BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Konsumendigilib.uinsby.ac.id/20696/5/Bab...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perilaku Konsumendigilib.uinsby.ac.id/20696/5/Bab...
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Dari pendahuluan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka
konsep teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perilaku Konsumen
a. Perilaku konsumen
Perilaku Konsumen adalah perilaku yang ditunjukan dalam mencari,
membeli, menggunakan, menilai, dan menentukan produk, jasa, dan gagasan1,
sedangkan menurut Mowen perilaku konsumen merupakan sebuah proses dan
unit pengambilan keputusan yang terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi
dan membuang barang, jasa, pengalaman, dan ide-ide.2 Menurut Loudon & Bitta
perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan aktivitas fisik
individu yang terlibat dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau
membuang barang dan jasa.3 Perilaku konsumen (consumer behavior) adalah
kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa tersebut dimana didalamnya
1 Schiffman, L. & Kanuk, L. L. perilaku konsumen edisi terjemahan, (Jakarta : PT. Indeks, 2007). 2 Mowen, john C. dan Michael S. Minor, Perilaku Konsumen, (Jakarta: Erlangga, 2002), 221. 3 Loudon, D.L.; Bitta, A.J. “Consumer Behavior Concept and Application”. 4th ed, (Singapore:
McGraw Hill,1993).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
terdapat proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-
kegiatan tersebut.4
Berdasarkan dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku
konsumen adalah tindakan konsumen dalam mencapai dan memenuhi
kebutuhannya termasuk proses pengambilan keputusan yang ditunjukkan berupa
perilaku atau aktivitas fisik yang terlibat dalam mencari, membeli atau
mendapatkan, menggunakan, menilai, dan membuang produk, jasa, dan gagasan.5
Rasionalnya konsumen akan memuaskan konsumsinya sesuai dengan
kemampuan barang dan jasa yang dikonsumsi serta kemampuan konsumen untuk
mendapatkan barang dan jasa tersebut. Dengan demikian kepuasan dan prilaku
konsumen dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut :
1). Nilai guna (utility) barang dan jasa yang dikonsumsi. Kemampuan
barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
2). Kemampuan konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa. Daya beli
dari income konsumen dan ketersediaan barang dipasar.
3). Kecenderungan Konsumen dalam menentukan pilihan konsumsi
menyangkut pengalaman masa lalu, budaya, selera, serta nilai-nilai yang dianut
seperti agama, adat istiadat.6
4 Etta Mamang dan Sopiah, Perilaku Konsumen pendekatan Praktis, (Yogyakarta: Andi Offsite,
2013). 9. 5 Meike Yalinda Wati, “Faktor yang Mendorong Perilaku Konsumtif Siswa SMA di Surabaya”,
Jurnal Kajian Moral dan Pendidikan, Vol. 01 No. 04 Tahun 2016, 109. 6 Abdul Muntholib, “Perilaku Konsumen dalam Perspektif Islam”, Attanwir Jurnal Kajian
Keislaman dan Pendidikan Vol. 01, No. 01, (April 2012), 1-12.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
b. Perilaku Konsumtif
Kata konsumtif sering diartikan sama dengan kata konsumerisme. padahal
kata konsumerisme mengacu pada segala sesuatu yang berhubungan dengan
konsumen, yaitu suatu pergerakan konsumen untuk membela atau meminta
perlakuan adil dalam menghadapi pengusaha dan sebaliknya.7 Sedangkan
konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-
barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai
kepuasan yang maksimal.8 konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk pada
perilaku konsumen yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai
produksinya untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok.9
Arti kata konsumtif (consumtive) adalah boros atau perilaku yang
mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Dalam arti luas konsumtif
adalah berkonsumsi yang boros dan berlebihan, yang lebih mendahulukan
keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas atau juga dapat
diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah- mewah.10
Perilaku konsumtif merupakan sebuah fenomena yang di pengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti kebiasaan, adat istiadat, gaya hidup, agama, dan sumber
7 Tini Hadad, Reformasi Politik Kebangkitan Agama dan konsumerisme. (Yogyakarta: DIAN
INTERFIDIE, 2000). 162. 8 Ikhwani Ratna, “Pengaruh Tingkat Pendapatan dan Tingkat Pendidikan terhadap Perilaku
Konsumtif Wanita Karir di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau”, Jurnal marwah, Vol. XIV No. 2
(Desember 2015), 205. 9 Tambunan, “Remaja dan Perilaku Konsumtif”. Jurnal Psikologi 2001 dalam Tirtarahardja, Umar
dkk. Pengantar Pendidikan. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005). 10 Anggi Meila sari, “Perilaku Konsumtif pada Anggota Hijjabers Semarang”, Jurnal Psikologi
Uneversitas Diponegoro, (November 2015), 251-261.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
daya.11
Menurut triyaningsih adalah tindakan membeli barang-barang yang kurang
atau tidak diperhitungkan sehingga sifatnya menjadi berlebihan.12
Perilaku
seseorang individu sebagai konsumen yang bertindak secara emosional tanpa
didasarkan perencanaan dan kebutuhan melainkan hanya karena suatu pemuasan
pemenuhan keinginan akan suatu produk yang dianggap menarik kemudian
melakukan pembelian disebut perilaku konsumtif.13
Perilaku konsumtif adalah tindakan individu yang dipengaruhi oleh faktor
sosial dan faktor psikologis dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang
serta jasa yang didasarkan pada pengalaman untuk memuaskan kebutuhan
semata.14
Sabirin dalam Triyaningsih memberikan definisi perilaku konsumtif
sebagai suatu keinginan dalam mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya
kurang dibutuhkan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan maksimal.15
Sependapat dengan pengertian tersebut, menurut Suyasa dan Fransisca perilaku
konsumtif adalah tindakan membeli barang bukan untuk mencukupi kebutuhan
tetapi untuk memenuhi keinginan, yang dilakukan secara berlebihan sehingga
menimbulkan pemborosan.16
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud perilaku konsumtif adalah tindakan mengkonsumsi segala
11 Muhammad Akram Khan, Ajaran Nabi Muhammad SAW tentang Ekonomi (Jakarta: Bank Muamalat Indonesia dan Institut of policy studied Islamabad, 1997), 89. 12 Triyaningsih. “Dampak Online Marketing Melalui Facebook Terhadap Perilaku Konsumtif
Masyarakat”. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol.11, 2011 : 172-177. 13 Handoko. Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku Konsumen Edisi Pertama. (Yogyakarta :
BPFE, 2000) 14 Wuri Yuliati, “Perilaku Konsumtif Mahasiswa Pengguna Kartu ATM”, Jurnal FISIP UNS,
(September 2008), 16. 15 Triyaningsih, 175. 16 Suyasa, Tommy Y.S. dan Fransisca, “Perbandingan Perilaku Konsumtif berdasarkan Metode
Pembayaran”, Jurnal Phronesis, 2005, hal 177-178.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
sesuatu yang mengacu pada keinginan dan kesenangan semata, tanpa melihat
tingkat urgenitas.
