BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6905/3/BAB II.pdf4....

30
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model pembelajaran Problem based learning Model pembelajaran Problem based learning (PBL) merupakan salah satu model yang saat ini sering digunakan dalam beberapa mata pelajaran salah satunya yaitu mata pelajaran matematika. Menurut David Bound dan Grahame I Feletti (dalam Rizema 2013: 64) “Problem based learning is a conception of knowledge, understanding, and educations profoundly different from the more usual conception underlying subject- based learning”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa PBL merupakan gambaran dari ilmu pngetahuan, pemahaman dan pembelajaran yang sangat berbeda dengan pembelajaran subyek based learning. Bound and Feletti (dalam Rizema 2013: 64) berpendapat bahwa “The basic principle supporting the concept of PBL is older than formal education itself, learning is intiated by a pose problem, query or puzzle that the learner want to solve”. Pendapat Bound ini jika diterjemahkan mengandung arti bahwa prinsip dasar yang mendukung konsep PBL lebih tua daripada pendidikan formal itu sendiri. Belajar diprakarsai dengan adanya masalah, pertanyaan atau permainan puzzle yang akan diselesaikan oleh siswa secara mandiri. Metode PBL merupakan bagian dalam pembelajaran kontekstual dengan guru memberikan suatu permasalahan untuk dipecahkan oleh siswa. Dengan 6 Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model ...repository.ump.ac.id/6905/3/BAB II.pdf4....

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Model pembelajaran Problem based learning

    Model pembelajaran Problem based learning (PBL) merupakan

    salah satu model yang saat ini sering digunakan dalam beberapa mata

    pelajaran salah satunya yaitu mata pelajaran matematika. Menurut David

    Bound dan Grahame I Feletti (dalam Rizema 2013: 64) “Problem based

    learning is a conception of knowledge, understanding, and educations

    profoundly different from the more usual conception underlying subject-

    based learning”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa PBL

    merupakan gambaran dari ilmu pngetahuan, pemahaman dan pembelajaran

    yang sangat berbeda dengan pembelajaran subyek based learning. Bound

    and Feletti (dalam Rizema 2013: 64) berpendapat bahwa “The basic

    principle supporting the concept of PBL is older than formal education

    itself, learning is intiated by a pose problem, query or puzzle that the

    learner want to solve”.

    Pendapat Bound ini jika diterjemahkan mengandung arti bahwa

    prinsip dasar yang mendukung konsep PBL lebih tua daripada pendidikan

    formal itu sendiri. Belajar diprakarsai dengan adanya masalah, pertanyaan

    atau permainan puzzle yang akan diselesaikan oleh siswa secara mandiri.

    Metode PBL merupakan bagian dalam pembelajaran kontekstual dengan

    guru memberikan suatu permasalahan untuk dipecahkan oleh siswa. Dengan

    6

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 7

    ungkapan lain pembelajaran berbasis pada masalah yang relevan dengan

    materi yang dipelajari. Dalam hal ini guru menjelaskan tujuan logistik yang

    dibutuhkan, memotivasi siwa agar terlibat secara aktif dalam pemecahan

    masalah yang dipilih, serta membantu siswa dalam mendefinisikan dan

    mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

    tersebut. Setelah itu guru mendorong siswa untuk mengumpukan informasi

    yang sesuai, melaksanakan eksperimen guna menemukan penjelasan dan

    pemecahan masalah serta membantu siswa dalam merencanakan dan

    menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan. Kegiatan selanjutnya ialah

    mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau menyusun

    kelompok presentasi hasil kerja.

    Pendapat lain menurut Nurhadi pembelajaran berbasis masalah

    adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata

    sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis

    dan ketrampilan pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan dan

    konsep yang esensial dari materi pelajaran, sedangkan pengertian

    pembelajaran berbasis masalah ialah proses kegiatan pembelajaran dengan

    cara menggunakan atau memunculkan masalah dunia nyata sebagai bahan

    pemikiran bagi siswa dalam memecahkan maslah untuk memperoleh

    pengetahuan dari materi pelajaran. PBL termasuk salah satu metode dalam

    proses pembelajaran yang sangat popular. PBL juga didefinisikan sebagai

    lingkungan belajar yang di dalamnya menggunakan masalah untuk belajar.

