BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

17
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia a. Pengertian Bahasa Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa disebut juga ujaran karena media bahasa yang terpenting adalah bunyi walaupun kemudian ditemui ada juga media tulisan. b. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secaa lisan maupun tulis. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, memahami bahasa indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosianal dan sosial. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahua dan ketrampilan berbahasa. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai kasabah budaya dan intelektual manusia Indonesia. c. Ruang Lingkup 1) Mendengarkan 2) Berbicara 3) Membaca 4) Menulis 2.1.1.1 Hasil Belajar Bahasa Belajar bahasa merupakan perubahan perilaku manusia yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman. Belajar melalui proses yang relatif terus menerus dijalani dari berbagai pengalaman. Pengalaman inilah yang membuahkan hasil yang disebut belajar. (Robert M.Cagne, 1984, the condition of learning and theory of intruction). Belajar juga merupakan kegiatan yang kompleks. Artinya di dalam proses belajar terdapat berbagai kondisi yang dapat menentukan keberhasilan belajar. Faktor yang mempengaruhi

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7984/2/T1_262012081_BAB II.pdf · terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni : Scramble kata, yakni

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

a. Pengertian Bahasa

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa lambang bunyi

ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa disebut juga ujaran karena media

bahasa yang terpenting adalah bunyi walaupun kemudian ditemui ada juga media tulisan.

b. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik

secaa lisan maupun tulis. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia

sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, memahami bahasa indonesia dan

menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. Menggunakan bahasa

Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosianal dan

sosial. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahua dan ketrampilan berbahasa.

Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai kasabah budaya dan intelektual

manusia Indonesia.

c. Ruang Lingkup

1) Mendengarkan

2) Berbicara

3) Membaca

4) Menulis

2.1.1.1 Hasil Belajar Bahasa

Belajar bahasa merupakan perubahan perilaku manusia yang relatif permanen

sebagai hasil pengalaman. Belajar melalui proses yang relatif terus menerus dijalani dari

berbagai pengalaman. Pengalaman inilah yang membuahkan hasil yang disebut belajar.

(Robert M.Cagne, 1984, the condition of learning and theory of intruction). Belajar juga

merupakan kegiatan yang kompleks. Artinya di dalam proses belajar terdapat berbagai

kondisi yang dapat menentukan keberhasilan belajar. Faktor yang mempengaruhi

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7984/2/T1_262012081_BAB II.pdf · terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni : Scramble kata, yakni

5

keberhasilan belajar adalah berbagai kondisi yang berkaitan dengan proses belajar yakni

kondisi eksternal dan kondisi internal.

2.1.1.2 Fungsi Bahasa

Secara umum, fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa selalu

mengikuti dan mewarnai kehidupan manusia. Santono dkk (2004) berpendapat bahwa

bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut : (1) fungsi informal, (2)

fungsi ekspresi diri, (3) fungsi adaptasi dan integrasi, (4) fungsi kontrol sosial. Sejalan

dengan pendapat diatas, Hallyday, (1992) mengemukakan fungsi bahasa sebagai alat

komunikasi untuk berbagai keperluan sebagai berikut : (1) fungsi instrumental, yakni

digunakan untuk memperoleh sesuatu, (2) fungsi regulatoris, yaitu bahasa digunakan

untuk mengendalikan perilaku orang lain, (3) fungsi intraksional, bahasa digunakan untuk

berinteraksi dengan orang lain, (4) fungsi personal, bahasa digunakan untuk berinteraksi

dengan orang lain, (5) fungsi heuristic, bahasa digunakan untuk belajar dan menemukan

sesuatu, (6) fungsi imaginative, yakni bahasa dapat difungsikan untuk menciptakan dunia

imajinasi, (7) fungsi representasional, bahasa difungsikan untuk menyampaikan informasi.

Secara khusus, bahasa indonesia dalam kedudukanya sebagai bahasa nasional

sekaligus bahasa negara memiliki fungsi khusus, yakni sebagai : (1) bahasa pemersatu

dan sebagai bahasa perhubungan antar suku bangsa, (2) memberi identitas bangsa, (3)

bahasa resmi kenegaraan, (4) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, (5) bahasa

resmi untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta

kepentingan pemerintah, (6) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan

teknologi.