Pada masyarakat abad-21 yang materialistis, identitas dipengaruhi oleh
pemahaman simbolik atas barang-barang yang dimilikinya. Kepemilikan materi
pun juga menempatkan orang lain dalam lingkungan sosial material. Terlebih lagi
kepemilikan materi memberi informasi kepada seseorang tentang identitas orang
lain. Perilaku konsumtif masyarakat muslim dapat dikatakan terbentuk akibat dari
nilai-nilai kebudayaan pop yang merefleksikan gaya hidup industrial kapitalis
yang sering ditampilkan media massa atau iklan.17
Teknologi juga mempunyai peran besar dalam proses pembentukan
masyarakat ke arah konsumtif. Semua alat konsumsi baru seperti kartu kredit
salah satunya, dapat dipahami sebagai teknologi yang meledak-ledak. Bukanlah
teknologi yang menciptakan segala sesuatu yang baru, tetapi teknologilah yang
memperbolehkan kita mengambil apa yang kita inginkan dan pengusaha
menginginkan kita untuk mengkonsumsi.18
Tanda-tanda sesorang yang mengalami perilaku konsumtif yaitu :
1). Impulsive, merupakan perilaku membeli konsumen semata-mata karena
didasari oleh hasrat yang tiba-tiba dan dilakukan tanpa melalui pertimbangan dan
perencanaan serta keputusan di tempat pembelian. Tanpa memanfaatkan informasi
yang ada seperti mempertimbangkan implikasi dan tindakan yang dibuat sebelum
17 Yuliati, Perilaku Konsumtif, 18. 18 Ritzer, George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002). 388.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
memutuskan untuk membeli. 2). Non-Rational yaitu perilaku membeli yang tidak
rasional. Suatu perilaku dalam mengkonsumsi dikatakan tidak rasional jika
konsumen tersebut membeli barang tanpa dipikirkan kegunaannya terlebih dahulu.
3). Wasteful yaitu menggambarkan pemborosan sebagai salah satu perilaku
membeli yang menghambur-hamburkan banyak uang tanpa didasari adanya
kebutuhan yang jelas.19
Dharmessta menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi munculnya
perilaku konsumtif yaitu :20
1). Hadirnya iklan
Iklan merupakan pesan yang menawarkan sebuah produk yang ditujukan
kepada khalayak lewat suatu media yang bertujuan untuk mempengaruhi
masyarakat untuk mencoba dan akhirnya membeli produk yang ditawarkan.
Widiastuti berpendapat Iklan juga mengajak agar mengonsumsi barang atau jasa
hanya berdasarkan keinginan dan bukan kebutuhan serta harga yang tidak
rasional.
2). Konformitas
Konformitas umumnya terjadi pada remaja, khususnya remaja putri. Hal
tersebut disebabkan keinginan yang kuat pada remaja putri untuk tampil menarik,
tidak berbeda dengan rekan-rekannya dan dapat diterima sebagai bagian dari
kelompoknya.
19 Engel. J.F; Blackwell. R.D; Miniard. P.W. Perilaku Konsumen. Edisi Keenam. Jilid 2. (Jakarta:
Binarupa Aksara, 1994) 20 Dharmmesta, S,B. dan Handoko, H.T. Manajemen Pemasaran, Analisa Perilaku Konsumen. Ed-
1. (Yogyakarta: BPFE, 2000).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
3). Gaya hidup
Menurut Chaney munculnya perilaku konsumtif disebabkan gaya
hidup budaya barat. Pembelian barang bermerk dan mewah yang berasal
dari luar negeri dianggap dapat meningkatkan status sosial seseorang.
