BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

19
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Aktivitas Belajar Aktivitas menurut Mulyono, Anton (2001 : 26) dalam http://cahyarbsd.blogspot.com/2012/08/pengertian-aktivitas-belajar.html aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik merupakan suatu aktivitas. Belajar menurut Hamalik (2011: 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan” . Aspek tingkah laku tersebut adalah pengetahuan,pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Belajar menurut Sanjaya (2010: 170), belajar bukanlah hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong siswa beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa dalam pembelajaran menekankan pada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang. Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Berdasarkan uraian diatas, maka pengertian aktivitas belajar adalah kegiatan dalam proses pembelajaran melibatkan aktif siswa baik secara fisik maupun non fisik untuk meningkatkan hasil belajar dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Aktivitas Belajar

Aktivitas menurut Mulyono, Anton (2001 : 26) dalam

http://cahyarbsd.blogspot.com/2012/08/pengertian-aktivitas-belajar.html aktivitas

artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau

kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik merupakan suatu

aktivitas.

Belajar menurut Hamalik (2011: 28), belajar adalah “Suatu proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan” . Aspek

tingkah laku tersebut adalah pengetahuan,pengertian, kebiasaan, keterampilan,

apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.

Belajar menurut Sanjaya (2010: 170), belajar bukanlah hanya sekedar

menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh

pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu

pengalaman belajar siswa harus dapat mendorong siswa beraktivitas melakukan

sesuatu. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga

meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Pembelajaran yang

berorientasi pada aktivitas siswa dalam pembelajaran menekankan pada aktivitas

siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang. Aktivitas belajar

merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan

siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan uraian diatas, maka pengertian aktivitas belajar adalah

kegiatan dalam proses pembelajaran melibatkan aktif siswa baik secara fisik

maupun non fisik untuk meningkatkan hasil belajar dalam aspek kognitif, afektif

dan psikomotor.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar biasanya digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui

seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk

mengaplikasikan hasil belajar diperlukan beberapa langkah pengukuran

menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.

“Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana 1990: 22). Hasil belajar pada

dasarnya merupakan akibat dari suatu proses pembelajaran.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 250), hasil belajar merupakan

hasil proses belajar. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua

sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan saat sebelum mengajar.

Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah afektif,

kognitif dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat

terselesaikannya bahan pelajaran.

Taksonomi Bloom dan kawan-kawan dalam Sudijono (2008: 49) membagi

hasil belajar atas 3 ranah, yaitu:

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental

(otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak

adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat 6

jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang

yang paling tinggi. Keenam jenjang dimaksud adalah : (1) pengetahuan

/hafalan/ingatan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3)

penerapan (application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (syntesis) dan

(6) Penilaian (evaluation).

2. Ranah afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Ada 5 jenjang ranah afektif: (1) penerimaan (receiving), (2) penanggapan

(responding), (3) penghargaan (valuing), (4) pengorganisasian

(organization) dan (5) penjatidirian (characterization).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

3. Ranah psikomotor

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan

keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang

menerima pengalaman belajar tertentu.

Ada beberapa hal mengenai tujuan dan fungsi Hasil belajar : (1) Penilaian

berfungsi selektif dimaksudkan bahwa penilaian bisa digunakan untuk memilih

siswa yang bisa masuk perguruan negeri, siswa yang seharusnya mendapatkan

beasiswa, siswa yang dapat naik kelas, dan siswa yang berhak meninggalkan

sekolah. (2) Penilaian berfungsi diagnostic dengan adanya diagnostic kepada

siswa, guru akan mengetahui kelemahan kebaikan pencapaian siswa dalam

mencapai proses pembelajaran, dengan demikian guru akan lebih mudah untuk

menilai siswa. (3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan untuk menentukan

dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan

suatu penilaian. Siswa yang mempunyai hasil penilaian sama, akan berada dalam

kelompok yang sama dalam belajar. (4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur

keberhasilan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.

Ada dua macam teknik yang dapat digunakan dalam melaksanakan

evaluasi, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes meliputi tes lisan, tes

tertulis dan tes perbuatan. Tes lisan dilakukan dalam bentuk pertanyaan lisan di

kelas yang dilakukan pada saat pembelajaran di kelas berlangsung atau di akhir

pembelajaran. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan tertulis, baik pertanyaan

maupun jawabannya. Sedangkan tes perbuatan atau tes unjuk kerja adalah tes

yang dilaksanakan dengan jawaban menggunakan perbuatan atau tindakan.

