diikuti oleh konsonan, maka –y akan diganti dengan –i dan

    ditambah dengan –es. (Azar, 1993:193).

    2.4 Model Penelitian

    Model penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model penelitian

    tindakan kelas untuk meneliti penerapan kombinasi teknik pembelajaran think-

    pair-share dan mind mapping. Disamping itu, juga untuk melihat pengaruh kedua

    teknik pembelajaran tersebut terhadap kemampuan siswa menulis karangan

    deskripsi. Menurut Arikunto (2002:57), penelitian tindakan kelas merupakan

    terjemahan dari classroom action research, yaitu penelitian yang dilakukan oleh

    guru bekerja sama dengan peneliti (atau dilakukan oleh guru sendiri yang juga

    bertindak sebagai peneliti) di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan

    penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses praktis pembelajaran.

    Pada penelitian ini terdapat dua siklus yang dilakukan, yaitu siklus I dan

    siklus II. Tiap siklus terdiri atas perencanaan (plan), pelaksanaan (action),

    observasi (observation), dan refleksi (reflection). Sementara hasil penelitian

  • 58

    dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan

    kualitatif digunakan untuk menjabarkan penjelasan tiap-tiap masalah. Sebaliknya,

    pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis kemampuan menulis

    sebelum dan sesudah tindakan dalam bentuk angka. Analisis data menggunakan

    teknik statistik dengan penyajian data analisisnya menggunakan tabel dan grafik.

    Secara garis besar model penelitian dapat digambarkan sebagai belikut.

  • 59

    Dilakukan PTK dengan Menerapakan kombinasi teknik

    pembelajaran think-pair-share dan mind mapping

    Kemampuan Siswa Kelas X UPW II SMK Pariwisata Harapan Denpasar dalam Menulis

    Karangan Deskripsi

    Kemampuan siswa

    menulis karangan

    deskrisi sebelum

    dilakukan tindakan

    Kemampuan siswa

    menulis karangan

    setelah dilakukan

    tindakan

    Faktor-faktor yang

    memengaruhi

    peningkatan hasil

    belajar siswa

    Peningkatan hasil

    belajar siswa sebelum

    dan sesudah

    dilakukan tindakan

    DATA

    Kuantitatif

    iff

    Kualitatif

    Ide dan Isi

    HASIL

    PENELITIAN

    Organisasi

    Teori Metode Analisis

    Hasil observasi, catatan

    lapangan dan dokumentasi

    Observasi

    Hasil observasi, catatan

    lapangan dan dokumentasi

    Pencatatan

    Lapangan

    Hasil observasi, catatan

    lapangan dan dokumentasi

    Angket

    Gambar 2.1 Model Penelitian

    Penggunaan

    Bahasa

    Mekanik Penggunaan

    Kosakata

  • 60

    Gambar model penelitian di atas menunjukkan bahwa melalui penelitian

    tindakan kelas dapat membuktikan keefektifan penerapan kombinasi teknik

    pembelajaran think pair share dan mind mapping dalam menyelesaikan masalah

    yang hadapi oleh siswa kelas X UPW II SMK Pariwisata Harapan Denpasar pada

    pembelajaran menulis karangan deskripsi. Terdapat dua teori yang relavan untuk

    mendukung pelaksanaan penelitian ini, yaitu teori menulis karangan deskripsi dan

    teori tata bahasa dalam menulis karangan deskripsi.

    Teori pembelajaran menulis karangan deskripsi dan tata bahasa dalam

    menulis karangan deskripsi diaplikasikan dalam pembuatan rubrik penilaian

    menulis. Dalam teori menulis disebutkan beberapa unsur agar dihasilkan karangan

    deskripsi yang baik, diantaranya kejelasan, keringkasan, ketepatan, kesatupaduan,

    pertauan, dan penegasan. Dalam teori tatabahasa menulis karangan deskripsi

    dijelaskan bagaimana ciri kebahasaan karangan deskripsi, seperti penggunaan

    gramatika, pilihan kata, penulisan ejaan, dan tandabaca dapat digunakan dengan

    baik dalam tulisan. Melalui kombinasi kedua teori ini dihasilkan rubrik penilaian

    yang diklasifikasikan menjadi lima aspek penilaian, yaitu aspek ide dan isi, aspek

    organisasi, aspek penggunaan bahasa, aspek penggunaan kosakata, dan aspek

    mekanik yang digunakan untuk menganalisis data secara kuantifatif dan kualitatif

    sehinnga diperoleh hasil penelitian.