BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

19
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori pada penelitian ini berisi tinjauan sejumlah kajian yang berkaitan dengan 1) Group Investigation, 2) Keaktifan belajar Matematika, dan 3) Hasil belajar. 2.1.1 Group Investigation Teknik pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah Group Investigation. Group Investigation termasuk dalam salah satu model pembelajaran kooperatif dimana dalam pembelajaran membentuk kelompok-kelompok kecil untuk melatih siswa agar berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. untuk lebih memahami bagaimana pembelajaran Group Investigation penjelasannya adalah sebagai berikut : 2.1.1.1 Hakikat Group Investigation Awal mula adanya pembelajaran kooperatif berasal dari adanya pandangan filosofis terhadap konsep belajar yang berpendapat bahwa seseorang harus memiliki pasangan atau teman untuk belajar bersama dan diajak memecahkan masalah bersama. Menurut Johnson dalam Lie (2003:17) yang dimaksud pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas menjadi suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda (tinggi, sedang, dan rendah). Setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran dan menyelesaikan tugas kelompok. Pendapat lain dikemukakan oleh Sanjaya (2007:239) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam pengelompokan yang terdiri dari 4-6 orang yang mempunyai kemampuan akademik, jenis kelamin, suku, yang heterogen.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori

pada penelitian ini berisi tinjauan sejumlah kajian yang berkaitan dengan 1)

Group Investigation, 2) Keaktifan belajar Matematika, dan 3) Hasil belajar.

2.1.1 Group Investigation

Teknik pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah Group

Investigation. Group Investigation termasuk dalam salah satu model pembelajaran

kooperatif dimana dalam pembelajaran membentuk kelompok-kelompok kecil

untuk melatih siswa agar berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. untuk lebih

memahami bagaimana pembelajaran Group Investigation penjelasannya adalah

sebagai berikut :

2.1.1.1 Hakikat Group Investigation

Awal mula adanya pembelajaran kooperatif berasal dari adanya pandangan

filosofis terhadap konsep belajar yang berpendapat bahwa seseorang harus

memiliki pasangan atau teman untuk belajar bersama dan diajak memecahkan

masalah bersama. Menurut Johnson dalam Lie (2003:17) yang dimaksud

pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas menjadi

suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan

maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok

tersebut. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana

siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan

yang berbeda (tinggi, sedang, dan rendah). Setiap anggota saling kerjasama dan

membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran dan menyelesaikan tugas

kelompok. Pendapat lain dikemukakan oleh Sanjaya (2007:239) bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana sistem

belajar dan bekerja dalam pengelompokan yang terdiri dari 4-6 orang yang

mempunyai kemampuan akademik, jenis kelamin, suku, yang heterogen.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

7

Menurut Lie (2002:54) macam-macam model pembelajaran kooperatif

yaitu mencari pasangan, bertukar pasangan, TPS (Think Pair Square), berkirim

salam dan soal, NHT (Number Heads Together), kepala bernomor terstruktur,

keliling kelompok, kancing gemerincing, keliling kelas, lingkaran kecil lingkaran

besar, tari bambu, jigsaw, cerita berpasangan dan TSTS ( two stay two stray).

Sedangkan Asma (2006:51) mengemukakan beberapa model pembelajaran

kooperatif antara lain: STAD (Student Team Achievement Division), TGT (Team

Game Tournaments), TAI (Team Assisted Individualization), CIRC (Cooperative

Integrated Reading and Composition), Jigsaw, GI (Group Investigation).

Group Investigation dikembangkan oleh Sharan & Sharan pada tahun

1970. Model pembelajaran ini banyak melibatkan siswa dalam kegiatan

pembelajaran. Menurut Killen dalam Fitriana (2010:-) Group Investigation ini

melatih siswa untuk dapat berkomunikasi dan menguasai keterampilan-

keterampilan proses kelompok.