2.1.1.3 Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi bermakna rencana yang cermat

mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Salah satu unsur dalam strategi

pembelajaran adalah mnguasai teknik-teknik penyajian atau metode mengajar.

Dalam menyajikan materi pembelajaran guru jangan terpaku pada satu jenis teknik

saja.

Beberapa ciri metode mengajar yang baik, yaitu :

1. Mengundang rasa ingin tahu siswa.

2. Memotivasi siswa untuk belajar.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7984/2/T1_262012081_BAB II.pdf · terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni : Scramble kata, yakni

6

3. Mengaktifkan mental, fisik dan psikis siswa.

4. Mengembangkan kreatifitas siswa.

5. Mengembangkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

Beberapa metode yang perlu dikuasai guru dalam mengatur strategi pembelajaran

bahasa yaitu : diskusi, sosiodrama atau bermain peran, tanya jawab, penugasan, latihan,

bercerita, pemecahan masalah dan karya wisata. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti

menggunakan model pembelajaran Scramble.

2.1.2 Model Pembelajaran Scramble

1. Pengertian Metode Pembelajaran Scramble

Istilah Scramble berasal dari Bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam Bahasa

Indonesia berarti perbuatan, pertarungan, perjuangan. Metode Scramble adalah

pembelajaran secara berkelompok dengan mencocokan kartu pertanyaan dan kartu

jawaban yang telah disediakan sesuai dengan soal. Sedangkan Soeparno berpendapat

bahwa metode Scramble adalah salah satu permainan bahasa, pada hakekatnya

permainan bahasa merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh ketrampilan tertentu

dengan cara menggembirakan.

Scramble merupakan metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan

lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan

mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada. Scramble dipakai

untuk jenis permainan anak-anak yang merupakan latihan pengembangan dan

peningkatan wawasan pemikiran kosa kata. Sesuai dengan sifat jawabanya Scramble

terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni :

Scramble kata, yakni sebuah permainan menyusun kata-kata dan huruf-huruf

yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata tertentu yang

bermakana, misalnya :

1) Alpjera = Pelajar

2) Ktursurt = Struktur

a. Scramble kalimat, yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari kata-kata acak.

Bentuk kalimat hendaknya logis, bermakna, tepat dan benar. Contoh :

1) Datang selamat di Bandung kota = Selamat datang di kota Bandung

2) Komme Ich aus bandung = ich komme aus Bandung

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7984/2/T1_262012081_BAB II.pdf · terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni : Scramble kata, yakni

7

b. Scramble wacana, yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan

kalimat-kalimat acak. Hasil susunan wacana hendaknya logis dan bermakna.

Melalui pembelajaran kooperatif metode Scramble, siswa dapat dilatih berkreasi

menyusun kata, kalimat atau wacana yang acak susunanya dengan susunan yang

bermakna dan mungkin lebih dari susunan aslinya.

2. Prosedur ( langkah-langkah) pembelajaran metode Scramble

Pembelajaran kooperatif metode Scramble memiliki kesamaan dengan model-

model pembelajarn kooperatif lainya, yaitu siswa dikelompokan secara acak berdasarkan

kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

Model pembelajaran kooperatif tipe Scramble dapat dilakukan seorang guru

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat yang

terdapat dalam wacana tersebut kedalam kartu-kartu kalimat.

b. Guru membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang di acak nomornya sesuai

materi bahan ajar teks yang telah dibagikan sebelumnya dan membagikan kartu

soal tersebut.

c. Siswa dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal dan mencari kartu soal

untuk jawaban yang cocok. Sebelumnya jawaban telah diacak sedemikian rupa.

d. Siswa diharuskan dapat menyusun kata jawaban yang telah tersedia dalam waktu

yang telah ditentukan. Setelah selesai mengerjakan soal, hasil pekerjaan siswa

dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan.

