BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

14
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran Matematika dan Pembelajarannya Matematika memiliki banyak definisi dan tidak mempunyai definisi tunggal yang disepakati. Beberapa ahli matematika banyak yang berpendapat tentang definisi matematika. Akan tetapi, pengertian tersebut didasarkan pada sudut pandang kebutuhannya masing-masing. Pengertian dari beberapa ahli matematika tersebut dapat diterima karena matematika dapat dipandang dari segala sudut sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini definisi matematika menurut beberapa ahli. Menurut Chanles Echels dalam Anitah (2008:7.4), matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya. Menurut James dan James dalam Anitah (2008:7.4), matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya banyak dan terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Menurut Hudoyo dalam Anitah (2008:7.4), matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan yang logis. Berdasarkan pendapat dari ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri yang diatur menurut urutan yang logis. Pengertian belajar menurut Fontana (1981) adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman (Winataputra, 2008:1.8), sedangkan pembelajaran menurut Gagne, Briggs, dan Wager (1992) adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa (Winataputra, 2008:1.19). Menurut Muhsetyo dalam bukunya pembelajaran matematika SD (2008:1.26), pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/3/T1_292009018_BAB II.pdf · matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Mata Pelajaran Matematika dan Pembelajarannya

Matematika memiliki banyak definisi dan tidak mempunyai definisi

tunggal yang disepakati. Beberapa ahli matematika banyak yang berpendapat

tentang definisi matematika. Akan tetapi, pengertian tersebut didasarkan pada

sudut pandang kebutuhannya masing-masing. Pengertian dari beberapa ahli

matematika tersebut dapat diterima karena matematika dapat dipandang dari

segala sudut sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini definisi matematika

menurut beberapa ahli.

Menurut Chanles Echels dalam Anitah (2008:7.4), matematika adalah ilmu

tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya. Menurut James dan James

dalam Anitah (2008:7.4), matematika adalah ilmu tentang logika mengenai

bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep hubungan lainnya yang jumlahnya

banyak dan terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

Menurut Hudoyo dalam Anitah (2008:7.4), matematika berkenaan dengan ide-ide,

struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan yang logis.

Berdasarkan pendapat dari ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya

yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri yang diatur

menurut urutan yang logis.

Pengertian belajar menurut Fontana (1981) adalah suatu proses perubahan

yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman

(Winataputra, 2008:1.8), sedangkan pembelajaran menurut Gagne, Briggs, dan

Wager (1992) adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan

terjadinya proses belajar pada siswa (Winataputra, 2008:1.19).

Menurut Muhsetyo dalam bukunya pembelajaran matematika SD

(2008:1.26), pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman

belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/3/T1_292009018_BAB II.pdf · matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya

9

sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang

dipelajari.

Menurut Nickson (2011), pembelajaran matematika adalah pemberian

bantuan kepada siswa untuk membangun konsep-konsep dan prinsip-prinsip

matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi (arahan

terbimbing) sehingga konsep atau prinsip itu terbangun. Pendapat tersebut

menandakan bahwa guru dituntut untuk dapat mengaktifkan siswanya selama

pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru

melainkan pada siswa. Guru bukan mentransfer pengetahuan pada siswa tetapi

juga membantu siswa untuk membentuk sendiri pengetahuannya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada

siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana untuk membangun konsep-

konsep dan prinsip-prinsip matematika dengan kemampuan sendiri sehingga siswa

memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.

Adapun fungsi mata pelajaran Matematika adalah untuk menentukan

kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen

sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta

sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, dan diagram dalam

menyeleseikan masalah (Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun 2004).

Tujuan umum pembelajaran Matematika dijenjang pendidikan dasar

sebagaimana yang tercantum dalam Kurikulum Pendidikan Dasar 2004 yaitu :

1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, ekplorasi, eksperimen, menunjukkan

kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten.

2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin

tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan,

grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. ( Anitah, 2008:7.30)

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/3/T1_292009018_BAB II.pdf · matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya

10

Sedangkan pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat

dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Depdiknas 2003

dalam Anitah (2008:7.31).

Standar untuk mengetahui tercapainya tujuan pembelajaran dapat

ditetapkan melalui standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar kompetensi

dan kompetensi dasar matematika disusun sebagai landasan pembelajaran untuk

mengembangkan kemampuan di atas. Selain itu, dimaksudkan pula untuk

mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan

masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol,

tabel, diagram, dan media lain. Standar Kompetensi (SK) merupakan ukuran

kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap

tingkatan dari suatu materi yang diajarkan. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD)

merupakan penjabaran dari Standar Kompetensi (SK) peserta didik yang cakupan

materinya lebih sempit dibandingkan dengan standar kompetensi (Hardini,

2012:159).

