BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung...

22
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Teori Sinyal (Signaling Theory) Agustina (2014) menyatakan bahwa pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (sinyal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan itu suram. Menurut Brigham dan Houston (2001) isyarat atau sinyal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan untuk memberi petunjuk pada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk penggunaan hutang hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Sedangkan perusahaan berprospek buruk, cenderung akan menjual saham-sahamnya dengan tujuan berbagi kerugian atau berusaha untuk memulai yang baru. Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja memberikan sinyal pada pasar dengan harapan pasar mampu membedakan kualitas perusahaan yang baik dan buruk. Namun, apabila perusahaan lebih sering menawarkan penjualan saham baru, hal ini mampu memberikan prospek cerah pada perusahaan yang dikarenakan oleh isyarat negatif dengan menurunkan dan penekanan harga saham. Menurut Drever et al., (2007) signaling theory menekankan bahwa perusahaan pelapor dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui pelaporannya. Jika

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Teori Sinyal (Signaling Theory)

Agustina (2014) menyatakan bahwa pengumuman emisi saham oleh suatu

perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (sinyal) bahwa manajemen

memandang prospek perusahaan itu suram. Menurut Brigham dan Houston (2001)

isyarat atau sinyal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan untuk

memberi petunjuk pada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek

perusahaan. Perusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan

saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

penggunaan hutang hutang yang melebihi target struktur modal yang normal.

Sedangkan perusahaan berprospek buruk, cenderung akan menjual saham-sahamnya

dengan tujuan berbagi kerugian atau berusaha untuk memulai yang baru.

Teori sinyal menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan

sengaja memberikan sinyal pada pasar dengan harapan pasar mampu membedakan

kualitas perusahaan yang baik dan buruk. Namun, apabila perusahaan lebih sering

menawarkan penjualan saham baru, hal ini mampu memberikan prospek cerah pada

perusahaan yang dikarenakan oleh isyarat negatif dengan menurunkan dan

penekanan harga saham.

Menurut Drever et al., (2007) signaling theory menekankan bahwa

perusahaan pelapor dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui pelaporannya. Jika

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

perusahaan gagal dalam menyajikan informasi yang lebih, maka para stakeholders

hanya akan menilai perusahaan sebagai perusahaan rata-rata sama dengan

perusahaan-perusahaan yang tidak mengungkapkan laporan tambahan.

Hal ini memberikan motivasi bagi perusahaan-perusahaan untuk

mengungkapkan, melalui laporan keuangan, bahwa mereka lebih baik dari pada

perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan. Dengan demikian, signaling

theory menekankan bahwa perusahaan akan cenderung menyajikan informasi yang

lebih lengkap untuk memperoleh reputasi yang lebih baik dibandingkan perusahaan-

perusahaan yang tidak mengungkapkan, yang pada akhirnya akan menarik investor.

2.1.2. Bank

Masyarakat umumnya memahami definisi suatu bank adalah sebagai tempat

menabung atau meminjam uang. Sedangkan definisi bank menurut Undang-Undang

No. 10 Tahun 1998 Pasal 1, adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyrakat dalam bentuk simpanan dan meyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 31,

definisi bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial

intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana,

serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.

Selain itu, bank adalah lembaga keuangan yang melaksankan berbagai

macam jasa, seperti memberi pinjaman, mengeluarkan mata uang, pengawasan

terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga,

membiayai perusahaan-perusahaan, dan lain sebagainya. Menurut Kasmir (2011)

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

bank adalah perusahaan keuangan yang bergerak dalam memberikan layanan

keuangan yang bergerak dalam memberikan layanan keuangan yang mengandalkan

kepercayaan dari masyarakat dalam mengelola dananya. Bank merupakan tempat

untuk perusahaan menyimpan uang atau menitipkan uangnya dalam bentuk

simpanan.