Pembelajaran Group Investigation dilakukan dengan cara membagi jumlah

siswa ke dalam beberapa kelompok yang heterogen yang terdiri dari lima atau

enam orang. Namun, jumlah anggota tiap kelompok fleksibel tergantung dengan

kondisi kelas. Menurut Joyce & Weil dalam Fitriana (2010:-) kedudukan guru

dalam model pembelajaran ini hanya berperan sebagai fasilitator yang

mengarahkan proses yang terjadi dalam kelompok. Ia berfungsi sebagai

pembimbing akademik”. Menurut Suherman dalam Fitriana (2010:-) “Pada kelas

yang menerapkan model investigasi kelompok, guru cenderung berperan sebagai

konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang membangun. Guru membimbing dan

mengarahkan kelompok melalui tiga tahap : yakni 1). Tahap pemecahan masalah,

2). Tahap pengelolaan kelas, dan 3). Tahap pemaknaan secara perorangan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan salah satu dari model

pembelajaran di atas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation, karena Group Investigation akan membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara materi yang yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

8

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan pembelajaran Group

Investigation ini keaktifan belajar siswa meningkat dan hasil pembelajarannya

diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

Soedjadi (1999:162) mengemukakan bahwa “model pembelajaran

„investigasi‟ dapat dipandang sebagai model belajar berbasis pemecahan masalah

atau model penemuan. Tetapi model belajar investigasi memiliki kemungkinan

besar berhadapan dengan masalah yang divergen serta alternatif perluasan

masalahnya. Dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan sasaran atau tujuan

yang ingin dicapai, tentang suatu konsep atau prinsip”.

Menurut Santyasa dalam Fitriana (2010:-) “kelas merupakan cermin

masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tenntang kehidupan

di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar

pribadi”. Winataputra (1992:39) menambahkan bahwa “model Group

Investigation atau investigasi kelompok telah digunakan dalam berbagai situasi

dan dalam berbagai bidang studi dan berbagai tingkat usia”. Model pembelajaran

ini dirancang untuk membimbing siswa dalam mendefinisikan masalah,

mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah, mengumpulkan data yang

relevan, mengembangkan dan mengetes hipotesis.

Menurut Depdiknas, pada penerapan Group Investigation guru hendaknya

mengarahkan, membantu para siswa menemukan informasi, dan menjadi salah

satu sumber belajar untuk menciptakan lingkungan sosial yang demokratif dan

berproses ilmiah. Sejalan dengan hal tersebut, Winataputra dalam Fitriana (2010:-

) menyatakan bahwa adanya sifat demokrasi dalam Group Investigation ditandai

oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan atau diperkuat oleh pengalaman

kelompok dalam konteks masalah yang menjadi titik sentral kegiatan belajar.

Tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara

kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang berlangsung pembelajaran serta

membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung yang dibutuhkan para pelajar

untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan untuk

melakukan pemecahan kelompok.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

9

Sedangkan menurut Ibrahim, dkk (2000:23) menyatakan dalam kooperatif

tipe Group Investigation guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok denga

5 atau 6 siswa heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang

sama dalam topik tertentu. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan

pertukaran pemikiran para siswa.

Model pembelajaran Group Investigation merupakan strategi pemberian

tugas pemecahan masalah melalui penyelidikan yang dikerjakan oleh kelompok

kecil yaitu 3 sampai dengan 6 orang siswa heterogen dengan mempertimbangkan

keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Jadi, siswa dapat memilih

sendiri topik yang akan dipelajari dan kelompok menyusun strategi penyelidikan

dan membuat pembagian kerja dalam kelompok untuk menangani konsep-konsep

penyelidikan yang telah disusun. Dalam diskusi diharapkan siswa dapat aktif

dalam bertukar pemikiran dan berpendapat.

Menurut Alma, dkk dalam Fitriana (2010:-) Group Investigation diartikan

sebagai berikut :

Setelah dibentuk kelompok oleh peserta didik, mereka diberi materi

dan permasalahan. Untuk memecahkan masalah ini, peserta didik

bisa mencari data di kelas atau di luar kelas. Kemudian pada

waktunya mereka harus melaporkan hasil kelompok dan analisis dan

kesimpulan.

Berdasarkan beberapa pemaparan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa

Group Investigation pada prinsipnya merupakan suatu penyelidikan terhadap

peristiwa, masalah, atau topik tertentu melalui pengumpulan fakta-fakta atau

nformasi guna memperoleh jawaban atas pemahaman yang lebih jelas tentang

suatu persoalan. Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa

dalam pembelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara

kelompok dalam menyelidiki, menemukan, dan memecahkan masalah.

