BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · 2017. 4. 1. · 14 Dari hasil post-test,...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN … · 2017. 4. 1. · 14 Dari hasil post-test,...
-
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL
PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Untuk memperluas pengetahuan, mempertajam konsep, dan teori, serta
menunjukkan keabsahan penelitian ini, penulis mencoba mengulas kembali
beberapa penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian
sekarang, baik melalui penerapan teknik pembelajaran think-pair-share maupun
melalui penerapan mind mapping pada pembelajaran menulis bahasa Inggris.
Pertama, karya tulis yang berjudul “The Application of Cooperative
Learning Method Type STAD, Jigsaw, and Think-Pair-Share Technique Toward
the Improvement of Reading Comprehension at SMP Negeri 1 Kendari (Mulyono,
2009). Dalam penelitian tersebut, Mulyono menekankan pencapaian hasil belajar
siswa pada keterampilan membaca. Penelitian ini mengolaborasikan tiga teknik
pembelajaran, yaitu teknik STAD, Jigsaw, dan think –pair-share yang tergolong
dalam satu metode pembelajaran kooperatif.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kelompok pretest dan
posttest pada sampel yang sama dengan mengangkat dua masalah, yaitu
rendahnya kemampuan membaca siswa SMP Negeri 1 Kendari dan penerapan
model pembelajaran yang masih tradisional sehingga menyebabkan rendahnya
motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Inggris. Oleh sebab itu,
diterapkan teknik pembelajaran dengan mengolaboraikan tiga teknik pembelajaran
secara berurutan pada setiap pertemuan.
-
14
Dari hasil post-test, diperoleh peningkatan kemampuan membaca bahasa
Inggris dan motivasi belajar siswa secara signifikan, yaitu dapat ditunjukkan
dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas siswa dari nilai sebelum diberikan
tindakan atau nilai pretest sebesar 5,84 dan mengalami peningkatan setelah
diberikan tindakan atau nilai posttest sebesar 8,55.
Relevansi penelitian ini adalah pada kegiatan belajar mengajar melalui
penerapan teknik pembelajaran think-pair-share yang lebih menonjol. Di pihak
lain, kelemahan penelitian ini adalah dalam mengumpulkan data, penelitian ini
tidak menggunakan lembar observasi, catatan lapangan, ataupun dokumentasi.
Hasil penelitiannya hanya dilihat dari hasil posttest pada kelas treatment, dan
mengabaikan nilai pada kelas kontrol.
Kedua, karya tulis yang dilakukan oleh Purnomo (2009) dalam karya
tulisnya yang berjudul “The Effectiveness of Think-pair-share to Teach Writing
Viewed from Students’ Motivation”. Penelitian itu mencoba mengangkat masalah,
di antaranya (1) apakah teknik think-pair-share lebih efektif dalam pengajaran
menulis dibandingkan dengan teknik pengajaran pada umumnya, (2) apakah
teknik think-pair-share dapat meningkatkan kemampuan menulis dan
meningkatkan motivasi belajar siswa atau malah menurunkan motivasi belajar
siswa, dan (3) apakah terdapat interaksi antara teknik mengajar dan motivasi
belajar siswa. Dari hasil penelitian ini, diperoleh tiga simpulan, yaitu (1) teknik
think-pair-share lebih efektif dibandingkan dengan menulis secara paralel, (2)
siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, mempunyai kemampuan menulis yang
tinggi juga dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi rendah, akan
-
15
memiliki kemampuan menulis yang rendah, dan (3) adanya interaksi antara teknik
mengajar dan motivasi belajar.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen melalui
kelompok pre-test dan post-test pada sampel yang dipilih melalui teknik random
sampling. Dari nilai rata-rata pre-test yang dijadikan tolak ukur dalam penelitian
ini, kemampuan menulis dan motivasi belajar siswa mengalami peningkatan yang
signifikan pada post-test, yaitu berdasarkan nilai rata-rata kelas sebesar 80,50.
Jadi, kemampuan menulis siswa mengalami peningkatan dari nilai rata-rata pre-
test ke nilai post-test sebesar 30,1.
Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa, Purnomo menyimpulkan bahwa
penerapan teknik think-pair-share sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan
menulis siswa. Lebih lanjut, teknik ini juga dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa dalam proses pembelajaran bahasa Inggris. Hasil penelitian ini dapat
dijadikan cerminan bahwa penerapan think-pair-share dapat diaplikasikan
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sekarang
terletak pada kesamaan dalam menggunakan teknik pembelajaran think pair share
pada pembelajaran menulis dengan mengaplikasikan tiga tahap kegiatan menulis,
yaitu tahap think (berpikir sejenak dan kemudian menulis), tahap pair (melakukan
editing dan revisi dengan rekan kelompok), dan sharing (melakukan presentasi
hasil karangan di depan kelas). Namun, kelemahan penelitian ini adalah
mengabaikan kelas kontrol sebagai kelas pembanding terhadap kelas yang
dijadikan subjek penelitian, dan juga tidak melakukan pengamatan pada kegiatan
-
16
penelitian, seperti observasi, dokumentasi, maupun angket yang merupakan data
pendukung (record) perkembangan kemampuan belajar siswa.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Candra (2013) dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Kombinasi Mind
Mapping dan Facebook Community Siswa Kelas X SMAK Anugrah Global
Tourism Denpasar.” Dalam penelitian ini diangkat tiga masalah yang ingin digali
lebih dalam, yaitu (1) untuk mengetahui kemampuan siswa SMAK Anugrah
Global Tourism Denpasar dalam menulis karangan deskripsi sebelum menerapkan
kombinasi mind mapping dan facebook community di kelas; (2) untuk mengetahui
kemampuan siswa SMAK Anugrah Global Tourism Denpasar dalam menulis
karangan deskripsi setelah menerapkan kombinasi mind mapping dan facebook
community di kelas; dan (3) untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam
penerapan kombinasi mind mapping dan facebook community selama proses
belajar mengajar menulis karangan deskripsi pada siswa SMAK Anugrah Global
Tourism Denpasar.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas pada tiga puluh
siswa yang dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kombinasi mind mapping dan facebook community dapat meningkatkan
kemampuan menulis siswa. Peningkatannya dapat dilihat pada kualitas proses
pembelajaran dan kualitas produk. Peningkatan kualitas proses dapat dibuktikan
dengan meningkatnya partisipasi aktif siswa di kelas yang menunjukkan bahwa
ketertarikan siswa dalam menulis karangan deskripsi meningkat menjadi 100%
dibandingkan dengan ketertarikan siswa sebelum tindakan hanya 50%. Di
-
17
samping itu, peningkatan dalam kualitas produk dapat ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata kelas siswa dari sebelum diberikan tindakan sebesar
67,26 meningkat pada siklus I menjadi 72,7 dan mengalami peningkatan pada
siklus II menjadi 78,3.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sekarang
terletak pada kesamaan dalam menggunakan teknik pembelajaran mind mapping
pada pembelajaran menulis karangan deskripsi. Desain penelitian sama-sama
menggukan penelitian tindakan kelas yang dilaksakan pada dua siklus tindakan.
Kelemahan penelitian ini adalah terletak pada penerapan pembelajaran facebook
community. Teknik pembelajaran facebook community merupakan teknik
pembelajaran yang menggunakan media sosial sebagai pusat kegiatan untuk
melakukan koreksi dan revisi karangan antara sesama anggota komunitas tersebut.
Untuk menerapkan teknik pembelajaran ini, memerlukan jaringan koneksi
internet. Yang menjadi permasalahannya adalah ketika proses kegiatan menulis
sedang berlangsung, koneksi internet terputus maka akan memengaruhi kegiatan
menulis tersebut, dan hasil karangan siswa tidak dapat diunduh pada laman
facebook tersebut. Jadi, penerapan teknik pembelajaran facebook community tidak
dapat diterapkan pada semua tempat pendidikan, penerapan teknik ini bisa
dilakukan pada sekolah yang memiliki jaringan koneksi internet yang kuat.
Penelitian terakhir dilakukan oleh Budiarta (2013) dalam tesisnya yang
berjudul “The Efficacy of Think-pair-Share with Peer Assessment in Improving
Writing Skill and Development Character of the Teacher Candidates”. Penelitian
ini dilaksanakan pada mahasiswa semester dua Program Studi Pendidikan Bahasa
-
18
Inggris Universitas Mahasaraswati Denpasar yang melihat keefektifan teknik
think-pair-share melalui penilaian sejawat dalam meningkatkan keterampilan
menulis dan mengembangkan karakter calon guru. Dalam penelitian itu, Budiarta
mengangkat tiga masalah, yaitu (1) seberapa efektifnya teknik think-pair-share
dalam meningkatkan keterampilan menulis di kelas, (2) sejauh mana peningkatan
menulis paragraf mahasiswa sesuai dengan kriteria paragraf yang baik, dan (3)
seberapa efektif teknik think-pair-share melalui penilaian sejawat dalam
mengembangkan karakter mahasiswa.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) pada seluruh
mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris semester II Universitas Mahasaraswati
sebanyak 32 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik
pembelajaran think-pair-share melalui penilaian sejawat dapat meningkatkan
kemampuan menulis dan karakter belajar mahasiswa secara signifikan.