Fungsi bank menurut Kuncoro &Suhardjono (2002 : 68) adalah sebagai

berikut :

a) Penciptaan Uang

Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat pembayaran

lewat mekanisme pemindahbukuan (kliring). Kemampuan bank umum

menciptakan uang giral menyebabkan posisi dan fungsinya dalam pelaksanaan

kebijakan moneter. Bank sentral dapat mengurangi atau menambah jumlah uang

yang beredar dengan cara mempengaruhi kemampuan bank umum menciptakan

bank giral.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

b) Mendukung kelancaran mekanisme pembayaran

Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung

kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini dikarenakan oleh salah satu jasa

yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang berkaitan dengan mekanisme

pembayaran.

c) Penghimpunan dana

Simpanan Masyarakat Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum

adalah adalah dana simpanan. Di Indonesia dana simpanan terdiri dari giro,

deposito berjangka, tabungan, sertifikat deposito, dan/atau bentuk lainya yang

dapat dipersamakan dengan itu.

d) Mendukung Kelancaran Tansaksi Internasional

Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan atau

memperlancar transaksi internasional, baik transaksi barang atau jasa maupun

transaksi modal. Adanya bank umum dalam yang beroperasi dalam skala

internasional, maka kepentingan pihak-pihak yang melakukan transaksi

internasional dapat ditangani lebih cepat, mudah, dan murah.

2.1.3. Laporan Keuangan Bank

Laporan keuangan merupakan media untuk mengkomunikasikan informasi

keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap informasi

keuangan bisa merupakan pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Pihak

internal perusahaan adalah manajemen puncak, pemegang saham, manajemen

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

keuangan, auditor internal, dan pihak lainnya, sedangkan pihak eksternal bisa terdiri

dari nasabah, calon investor, pemerintah, hingga supplier.

Laporan keuangan bank tidak jauh berbeda dengan laporan keuangan

perusahaan umumnya. Hanya saja bank sebagai perusahaan yang menggunakan

dasar “kepercayaan”, dituntut untuk memberikan informasi yang benar mengenai

kondisinya kepada nasabah dan investor. Bank perlu memberikan transparasi kondisi

keuangan bank dan laporan keuangan publikasi bank secara umum, agar mudah

dipahami dan dIgunakan khususnya oleh deposan dan investor, serta stakeholder

lainnya. Laporan keuangan bank juga diharapkan dapat meningkatkan kesepahaman

antara pengawas dan bank khususnya dalam pendekatan lebih kompleks yang

digunakan oleh bank (Taswan, 2010 dalam Permatasari, 2012).

Chariri dan Ghozali (2003:349) mengemukakan bahwa salah satu tujuan

pelaporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat

menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per share).

Belkaoui (1993) menyatakan bahwa laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari

ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba

umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada

kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, pengambilan keputusan dan

unsur prediksi. Laba yang mengalami peningkatan merupakan kabar baik (good

news) bagi investor, sedangkan laba yang mengalami penurunan merupakan kabar

buruk (bad news) bagi investor (Wijayati, dkk. 2005).

2.1.4. Nilai Perusahaan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

Tujuan utama didirikannya perusahaan selain untuk mencapai laba yang

maksimum adalah untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Hadianto (2013)

menyatakan bahwa penilaian perusahaan sangat penting dilakukan karena dengan

adanya nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran

pemegang saham. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai

perusahaan. Oleh karena itu nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi pasar

dalam menilai perusahaan secara keseluruhan (Utami, 2011).

Menurut Husnan (2000) nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia

dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan menurut

Martin, et al (2000) nilai perusahaan merupakan nilai atau harga pasar yang berlaku

atas saham umum perusahaan.hal ini berarti bahwa nilai perusahaan merupakan

harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli yang diartikan sebagai harga pasar

atas perusahaan itu sendiri. Bursa saham mengartikan harga pasar adalah harga yang

bersedia dibayar investor untuk setiap lembar saham perusahaan. Sehingga melalui

nilai perusahaan, pihak eksternal perusahaan atau investor mampu memberikan

persepsi tentang keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumberdaya yang

dimiliki dan tercermin pada harga saham perusahaan. Selain itu, dengan nilai

perusahaan yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi.

Harga saham suatu perusahaan merupakan cermin keberhasilan dari

keputusan–keputusan strategis keuangan perusahaan, yaitu keputusan pendanaan,

keputusan investasi dan kebijakan dividen. Dampak yang timbul dari keberhasilan

keputusan–keputusan strategis keuangan perusahaan dapat dinilai dari harga saham

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

yang ada. Menurut hasil penelitian Gitman (2003) bahwa penilaian adalah proses

yang menghubungkan risiko dan nilai pengambilan dari suatu asset.