Dari beberapa penjelasan dapat ditarik kesimpualn bahwa pembelajaran metode

Scramble ini adalah model pembelajaran kelompok yang membutuhkan kretivitas serta

kerjasama siswa dalam kelompok. Metode ini memberikan sedikit sentuhan permainan

acak kata dengan harapan dapat menarik perhatian siswa.

3. Manfaat Metode Scramble

1. Bagi Peserta Didik

a. Mengurangi beban dalam mengingat istilah yang sulit.

b. Peserta didik lebih termotivasi untuk belajar.

c. Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan bersosialisasi.

2. Bagi Guru

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7984/2/T1_262012081_BAB II.pdf · terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni : Scramble kata, yakni

8

a.Mendapatkan pengalaman langsumg dalam pelaksanaan pembelajaran.

b.Sebagai motivasi meningkatkan ketrampilan untuk memilih strategi pembelajaran

yang bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga

memberikan layanan yang terbaik bagi peserta didik.

c. Guru dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Scramble

1. Kelebihan

a. Setiap individu akan aktif karena dalam kelompok mempunyai tanggung jawab

keberhasilan kelompoknya.

b. Siswa belajar sambil bermain, rekreasi sekaligus belajar dan befikir. Mempelajari

sesuatu dengan santai dan tidak membuatnya stres dan tertekan.

c. Menimbulkan kegembiraan, melatih ketrampilan tertentu dan dapat memupuk rasa

solidaritas dalam kelompok.

d. Mendorong siswa berlomba-lomba untuk maju.

2. Kekurangan

a.Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakanya, karena terbentur dengan

kebiasaan siswa dalam belajar.

b. Dalam mengimplementasinya memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit

menyesuaikanya dengan waktu yang telah ditentukan.

c. Dalam permainan biasanya menimbulkan suara gaduh dan mengganggu kelas yang

berdekatan

2.1.3 Hasil belajar

2.1.3.1 Hakikat Belajar

Belajar merupakan perubahan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu

yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan,

kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh

karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu

memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologi

(Anni, 2005: 2).

Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan

dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7984/2/T1_262012081_BAB II.pdf · terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni : Scramble kata, yakni

9

kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh

aspek tingkah laku (Ahmadi, 2006: 128).

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman

individu itu sendiri dan interaksi dengan lingkungannya (Djamarah, 2000: 13).

Menurut Hamalik (2004), belajar adalah ”Suatu proses perubahan tingkah laku

individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah:

pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresisasi, emosional, hubungan

sosial, jasmani, budi pekerti dan sikap. Sedangkan menurut Morgen (dalam Suprijono

2011:3) belajar merupakan perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari

pengalaman.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan tahapan tingkah laku yang relatif permanen yang terjadi sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Itu artinya bahwa dalam belajar terdapat tingkah laku yang mengalami

perubahan sebagai akibat dari interaksi dan pengalaman serta latihan, sedangkan

perubahan tingkah laku yang disebabkan bukan oleh latihan dan pengalaman tidak

digolongkan sebagai belajar.

Beberapa tokoh pendidikan (Winataputra, 2008:1.8.) mendefinisikan belajar

sebagai berikut:

1) Hilgard dan Bower, mengemukakan bahwa belajar mengacu pada

perubahan perilaku atau potensi individu sebagai hasil dari

pengalaman dan perubahan tersebut tidak disebabkan oleh

insting, kematangan atau kelelahan, dan kebiasaan.

2) Gagne, menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang

bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan”.

3) Morgan, mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap

dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.

4) Witherington, mengemukakan bahwa: “Belajar adalah suatu perubahan di dalam

kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang

berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7984/2/T1_262012081_BAB II.pdf · terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni : Scramble kata, yakni

10

Beberapa definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya

beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa:

1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat

mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan

mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman;

dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau

kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar.

3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus

merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.

4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut beberapa aspek

kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian,

pemecahan suatu masalah/ berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, atau sikap.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagai tanda seorang

telah melakukan proses belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri orang

tersebut. Akan tetapi, perubahan yang terjadi akibat proses kematangan seseorang tidak

dianggap sebagai hasil belajar.