Peningkatan yang signifikan ini dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata pre-test,
post-test siklus I, II, dan III. Nilai rata-rata pre-test sebesar 45.33, nilai tersebut
diperoleh sebelum dilakukan penerapan teknik pembelajaran think-pair-share
pada proses pembelajaran menulis di kelas. Nilai tersebut dijadikan tolak ukur
pada penelitian ini. Setelah dilakukan penerapan teknik pembelajaran think-pair-
share melalui penilaian sejawat diperoleh nilai rata-rata pada post-test pada siklus
I sebesar 69,46. Setelah dilakukan refleksi, pencapaian nilai rata-rata ini dianggap
belum cukup sehingga dilakukan tindakan siklus II dan diperoleh nilai rata-rata
post-test sebesar 74,42. Nilai rata-rata tersebut diklasifikasikan sebagai tingkat
“baik” dalam kriteria pencapaian menulis. Pencapaian hasil post-test ini
-
19
dikategorikan cukup memuaskan, tetapi dianggap belum berhasil karena belum
mencapai nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan oleh peneliti,
yaitu ≥ 75 sehingga dilakukan tindakan sisklus III untuk menutupi kelemahan-
kelemahan yang dihadapi pada siklus sebelumnya. Pada siklus ini diperoleh nilai
rata-rata post-test sebesar 80,17. Pencapaian nilai rata-rata tersebut dikategorikan
“baik” dalam kriteria pencapaian menulis. Pencapain nilai rata-rata tersebut
dianggap berhasil karena sudah mencapai di atas nilai kriteria ketuntasan
minimum (KKM), yaitu 90% dari 32 mahasiswa memperoleh nilai di atas 75.
Jadi, hasil penelitian tersebut dalam menerapkan teknik think-pair-share melalui
penilaian sejawat dapat meningkatkan kemampuan menulis paragraf dan
mengembangkan karakter mahasiswa dari tiap-tiap siklus tindakan.
Relevansi penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sekarang
terletak pada kesamaan dalam menggunakan teknik pembelajaran think pair share
pada pembelajaran menulis, sedangkan kelemahan penelitian ini adalah tidak
menjelaskan cara peneliti menilai keefektifan teknik think-pair-share melalui
penilaian sejawat dalam mengembangkan karakter mahasiswa sebagai subjek
penelitian.
Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik
pembelajaran think-pair-share sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan
menulis melalui belajar aktif dan penuh tanggung jawab di dalam mengerjakan
tugas, baik secara individu maupun bekerja dengan rekan kelompok sehingga
proses belajar menulis menjadi menyenangkan dan membangkitkan minat siswa
dalam belajar menulis. Demikian pula dengan penggunaan teknik pembelajran
-
20
mind mapping sangat efektif dalam mengorganisasikan dan mengembangan ide
dalam menulis karangan. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti menggunakan
kedua teknik pembelajaran tersebut dalam pembelajaran menulis di kelas. Artinya,
peneliti melakukan kombinasi teknik pembelajaran think-pair-share dan mind
mapping dalam pembelajaran menulis di kelas. Penggabungan kedua teknik
pembelajaran tersebut dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa
kelas X UPW II SMK Pariwisata Harapan Denpasar.
2.2 Konsep
Secara umum, konsep merupakan representasi intelektual yang abstrak
dari situasi, objek, akal pikiran umum atau gambaran mental lainnya. Dalam
penelitian ini, dicermati beberapa konsep penting yang dijadikan dasar acuan,
yaitu sebagai berikut.
2.2.1 Menulis
Menulis merupakan kegiatan produktif yang ekspresif sehingga penulis
harus mampu memanfaatkan kemampuan dan menggunakan tata tulis, struktur
bahasa, dan kosakata. Tarigan (1986:15) menyatakan bahwa menulis merupakan
kegiatan untuk mengungkapkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa
tulis sebagai media penyampaiannya. Selain itu, KKBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) menyatakan bahwa kegiatan menulis adalah kegiatan mengungkapkan
pikiran atau perasaan, seperti mengarang, membuat descriptive text, dan
sebagainya.
-
21
Keterampilan menulis di sekolah merupakan suatu keterampilan berbahasa
yang diperlukan untuk berkomunikasi secara langsung atau tidak secara tatap
muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif. Dalam kegiatan menulis, seorang penulis haruslah terampil
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata. Keterampilan menulis
tidak akan datang begitu saja, tetapi diperoleh dengan latihan yang rutin dan
teratur. Menulis bisa didefinisikan sebagai kegiatan menurunkan dan melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang sehingga orang lain dapat membaca dan memahami bahasa dan
lambang-lambang grafik tersebut (Tarigan, 1993:21).
Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus
dikonsentrasikan secara penuh agar mendapatkan hasil yang benar-benar baik.
Tarigan (1986:15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan
menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media
penyampai.
Menulis dapat dianggap, baik sebagai suatu proses maupun suatu hasil.
Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan
sebuah tulisan. Menurut Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989:1), “writing is one
of the most important things you do in college”. Sementara itu, menurut Robert
(1989:18), “writing is a creative act, the act of writing is creative because its
requires to interpret or make sense of something: a experience, a text, and event”.
Jadi, menulis merupakan perilaku menulis kreatif karena membutuhkan
-
22
pemahaman atau merasakan sesuatu dari sebuah pengalaman, tulisan, atau
peristiwa.
2.2.2 Karangan Deskripsi
Karangan deskripsi merupakan karangan yang menggambarkan benda,
tempat, manusia, hewan, dan lain-lain. Karangan ini digunakan untuk
menggambarkan, seperti apa benda atau makhluk hidup yang dideskripsikan, baik
secara bau, suara, maupun tekstur dari benda atau makhluk hidup tersebut.
Struktur generik (generic structure) dari karangan deskripsi adalah (1)
identification yang merupakan pengenalan subjek, yaitu mengidentifikasikan
sesuatu yang akan dideskripsikan; (2) description, yaitu mendeskripsikan bagian-
bagian dari sesuatu atau subjek yang dideskripsikan, bisa meliputi ciri-ciri subject,
physical appearance, qualities, general attitude (Purnawa, 2011:81).
Tujuan komunikatif karangan deskripsi adalah untuk menggambarkan
dan mengungkapkan ciri-ciri benda, tempat, atau makhluk tertentu secara
terperinci sehingga orang yang mendengar atau membaca gambaran yang
diberikan dapat mengetahui dan bisa membayangkan, seperti benda, tempat, atau
makhluk hidup yang dideskripsikan. Biasanya, apa yang digambarkan dalam
karangan merupakan hasil pengamatan pancaindra. Karangan deskripsi memiliki
cirri-ciri, seperti (1) menggambarkan atau melukiskan sesuatu, (2) penggambaran
tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indra, dan (3)
membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
-
23
2.2.3 Pembelajaran Think-Pair-Share
Teknik pembelajaran think pair share merupakan salah satu bagian dari
metode pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola
interaksi siswa dan digunakan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran
menulis. Dengan menggunakan teknik pembelajaran think pair share ini,
pembelajar diharapkan mampu meningkatkan keterampilan menulis khususnya
menulis karangan deskripsi.
Think pair share adalah salah satu teknik dari metode pembelajaran
kooperatif yang mendorong partisipasi siswa dalam bekerja dan dapat diterapkan
di seluruh tingkat satuan pendidikan. Penerapan teknik pembelajaran think pair
share dilakukan dengan tiga tahap kegiatan. Pertama, siswa diberikan kesempatan
untuk menjawab pertanyaan secara individu (tahap think). Pada tahap ini siswa
memiliki waktu untuk meningkatkan dan mengembangkan gagasan mereka
sebelum masuk ke tahap kedua. Kedua, siswa memiliki kesempatan untuk
bertukar gagasan dengan teman satu kelompok (tahap pair). Pada tahap ini siswa
dapat mengolaborasi gagasan mereka sebelum mereka masuk ke tahap ketiga,
Ketiga, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengutarakan
ide/gagasan yang sudah mereka kerjakan (tahap share).
Pimm (1987) mengungkapkan bahwa “think pair share technique can
increase the kinds of personal communications that are necessary for students to
internally process, organize, and retain ideas”. Demikian juga pendapat yang
sama diungkapkan oleh Cobb et al (2003) bahwa “in sharing their ideas, students
-
24
take ownership of their learning and negotiate meaning rather than rely solely on
the teacher’s authority”.