2.1.1.2 Teori Belajar yang Mendasari Group Investigation

Teori belajar yang mendasari Group Investigation adalah teori

konstruktivisme yang digagas oleh Piaget dan Vygotsky. Teori ini menyarankan

penggunaan kelompok belajar yang anggotanya terdiri dari siswa dengan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

10

kemampuan beragam agar nantinya dapat bertukar pikiran dan terjadi perubahan

konseptual.

Psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme dalam proses

belajar adalah Piaget. Budiningsih (2005:98) mengemukakan bahwa “Piaget

cenderung menganut teori psikogenesis, artinya pengetahuan berasal dari

individu”. Menurut pandangan ini, siswa berdiri terpisah dan berinteraksi dengan

lingkungan sehingga perkembangan kognitif anak sebagian besar bergantung

seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungan.

Piaget berpenadapat bahwa adaptasi merupakan suatu keseimbangan antara

asimilasi dan akomodasi. Andaikan dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat

mengadakan adaptasi terhadap lingkungan, maka terjadilah ketidakseimbangan.

Pada keadaan seperti ini seseorang mengadakan akomodasi yaitu: membentuk

skema baru yang cocok dengan rangsangan baru, atau memodifikasi skema baru

yang cocok dengan pertumbuhan rangsangan itu. Perkembangan kognitif

merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan

seimbang. Tetapi bila terjadi kembali keseimbangan maka individu itu berada

pada tingkat kognitif yang lebih tinggi daripada sebelumnya.

Dalam penerapan model pembelajaran Group Investigation, siswa dituntut

aktif terlibat dalam mengerjakan tugas-tugas. Hal ini dimaksudkan agar sswa

dapat terlibat langsung dalam menemukan konsep-konsep baru bagi dirinya

dengan menerapkan keterampilan-keterampilan interpersonal. Sejalan dengan

teori “Piaget” menurut Budiningsih (2005:98) perkembangan kognitif akan terjadi

dalam interaksi antara siswa dengan kelompok sebayanya daripada dengan orang-

orang yang lebih dewasa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa interaksi antara

siswa dalam pembelajaran kooperatif akan membantu meningkatkan

perkembangan kognitif siswa.

Di samping teori Piaget, teori Vygotsky sekarang ini didasari sebagai salah

satu teori penting dalam psikologi perkembangan. Kemudian Vygotsky dalam

Isjoni (2009:39) mengemukakan “pembelajaran merupakan perkembangan suatu

pengertian”. Sumbangan terpenting dari teori Vygotsky adalah penekanan pada

hakekat sosiokultural dari pembelajaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

11

manusia berasal dari interaksi sosial masing-masing individu. Vygotsky yakin

bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau menangani tugas-tugas itu

masih berada dalam Zone Of Proximal Development adalah tingkat

perkembangan sedikit di atas perkembangan seseorang saat ini.

Ide penting lain dari Vygotsky adalah Scaffolding, yakni memberikan

sejumlah bantuan kepada anak pada tahap awal belajar, kemudian mengurangi dan

memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawabnya

sendiri saat mereka mampu. Menurut Isjoni (2009:40) dalam teori Vygotsky

dijelaskan “ada hubungan langsung antara domain kognitif dengan sosial budaya”.

Kualitas berpikir siswa di bangun di dalam ruang kelas, sedangkan aktivitas

sosialnya di kembangkan dalam bentuk kerjasama anatara pelajar dengan pelajar

lainnya yang lebih mampu dengan bimbingan orang dewasa dalam hal ini guru.

Menurut Sutawidjaja (Abdussakir‟s Blog.htm 21 Februari 2010) bahwa

belajar kooperatif adalah salah satu alternatif yang perlu di galakkan dalam

kontruktivisme karena pertimbangan sebagai berikut:

a) Siswa yang sedang menyelesaikan masalah bersama-sama dengan teman

sekelompoknya dalam kegiatan belajar kelompok masing-masing melihat

bagaimana masalah itu dan merancang pemecahannya. Kegiatan ini merupakan

cara menumbuhkan refleksi yang membutuhkan kesadaran tentang apa yang

sedang dipikirkan dan dikerjakan. Dengan demikian menyediakan kesempatan

siswa untuk mengabstrasikan secara aktif.

b) Menjelaskan sesuatu kepada teman biasanya mengarah kepada siswa untuk

melihat sesuatu lebih jelas dan seringkali menemukan ketidak konsistenan pada

pikirannya sendiri.

c) Ketika suatu kelompok kecil menerangkan solusinya ke seluruh kelas (tidak

peduli apakah solusi layak atau tidak), kelompok itu memperoleh kesempatan

yang berharga untuk mempelajari hasil yang mereka buat.

d) Mengetahui bahwa ada teman sekelompoknya yang belum bisa menjawab,

akan meningkatkan kegairahan setiap anggota kelompok untuk mencoba

menemukan jawabannya.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

12

e) Keberhasilan suatu kelompok menemukan suatu jawaban akan menumbuhkan

motivasi mereka untuk menghadapi masalah baru.