Tes tertulis dapat berbentuk uraian (essay) atau soal bentuk obyektif

(objective tes). Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua.

Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab

dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,

memberikan alasan dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan

pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.

Teknik non tes merupakan teknik penilaian hasil belajar peserta didik

dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik melainkan dilakukan melalui

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik penilaian

dilakukan dengan berbagai tes penilaian dan dapat diterapkan guna mengetahui

sejauh mana kompetensi materi yang telah disampaikan oleh guru dapat dikuasai

oleh siswa. Dengan adanya hasil belajar maka guru dapat melihat apakah proses

pembelajaran yang telah ia laksanakan dikatakan mencapai tujuan pembelajaran

atau tidak. Jika tujuan pembelajaran belum tercapai, maka guru dapat

mengevaluasi kembali bagaimana proses yang telah dilalui dalam pembelajaran

serta menentukan model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam suatu

proses kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran

yang berupa pengalaman belajar dan ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan

oleh guru. Hasil belajar berupa kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan

kemampuan psikomotor. Kemampuan ini dapat dilihat berdasarkan hasil belajar

berupa tes, lembar diskusi kelompok dan lembar kerja praktikum atau instrumen

penilaian sikap.

2.1.3 Model Pembelajaran SAVI

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran SAVI

De Porter (2011: 113), dalam bukunya Quantum Learning,

mengemukakan tiga (3) modalitas belajar yang dimiliki seseorang. Ketiga

modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas auditoral dan modalitas

kinistetik (somatic).

Pendekatan SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Meier

mengemukakan bahwa manusia memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau

somatis (S), pendengaran atau auditori (A), penglihatan atau visual (V) dan

pemikiran atau intelektual (I).

Menurut Rose (2011 : 130) ciri-ciri yang mencerminkan gaya belajar

model SAVI diantaranya adalah a. Belajar visual melalui melihat sesuatu. Mereka

suka melihat gambar atau diagram, menonton pertunjukan, peragaan atau

menyaksikan video. Mereka juga suka membaca kata tertulis, bahan belajar

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

berupa teks tertulis yang jelas; b. Pembelajaran auditori melalui mendengar

sesuatu. Mereka suka mendengarkan kaset audio, ceramah, diskusi, debat dan

instruksi (perintah) verbal c. Pembelajaran fisik (somatis) senang pembelajaran

praktik supaya bisa langsung mencoba sendiri. Mereka suka berbuat saat belajar,

dengan bergerak, menyentuh dan merasakan atau mengalami sendiri.

Menurut Herdian dalam http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/ model-

pembelajaran-savi/ (2009) teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah

Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas

(visual, auditorial, kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic)

menyeluruh; belajar berdasarkan pengalaman; belajar dengan symbol.

Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan

belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera

dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu

lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara yang berbeda-beda.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran SAVI menitikberatkan pada keaktifan penggunaan alat indera baik

aktivitas tubuh, aktivitas mendengarkan, aktivitas melihat, maupun aktivitas aktif

pada otak yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa.

2.1.3.2 Tujuan Model Pembelajaran SAVI

Tujuan model pembelajaran SAVI adalah:

1. Mengaktifkan siswa dalam suatu proses pembelajaran yang melibatkan

seluruh indera yang dimiliki siswa

2. Meningkatkan hasil pembelajaran karena pembelajaran bersifat

memberikan pengalaman belajar sehingga siswa sulit untuk melupakannya

3. Meningkatkan cara berpikir kritis siswa.

2.1.3.3 Prinsip Model Pembelajaran SAVI

Model pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning,

maka prinsipnya juga sejalan dengan AL yaitu:

1. Pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

2. Pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi

3. Kerjasama membantu proses pembelajaran

4. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan

5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik

6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran

7. Otak citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

2.1.3.4 Karakteristik Model Pembelajaran SAVI

Sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatic, Auditori, Visual

dan Intellectual, maka karakteristiknya ada empat bagian menurut Herdian dalam

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/ model-pembelajaran-savi/ (2009) yaitu

sebagai berikut:

1. Somatic

”Somatic” berasal dari bahasa yunani yaitu tubuh – soma. Jika

dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan

berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang

memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik,

melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran

berlangsung).

2. Auditori

Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat

daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan

menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara

sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif.

Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak

siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan

pengalaman siswa dengan suara, mengajak mereka berbicara saat

memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi,

membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan

pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri

mereka sendiri.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

3. Visual

Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita

terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual

daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan

visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang

dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program

komputer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka

dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan

sebagainya ketika belajar.

4. Intelektual

Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan

pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal

ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman

dan menciptakan hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman

tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri

yang merenung, mencipta dan memecahkan masalah.

Karakteristik dalam model pembelajaran SAVI sudah mewakili semua

aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa tidak hanya

mendapatkan pengetahuan semata melainkan ia dapat benar-benar memahami dan

mengalami secara langsung apa yang ia pelajari. Disini guru juga sangat berperan

dalam penerapannya. Guru dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya dalam

memfasilitasi siswa dengan ragam alat peraga dan bahan ajar yang menarik dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

2.1.3.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran SAVI

Pembelajaran SAVI dapat direncanakan dan kelompok dalam empat tahap

Meier (2003: 106):

1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Tujuan pada tahap ini guru menimbulkan minat para pembelajar,

memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

datang dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar

(Meier 2003 : 106). Secara spesifik meliputi hal:

a. Memberikan sugesti positif

b. Memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa

c. Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna

d. Membangkitkan rasa ingin tahu

e. Menciptakan lingkungan fisik yang positif

f. Menciptakan lingkungan emosional yang positif

g. Menciptakan lingkungan sosial yang positif

h. Menenangkan rasa takut

i. Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar

j. Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah

k. Merangsang rasa ingin tahu siswa

l. Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.

2) Tahap Penyampaian (kegiatan inti)

Tujuan tahap penyampaian adalah guru hendaknya membantu

siswa atau pembelajar untuk menemukan materi belajar yang baru dengan

cara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera dan cocok

untuk semua gaya belajar. Hal- hal yang dapat dilakukan guru:

a. Uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan

b. Pengamatan fenomena dunia nyata

c. Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh

d. Presentasi interaktif

e. Grafik dan sarana presentasi berwarna-warni

f. Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar

g. Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim

h. Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)

i. Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual

j. Pelatihan memecahkan masalah

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

3) Tahap Pelatihan (kegiatan inti)

Tujuan tahap pelatihan adalah membantu siswa atau pembelajar

mengintegrasikan, menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan

berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:

a. Aktivitas pemrosesan siswa

b. Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali

c. Simulasi dunia-nyata

d. Permainan dalam belajar

e. Pelatihan aksi pembelajaran

f. Aktivitas pemecahan masalah

g. Refleksi dan artikulasi individu

h. Dialog berpasangan atau berkelompok

i. Pengajaran dan tinjauan kolaboratif

j. Aktivitas praktis membangun keterampilan

k. Mengajar balik.

4) Tahap penampilan hasil

Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah guru hendaknya dapat

membantu siswa/pembelajar menerapkan dan memperluas pengetahuan

atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan

melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal – hal yang dapat

dilakukan adalah:

a. Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera

b. Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi

c. Aktivitas penguatan penerapan

d. Materi penguatan persepsi

e. Pelatihan terus menerus

f. Umpan balik dan evaluasi kinerja

g. Aktivitas dukungan kawan

h. Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.

The accelerated learning handbook (2003:109) membagi tahapan

pembelajaran SAVI sebagai berikut:

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan pembelajar

untuk belajar. Ini adalah langkah penting dalam belajar. Tahap persiapan

digunakan untuk menimbulkan minat para pembelajar, memberikan

perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang dan

menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.

Tujuan mempersiapkan pembelajar adalah untuk:

1) Mengajak pembelajar keluar dari keadaan mental yang pasif atau

resisten

2) Menyingkirkan rintangan belajar

3) Merangsang minat dan rasa ingin tahu pembelajar

4) Memberi pembelajar perasaan positif mengenai dan hubungan yang

bermakna dengan topik pelajaran

5) Menciptakan pembelajar aktif yang tergugah untuk berpikir, belajar,

mencipta dan tumbuh

6) Mengajak orang keluar dari keterasingan dan masuk ke dalam

komunitas belajar.

2. Tahap penyampaian materi

Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan

untuk mempertemukan pembelajar dengan materi belajar yang mengawali

proses belajar secara positif dan menarik. Tahap penyampaian materi ini

membantu pembelajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara

yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indera dan cocok

untuk semua gaya belajar. Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya

sesuatu yang dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif

melibatkan pembelajar dalam menciptakan pengetahuan di setiap

langkahnya.

