BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi...

34
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. “Motivasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan aktivitas manusia karena motivasi merupakan hal yang dapat menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal” (Malayu S.P Hasibuan, 2001:141). Menurut G.R. Terry yang diterjemahkan oleh J Smith D.F.M (2003:130), “Motivasi dapat diartikan sebagai suatu usaha agar seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat karena ada tujuan yang ingin dicapai”. Manusia mempunyai motivasi yang berbeda tergantung dari banyaknya faktor seperti kepribadian, ambisi, pendidikan dan usia. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 114) “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik, karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya”. Dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, sebab tanpa

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau

menggerakkan. “Motivasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan aktivitas

manusia karena motivasi merupakan hal yang dapat menyebabkan,

menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan

antusias untuk mencapai hasil yang optimal” (Malayu S.P Hasibuan,

2001:141).

Menurut G.R. Terry yang diterjemahkan oleh J Smith D.F.M

(2003:130), “Motivasi dapat diartikan sebagai suatu usaha agar seseorang

dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan semangat karena ada tujuan yang

ingin dicapai”. Manusia mempunyai motivasi yang berbeda tergantung dari

banyaknya faktor seperti kepribadian, ambisi, pendidikan dan usia.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 114) “motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas

nyata berupa kegiatan fisik, karena seseorang mempunyai tujuan

tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi

yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia

lakukan untuk mencapainya”.

Dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan berhasil dalam belajar

apabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, sebab tanpa

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

11

mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal tersebut

perlu dipelajari, maka kegiatan belajar mengajar sulit untuk mencapai

keberhasilan. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut sebagai motivasi.

Dengan motivasi orang akan terdorong untuk bekerja mencapai

sasaran dan tujuannya karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan

dan manfaatnya. Bagi peserta didik motivasi ini sangat penting karena dapat

menggerakkan perilaku peserta didik kearah yang positif sehingga mampu

menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta menanggung resiko dalam

belajar.

Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya

dengan kebutuhan aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar

pengaruhnya pada kegiatan belajar peserta didik yang bertujuan untuk

mencapai prestasi tinggi. Apabila tidak ada motivasi belajar dalam diri

peserta didik, maka akan menimbulkan rasa malas untuk belajar baik dalam

mengikuti proses belajar mengajar maupun mengerjakan tugas-tugas individu

dari guru. Orang yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar maka

akan timbul minat yang besar dalam mengerjakan tugas, membangun sikap

dan kebiasaan belajar yang sehat melalui penyusunan jadual belajar dan

melaksanakannya dengan tekun.

Indikator dari motivasi, yaitu:

1. Cita-cita.

Cita-cita adalah sesuatu target yang ingin dicapai. Target ini

diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

12

mengandung makna bagi seseorang. Munculnya cita-cita seseorang

disertai dengan perkembangan akar, moral kemauan, bahasa dan nilai-nilai

kehidupan yang juga menimbulkan adanya perkembangan kepribadian.

2. Kemampuan belajar.

Setiap peserta didik memiliki kemampuan belajar yang berbeda.

Hal ini diukur melalui taraf perkembangan berpikir peserta didik, dimana

peserta didik yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit tidak sama

dengan peserta didik yang sudah sampai pada taraf perkembangan berpikir

rasional. Peserta didik yang merasa dirinya memiliki kemampuan untuk

melakukan sesuatu, maka akan mendorong dirinya berbuat sesuatu untuk

dapat mewujudkan tujuan yang ingin diperolehnya dan sebaliknya yang

merasa tidak mampu akan merasa malas untuk berbuat sesuatu.

3. Kondisi peserta didik.

Kondisi peserta didik dapat diketahui dari kondisi fisik dan kondisi

psikologis, karena peserta didik adalah makluk yang terdiri dari kesatuan

psikofisik. Kondisi fisik peserta didik lebih cepat diketahui daripad kondisi

psikologis. Hal ini dikarenakan kondisi fisik lebih jelas menunjukkan

gejalanya daripada kondisi psikologis.

4. Kondisi lingkungan.

Kondisi lingkungan merupakan unsur yang datang dari luar diri

peserta didik yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Lingkungan fisik sekolah, sarana dan prasarana perlu ditata dan dikelola

agar dapat menyenangkan dan membuat peserta didik merasa nyaman

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

13

untuk belajar. Kebutuhan emosional psikologis juga perlu mendapat

perhatian, misalnya kebutuhan rasa aman, berprestasi, dihargai, diakui

yang harus dipenuhi agar motivasi belajar timbul dan dapat dipertahankan.

5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar.

Unsur-unsur dinamis adalah unsur-unsur yang keberadaannya

didalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang

lemah dan bahkan hilang sama sekali misalnya gairah belajar, emosi

peserta didik dan lain-lain. Peserta didik memiliki perasaan, perhatian,

kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan selama proses

belajar, kadang-kadang kuat atau lemah.