2.1.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Group Investigation

Setiap teknik pembelajaran memiliki kelebihan maupun kekurangan,

begitu juga dengan pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini. Group

Investigation memiliki kelebihan yakni mampu menciptakan cara belajar siswa

menjadi lebih aktif, menumbuhkan motivasi belajar mandiri dalam diri siswa,

dapat menumbuhkan minat dan kreativitas siswa, lebih memupuk cara berpikir

analitis, serta dapat meningkatkan kepedulian antar anggota dalam belajar.

Di samping memiliki beberapa kelebihan yang sudah disebutkan,

pembelajaran Group Investigation memiliki beberapa kekurangan yakni bahan

ajar banyak tetapi waktu yang disediakan sedikit dan siswa yang malas memiliki

kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompoknya dan memungkinkan akan

mempengaruhi kelompoknya sehingga usaha kelompok tersebut gagal. Untuk

mencegah terjadinya kekurangan atau kelemahan tersebut terjadi maka dalam

penelitian ini materi ajar yang digunakan hanya 1 KD sehingga materi tidak

terlalu banyak karena dalam 1 KD diselesaikan untuk 2 siklus atau 6 kali

pertemuan dengan 4 kali pertemuan khusus untuk KBM. Untuk menyiasati

adanya siswa yang malas, guru mengawasi saat kegiatan investigasi kelompok

berlangsung dengan berkeliling ke setiap kelompok, sehingga siswa tidak

memiliki kesempatan untuk berpangku tangan dalam kerja kelompok.

2.1.1.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Group Investigation

Di dalam investigasi kelompok, enam tahap yang dikemukakan oleh

Slavin dalam Fitriana (2010:-) yaitu : 1) Identifikasi topik dan mengatur siswa

kedalam kelompok, 2) merencanakan tugas belajar, 3) melaksanakan tugas

investigasi, 4) mempersiapkan laporan akhir, 5) menyajikan laporan akhir, dan

6) evaluasi.

Slavin dalam Fitriana (2010:-), mengemukakan tahapan-tahapan dalam

menerapkan pembelajaran Group Investigation adalah sebagai berikut:

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

13

Tahap Pengelompokan (grouping) yaitu tahap mengidentifikasi topik yang

akan diinvestigasi serta membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap

kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap ini: siswa mengamati sumber, memilih

topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan, siswa bergabung

pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau

menarik untuk diselidiki, guru membatasi jumlah anggota masing-masing

kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.

Tahap Perencanaan (planning) atau tahap perencanaan tugas-tugas

pembelajaran. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang apa yang

mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, siapa dan melakukan apa dan apa

tujuan mereka menyelidiki topik tersebut.

Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa.

Pada tahap ini, siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat

simpulan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki, kemudian

masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan

kelompok sehingga antara siswa satu dengan yang lainnya dapat saling bertukar

pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat.

Tahap Pengorganisasian (organizing) yaitu tahap persiapan laporan akhir.

Pada tahap ini anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam hasil

penelitiannya masing-masing, merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan

bagaimana mempresentasikannya, wakil dari masing-masing kelompok

membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi. Siswa menemukan

hubungan dari yang ditemukan dalam investigasi dengan konsep yang sudah ada,

mereka belajar membagi tugas dalam kelompok baik sebagai pemimpin,

moderator, notulis dalam presentasi investigasi.

Tahap Presentasi (presenting) yaitu tahap penyajian laporan akhir.

Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah setiap kelompok menyajikan

hasil penyelidikan ke dalam berbagai variasi bentuk penyajian, kelompok yang

tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, mengevaluasi,

mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang

disajikan. Misalnya: siswa yang bertugas untuk mewakili kelompok menyajikan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

14

hasil atau simpulan dari investigasi yang telah dilaksanakan, siswa yang tidak

sebagai penyaji, mengajukan pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan,

siswa mencatat topik yang disajikan oleh penyaji.