    Sebelum mempelajari sesuatu siswa diharuskan mengidentifikasi suatu

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 8

    masalah baik yang dihadapi secara nyata maupun telah kasus. PBL dapat

    pula didefinisikan sebagai sebuah metode pembelajaran yang didasarkan

    pada prinsip bahwa masalah dapat dijadikan sebagai titik awal untuk

    mendapatkan ataupun mengintegrasikan ilmu baru. Dengan demikian

    masalah yang ada digunakan sebagai sarana mampu mempelajari sesuatu

    yang dapat menyokong keilmuan (Rizema 2013: 64-66). Pendapat yang

    lebih singkat mengenai model pembelajaran model problem based learning

    menurut Barrow mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah sebagai

    pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan

    resolusi suatu masalah (Huda 2013: 217).

    Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

    model pembelajaran PBL menekankan keaktifan siswa. Dalam model ini

    siswa dituntut untuk ikut serta secara aktif dalam memecahkan sebuah

    masalah, karena pada dasarnya problem based learning ini adalah masalah.

    Model PBL ini mempunyai ciri khusus di mana dalam proses pengajarannya

    melibatkan permasalahan yang terjadi dalam lingkungan sekitar mereka atau

    yang sudah menjadi sebuah kasus untuk menjadi bahan yang akan

    dipelajari. Hal ini akan menuntut siswa untuk berpikir secara kritis sekaligus

    teliti dalam pemecahan masalah, dan pada akhirnya siswa tersebut dapat

    menemukan gagasan atau konsep-konsep penting dari permasalahn tersebut.

    Pada dasarnya PBL memiliki banyak variasi diantaranya ialah

    sebagai berikut:

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 9

    a. Permasalahan sebagai pemandu.

    Masalah menjadi acuan konkret yang harus menjadi

    perhatian siswa. Bacaan diberikan sejalan dengan masalah dan

    masalah menjadi kerangka bepikir siswa dalam mengerjakan tugas.

    b. Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi.

    Masalah disajikan setelah tugas-tugas dan penjelasan

    diberikan. Tujuannya ialah memberikan kesempatan pada siswa

    untuk menerapkan pengetahuannya guna memecahkan masalah.

    c. Permasalahan sebagai contoh

    Masalah dijadikan contoh dan bagian dari bahan belajar.

    Masalah pun digunakan untuk menggambar teori serta konsep atau

    prinsip yang dibahas antara guru dan siswa.

    d. Permasalahan sebagai fasilitas proses belajar.

    Masalah dijadikan sebagai alat untuk melatih siswa yang

    dibahas antara guru dan siswa.

    e. Permasalahan sebagai stimulus belajar.

    Masalah bisa merangsang siswa untuk mengembangkan

    keterampilan mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan

    dengan masalah dan keterampilan metakognitif.

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 10

    2. Karakteristik dan ciri-ciri model Problem based learning

    a. Karakteristik Problem based learning

    Menurut Rizema (2013: 72-73) PBL memiliki enam karakteristik

    sebagai berikut:

    1) Belajar dimulai dari suatu masalah

    2) Memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan

    dunia nyata siswa

    3) Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan disiplin

    ilmu

    4) Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam

    membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar

    5) Menggunakan kelompok kecil

    6) Menuntut siswa untuk mendemostrasikan yang telah

    dipelajari dalam bentuk produk atau kinerja.

    b. Model pembelajaran PBL menurut Ibarahim dan Nur (dalam Rizema

    2013: 74) memiliki lima ciri-ciri pembelajaran seperti di bawah ini:

    1) Pengajuan pertanyaan atau masalah, PBL mengorganisasikan

    pengajaran dengan masalah yang nyata dan sesuai dengan

    pengalaman keseharian siswa.

    2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu, masalah dan

    solusi pemecahan masalah yang diusulkan tidak hanya

    ditinjau dari satu disiplin ilmu tetapi ditinjau dari berbagai

    disiplin ilmu.