Lina & Rosyid menyatakan bahwa perilaku konsumtif pada dasarnya dapat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :21
1). Faktor Eksternal yang meliputi :
a). Kebudayaan dan kebudayaan khusus
Kebudayaan didefinisikan sebagai kompleks simbol dan barang-barang
buatan manusia yang diciptakan oleh masyarakat tertentu dan diwariskan dari
generasi satu ke generasi yang lain sebagai faktor penentu dan pengatur perilaku
anggotanya.
b). Kelas sosial
Kelas sosial adalah kelompok yang terdiri atas sejumlah orang yang
mempunyai kedudukan yang seimbang dalam masyarakat, memegang nilai-nilai,
mempunyai minat, dan menampilkan perilaku yang mirip. Menurut Engel,
Blackwell, Miniard kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang
terdiri dari individu-individu yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama.22
Kelas sosial menunjukkan bentuk-bentuk perilaku konsumen yang berbeda.
c). Kelompok sosial dan kelompok referensi
21 Lina, H. (1997). “Perilaku Konsumtif Berdasarkan Locus of Control pada Remaja Putri”, Jurnal
Psikologika. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. 22 Engel, Perilaku konsumen.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
Interaksi seseorang didalam kelompok sosial akan berpengaruh
terhadap pendapat dan seleranya.
2). Faktor Internal yang meliputi :
a). Motivasi dan harga diri
Motivasi merupakan pendorong perilaku seseorang, tidak
terkecuali dalam melakukan pembelian. Sears berpendapat bahwa harga
diri berpengaruh pada perilaku membeli. Seseorang yang harga dirinya
rendah cenderung lebih mudah dipengaruhi daripada seseorang yang harga
dirinya tinggi.
b). Pengamatan dan proses belajar
Sebelum seseorang membeli produk, seseorang akan
mendasarkan pengamatannya terhadap produk tersebut. Jika produk
tersebut sesuai maka seseorang tidak akan segan membelinya. Howard dan
Weth menyatakan bahwa pembelian yang dilakukan konsumen juga
merupakan suatu rangkaian proses belajar.
c). Kepribadian dan konsep diri.
Konsep diri seseorang juga berpengaruh terhadap perilaku
membeli. Seseorang yang memandang dirinya secara negatif cenderung
berperilaku konsumtif untuk menaikkan citra dirinya. Setiap orang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
mempunyai kepribadian yang berbeda yang akan mempengaruhi perilaku
membeli.23
c. Perilaku Konsumen dalam Islam
Islam mengajarkan bahwa perilaku seorang konsumen harus
mencerminkan hubungan dirinya dengan Allah. Hal ini tidak didapati dalam
perilaku konsumen konvensional. Seorang muslim dalam penggunaan
penghasilannya memiliki dua sisi, yaitu pertama untuk memenuhi kebutuhan diri
dan keluarganya dan sebagian lagi untuk dibelanjakan di jalan Allah.24
Setiap
kegiatan yang berbentuk belanja sehari-hari merupakan ibadah atas nama Allah
dengan tidak memilih barang haram, tidak kikir, tidak tamak, dan tidak
berlebihan.25
Perilaku Konsumsi dalam perspektif Islam mengajarkan tentang cara
berkonsumsi dengan benar sesuai ajaran Al-Qur’an maupun hadits sehingga
mampu memberikan petunjuk yang jelas tentang konsumsi, agar perilaku
konsumsi manusia menjadi terarah.26
Perilaku konsumsi yang sesuai dengan Islam
akan menjamin kehidupan manusia yang adil dan sejahtera dunia dan akhirat.27
Kemudian, pada kajian perilaku konsumen dalam ilmu ekonomi
konvensional tidak didapati kehadiran saluran penyeimbang kebutuhan atau
23 Indah Pratiwi, Pengaruh Literasi Ekonomi, Kelompok Teman Sebays dan Kontrol diri terhadap
Perilaku Pembelian Impulsif untuk Produk Fashion Olshop pada Mahasiswa. E-journal jurusan
pendidikan Ekonomi Vol.09 No.01 2017, 3. 24 Muntholib, Perlaku konsumen dalam islam, 6. 25 Muhammad muflih, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2006). 4. 26 Hidayat, 2010, 229. 27 Elsa Sophia, “Perilaku Konsumsi komunitas Pengajian Al-Ikhlas Rungkut Surabaya”. Jurnal
JESTT Vol. 1 No. 10 (Oktober 2014). 696.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
disebut dengan saluran konsumsi sosial dimana Al-Quran mengajarkan umat
islam agar menyalurkan sebagian hartanya dalam bentuk zakat, sedekah dan
infaq.28
sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya:
“…. Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang
dikaruniakan-Nya kepadamu” (Qs. al-Nur [24]:33).
Keseimbangan konsumsi dalam ekonomi islam didasarkan pada prinsip
keadilan distribusi. Dalam ekonomi islam. Kepuasan konsumsi seorang muslim
bergantung pada nilai-nilai agama yang diterapkan pada rutinitas kegiatannya,
tercermin pada alokasi uang yang dibelanjakan.29
Mencukupi kebutuhan dan
bukan memenuhi kepuasan/keinginan adalah tujuan dari aktifitas ekonomi Islam,
dan usaha pencapaian tujuan itu adalah salah satu kewajiban dalam beragama.30
Dalam ajaran Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dengan peran
keimanan, hal ini menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan sudut
pandang dunia yang cenderung memengaruhi kepribadian manusia. Keimanan
memberikan saringan moral dalam membelanjakan harta sekaligus juga
28 Muflih, Perilaku konsumen, 6. 29 Munthalib, Perilaku Konsumen dalam Islam, 7. 30 Aldila Septiana, “Analisis Perilaku Konsumsi Dalam Islam”, Jurnal DINAR, Vol. 1 No. 2
(Januari 2015), 3.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
memotivasi pemanfaatan pendapatan untuk hal-hal yang baik dan efektif.31
Dalam
hal ini ada beberapa asumsi yang bisa digunakan untuk menjelaskan fenomena itu.