Menurut Anni (2005), ada dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:

a) Faktor internal

Faktor internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh: kondisi

psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial, seperti kemampuan

bersosialisasi dengan lingkungannya. Kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang

dimiliki oleh pembelajar akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses, dan hasil belajar.

Misalnya peserta didik yang mengalami kelemahan di bidang fisik, seperti membedakan

warna akan menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan di dalam belajar melukis,

atau belajar menggunakan bahan-bahan berwarna. Peserta didik yang bermotivasi rendah,

akan mengalami kesulitan di dalam persiapan belajar, lebih-lebih dalam proses belajar.

Peserta didik yang sedang mengalami ketegangan emosional, misalnya takut pada guru,

maka akan mengalami kesulitan di dalam mempersiapkan diri untuk memulai belajar baru

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7984/2/T1_262012081_BAB II.pdf · terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni : Scramble kata, yakni

11

karena selalu teringat oleh perilaku guru yang ditakuti. faktor faktor internal ini dapat

terbentuk sebagian akibat dari pertumbuhan, pengalaman belajar, dan perkembangan.

b) Faktor eksternal

Beberapa faktor eksternal seperti variasi dan tingkat kesulitan materi (stimulus)

yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar

masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil belajar. Pesrta didik yang

akan mempelajari materi belajar yang memiliki kesulitan tinggi misalnya, sementara itu dia

belum memiliki kemampuan internal yang dipersyaratkan untuk mempelajarinya, maka dia

akan mengalami kesulitan belajar. Oleh karena itu agar peserta didik berhasil dalam

memepelajari materi belajar baru, dia harus memiliki kemampuan internal yang

dipersyaratkan anak yang belajar perkalian, misalnya memiliki kemampuan internal

tentang penjumlahan dan pengurangan. Tempat belajar yang kurang memenuhi syarat,

iklim atau cuaca yang panas, menyengat, dan suasana lingkungan bising akan

mengganggu konsentrasi belajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar yang efektif dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu faktor internal (meliputi kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; kondisi psikis,

seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial, seperti kemampuan

bersosialisasi dengan lingkungannya) dan faktor eksternal (meliputi: variasi dan tingkat

kesulitan materi (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana

lingkungan, dan budaya belajar masyarakat). Dengan kata lain belajar yang efektif adalah

belajar yang mempersyaratkan kemampuan internal peserta didik dan memperhatikan

kondisi luar yang ada di lingkungan peserta didik.

2.1.3.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-

sikap, apresiasi dan ketrampilan. Menunjuk pada pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :

a) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,

baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap

rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol,

pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7984/2/T1_262012081_BAB II.pdf · terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni : Scramble kata, yakni

12

Keterampilan intelektual terdiri atas kemampuan mengategorisasi, kemampuan

analisis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat

khas.

c) Stategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya

sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan

masalah.

d) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam

urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian

terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan

eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai

standar perilaku.

Selain itu hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

dibedakan atas dua jenis yaitu bersumber dari dalam diri manusia yang belajar dan

bersumber dari luar diri manusia yang belajar. (Sutrisno : 2008)

a) Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia yang mempengaruhi hasil

belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni : faktor biologis dan faktor psikologis.

Yang dapat diklasifikasikan sebagai faktor biologis antara lain usia, kematangan dan

kesehatan, sedangkan yang dapat dikategorikan sebagai faktor psikologis adalah

kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.

b) Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang mempengaruhi hasil belajar

dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor manusia (human) dan faktor non

manusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik.

Benyamin Bloom menyebutkan tiga hasil pembelajaran yaitu :

1. Ranah kognitif

Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap

pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual. Penggolongan

tujuan ranah kognitif oleh bloom mengemukakan adanya 6 kelas / tingkat yakni :

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7984/2/T1_262012081_BAB II.pdf · terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni : Scramble kata, yakni

13

a. Pengetahuan.

b. Pengalaman.

c. Penerapan / penggunaan.

d. Analisis.

e. Sintesis.

f. Penilaian / evaluasi.