6. Upaya guru membelajarkan peserta didik.

Upaya guru membelajarkan peserta didik adalah usaha guru dalam

mempersiapkan diri untuk membelajarkan peserta didik mulai dari

penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian

peserta didik dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Bila

upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru

yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan peserta didik tidak

tertarik untuk belajar sehingga motivasi belajar peserta didik

menjadi melemah atau hilang (Max Darsono, 2000:65 ; Dimyati

dan Mudjiono, 1994:90-92).

2.1.2 Fungsi Motivasi

Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam belajar peserta

didik, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang

dilakukan oleh peserta didik. Hawley (Yusuf, 2003 : 14) menyatakan bahwa

“para peserta didik yang memiliki motivasi yang tinggi, belajarnya lebih baik

dibandingkan dengan para peserta didik yang memiliki motivasi rendah”. Hal

ini berarti peserta didik yang memiliki motivasi belajar tinggi akan tekun

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

14

dalam belajar dan terus belajar secara kontinyu tanpa mengenal putus asa

serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan

belajar.

Menurut Sardiman (2004:83) fungsi motivasi adalah :

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberi arah dan kegiatan

yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut. Seseorang peserta didik yang akan melakukan kegiatan

belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu

atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

Dari pendapat di atas sangat jelas bahwa motivasi sangat penting

dalam proses belajar mengajar, karena motivasi dapat mendorong peserta

didik untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan dengan

kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersebut diperlukan

suatu upaya yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik, sehingga

peserta didik yang bersangkutan dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

15

Pentingnya motivasi bagi peserta didik menurut Diimyati dan

Mudjiono, (1994: 79) adalah :

a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir

belajar.

b. Menginformasikan tentang usaha belajar, bila dibanding dengan

teman sebaya sebagai ilustrasi, terbukti kegiatan usahanya belum

memadai, maka ia berusaha setekun mungkin agar berhasil.

c. Mengarahkan kegiatan belajar, mengetahui bahwa dirinya belum

belajar secara efektif, maka ia mengubah perilaku belajarnya.

d. Membesarkan semangat belajar.

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian

bekerja.

Gejala kurang motivasi belajar akan dimanifestasikan, baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam tingkah laku. Beberapa ciri tingkah

laku yang berhubungan dengan rendahnya motivasi belajar :

a. Malas melakukan tugas kegiatan belajar, seperti malas mengerjakan

PR, malas dalam membaca, dan lain-lain.

b. Bersikap acuh tak acuh, menentang dan sebagainya

c. Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah nilai rata-rata yang

dicapai kelompoknya atau kelas.

d. Menunjukkkan tingkah laku sering membolos, tidak mengerjakan

tugas yang diberikan dan sebagainya.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

16

e. Menunjukkan gejala emosional yang tidak wajar seperti pemarah,

mudah tersinggung

2.1.3 Jenis Motivasi

Jenis- jenis motivasi belajar, menurut Sardiman AM (2001: 88-90)

motivasi dibagi menjadi dua tipe atau kelompok yaitu intrinsik dan

ekstrinsik:

1. Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya

seseorang yang senang membaca tidak usah disuruh atau

mendorongnya, ia sudah rajin membaca buku-buku untuk dibacanya.

2. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Contohnya

seseorang itu belajar, karena tahu besok pagi ada ujian dengan harapan

akan mendapatkan nilai baik, atau agar mendapatkan hadiah. Jadi

kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara

langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu.

2.1.4 Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar

individu peserta didik, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan

belajar. Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

17

secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya peserta didik rajin

belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya,

pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua,

guru dan lain-lain merupakan contoh konkrit dari motivasi ekstrinsik yang

dapat mendorong peserta didik untuk belajar.

Motivasi ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Contohnya seseorang itu

belajar, karena tahu besok pagi ada ujian dengan harapan akan mendapatkan

nilai baik, atau agar mendapatkan hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan

kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi

apa yang dilakukannya itu.

Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan

tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik

mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi

untuk belajar.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000 : 117) yang tergolong bentuk

motivasi belajar ekstrinsik antara lain:

a. Belajar demi memenuhi kewajiban.

b. Belajar demi menghindari hukuman yang diancam.

c. Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan.

d. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.

e. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi

memenuh persyaratan kenaikan jenjang.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

18

f. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting.

Motivasi sangat penting untuk mencapai keberhasilan peserta didik

dalam belajar. Motivasi belajar merupakan motor penggerak yang

mengaktifkan peserta didik untuk melibatkan diri (Winkel, 2004 : 186).

Motivasi yang kuat akan membuat peserta didik sanggup bekerja keras

untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuannya, dan motivasi itu muncul

karena dorongan adanya kebutuhan.

Dorongan seseorang untuk belajar menurut Maslow yang mengutip

dari Jess Feist dan Gregory J. Feist (2010:332) sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat

dan sebagainya.

b. Kebutuhan akan keamanan, yakni rasa aman bebas dari rasa takut dan

kecemasan.

c. Kebutuhan akan cinta kasih dan keberadaan, rasa diterima dalam suatu

masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok).

d. Kebutuhan akan penghargaan

e. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri (aktualisasi diri), yakni

mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang

pengetahuan, sosial dan pembentukan pribadi.