Pertama, ketika keimanan berada pada tingkat yang baik, maka motif
berkonsumsi akan didominasi oleh tiga motif utama, yaitu: mas}lahah, kebutuhan,
dan kewajiban. Kedua, ketika keimanan berada pada tingkat yang kurang baik,
maka motifnya tidak hanya didominasi oleh tiga hal tadi tapi juga dipengaruhi
oleh ego, rasionalisme (materialisme), dan keinginan-keinginan yang bersifat
individualistis. Ketiga, ketika keimanan berada pada tingkat yang buruk, maka
motif berekonomi tentu saja akan didominasi oleh nilai-nilai individualistis
(selfishness); ego, keinginan, dan rasionalisme.32
Batasan konsumsi dalam Islam sebagaimana diurai dalam Al-Quran surat
Al- Baqarah :
“ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”(168).
31Munthalib, perilaku, 12. 32 Muhammad Akram Khan, ‘The Role of Government in the Economy”, The American Journal of
Islamic Social Sciences, vol. 14, no. 2 (1997),157.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
“Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan
mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”(169).
Konsumen Islam selalu berpedoman pada ajaran islam dan menggunakan
konsep mas}lahah dimana terkandung unsur yang terdiri dari manfaat dan berkah,
serta unsur spiritual halal dan haram33
termasuk pula yang diperhatikan adalah
yang baik, cocok, bersih, sehat, tidak menjijikkan, begitu pula batasan konsumsi
dalam syariah tidak hanya berlaku pada makanan dan minuman saja, tetapi juga
mencakup jenis-jenis komoditi lainya. Pelarangan atau pengharaman konsumsi
untuk suatu komoditi bukan tanpa sebab. Pengharaman untuk komoditi karena
zatnya memiliki kaitan langsung dalam membahayakan moral dan spiritual. Selain
itu, pelarangan isra>f atau berlebih-lebihan dan larangan bermegah-megahan juga
termasuk batasan konsumsi dalam syariah.34
Konsumsi berlebih-lebihan yang merupakan ciri khas masyarakat yang
tidak mengenal Tuhan, disebut dalam islam dengan istilah isra>f (pemborosan) atau
tabzir (menghabur-hamburkan harta tanpa guna).35
Perilaku isra>f diharamkan
meskipun komoditi yang dibeli adalah barang halal. Selain itu, dalam Qs. Al-
Baqarah (2): 168, Allah melarang umat Islam hidup dalam kemewahan.
Kemewahan yang dimaksud di sini adalah tenggelam dalam kenikmatan hidup
berlebih-lebihan dengan berbagai sarana yang serba menyenangkan.36
Namun,
33 Fadhel Ihsan, “Studi Analisis terhadap Pemikiran Muhammad Abdul Mannan tentang konsep
Konsumsi dalam Ekonomi Islam”, Jurnal Prosiding Penelitian SpesiA 2015. 34 Septiana, Analisis Perilaku Konsumsi, 13. 35 Kahf, Monzer, Ekonomi Islam. (Yogyakarta: pustaka pelajar, 1995), 17. 36 Syaparrudin, Prinsip-Prinsip Dasar Al-Quran tentang Perilaku Konsumsi, Ulumuna, Vol. XV
No. 2 (Desember 2011), 353.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
islam tetap membolehkan seorang muslimah untuk menikmati karunia kehidupan,
selama masih dalam batas kewajaran.37
Konsep keberhasilan dan kesuksesan seorang muslim bukan diukur dari
seberapa besar harta kekayaan yang diperoleh dan dimiliki. Kesuksesan seorang
muslim diukur berdasarkan seberapa besar ketakwaan seseorang akan membawa
konsekuensi terhadap berapa pun besar dan banyaknya harta yang dapat dia
peroleh dan bagaimana menggunakannya.38
Apabila harta yang diperoleh lebih
banyak, dia akan semakin memperbesar rasa syukur dan semakin besar bagian
yang akan diberikan kepada yang tidak mampu dan membutuhkan. Demikian pula
saat kekurangan harta, dia akan tetap bersabar atas ujian yang telah menimpanya
dan tidak mengambil jalan pintas untuk mendapatkannya apalagi sampai
melanggar ketentuan syari’at Islam.39
2. Norma Subyektif
Pengertian Norma Subyektif adalah persepsi seseorang mengenai tekanan
sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku.40
Marhaini mengatakan,
dalam teori ini perilaku seseorang tergantung niat, kemudian niat dalam
berperilaku tergantung dari sikap (attitude) dan norma subyektif.41
Di sisi lain,
keyakinan terhadap perilaku dan evaluasi akan menentukan perilaku. Keyakinan
37 Muflih, Perilaku Konsumen, 15. 38 Syaparrudin, Prinsip - Prinsip Dasar, 357. 39 Habib Nazir dan Muhammad Hasanuddin, Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan Syariah
(Bandung: Kaki Langit, 2004), 225-226. 40 Azjen, Attitudes, Personality, and Behavior, Open University Press, Milton Keynes, UK. 1988. 41 Marhaini, “Analisis Perilaku Konsumen dalam Pembelian Komputer MerekAcer (Studi Kasus:
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara)”, Jurnal Manajemen Bisnis, 1 (3)
2008, 89-96.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
normatif dan motivasi untuk mengikuti pendapat orang lain akan menentukan
norma subyektif.42
Teori mengenai sikap dan Norma subyektif juga disebut
sebagai Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) yang dikenalkan
oleh Fishbein dan Ajzen.43
Menurut Azjen & Driver norma subyektif adalah perasaan atau pendugaan
seseorang terhadap harapan-harapan dari orang-orang yang ada dalam
kehidupannya mengenai dilakukan atau tidak dilakukan perilaku tertentu.44
Sejalan dengan Peter dan Olson yang mengatakan bahwa norma subyektif
mencerminkan persepsi seseorang tentang apa yang mereka anggap bahwa orang
lain ingin agar mereka melakukan perilaku tertentu.45
Norma-norma subyektif (subjective norms) adalah pengaruh sosial yang
mempengaruhi seseorang untuk berperilaku. Seseorang akan memiliki keinginan
terhadap suatu obyek atau perilaku seandainya ia terpengaruh oleh orang-orang di
sekitarnya untuk melakukannya atau ia meyakini bahwa lingkungan atau orang-
orang disekitarnya mendukung terhadap apa yang ia lakukan.46
Norma Subyektif dalam ekonomi adalah gagasan yang diterima dari
kelompok referen yang berpendapat bahwa sebaiknya atau tidak sebaiknya
42 Mahyarni, Theory Of Reasoned Action dan theory Of Planned behavior (sebuah kajian Histori tentang Perilaku), 2013. 43 Fishbein, Martin and Icek Ajzen. Belief, Attitude, Intention and Behavior. Massachusetts :
Addison-Wesley Publishing Company, 1975. 44 Ajzen, Icek dan Driver, B.L. “Prediction of Leisure Participation from Behavioral, Normative
and Control Beliefs: An Application of Theory of Planned Behavior”. Leisure Sciences, 1991.Vol.