3. Tahap pelatihan

Tahap pelatihan (integrasi) merupakan intisari Accelerated

Learning. Tujuan tahap pelatihan adalah membantu pembelajar

mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan. Beberapa

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

hal penting yang harus diperhatikan adalah peralihan dari pengajaran ke

pembelajaran, pembelajaran sejati dapat mengubah seseorang serta

memproses pembelajar.

4. Tahap penampilan hasil

Tujuan tahap penampilan hasil adalah memastikan bahwa

pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah mengalami

tiga tahap pertama dalam siklus pembelajaran, kita perlu memastikan

bahwa siswa melaksanakan dan terus mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan baru mereka pada pekerjaan mereka dengan cara-cara yang

dapat menciptakan nilai nyata bagi diri mereka sendiri.

Berdasarkan tahapan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pada

tahapan pelaksanaan model pembelajaran SAVI meliputi:

1) Tahap persiapan (Kegiatan Pendahuluan)

Pada tahapan ini guru menggali pengetahuan siswa serta

meningkatkan minat belajar siswa agar siswa termotivasi dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran.

2) Tahap penyampaian (Kegiatan Inti)

Guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran

dengan melibatkan semua panca indera yang dimiliki siswa berupa

kegiatan melakukan sesuatu, mendengarkan, melihat dan berfikir yang

melibatkan semua modalitas belajar siswa dalam pembelajaran SAVI

sehingga pembelajaran lebih bermakna dan membekas dibenak siswa.

3) Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)

Guru memberikan pelatihan keterampilan kepada siswa sehingga

dapat terjadi timbal balik positif sesuai tujuan pembelajaran.

4) Tahap penampilan (Kegiatan penutup)

Adanya refleksi terhadap proses pembelajaran serta penguatan

terhadap siswa.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

2.1.3.6 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran SAVI

1. Kelebihan model SAVI adalah:

a. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat

menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri

b. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan

c. Dapat membantu anak untuk merespon orang lain

d. Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam

belajar

e. Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial

f. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan

pemahamannya sendiri, menerima umpan balik

g. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan

kemampuan belajar abstrak menjadi nyata

h. Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk

berpikir.

2. Kelemahan model SAVI

a. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu

memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu

b. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan

dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai

c. Saat kegiatan diskusi berlangsung, ada kecenderungan memerlukan

waktu yang cukup lama.

2.1.4 Pembelajaran IPA di SD

IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam, terjemahan dari

kata-kata dalam Bahasa Inggris “ natural science” atau secara singkat sering

disebut “science” saja. Natural artinya alamiah atau berhubungan dengan alam ;

science artinya Ilmu Pengetahuan. Oleh karena itu sains didefinisikan sebagai

kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Pengertian atas istilah

sains sebagai Ilmu Pengetahuan Alam sangat beragam, menurut James Conant

dalam Samatowa (2011:1) sains diartikan sebagai suatu deretan konsep serta

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

skema konseptual yang berhubungan satu sama lain dan yang tumbuh sebagai

hasil dari eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan

dieksperimentasikan lebih lanjut.

Menurut Samatowa (2011: 19) sains didefinisikan sebagai ilmu

pengetahuanyang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan teori-

teori yang merupakan produk dari proses ilmiah, metode ilmiah dan sikap ilmiah

serta adanya suatu proses.

Dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu ilmu pengetahuan yang

diperoleh dengan cara terkontrol yang tersusun secara sistematis, berdasarkan

fakta-fakta, konsep, prinsip, penemuan, metode ilmiah dan sikap ilmiah yang

didasarkan pada hasil eksperimen atau observasi.

2.1.4.1 Tujuan IPA

Tujuan dari pelajaran IPA di SD yang tersirat dalam (Permendiknas) yaitu

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTS.

Tujuan pembelajaran IPA pada prinsipnya pembelajaran IPA di sekolah dasar

membekali siswa kemampuan berbagai cara untuk “mengetahui” dan “ cara

mengerjakan” yang dapat membantu siswa dalam memahami alam sekitar dengan

menggunakan model pembelajaran serta melibatkan peran aktif siswa sehingga

pembelajaran lebih bermakna.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

2.4.1.2 Ruang Lingkup IPA

Depdiknas (2006) menyebutkan bahwa “IPA disekolah dasar diajarkan

mulai kelas 1 hingga kelas 6. Adapun ruang lingkup yang dipelajari dari kelas I

hingga kelas VI adalah (1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu: manusia,

hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; lalu ada

juga tentang (2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat,

dan gas; kemudian (3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas,

magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; dan yang terakhir adalah (4) bumi

dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit

lainnya”.