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 11

    3) Penyelidikan autentik PBL mengharuskan siswa melakukan

    penyelidikan terhadap masalah nyata melalui analisis

    masalah, observasi maupun eksperimen. Dalam hal ini siswa

    bisa mengumpulkan informasi dari beragam sumber

    pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan sekaligus

    mengembangkan hipotesis terhadap penyelesaian masalah

    yang dikemukakan.

    4) Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. PBL

    menuntut siswa menghasilkan produk tertentu dalam bentuk

    karya atau artefak guna menjelaskan atau mewakili

    penyelesaian masalah yang ditemukan kemudian

    memamerkan produk tersebut.

    5) Kerja sama, PBL dicirikan oleh siswa yang bekerja sama

    secara berpasangan maupun kelompok kecil guna memberi

    motivasi sekaligus mengembangkan keterampilan berpikir

    melalui tukar pendapat serta berbagai penemuan.

    3. Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan PBL

    Selain mengenai karakterisitisk dan ciri-ciri model pebelajaran,

    Rizema (Rizema 2013: 78) juga menjelaskan mengenai pengelolaan PBL

    yang terdiri dari beberapa langkah utama berikut:

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 12

    a. Mengorientasikan siswa pada masalah

    Pada kegiatan ini guru menciptakan lingkungan kelas yang

    memungkinkan terjadinya pertukaran ide yang terbuka yang

    kemudian dilanjutkan pada mengarahkan siswa pada

    pertanyan atau masalah

    b. Mengorganisasikan siswa agar belajar

    Guru membantu siswa dalam menemukan konsep berdasarkan

    masalah

    c. Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

    Memberikan kemudahan pengerjaan siswa dalam

    mengerjakan/menyelsaikan masalah yang dalam penelitian ini

    menggunakan cara polya, dimana dengan empat tahapan

    pengerjaan

    d. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja

    Dalam kegiatan ini guru membimbing siswa dalam

    mengerjakan soal lembar kerja siswa (LKS) dan membimbing

    siswa untuk menyajikan hasil kerjanya di depan kelas

    e. Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

    Guru membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan

    masalah, memotivasi siswa agar terlibat dalam pemecahan

    masalah dan pada akhir pembelajaran guru juga mengevaluasi

    materi.

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 13

    Adapun gambaran rinci langkah-langkah tersebut dapat dicermati

    dalam tabel berikut:

    Tabel 2.1 langkah-langkah pembelajaran PBL

    Langkah No Kegiatan Guru

    Orientasi masalah

    1 Menginformasikan tujuan

    pembelajaran

    2 Menciptakan lingkungan kelas

    yang memungkinkan terjadi

    pertukaran ide yang terbuka

    3 Mengarahkan kepada

    pertanyaan atau masalah

    Mengorganisasikan siswa

    untuk belajar

    1 Membantu siswa dalam

    menemukan konsep berdasarkan

    masalah

    2 Mendorong keterbukaan,

    proses-proses demokrasi dan

    cara belajar siswa aktif

    3 Menguji pemahaman siswa atas

    konsep yang ditemukan

    Membantu menyelidiki

    secara mandiri atau

    kelompok

    1 Memberi kemudahan

    pengerjaan siswa dalam

    mengerjakan/menyelesaikan

    masalah

    2 Mendorong kerja sama dan

    penyelesaian tugas-tugas

    3 Mendorong dialog dan diskusi

    dengan teman

    4 Membantu siswa

    mendefinisikan dan

    mengorganisasikan tugas-tugas

    belajar yang berkaitan dengan

    masalah

    5 Membantu siswa merumuskan

    hipotesis

    6 Membantu siswa dalam

    memberikan solusi

    Mengembangkan dan

    menyajikan hasil kerja

    1 Membimbing siswa dalam

    mengerjakan lembar kerja siswa

    2 Membimbing siswa dalam

    menyajikan hasil kerja

    Menganalisis dan

    mengevaluasi hasil

    pemecahan masalah

    1 Membantu siswa mengkaji

    ulang hasil pemecahan masalah

    2 Memotivasi siswa agar terlibat

    dalam pemecahan masalah

    3 Mengevaluasi materi

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 14

    4. Kelebihan dan kekurangan PBL

    Adapun kelebihan dan kekurangan dari model Problem based learning ini

    menurut Rizema (2013: 82-84) adalah sebagai berikut:

    a. Kelebihan model pembelajaran Problem based learning

    1) Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan lantaran ia yang

    menemukan konsep tersebut.