13, 185–204 45 Peter, J.P., and J.C., Olson “Consumer Behavior and Marketing Strategy”, (McGraw-Hill Inc :
Singapore, 2000), 150. 46 Machrus, Hawa’im dan Urip Purwono Pengkuran Perilaku berdasarkan Theory of Planned
Behavior, INSAN Vol. 12 No. 01, (April 2010).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
berperilaku konsumtif.47
Norma subjektif terbetuk karena adanya keyakinan
normatif dan motivasi dari referen yang dipercayai oleh konsumen. Penilaian
terhadap norma subjektif dimaksudkan untuk mengetahui apakah lingkungan
sosial mempengaruhi perilaku konsumen.48
Kontribusi pendapat dari setiap
rujukan yang diberikan dibobot dengan motivasi bahwa seorang individu harus
mematuhi keinginan rujukan itu. Norma subjektif (subjective norms) dibentuk
oleh :49
a. Normative Belief (keyakinan normatif), yaitu keyakinan terhadap orang lain
(kelompok acuan atau referensi) bahwa mereka berpikir subjek seharusnya
melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku atau keyakinan normatif tentang
harapan orang lain (kelompok acuan) terhadap dirinya mengenai apa yang
seharusnya dilakukan.
b. Motivation to Comply (motivasi mematuhi), yaitu motivasi yang sejalan
dengan keyakinan normatif atau motivasi yang sejalan dengan orang yang
menjadi kelompok acuan.
Menurut Ajzen norma subjektif adalah sejauh mana seseorang memiliki
motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku yang akan
dilakukannya (normative belief). Kalau individu merasa itu adalah hak pribadinya
untuk menentukan apa yang akan dia lakukan, bukan ditentukan oleh orang lain di
sekitarnya, maka dia akan mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang
47 Rochmawati. “Pengaruh Sikap…, 5. 48 Rifai, Ahmad. “Perilaku Konsumen Sayuran Organik di Kota Pekanbaru”. Jurnal Industri dan
Perkotaan Volume XII Nomor 22, (Agustus 2008), 1786-1792. 49 Fishbein, M. and I. Ajzen. “Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory
and Research”. Reading, MA: Addison-Wesley 1991: 74-85.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
akan dilakukannya.50
Fishbein & Ajzen menggunakan istilah motivation to comply
untuk menggambarkan fenomena ini, yaitu apakah individu mematuhi pandangan
orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak. Norma subyektif
merupakan fungsi dari harapan yang dipersepsikan individu dimana satu atau
lebih orang di sekitarnya (misalnya, saudara, teman sejawat) menyetujui perilaku
tertentu dan memotivasi individu tersebut untuk mematuhi mereka.51
3. Religiusitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Religiusitas berakar dari kata
religiosity yang berarti pengabdian terhadap agama. Religiusitas diartikan sebagai
seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan
ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya.
Bagi seorang Muslim, religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan,
keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam.52
Skala Religiusitas digunakan untuk mengukur religiusitas. Penyusunan
skala ini menggunakan teori Glock & Stark53
yang menyatakan bahwa religiusitas
terdiri dari lima aspek, yaitu:
a. Aspek ideologi/keimanan, adalah sejauh mana keyakinan seseorang tentang
hal-hal yang dogmatis dalam ajaran agama yang dianutnya. Misalnya keyakinan
50 Ajzen, Icek, Understanding Attitudes and Predicting Social Behavior. (Englewood Cliffs, NJ:
Prentice Hall, 2007), 10. 51 Ibid, 15. 52 Mukhtar, A; Muhammad M. “Intention to Choose Halal Product: The Role of Religiosity”
Journal of Islamic Marketing Vol. 3 No. 2, 2012. Hal. 108-120. 53 Ancok, D., & Suroso, N.S. Psikologiislami. (Jakarta: Pustaka Pelajar. 1994).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
tentang Allah, para malaikat, surga neraka, qadha dan qadar, dan hukum-hukum
Allah terhadap perilaku manusia.
b. Aspek ritualistik/ibadah, yaitu aktivitas-aktivitas tertentu dalam agama yang
diwajibkan dan dianjurkan untuk dilakukan oleh penganutnya. Misalnya shalat,
zakat, puasa, membaca/mendalami Al-Qur’an.
c. Aspek eksperiensial/penghayatan, adalah pengalaman religius yang berupa
perasaan-perasaan atau emosi, sensasi, dan persepsi yang dialami individu sabagai
suatu komunikasi dengan hakikat ketuhanan atau Tuhan. Misalnya perasaan
terhadap kebesaran Allah, perasaan dekat dengan Allah, perasaan khusuk dan
tenteram ketika sholat, dan perasaan bergetar ketika mendengar bacaan ayat-ayat
suci Al-Qur’an.
d. Aspek pengamalan/konsekuensial, merupakan konsekuensi-konsekuensi
duniawi daripada keyakinan, tindakan pengalaman dan pengetahuan keagamaan
individu, yang meliputi apa yang harus dilakukan dan bagaimana sikap yang harus
dipegang individu sebagai konsekuensi daripada agama yang dianutnya.