Berikut ini tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika

kelas 5 SD semester 2 tentang mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan

bangun ruang.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/3/T1_292009018_BAB II.pdf · matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya

11

Tabel 1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Geometri dan Pengukuran

6. Memahami sifat-sifat bangun

dan hubungan antar bangun

6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat

bangun datar

6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat

bangun ruang

Sumber: Badan Nasional Standar Pendidikan, 2004:428

2.1.2 Metode Penemuan Terbimbing

2.1.2.1 Pengertian Metode Penemuan Terbimbing

Dalam Sabri (2007:49), metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik

penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan

bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok.

Metode discovery merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara

belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri dan menyelidiki sendiri, maka hasil

yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan serta tidak akan mudah

dilupakan siswa (Asmani, 2011:154).

Metode discovery terdiri dari metode discovery murni dan metode

discovery terpimpin. Metode discovery murni merupakan metode yang tidak

terstruktur, dimana siswa mengidentifikasi pola dan hubungan tanpa bimbingan

dari guru. Penelitian mengindikasikan bahwa discovery yang tak terstruktur

kurang efektif daripada discovery terpimpin karena waktu tidak dimanfaatkan

dengan efektif dan tanpa bimbingan. Siswa seringkali tersesat, frustasi dan

kebingungan ini dapat menggiring pada kesalahpahaman. Carlk & Mayer dalam

Jacobsen (2009:210).

Metode discovery yang dapat diterapkan pada siswa usia SD adalah

metode penemuan terbimbing. Hal itu dikarenakan siswa kelas 5 SD yang berusia

antara 10-11 tahun. Anak seusia tersebut masih sangat memerlukan bimbingan

dan arahan dari guru. Namun, petunjuk atau bimbingan harus dilakukan

sedemikian rupa sehingga siswa tetap lebih aktif dalam memecahkan masalah

untuk menemukan (Simamora, 2011). Oleh sebab itu, metode penemuan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/3/T1_292009018_BAB II.pdf · matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya

12

(discovery) yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penemuan

terbimbing (guided discovery).

Metode Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) dilakukan dengan guru

memberikan beberapa petunjuk kepada siswa untuk membantu siswa menghindari

jalan buntu. Guru memberi pertanyaan atau mengungkapkan dilema yang

membutuhkan pemecahan-pemecahan, menyediakan materi-materi yang sesuai

dan menarik, serta meningkatkan kemampuan siswa untuk mengemukakan dan

menguji hipotesis (Anitah, 2008:1.9).

Menurut Eggen & Kauchak (2007) dalam Jacobsen ( 2009:209), guided

discovery merupakan suatu metode pengajaran yang dirancang untuk mengajarkan

konsep-konsep dan hubungan antarkonsep. Menurut Sund dan Trowbridge dalam

Hamruni (2008:53), pembelajaran penemuan terbimbing adalah suatu metode

pembelajaran yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau

petunjuk yang cukup luas kepada siswa.

Dalam Muhsetyo (2008:1.35), metode penemuan terbimbing adalah

suatu metode pembelajaran yang mana guru membimbing siswa-siswanya dengan

menggunakan langkah-langkah yang sistematis sehingga mereka merasa

menemukan sesuatu. Apa yang diperoleh siswa bukanlah temuan-temuan baru

bagi guru, tetapi bagi siswa dapat mereka rasakan sebagai temuan baru. Melalui

metode penemuan terbimbing ini diyakini siswa akan lebih aktif melakukan

kegiatan melalui arahan dan bimbingan guru. Hal sedemikian dapat membuat

pembelajaran menjadi lebih bermakna (meaningful learning).

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa metode penemuan terbimbing yaitu metode pembelajaran yang melibatkan

siswa aktif melakukan kegiatan penemuan melalui langkah-langkah yang

sistematis dengan bimbingan guru.

2.1.2.2 Langkah-Langkah Metode Penemuan Terbimbing

Menurut Suchman dalam Hamdani (2011:185) menyebutkan sembilan

langkah “Guided Discovery Lesson” yaitu:

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/3/T1_292009018_BAB II.pdf · matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya

13

1) Adanya problema yang akan dipecahkan yang dinyatakan dengan

“pernyataan” atau “pertanyaan”.

2) Jelas tingkat atau kelasnya (dinyatakan dengan jelas tingkat siswa yang akan

diberi pelajaran).

3) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan tersebut

perlu ditulis dengan jelas.