2. Ranah Afektif

Tujuan ranah afektif berhubungan dengan perhatian, sikap, penghargaan, nilai,

perasaan, dan emosi. Ranah afektif meliputi 5 kelas yakni :

a. Menerima.

b. Merespons / menjawab.

c. Menilai.

d. Organisasi.

e. Karakterisasi.

3. Ranah Psikomotorik

Tujuan ranah psikomotorik yang berhubungan dengan keterampilan motorik,

manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf dan koordinasi badan.

Ranah psikomotorik meliputi 6 kelas yakni

a. Gerakan tubuh yang mencolok / gerakan reflex.

b. Gerakan fundamental yang dasar.

c. Kemampuan Perseptual.

d. Kemampuan fisik.

e. Gerakan terampil.

f. Komunikasi nondiskusif.

Yang harus diingat, bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil

pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di

atas tidak dilihat secara fragmatis atau terpisah, melainkan secara komperehensif

(Sutrisno : 2008). Perubahan sebagai hasil dari belajar ditandai dengan ciri-ciri sebagai

berikut :

1. Perubahan yang disadari.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7984/2/T1_262012081_BAB II.pdf · terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni : Scramble kata, yakni

14

2. Perubahan yang bersifat kontinu dan fungsional.

3. Perubahan yang bersifat positif dan aktif.

4. Perubahan yang bersifat relative permanen dan bukan yang bersifat kontemporer

serta bukan karena proses kematangan / perkembangan.

5. Perubahan yang bertujuan dan terarah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

perubahan perilaku secara keseluruhan atau kemampuan yang dimilki siswa setelah

menerima pengalaman belajar yang berupa informasi verbal, keterampilan intelektual,

strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.

Pencapaian hasil belajar yang optimal dipengaruhi oelh banyak faktor, yaitu faktor

intern dan faktor ekstern (Slameto,2010).

1) Faktor Intern

Adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajara yang berasal dari dalam diri siswa.

Faktor intern terbagi menjadi 3 yaitu faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan.

a. faktor Jasmaniah

Faktor jasmaniah yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari faktor kesehatan dan

cacat tubuh.

1. faktor kesehatan

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya terganggu, selain itu juga

akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badan lemah dan

kelainan-kelainan fungsi alat indera lainnya.

2. faktor cacat tubuh

Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi hasil belajar, siswa yang cacat maka

belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi, maka ia harus belajar pada

lembaga pendidikan khusus.

b. Faktor Psikologis

Ada tujuh faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu :

1. Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk

menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7984/2/T1_262012081_BAB II.pdf · terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni : Scramble kata, yakni

15

mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,

mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Dalam situasi yang sama siswa

memiliki tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang

memiliki tingkat intelegensi lebih rendah.

2. Perhatian

Untuk menjamin hasil belajar yang baik, siswa harus mempunyai perhatian terhadap

bahan yang dipelajarinya. Jika pelajaran tidak menjadi perhatian, maka timbullah

kebosanan sehingga siswa tidak suka lagi belajar.

3. Minat

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan belajar tidak sesuai

dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena

tidak ada daya tarik baginya.

4. Bakat

Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajar

lebih baik karena ia belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dan pada

akhirnya akan mencapai pada hasil belajar yang memuaskan.

5. Motif

Dalam proses belajar mengajar, haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong

siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir

dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang

menunjang belajarnya.

6. Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana

alat-alat tubuhnya sudah siapuntuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih

berhasil jika anak siap (matang)

7. Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi. Kesiapan ini perlu

diperhatikan dalam proses belajar. Jika siswa belajar dan padanya sudah ada

kesiapan, maka hasil belajarnya lebih baik.

c. Faktor Kelelahan.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7984/2/T1_262012081_BAB II.pdf · terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni : Scramble kata, yakni

16

Faktor kelelahan meliputi : kelelahan Jasmani dan Kelelahan Rohani. Kelelahan

jasmani dapat terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbulnya kecenderungan untuk

membaringkan tubuh. Sedangkan kelemahan rohani dapat dilihat dengan adanya

kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

2). Faktor Ekstern, meliputi :

a. Faktor keluarga

Faktor keluarga yang mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi : Cara orang tua

mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi

keluarga

1. Cara Orang Tua Mendidik

Orang tua yang memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh

terhadap belajar anak-anak mereka, tidak memperhatikan sama sekali kepentingan

dan kebutuhan anak-anak dalam belajar, tidak menyediakan kelengkapan belajar anak

dapat menyebabkan anak kurang dalam belajar.