Disamping itu konsekuensi ini juga memberikan kerangka acuan untuk
mempelajari dan menafsirkan agama yang dianut. Dalam agama Islam aspek itu
berisi tentang amalan-amalan yang banyak berhubungan dengan orang lain atau
alam semesta seperti, menolong, mudah memaafkan, dan menjaga lingkungan.
e. Aspek keilmuan/intelektual, adalah pengetahuan dan pemahaman tentang
ajaran-ajaran dasar agama dan kitab sucinya. Dalam agama Islam, aspek
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
intelektual ini berisi tentang kandungan Al-Qur’an dan dasar-dasar ajaran yang
harus dipercaya dan dilaksanakan, hukum dan sejarah Islam.
Dari uraian di atas maka indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat
religiusitas dalam peneletian ini hanya menggunakan tiga dari lima indikator
religiusitas yaitu aspek keimanan, pengetahuan agama dan pengamalan agama.
4. Self Control
Self control adalah tenaga kontrol atas diri, oleh dirinya sendiri. Self
control atau kontrol diri merupakan suatu sifat kepribadian yang mempengaruhi
perilaku seseorang dalam membeli barang dan jasa.54
Chaplin mengatakan bahwa
self control adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri,
kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku
impulsive.55
Baumeister juga mengatakan kontrol diri adalah kemampuan individu
untuk menahan diri atau mengarahkan diri kearah yang lebih baik ketika
dihadapkan dengan godaan-godaan.56
Self control terjadi ketika seseorang atau organis-me mencoba untuk
mengubah cara bagaimana seharusnya individu tersebut berpikir, merasa, atau
berperilaku.57
Self control dalam hal pengelolaan keuangan merupakan sebuah
54 Tifani, Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Konsumtif Membeli Pakaian Diskon,
Jurnal Ilmiah PSYCHE Vol.8 No.2 (Desember 2014), 90-100. 55 Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009). 56Baumeister, R. F. Yielding to temptation: Self-Control Failure, Impulsive Purchasing, and
Consumer Behavior. Reflections and Reviews. Jurnal of Consumer Research, 2002 vol. 28, 670-
676. 57Muraven & Baumeister,“Self-regulation and depletion of limited resources: Does self-control
resemble a muscle”. Psychological Bulletin, 2002 Volume 126 No. 2, 247-259.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
aktivitas yang mendorong seseorang untuk melakukan peng-hematan dengan
menurunkan pembelian impulsive.58
Kontrol diri melibatkan tiga hal. 1. Kontrol
Perilaku, merupakan kesiapan atau kemampuan seorang merespon suatu stimulus
yang secara langsung memperoleh keadaan tidak menyenangkan dan langsung
mengantisipasinya. 2. Kontrol Kognitif yaitu kemampuan individu dalam
mengolah informasi yang tidak diinginkan, dengan menilai atau menghubungkan
suatu kejadian dengan mengurangi tekanan, dan 3. Kontrol Keputusan yaitu
kemampuan individu untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada
suatu yang diyakini.59
Kemampuan untuk tidak berperilaku konsumtif salah satunya dipengaruhi
oleh kontrol diri, sehingga masyarakat muslim khususnya muslimah diharapkan
mampu mengendalikan perilaku, karena pada dasarnya setiap individu memiliki
suatu mekanisme yang dapat membantu, mengatur, dan mengarahkan perilakunya.
5. Kartu Kredit
Kartu kredit terdiri dari dua suku kata yaitu kartu dan kredit. Pengertian
kartu dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah kertas tebal, berbentuk persegi
panjang untuk berbagai keperluan.60
Sedangkan pengertian dari kredit adalah
pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur dan
58 Otto, P.E. Davies, G.B. & Charter, N., Note on ways of saving: Mental Mechanisms as Tools for
Self-Control?, Department of Psychology, University College London, Gower Street. London.
2006. 59 Chatimah, S., Purwadi. “Hubungan antara Religiusitas dengan Sikap Konsumtif Remaja”.
Jurnal Humanitas Indonesia IV. 2007, 110-123 60 Anton, Moeliono, et.al., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka cet.II, 1989).