Dari berbagai macam kebutuhan tersebut, ada cara untuk

merangsang motivasi belajar peserta didik yang merupakan dorongan

intrinsik. Menurut Sardiman (2001:90) beberapa cara menumbuhkan

motivasi belajar di sekolah adalah dengan:

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

19

a. Memberikan angka sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.

b. Hadiah

c. Persaingan / kompetisi baik individu maupun kelompok.

d. Ego-invoicement, sebagai tantangan untuk mempertaruhkan harga

diri.

e. Memberi ulangan

f. Mengetahui hasil

g. Pujian

h. Hukuman

i. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.

Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta

didik.

j. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

k. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun

kelompok.

l. Menggunakan metode yang bervariasi

Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan faktor motivasi ekstrinsik ada

beberapa yang menunjang

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.

Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang

guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

20

dicapainya kepada peserta didik. Makin jelas tujuan maka makin besar

pula motivasi dalam belajar.

2. Hadiah

Berikan hadiah untuk peserta didik yang berprestasi. Hal ini akan

memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di

samping itu, peserta didik yang belum berprestasi akan termotivasi

untuk bisa mengejar peserta didik yang berprestasi.

3. Saingan/kompetisi

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara peserta didiknya

untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil

prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

4. Pujian

Sudah sepantasnya peserta didik yang berprestasi untuk diberikan

penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.

5. Hukuman

Hukuman diberikan kepada peserta didik yang berbuat kesalahan saat

proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar

peserta didik tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu

motivasi belajarnya.

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar

Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta

didik.

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

21

8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun

kelompok.

9. Menggunakan metode yang bervariasi.

10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

2.2.1 Pengertian Disiplin

Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari sebab

merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya, yaitu terkait dengan

pengetahuan, sikap dan perilaku. Masalah disiplin yang dibahas dalam

penelitian ini adalah disiplin yang dilakukan oleh para peserta didik dalam

kegiatan belajarnya baik di rumah maupun di sekolah. Untuk lebih

memahami tentang disiplin belajar terlebih dahulu akan dikemukakan

pengertian disiplin menurut beberapa ahli.

1. Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000:97), disiplin hakikatnya adalah

pernyataan sikap mental individu maupun masyarakat yang

mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran

untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.

2. Menurut Suharsimi Arikunto (1990:114), di dalam pembicaraan disiplin

dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi

pembentukannya secara berurutan. Kedua istilah itu adalah disiplin dan

ketertiban, ada juga yang menggunakan istilah siasat dan ketertiban.

Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti

peraturan dan tata tertib karena didorong oleh sesuatu dari luar misalnya

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

22

karena ingin mendapat pujian dari atasan. Selanjutnya pengertian disiplin

atau siasat menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti tata

tertib karena didorong kesadaran yang ada pada kata hatinya. Itulah

sebabnya biasanya ketertiban itu terjadi dahulu, kemudian berkembang

menjadi siasat.

3. Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) (1997:11), makna

kata disiplin dapat dipahami dalam kaitannya dengan latihan yang

memperkuat, koreksi dan sanksi, kendali atau terciptanya ketertiban dan

keteraturan dan sistem aturan tata laku.

2.2.2 Fungsi Disiplin

Fungsi disiplin menurut Tulus Tu’u (2004:38) adalah:

1. Menata kehidupan bersama

Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu

menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan

yang berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan hubungan

dengan sesama menjadi baik dan lancar.

2. Membangun kepribadian

Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor

lingkungan. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan

tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh

karena itu, dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti , mematuhi

aturan yang berlaku dan kebiasaan itu lama kelamaan masuk ke dalam

dirinya serta berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

23

3. Melatih kepribadian

Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin terbentuk

melalui latihan. Demikian juga dengan kepribadian yang tertib, teratur

dan patuh perlu dibiasakan dan dilatih.

4. Pemaksaan

Disiplin dapat terjadi karena adanya penaksaan dan tekanan dari luar,

misalnya ketika seorang peserta didik yang kurang disiplin masuk ke satu

sekolah yang berdisiplin baik, terpaksa harus mematuhi tata tertib yang

ada di sekolah tersebut.

5. Hukuman

Tata tertib biasanya berisi hal-hal positif dan sanksi atau hukuman bagi

yang melanggar tata tertib tersebut.

6. Menciptakan lingkungan yang kondusif

Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan

pendidikan agar berjalan lancar dan memberi pengaruh bagi terciptanya

sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif bagi kegiatan

pembelajaran.

Menurut Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) (1997:15), disiplin

dapat terjadi dengan cara:

1. Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan,

dikembangkan dan diterapkan dalam semua aspek menerapkan sanksi

serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

24

2. Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi

dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu,

pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar.

3. Dalam membentuk disiplin, ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih

besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain ke arah

tingkah laku yang diinginkannya. Sebaliknya, pihak lain memiliki

ketergantungan pada pihak pertama, sehingga ia bisa menerima apa yang

diajarkan kepadanya.

Terdapat beberapa faktor atau sumber yang dapat menyebabkan

timbulnya masalah-masalah yang dapat mengganggu terpeliharanya disiplin.

Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000:100-105), contoh-contoh sumber

pelanggaran disiplin antara lain:

Dari sekolah, contohnya:

1. Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa

mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan peserta

didik. Perbuatan seperti itu mengakibatkan peserta didik menjadi

berpura-pura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal itu akan menjadikan

peserta didik agresif, yaitu ingin berontak terhadap kekangan dan

perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima.

2. Guru yang membiarkan peserta didik berbuat salah, lebih mementingkan

mata pelajaran daripada peserta didiknya.

3. Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah

(akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru,

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

25

jadwal yang kaku atau jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat,

suasana yang gaduh, dll

Dari keluarga, contohnya:

1. Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidak

teraturan, pertengkaran, masa bodoh, tekanan, dan sibuk urusannya

masing-masing.

2. Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal,

lingkungan bising, dan lingkungan minuman keras.

Menurut Suharsimi Arikunto (1990:137) macam-macam disiplin

ditunjukkan dengan tiga perilaku yaitu: a) perilaku kedisiplinan di dalam

kelas, b) perilaku kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah, dan c)

perilaku kedisiplinan di rumah.

Sedangkan Sofchah Sulistyowati (2001:3) menyebutkan agar seorang

pelajar dapat belajar dengan baik ia harus bersikap disiplin, terutama disiplin

dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Disiplin dalam menepati jadwal belajar.

2. Disiplin dalam mengatasi semua godaan yang akan menunda-nunda

waktu belajar.

3. Disiplin terhadap diri sendiri untuk dapat menumbuhkan kemauan dan

semangat belajar baik di sekolah seperti menaati tata tertib, maupun

disiplin di rumah seperti teratur dalam belajar.

4. Disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar selalu sehat dan fit dengan cara

makan yang teratur dan bergizi serta berolahraga secara teratur.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

26

Dari berbagai macam pendapat tentang disiplin diatas, dapat diketahui

bahwa disiplin merupakan suatu sikap moral peserta didik yang terbentuk

melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai

ketaatan, kepatuhan. Keteraturan, dan ketertiban berdasarkan acuan nilai

moral.

Peserta didik yang meiliki disiplin akan menunjukkan ketaatan, dan

keteraturan terhadap perannya sebagai seorang pelajar secara terarah dan

teratur. Dengan demikian peserta didik yang berdisiplin akan lebih mampu

mengarahkan dan mengendalikan perilakunya. Disiplin memiliki peranan

yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama peserta didik dalam

hal belajar. Disiplin akan memudahkan peserta didik dalam belajar secara

terarah dan teratur.

2.2.3 Disiplin Belajar

Dari seluruh pengertian antara disiplin dan belajar, dapat diambil

kesimpulan bahwa yang dimaksud disiplin belajar dalam penelitian ini adalah

pernyataan sikap dan perbuatan peserta didik dalam melaksanakan kewajiban

belajar secara sadar dengan cara menaati peraturan yang ada di lingkungan

sekolah maupun di rumah.

Berdisiplin sangat penting bagi setiap peserta didik. Berdisiplin akan

membuat seorang peserta didik memiliki kecakapan mengenai cara belajar

yang baik, juga merupakan suatu proses ke arah pembentukan watak yang

baik.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

27

Dari beberapa macam disiplin menurut pendapat para ahli di atas,

berikut diambil indikator yang dapat menunjang disiplin belajar, yaitu:

1. Menaati tata tertib sekolah

2. Disiplin terhadap kegiatan belajar di sekolah

3. Disiplin dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran

4. Disiplin terhadap kegiatan belajar di rumah

2.2.4 Faktor–faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar

Siswa yang memiliki disiplin yang tinggi akan belajar dengan baik,

teratur sehingga akan menghasilkan prestasi yang baik. Faktor-faktor belajar

turut berpengaruh terhadap tingkat disiplin individu. Faktor-faktor yang

mempengaruhi disiplin belajar adalah sebagai berikut :

1. Faktor ekstrinsik

a. Faktor non-sosial, seperti keadaan udara, suhu udara, waktu, tempat

dan alat-alat yang dipakai untuk belajar.

b. Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat

dan lingkungan kelompok.

2. Faktor intrinsik

a. Faktor psikologi, seperti minat, bakat, motivasi, konsentrasi, dan

kemampuan kognitif.

b. Faktor fisiologis, seperti pendengaran, penglihatan, kesegaran jasmani,

keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur, dan sakit yang diderita

(Suryabrata, 1998:249).

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

28

2.2.5 Perlunya Disiplin

Perilaku negatif sebagian peserta didik pada akhir-akhir ini telah

melampaui batas kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan

hukum, melanggar tata tertib, melanggar moral agama, dan telah membawa

akibat yang sangat merugikan masyarakat. Menurut Mulyasa (2003:109)

penyimpangan perilaku disebabkan oleh berbagai faktor, seperti latar

belakang keluarga dan masyarakat, kondisi-kondisi khusus, iklim

pembelajaran yang kurang kondusif, dan sikap guru yang kasar atau otoriter.