Manfaat lain dari penerapan teknik think pair share juga diungkapkan oleh
Lyman (1981) bahwa Think pair share technique includes the positive changes in
students’ self-esteem that occur when they listen to one another and respect
others’ ideas”. Artinya, siswa memiliki kesempatan untuk belajar berpikir secara
intensif dari rekan mereka sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya pada saat
memaparkan ide di depan rekan-rekan mereka. Penerapan teknik ini diharapkan
dapat mengaktifkan siswa dan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Di
samping itu, siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan tugas
yang dibebankan kepadanya
.
2.2.4 Pembelajaran Mind Mapping
Teknik pembelajaran dimaknai dengan suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Mind mapping adalah teknik pembelajaran yang dipopulerkan oleh Tony Buzan
pada tahun 1973-an. Menurut Buzan (2002), mind mapping adalah sebuah
representasi grafis dari ide-ide yang biasanya digunakan pada saat proses
brainstorming untuk menstimulasi motivasi belajar dan pikiran peserta didik.
Mind mapping membentuk diagram yang dapat digunakan untuk
mempresentasikan kata-kata, ide-ide, atau hal-hal lain yang dihubungkan dari ide
pokok pikiran. Mind mapping juga dapat digunakan untuk menggeneralisasikan,
memvisualisasikan, dan mengklasifikasikan ide-ide dalam menulis karangan.
-
25
Konsep penerapan mind mapping, yaitu dengan menuliskan ide utama
pada posisi tengah dan mengembangkan ide utama tersebut menjadi beberapa ide
membentuk akar peta pemikiran. Mind mapping dibuat berdasarkan daya
imajinatif, kreatif, dan potensi otak tiap-tiap individu. Cara kerja alamiah otak
akan menyalakan percikan-percikan kreativitas karena melibatkan kedua belahan
otak. Otak kiri berperan sebagai penggunaan tulisan dan hubungan antarkata,
sedangkan otak kanan berhubungan dengan warna dan gambar. Dengan adanya
keterlibatan kedua belahan otak, maka akan memudahkan seseorang untuk
mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun
secara lisan.
2.3 Landasan Teori
Landasan teori berfungsi sebagai pedoman bagi peneliti untuk
menemukan solusi dari permasalahan yang benar-benar ingin dipecahkan. Dalam
penelitian ini, diuraikan landasan teori yang memdukung penelitan ini. Teori-teori
tersebut adalah teori pengajaran bahasa, teori menulis, teori pembelajaran
kooperatif think pair share, teori mind mapping, dan aspek gramatika karangan
deskripsi.
2.3.1 Teori Pengajaran Bahasa
Penguasaan materi oleh guru sangat diperlukan untuk
mempertanggungjawabkan secara ilmiah perilaku mengajar di depan kelas.
Penelusuran dalam kamus-kamus kontemporer menunjukkan bahwa pembelajaran
-
26
adalah penguasaan atau pemerolehan pengetahuan tentang subjek atau sebuah
keterampilan dengan belajar, pengalaman, atau instruksi (Brown, 2007:8).
Pengajaran bahasa melibatkan teknik yang menghubungkan tujuan dan
praktik pengajaran. Pemilihan teknik mengajar ini merefleksikan sebuah proses
yang dinamis dan kreatif karena menyangkut asumsi-asumsi yang dianut oleh
pendidik dalam melakukan kegiatan pengajaran. Sebagai contoh, seorang
pendidik dapat menggambarkan secara personal bagaimana latar belakang bahasa,
penguasaan bahasa, dan aspek-aspek pembelajaran bahasa sesuai dengan tata cara
atau model pengajaran yang akan dikembangkan. Secara eksplisit, rangkaian
mekanisme pengajaran ini terlihat dalam model dan teknik pengajaran yang
dipilih.
Menurut pandangan konstruktivisme, pengetahuan dibina secara aktif
oleh siswa itu sendiri. Artinya, pengetahuan yang disampaikan oleh guru tidak
diserap secara keseluruhan. Siswa akan menyesuaikan apa yang didapatkan
dengan pengetahuan dasar yang dimiliki untuk membentuk pengetahuan baru
dalam pikiran mereka dengan bantuan interaksi sosial, baik bersama rekan
maupun gurunya (Brooks dalam Aqib, 2013). Dengan demikian, komponen
penting dalam teori konstruktivisme adalah bagaimana mengemas pembelajaran
menjadi proses mengonstruksikan, tidak sebatas menerima pengetahuan.
Teori konstruktivisme melibatkan penugasan untuk membentuk pola
interaksi antara pengajar dan peserta didik. Teori ini menekankan pada pentingnya
siswa membangun sendiri pengetahuan lewat keterlibatan aktif dalam proses
belajar mengajar dan juga bertujuan untuk memotivasi siswa.
-
27
Teori konstruktivisme menurunkan bermacam metode dan teknik
pembelajaran, salah satunya adalah metode pembelajaran kooperatif (cooperative
learning method) yang terdiri atas beberapa teknik pembelajaran, seperti teknik
think-pair-share dan mind mapping. Kedua teknik pembelajaran ini dapat
diterapkan dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai pemandu dalam kegiatan
menulis, baik secara individu maupun dalam kelompok.
Dengan membuat peta pikiran terlebih dahulu pada tahap berpikir (think)
dapat membantu siswa menyusun informasi, melancarkan aliran pikiran, dan
mengurangi hambatan dalam kegiatan menulis karangan. Pada tahap berbagi
(share), siswa kemudian berbagi dan bertukar pekerjaan dengan teman
sebangkunya untuk mengoreksi hasil karangan mereka. Setelah melakukan
koreksi, siswa dipersiapkan untuk mempresentasikan hasil akhir karangan di
depan kelas, sedangkan siswa yang lain diberikan kesempatan untuk
mengomentari tulisan yang sedang dipresentasikan.
2.3.1.1 Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk
membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran bertujuan
untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas kegiatan yang dilakukan peserta didik.
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran, yaitu pendidik dan peserta
didik yang saling berinteraksi edukatif antara yang satu dengan yang lainnya.
Pembelajaran kooperatif adalah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan paham konstruktif. Pembelajaran kooperatif yang biasa disebut
dengan cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
-
28
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampunnya berbeda. Dalam
pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dan
kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni, 2007:15).
Johnson & Smith (1993) dalam bukunya yang berjudul Active Learning:
Cooperative Learning in the Coollege Classroom mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pengelompokan siswa di dalam kelas ke dalam
suatu kelompok-kelompok kecil agar siswa dapat bekerja satu sama lain dalam
kelompok tersebut. Senada dengan pendapat Jhonson, Slavin (1995) memberikan
penjelasan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran
yang memberikan siswa kesempatan untuk belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 2 -- 4 orang dengan struktur
kelompok yang heterogen. Menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2007:12),
pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian
strategi khusus yang dirancang untuk memberikan dorongan kepada peserta didik
untuk bekerja sama selama proses pembelajaran.
Pada pembelajaran kooperatif siswa diberikan kesempatan untuk
berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya agar tujuan pembelajaran
tercapai. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila kerja sama dalam kelompok
terjalin dengan baik dan hasil yang maksimal tercapai. Hal itu sesuai dengan
pendapat Lie (2005) bahwa dalam pencapaian hasil yang maksimal, pembelajaran
kooperatif mempunyai lima unsur yang harus diterapkan, yaitu (1) saling
ketergantungan, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) tatap muka, (4) komunikasi
antaranggota, dan (5) evaluasi proses kelompok.
-
29
1) Saling Ketergantungan Positif
Saling ketergantungan positif berarti keberhasilan kelompok ditentukan
oleh usaha belajar setiap anggotanya. Dalam pembelajaran kooperatif tipe
think-pair-share ini setiap kelompok akan memperoleh skor atau nilai
kelompok. Dalam pembelajaran ini kelompok yang memiliki usaha dan
hasil terbaik akan memperoleh nilai yang baik pula. Usaha tersebut akan
dilihat pada tahap mulai dari kemandirian tiap anggota kelompok dalam
memecahkan masalah, kekompakan berdiskusi dengan pasangan (tahap
pair), dan hasil diskusi atau presentasi (tahap share). Skor kelompok akan
menentukan jenis penghargaan kelompok. Skor tersebut merupakan
akumulasi dari nilai seluruh anggota kelompok.
2) Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama seperti
yang telah dijelaskan bahwa dalam pembelajaran kooperatif keberhasilan
kelompok ditentukan oleh usaha setiap anggotannya. Jika ingin
mendapatkan kriteria sebagai kelompok terbaik, maka seluruh anggota
kelompok harus bertanggung jawab untuk belajar keras dan berusaha
mendapatkan nilai terbaik. Dalam penerapan teknik think pair share, pada
tahap pairing dan share inilah tiap anggota kelompok mempunyai
tanggung jawab untuk berusaha keras menyalurkan segala pikiran,
pendapat, atau ide mencari pemecahan masalah yang dihadapi untuk
memberikan yang terbaik pada kelompoknya.
