BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada...

30
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu Batik Tegal sudah pernah diteliti oleh beberapa peneliti dengan sudut pandang yang berbeda. Penelitian Desi R.M dalam tesisnya berjudul Mengkaji Makna Simbolik Dan Nilai Estetik Batik Beras Mawur” (Tesis, 2013). Penelitian tersebut membahas tentang arti pola hias serta keindahan motif beras mawur. Krismawan A.S dalam penelitiannya berjudul Tinjauan Motif, Warna, Dan Nilai Estetik Batik Tegal Produksi Kelompok Usaha Bersama Sidomulyo Di Pasangan Talang Tegal” (Tesis, 2012), membahas tentang tinjauan motif, warna, dan nilai estetik motif batik Tegal produksi ciri khas kelompok usaha Sidomulyo. Jurnal batik pada tanggal 10 Februari 2014, artikel M. Budi Mulyaman berjudul “Era Baru Batik Tegal” yang membahas tentang perkembangan batik Tegal dengan motif baru. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian yang mengangkat tema“Kajian Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung, Kecamatan Tegal Selatan” merupakan bentuk pengkajian baru pada penelitian tulisan sebelumnya, sehingga apa yang belum dibahas sebelumnya akan tersampaikan dalam penelitian ini.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian atau Kajian Terdahulu

Batik Tegal sudah pernah diteliti oleh beberapa peneliti dengan sudut

pandang yang berbeda. Penelitian Desi R.M dalam tesisnya berjudul “Mengkaji

Makna Simbolik Dan Nilai Estetik Batik Beras Mawur” (Tesis, 2013). Penelitian

tersebut membahas tentang arti pola hias serta keindahan motif beras mawur.

Krismawan A.S dalam penelitiannya berjudul “Tinjauan Motif, Warna, Dan Nilai

Estetik Batik Tegal Produksi Kelompok Usaha Bersama Sidomulyo Di Pasangan

Talang Tegal” (Tesis, 2012), membahas tentang tinjauan motif, warna, dan nilai

estetik motif batik Tegal produksi ciri khas kelompok usaha Sidomulyo. Jurnal

batik pada tanggal 10 Februari 2014, artikel M. Budi Mulyaman berjudul “Era

Baru Batik Tegal” yang membahas tentang perkembangan batik Tegal dengan

motif baru.

Berdasarkan hal tersebut maka penelitian yang mengangkat tema“Kajian

Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung, Kecamatan Tegal Selatan”

merupakan bentuk pengkajian baru pada penelitian tulisan sebelumnya, sehingga

apa yang belum dibahas sebelumnya akan tersampaikan dalam penelitian ini.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

7

B. Batik

1. Pengertian Batik

Kata “batik” berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa: yaitu “amba”, yang

mempunyai arti “menulis” dan “titik” yang mempunyai arti “titik”, di mana dalam

pembuatan kain batik sebagian prosesnya dilakukan dengan menulis dan

sebagian dari tulisan tersebut berupa titik. Titik berarti juga tetes. Seperti

diketahui bahwa dalam membuat kain batik dilakukan pula penetesan lilin di atas

kain putih (Lisbijanto, 2013:6).

a. Menurut Nian Djumena, berdasarkan sudut daerah pembatikan batik

dibedakan menjadi 2 kelompok besar yakni:

1) Batik Vorstenlanden

Batik Vorstenlanden adalah batik dari Solo dan Yogya. Batik yang berasal

dari keraton dan batik yang mendapat pengaruh sangat kuat dari keraton, baik

ragam hias maupun warnanya. Berdasarkan sifat ragam hias dan warnanya, batik

Vorstenlanden memiliki ciri khas antara lain, ragam hias bersifat simbolis berlatar

kebudayaan Hindu-Jawa, warna cenderung kewarna coklat sogan, indigo, hitam

dan putih.

Warna dominan kain batik klasik Jawa pada awalnya dapat ditemukan

sebagai berikut : warna coklat (Dragem Sogan) adalah simbolis dari warna tanah

lempung yang subur, dapat membangkitkan rasa kerendahan hati, kesederhanaan

dan “membumi”, selain kehangatan bagi pemakainya. Warna biru tua (Wulung),

pakaian dengan warna ini memberikan efek rasa ketenangan, kepercayaan,

kelembutan pekerti, keikhlasan, dan rasa kesetiaan. Warna biru tua biasanya

ditemukan pada motif batik klasik Yogyakarta, misalnya pada motif Modang.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

8

Warna putih melambangkan arah timur, muncul pada motif gagrak Yogyakarta

dan menunjukkan kesan inocent (rasa tidak bersalah), kesucian, ketentraman hati

dan keberanian serta sifat pemaaf pemakainya.

Menurut H.Santoso Doellah, Batik Keraton sebagai wastra batik

tradisional, terutama yang tumbuh dan berkembang di Keraton-Keraton Jawa

(termasuk Keraton Cirebon dan Sumenep). Tata susun ragam hias dan

pewarnaannya merupakan paduan yang menganggumkan antra matra seni, adad,

pandangan hidup dan kepribadian lingkungan yang melahirkan karya seni ini,

yaitu lingkungan Keraton.

Pola-pola batik Keraton mencerminkan pengaruh Hindu-Jawa yang pada

zaman Pajajaran dan Majapahit berpengaruh sangat besar dalam seluruh tata

kehidupan dan kepercayaan masyarakat Jawa. Pengaruh Hindu-Jawa tercermin

dengan jelas pada batik-batik Kerton berpola Semen. Meskipun susunan ragam

hias batik Keraton memeiliki aturan yang baku, namun berkat kebebasan dalam

menyusun serta memilih ragam hias utama, isen-isen dan ragam hias pengisi,

maka batik motif Semen memiliki banyak sekali ragamnya (Kusrianto, 2013:36).

Ragam hias batik yang ada hubungannya dengan kedudukan sosial

umpamanya, adalah ragam hias Parang Rusak Barong, Sawat, dan Kawung.