392.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.61
Sehingga dari penggabungan dua kata tersebut dapat diambil pengertian kartu
kredit adalah kertas tebal yang memberikan fasilitas kepada pemiliknya untuk
mendapatkan pinjaman uang dari bank yang harus dibayar dengan cara diangsur.62
Pengertian ini sejalan dengan pengertian yang tercantum dalam kamus oxford,
bahwa kartu kredit adalah kartu yang diterbitkan oleh bank, atau pihak lainnya
yang menberi izin pemiliknya untuk mendapatkan kebutuhan dengan cara
pinjaman.63
Kartu kredit adalah alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang
dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari
suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan untuk melakukan
penarikan tunai dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih
dahulu oleh acquirer atau penerbit, pemegang kartu berkewajiban melakukan
pelunasan pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati baik secara sekaligus
ataupun secara angsuran (PBI pasal 1 angka 4 nomor 10/8/PBI/2008).64
Kartu Kredit merupakan salah satu alat pembayaran dengan menggunakan
kartu (APMK). Kartu kredit menawarkan dua fungsi yang berbeda kepada
konsumen yaitu sebagai alat pembayaran dan sumber kredit.65
Peran kartu kredit
61 Ibid, 465. 62 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2013). 599. 63 Abdul Wahab Ibrahim, Banking Card Syariah, Kartu Kredit dan Debit dalam Perspektif Fiqh,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006). 2 64 Ahmad Fadlan Lubis dan Irsad Lubis, “Analisis Perilaku Masyarakat Muslim Terhadap
Penggunaan Kartu kredit di kota Medan”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No.1, (Desember
2012), 22. 65 Abdelrahmamn O. Consumer search and switching behavior: evidence from the credit card
market. [disertasi]. Michigan (US): Wayne State University. 2011.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
sebagai salah satu indikator tumbuhnya Cash Less Society, merupakan sistem
pembayaran yang aman dan praktis. Jika kartu kredit digunakan secara bijak maka
kartu kredit akan memberikan manfaat. Ketika kartu kredit digunakan dengan cara
yang salah maka kartu kredit akan mengakibatkan berbagai masalah finansial bagi
penggunanya.66
Penggunaan kartu kredit di Indonesia kini selain sebagai alat pengganti
pembayaran, juga telah berfungsi sebagai gaya hidup.67
Keberadaan kartu kredit
diketahui dengan baik oleh masyarakat. Untuk sebagian kalangan, kartu kredit
bahkan mendukung gaya hidupnya dan dimanfaatkan pada hampir semua
transaksi pembelian barang atau jasa.68
Kartu kredit bisa menjadi ajakan kepada
umat islam untuk berpola konsumtif. Penamaan kredit biasa dikaitkan dengan
utang yang berarti untuk usaha produktif. Pada sisi lain utang biasanya juga
dilakukan oleh pihak yang benar-benar membutuhkan, karena miskin misalnya.
Kecenderungan yang terjadi juga bukan untuk keperluan primer, tapi lebih
cenderung sekunder seperti elektonik, kendaraan dan yang sejenis.69
Dalam islam
memang dilarang untuk berlebihan dan boros dalam menggunakan harta pada hal-
hal yang tidak bermanfaat. Pada dasamya sifat konsumtif adalah karakter masing-
masing individu pemegang kartu. Jika karakter dasarnya bukan pemboros, maka
66 Gunawan M, Linawati N. “Analisis faktor yang berhubungan dengan pertimbangan cost and
benefit kartu kredit”. Jurnal Finesta, 2013 1(2): 79–84. 67 Lubis, Analisis Perilaku, 23. 68 Sulistyawaty R.. Perilaku konsumen dalam penggunaan kartu kredit di wilayah DKI Jakarta.
[tesis]. Jakarta: Universitas Gunadarma. 2012. 69 Arif Pujiyono, “Islamic Credit Card: Suatu Kajian terhadap Sistem Pembayaran Islam
Kontemporer”, Jurnal Dinamika Pembangunan Vol. 2 No. 1 (Juni 2005), 68.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
dia akan tetap mampu mengontrol penggunaan kartunya. Akan tetapi para ahli
hukum ekonomi islam mencoba menutup pintu ke arah sana, karena manusia
cenderung mudah untuk tergoda.70
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Kajian terdahulu berfungsi sebagai bahan analisis berdasarkan kerangka
teoritik yang sedang dibangun dan sebagai pembeda dengan penelitian yang akan
dilakukan selanjutnya. Berikut penelitian terkait dengan “Pengaruh Norma
Subyektif, Religiusitas dan Self Control terhadap Perilaku Konsumtif Masyarakat
Muslimah pengguna kartu kredit” diantaranya:
No. Judul, Nama dan
Tahun Penulis
Variabel Metodologi
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Pengaruh
Religiusitas, Norma
Subyektif dan
Perceived Behavioral
Control terhadap Niat
membeli Produk
berlabel Halal.
Ekawati Labibah,
1.
Religiusitas
(X1)
2. Norma
Subyektif
(X2)
3. Perceived
Behavioral
Kuantitatif,
Teknik yang
digunakan
dalam
pengambilan
sampel pada
penelitian ini
yaitu snowball
sampling.
1. Terdapat
pengaruh positif
dan signifikan
religiusitas, Norma
Subyektif dan
perceived
behavioral control
terhadap niat
membeli produk
makanan ringan
70 Ibid, 70.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
2016. control (X3)
4. Niat (Y)
berlabel halal.
2. Terdapat
pengaruh positif
dan signifikan
religiusitas, norma
subyektif dan
perceived
behavioral control
secara simultan.
2. Kartu Kredit Shariah
dan Perilaku
Konsumtif.
Dewi Sukma, 2014.
- Deskriptif
Kualitatif
1.Kartu kredit
memberikan
pengaruh sangat
besar dalam
kegiatan transaksi,
karena tidak ada
sistem kontrol
pagu batas
penggunaan kartu
kredit dan tidak
dapat dijadikan
pegangan
konsumtif.
2.Kartu kredit
shariah
meningkatkan
rasio belanja dan
beresiko tingkat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
kredit macet.
3.Pola perilaku
konsumen
masyarakat
indonesia yang
mengikuti trend,
sehingga menjadi
pemicu konsumtif.