Hampton (1989) mengungkapkan bahwa nilai dari sekuritas digambarkan

sebagai harga dalam uang atau surat-surat berharga lain pada saat ditentukan. Suatu

sekuritas mempunyai intrinsic value yang merupakan harga penyesuaian ketika

faktor-faktor nilai primer diperhatikan. Weston dan Copeland (1991) menguraikan

bahwa rasio–rasio penilaian ukuran kinerja yang menyeluruh untuk suatu perusahaan

mencerminkan pengaruh gabungan dari hasil pengembalian dan risiko. Rasio

penilaian terdiri dari harga pasar per saham terhadap laba per saham (price earning

ratio), harga pasar terhadap nilai buku (market to book ratio) dan Tobin’s q.

Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan rasio Tobin’s Q. Rasio

Tobin’s Q dikembangkan oleh Profesor James Tobin pada tahun 1967 dengan

membandingkan dua penilaian dari aset yang sama. Inti dari penggunaan rasio

Tobin’s Q adalah untuk mengetahui cara kebijakan moneter mempengaruhi

perekonomian melalui pengaruhnya pada penilaian ekuitas (Mishkin, 1996).

Penilaian perusahaan dengan Tobin’s Q mampu memberikan informasi yang lebih

detail daripada rasio lainnya, karena mampu menjelaskan fenomena dalam kegiatan

perusahaan. Fenomena yang terjadi di perusahaan yang dapat dijelaskan dengan

Tobin’s Q diantaranya adalah perbedaan cross sectional dalam pengambilan

keputusan invetasi dan diversifikasi, kebijakan pendanaan, dividen, hingga hubungan

antara kinerja manajemen dengan keuntungan dalam akuisisi. Menurut Kim-

Henderson (1993) rasio Tobin’s Q dapat dipakai untuk menilai mopoli perusahaan

dan struktur pasar hingga untuk menilai kesempatan akuisisi. Selain itu, rasio Tobin’s

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

Q merupakan ukuran tentang seberapa efektif manajemen mampu memanfaatkan

sumber-sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya serta dapat diterapkan pada

berbagai jenis perusahaan (Lindenberg dan Ross, 1981).

Rasio Tobin’s Q merupakan rasio nilai pasar aset perusahaan yang diukur

dengan cara nilai pasar dari jumlah saham yang beredar ditambah dengan hutang

kemudian dibagi dengan replacement cost dari aktiva perusahaan atau total aktiva

(Fiakas, 2005). Sedangkan menurut Diasari dan Suaryana (2014) rasio Tobin’s Q

mampu menunjukkan nilai estimasi pasar keuangan tentang nilai hasil pengembalian

dari setiap dolar investasi incremental. Investasi incremental adalah invetasi pada

aktiva yang menghasilkan laba dan memberikan nilai yang lebih tinggi dari

pengeluaran investasi. Secara umum Tobin’s Q memiliki karakteristik yang sama

dengan market-to-book ratio, terdapat beberapa karakteristik yang membuat Tobin’s

Q berbeda (Sukamulja, 2004) :

a) Repalcement Cost Vs. Book Value

Tobin’s Q menggunanakan replacement menjadi denominator sedangkat

market-to-book ratio menggunakan book value of total equity. Penggunaan

replacement cost membuat nilai yang digunakan dalam menentukan Tobin’s Q

dipengaruhi oleh bergai faktor yang mampu mencerminkan nilai pasar dari aset

salah satunya adalah inflasi.

b) Total Asets Vs. Total Equity

Market-to-book value hanya menggunakan faktor ekuitas (saham biasa dan

preferen) dalam melakukan pengukuran. Penggunaan faktor ekuitas ini

menunjukkan bahwa market-to-book ratio hanya memperhatikan satu investor

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

saja baik itu saham biasa maupun preferen. Tobin’s Q mampu memberikan

wawasan lebih luas dalam mengerti dan memahami investor.

2.1.5. Tingkat Kesehatan Bank

Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan sutau bank untuk

melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi

semua kewajibannya dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku (Susilo, dkk.

2000). Menurut Budisantoso dan Triandaru (2006), kegiatan operasional perbankan

meliputi:

a) Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan

modal sendiri

b) Kemampuan mengelola dana

c) Kemampuan menyalurkan dana ke masyarakat

d) Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik

modal, dan pihak lain terkait dengan bank

e) Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku

Pengaturan tingkat kesehatan bank di Indonesia telah beberapa kali

mengalami perubahan. Tahun 1992 berdasarkan Pasal 29 UU No. 7 tentang

Perbankan yang kemudian diubah menjadi UU No.10 tahun 1998 tetang Perbankan,

perusahaan perbankan wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai ketentuan

kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, dan

solvabilitas serta aspek lain yang berkaitan dengan usaha bank dan wajib melakukan

kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian, penilaian ini dikenal dengan

metode CAMEL. Peraturan penilaian tingkat kesehatan bank selanjutnya diatur

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 yang

dinyatakan bahwa penilaian yang dilakukan secara kualitatif atas berbagai aspek

melalui aspek permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas,

solvabilitas dan sensitivitas terhadap risiko pasar yang dikenal dengan metode

CAMELS.