    2) Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan

    menuntut ketrampilan berpikir siswa yang lebih tinggi.

    3) Pengetahuan tertanam berdasarkan schemata yang dimiliki siswa

    sehingga pembelajaran lebih bermakna.

    4) Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran karena masalah-

    masalah yang diselesaikan langsung berkaitan dengan kehidupan

    nyata. Hal ini bisa meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa

    terhadap bahan yang dipelajarinya

    5) Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa mampu memberi

    aspirasi dan menerima pendapat orang lain serta menanamkan

    sikap sosial yang positif dengan siswa lainnya.

    6) Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling

    berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya, sehingga

    pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.

    7) PBL diyakini pula dapat menumbuhkembangkan kemampuan

    krativitas siswa baik secara individual maupun kelompok karena

    hampir disetiap langkah menuntut adanya keaktifan siswa.

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 15

    b. Selain berbagai kelebihan tersebut, model Problem based

    learning juga memiliki beberapa kekurangan yakni:

    1) Bagi siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat

    tercapai.

    2) Membutuhkan banyak waktu dan dana.

    3) Tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan dengan metode PBL

    Jadi dalam pembelajaran problem based learning ini dapat penliti

    simpulkan bahwa dasar dari pembelajaran dengan menggunakan model ini

    yaitu menjadikan masalah yang ada di sekitar siswa menjadi dasar

    pembelajaran atau bekal pembelajaran selanjutnya. Dengan menggunakan

    model problem based learning ini guru juga dapat mengarahkan agar lebih

    bekerja keras dalam menyelediki dan memecahkan masalah yang disajikan

    dalam suatu soal cerita.

    5. Kerja Keras

    Kerja keras adalah perilaku yang menunjukan upaya sungguh-

    sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan

    menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Pengembangan Pendidikan

    Budaya dan Karakter Bangsa 2010: 26). Menurut Saminanto kerja keras

    yaitu perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi

    berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan

    sebaik-baiknya (Saminanto 2012: 4). Kerja keras memiliki dua indikator

    yang berbeda yakni indikator kelas dan indikator sekolah. Kedua indikator

    tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 16

    Tabel. 2.2 Indikator kelas dan Indikator Sekolah

    Indikator Kelas Indikator Sekolah

    Menciptakan suasana kompetensi yang sehat

    menciptakan etos kerja, pantang menyerah dan daya

    tahan belajar

    menciptakan suasana belajar yang memacu daya tahan

    kerja

    memiliki pajangan tentang slogan atau motto tentang

    giat bekerja dan belajar

    Menciptakan suasana kompetisi yang sehat

    Menciptakan suasana sekolah yang menantang

    dan memacu untuk bekerja

    keras

    Memiliki Pajangan tentang slogan atau motto tentang

    kerja

    Sedangkan menurut Pengembangan Pendidikan Budaya dan

    Karakter Bangsa (2010: 33-34) indikator kelas menurut kelasnya terbagi

    kembali menjadi dua yakni indikator untuk kelas rendah dan kelas tinggi,

    karena penelitian dilakukan di kelas V maka indikator dari kerja keras di

    kelas V yakni:

    a. Mengerjakaan tugas dengan teliti dan rapi.

    b. Mencari informasi dari sumber-sumber di luar sekolah.

    c. Mengerjakan tugas-tugas dari guru pada waktunya.

    d. Fokus pada tugas-tugas yang diberikan guru di kelas.

    e. Mencatat dengan sungguh-sungguh sesuatu yang dibaca,

    diamati, dan didengar untuk kegiatan kelas.

    Dari pengertian di atas dapat disimpukan bahwa kerja keras

    merupakan upaya yang dilakukan siswa untuk memenuhi tugas yang

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 17

    diberikan dengan rasa sungguh-sungguh dan sebaik-baiknya untuk

    memperoleh hasil yang maksimal.