Tahap evaluasi (evaluating) yaitu tahap penilaian proses kerja dan hasil

proyek siswa. Pada tahap ini, siswa menggabungkan masukan-masukan tentang

topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-

pengalaman efektifnya, guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang

pembelajaran yang telah dilaksanakan, dalam hal ini penilaian hasil belajar

haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa. Misalnya: siswa merangkum

dan mencatat setiap topik yang disajikan, menggabungkan tiap topik yang

diinvestigasi dalam kelompoknya dan kelompok yang lain, guru mengevaluasi

dengan memberikan tes uraian pada akhir siklus.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka langkah-langkah

pembelajaran Group Investigation yang akan digunakan dalam penelitian ini

mengacu pada pendapat Slavin dalam Fitriana (2010:-), yaitu tahap

pengelompokkan dengan membagi jumlah siswa dalam satu kelas menjasi 4

kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 orang, dan guru membagi

topik permasalahan kepada setiap kelompok. Tahap perencanaan dimana siswa

siswa bersama-sama merencanakan tentang apa yang mereka pelajari, bagaimana

mereka belajar, siapa dan melakukan apa dan apa tujuan mereka menyelidiki topik

tersebut. Tahap penyelidikan dimana siswa mengumpulkan informasi,

menganalisis data dan membuat simpulan terkait dengan permasalahan-

permasalahan yang diselidiki, kemudian masing-masing anggota kelompok

memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok. Tahap pengorganisasian

dimana anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam hasil

penelitiannya masing-masing, merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan

bagaimana mempresentasikannya, wakil dari masing-masing kelompok

membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi. Tahap presentasi

yakni setiap kelompok menyajikan hasil penyelidikan ke dalam berbagai variasi

bentuk penyajian, kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif

sebagai pendengar, mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

15

atau tanggapan terhadap topik yang disajikan. Tahap evaluasi yakni siswa

menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah

mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya, guru dan siswa

mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan,

dalam hal ini penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman

siswa.

Inti dari pembelajaran Group Investigation adalah siswa membentuk

kelompok belajar, kemudian diberi permasalahan dan media pembelajaran untuk

kemudian diselidiki. Siswa membagi tugas kerja dalam kelompok dan menyusun

laporan akhir. Kemudian siswa mempresentasikan hasil investigasi kelompok

mereka, kelompok lain menanggapi dan kemudian dievaluasi bersama antara guru

dengan siswa. Diharapkan dengan adanya kegiatan investigasi kelompok ini dapat

menambah keaktifan belajar siswa dan hasil belajar siswa meningkat.

2.1.2 Keaktifan Belajar Matematika Siswa

Salah satu variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah keaktifan

belajar Matematika siswa. Untuk mengetahui lebih jelas apakah keaktifan belajar

Matematika itu penjelasannya adalah sebagai berikut:

2.1.2.1 Pengertian Keaktifan Belajar

Menurut Whipple dalam Hamalik (2001:93) keaktifan belajar adalah suatu

proses belajar mengajar yang menekankan keaktifan belajar siswa secara fisik,

mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa

perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor selama siswa berada di

dalam kelas. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:115) keaktifan

belajar matematika siswa merupakan proses pembelajaran yang mengarah kepada

pengoptimalisasian yang melibatkan intelektual-emosional siswa dalam proses

pembelajaran dengan melibatkan fisik siswa. Sriyono (1992:75) menambahkan

bahwa keaktifan belajar matematika siswa di sini adalah usaha yang dilakukan

oleh guru pada waktu mengajar, sehingga siswa dapat terlibat aktif baik jasmani

maupun rohani dalam mengikuti pelajaran.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

16

Sagala (2006:124-134) menjelaskan bahwa keaktifan jasmani maupun

rohani itu meliputi keaktifan indera (pendengaran, penglihatan, dan peraba),

keaktifan akal dimana akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk

memecahkan masalah, menimbang-nimbang, menyusun pendapat dan mengambil

keputusan, keaktifan ingatan yaitu pada waktu mengajar, anak harus aktif

menerima bahan pengajaran yang disampaikan guru dan menyimpannya dalam

otak, kemudian pada suatu saat ia siap mengutarakan kembali, keaktifan emosi

dimana dalam hal ini siswa hendaklah senantiasa berusaha mencintai

pelajarannya.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:63) untuk dapat menimbulkan

keaktifan belajar siswa, maka guru diantaranya dapat melaksanakan perilaku-

perilaku seperti menggunakan model pembelajaran yang dapat menimbulkan

keaktifan siswa, memberikan tugas individu dan kelompok, memberikan

kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil,

mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan

demonstrasi, mengadakan tanya jawab dan diskusi, melibatkan siswa dalam

merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran. Hal ini berarti

bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif

mencari, memperoleh, dan mengolah perolehan belajarnya.