-
30
3) Interaksi Tatap Muka
Pembelajaran kooperatif memberikan ruang dan kesempatan yang luas
kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan
informasi dan saling membelajarkan. Misalnya, pada tahap pair interaksi
tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga pada setiap
anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,
memanfaatkan kelebihan tiap-tiap anggota, dan mengisi kekurangan
masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen
yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan
akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal
utama dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok.
4) Partisipasi dan Komunikasi
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi
aktif dan berkomunikasi. Partisipasi dan komunikasi ini sangat penting
sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat nantinya. Oleh
sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa
dengan kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan menulis dan
kemampuan berbicara, Hal itu penting karena keberhasilan kelompok
ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya.
Komunikasi antaranggota berarti setiap anggota kelompok saling
berkomunikasi dan berinteraksi. Komunikasi yang terjalin adalah
komunikasi banyak arah, artinya ada timbal balik dari seluruh anggota
kelompok. Pada umumnya tidak semua siswa pandai berkomunikasi.
-
31
Misalnya, cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah
pendapat orang lain secara santun, tidak memojokkan anggota lain, dan
cara menyampaikan gagasan atau ide yang dianggap baik dan berguna.
5) Evaluasi Proses individu dan Kelompok
Pengajaran perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya biasa bekerja sama dengan efektif.
2.3.1.1.1 Pembelajaran Think-Pair-Share
Teknik pembelajaran think-pair-share dikembangkan oleh Frank Lyman
sebagai struktur kegiatan pembelajaran kooperatif sesuai dengan yang dikutip oleh
Arends (1997) bahwa think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk
membuat suasana kelas yang bervarisai dalam bentuk kelas diskusi. Asumsinya
bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan
kelas secara keseluruhan. Disamping itu, prosedur yang digunakan dalam teknik
ini dapat memberikan siswa lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan
saling membantu. Sejalan dengan pendapat di atas, Lie (2010) menyatakan bahwa
teknik ini memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama
dengan orang lain. Keunggulan lain teknik ini adalah optimalisasi partisipasi
siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Think pair share merupakan cara pembelajaran yang dapat membuat
suasana belajar lebih bervariasi dan efektif. Untuk melaksanakan teknik tersebut
diperlukan cara untuk mengatur pada tiap-tiap tahapan, yaitu tahapan berpikir dan
menulis (think), berpasangan (pair), dan berbagi (share). Dalam tahapan tersebut
-
32
diperlukan keahlian guru untuk mengatur dan mengendalikan kelas secara
keseluruhan. Selain itu, pada pelaksanaan tahapan berpikir dan menulis (think)
siswa dapat dilatih untuk belajar secara individu, dan mengajarkan siswa untuk
tidak tergantung pada orang lain atau teman dalam kelompoknya.
Hal tersebut di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Andrini
dalam Achyar (1996) bahwa
“To encourage responses from all students, try think-pair-Share.
Students pair with a partner to share their responses to a question.
Students are then invited to share their responses with the whole class.
There are a variety of ways to share, including stand up and share
everyone stands up and as each student responds he or she sits down.
Continue until everyone is seated. Or do a “quick whip” through the
class in which students’ respon quickly one right after another”.
Selanjutnya Kusnandar (2007) memberikan pendapat yang lebih singkat
dan padat tentang metode think, pair, and share memberikan siswa waktu untuk
berpikir dan merespon serta saling membantu satu sama lainnya. Berdasarkan
beberapa pendapat di atas maka dapat dibuat langkah-langkah pembelajaran
dengan menggunakan teknik think-pair-share sebagai berikut.
1) Langkah 1 Berpikir dan Menulis (Think)
Guru menginstruksikan kepada siswa untuk menentukan topik karangan
yang akan ditulis. Kemudian siswa diberikan kesempatan lima belas menit
untuk membuat draf dalam bentuk pemetaan pikiran (mind mapping).
Selanjutnya, mereka mengembangkan draf tersebut dalam sebuah
karangan selama tiga puluh menit. Total waktu yang diberikan pada tahap
ini adalah 45 menit.
-
33
2) Langkah 2 Berpasangan (Pair)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk duduk berhadapan atau
berpasangan dengan rekan yang sudah ditentukan dan kemudian
mendiskusikan karangan yang sudah dikerjakan. Tiap-tiap siswa bertukar
lembar kerja dan mengoreksi pekerjaan rekan sejawatnya. Dalam
kesempatan itu setiap siswa harus memberikan koreksi terhadap tulisan
yang dianggap kurang tepat, baik dalam susunan pola kalimat maupun
penggunaan kosakatanya. Sebelum masuk ke tahap berikutnya, siswa
diberikan kesempatan untuk memperbaiki hasil karangan masing-masing.
Secara normal guru memberikan waktu selama lima belas menit pada
tahap ini.
3) Langkah 3 Berbagi (Share)
Pada tahap ini siswa memulai mempresentasikan hasil karangan yang
sudah didiskusikan dan revisi pada tahap kedua. Tiap-tiap pasangan
tersebut secara bergiliran mempresentasikan karangan di depan kelas.
Siswa atau kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi dan
mengemukakan pendapat tentang pekerjaaan yang dipresentasikan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teknik
pembelajaran think-pair-share adalah pembelajaran kelompok yang menerapkan
saling ketergantungan, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi
antaranggota, dan evaluasi proses kelompok dalam sebuah model yang diberikan
kepada siswa yang diawali dengan memberikan kesempatan untuk berpikir
sejenak terhadap topik yang ada (think). Setelah itu guru memotivasi siswa untuk
-
34
bertukar pikiran dengan teman sebangku (pair). Dalam bertukar pikiran, pendapat
kedua anggota kelompok boleh berlainan, tidak harus sama, dan akhirnya siswa
yang pada awalnya sendiri lalu berpasangan, membentuk satu kelompok untuk
berani berpendapat dalam suatu lingkup yang luas (share). Melalui kegiatan
tersebut, siswa dapat meningkatkan pemahamannya tentang konsep contoh
karangan berpola deskripsi.
2.3.1.1.2 Pembelajaran Mind Mapping
Teknik pembelajaran mind mapping atau biasa disebut dengan pemetaan
pikiran menurut Jensen dan Makowitz (2002) merupakan teknik visualisasi verbal
ke dalam gambar yang dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat
kembali informasi yang telah dipelajari. Dengan menggunakan teknik
pembelajaran ini akan terdapat keseimbangan kinerja antara dua belah otak, yaitu
otak kiri berhubungan dengan hal-hal logis, sedangkan otak kanan yang
berhubungan dengan keterampilan (aktivitas kreatif). Mind mapping merupakan
sebuah diagram yang dapat digunakan untuk mempresentasikan kata-kata, ide-ide
yang dihubungkan dengan ide pokok dalam pikiran seseorang. Model
pembelajaran ini dapat berupa suatu teknik mencatat yang kreatif, efektif, dan
secara harfiah dapat memetakan pikiran. Hal itu sesuai dengan yang diutarakan
oleh Buzan (2009) bahwa “mind map is diagram used to represent words, ideas,
or tasks of thought and also is used to generate, visualize, structure, and classify
ideas, and as an aid in study, organization, problem solving, decision making, and
writing”.
-
35
Pemetaan pikiran (mind mapping) dibuat berdasarkan daya imajinatif,
kreatif, dan potensi otak tiap-tiap individu sehingga model pembelajaran ini dapat
diterapkan dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai langkah awal dalam
kegiatan menulis karangan. Dengan membuat peta pikiran terlebih dahulu, akan
membantu siswa menyusun informasi, menstimulus pikiran, dan mengurangi
hambatan dalam menuangkan ide-ide cemerlang pada saat proses mengarang.
Penggunaan mind mapping dalam pembelajaran menulis, menurut Buzan
(2009:15), meliputi beberapa langkah untuk membuat peta pikiran (mind
mapping) dalam kegiatan menulis karangan, yaitu seperti berikut.
1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya
diletakkan mendatar (landscape). Hal ini akan memberikan kebebasan
kepada otak untuk menyebar ke segala arah serta mengungkapkan ide
dengan lebih bebas dan alami.
2) Gunakan warna yang menarik karena bagi otak, warna sama menariknya
dengan gambar. Warna akan membuat peta pikiran lebih hidup, menambah
energi pada pemikiran kreatif dan menyenangkan.
3) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan
cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya
karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua (atau
tiga atau empat) hal sekaligus. Apabila cabang-cabang dihubungkan, akan
lebih mudah dimengerti dan diingat.
-
36
4) Buatlah garis hubung yang melengkung bukan garis lurus, karena garis
lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan
organis seperti cabang-cabang pohon jauh lebih menarik bagi mata.
5) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis karena kata kunci tunggal
memberikan lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran.
Mind mapping merupakan catatan aktif dengan mengandalkan pokok
pikiran yang dikaitkan satu sama lainnya. Seseorang tidak akan bisa membuat
pemetaan pikiran sebelum memetakan dalam kepalanya apa yang hendak dicatat.