4) Alat atau bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam

melaksanakan kegiatan penemuan.

5) Diskusi sebagai pengarahan dilakukan dalam bentuk tanya jawab antara siswa

dan guru sebelum para siswa melakukan kegiatan penemuan.

6) Kegiatan pembelajaran penemuan dapat berupa penyelidikan atau percobaan

untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.

7) Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental

operational siswa yang diharapkan dalam kegiatan.

8) Pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepada pengembangan kegiatan

penyelidikan siswa perlu diberikan.

9) Catatan guru meliputi penjelasan tentang bagian-bagian yang sulit dari

pelajaran dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilannya,

terutama bila kegiatan penyelidikan mengalami kegagalan atau tidak berjalan

seperti yang direncanakan.

Menurut Soli Abimanyu dalam Maryati (2011), tahap-tahap

pembelajaran dalam metode penemuan terbimbing meliputi:

1) Kegiatan persiapan

Guru bertugas mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa (need asessment),

merumuskan tujuan pembelajaran, menyiapkan problem materi pelajaran yang

akan dipecahkan dan menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2) Kegiatan pelaksanaan penemuan

Memotivasi siswa mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan atau

tugas yang dilakukan, mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya

melalui kegiatan penemuan, diskusi pengarahan dilanjutkan pelaksanan

penemuan berupa kegiatan percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/3/T1_292009018_BAB II.pdf · matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya

14

membimbing siswa dengan informasi, menganalisis data, merangsang

interaksi serta memberikan pujian dilanjutkan siswa melaporkan hasil

penemuannya. Kemudian guru melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan

serta melakukan tindak lanjut.

Sedangkan dalam Winataputra (2008:3.19), langkah-langkah

pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing adalah sebagai berikut:

1) Stimulus (pemberian perangsang atau stimuli)

Kegiatan belajar dimulai dengan memberikan pertanyaan yang merangsang

berpikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk membaca buku dan

aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2) Problem Statement (mengidentifikasi masalah)

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak

mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian memilih

dan merumuskannya dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara dari masalah

tersebut).

3) Data collection (pengumpulan data)

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan informasi yang

relevan yang sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar tidaknya

hipotesis tersebut.

4) Data processing (pengolahan data)

Mengolah data yang telah diperoleh siswa melalui kegiatan wawancara,

observasi dan lain-lain.

5) Verification

Mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya

hipotesis yang ditetapkan dan dihubungkan dengan hasil serta pengolahan

data.

6) Generalisasi

Mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum yang

berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan

hasil verifikasi.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/3/T1_292009018_BAB II.pdf · matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya

15

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah pembelajaran metode penemuan terbimbing meliputi:

1) Mengarahkan siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan perlengkapan yang

dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang

diberikan guru.

2) Mengorganisasikan siswa dalam belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas

yang berkaitan dengan masalah serta menyediakan alat.

3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru membimbing dan mendorong siswa melaksanakan eksperimen atau

percobaan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.\

4) Menyajikan atau mempresentasikan hasil kegiatan

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang

sesuai seperti laporan atau model yang membantu mereka untuk berbagi tugas

dengan temannya.

5) Mengevaluasi kegiatan

Guru membantu siswa untuk merefleksi penyelidikan dan proses penemuan.

Berdasarkan kesimpulan langkah-langkah pembelajaran metode

penemuan terbimbing, maka langkah-langkah pembelajaran metode penemuan

terbimbing dalam pembelajaran matematika yaitu:

1) Mengarahkan siswa pada masalah

a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menyiapkan macam-macam

bangun datar dan bangun ruang.

b) Guru memberikan pertanyaan atau permasalahan seputar bangun datar

dan bangun ruang.

c) Siswa mengamati bangun datar dan bangun ruang yang dibawa guru dan

aktif turut serta dalam memecahkan masalah yang diberikan guru.

2) Mengorganisasikan siswa dalam belajar

a) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/3/T1_292009018_BAB II.pdf · matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya

16

b) Setiap kelompok mendapatkan macam-macam bangun datar dan bangun

ruang serta lembar petunjuk.

3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Siswa mengamati dan mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan bangun

ruang secara kelompok berdasarkan lembar petunjuk dan bimbingan guru.

4) Menyajikan atau mempresentasikan hasil kegiatan

Siswa membuat laporan hasil diskusi dan kesimpulan, serta perwakilan

kelompok mempresentasikan hasil diskusinya tentang mengidentifikasi sifat-

sifat bangun datar dan bangun ruang.

5) Mengevaluasi kegiatan

Siswa mengerjakan tes evaluasi.