Berdasarkan pengertian keaktifan belajar di atas, maka dalam penelitian ini

pengertian keaktifan belajar matematika siswa sejalan dengan pendapatnya

Dimyati dan Mudjiono (2006:115) bahwa keaktifan belajar matematika siswa

adalah proses pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian yang

melibatkan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran dengan

melibatkan fisik siswa.

2.1.2.2 Indikator Keaktifan Belajar Matematika Siswa

Adapun indikator keaktifan belajar Matematika siswa menurut Dimyati

dan Mudjiono (2006:122-125) adalah sebagai berikut:

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

17

a) Perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran yang memberikan

pengalaman belajar kepada siswa untuk memperoleh dan menemukan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan.

b) Kebebasan atau keleluasaan melakukan sesuatu hal tanpa tekanan dari guru

atau pihak lainnya (kemandirian belajar).

c) Kegiatan yang melibatkan siswa untuk belajar langsung dari media/alat

peraga yang diciptakan.

d) Kesediaan siswa dalam merespon dan menanggapi siswa dalam proses

pembelajaran.

e) Kesediaan siswa untuk mengerjakan tugas-tugas kelompok belajar yang ada

dalam proses pembelajaran.

f) Kesiapan dan kesediaan siswa dalam mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya.

2.1.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar Matematika

Siswa

Keaktifan belajar Matematika siswa dianggap begitu penting dalam

kegiatan pembelajaran, dan keaktifan belajar Matematika siswa tersebut muncul

karena dipengaruhi beberapa faktor. Berikut adalah beberapa faktor keaktifan

belajar Matematika siswa menurut Sudjana (1989:27-29) yaitu :

a) Stimulus belajar

Peran yang diterima siswa dari guru biasanya dalam bentuk stimulus.

Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal atau bahasa, visual, auditif atau

suara.

b) Perhatian dan motivasi

Perhatian dan motivasi merupakan prasarat utama dalam proses belajar

mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi, hasil belajar yang dicapai

tidak akan maksimal.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

18

c) Respon yang dipelajari

Belajar adalah proses yang aktif, sehingga apabila tidak dilibatkan dalam

berbagai kegiatan belajar sebagai respon terhadap stimulus yang diterima,

tidak mungkin dapat mencapai hasil belajar yang dikehendaki.

d) Penguatan

Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan, maka

akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali.

e) Pemakaian dan pemindahan

Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan informasi yang

tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal ini penyimpanan informasi yang tak

terbatas ini penting sekali pengaturan dan penempatan informasi, sehingga

dapat digunakan kembali apabila diperlukan.

2.1.3 Hasil Belajar

Salah satu fokus dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil

belajar Matematika Siswa. Untuk lebih memahami apakah hasil belajar

Matematika yang dimaksud, penjelasannya adalah sebagai berikut:

2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui

seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar

dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil”

dan “belajar”. Menurut Purwanto (2011:44) pengertian hasil menunjuk pada suatu

perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan

berubahnya input secara fungsional, sedangkan belajar dilakukannya untuk

mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Menurut

Winkel (1991:42). Hasil belajar adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai

siswa dimana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang

khas, dalam hal ini hasil belajar meliputi keaktifan, keterampilan proses, motivasi,

dan prestasi belajar

Dimyati dan Mudjiono (2006:117) menjelaskan bahwa hasil belajar

merupakan hasil yang dicapai dalam bentuk angka atau skor setelah diberikan tes

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

19

hasil belajar kepada siswa dalam waktu tertentu. Arikunto (1990:133)

mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hasil akhir setelah mengalami

proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diamati dan

dapat diukur. Proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar yang

dicapai. Dapat diambil gambaran tentang keberhasilan belajar dalam bentuk

penentuan raport. Mustamin (2010:37) menambahan dalam proses belajar

mengajar, siswa mengalami pengalaman belajar, kemampuan-kemampuan yang

dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar tersebut merupakan

hasil belajar

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, maka dalam penelitian ini

pengertian hasil belajar sejalan dengan pendapatnya Dimyati dan Mudjiono

(2006:122) bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka atau

skor setelah diberikan tes hasil belajar kepada siswa dalam waktu tertentu.