Menurut Mulyasa (2004:13), sedikitnya terdapat 7 (tujuh) jurus yang perlu

diperhatikan dalam menyukseskan implementasi kurikulum 2004. Salah satu

jurus tersebut adalah mendisiplinkan peserta didik. Peserta didik perlu

didisiplinkan dengan tujuan untuk membantu menemukan diri, mengatasi dan

mencegah timbulnya problem-problem disiplin, serta berusaha menciptakan

situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka

menaati segala peraturan yang ditetapkan.

Disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimanapun. Hal itu disebabkan

dimanapun seseorang berada, di sana selalu ada peraturan atau tata tertib.

Disiplin mendorong siswa belajar secara kongkrit dalam praktik hidup di

sekolah maupun di rumah. Menurut Maman Rachman dalam Tu’u (2004:35)

pentingnya disiplin bagi para siswa sebagai berikut:

a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.

b. Membantu siswa memahami dan meyesuaikan diri dengan tuntutan

lingkungan.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

29

c. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didik

terhadap lingkungannya.

d. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu

lainnya.

e. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.

f. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.

g. Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif

dan bermanfaat baginya dan lingkungannya.

h. Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya.

Disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri

keunggulan.Tu’u (2004:37) mengemukakan disiplin itu penting karena alasan

sebagai berikut:

a. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam

belajarnya. Sebaliknya, siswa yang kerap kali melanggar ketentuan

sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya.

b. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang

kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif disiplin memberi

dukungan lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.

c. Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan

normanorma, nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian, anak-anak

dapat menjadi individu yang tertib, teratur dan disiplin.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

30

d. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak

ketika bekerja. Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan

ketaatan merupakan prasyarat kesuksesan seseorang.

2.3.1 Prestasi Belajar

Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan

tugas atau kegiatan tertentu. “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan

atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru” (Tulus

Tu`u, 2004:75).

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah

hasil kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat

kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes. Penilaian dapat berupa

angka atau huruf.

Keberhasilan peserta didik dalam mencapai prestasi belajar

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat kecerdasan yang baik,

pelajaran sesuai dengan bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang

tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar

yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru. Suasana

keluarga yang mendorong anak untuk maju, selain itu lingkungan sekolah

yang tertib, teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses

pencapaian prestasi belajar (Tulus Tu`u, 2004: 81).

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

31

Menurut Merson U. Sangalang yang dikutip oleh Tulus Tu’u

(2004:78) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik

dalam mencapai hasil belajar yang baik, antara lain:

1. Faktor kecerdasan.

Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki peserta didik sangat

menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk

prestasi-prestasi lain yang ada pada dirinya.

2. Faktor bakat.

Bakat-bakat yang dimiliki peserta didik apabila diberi kesempatan untuk

dikembangkan dalam pembelajaran akan dapat mencapai prestasi belajar

yang diharapkan.

3. Faktor minat dan perhatian.

Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian

adalah melihat dan mendengar dengan baik serta teliti terhadap sesuatu.

Apabila peserta didik menaruh minat pada satu pelajaran tertentu

biasanya cenderung untuk memperhatikannya dengan baik. Minat dan

perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang

baik bagi prestasi belajar peserta didik.

4. Faktor motif.

Motif selalu selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta

kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila

dalam belajar, peserta didik mempunyai motif yang baik dan kuat, hal ini

akan memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

32

5. Faktor cara belajar.

Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh cara belajar peserta

didik. Cara belajar yang efisien memungkinkan mencapai prestasi belajar

yang lebih tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efektif.

6. Faktor lingkungan keluarga.

Keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi

pengaruh pada prestasi peserta didik. Terutama dalam hal mendorong,

memberi semangat, dan memberi teladan yang baik kepada anaknya.

7. Faktor sekolah.

Sekolah merupakan faktor pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki

sistem, dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etika, moral,

mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan (Tulus Tu’u, 2004:78).

Pencapaian prestasi belajar yang baik tidak hanya diperoleh dari

tingkat kecerdasan peserta didik saja, tetapi juga didukung oleh lingkungan

keluarga dan sekolah dimana guru dan alat belajar dijadikan sebagai sumber

belajar bagi kelancaran proses belajar mengajar.

Jadi, keberhasilan peserta didik mencapai hasil belajar yang baik

dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor itu terdiri dari tingkat

kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai bakat yang dimiliki, ada minat dan

perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar,

cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran variatif yang dikembangkan

guru. Suasana keluarga yang memberi dorongan anak untuk maju. Selain itu,

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

33

lingkungan sekolah yang tertib, teratur, disiplin, yang kondusif bagi kegiatan

kompetisi peserta didik dalam pembelajaran.

Masyarakat kita sekarang ini pada satu sisi adalah masyarakat

pertanian, pada sisi lain sudah memasuki era globalisasi yang terdiri dari era

industri, teknologi dan informasi. Perubahan kondisi sosial, ekonomi, politik

dan budaya berlangsung cepat. Perubahan cepat ini membawa dampak besar

bagi kehidupan masyarakat baik positif maupun negatif.