Peraturan penilaian tingkat kesehatan bank terbaru yang berlaku di Indonesia

adalah Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP Tanggal 25 Oktober 2011

yang kemudian direalisasikan menjadi Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011

Tanggal 5 Januari 2012. Peraturan tersebut menjelaskan bahwa penilaian tingkat

kesehatan bank adalah melalui apek profil risiko bank, tata kelola perusahaan,

rentabilitas, dan permodalan yang dikenal dengan metode RGEC.

1. Profil Risiko Perbankan

Setiap perusahaan pasti memiliki risiko dalam menjalankan aktivitasnya,

begitu pula dengan bank. Bank sebagai perusahaan yang aktivitasnya berhubungan

langsung dengan uang tentulah memiliki cukup banyak risiko yang akan

ditanggung. Uang sebagai benda yang bersifat sangat bebas, bisa dimiliki oleh siapa

pun dan diinginkan oleh siapa pun tentu akan cenderung memberikan kesempatan

pada siapa saja untuk berperilaku menyimpang dengan uang tersebut. Jika risiko

tidak dicegah akan merugikan perusahaan. Maka dari itu, bank diharapkan untuk

melakukan penilaian terhadap profil risikonya. Penilaian profil risiko yang

dilakukan merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan

manajemen risiko dalam aktivitas operasional bank.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

Risiko inheren adalah risiko yang melekat pada kegiatan bisnis bank, baik

yang dapat dikualifikasi maupun tidak dapat dikualifikasi, dan berpotensi

mempengaruhi posisi keuangan bank. Risiko inheren dapat berupa parameter yang

bersifat ex-post (telah terjadi) dan parameter yang bersifat ex-ante atau belum

terjadi (Utami, 2015). Sedangkan kualitas penerapan manjemen (Risk Control

System) merupakan penjabaran dari penerapan Basel II Pilar 2 (terdiri dari 4 pilar

utama).

Dwinanda dan Wiagustini (2015) mengatakan bahwa terdapat delapan jenis

risiko yang dimiliki oleh perusahaan perbankan yang wajib dinilai. Risiko bank

tersebut terdiri dari risiko kredit, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko pasar,

risiko hukum, risiko kepatuhan, risiko stratejik, dan risiko reputasi.

2. Good Corporate Governance (GCG)

Ketika masalah keagenan muncul pada perusahaan, maka dapat

mempengaruhi nilai perusahaan dimana perusahaan milik pemerintah memainkan

peran pentingnya (Lins, 2003). Perusahaan pemerintahaan yang menjaga kondisi

stabilitas kondisi perbankan adalah Bank Indonesia. Mekanisme pemantauan yang

biasanya dilakukan didasarkan pada penilaian dewan direksi terhadap kegiatan

operasional perusahaan, guna melindungi kepentingan pemegang saham (Xie et al.

2003). Manajemen perusahaan memantau kegiatan operasional dari dalam maupun

luar melalui penilaian aspek good corporate governance (Larcker et al. 2007).

Good Corporate Governance umumnya menjelaskan tata kelola di

perusahaan baik kelola yang bersifat intern maupun yang bersifat ekstern. Istilah

corporate governance pertama kali dilaporkan dalam sebuah laporan yang dikenal

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

dengan istilah cadburry report pada tahun 1992 oleh Cadburry Comitte. Cadburry

report menjelaskan bahwa good corporate governance merupakan prinsip

pengendalian dan pengarahan untuk perusahaan agar keseimbangan antara

kewenangan dan kekuatan dalam mempertanggungjawabkan kewajiban kepada

shareholder secara khusus dan stakeholder secara umum.

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001) dalam

publikasi pertama (dalam Jurnal Nominal/Volume 1 Nomor 1/Tahun 2012)

mengartikan corporate governance sesuai dengan definisi Cadburry Comitte

adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham

pengurus (pengelola) perusahaan, kreditur pemerintah, karyawan serta para pihak

berkepentingan baik intern dan ekstern yang berkaitan dengan hak dan kewajiban

mereka atau dapat diartikan sebagai sistem perangkat pengatur dan pengendalian

perusahaan.