2.1.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Metode Penemuan Terbimbing

a. Kelebihan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing

Dalam Soedjana (1986: 81), kelebihan metode penemuan terbimbing yaitu:

1) Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan

kemampuan untuk menemukan hasil akhir.

2) Siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab ia mengalami sendiri proses

menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat.

3) Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong

ingin menemukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.

4) Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih

mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.

5) Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

b. Kelemahan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing

Dalam Soedjana (1986: 81-82), kelemahan metode penemuan terbimbing

yaitu:

1) Metode ini banyak menyita waktu, juga tidak menjamin siswa tetap

bersemangat menemukan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/3/T1_292009018_BAB II.pdf · matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya

17

2) Tidak semua guru mempunyai selera atau kemampuan mengajar dengan

cara penemuan.

3) Tidak semua anak mampu melakukan penemuan.

4) Metode ini tidak dapat digunakan untuk mengajarkan setiap topik.

5) Kelas yang banyak muridnya akan sangat merepotkan guru dalam

memberikan bimbingan dan pengarahan belajar.

2.1.3 Hasil Belajar

Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku akibat proses

belajar mengajar (Sudjana, 2012:3). Dalam Purwanto (2008:34), hasil belajar

merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar.

Menurut Tri Ani (2006:5), hasil belajar merupakan perubahan perilaku

yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar

adalah perubahan yang mengakibatkan seseorang berubah dalam sikap dan

tingkah lakunya (Winkel dalam Purwanto, 2008:45). Aspek perubahan itu

mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom,

Simpson dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotorik.

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui

seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk

mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran

menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat (Purwanto, 2008: 44).

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa setelah mengalami proses belajar

mengajar yang dapat diukur menggunakan alat evaluasi.

Pengumpulan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik dapat

dilakukan dengan beragam teknik, baik berhubungan dengan proses belajar

maupun hasil belajar. Teknik pengumpulan informasi tersebut pada prinsipnya

adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan

berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/3/T1_292009018_BAB II.pdf · matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya

18

kognitif, afektif maupun psikomotor. (Depdiknas, 2006). Secara umum teknik

asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu teknik tes dan non tes.

Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar

siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan

pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran (Sudjana, 2012:35).

Ada dua jenis tes yaitu tes uraian atau tes essay dan tes objektif. Tes uraian terdiri

dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian berstruktur. Sedangkan tes objektif

terdiri dari bentuk pilihan benar salah, pilihan berganda dengan berbagai

variasinya, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi.

Teknik non tes merupakan teknik penilaian berisi pertanyaan atau

pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Alat penilaian non tes

yang sering digunakan antara lain kuesioner dan wawancara, skala (skala

penilaian, skala sikap, skala minat), observasi atau pengamatan, studi kasus dan

sosiometri (Sudjana, 2012:67).

2.1.4 Hubungan Hasil Belajar dengan Metode Penemuan Terbimbing

Menurut Mc Namara & Healy dalam Winataputra (2008:6.25), dalam

beberapa penelitian ditemukan bahwa seseorang akan mengingat dan

menggunakan kembali pengetahuan yang diperoleh apabila pengetahuan tersebut

dihasilkan dari upaya mengkonstruksi sendiri melalui pengalaman (learning by

doing) dalam bentuk eksplorasi dan memanipulasi. Dengan begitu, akan

menjadikan sesuatu yang dipelajari diingat untuk waktu lama khususnya oleh

anak-anak usia sekolah dasar. Sesuai dengan tahap perkembangannya, mereka

lebih mudah memahami suatu fenomena melalui pengalaman konkret

dibandingkan hanya mendengar ceramah dari guru saja. Hal tersebut sejalan

dengan metode penemuan terbimbing yaitu metode pembelajaran yang melibatkan

siswa aktif melakukan kegiatan penemuan melalui langkah-langkah yang

sistematis dengan bimbingan guru.

Penerapan metode penemuan terbimbing dilaksanakan melalui lima tahap

kegiatan yaitu: (1) mengarahkan siswa pada masalah, (2) mengorganisasikan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/3/T1_292009018_BAB II.pdf · matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya

19

siswa dalam belajar, (3) membimbing penyelidikan individual atau kelompok, (4)

menyajikan atau mempresentasikan hasil kegiatan, (5) mengevaluasi kegiatan.

Alasan yang mendasari penerapan metode penemuan terbimbing dalam

pembelajaran matematika karena metode ini menekankan pada pengalaman

konkret siswa dalam menemukan suatu konsep pembelajaran. Siswa diajak

berpartisipasi aktif dalam menemukan konsep pembelajaran melalui kegiatan

penemuan sehingga metode ini tepat diterapkan pada anak masa usia operasional

konkret karena sesuai dengan karakteristik anak kelas 5 SD yang aktif bergerak

dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Melalui metode penemuan

terbimbing, siswa akan lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.