Pola kehidupan positif adalah melihat perubahan itu sebagai sesuatu

yang harus diterima dan dihadapi. Di dalamnya ada hal-hal yang dapat

dianggap sebagai sesuatu yang baik, memberi kemudahan dan kenyamanan

serta peningkatan martabat hidup manusia. Manusia juga melihat adanya

tantangan dan peluang bagi kemajuan hidup manusia. Oleh sebab itu,

manusia membangun dan melengkapi diri dengan memperkuat keimanan,

mental, budaya, disiplin, keterampilan dan pengetahuan. Dengan demikian,

manusia mampu bertahan dan menghadapi gelombang perubahan yang cepat

tersebut.

Sementara pola kehidupan negatif adalah melihat perubahan itu

sebagai ancaman yang membahayakan kehidupan. Menutupi diri terhadap

perubahan akan tertinggal dan terbelakang. Pada sisi lain, tanpa membekali

diri secara positif seperti di atas, manusia ikut arus dan menikmati perubahan

yang terjadi. Akan tetapi, hal itu membawa dampak negatif dalam sikap dan

perilaku serta kehampaan batiniahnya.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

34

Oleh karena itu, para peserta didik pada masa sekarang ini,

menghadapi begitu banyak ancaman dan tantangan. Prestasi yang dicapai

dalam pembelajaran pun terhambat dan belum optimal. Menurut Slameto

(2003: 54 – 71) ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar anak antara

lain :

1. Faktor – faktor Intern

a. Faktor jasmaniah meliputi faktor Kesehatan, faktor Cacat tubuh.

b. Faktor psikologis meliputi faktor Intelegensi, Perhatian, Minat, Bakat,

Motif, Kematangan, Kesiapan.

c. Faktor Kelelahan meliputi, Kelelahan jasmani,Kelelahan rohani

(bersifat psikis) yaitu kelelahan jasmani terlihat dengan lemah

lunglainya tubuh dan kecenderungan membaringkan tubuh, kelelahan

rohani terliahat dengan adanya kebosanan sehingga minat belajar

kurang.

2. Faktor – faktor Ekstern

a. Faktor keluarga meliputi, Cara orang tua mendidik, Relasi antar

anggota keluarga, Suasana rumah, Keadaan ekonomi keluarga,

Pengertian orang tua, Latar belakang kebudayaan.

b. Faktor Sekolah meliputi, Metode mengajar, Kurikulum, Relasi guru

dengan peserta didik, Relasi peserta didik dengan peserta didik,

Disiplin sekolah, Alat pelajaran, Waktu sekolah, Standart pelajaran di

atas ukuran, Keadaan gedung, Metode belajar, Tugas rumah

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

35

c. Faktor masyarakat mliputi, Kegiatan peserta didik dalam masyarakat,

Mass media, Teman bergaul, Bentuk kehidupan masyarakat

Dengan menjelaskan prestasi belajar di atas bisa mengetahui tentang

bagaimana proses dari belajar mengajar yang merupakan suatu proses

mendasar dalam pencapaian prestasi belajar. Prestasi belajar yang kurang

optimal, hal itu kemungkinan disebabkan peserta didik mengalami kesulitan

dalam belajar. Oleh karena itu untuk mengetahui faktor – faktor apa yang

menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar.

Penilaian hasil belajar bertujuan untuk:

1. Mengetahui sejauh mana telah terjadi kemajuan hasil belajar pada diri

peserta didik, sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan bimbingan

belajar selanjutnya.

2. Mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik, sebagai bahan

pertimbangan dalam menetapkan apakah yang bersangkutan berhasil

(lulus) atau tidak (belum) berhasil dalam menempuh suatu program

pembelajaran.

3. Menetapakan tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi

suatu keahlian tertentu sesuai dengan yang dipersyaratkan standar

kompetensi. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/ dir/doc.pdf

Dari uraian diatas prestasi belajar merupakan suatu hasil. Prestasi

belajar tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan intelektual saja tetapi juga

bagaimana perubahan pada diri seseorang akibat dari adanya latihan dan

pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan. Sehingga prestasi belajar

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

36

merupakan suatu hasil dari kegiatan belajar yang dapat diukur dengan aspek

pengetahuan, pemahaman, atau aplikasi suatu konsep yang telah dicapai oleh

seseorang, dalam penelitian ini prestasi belajar adalah sebagai hasil yang

dicapai melalui proses belajar baik secara intelektual maupun kognitif, yang

dinilai melalui proses evaluasi. Prestasi belajar dalam pendidikan sekolah

dasar dapat dilihat melalui nilai raport yang diperoleh peserta didik.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Skripsi dari Fajar Kurniawan saputro (2007) dengan judul “Pengaruh

motivasi dan disiplin terhadap prestasi belajar peserta didik kelas XI

SMA Negeri 12 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006”.