Dengan demikian, proses mencatat sekaligus menjadi proses belajar. Ketika
menentukan kata kunci yang dipakai, sebenarnya sedang terjadi proses memilih
kata yang memiliki asosiasi paling kuat sehingga mampu mengingatkan kembali
pada kata kunci yang ditulis pada pemetaan tadi. Hal ini menjadi kekuatan dari
pemetaan pikiran yang menjadikannya sebuah alat untuk belajar sekaligus alat
untuk mengingat.
2.3.2 Teori Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling tinggi tingkat
kesulitannya bagi pembelajar dibandingkan dengan ketiga keterampilan lainnya.
Menulis merupakan kegiatan yang menguji ketelitian peserta didik. Dalam
kegiatan menulis, peserta didik tidak hanya menulis untuk dirinya sendiri, tetapi
menulis untuk orang lain atau pembaca. Tulisan yang diproduksi peserta didik
harus mengandung pemahaman yang baik bagi pembaca sehingga pembaca
mudah memahami maksud dan tujuan komunikatif karangan yang diproduksi.
-
37
Dalam proses menulis terdapat beberapa tahap kegiatan, yaitu penyusunan,
peninjauan, penyusunan kembali, dan terakhir adalah menulis yang dilakukan
secara rekursif sehingga pada tahap pengeditan mungkin dirasakan perlu untuk
kembali ke fase pramenulis dan berpikir lagi. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapakan oleh Harmer (2006:326) bahwa “In reality of writing process is
more complete than the various stages of drafting, reviewing, re-drafting and
writing, etc, are done in a recursive, thus at editing stage we may feel the need to
go back to a pre-writing phase and think again.
Pada dasarnya kegiatan menulis merupakan suatu proses, artinya
seseorang melakukan kegiatan itu dalam beberapa tahap, yaitu tahap pramenulis,
tahap menulis, dan tahap revisi. Pada tahap pramenulis dilakukan perencanaan
atau persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan. Tahap-tahap
menulis pada langkah pertama ini meliputi (1) menentukan topik, artinya bahwa
penulis menentukan apa yang akan dibahas di dalam tulisan; (2) membatasi topik,
artinya mempersempit dan memperkhusus lingkup pembicaraan; (3) menentukan
tujuan penulisan; (4) menentukan bahan atau materi penulisan, artinya informasi
atau data yang akan digunakan untuk mencapai tujuan penulisan; dan (5)
menyusun kerangka karangan, maksudnya memecahkan topik ke dalam sub-sub
topik.
Pada tahap menulis dibahas setiap butir topik yang ada di dalam kerangka
yang disusun. Artinya, penulis menggunakan bahan-bahan yang sudah
diklasifikasikan menurut keperluan sendiri. Dalam tahap penulisan dilakukan
-
38
pengembangan gagasan dalam kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab atau bagian
sehingga draf pertama akan selesai.
Pada tahap revisi dilakukan kegiatan meneliti secara menyeluruh
mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf,
pengetikan, catatan kaki, dan daftar pustaka.
Halliday (1994) di dalam teorinya Sistemic Functional Grammar
menyebutkan istilah genre sebagai jenis karangan. Jenis karangan (teks) dalam
bahasa Inggris dapat dibedakan berdasarkan struktur generik (generic structure)
dan ciri-ciri kebahasaan atau fitur-fitur bahasa (language features). Struktur
generik adalah struktur yang terbentuk dari perbedaan fungsi-fungsi paragraf
dalam membangun sebuah teks (seperti identifikasi, deskripsi, dan simpulan
dalam karangan deskripsi). Di pihak lain ciri-ciri kebahasaan adalah penggunaan
atau pemanfaatan bahasa (baik tata bahasa maupun diksinya) agar menciptakan
sebuah teks (Azhar, 2010). Berdasarkan struktur generik dan ciri-ciri kebahasaan,
jenis teks (karangan) dalam bahasa Inggris dibedakan atas tiga kelompok, yaitu
descriptive, narrative, dan argument.
Karangan deskripsi adalah gambaran verbal ihwal manusia, objek,
penampilan, pemandangan, atau kejadian. Cara penulisan dalam menggambarkan
sesuatu sedemikian rupa sehingga pembaca dibuat mampu (seolah merasakannya,
melihat, mendengar, atau mengalami) seperti yang dipersepsi oleh panca indra
(Alwasilah, 2007:114).
Menurut Keraf (1981:7), karangan deskripsi menggambarkan atau
menceritakan bagaimana bentuk atau wujud suatu barang atau objek atau
-
39
mendeskripsikan cita rasa suatu benda, hal, atau bunyi. Fungsi utama karangan
deskripsi adalah membuat para pembacanya melihat barang-barang atau objeknya
atau menyerap kualitas khas dari barang-barang itu. Deskripsi bertujuan membuat
para pembaca menyadari dengan hidup-hidup tentang apa yang diserap penulis
melalui pancaindranya, merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang
digambarkannya, dan menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung.
Semi (2007:66) menyebutkan ciri-ciri yang harus dimilii karangan
deskripsi, yaitu sebagai berikut.
1) Menggambarkan sesuatu
Karangan deskripsi harus menggambarkan sesuatu, baik
penggambaran tempat, orang, maupun situasi tertentu.
2) Menggunakan pancaindra
Dalam karangan deskripsi, seluruh pancaindra harus digunakan
supaya pembaca dapat mengenali objek yang digambarkan dari
berbagai aspek, baik aspek penglihatan, pendengaran, penciuman,
maupun perabaan.
3) Mengenal suatu objek
Dalam deskripsi, karangan berisi suatu objek yang bertujuan supaya
pembaca mengenalinya atau merasakan objek yang diceritakan.
Dalam kegiatan menulis karangan, ada beberapa asas yang perlu
diperhatikan, seperti yang diungkapkan oleh Gie (2002:33 -- 37) bahwa dalam
mengarang terdapat enam asas yang perlu diperhatikan yaitu kejelasan (clarity),
-
40
keringkasan (conciseness), ketepatan (correctness), kesatupaduan (unity),
pertautan (coherence), dan penegasan (emphasisi).
1) Kejelasan (clarity), asas kejelasan tidaklah semata-mata berarti
mudah dipahami, tetapi juga berarti bahwa karangan itu tidak
mungkin disalahtafsirkan oleh pembaca. Kejelasan berarti tidak
samar-samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan
seakan-akan tampak nyata oleh pembaca.
2) Keringkasan (conciseness), yaitu suatu karangan tidak
menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak mengulang-
mengulang butir ide yang dikemukakan, dan tidak berputar-putar
dalam menyampaikan suatu gagasan dengan berbagai kalimat yang
berkepanjangan.
3) Ketepatatan (correctness), berarti suatu penulisan harus dapat
menyampaikan butir-butir gagasan kepada pembaca dengan
kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksudkan oleh penulisnya.
4) Kesatupaduan (unity), berarti segala hal yang disajikan dalam
karangan perlu berkisar pada satu gagasan pokok atau tema utama
yang telah ditentukan.
5) Pertautan (coherence), berarti bahwa dalam suatu karangan bagian-
bagiannya perlu “melekat” secara berurutan satu sama lain.
6) Penegasan (emphasis), berarti bahwa dalam suatu tulisan butir-
butiran formasi yang penting disampaikan dengan penekanan atau
-
41
penonjolan tertentu sehingga meninggalkan kesan yang kuat pada
pikiran pembaca.
2.3.3 Teori Tata Bahasa Inggris dalam Karangan Deskripsi
Aspek bahasa (seperti penggunaan gramatika, kosakata, ejaan, dan tanda
baca) merupakan salah satu unsur yang penting dalam penulisan karangan bahasa
Inggris. Dalam hal ini penggunaannya diatur menurut kaidah tata bahasa. Salah
satu hal yang memengaruhi penggunaan bahasa dalam menulis karangan adalah
perilaku, pemikiran penulis, dan gambaran dari sudut pandang si pembaca.
Menurut Suryarto dan Rachdiana (2009), pemakaian bahasa dalam
menulis karangan dibagi menjadi lima kategori atau sifat-sifat dasar. Sebagai
contoh, kalimat yang ditulis harus jelas (clear) atau tidak berpotensi menimbulkan
ketaksaan (makna ganda), singkat (concise) dengan menghindari bentuk-bentuk
repetisi yang tidak relevan, dan bermakna sopan (courtenous) atau menunjukkan
iktikad baik dan rasa hormat penulis. Selanjutnya, penulisan kalimat harus bersifat
benar (correct) dengan menguaraikan fakta menggunakan gramatika, ejaan, tanda
baca, dan format yang tepat. Di samping itu, kalimat juga dipilih dengan hati-hati
(careful) untuk membangun pandangan pembaca (image-building words) dengan
media yang baik dan bersih.