Selain itu, materi pelajaran akan terus diingat dan tidak mudah dilupakan oleh

siswa karena siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian,

melalui metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti lain menggunakan

metode penemuan terbimbing digunakan untuk menguatkan penelitian ini.

Penelitian tersebut antara lain:

Penelitian Dwi Maryati (2011) yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil

Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA melalui Penerapan Pembelajaran

Penemuan Terbimbing pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Werdoyo Kecamatan

Godong Kabupaten Grobogan Semester II Tahun 2010/2011”. Dalam penelitian

ini dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran penemuan terbimbing dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Pada pra siklus, terdapat 17 siswa atau 40%

siswa tuntas belajar. Pada siklus I terdapat 34 siswa atau 79% siswa tuntas dengan

rata-rata 75. Pada siklus II terdapat 43 siswa atau 100% siswa tuntas dengan nilai

rata-rata 86,25.

Penelitian Jamil Makhmudin (2010) yang berjudul “Penggunaan Metode

Belajar Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa

Kelas IV SDN 2 Wonokromo Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Semester 1

Tahun Pelajaran 2009/2010”. Penelitian ini juga berhasil meningkatkan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/3/T1_292009018_BAB II.pdf · matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya

20

ketuntasan hasil belajar siswa walaupun belum 100%. Pada pra siklus, terdapat

18 siswa atau 46% dari 39 siswa yang tuntas, dan pada siklus II terdapat 31 siswa

atau 79% tuntas dari 39 siswa.

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dalam pembelajaran

matematika di kelas 5 SDN Langensari 03 Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten

Semarang, guru merupakan figur sentral dan pengendali dari seluruh kegiatan

belajar. Pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru (teacher centered). Guru

masih menggunakan pembelajaran konvensional dalam mengajar sehingga siswa

diberi materi secara penuh. Aktivitas guru masih terlihat sangat dominan

dibandingkan dengan aktivitas siswa. Hal itu terjadi karena guru kurang

profesional dalam memilih metode pembelajaran yang menarik dan mengaktifkan

siswa dalam pembelajaran. Akibatnya, pemahaman siswa terhadap mata pelajaran

matematika yang diajarkan masih sangat rendah karena siswa kurang kreatif,

kurang mendapatkan pengalaman belajar, dan tidak aktif serta kurang antusias

dalam pembelajaran. Pembelajaran matematika juga terasa membosankan karena

guru tidak menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

perkembangan kognitif anak usia SD.

Upaya yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut yaitu dengan

menggunakan metode penemuan terbimbing atau guided discovery learning pada

pembelajaran matematika. Metode penemuan terbimbing yaitu metode

pembelajaran yang melibatkan siswa aktif melakukan kegiatan penemuan melalui

langkah-langkah yang sistematis dengan bimbingan guru. Pembelajaran

menggunakan metode penemuan terbimbing dilaksanakan melalui lima tahap

kegiatan yaitu: (1) mengarahkan siswa pada masalah, (2) mengorganisasikan

siswa dalam belajar, (3) membimbing penyelidikan individual atau kelompok, (4)

menyajikan atau mempresentasikan hasil kegiatan, (5) mengevaluasi kegiatan.

Metode penemuan terbimbing tepat diterapkan pada anak masa usia

operasional konkret karena metode ini menekankan pada pengalaman konkret

siswa dalam menemukan suatu konsep pembelajaran. Siswa diajak berpartisipasi

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3779/3/T1_292009018_BAB II.pdf · matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya

21

aktif dalam menemukan konsep pembelajaran melalui kegiatan penemuan. Hal ini

juga sesuai dengan karakteristik anak kelas 5 SD yang aktif bergerak dan

mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi sehingga dapat menjadikan siswa lebih

aktif dalam pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran matematika.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

1) Metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar matematika

pada siswa kelas 5 SDN Langensari 03 Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten

Semarang semester 2 tahun pelajaran 2012/2013.

2) Penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar

matematika pada siswa kelas 5 SDN Langensari 03 Kecamatan Ungaran Barat

Kabupaten Semarang semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 melalui lima

tahap kegiatan yaitu: (1) mengarahkan siswa pada masalah, (2)

mengorganisasikan siswa dalam belajar, (3) membimbing penyelidikan

individual atau kelompok, (4) menyajikan atau mempresentasikan hasil

kegiatan, (5) mengevaluasi kegiatan.