3. Hubungan antara
Kontrol diri dan
Syukur dengan
Perilaku Konsumtif
pada Remaja SMA IT
Abu Bakar
Yogyakarta
Septi Anugrah Heni,
2013
1. Kontrol
diri (X1)
2. Syukur
(X2)
3.Perilaku
Konsumtif
(Y)
Penelitian
Kuantitatif,
Subjek peneltian
ini yaitu siswa
SMAIT Abu
Bakar
Yogyakarta.
Analisis data
dilakukan
dengan teknik
analisis regresi.
Kesimpulan yang
dapat dibuat dari
penelitian ini
adalah ada
hubungan negatif
yang sangat
signifikan antara
kontrol diri dan
syukur dengan
perilaku
konsumtif.
4. Analisis Pengaruh
Religiusitas,
Pendapatan, dan
Faktor Sosial
terhadap
Kesejahteraan Islami
Keluarga Pedagang
1.Religiusita
s (X1)
2.Pendapatan
(X2)
3.Faktor
Penelitian
eksplanatory,
Pengumpulan
data dilakukan
dengan metode
wawancara
dengan panduan
Konstruk
religiusitas dan
pendapatan
berpengaruh
signifikan secara
positif terhadap
kesejahteraan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
Muslim di Kawasan
Religi Ampel.
Aliyah Farwah, 2013.
Sosial (X3)
4.Kesejahter
aan Islami
(Y)
kuisioner,
menggunakan
partial least
square.
Islami keluarga
Muslim di Kota
Surabaya.
Religiusitas dapat
membawa dampak
positif terhadap
individu dan
keluarga.
Sedangkan
konstruk faktor
sosial tidak
berpengaruh
terhadap
kesejahteraan
islami.
5. Analisis Perilaku
Masyarakat Muslim
terhadap penggunaan
kartu kredit di kota
Medan.
Ahmad Fadlan Lubis,
2012.
- Deskriptif
Kualitatif
Menggunakan
metode sample
non-
probabilitas.
Penyebaran
kuisioner.
perilaku
masyarakat
Muslim terhadap
penggunaan kartu
kredit di Kota
Medan berdampak
pada perilaku dan
sifat boros/
konsumtif. Faktor
terbesar pendorong
masyarakat
Muslim
memutuskan untuk
menggunakan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
kartu kredit di
Kota Medan,
disebabkan oleh
kartu kredit lebih
praktis untuk
digunakan dalam
proses transaksi.
Alasan terbesar
lainnya adalah
kartu kredit
memberikan
keleluasaan bagi
pemiliknya.
Dari karya di atas dapat dilihat bahwa penulis mengambil alur yang
berbeda dengan penelitian sebelumnya, Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu yang diteliti oleh Ekawati Labibah adalah variabel bebas (X) dalam
penelitian tersebut yaitu Regiliusitas (X1), Norma Subyektif (X2), dan Persepsi
Behaviored control (X3), dan koresponden yang dituju adalah mahasiswa yang
melakukan niat (Y) membeli produk makanan ringan berlabel Halal, sedangkan
dalam penelitian ini peneliti menggunakan Norma Subyektif (X1), Religiusitas
(X2) dan Self Control (X3) sebagai variabel bebas (X) dan koresponden dalam
penelitian ini menyasar pada objek masyarakat muslimah pengguna kartu kredit.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu kedua yang diteliti
oleh Dewi Sukma adalah tidak terdapat variabel bebas (X) dalam penelitian
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
tersebut karena menggunakan metodologi penelitian deskriptif kualitatif,
sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian
kuantitatif.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang ketiga diteliti
oleh Septi Anugrah Heni adalah variabel bebas (X) dalam penelitian tersebut yaitu
Kontrol diri (X1), dan Syukur (X2), dan subjek penelitian yaitu siswa SMAIT Abu
Bakar Yogyakarta. Alat ukur yang digunakan adalah skala kontrol diri, syukur dan
perilaku konsumtif. Analisis data dilakukan dengan tekhnik analisis regresi,
sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan Norma Subyektif (X1),
Religiusitas (X2) dan Self Control (X3) sebagai variabel bebas (X) dan
koresponden dalam penelitian ini menyasar pada masyarakat muslimah pengguna
kartu kredit.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang diteliti oleh
Aliyah Farwah adalah variabel bebas (X) dalam penelitian tersebut yaitu
Religiusitas (X1), Pendapatan (X2) dan Faktor Sosial (X3) terhadap
Kesejahteraan Islami (Y) koresponden yang dituju adalah keluarga muslim di kota
Surabaya, sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan Norma Subyektif
(X1), Religiusitas (X2) dan Self control (X3) dan koresponden dalam penelitian
ini menyasar pada masyarakat muslimah pengguna kartu kredit.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yang diteliti oleh
Ahmad Fadlan Lubis adalah tidak ada variabel (X) dalam penelitian tersebut dan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
koresponden yang dituju adalah masyarakat muslim di Medan, sedangkan dalam
penelitian ini peneliti menggunakan Norma Subyektif (X1), Religiusitas (X2) dan
Self control (X3) dan koresponden dalam penelitian ini menyasar pada masyarakat
muslimah pengguna kartu kredit.
Dari tabel penelitian terdahulu di atas dapat dilihat bahwa penulis
mengambil alur berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian yang
dilakukan lebih spesifik pada pengaruh norma subyektif, religiusitas dan self
control terhadap perilaku konsumtif masyarakat muslimah pengguna kartu kredit
di Surabaya. Metode yang dilakukan juga berbeda dengan penelitian-penelitian
sebelumnya yaitu menggunakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
teknik sampling incidental, serta teknik analisis data dengan menggunakan
bantuan program SPSS 20.