Aturan atau tata cara pemakaian batik, antara lain menyangkut, kedudukan sosial

si pemakai dan pada kesempatan atau peristiwa mana kain batik ini dipakai atau

dipergunakan tergantung dari makna atau arti dan harapan ragam hias tersebut.

Struktur batik merupakan struktur atau prinsip dasar penyusunan batik.

Struktur batik terdiri dari unsur pola atau motif batik yang disusun berdasarkan

pola yang sudah baku.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

9

Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara

keseluruhan. Motif batik disebut juga corak batik atau pola batik. Menurut unsur-

unsurnya, maka motif batik dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu:

ornamen motif batik dan isen motif batik (Susanto, 1980:212).

Menurut Sewan Susanto, motif batik berdasarkan unsur-unsurnya

dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Ornamen Motif Batik, dibedakan lagi atas ornamen utama dan

ornamen pengisi bidang atau ornamen tambahan. Ornamen utama adalah suatu

ragam hias menentukn dari pada motif tersebut, dan pada umumnya ornamen-

ornamen utama itu masing-masing mempunyai arti, sehingga susunan ornamen-

ornamen itu dalam suatu motif membuat jiwa atau arti pada motif itu sendiri.

Ornamen tambahan tidak mempunyai arti dalam pembentukan motif dan

berfungsi sebagai pengisi bidang.

2) Isen motif adalah berupa titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan

garis yang berfungsi untuk mengisi ornamen-ornamen motif atau mengisi bidang

diantara ornamen-ornamen tersebut. Bentuk-bentuk isen yaitu cecek-cecek, cecek

pitu, sisik melik, cecek sawut, cecek sawut daun (bentuk megar), herangan, sisik,

gringsing, sawut, galaran, rambutan atau rawan, siarapan, cacah gori. Tetapi

sering dapati bahwa pada suatu motif, tidak dapat dibedakan mana yang ornamen

utama dan mana ornamen tambahan sehingga hanya mempunyai susunan yang

indah saja dan tidak mempunyai jiwa yang mendalam.

Ornamen pengisi ialah ornamen-ornamen yang berfungsi sebagai pengisi

bidang untuk memperindah motif secara keseluruhan. Ornamen pengisi ini

bentuknya lebih kecil dan lebih sederhana, sedang yang digambarkan dapat

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

10

berbagai macam, bentuk burung, bentuk binatang sederhana atau tumbuhan,

seperti kuncup, daun, bunga atau lung-lungan. Dalam satu motif, ornamen pengisi

itu dapat hanya satu macam ornamen pengisi, dapat pula diisi dengan beberapa

macam ornamen pengisi (Susanto, 1980:212).

Bila pengendalian hidupnya salah akan masuk di dunia bawah atau lembah

kesengsaraan dan apabila pengendalian hidupnya dapat mencapai kebenaran

maka, ia akan masuk dunia atas atau kemuliaan abadi. Maka motif tersebut secara

keseluruhan adalah menggambarkan bahwa hidup itu adalah tidak gampang

menjadi sengsara atau mulia adalah tergantung dari perbuatan dan pengendalian

hidup dari manusia itu sendiri. Demikian sebagai gambaran bahwa motif-motif

batik yang klasik pada umumnya mempunyai dua macam keindahan yaitu:

Keindahan visual, yaitu rasa indah yang diperoleh karena perpaduan yang

harmoni dari susunan bentuk dan warna melalui penglihatan atau panca indera.

Keindahan jiwa, atau keindahan filosofis, yaitu rasa indah yang diperoleh karena

susunan arti lambang ornamen-ornamennya yang membuat gambaran sesuai

dengan paham yang dimengertinya (Susanto, 1990:212).

Mengenai ornamen utama dan isen yang merupakan unsur motif batik,

masing-masing ditinjau tersendiri pada bagian lain, pada bagian ini akan ditinjau

lebih lanjut mengenai susunan motif yang merupakan rangkaian dari unsur-unsur

motif dan pengertian serta jiwanya yang terkandung didalamnya.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

11

2) Batik Pesisiran

Batik pesisiran adalah semua batik yang pembuatannya dikerjakan diluar

Solo dan Yogya. Karena dibuat didaerah pesisir yang sarat pengaruh dari luar,

batik pesisiran mempunyai ragam hias dan warna mengandung unsur-unsur

budaya dari luar. Berdasarkan sifat ragam hias dan warnanya, batik Pesisiran

memiliki ciri khas antara lain, ragam hias bersifat naturalistis dan pengaruh

berbagai kebudayaan asing terlihat kuat, warna beraneka ragam (Djoemena,

1990:8).

Berdasarkan motifnya batik pesisir terdiri dari:

a) Batik India atau Batik Sembagi

Merupakan batik yang menerapkan ragam hias wastra India, yaitu kain

patola dan chinz atau sembagi, serta mulai dibuat oleh pedagang-pedagang Arab

dan Cina pada awal abad ke-19 dikawasan utara pulau Jawa (Doellah, 2002:154).

b) Batik Belanda

Merupakan jenis batik yang tumbuh dan berkembang antara tahun 1840

sampai dengan tahun 1840 sampai dengan tahun 1940, hampir semua sarung,

pada mulanya hanya dibuat bagi masyarakat Belanda dan Indo-Belanda, dan

kebanyakan dibuat di daerah pesisir (Pekalongan) (Doellah, 2002:164).

c) Batik Cina

Merupakan pengaruh budaya Cina pada kehidupan di bumi Nusantara

yang telah berlangsung lebih dari seribu tahun yang lalu, masuk melalui arus

perpindahan penduduk dan perdagangan orang-orang Cina yang berasal dari Cina

Selatan. Batik Cina adalah jenis batik yang dibuat oleh orang-orang Cina atau

peranakan, yang menampilkan pola-pola dengan ragam hias satwa mitos Cina,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

12

seperti naga, singa, burung phoenix (burung hong), kura-kura, kilin (anjing

berkepala singa), dewa dan dewi, ragam hias yang berasal dari keramik Cina

kuna, serta ragam hias berbentuk mega dengan warna merah atau merah dan biru

(Doellah, 2002:182).

d) Batik Djawa Hokokai

Batik yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan batik di Pekalongan

selama masa penjajahan Jepang di tahun 1942-1945, dengan pola hias dan warna

yang dipengaruhi oleh budaya Jepang dan latar yang menampakkan pola batik

keraton. Batik Djawa Hokokai berformat “pagi-sore”, yaitu ditata dengan dua pola

dan dua nuansa warna berbeda dalam satu kain (Doellah, 2002:202).