Adapun hasil belajar matematika yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah nilai atau skor yang diperoleh siswa setelah dilakukan tes pada materi yang

telah dipelajarinya.

2.1.3.2 Ranah Hasil Belajar

Menurut teori Taksonomi Bloom dalam Abdurrahman (2003:33) hasil

belajar terdapat tiga ranah antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor yaitu dapat

dijabarkan sebagai berikut :

a) Ranah kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

b) Ranah afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif memiliki lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan

karakterisasi dengan suatu nilai.

c) Ranah psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

20

Ketiga ranah tersebut, maka yang akan diukur dalam penelitian ini

mengarah pada ranah kognitif dan ranah afektif, karena pada ranah kognitif untuk

melihat hasil belajar siswa dilakukan suatu penilaian terhadap siswa dan tes

digunakan untuk mengetahui hasil pemahaman siswa, sedangkan pada ranah

afektif guna melihat keaktifan belajar siswa.

2.1.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar

Matematika yang dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan

dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi

faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang

berhubungan dengan kondisi fisik individu, sedangkan faktor psikologis adalah

keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar.

Faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa,

dalam hal ini, menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi

belajar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor

lingkungan non sosial. Faktor lingkungan sosial meliputi lingkungan sosial

sekolah, lingkungan sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga, sedangkan

lingkungan non sosial meliputi lingkungan alamiah seperti udara yang segar, tidak

panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau, suasana yang sejuk dan

tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak

mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.

Adapun pendapat lain mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses

hasil belajar siswa dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal, kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses individu

sehingga menentukan kualitas hasil belajar siswa. Menurut Slameto (2003:54),

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi 2

golongan yaitu faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor

internal, yang meliputi: a). faktor biologis, meliputi : kesehatan, gizi, pendengaran

dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu akan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

21

mempengaruhi hasil belajar siswa, b). faktor psikologis, meliputi : intelegensi,

minat dan motivasi serta perhatian ingatan berfikir, dan c). faktor kelelahan,

meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan

adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk

menghasilkan sesuatu akan hilang.

Faktor yang ada pada luar individu yang disebut dengan faktor eksternal,

yang meliputi: a). faktor keluarga, keluarga adalah lembaga pendidikan yang

pertama dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi

bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. b). faktor masyarakat,

meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa

akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar ,dan c) faktor sekolah,

meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa

dengan siswa dan berdisiplin di sekolah.

Berdasarkan faktor-faktor hasil belajar tersebut, dapat dilihat pada faktor

eksternal bahwa salah satu yang mempengaruhi hasil belajar secara eksternal

adalah metode mengajar. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan perbaikan

yaitu dengan memperbaharui metode mengajar yang dilakukan oleh guru guna

meningkatkan hasil belajar siswa.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu yang

menggunakan model pembelajaran Group Investigation dalam kegiatan

pembelajaran, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Iswandi (2010) dengan

judul “Penerapan model Pembelajaran Group Investigation untuk Meningkatkan

Hasil Belajar IPA Tentang Tumbuhan Hijau Kelas V SD N Temenggungan 02

Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar”. Dari hasil penelitian yang telah

dilaksanakan Iswandi menyatakan bahwa pada penerapan model pembelajaran

Group Investigation telah memperoleh peningkatan hasil yang cukup signifikan

yaitu dari kondisi awal sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan. Hasil belajar

siswa dilihat dari nilai yang diperoleh pada post test siklus I sampai siklus II

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

22

terjadi kenaikan, hal ini dapat dilhat bahwa hampir 78% nilai siswa telah

memenuhi standart kelulusan yang ditentukan yaitu 75.

Penelitian Sugiyanto (2011) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar

Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Group Investigation pada Siswa

kelas V SD Negeri 3 Rejosari Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan

Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil belajar pada siklus I diperoleh dari

tes yang dilaksanakan pada akhir pertemuan siklus I dengan ketuntasan klasikal

71% atau 38 siswa yang tuntas, meningkat pada siklus 2 yaitu ketuntasan klasikal

belajar siswa mencapai 92% atau 35 siswa tuntas dari 38 siswa.