2. Relasi Antar Anggota Keluarga

Wujud relasi itu misalnya, apakah hubungan dalam keluarga penuh kasih sayang dan

perhatian, apakah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, bersikap acuh tak

acuh. Demi kelancaran dan keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di

dalam keluarga.

3. Suasana Rumah Tangga

Suasana rumah tangga yang tegang, rebut, sering cekcok, pertengkaran antar

anggota keluarga atau dengan keluarga lain dapat menyebabkan anak bosan dirumah,

suka keluar rumah. Akibatnya anak malas belajar.

4. Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan keberhasilan belajar anak.

Anak yang sedang belajar, selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya seperti makan,

pakaian, perlindungan, kesehatan juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang

belajar, alat tulis, buku-buku, penerangan dan lain-lain. Fasilitas tersebut hanya dapat

terpenuhi jika keluarga memiliki uang yang cukup.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7984/2/T1_262012081_BAB II.pdf · terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni : Scramble kata, yakni

17

b. Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah metode mengajar,

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat

pelajaran, waktu sekolah, gedung sekolah, dan standar metode mengajar guru.

c. Faktor Masyarakat

Faktor masyarakat yang mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi : kesiapan siswa

dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

2.1.3.3 Teori Belajar

Pengertian teori belajar merupakan suatu kegiatan seseorang untuk mengubah

perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar selalu diikuti oleh perubahan yang meliputi

kecakapan, keterampilan dan sikap, pengertian dan harga diri, watak, minat, penyesuaian

diri dan lain sebagainya. Perubahan tersebut meliputi perubahan kognitif, perubahan

psikomotor, dan perubahan afektif.

Prinsip-prinsip belajar pada hakekatnya berkaitan dengan potensi yang bersifat

manusiawi dan kelakuan. Belajar membutuhkan proses dan tahapan serta kematangan

mereka yang belajar. Belajar lebih baik dan efektif jika didorong oleh motivasi, khususnya

motivasi dari dalam diri karena akan berbeda dengan belajar karena terpaksa atau

memiliki rasa takut.

Di dalam banyak hal belajar adalah proses mencoba dengan kemungkinan untuk

keliru dan pembiasaan. Kemampuan belajar seseorang harus bisa diperhitungkan dalam

menentukan isi pelajaran. Belajar bisa dilakukan melalui tiga cara yaitu diajar secara

langsung, kontrol, penghayatan, kontak, pengalaman langsung dan dengan pengenalan

atau peniruan.

Belajar melalui praktik secara langsung akan lebih efektif daripada melakukan

hafalan. Pengalaman mempengaruhi kemampuan belajar seseorang. Bahan belajar yang

bermakna lebih mudah dan menarik untuk dipelajari dibandingkan bahan yang kurang

bermakna. Informasi mengenai kelakuan yang baik, pengetahuan, kesalahan serta

keberhasilan belajar akan banyak membantu kelancaran dan semangat belajar siswa.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7984/2/T1_262012081_BAB II.pdf · terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni : Scramble kata, yakni

18

Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas sehingga murid yang

belajar bisa melakukan dialog dengan dirinya sendiri.

Ada tiga golongan besar teori belajar yaitu teori belajar menurut ilmu jiwa daya,

teori belajar ilmu jiwa gestalt dan teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi. Pengertian teori

belajar menurut ilmu jiwa daya adalah bermacam-macam daya yang ada pada manusia

bisa dilatih untuk memenuhi fungsinya. Sebagai contoh adalah melatih daya ingat dengan

menghafal istilah asing atau angka.