Pada batik pesisir dari berbagai daerah, warna dan tatawarna biru putih

(kelengan), merah putih (bang-bangan), merah biru (bang-biru), merah-putih-hijau

(bang-biru-ijo) hampir selalu ada, tentu saja dengan perbedaan nuansa warna

menurut selera daerah yang bersangkutan. Dilihat dari segi ragam hias, warna dan

tatacara serta gayanya, batik pesisir yang menonjol dan yang sampai sekarang

masih digemari, antara lain batik dari daerah Indramayu, Cirebon, Pekalongan,

Lasem, Garut, Madura dan Jambi.

b. Menurut Kartika (2007:137), berdasarkan Polanya, batik dibedakan

menjadi 2 antara lain, yaitu :

1. Batik Pola Klasik yaitu pengrajin batik secara utuh masih mengacu pada batik

klasik dengan teknik pembatikan menggunakan pewarna sintetis.

2. Batik Pola Kreasi yaitu pembuatan batik tidak ideal lagi secara utuh (tidak

sepenuhnya) mengacu pada batik klasik, teknik pewarnaan maupun

pembatikan bebas (cap atau printing) dan menggunakan pewarna sintetis.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

13

c. Batik berdasarkan motif batik yang beredar dipasaran, dibedakan

menjadi 2 yaitu:

a) Motif yang bersifat klasik:

Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido

mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani, kembang asem dan

wirasat. Ditambah dengan yang bermotif garis yaitu : kawung, parikesit, parang

kusuma, gringsing, pamor, udan liris rujak sente, parang rusak, tirta tirja dan

jlamprang.

b) Motif yang bersifat moderen :

Batik modern sudah tidak lagi menggunakan patokan dari batik klasik,

tetapi cenderung mengikuti selera merancangnya dan disesuaikan dengan si

pemakai (Lisbijanto, 2003:46).

Ciri-ciri batik moderen yaitu mempunyai ragam hias bebas biasanya

binatang, tumbuhan, rangkaian bunga, buah dan sebagainya, motif atau corak

batik tidak mempunyai arti simbolik tertentu, warna yang digunakan bebas, tidak

terikat pada pakem seperti biru, merah dan ungu, biasanya motif batik modern

memiliki ciri daerah asal (Lisbijanto, 2003:48).

Motif-motif batik yang tergolong motif-motif moderen, keindahan visual

dan dan keindahan jiwa tidak menonjol atau tidak ada sama sekali dan yang ada

hanya merupakan keindahan yang pertama. Sehingga sering terjadi bahwa

pemberian nama motif batik tidak sesuai dengan ragam yang ada dalam motif

tersebut (Susanto, 1990:213).

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

14

d. Menurut Sewan Susanto (1990:215) , berdasarkan pada pembagian

bidang letak susunan motif, maka motif batik dapat dibagi menjadi 2

golongan yaitu:

a) Golongan Motif Geometris

Merupakan motif-motif yang tersusun atas unsur-unsur bentuk geometris,

seperti lingkaran, segiempat, segitiga, dan sebagainya. Persamaan ciri-ciri motif

golongan geometris yaitu motif banji, motif ganggong, motif ceplokan, motif

seperti anyaman, motif parang dan lereng.

b) Golongan Non-Geometris

Merupakan motif-motif yang tersusun dari ornamen-ornamen tumbuhan

dan tidak dapat dimasukkan geometris, terbagi 4 macam, antara lain: motif semen,

buketan, dinamis, dan pinggiran. Dalam susunan tidak teratur meskipun dalam

bidang luas akan terjadi berulang kembali susunan motif tersebut.

e. Batik berdasarkan teknik pembuatan dibedakan menjadi 3 macam,

antara lain:

a) Batik tulis

Batik tulis adalah kain batik yang menggunakan teknik tulis dalam

membentuk motif atau corak batik dengan menggunakan tangan dan alat bantu

canting. Kain batik tulis mempunyai ciri khas yang tidak sama dengan setiap kain

batik. Motif batik di corek pada kain dengan detail menggunakan media malam.

Proses pembuatannya menghabiskan waktu sekitar 2 hingga 3 bulan(Lisbijanto,

2003:10).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

15

b) Batik cap

Batik cap adalah kain yang cara pembuatan corak dan motifnya dengan

menggunakan cap atau semacam stempel yang terbuat dari tembaga. Dalam hal

ini proses pembuatannya tidak serumit dan selama batik tulis. Cap tersebut

menggantikan fungsi canting dalam membatik. Cetakan motif tersebut dicelupkan

ke dalam lilin atau malam kemudian diletakkan pada kain. Proses pembuatan

batik dengan metode cap relatif cepat sekitar 2 hingga 3 hari. Namun, kain batik

cap ini kurang mempunyai nilai seni, karena hasil dari proses terlinat sama dan

kurang menarik bagi yang memahami batik (Lisbijanto, 2003:11).

c) Batik lukis

Batik lukis adalah kain batik yang proses pembuatannya dengan cara

dilukis pada kain putih, dalam melukis juga menggunakan bahan malam yang

kemudian diberi warna sesuai dengan kehendak seniman tersebut. Motif dan

corak batik lukis tidak terpaku dengan desain pada umumnya tetapi sesuai dengan

keinginan pelukis tersebut. Batik lukis merupakan pengembangan motif batik tulis

dan batik cap. Pembuatan batik dengan metode lukis memakan waktu lama

walaupun tidak seperti batik tulis karena motif dilukis langsung di media kain

yang akan dibuat menjadi batik (Lisbijanto, 2003:12).