Tata bahasa atau dalam bahasa Inggris disebut dengan grammar adalah
seperangkat peraturan yang terdapat dalam bahasa tertentu. Menurut Hornby
(1995:210) “a grammar is the rules in a language for changing the form of the
words and combining them into sentences”. Di sini dijelaskan bahwa grammar
atau tata bahasa adalah seperangkat peraturan bahasa yang memuat perubahan
-
42
bentuk kata-kata dan bagaimana mengombinasikan kata tersebut ke dalam
kalimat.
Tata bahasa dideskripsikan sebagai usaha menggambarkan aturan bahasa
secara objektif dengan perhitungan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Menurut
Nelson (2006:146), dalam kajian linguistik, sebuah tata bahasa melibatkan sejauh
mungkin tujuan bahasa dan tidak menghakimi penggunaan bahasa. Biber dkk.
(1998:55) menambahkan bahwa tata bahasa menggambarkan cara bagaimana
kata-kata yang dikombinasikan menjadi klausa dan kalimat, yang terfokus pada
tata urutan kata dan berbagai kenis subordinasi.
Dalam menulis karangan deskripsi, ada beberapa aspek gramatika yang
digunakan sebagai acuan ciri kebahasaan karangan deskripsi, yaitu seperti di
bawah ini.
2.3.3.1 Pemakaian Artikel
Artikel adalah kata yang berbentuk kata sifat yang selalu digunakan
dengan dan memberikan informasi tentang kata benda. Secara teknik, artikel
adalah kata yang digunakan untuk mengubah kata sifat menjadi kata benda yang
menjelaskan orang, tempat, objek, atau ide. Biasanya kata sifat mengubah kata
benda melalui penjelasan, tetapi artikel bahkan digunakan untuk menunjuk atau
mengacu pada kata benda. Terdapat dua jenis artikel yang digunakan dalam
tulisan atau percakapan untuk menunjuk atau mengacu pada kata benda atau
kelompok kata benda, yaitu artikel tertentu (definite article) dan artikel tidak tentu
(indefinite article).
-
43
1) Artikel Tertentu (Definite Article)
Artikel jenis ini mengacu pada kata benda tertentu yang sudah
diperkenalkan sebelumnya. Kata “the” adalah satu-satunya jenis artikel ini yang
digunakan untuk menyebutkan kata-kata tertentu yang sudah disebutkan
sebelumnya atau yang sudah diketahui oleh lawan bicara penutur. Artikel the
digunakan sebelum kata benda tunggal dan kata benda jamak, contoh the dogs, the
boys, the books, dan lain-lain.
Artikel the dapat juga digunakan sebelum kata benda yang menunjukkan
gabungan dari sebuah frasa ataupun klausa, misalnya the girl that I met, the man
with banner, the place where I met him. The digunakan di depan kata benda
tunggal (the bag); kata benda jamak (the bags); kata benda yang tidak dapat
dihitung (the sand). Pembicaraan menggunakan artikel the ketika pembicara dan
pendengar memikirkan sesuatu atau seseorang secara khusus. Pembicara dan
pendengar memikirkan tentang tas, pendengar mengetahui bahwa tas yang
dimaksud oleh pembicara adalah tas yang spesifik: tas miliknya yang dia paling
sukai, atau tas yang baru dia beli yang hanya ada satu tas yang dimaksudkan.
Pembicara menggunakan the ketika dia menyebutkan benda tersebut kedua
kalinya.
2) Artikel tidak tentu (indefinite article)
Indenfinite article digunakan untuk menyatakan sesuatu yang tidak
tententu. Artikel jenis ini terdiri atas dua jenis, yaitu artikel a dan artikel an.
Kedua jenis artikel ini digunakan pada bentuk kata tunggal (singular) dan tidak
dapat digunakan dalam kata yang berbentuk jamak (plural).
-
44
Artikel a digunakan apabila diikuti oleh kata yang diawali dengan huruf
mati (konsonan) atau berbunyi konsonan, seperti a man, a woman, a car, a
university, dan lain-lain, sebaliknya artikel an digunakan apabila diikuti oleh kata
yang diawali huruf atau berbunyi vokal, seperti an umbrella, an ant, an egg, an
hour, dan lain-lain. Kata-kata yang diawali dengan huruf h bisa menggunakan
artikel a dan a artikel an, tergantung pada pelafalan yang digunakan pada huruf h
tersebut. Apabila bunyi huruf h dilafalkan, maka digunakan artikel a, seperti kata
a hotel, a house, a helmet, dan lain-lain. Berbeda halnya dengan kata-kata yang
diawali dengan huruf h, tetapi bunyinya tidak dilafalkan sehingga artikel yang
digunakan adalah an, seperti an hour, an honor, dan lain-lain. Kata-kata tersebut
tidak dilafalkan sehingga berbunyi vokal o. Jadi, artikel yang digunakan adalah
an.
2.3.3.2 Penggunaan Kelas Kata
Kelas kata merupakan pengelompokan kata berdasarkan jenis kata dan
fungsi kata dalam pembentukan kalimat. Peserta didik akan menyadari tentang
kegunaan dan fungsi suatu kata dan bagaimana kata-kata tersebut dapat tergabung
dan menyatu membuat sebuah komunikasi yang bermakna ketika mereka
melakukan kegiatan menulis. Kebanyakan siswa tidak mampu berkomunikasi dan
menulis secara gramatikal karena tidak mengerti tentang kegunaan dan fungsi tiap
bagian dalam kegiatan menulis tersebut. Kelas kata yang digunakan dalam
karangan deskripsi bahasa Inggris meliputi nomina, verba, adjektiva, advervia,
pronominal, preposisi, dan konjungsi.
-
45
1) Nomina
Nomina (noun) sering ditujukan untuk menamai seseorang, tempat, atau
benda. Misalnya, pen, book, boy, friend, Indonesia, Dewi, dan lain-lain. Kata
“Dewi” adalah noun karena nama seseorang. Kata “Indonesia” adalah noun
karena nama sebuah negara.
Nomina (noun) dapat dibedakan menjadi dua subkelas. Satu di antarannya
terdiri atas dua bagian, seperti di bawah in.
(1) Proper Nouns
Proper noun adalah nama orang-orang, tempat, dan sesuatu yang
biasanya diawali dengan huruf kapital pada bagian awal penulisan.
Contohnya Ahmad, Indonesia, Eart, Jakarta, Beach Walk, dan lain-
lain.
(2) Common Nouns
Common nouns biasanya tidak diawali dengan huruf kapital pada awal
penulisan katanya, kecuali saat kata tersebut terletak pada awal
kalimat. Common nouns dapat dibedakan menjadi dua bagian, seperti
di bawah ini.
a. Countable nouns, misalnya cup, plate, book, pen, dan lain-lain.
Countable nouns merupakan kata benda yang dapat dihitung dan
memiliki bentuk tunggal dan bentuk jamak.
b. Uncountable nouns, misalnya money, milk, water, sand, dll
-
46
Uncountable nouns merupakan kata benda yang tidak dapat
dihitung dan dalam bentuk tunggalnya tidak dapat ditambahkan
dengan artikel “a” atau “an” di depan kata tersebut.
Dalam pembentukan nomina, terdapat beberapa akhiran yang dapat
membentuk kata benda, seperti pembentuk objek, pembentk verba menjadi
nomina, pembentuk adjektiva menjadi kata nomina abstrak. Berikut dijelaskan
pembentukan nomina tersebut.
(1) Pembentuk agen atau objek
-er : driver, employer, examiner, and writer.
-or : actor, collector, director, educator, elevator, protector, sailor, and
visitor.
-ar : liar
-ant : accountant, assistant, attendant, combatant, servant
-ist : biologist, chemist, economist, dentist, scientist
-ee : employee, examinee, refugee, referee, invitee, and presentee.
(2) Pembentukan kata benda dari kata kerja (verba)
-age : breakage, coverage, leakage, drainage, marriage
-al : approval, arrival, refusal
-ance : acceptance, appearance, performance
-ery : delivery, discovery, recovery
-ment : agreement, arrangement, employment, management
-sion : collision, decision, division, confusion
-ation : education, attention, solution
-
47
-ure : departure, failure, closure.
(3) Pembentukan kata benda abstrak dari kata sifat (adjecktive)
-ance/-ence : Imporantance, absence, presence, diligence
-ity : ability, activity, divinity, equality
-ness : darkness, happiness, kindness
-th : length, strength, truth, width
2) Verba
Verba (verb) sering ditujukan sebagai sebuah kata yang menunjukkan aksi
atau tindakan. Verb merupakan inti dari suatu kalimat sehingga setiap kalimat
harus memiliki verb. Upaya memperhatikan verb merupakan langkah yang paling
penting untuk mengerti maksud sebuah kalimat. Contoh dalam kalimat “He walks
on feet”. Walks adalah kata kerja yang menunjukkan aksi atau kegiatan dari
kalimat. Seperti juga kalimat berikut “Brian is sleeping on the bed”. Walaupun
kegiatan ini tidak menunjukkan banyak aktivitas, sleeping adalah verb dari
kalimat tersebut. Perbedaan verbs menunjukkan perbedaan makna yang berkaitan
dengan maksud-maksud tertentu seperti tense (present, past, continuous, future,
dll), pronominal (I, You, We, They, She, He, It), Number (singular, and plural),
dan bentuk kalimat (aktif and pasif).