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/1/PBI/2011 Pasal 7 ayat 2 penilaian

faktor GCG dimaksudkan dalam pasal 6 huruf b adalah penilaian terhadap

manajemen bank atas prinsip-prinsip GCG. Adapun prinsip-prinsip GCG terdiri

dari keterbukaan, akuntanbilitas, tanggungjawab, independensi, serta kewajaran.

Prinsip ini secara lebih rinci dijabarkan oleh Komite Nasional Kebijakan

Governance (KNKG, 2006):

1) Transparasi (keterbukaan)

Transparasi artinya perusahaan harus terbuka dan menyediakan informasi

menyeluruh secara materiil dan relevan, serta mudah diakses dan dipahami

oleh pemakai kepentingan.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

2) Accountability (akuntabilitas)

Akuntabilitas artinya perusahaan harus memiliki kejelasan baik itu fungsi,

strukturnya, sistem, hingga pertanggungjawaban dalam organisasinya agar

pengelolan berjalan efektif.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

3) Resposibility (pertanggungjawaban)

Responsibilitas artinya perusahaan patuh dan bertanggung jawab atas hak

dan kewajiban perusahaan atas prinsip korporasi yang sehat dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, hingga tanggung jawab sosial.

4) Indenpendency (indenpendensi)

Indenpendensi artinya perusahaan mampu mengelola seluruh aspek dan

sumber daya yang dimiliki bebas dari kepentingan individual atau

independen.

5) Fairness (kewajaran)

Kewajaran artinya perusahaan mampu berlaku wajar, adil, dan setara

dalam memenuhi tanggung jawab dan kebutuhan stakeholder.

Selain itu, prinsip-prinsip GCG merupakan penilaian terhadap kinerja internal

bank dan dinilai secara self assessment. Penilaian GCG memperhatikan sebelas

faktor yang terdiri dari: Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris,

Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi, Kelengkapan dan pelaksanaan tugas

komite, Penanganan benturan kepentingan dan penerapan fungsi, kepatuhan bank,

audit intern, audit ekstern, penerapan manajemen risiko termasuk sistem

pengendalian intern, penyediaan dana kepada pihak terkait hingga penyediaan dana

berskala besar, transparasi kondisi keuangan dan non keuangan bank, rencana

strategis bank.

Menurut Pranata (2007) prinsip-prinsip corporate governance diharapkan

menjadi regulator pemerintah dalam membangun framework penerapan good

corporate governance. Selain itu, prinsip-prinsip ini dapat menjadi pedoman dalam

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

meningkatkan kelangsungan hidup perusahaan. Tata kelola perusahaan yang baik,

akan memberikan kontribusi positif untuk daya saing dan reputasi perusahaan,

akses ke pasar modal, yang akhirnya akan mengembangkan pasar keuangan dan

memacu pertumbuhan ekonomi. Menurut FCGI, tata kelola yang baik

mencerminkan keberhasilan perusahaan menerapkan good corporate governance.

Selain itu dapat memberikan manfaat lainnya, yakni:

1) Peningkatan kinerja perusahaan, sebagai akibat adanya pengambilan

keputusan yang lebih baik, efisiensi operasional perusahaan dan

pelayanan kepada stakeholder akan meningkat.

2) Mengembalikan kepercayaan investor dan nasabah, serta memuaskan

pemegang saham karena meningkatnya shareholders value dan dividen.

3. Earnings / Rentabilitas

Aspek rentabilitas, merupakan penilaian yang dilakukan untuk

mengetahui tingkat keuntungan bank dengan seluruh dana yang dimiliki bank.

Menurut Ruwaida (2011) rentabilitas adalah kemampuan bank untuk

menghasilkan keuntungan secara wajar sesuai dengan line of business.

Sedangkan analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk mengukur dan

menganalisa tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank

yang bersangkutan. (Dendawijaya, 2001).

Penilaian yang dilakukan pada aspek rentabilitas adalah evaluasi

terhadap sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan rentabilitas, kinerja

rentabilitas, dan manajemen rentabilitas. Komponen rasio keuangan yang

digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah ROA (Return On Aset) yang

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap rata-rata total

aset dan NIM (Net Interest Margin) adalah perbandingan antara pendapatan

bunga bersih denga rata-rata total aset produktif .