2. Batik Pesisir

Batik pesisiran adalah batik yang berkembang dikawasan pantai utara

Jawa seperti Cirebon, Indramayu, Lasem, dan Pekalongan. Kemunculannya

dengan membawa ciri yang sangat kuat membuat para pengamat batik di zaman

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

16

pendudukan Belanda dengan tegas mengelompokkan batik Jawa menjadi dua,

yaitu batik Vorstenlanden dan batik Pesisiran. Pengertian tersebut dianalisis oleh

pemikiran Belanda pada akhir abad 19 (Kusrianto, 2013:208).

Mulai tahun 1980-an antropolog Rens-Heringa meneliti batik dari pesisir

utara Jawa, begitu pula Harmen C.Veldhuisen, seorang sosiolog dan kolektor

batik. Keduanya berasal dari Belanda. Mereka tidak sependapat dengan Rouffaer

yang menyatakan batik pesisir yang berwarna-warni mestinya berkembang

kemudian. Dalam Five Centuries of Indonesian Textiles, Rens Heringa

mengemukakan bahwa penelitian lebih baru mengungkapkan:”.... perkembangan

gaya batik berwarna cerah dari pesisir utara Jawa, secara historis tidak dapat

dipertanggungjawabkan bila dikaitkan dengan kematian perdagangan cina dari

Gujarat dan Partai Koromandel pada akhir abad XVIII atau awal abad XIX”.

Batik pesisir diperkirakan sudah mulai berkembang sejak abad XV (Ishwara,

2013:24).

Malaka merupakan tempat pertemuan para pedagang dari berbagai penjuru

dunia. Mereka membawa barang dagangan dari tempat asal untuk dijual di

Malaka dan membeli barang dari pedagang lain untuk keperluan pembeli di

tempat asal. Barang-barang yang diperdagangkan di Malaka antara lain bahan

makanan (beras), bahan pakaian (wol, katun, sutera), bahan pewarna pakaian

(indigo), perak, tembaga, cermin, porselin, dan sebagainya.

Kawasan Indonesia banyak ditawarkan rempah-rempah, seperti pala,

merica, cengkih, beras, teh, malam tawon, kapur barus, kemenyan, kayu gaharu,

cendana dan sebagainya. Ketika mengunjungi Jawa, Tomes Pires (Armando

Cortesao, 1944) mencatat beberapa komoditas, seperti emas bermutu, tembaga,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

17

bermacam ternak, ikan, sayur-sayuran, buah-buahan, beras yang putih, dan”....

For merchandise they have countless Javanese cloths, which they take to Malacca

to sell”.

Dalam catatan lain, ketika mengunjungi pesisir sunda (Kelapa), Tomes

Pires (Armando Cortesao, 1944) mencatat barang dagangan yang dibutuhkan dari

Malaka sebagai berikut:

“They buy white sinabaffs, both large and small, syinhaves, pachauelezez,

balachos, atobalachos (these are white cloths). They buy kling cloths,

enraladosof large and small, ladrilho which are then marketable, and they

buy much. They buy pachak, catechu, and seeds from Cambay, turias,

tiricandies, caydes in quantities. A great dial is used, there and bought for

gold. Areca, rosewater, and thing like that are bought in Sunda”.

Yang menarik dari catatan Tomes Pires adalah istilah Javanese cloth dan

Kling cloth. Menurut Mattiebelle Gittinger(1982), istilah Kling cloth adalah

pengertian umum untuk jenis kain (panjang) dari India, yang diperdagangkan

untuk pasar Asia Tenggara. Ini terjadi pada saat kata Portugis menguasai Malaka

tahun 1511. Istilah ini merujuk pada kata Kalinga, nama suatu tempat di India.

Kain panjang dari India berukuran sekitar 27cm x 11cm, dibuat dengan teknik

lukisan atau cetak rintang warna dan menyerupai batik.

Batik yang jumlah ragamnya tak terhitung ini dibuat oleh pengrajin batik

pesisiran yang telah memeluk agama Islam. Batik-batik itu dipasarkan tidak hanya

Malaka, tetapi juga tempat-tempat lain diseluruh pelosok Indonesia. Penyebaran

batik dilakukan oleh para pedagang muslim pesisir utara pulau Jawa. Mereka

melakukan hal itu sambil menawarkan komoditas lain yang diangkut dengan

kapal ke pasar manca.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

18

Produksi batik pesisir tumbuh dengan pesat sekitar tahun 1870-an,

didukung oleh kemajuan transportasi dengan adanya kereta api dan kapal uap.

Pedagang dan penghasil batik berusaha memenuhi selera konsumen yang beragam

yang senantiasa menuntut inovasi baru. Akibatnya, batik yang dibuat di sepanjang

pesisir terutama di daerah Pekalongan, coraknya sangat dinamis (Ishwara,

2013:27).

Fenomena kemunculan batik pesisiran adalah suatu “pemberontakan”

terhadap bentuk batik klasik yang telah lama ada. Motif batik pesisiran dianggap

“nyeleh”, tidak mirip batik yang telah akrab dalam kehidupan orang Jawa,

terutama dalam tampilan warna dan motifnya (Kusrianto, 2013:208).

Batik pesisiran adalah batik nonklasik, nama lain batik moderen. Batik

pesisiran tidak mengenal pengkhususan pengguna sebagaimana batik Keraton.

Batik pesisiran yang merupakan budaya silang berbagai bangsa yang pernah

berinteraksi dengan penduduk didaerah pesisir utara pulau Jawa mampu

menembus batas-batas bangsa, mengabaikan batas-batas kasta maupun strata

sosial. Dengan demikian, batik pesisiran cenderung lebih luwes, tidak kaku, dan

bernuansa lebih ceria (Kusrianto, 2013:209).