Verba (verb) dapat membentuk kelas kata, yaitu meliputi hal-hal berikut.
(1) Melakukan suatu pekerjaan, contohnya walk, go, climb, carry, write, jump,
dan lain-lain.
-
48
(2) Dapat membentuk kata V-ing atau infinitive, contoh to swim/swimming,
towalk/walking, to write/writing, dan lain-lain.
(3) Dapat dibentuk oleh kata benda, determiner, dan kata ganti. Contohnya We
slept soundly, They played hockey, Dewi gave Tia a present.
(4) Bisa berdiri sendiri (single word) dan juga dalam bentuk kelompok (group
verbs). Contoh:
Singular verbs : know, study, discover, understand, dan lain-lain.
Group verbs : have known, is studying, well discover, may have
undertood, dan lain-lain.
Menuruts Eastwood (1994:75) kata kerja terdiri atas beberapa bentuk yaitu
(1) kata kerja bentuk dasar, seperti look, see, listen, speak, dan lain-lain, (2) kata
kerja bentuk akhiran –s/es, seperti looks, sees, listens, speaks, dan lain-lain, (3)
kata kerja bentuk past tense, seperti looked, saw, lestened, spook, dan lain-lain,
serta (4) kata kerja bentuk past/passive participle, seperti looked, seen, listened,
spoken, dan lain-lain. Keseluruhan bentuk kata kerja ini dapat menjadi kata kerja
utama yang dikenal dengan finite verb dalam kalimat. Sementara itu, kata
nonfinite verb meskipun dapat juga menempati kata kerja utama, tetapi bentuknya
berubah menjadi infinitive, gerund, dan participle.
Selain bentuk kata kerja dasar di atas, terdapat sebuah kata kerja bantu
yang mendukung fungsi kata kerja secara umum, yaitu auxiliary verb, yang
meliputi be, have, dan do, dan modal auxiliary, yang meliputi can, may, will,
shall, could, might, would, should, dan must. Seperti yang dijelaskan oleh Quirk
(1987) bahwa frasa kata kerja terdiri atas satu kata kerja bantu (auxiliary) atau
-
49
lebih di depannya, misalnya frasa will, steal, had gone, has been talking, will be
going, dan lain-lain.
3) Adjektiva
Adjektiva (adjective) sering ditujukan sebagai sebuah kata yang
menjelaskan atau memberikan informasi lebih tentang nomina atau pronominal.
Adjektiva menjelaskan nomina dalam bentuk sebagai keterangan ukuran, warna,
dan nomor, misalnya “the very small kitten jumped at the dog”. Kata small adalah
adjective yang memberikan informasi lebih mengenai noun (kitten). Banyak kata
sifat yang muncul memang berfungsi sebagai kata sifat, seperti long, short, blue,
red, dan lain-lain. Akan tetapi banyak pula kata sifat yang terbentuk dari bentuk
kelas kata lainnya (termasuk kata sifat) dengan adanya penambahan akhiran.
Contoh:
Nomina (noun) Adjektiva (adjective)
memory memorable
person personal
fame famous
Verba (verb) Adjektiva (adjective)
depend dependent
cease ceaseless
forget forgetful
Adjektiva (adjective) Adjektiva (adjective)
green greenish
intense intensive
optic optical
Adjektiva (adjective) memiliki tiga subkelas, yaitu seperti berikut.
-
50
(1) Descriptive Adjective
Descriptive adjective adalah jenis adjektiva yang paling umum. Beberapa
dari jenis ini terbentuk dari anggota kelas kata lain yang diikuti oleh akhiran,
misalnya reason – reasonable, wonder – wonderful, dan lain-lain. Jenis adjectiva
yang kedua, yaitu descriptive adjective. Jenis ini sangat berbeda dengan adjective
jenis determiners, seperti diungkapkan oleh Frank (1972) bahwa “descriptive
adjectives usually indicate an inherent quality (beautiful, intelligent), or a
physical state such as age, size, color. Inflectional and derivational endings can
be added only to this type of adjective”.
Artinya, semua adjektiva yang menyatakan kualitas, kondisi fisik seperti
usia/umur, ukuran dan warna disebut descriptive adjective. Berbeda dengan
determiner yang bentuknya paten tidak bisa ditambahkan akhiran, descriptive
adjective malah sangat mungkin diimbuhi akhiran karena jenis adjektiva ini saja
yang bisa diperbolehkan.
(2) Proper Adjective
Adjektiva jenis ini biasanya dibentuk dengan akhiran dari proper nouns.
Layaknya seperti proper nouns, proper adjectives biasanya dimulai dengan huruf
kapital.
Proper noun Proper adjective
Australia Australian
China Chinese
Bali Balinese
-
51
Indonesia Indonesian
Shakespeare Shakespearian
(3) Verbal Adjectives
Verbal adjective adalah kata kerja yang berfungsi sebagian kata sifat.
a) Bentuk –ing (present participle), misalnya shaking, taking, noting, dan
lain-lain.
b) Bentuk –en (past participle), biasanya dengan akhiran –en atau –ed,
contohnya shaken, taken, noted, dan lain-lain
Empat kriteria adjektiva, yaitu sebagai berikut.
(a) Dapat berfungsi sebgai atributif (yang terletak di antara determiner dan
kata benda, seperti an ugly painting.
(b) Dapat berfungsi sebagai predikatif (sebagai komplemen subjek), atau
sebagai komplemen objek, misalnya The painting is ugly, I thought the
painting ugly.
(c) Dapat diberikan premodifier very, misalnya They are very happy, the
very happy children.
(d) Dapat mengambil bentuk komparatif dan superlatif baik secara infleksi
(dengan akhiran –er dan –est) maupun secara perifrastik (dengan
menggunakan more dan most).
Contoh:
Happy-happier-happiest (secara infleksi),
Intelegent-more intelegent-most intelegent (secara perifrastik).
-
52
4) Adverbia
Adverbia merupakan kata yang memberikan informasi lebih tentang verb,
adjective, atau adverb lainnya. Kata keterangna menjelaskan verbs, adjectives,
dan adverbs dalam hal keterangan waktu, frekuensi, dan tingkah laku. Sebagai
contoh “Maya runs very fast”. Kata “very” menjelaskan adverb “fast” dan
memberikan informasi mengenai seberapa cepat “Maya” berlari.
Banyak adverbia yang muncul sebagai adverbia lainnya, seperti kata here,
there, now, then, dan lain-lain. Akan tetapi banyak pula adverbs yang terbentuk
dari adjektiva dengan melakukan penambahan akhiran –ly.
contoh:
Adjectives Adverbs
slow slowly
steady steadily
bright brightly
whole wholly
Secara morfologi, adverbia dapat dikelompokkan sebagai berikut.
(1) Adverbia sederhana, misalnya just, only, well, dan lain-lain. Banyak adverb
sederhana terkait dengan makna “posisi” dan “tempat”, misalnya back, down,
near, out, under, dan lain-lain.
(2) Adverbia majemuk, misalnya somehow, somewhere, therefore, dan yang
formal seperti whereupon, herwith, whereby, dan lain-lain.
-
53
(3) Adverbia derivasional, yaitu adverbia yang banyak diderivasi dari adjective
(kata sifat) yang diberikan akhiran –ly. Contohnya oddly, interestingly,
warmly, quickly, dan lain-lain.
5) Pronomina
Pronomina dimaksudkan sebagai kata yang bisa digunakan sebagai noun,
misalnya “Ghalih is a students”. Noun “Galih” dapat digantikan dengan pronoun
“he”, dan kalimatnya menjadi “He is a student”. Pronoun dapat digunakan untuk
menghindari pengulangan penggunaan kata benda (noun) dalam kalimat.
Pronomina dapat dibedakan menjadi empat bagian, sebagai berikut.
(1) Personal Pronoun
Personal pronoun mengacu pada “kamu”, “aku”, dan “kepada orang lain”,
seperti tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Personal pronoun
Subjective
pronouns
Objective
pronouns
Possessive
pronouns
Possessive
determiners
Emphatic reflexive
pronouns
I Me Mine My Myself
You You Yours Your Yourself
He Him His His Hisself
She Her Hers Her Herself
It It Its Its itself
We Us Ours Our Ourselves
You You Yours Your Yourselves
They Them Theirs their Themselves
-
54
(2) Indefinite Pronoun
Indefinite pronoun meliputi some-, any-, no-, dan every-, yang
dikombinasikan dengan -body, -one, -thing.
Contoh:
Somebody anybody nobody everybody
Someone anyone no one everyone
Something anything nothing everything
(3) Interrogative Pronoun
Interrogative pronoun adalah pronoun yang digunakan dalam bentuk
tanya, yang meliputi: who? whom? whose? what? dan which?