4. Capital / Modal

Modal merupakan kebutuhan penting perusahaan. Sebelum perusahaan

didirikan, modal merupakan kebutuhan utama perusahaan. Perusahaan

membutuhkan modal untuk kelangsungan hidup perusahaan. Sama halnya

dengan perusahaan lain, bank juga membutuhkan modal untuk kegiatan

operasional perusahaan. Menurut Taswan (2006) modal bank adalah dana yang

diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang

dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank di samping untuk

memenuhi regulasi yang telah ditetapkan oleh otoritas moneter. Modal bank

terdiri dari dua macam yakni modal inti dan modal pelengkap. Modal yang

dinilai adalah modal yang dimiliki oleh bank yang didasarkan kepada

kewajiban penyediaan modal minimum bank.

Kecukupan modal merupakan faktor penting perbankan dalam rangka

pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank Indonesia

menentukan setiap bank mendapatkan kewajiban untuk melakukan penyediaan

modal minimum dan harus selalu dipertahankan sebagai proporsi tertentu dari

total ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko). Aspek permodalan dapat

diukur dengan rasio keuangan, dan rasio yang umumnya digunakan adalah

Capital Adequacy Ratio (CAR). Sedangkan rasio keuangan yang digunakan

untuk menilai aspek permodalan berdasarkan pada penyediaan modal

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

minimum dan kecukupan modalnya adalah rasio KPMM (Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum). Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.

13/37.DPNP tahun 2012 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum

sesuai Profil Risiko dan Pemenuhan Capital equivalency Maintained Aset

(CEMA), kecukupan modal minimum bertujuan untuk mencegah dan

antisipasi potensi kerugian yang timbul dari ATMR (Aktiva Tertimbang

Menurut Risiko) baik yang telah diperhitungkan maupun yang belum

diperhitungkan dan dapat berpotensi di masa mendatang.

2.1.6. Ukuran Bank

Ukuran adalah total aset yang dimiliki oleh bank, dimana total aset ini

dapat dilihat pada total aktivanya yang terdapat pada laporan keuangan bank

pada bagian neraca (Putri, 2010). Ukuran juga diatikan sebagai suatu alat

pengukur besar kecilnya suatu perusahaan. Karyawan, aktiva, penjualan,

market value dan value added adalah beberapa ukuran umum untuk

menentukan besar kecilnya suatu perusahaan (Hart dan Oulton dalam Juliana

dan Sulardi, 2003). Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan

mempengaruhi kemampuannya dalam menanggung risiko yang mungkin

timbul akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan

operasinya (Ismail, 2004).

Purwanti (2010) menyatakan bahwa perusahaan dengan ukuran yang

lebih besar akan lebih mudah mengakses ke pasar modal dibandingkan dengan

perusahaan kecil. Hal itu diakibatkan oleh saham perusahaaan kecil memiliki

tingkat frekuensi perdagangan saham tidak secepat dan semudah saham di

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

perusahaan besar. Selain itu menurut Ulum (2009) semakin besar ukuran bank,

maka semakin banyak perusahaan akan mengungkapkan informasi di dalam

laporan tahunannya, baik informasi keuangan maupun non-keuangan.

Perusahaan besar dimungkinkan mempunyai dasar pemilikan yang luas

sehingga diperlukan lebih banyak pengungkapan karena tuntutan dari

pemegang saham. Pendapat ini didukung oleh Scherer dalam Juliana dan

Sulardi (2003) yang menemukan bukti bahwa perusahaan besar lebih stabil dan

pola pertumbuhannya dapat berubah dengan cepat dibandingkan perusahaan

kecil.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

2.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan (Sugiyono, 2013). Dikatakan sementara karena jawaban yang

diberikan baru di dasarkan pada teori. Hipotesis dirumuskan atas dasar kerangka

pikir yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan.

Hipotesis dalam penelitian ini, akan dijabarkan sebagai berikut.

2.2.1. Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank dengan Metode RGEC Terhadap

Nilai Perusahaan

Peningkatan kesehatan bank akan mempengaruhi ekspektasi investor

terhadap saham-saham perbankan, karena dalam jangka panjang kinerja

emiten umumnya akan bergerak searah. Jika perusahaan perbankan

meningkatkan kesehatannya, maka semakin baik kinerja perusahaan serta

semakin tinggi profit atau laba usahanya. Kondisi yang seperti ini,

menyebabkan harga saham akan mengalami peningkatan. Bagi investor,

peningkatan harga saham merupakan kejadian yang diharapkan karena

akan meningkatkan return saham (Irawan: 2009). Perusahaan dengan

kinerja keuangan yang baik akan menghasilkan laba yang maksimal

sehingga memiliki tingkat pengembalian investasi yang tinggi pada

pemegang saham (Suharli, 2006).

Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi tercermin dari harga pasar

sahamnya, karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati

melalui pergerakan harga saham perusahaan yang ditransaksikan di bursa

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

efek untuk perusahaan yang sudah go public (Retno dan Priantinah, 2012).

Hal ini berarti semakin banyaknya investor yang tertarik akan

meningkatkan permintaan investasi dan meningkatkan harga saham yang

merupakan rantai pertumbuhan perusahaan dan meningkatkan

kemakmuran stakeholders yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai

perusahaan (Purwaningtyas, 2011). Setiap informasi yang relevan tentang

emiten, dengan cepat diserap oleh pasar dan dengan cepat pula pasar

mengekspresikannya dalam bentuk harga atau perubahan harga saham.

Para investor menggunakan informasi tersebut sebagai dasar penilaian

harga saham, dalam keputusan membeli atau menjual saham (Handayani,

2008). Berdasarkan penyataan tersebut, maka dapat ditarik hipotesis :

H : Tingkat kesehatan bank dengan metode RGEC berpengaruh

terhadap nilai perusahaan.

2.2.2. Pengaruh Ukuran Bank Terhadap Nilai Perusahaan.

Ukuran merupakan cerminan dari besar kecilnya perusahaan dengan

melihat nilai total aktiva. Adanya ukuran bank perbankan yang semakin

besar, maka semakin besar kecenderungan investor untuk

memperhatikan perusahaan dalam hal penerimaan return saham. Hal ini

diakibatkan oleh perusahaan yang memiliki ukuran yang besar,

cenderung dianggap lebih stabil oleh investor. Selain itu Soleman (2008)

menyatakan bahwa semakin besar ukuran bank akan mencerminkan

semakin besarnya kemampuan perusahaan untuk dapat membiayai

kebutuhan dananya di masa mendatang. Besar ukuran bank

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

mengindikasikan perusahaan dapat menghasilkan produksi yang besar

sehingga menghasilkan laba yang besar pula, jadi dapat disimpulkan

semakin besar ukuran bank semakin tinggi pertumbuhan labanya

(Yohanas, 2014).

Perusahaan yang relatif besar kinerjanya akan dilihat oleh publik

sehingga perusahaan tersebut akan melaporkan kondisi keuangannya

dengan lebih berhati-hati, lebih menunjukkan keinformatifan informasi

yang terkandung di dalamnya dan lebih transparan sehingga perusahaan

akan lebih sedikit dalam melakukan manajemen laba (Suryani, 2010).

Selain itu adanya ekspektasi investor tentang perolehan dividen dari

perusahaan tersebut. Kondisi inilah yang akan dipertimbangkan investor

dalam melakukan investasi. Oleh karena ukuran bank yang besar dan

didukung oleh kestabilannya, mampu menarik investor untuk memiliki

saham di bank tersebut. Peningkatan permintaan saham perusahaan dapat

memicu peningkatan harga saham di pasar modal.

Fitrijanti (2002) yang menyatakan bahwa perusahaan besar

cenderung mendominasi posisi pasar dalam industrinya, yang seringkali

perusahaan besar lebih memiliki keunggulan kompetitif dalam

mengeksplorasi kesempatan investasi. Sehingga perusahaan yang

bertumbuh secara signifikan merupakan perusahaan yang besar dan

dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal. Maka dari itu

perusahaan besar tentu lebih mudah untuk mendapatkan tambahan dana

yang kemudian dapat meningkatkan profitabilitas (Elton et al. 1994).

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.pdfPerusahaan dengan prospek baik cenderung menghindari penjualan saham dan berusaha mendapatkan modal baru dengan cara lainnya termasuk

Profitabilitas perbankan yang tinggi mampu menarik minat investor

untuk menanamkan modalnya. Apabila minat investor dalam membeli

saham meningkat, maka perusahaan akan menaikkan harga sahamnya,

sehingga mampu meningkatkan nilai perusahaan Berdasarkan uraian

diatas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut.

H1 : Ukuran bank berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

perbankan yang terdaftar di BEI.