Batik pesisir terbagi menjadi delapan model, batik pesisir tradisional yang

merah biru, batik hasil pengembangan pengusaha keturunan, khususnya Cina dan

Indo Eropa, batik yang dipengaruhi kuat oleh Belanda, batik yang mencerminkan

kekuasaan kolonial, batik hasil modifikasi pengusaha Cina yang ditujukan untuk

kebutuhan kalangan Cina, kain panjang, batik hasil pengembangan dari model

batik merah biru, kain adat.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

19

Ragam hias batik pesisir utara Jawa, pada kenyataannya, lebih merupakan

gabungan ragam hias daripada satu jenis ragam hias. Kelompok ragam hias yang

cukup dominan adalah ragam hias flora menyusul geometris, dan fauna

(Hasanudin, 2001:148).

3. Cara Pembuatan Raport

Pembagian motif-motif menurut rapor-rapor tertentu sebagai gambar dasar

dari suatu motif akan mempunyai beberapa keuntungan antara lain; jika seseorang

menghendaki suatu motif dan disuruh membuat oleh tukang perencana gambar

(desainer) maka contoh gambar tidak perlu seluruhnya, tetapi cukup sebagiam

sebagai rapor gambar. Jika motif batik diajarkan pada suatu lembaga pendidikan

sebagai suatu mata pelajaran maka cara memberikan contoh-contoh motif kepada

para pengikut seluruh motif digambar lengkap (akan menghabiskan waktu dan

tenaga) tetapi cukup diberikan contoh gambar sebagian saja, bila sautu contoh

gambar perlu dikirim ketempat yang jauh, maka cukup mengirimkan rapor

gambar pada tiap-tiap motif sehingga akan menjadi lebh praktis (Susanto,

1980:216)

Cara menggambarkan motif batik menurut pembagian raport motif

4.1 Pola Tubruk

Bila gambar rapor ABCD, disusun kekanan dan kekiri menurut arah

horisontal dan kedepan dan kebelakang menurut arah horisontal dan kedepan dan

kebelakang menurut arah vertikal akan terbentuk suatu motif dari dasar rapor

ABCD.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

20

ABCD = ± 1langkah semua arah. Artinya rapor ABCD harus

disusun kearah horisontal dan vertikal dan bergeser satu langkah. Sistim susunan

disebut “Tubruk”

4.2 Pola Tubruk Miring

Bila Rapor segi empat WXYZ disusun ke arah garis miring kekanan dan

kekiri maka akan tersusun suatu suatu motif dengan dasar rapor WXYZ.

D

B A

C

Gambar 1. Pola Tubruk

Sumber : Sewan Susanto, 1980:216

Gambar 2. Pola Tubruk Miring

Sumber : Sewan susanto, 1980:216

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

21

WXYZ = ± 1langkah. Sistim susunan disebut “Tubruk” miring.

Artinya rapor WXYZ harus disusun kearah garis miring yang miring kearah

kanan maupun kearah kiri bergeser satu langkah.

4.3 Pola Parang

Bila rapor motif belah ketupat OPQR disusun kearah garis miring maka

akan terbentuk motif OPQR tersebut.

OPQR = ± 1langkah

Artinya untuk memperoleh motif, rapor OPQR harus disusun kearah garis miring

yang miring kekanan saja atau kekiri saja dan bergeser satu langkah. Sistim

susunsn disebut “Parang” atau sisi miring.

3.4 Pola Pembagian Sarung dan pembagian kepala kain

Kepala kain adalah bagian dari sehelai kain batik yang berwajah lain, baik

dalam corak maupun warna. Kepala kain terdapat hanya pada kain sarun dan

sering pula pada kain sarung dan sering pula pada kain panjang pesisir. Kain

Gambar 3. Pola Parang

Sumber : Sewan Susanto, 1980:216

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

22

panjang Solo-Yogya atau “Vorstenlanden tidak mempunyai kepala kain. Panjang

sehelai kain sarung ±2m yang dapat dibagi atas badan, kepala kain dan sisi yang

terdiri dari hiasan pinggir. Kepala kain terdiri dari hiasan pinggir, papan dan

tumpal, yang merupakan bagian penting dari sehelai kain sarung. Ini dapat dilihat

dari segi pengerjaannya dan coraknya yang kaya, rumit dan semarak. Lebar kepala

kain sarung ±0,7m (±1/3 dari panjang kain tersebut) dan berada ditengah-tengah

atau salah satu ujung umumnya disebelah kain dalam pemakaiannya (Nian,

1990:30).

4. Estetika

Berdasarkan pendapat umum, estetika diartikan sebagai suatu cabang

filsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada

alam dan seni (Kartika, 2004:5).

Gambar 4. Pola Pembagian Sarung dan Kepala kain

Sumber : Nian Djemuna, 1990:30

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

23

Estetika dari kata Yunani aesthesis atau pengamatan adalah cabang filsafat

yang berbicara tentang keindahan. Dalam estetika yang dicari adalah hakikat dari

keindahan, bentuk-bentuk pengalaman keindahan (seperti keindahan jasmani dan

keindahan rohani, keindahan alam dan keindahan seni), diselidiki emosi manusia

sebagai reaksi terhadap yang indah, agung, tragis, bagus, mengharukan, dan

sebagainya.

Estetika dibedakan menjadi estetika deskriptif dan estetika normatif.

Estetika deskriptif menggambarkan gejala-gejala pengalaman keindahan,

sedangkan estetika normatif mencari dasar pengalaman. Misalnya ditanyakan

apakah keindahan itu akhirnya sesuatu yang objektif (terletak dalam lukisan) atau

justru subjektif (terletak dalam mata manusia sendiri) (Surajiyo, 2012:101).