Hasil : Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai signifikansi

untuk variabel motivasi sebesar 0.014 sehingga dapat disimpulkan adanya

pengaruh antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar peserta didik di

SMA Negeri 12 Semarang. Untuk variabel disiplin belajar diketahui nilai

signifikansi sebesar 0.019 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh antara disiplin belajar terhadap prestasi peserta didik di SMA

Negeri 12 Semarang. Besarnya pengaruh antara X1 dan X2 terhadap Y

sebesar 0.204 atau 20.4%. Sedangkan sisanya sebesar 79.6% dipengaruhi

faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.

2. Skripsi dari Herlin Febriana Dwi Prasti (2007) dengan judul “Hubungan

antara motivasi belajar dengan disiplin belajar siswa pada saat layanan

pembelajaran di kelas II SMU Negeri 1 Limbangan Kabupaten Kendal

Tahun 2004/2005”.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

37

Hasil : Berdasarkan analisis data hasil penelitian dengan menggunakan

SPSS diketahui, bahwa harga korelasi antara disiplin belajar dengan

motivasi belajar siswa sebesar 0,714 dengan signifikansi 0,000, diaman

harga r (5%:44) dengan pendekatan r(5% :100). Karena harga

signifikansinya < 0,005 atau harga r hitung (0,714) > 0,195 maka harga

korelasi tersebut signifikan artinya ada hubungan yang signifikan antara

disiplin belajar dengan motivasi belajar siswa.

3. Skripsi dari Riris Purnomowati (2006) dengan judul “Pengaruh disiplin

dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMK Teuku

Umar Semarang Tahun Ajaran 2005/2006”.

Hasil : Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin belajar

siswa dalam kategori baik (68,91%), motivasi belajar siswa dalam kategori

baik (69,25%), dan prestasi belajar siswa dalam kategori cukup (7,38). uji

secara parsial diperoleh thitung untuk variabel disiplin belajar ixsebesar

4,425 dengan signifikansi 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa variabel

disiplin belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar

siswa. Sedangkan untuk variabel motivasi belajar diperoleh thitung

sebesar 4,951 dengan signifikansi 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa

variabel motivasi belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi

belajar siswa. Besarnya pengaruh secara simultan disiplin dan motivasi

belajar terhadap prestasi belajar adalah 32%.

Besarnya pengaruh masing-masing variabel, yaitu disiplin belajar

terhadap prestasi belajar 16,24% dan pengaruh motivasi belajar terhadap

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

38

prestasi belajar 19,54%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa disiplin dan motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar

siswa. Faktor motivasi belajar memberikan pengaruh yang lebih besar

terhadap prestasi belajar siswa daripada faktor disiplin belajar.

4. Skripsi dari Riris A.O Marpaung (2006) dengan judul “Pengaruh motivasi

dan disiplin terhadap prestasi belajar mata diklat program produktif

siswa kelas II jurusan administrasi perkantoran di SMK Antonius

Semarang”.

Hasil : Berdasarkan analisis deskriptif persentase menunjukkan bahwa

motivasi dan disiplin belajar siswa telah masuk dalam kategori tinggi

dengan bobot persentase skor 71,56% dan 73,93% sedangkan prestasi

belajar siswa termasuk kategori baik dengan rata-rata 7,50. Hasil analisis

regesi ganda memperoleh persamaan regesi =4,718 + 0,02234XY ˆ1 +

0,02666X2. Uji keberartian persamaan regresi secara parsial dengan uji t

diperoleh thitung untuk variabel motivasi sebesar 4,621 dengan

probabilitas 0.000 < 0.05,yang berarti secara parsial ada hubungan yang

nyata antara motivasi belajar dengan prestasi elajar siswa sedangkan untuk

variabel disiplin diperoleh thitung sebesar 3,500 dengan probabilitas 0,001

< 0.05, yang berarti secara parsial, ada hubungan yang nyata antara

disiplin belajar dengan prestasi belajar siswa. Uji secara simultan dengan

uji F diperoleh F hitung = 73,446 dengan probabiltias 0.000 < 0.05, yang

berarti secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara motivasi dan

disiplin dengan prestasi belajar. Besarnya pengaruh secara simultan antara

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

39

motivasi belajar dan disiplin belajar terhadap prestasi belajar adalah

68,7%. Besarnya pengaruh masing-masing variabel yaitu motivasi belajar

terhadap prestasi belajar sebesar 24,14 %, dan pengaruh disiplin belajar

terhadap prestasi belajar sebesar 15,29%.

5. Skripsi dari Arlindo Francisco marcal dengan judul “Pengaruh motivasi

belajar dan disiplin diri terhadap prestasi belajar karyasiswa timor-leste

di Jakarta”.

Hasil : Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Kecenderungan

hubungan antara motivasi belajar dan disiplin diri secara bersama-sama

dengan prestasi belajar di tunjukkan oleh persamaan regresi ganda Y =

0,850 + 0,008 X1 + 0,028 X2. Sedangkan kekuatan hubungan diantara

keduanya bersifat positif namun pada tingkat sedang ditunjukkan oleh

koefisien korelasi ganda ry12 = 0,451. Dengan demikian pengaruh

motivasi belajar terhadap prestasi belajar relatif rendah, yaitu 20,3%.

Artinya 79,7 % prestasi belajar di tentukan oleh faktor lain diluar motivasi

belajar dan disiplin diri.