Sedangkan pengertian teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt adalah belajar

secara keseluruhan lebih penting dan pada belajar bagian atau unsur. Berdasarkan aliran

ini belajar dimulai pada saat diperoleh insight dengan melihat hubungan tertentu berbagai

unsur dalam situasi tertentu. Insight ini tergantung pada pengalaman, kesanggupan,

kompleksitas suatu situasi, latihan dan kesalahan.

http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/07/pengertian-teori-belajar.html

2.2 Kajian Hasil penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan metode Scramble antara lain:

1. Septyana (2009) dalam penelitiannya tentang peningkatan pemahaman konsep

matematika melalui pembelajaran Scramble pokok bahasan segi empat,

menyimpulkan bahwa setelah diterapkannya model ini, dapat meningkatkan

pemahaman konsep matematika siswa.

2. Sulistyowaty (2010) dalam penelitiannya tentang peningkatan motivasi siswa

dalam pembelajaran matematika model pembelajaran scramblepada pokok

bahasan bilangan bulat, menyimpulkan bahwa setelah diterapkannya model

pembelajaran ini, motivasi siswa dalam belajar matematika meningkat, terutama

pada pokok bahasan bilangan bulat.

3. Azizah (2010) dalam penelitiannya tetang implementasi cooperative learning

metode Scramble sebagai usaha untuk meningkatkan motivasi siswa dalam

pembelajaran matematika, menyimpulkan bahwa setelah diterapkanya model

pembelajaran ini, motivasi belajar siswa meningkat terutama dalam pembelajaran

matematika.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7984/2/T1_262012081_BAB II.pdf · terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni : Scramble kata, yakni

19

Dari hasil penelitian di atas ternyata metode Scramble Dapat meningkatkan

pemahaman konsep matematika dan motivasi belajar siswa. Sehingga hal tersebut dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Dari penelitian diatas, penulis menggunakan metode

Scramble guna meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS didalam

penelitian ini.

2.3 Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan dapat disusun suatu kerangka berpikir

guna memperoleh jawaban sementara. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian

yang bersifat reflektif khususnya bagi guru sebagai pengajar dengan melakukan tindakan-

tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/ atau meningkatkan praktik-praktik

pembelajaran di kelas secara profesional. Penelitian ini dilakukan tahap awal untuk

penelitian ini dilakukan tahap awal untuk mengetahui masalah yang terjadi di kelas seperti

rendahnya hasil belajar Bahasa Indonesia. Sedangkan observasi sebagai upaya

menemukan fakta-fakta yang digunakan untuk melengkapi kajian teori yang ada dan

menyusun rencana tindakan yang tepat dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Tindakan kelas yang dilakukan berupa pengajaran di kelas secara sistematis dengan

tindakan pengelolaan kelas melalui pendekatan pembelanjaan yang tepat. Modul

pembelajaran Scramble. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati reaksi siswa dalam

setiap tindakan pengajaran yang dilakukan di depan kelas dengan model pembelajaran

Scramble ini diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia di kelas 1

SD Kasepuhan 01 Kecamatan Batang.

Adapun skema dari kerangka berpikir sebagai berikut :

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7984/2/T1_262012081_BAB II.pdf · terdiri atas bermacam-macam bentuk, yakni : Scramble kata, yakni

20

Gambar 1

Skema Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah menggunakan model pembelajaran

Scramble dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang membaca dan menulis diduga

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 SD Negeri Kasepuhan 01 Kecamatan

Batang Kabupaten Batang tahun pelajaran 2013/2014.

Pembelajaran Bahasa

Indonesia materi

membaca dan menulis

Pembelajaran

menggunakan Scramble

siswa pasif komunikasi

satu arah, hanya guru

yang aktif. Pembelajaran

tidak efektif

Penerapan metode scramble

siswa dan guru aktif (sebagai

pelaku demontrasi) siswa

memahami, konsep pembelajaran

KBM lebih intensif

Hasil belajar

siswa meningkat

Hasil belajar

siswa lebih

meningkat

Pemantapan penerapan

metode Scramble siswa

semakin aktif, guru hanya

sebagai fasilisator, siswa

menemukan konsep

pembelajaran tentang suku

kata

Hasil belajar

siswa rendah