Pengalaman estetika bukanlah sesuatu yang mudah muncul atau mudah

diperoleh, karena untuk semua itu memerlukan pemusatan atau perhatian yang

sungguh-sungguh. Pengalaman estetika dari seseorang adalah persoalan

psikologis yang kini banyak pula dibahas didalam estetika. Pada dasarnya

pengalaman estetik merupakan hasil suatu interaksi antara karya seni dan

penghayatnya. Interaksi tidak akan terjadi tanpa adanya suatu kondisi yang

mendukung dan dalam kondisi penangkapan nilai-nilai estetik yang terkandung

didalam karya seni yaitu kondisi intelektual dan kondisi emosional (Dharsono,

2012:83).

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

24

C. Teori dan Kerangka Pikir

1. Estetika

Teori Estetika yang digunakan sebagai landasan dalam pengkajian yang

membahas tentang kajian corak batik Tegal yang diungkapkan oleh Dharsono

Sony Kartika, Estetika merupakan bentuk apreasiasi dalam menghadapi dan

menghargai atau menafsirkan makna yang terkandung di dalam karya seni.

a. Unsur-unsur Rupa (unsur desain)

1) Unsur Garis

Unsur garis merupakan dua titik yang dihubungkan. Garis bukan hanya

sebagai garis tetapi juga sebagai simbol emosi yang diungkapkan lewat garis atau

lebih tepat disebut goresan. Goresan atau garis yang dibuat seorang seniman akan

memberikan pesan psikologis yang berbeda pada setiap garis yang dihadirkan.

Garis mempunyai peranan sebagai garis, yang kehadirannya untuk

memberi tanda dari bentuk logis, seperti yang terdapat pada ilmu-ilmu eksakta.

Garis berperan sebagai lambang, informasi yang sudah merupakan pola baku dari

kehidupan sehari-hari, seperti pola pada lambang yang terdapat pada logo, tanda

pada peraturan lalu lintas, dan lambang-lambang lainnya.

Garis memiliki peranan sifat formal dan non formal, misalnya garis

geometris yang bersifat formal, beraturan, dan resmi. Garis non geometris bersifat

tak resmi dan luwes, lemah gemulai, lembut, acak-acakan, yang semuanya

tergantung oleh sipembuat garis.

Dalam bidang seni dan desain, garis merupakan unsur yang memiliki

peranan paling besar dan terpenting, karena garis memiliki peran ganda, yaitu

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

25

sebagai goresan nyata yang dapat menghasilkan nilai tersendiri, dan sebagai garis

semu yang dapat membantu membentuk keindahan suatu karya seni. Semua jenis

garis tersebut memiliki karakter-karakter tertentu. Garis nyata maupun garis semu

mempunyai potensi sendiri-sendiri (Sanyoto, 2009:91).

Berdasarkan karakter, garis dibedakan menjadi 2 yaitu:

a) Garis horizontal

Garis horizontal atau garis mendatar air mengasosiasikan cakrawala laut

mendatar, pohon tumbang, orang tidur atau mati, dan benda-benda lain yang

panjang mendatar, mengesankan keadaan istirahat. Garis horizontal memberi

karakter tenang, damai, pasif, kaku. Garis ini melambangkan ketenangan,

kedamaian, dan kemantapan.

b) Garis vertikal

Garis vertikal atau garis tegak mengasosiasikan benda-benda yang berdiri

tegak lurus seperti batang pohon, orang berdiri, tugu, dan lain-lain. Garis vertikal

mengesankan tak bergerak sesuatu yang melesat menusuk langit, mengesankan

keadaan agung, jujur, tegas, cerah, cita-cita atau pengharapan. Garis vertikal

memberikan karakter seimbang (stabil), megah, kuat tetapi statis dan kaku. Garis

melambangkan kestabilan atau keseimbangan, kemegahan, kekuatan, kekokohan,

kejujuran, dan kemashuran.

c) Garis diagonal

Garis diagonal atau garis miring kekanan atau kekiri mengasosiasikan

orang lari, kuda meloncat, pohon doyong, dan lain-lain yang mengesankan objek

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

26

dalam keadaan tak seimbang dan menimbulkan gerakan akan jatuh. Garis

diagonal memberikan karakter gerakan (movement), gerak lari atau meluncur,

dinamis, tak seimbang, gerak gesit, lincah, kenes, dan menggetarkan. Garis

diagonal melambangkan kedinamisan, kegesitan kelincahan dan kekenesan.

d) Garis lengkung

Garis lengkung meliputi lengkung mengapung, lengkung kubah, lengkung

busur; memberi kualitas mengapung seperti pelampung, mengasosiasikan

gumpalan asap, buih sabun, balon, dan semacamnya; mengesankan gaya

mengapung (bouyancy), ringan dan dinamis. Garis ini memberi karakter ringan,

dinamis, kuat; dan melambangkan kemegahan, kekuatan, dan kedinamisan.

e) Garis lengkung S

Garis lengkung S atau garis lemah gemulai (grace) merupakan garis

lengkung majemuk atau lengkung ganda. Garis ini dibuat dengan gerakan

melengkung ke atas bersambung melengkung kebawah atau melengkung kekanan

bersambung melambung ke kiri, yang merupakan gerakan indah sehingga garis ini

sering disebut “line of beauty”. Garis ini merupakan garis terindah dari semua

garis; memberikan asosiasi gerakan ombak, pohon/padi tertiup angin, gerakan

lincah bocah/anak binatang, dan semacamnya. Garis lengkung S memberi indah,

dinamis, luwes, melambangkan keindahan, kedinamisan, dan keluwesan.

f) Garis zig-zag

Garis zig-zag merupakan garis lurus patah-patah bersudut runcing yang

dibuat dengan gerakan naik turun secara spontan merupakan gabungan dari garis-

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

27

garis vertikal dan diagonal memberi sugesti semangat dan gairah. Garis zig-zag

memberi karakter gairah (excited), semangat, bahaya, dan kengerian. Karena

dibuat dengan tikungan-tikungan tajam dan mendadak maka mengesankan

nervous, kalau irama musik seperti rock, metal, dan semacamnya. Garis ini

melambangkan gerak semangat, kegairahan, dan bahaya (Sanyoto, 2012:96).