2.4.1.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar diberikan dari siswa Sekolah Dasar

bahkan hingga Perguruan Tinggi. Tujuan dari diberikannya ilmu ini guna

memberikan bekal kepada siswa untuk dapat berfikir kritis, sistematis, kreatif dan

kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok serta menambah rasa

kepedulian siswa terhadap kehidupan manusia dan lingkungan sekitar.

Landasan yang dapat digunakan guna mengembangkan kemampuan IPA

adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Hal ini dapat diaplikasikan

untuk memecahkan beberapa permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dalam

hal yang terkait dengan IPA.

Standar Kompetensi (SK), merupakan ukuran kemampuan minimal yang

mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui dan

mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang

diajarkan.

Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK peserta didik yang

cakupan materinya lebih sempit dibanding dengan SK peserta didik.

Berikut ini tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA tentang

cahaya kelas 5 SD.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

Tabel 1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

6. Menerapkan sifat-sifat cahaya

melalui kegiatan membuat

suatu karya/model.

6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat

cahaya

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh beberapa

peneliti yang menggunakan model pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory,

Visualization and Intellectual) untuk memecahkan masalah pembelajaran IPA di

Sekolah Dasar. Penelitian tersebut antara lain: .

Penelitian yang dilakukan Rizki Sari Utami yang berjudul “Pengaruh

Penggunaan Pendekatan Somatic Auditory Visual Intellectual (SAVI) terhadap

Hasil Belajar IPA siswa kelas V di SDN Pluit 05 Pagi Jakarta Utara. Dari hasil

penghitungan uji hipotesis didapatkan t hitung = 4,42,sedangkan nilai t tabel = 1,703

pada taraf signifikansi α= 0,05. Berdasarkan nilai tersebut maka diperoleh nilai t

hitung > t tabel, ini berarti bahwa H0 ditolak dan selanjutnya H1 diterima. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh penggunaan pendekatan

Somatik Auditori Visual Intelektual “SAVI” terhadap hasil belajar IPA siswa

Hasil belajar IPA rata-rata untuk siswa yang proses pembelajaran melalui

pendekatan “SAVI” sebesar 22,37, sedangkan hasil belajar siswa yang diberi

pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional dengan rata-rata 18,66.

Kelebihan dari penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar serta

mengaktifkan siswa sehingga mereka dapat berfikir kritis dalam memecahkan

masalah materi pelajaran.

Penelitian yang dilakukan Wuri Rahayu Ningsih yang berjudul “Pengaruh

Penerapan Model Pembelajaran SAVI terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar IPA

Siswa Kelas IV SDN Sendangbumen 01 Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh dua kesimpulan yaitu yang pertama

terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran SAVI terhadap

aktivitas belajar. Pengaruh tersebut diketahui dari hasil perhitungan dengan

menggunakan rumus chi square jumlah X2 hitung = 17,924 > X2 tabel = 9,488

maka H0 ditolak, artinya pengaruh yang signifikan pada penerapan model

pembelajaran SAVI terhadap aktivitas belajar siswa kelas IV. Kedua, terdapat

pengaruh model pembelajaran SAVI terhadap hasil belajar siswa. Hasil tersebut

diperoleh dari pengujian pada data hasil belajar (gain score). Nilai probabilitas <

0,05 dan t hitung > t tabel (2,277 > 2,019) yang berarti menolak H0 , sehingga

dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Pembelajaran SAVI berpengaruh

positif terhadap hasil belajar IPA. Kelebihan dari penelitian ini adalah

meningkatnya aktivitas belajar siswa dan hasil belajar serta mengaktifkan siswa

sehingga mereka dapat berpikir kritis dalam memecahkan masalah materi

pelajaran.