6. Jurnal dari Muslim fikri (2011) dengan judul “Hubungan motivasi belajar

dan disiplin belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa jurusan

kependidikan islam angkatan 2007 dan 2008 Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA”.

Hasil : Berdasarkan hasil penelitian diketahui Terdapat hubungan positif

yang signifikan antara motivasi belajar dan disiplin belajar secara

bersama-sama dengan prestasi belajar mahasiswa jurusan KI angkatan

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

40

2007dan 2008 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Hal tersebut dapat dilihat besaran R = 0,492, ρ < 0,05. 5)

Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan

prestasi belajar Mahasiswa Jurusan KI Angkatan 2007 dan 2008 Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hal tersebut

dapat dilihat besaran rx1y. = 0,352, ρ < 0,05. 6) Terdapat hubungan positif

yang signifikan antara disiplin belajar dengan prestasi belajar Mahasiswa

Jurusan KI Angkatan 2007 dan 2008 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hal tersebut dapat dilihat besaran rx2y. =

0,373, ρ < 0,05. Hasil diatas menunjukkan bahwa R2 = 0,242, artinya

sumbangan motivasi belajar dan disiplin belajar terhadap prestasi belajar

sebesar 24,2%. Masing- masing sumbangan terdiri dari motivasi belajar

terhadap prestasi sebesar 11,33% dan sumbangan disiplin belajar terhadap

prestasi belajar sebesar 12,91%. Selebihnya 75,8% berasal dari variabel

lain.

7. Jurnal dari Hasanatin Syahadatina (2011) dengan judul “Pengaruh

disiplin belajar dan lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar siswa

kelas XI IPS pada mata pelajaran Ekonomi di SMAN 1 Malang”.

Hasil : Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Disiplin belajar dan

lingkungan keluarga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

prestasi belajar siswa kelas XI IPS pada mata pelajaran ekonomi di SMAN

1 malang. Hal ini diketahui dari hasil analisis yang dilakukan secara

simultan diperoleh Fhitung (4,078) < F tabel (3.102) dan nilai

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

41

signifikansinya 0,020 > 0,05. Maka secara umum prestasi belajar ekonomi

dalam kategori baik, namun masih ada yang tergolong dalam kategori

cukup yaitu sebanyak 44 siswa, sebanyak 1 siswa dalam kategori kurang.

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan baik yang berasal dari

skripsi maupun jurnal, relatif mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda.

Hubungan antara motivasi belajar dan disiplin belajar mengalami peningkatan

yang signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik. Dari berbagai macam hasil

penelitian yang relevan, keterkaitannya dengan skripsi saya adalah hasil yang

akan dicapai akhir kemungkinan tidak jauh berbeda dengan hasil para peneliti

terdahulu dengan judul yang hampir serupa adanya perubahan yang signifikan.

Selain itu juga untuk referensi data dalam menyusunan skripsi.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

42

C. Kerangka Berfikir

Dari uraian di atas dapat di tarik kerangka berfikir sebagai berikut :

Gambar 2.1

Kerangka Berfikir

Dari bagan di atas menggambarkan bahwa motivasi ekstrinsik dan disiplin

belajar mempengaruhi hasil prestasi belajar.

Motivasi Ekstrinsik (X1)

1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.

2. Hadiah

3. Saingan/kompetisi

4. Pujian

5. Hukuman

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik

untuk belajar

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara

individual maupun kelompok.

9. Menggunakan metode yang bervariasi.

10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan

tujuan pembelajaran

Disiplin Belajar (X2)

1. Menaati tata tertib sekolah

2. Disiplin terhadap kegiatan belajar di sekolah

3. Disiplin dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran

4. Disiplin terhadap kegiatan belajar di rumah

Prestasi Belajar

(Y)

Dilihat dari

daftar nilai

harian dan

Buku catatan

siswa

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 2.1 Deskripsi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/852/3/T1_292008100_BAB II.pdfapabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar,

43

D. Hipotesis Penelitian

Arikunto (2002) mendifinisikan hipotesis adalah pernyataan yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang

terkumpul. Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian, maka hipotesis penelitian

yang diajukan dalam penelitian ini

1. Hipotesis Empirik

Dari rumusan masalah seperti yang dikemukakan pada Bab I, maka

hipotesis empirik yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Motivasi ekstrinsik dan disiplin belajar efektif terhadap prestasi belajar

peserta didik kelas VI Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 03 Salatiga “.

2. Hipotesis Statistik

a. Ho : μ1 ≤ μ2 (motivasi ekstrinsik dan disiplin belajar tidak efektif

terhadap prestasi belajar bagi peserta didik kelas VI Sekolah Dasar

Negeri Sidorejo Lor 03 Salatiga).

b. Ha : μ1 > μ2 (motivasi ekstrinsik dan disiplin belajar efektif terhadap

prestasi belajar bagi peserta didik kelas VI Sekolah Dasar Negeri

Sidorejo Lor 03 Salatiga).

Keterangan:

μ1 = Rata-rata nilai siswa yang mendapatkan motivasi ekstrinsik dan

disiplin belajar