2) Unsur Shape (Bangun)

Shape adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah

kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap

terang pada arsiran atau karena adanya teksture. Fungsi shape dalam karya seni

yaitu simbol perasaan seniman di dalam menggambarkan objek hasil subject

matter.

Shape mengalami perubahan dalam penampilannya (transformasi) yang

sesuai dengan gaya dan cara mengungkapkan secara pribadi seniman. Shape bisa

berupa wujud alam (figur) dan tidak menyerupai wujud alam (non figur).

Perubahan wujud atau bentuk antara lain: stilasi, distorsi, transformasi dan

deformasi.

Stilasi merupakan cara penggambaran untuk mencapai bentuk keindahan

dengan cara menggayakan objek dan atau benda yang digambar. Distorsi adalah

penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter. Transformasi

adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter, dengan

cara memindahkan (trans=pindah) wujud atau figur dari objek lain ke objek yang

digambar. Deformasi merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pada

interpretasi karakter.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

28

3) Unsur Texture (rasa permukaan bahan)

Texture (tekstur) adalah unsur rupa yang menunjukkan rasa permukaan

bahan, yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk

rupa, sebagai usaha memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada

perwajahan bentuk pada karya seni rupa secara nyata atau semu.

4) Unsur Warna

Warna sebagai salah satu elemen atau medium seni rupa merupakan unsur

susun yang sangat penting, baik di bidang seni murni maupun seni terapan. Warna

mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia antara lain;

warna sebagai warna, warna sebagai sebagai representasi alam, warna sebagai

lambang/simbol dan warna sebagai simbol ekspresi.

Warna sebagai warna yaitu warna memberi tanda pada suatu benda atau

barang, membedakan ciri benda satu dengan lainnya, tanpa maksud tertentu dan

tidak memberikan potensi apapun. Warna sebagai representasi warna yaitu

penggambaran sifat objek secara nyata, atau penggambaran dari suatu objek alam

sesuai dengan apa yang dilihatnya. Warna sebagai tanda/lambang/simbol

merupakan lambang atau melambangkan sesuatu yang merupakan tradisi atau

pola umum (Kartika, 2004:108).

5) Intensity/Chroma

Intensity/Chroma diartikan sebagai gejala kekuatan/intensitas warna

(jernih atau suramnya warna). Warna yang mempunyai intensity penuh atau tinggi

adalah warna yang sangat menyolok dan menimbulkan efek yang brilian,

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

29

sedangkan warna yang intensity nya rendah adalah warna-warna yang lebih

berkesan lembut.

6) Ruang dan Waktu

Ruang dalam unsur rupa merupakan wujud tiga matra yang mempunyai:

panjang, lebar, dan tinggi (punya volume). Ruang dalam seni rupa dibagi atas dua

macam yaitu ruang nyata dan ruang semu. Ruang semu, artinya indera

penglihatan menangkap bentuk dan ruang sebagai gambaran sesungguhnya yang

tampak. Ruang nyata adalah bentuk dan ruang yang benar-benar dapat dibuktikan

dengan indera peraba.

b. Prinsip Desain

Penyusunan atau komposisi dari unsur-unsur estetik merupakan prinsip

unsur dalam desain. Hal-hal yang menjadi perhatian prinsip-prinsip komposisi

saat menyusun karya seni antara lain: harmoni, kontras, unity, balance, simplicity,

aksentuasi, dan proporsi.

1) Harmoni (Selaras)

Harmoni atau selaras merupakan paduan unsur-unsur yang berbeda dekat.

Yaitu unsur-unsur estetika dipadu secara berdampingan maka akan timbul

kombinasi tertentu dan timbul keserasian (harmoni). Dapat menimbulkan laras

dan desain yang halus umumnya berwatak laras, akan tetapi harmoni bukan

berarti syarat untuk semua komposisi/susunan yang baik, sering kali penggunaan

susunan harmonis banyak disukai pada masyarakat konservatif.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

30

2) Kontras

Kontras merupakan paduan unsur-unsur yang berbeda tajam. Kontras

memiliki sifat merangsang minat, menghidupkan desain, kontras juga merupakan

unsur komposisi dalam pencapaian bentuk.

3) Irama (Repetisi)

Repetisi atau pengulangan merupakan unsur-unsur pendukung karya seni

yang memiliki selisih antara dua wujud terletak pada ruang dan waktu. Repetisi

memiliki sifat terukur dengan interval ruang adalah bagian penting di dalam

desain visual.

4) Gradasi (Harmonis menuju kontras)

Gradasi merupakan satu sistem paduan dari laras menuju ke kontras,

dengan meningkatkan masa dari unsur yang dihadirkan. Gradasi merupakan

penggambaran susunan monoton menuju dinamika yang menarik.

c. Azas Desain

1) Azas kesatuan (Unity)

Kesatuan adalah kohensi, konsistensi, atau keutuhan yang merupakan isi

pokok dari komposisi. Kesatuan merupakan efek yang dicapai dalam suatu

susunan atau komposisi diantara hubungan unsur pendukung karya, sehingga

secara keseluruhan menampilkan kesan tanggapan secara utuh.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

31

Keutuhan yang dihasilkan oleh dominan dan dominan dapat dihasilkan

oleh ulang. Penekanan dominan adalah jenis yang paling sederhana dan paling

mudah menciptakan keutuhan estetik.

2) Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan dalam penyusunan adalah keadaan atau kesamaan antara

kekuatan yang saling berhadapan dari menimbulkan adanya kesan seimbang

secara visual ataupun secara intensitas kekaryaan. Bobot visual ditentukan oleh

ukuran, wujud, warna, tekstur, dan kehadiran semua unsur dipertimbangakan dan

memperhatikan keseimbangan. Ada dua macam keseimbangan yang diperhatikan

dalam penyusunan bentuk yaitu keseimbangan formal dan keimbangan

nonformal.