(4) Relative Pronoun
Relative pronoun terletak pad abagian depan dari adjective clauses
(disebut juga dengan relative cluse) yang memodifikasi sebuah noun atau sebuah
pronoun, yaitu:
Who whom whose
Which that when
Where
6) Preposisi
Preposisi merupakan kata depan yang diikuti oleh kata benda (noun), kata
ganti pelengkap (object pronoun), kata kerja bantu –ing (gerund dan kata
keterangan waktu (adverb of time). Preposisi yang sering dipakai, seperti on, at,
-
55
in, to, into, from, beside, in front of, behind, below, under, above, next to, near,
by, until, for, with about, dan lain-lain.
2.3.3.3 Penggunaan Simple Present Tense
Tense adalah masa terjadi suatu perbuatan apakah kejadian itu sudah
berlalu, sekarang, atau pada masa akan datang bergantung pada subjek yang
melakukannya. Dalam karangan deskripsi, tense yang digunakan adalah simple
present.
Hornby (1975:82) menyatakan “The simple present tense is sometimes
used to describe an activity that is actually in progress at the moment of speaking.
Its use for this purpose is much less common than the progressive. The simple
present tense is used for this purpose chefly in demonstration, descriptions or
explanations, step by step, of the various stages in a process of some kinde, for
example the way to cook something, or the way in which a scientific experiment is
made”.
Penggunaan simple present tense menyatakan suatu perbuatan atau
kejadian yang berlangsung setiap hari dan merupakan kebiasaan. Simple present
tense juga digunakan dengan tujuan untuk mendemonstrasikan sesuatu,
menggambarkan atau menjelaskan sesuatu, menjelaskan langkah-langkah dalam
membuat sesuatu, misalnya menjelaskan cara untuk memasak sesuatu, atau cara
membuat sebuah penelitian ilmiah.
Dalam tense dikenal adverb of frequency kata keterangan keseringan di
antarannya adalah (1) always (selalu), (2) generally (biasanya), (3) usually
(biasanya), (4) often (sering), (5) sometimes (kadang-kadang), (6) ocassionaly
(sekali-kali), (7) seldom (jarang), (8) rarely (jarang), (9) ever (pernah), dan (10)
never (tidak pernah) (Jack, 2002:16).
-
56
Lou (2011:89) mengungkapkan bahwa “If there is a verb in a sentence,
there is no need to use “be” (is, am, are) in the sentence. Example: (1) i/you/we
eat lunch at twelve o’clock. (2) he/she/works at E-Plus, (3) it crow every morning.
Add an “s” in the verb if the subjecs are he, she, it. The simple present tense is
used to tell us an action that happens regularly, you do as a habit or fact that is
still known to be true”.
Kutipan tersebut menyatakan bahwa jika sebuah kalimat telah diikuti
dengan kata kerja (V1), maka kalimat tersebut tidak membutuhkan penggunaan
‘be’ (kata kerja bantu). Contoh (1) I/You/They/We eat lunch at twelve o’clock, (2)
He/She works at E-Plus, (3) It crow every morning. Simple present tense
digunakan untuk memberitahukan sebuah kejadian yang terjadi secara reguler atau
kebiasaan dan telah terbukti kebenarannya.
Pada bentuk simple present tense terdapat beberapa kaidah penggunaan
akhiran –s dan -es. Akhiran –s dan -es sering digunakan pada jenis kata benda dan
jenis kata kerja. Fungsi dan makna tiap-tiap kata tersebut apabila diakhiri dengan
akhiran –s/-es memiliki perbedaan.
Contoh:
1. Families are important = plural noun
2. I like my books = plural noun
3. Bayu works at the bank = verb
4. Christina watches Television = verb
Akhiran –s/-es pada kata families dan books bermakna kata benda plural
atau jamak, tetapi pada kalimat 3 dan 4 memiliki perbedaan bentuk dari kata
sebelumnya. Kata kerja works dan watches merupakan kata kerja yang berakhiran
dengan –s/es. Akhiran –s/es ditambahkan pada kalimat simple present tense jika
-
57
diawali dengan subjek singular noun (kata benda tunggal) atau third person
singular pronoun (kata ganti orang ketiga tunggal).
Penggunaan –s/es pada kata memiliki beberapa aturan, yaitu kapan
ditambahkan –s, kapan digunakan –es. Sebagian besar kata, baik noun maupun
verb, menggunakan akhiran –s untuk pengucapan kata yang benar. Akhiran –es
ditambahkan pada sebuah kata yang diakhiri dengan –sh, -ch, -s, -z, dan –x. Pada
kata yang diakhiri dengan –y, jika –y diikuti dengan vokal, maka hanya
dibutuhkan penambahan –s di akhir kata. Akan tetapi, jika kata tersebut diakhiri
dengan –y dan diikuti oleh konsonan, maka –y akan diganti dengan –i dan
ditambah dengan –es. (Azar, 1993:193).
2.4 Model Penelitian
Model penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model penelitian
tindakan kelas untuk meneliti penerapan kombinasi teknik pembelajaran think-
pair-share dan mind mapping. Disamping itu, juga untuk melihat pengaruh kedua
teknik pembelajaran tersebut terhadap kemampuan siswa menulis karangan
deskripsi. Menurut Arikunto (2002:57), penelitian tindakan kelas merupakan
terjemahan dari classroom action research, yaitu penelitian yang dilakukan oleh
guru bekerja sama dengan peneliti (atau dilakukan oleh guru sendiri yang juga
bertindak sebagai peneliti) di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses praktis pembelajaran.
Pada penelitian ini terdapat dua siklus yang dilakukan, yaitu siklus I dan
siklus II. Tiap siklus terdiri atas perencanaan (plan), pelaksanaan (action),
observasi (observation), dan refleksi (reflection). Sementara hasil penelitian
-
58
dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan
kualitatif digunakan untuk menjabarkan penjelasan tiap-tiap masalah. Sebaliknya,
pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis kemampuan menulis
sebelum dan sesudah tindakan dalam bentuk angka. Analisis data menggunakan
teknik statistik dengan penyajian data analisisnya menggunakan tabel dan grafik.
Secara garis besar model penelitian dapat digambarkan sebagai belikut.
-
59
Dilakukan PTK dengan Menerapakan kombinasi teknik
pembelajaran think-pair-share dan mind mapping
Kemampuan Siswa Kelas X UPW II SMK Pariwisata Harapan Denpasar dalam Menulis
Karangan Deskripsi
Kemampuan siswa
menulis karangan
deskrisi sebelum
dilakukan tindakan
Kemampuan siswa
menulis karangan
setelah dilakukan
tindakan
Faktor-faktor yang
memengaruhi
peningkatan hasil
belajar siswa
Peningkatan hasil
belajar siswa sebelum
dan sesudah
dilakukan tindakan
DATA
Kuantitatif
iff
Kualitatif
Ide dan Isi
HASIL
PENELITIAN
Organisasi
Teori Metode Analisis
Hasil observasi, catatan
lapangan dan dokumentasi
Observasi
Hasil observasi, catatan
lapangan dan dokumentasi
Pencatatan
Lapangan
Hasil observasi, catatan
lapangan dan dokumentasi
Angket
Gambar 2.1 Model Penelitian
Penggunaan
Bahasa
Mekanik Penggunaan
Kosakata
-
60
Gambar model penelitian di atas menunjukkan bahwa melalui penelitian
tindakan kelas dapat membuktikan keefektifan penerapan kombinasi teknik
pembelajaran think pair share dan mind mapping dalam menyelesaikan masalah
yang hadapi oleh siswa kelas X UPW II SMK Pariwisata Harapan Denpasar pada
pembelajaran menulis karangan deskripsi. Terdapat dua teori yang relavan untuk
mendukung pelaksanaan penelitian ini, yaitu teori menulis karangan deskripsi dan
teori tata bahasa dalam menulis karangan deskripsi.
Teori pembelajaran menulis karangan deskripsi dan tata bahasa dalam
menulis karangan deskripsi diaplikasikan dalam pembuatan rubrik penilaian
menulis. Dalam teori menulis disebutkan beberapa unsur agar dihasilkan karangan
deskripsi yang baik, diantaranya kejelasan, keringkasan, ketepatan, kesatupaduan,
pertauan, dan penegasan. Dalam teori tatabahasa menulis karangan deskripsi
dijelaskan bagaimana ciri kebahasaan karangan deskripsi, seperti penggunaan
gramatika, pilihan kata, penulisan ejaan, dan tandabaca dapat digunakan dengan
baik dalam tulisan. Melalui kombinasi kedua teori ini dihasilkan rubrik penilaian
yang diklasifikasikan menjadi lima aspek penilaian, yaitu aspek ide dan isi, aspek
organisasi, aspek penggunaan bahasa, aspek penggunaan kosakata, dan aspek
mekanik yang digunakan untuk menganalisis data secara kuantifatif dan kualitatif
sehinnga diperoleh hasil penelitian.