Penelitian yang dilakukan Purwanti Silvianawati yang berjudul “Pengaruh

penerapan pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran SAVI

terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri Mangunsari 04

Salatiga semester 2 tahun 2010/2011”. Berdasarkan hasil analisis data diketahui

bahwa besarnya nilai t adalah 4,554 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000,

karena besarnya t hitung 4,554 > t tabel 2,131 maka hipotesis yang diajukan dapat

diterima, berarti ada perbedaan yang signifikan antara nilai posttest kelas kontrol

dengan nilai posttest kelas eksperimen. Ditinjau dari perbedaan penggunaan

model pembelajaran diperoleh nilai rata-rata prestasi untuk kelas eksperimen

82.8125 dan kelas kontrol 69.6875 sehingga penggunaan model pembelajaran

SAVI lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Dari hasil penelitian dapat

disarankan supaya menjadi bahan masukan untuk dapat menerapkan pembelajaran

tematik dengan menggunakan model pembelajaran SAVI pada saat proses belajar

mengajar sehingga hasil belajar siswa lebih optimal.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

2.3 Kerangka Pikir

Pelaksanaan pembelajaran umumnya masih menggunakan pembelajaran

konvensional di mana guru menjadi pihak yang aktif sementara peserta didik

cenderung pasif. Selain itu guru juga kurang kreatif dalam memberikan materi

serta tidak memaksimalkan penggunaan model dan media dalam pembelajaran.

Karena hal tersebut peserta didik kurang antusias dan tidak bersemangat dalam

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

Dalam mengatasi masalah tersebut, peneliti melakukan perbandingan

proses pembelajaran melalui penerapan model SAVI. Manfaat model SAVI ini

siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran

yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapatkan pengalaman

beraktivitas dalam proses pembelajaran serta pembelajaran bermakna dalam

pembelajaran IPA.

SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar

yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera dan

segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain

dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda.

Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan melalui bagan berikut:

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

Pretest

Kelompok kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran SAVI

Kelompok kelas kontrol menggunakan

pembelajaran konvensional

Somatic (Aktivitas Gerak) 1. Praktikum mengenai sifat –sifat cahaya

1. Siswa mendengarkan penjelasan guru

2. Siswa mempresentasikan hasil praktikum dan

mendengarkannya serta memberikan tanggapan

Auditory (Aktivitas Mendengarkan) Siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran

Guru dominan dalam kegiatan pembelajaran

1. Siswa mengamati proses praktikum sifat-sifat cahaya

Visualization (Aktivitas Melihat)

Hasil Evaluasi Pembelajaran Rendah Menanggapi hasil praktikum dan membuat kesimpulan tentang hasil praktikum

Intellectual (Aktivitas Berpikir)

Aktivitas dan Hasil Evaluasi Pembelajaran

Meningkat

Siswa Aktif dalam pembelajaran

Gambar 1 Kerangka Pikir

Dengan menggunakan pembelajaran SAVI aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat, dilihat dari hasil belajar siswa melalui penerapan

model pembelajaran SAVI tidak sama jika dibandingkan dengan hasil belajar melalui pembelajaran konvensional, sehingga terdapat

pengaruh dengan menggunakan model pembelajaran SAVI

Posttest

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3772/3/T1_292009011_BAB II.pdf · pengamatan atau observasi, wawancara, angket dan skala. Teknik

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian.

1. Hipotesis Penelitian

a. Tidak terdapat pengaruh pembelajaran yang signifikan melalui model

pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization and Intellectual)

terhadap aktivitas dan hasil belajar pada materi cahaya pada siswa kelas 5

di SDN Blotongan 03 Salatiga Tahun ajaran 2012/2013.

b. Terdapat pengaruh pembelajaran yang signifikan melalui model

pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization and Intellectual)

terhadap aktivitas dan hasil belajar pada materi cahaya pada siswa kelas 5

di SDN Blotongan 03 Salatiga Tahun ajaran 2012/2013.

2. Hipotesis Statistika

a. Aktivitas Belajar

H0 : µ1 = µ1’

Rata-rata skor aktivitas kelompok eksperimen sama dengan rata-rata skor

aktivitas kelompok kontrol artinya bahwa, tidak terdapat pengaruh

penggunaan model SAVI terhadap aktivitas siswa.

H1 : µ1 ≠ µ1’

Rata-rata skor aktivitas kelompok eksperimen tidak sama dengan rata-rata

skor aktivitas kelompok kontrol artinya bahwa, terdapat pengaruh

penggunaan model SAVI terhadap aktivitas siswa.

b. Hasil Belajar

H0 : µ2 = µ2’

Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen sama dengan rata-rata hasil

belajar kelompok kontrol artinya bahwa, tidak terdapat pengaruh

penggunaan model SAVI terhadap hasil belajar siswa.

H1 : µ2 ≠ µ2’

Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen tidak sama dengan rata-rata

hasil belajar kelompok kontrol artinya bahwa, terdapat pengaruh

penggunaan model SAVI terhadap hasil belajar siswa.