3) Keseimbangan formal (Formal balance)

Keseimbangan formal adalah keseimbangan pada dua pihak berlawanan

dari satu poros. Bentuk keseimbngan formal yaitu bentuk simetris secara eksak

atau ulangan berbalik pada sebelah menyebelah. Keseimbangan formal bersifat

statis dan tenang, tetapi tidak menampakkan kesan membosankan.

4) Keseimbangan informal (Informal balance)

Keseimbangan informal adalah keseimbangan sebelah menyebelah dari

susunan yang menggunakan prinsip susunan ketidaksamaan atau kontras dan

asimetris. Keseimbangan informal lebih rumit akan tetapi lebih menarik perhatian

karena memiliki kesan dinamika yang memberi kemungkinan variasi yang lebih

banyak. Yaitu mempunyai keunikan yang didasarkan atas perhitungan kesan

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

32

bobot visual dari unsur-unsur yang dihadirkan ataupun ukuran bentuk yang

dominan, selain itu mempertimbangkan karakter pada masing-masing unsur.

5) Kesederhanaan (Simplicity)

Kesederhanaan dalam desain, pada dasarnya adalah kesederhanaan selektif

dan kecermatan pengelompokkan unsur-unsur artistik dalam desain. Aspek

kesederhanaan yaitu kesederhanaan unsur arrtinya unsur-unsur dalam desain atau

komposisi hendaklah sederhana, sebab unsur yang terlalu rumit sering menjadi

bentuk yang mencolok dan penyendiri, asing atau terlepas sehingga sulit diikat

dalam kesatuan keseluruhan. Kesatuan struktur artinya suatu komposisi yang baik

dapat dicapai melalui penerapan struktur yang sederhana, dalam artinya sesuai

dengan pola, fungsi atau efek yang dikehendaki. Kesederhanaan teknik artinya

sesuatu komposisi jika mungkin dapat dicapai dengan teknik yang sederhana.

6) Aksentual (Emphasisi)

Desain yang baik mempunyai titik berat untuk menarik perhatian (Center

of interest). Ada berbagai cara untuk menarik perhatian pada titik berat tersebut,

yaitu melalui perulangan ukuran serta kontras antara tekstur, warna, garis, ruang,

bentuk atau motif. Aksentuasi melalui perulangan, misalnya kain bermotif (kain

bergambar) dengan berbagai warna, hijau, dan biru, didekatkan pada kain polos

berwarna hijau, maka warna hijau dalam kain bermotif akan nampak lebih

menonjol.

Aksentuasi melalui ukuran, suatu unsur bentuk yang lebih besar akan

tampak menarik perhatian karena besarnya. Aksentuasi melalui susunan: tata letak

dari unsur visual dengan benda-benda lain yang diatur sedemikian rupa sehingga

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

33

mengerahkan pandangan orang ke tempat atau objek yang menjadi pusat

perhatian.

7) Proporsi

Proporsi dan skala mengacu pada hubungan antara bagian dari suatu

desain dan hubungan antara bagian dengan keseluruhan. Proposi tergantung pada

tipe dan besarnya bidang, warna, garis, dan tekstur dalam beberapa area(Kartika,

2007:69-87).

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

34

2. Kerangka Pikir

Sejarah masuknya batik Tegal

pengaruh pedalaman (Sunan

Amangkurat I)

Batik Tegal

Letak geografis pesisir utara

Pulau Jawa

Azaz Desain

Kebutuhan pasar

Batik Tegal

Gaya Pedalaman

Budaya masyarakat

setempat

Batik Tegal

Gaya Pesisir Batik Tegal Gaya

Kontemporer

Estetika

Unsur Desain Prinsip Desain

Struktur

Bagan 1.

Kerangka Pikir

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian atau Kajian Terdahulu · Merupakan motif batik yang sudah ada sejak dahulu kala, sido luhur, sido mukti, sido karno, srikaton, bokor kencana, pringgodani,

35

Uraian dari kerangka pikir menyangkut penelitian tentang batik Tegal

dilatarbelakangi oleh 4 faktor yaitu pertama budaya masyarakat. Budaya

merupakan sesuatu yang berkenaan dengan hasil karya. Kota Tegal memiliki

bermacam-macam kebudayaan salah satunya adalah batik yang merupakan

warisan budaya Indonesia. Budaya batik yang di wariskan orangtua pengrajin

batik Tegal perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya.

Faktor kedua yaitu wilayah kota Tegal terletak di pesisir pantai Utara

pulau Jawa. Kota Tegal salah satu daerah yang merupakan tempat singgahnya

para pedagang dari luar negeri menawarkan barang dagangannya. Negara-negara

yang mempengaruhi corak batik Tegal yaitu negara Belanda, Cina, Jepang dan

India. Corak batik Tegal dipengaruhi oleh motif-motifnya seperti motif buketan

dari Belanda, motif naga dari Cina dan warna-warna cerah. Kegiatan perdagangan

juga berperan dalam perkembangan proses pembatikan di kota Tegal. Hal tersebut

memicu pengrajin batik di kota Tegal meningkatkan kreatifitas dan menciptakan

karya seni batik yang dapat di terima oleh masyarakat.

Faktor ketiga yaitu masuknya pembatik keraton yang dibawa Sunan

Amangkurat I yang singgah dan berdagang di pesisir Utara Pulau Jawa, dari sini

batik Tegal terpengaruh oleh batik keraton yang cenderung warna batik yaitu

sogan.

Faktor keempat yaitu adanya pengaruh dari kebutuhan pasar dengan motif

batik Tegal saat ini. Batik Tegal terus berkembang mengikuti zaman yang

dipengaruhi oleh permintaan pasar, yaitu konsumen batik baik dari kalangan

orangtua juga oleh kalangan muda.