Penelitian Untari (2011) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu

Pengetahuan Alam Pokok Bahasan Energi Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Group Investigation pada Siswa Kelas IV SD Negeri

Madyogondo 03 Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Semester II Tahun

Ajaran 2011/2012”. Pada penelitian ini, hasil siklus I terjadi peningkatan yang

cukup signifikan yaitu terdapat 26 siswa (72,22%) memenuhi KKM dan 10 siswa

(27,78%) belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Kemudian pada siklus II

terjadi peningkatan sangat signifikan yaitu 34 siswa (94,44%) yang sudah

memenuhi KKM dan hanya ada 2 siswa (5,56%) yang belum memenuhi KKM.

Ini berarti bahwa penelitian telah berhasil, dibuktikan dengan indikator

pencapaian yang diharapkan oleh peneliti yaitu sebanyak 80% siswa telah

mencapai nilai ≥ 60. Disimpulkan bahwa dengan diterapkannya model

pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar

IPA pokok bahasan energi pada siswa kelas IV SD Negeri Madyogondo 03

Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012.

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut menjelaskan bahwa dengan

menggunakan pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan peran aktif

siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa yaitu keaktifan siswa dapat dilihat

dari setiap siklus yang semakin meningkat. Siswa sebagai subjek pembelajaran

harus dapat terlibat langsung secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pada

penelitian ini menekankan pada pembelajaran matematika dengan menggunakan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

23

model pembelajaran Group Investigation sebagai upaya peningkatan keaktifan

dan hasil belajar matematika siswa.

Adapun persamaan dan perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh

penulis dengan penelitian-penelitian yang telas dilakukan terdahulu adalah

sebagai berikut:

Tabel 3

Persamaan dan Perbedaan Penelitian yang Relevan

No Peneliti Tahun Subjek

Penelitian

Mata

Pelajaran

Variabel Penelitian

Group

Investigation

Keaktifan

Belajar

Siswa

Hasil

Belajar

1 Iswandi 2010 Kelas V IPA - 2 Sugiyanto 2011 Kelas V Matematika - 3 Untari 2011 Kelas IV IPA - 4 Peneliti 2013 Kelas 5 Matematika

Dari Tabel 3 dapat dilihat persamaan penelitian ini dengan penelitian lain

sama-sama menggunakan Group Investigation sedangkan perbedaannya terletak

pada variabel (Y) atau variabel terikatnya adalah keaktifan dan hasil belajar siswa

sedangkan pada penelitian lain hanya sebatas untuk meneliti hasil belajar siswa.

2.3 Kerangka Pikir

Suatu pembelajaran dikatakan baik apabila proses pembelajaran dapat

menumbuhkan keaktifan belajar matematika siswa. Siswa dapat melakukan

kegiatan untuk memahami konsep-konsep materi pembelajaran secara mandiri,

baik itu secara individu maupun berkelompok. Tingkat keberhasilan pembelajaran

guru dapat diukur dengan melihat hasil belajar siswa dan juga tingkat keaktifan

belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Kondisi awal di SD N Jebeng Plampitan pada saat peneliti melakukan

observasi, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional, keaktifan

dan hasil belajar Matematika siswa kelas 5 masih rendah. Kemudian peneliti

berupaya untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan

menggunakan pembelajaran Group Investigation, dimana model ini mampu

menciptakan cara belajar siswa untuk menjadi lebih aktif. Group Investigation

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3817/3/T1_292009202_BAB II… · Model ini memperlihatkan adanya proses interaksi antara siswa ...

24

juga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa untuk belajar mandiri dalam

menjalankan tugas-tugasnya dalam kelompok. Siswa dapat terasah

kemampuannya dalam berpikir analisis dan belajar untuk bekerja sama dengan

teman satu anggotanya. Dengan adanya kelebihan-kelebihan tersebut siswa dapat

memecahkan kesulitan belajar matematika yang dihadapinya sehingga keaktifan

dan hasil belajar matematika siswa dapat meningkat.

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Melalui

penerapan Group Investigation diduga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil

belajar matematika pada pokok bahasan memahami sifat-sifat bangun ruang pada

siswa kelas 5 SD Negeri Jebeng Plampitan Kecamatan Sukoharjo semester 2

tahun pelajaran 2012-2013”