    6. Prestasi Belajar

    a. Pengertian prestasi

    Kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie, kemudian

    dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha. Istilah

    prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar. Prestasi belajar pada

    umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan sedangkan hasil belajar

    meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak

    digunakan dalam berbagai bidang kegiatan antara lain dalam bidang

    kesenian, olah raga dan pendidikan khususnya pembelajaran (Zainal Arifin

    2013: 12). Menurut Nasrun Harahap berpendapat bahwa prestasi adalah

    penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang

    berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada

    siswa. Menurut Mas‟ud Khasan Abdul Qohar prestasi adalah apa yang

    telah dapat diciptakan hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang

    diperoleh dengan cara keuletan kerja. Prestasi dapat bersifat tetap dalam

    sejarah kehidupan manusia karena sepasang kehidupannya selalu mengejar

    prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Jadi prestasi

    dapat diartikan suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang

    telah dilakukan.

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 18

    b. Pengertian belajar

    Belajar adalah proses perubahan perilaku dimana perubahan

    perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap. Perubahan

    perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif dan

    psikomotor (Asep Herry H 2007: 2). Belajar merupakan proses dalam diri

    individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan

    perubahan perilakunya. Burton berpendapat bahwa belajar sebagai

    perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara

    individu dengan individu, individu dengan lingkungannya sehingga

    mereka mampu berinteraksi dengan lingkunganya. James O Whittaker

    mengemukakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku

    ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah

    proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

    tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman

    individu itu sendiri didalam interaksi dengan lingkungannya

    (Aunurrahman 2009: 35). Belajar adalah aktivitas mental / psikis yang

    berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

    perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap (winkel

    dalam purwanto 2008: 38-39). Proses belajar dapat melibatkan aspek

    kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada belajar kognitif, prosesnya

    mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive),

    pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan

    merasakan (affective) sedang dalam belajar psikomotorik memberikan

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 19

    hasil belajar berupa ketrampilan (psychomotoric). Proses belajar

    merupakan proses yang unik dan kompleks. Keunikan itu disebabkan

    karena hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar tidak pada

    orang lain dan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang berbeda.

    Perbedaan penampilan itu disebabkan karena setiap individu mempunyai

    karakterisitik individualnya yang khas seperti minat intelegensi, perhatian,

    bakat dan lainnya. Individu yang berbeda dapat melakukan proses belajar

    dengan kemampuan yang berbeda dalam aspek kognitif, afektif dan

    psikomotorik. Dalam belajar sendiri memiliki banyak faktor di dalamnya,

    secara global Muhibbin Syah (2005: 144) mengemukakan faktor-faktor

    yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam

    yakni:

    a. faktor internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan/kondisi

    jasmani dan rohani siswa.

    b. faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi

    lingkungan disekitar siswa.

    c. faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis

    upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang

    digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari mater-

    materi pelajaran

    Berdasarkan teori belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar

    adalah proses untuk membuat perubahan dalam diri dengan cara

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 20

    berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam

    aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Purwanto 2008: 43).

    c. Prestasi Belajar

    Prestasi belajar dapat memberikan kepuasan kepada orang yang

    bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di sekolah.

    Prestasi meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari

    pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan. Jadi prestasi belajar

    dapat disimpulkan sebagai hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan

    ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai yang didapat siswa setelah

    menerima materi pembelajaran.

    7. Matematika

    a. Pengertian Matematika

    Matematika menurut Russeffendi dalam Heruman adalah bahasa

    simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif,

    ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi mulai dari

    unsur yang tidak di definisikan ke unsur yang didefinisikan ke aksioma

    atau postulat dan akhirnya ke dalil, sedangkan hakikat matematika

    menurut Soedjadi dalam Heruman yaitu memiliki objek tujuan abstrak,

    bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif. Siswa sekolah

    dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 tahun atau

    13 tahun. Menurut Piaget mereka berada pada fase oprasional konkrit.

    Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 21

    berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih

    terikat dengan objek bersifat konkrit. Dari usia perkembangan kognitif ,

    siswa SD masih terikat dengan objek konkrit yang dapat di tangkap oleh

    panca indra dalam pembelajaran matematika yang abstrak siswa

    memerlukan alat bantu berupa media dan alat peraga yang dapat

    memperjelas apa yang akan di sampaikan oleh guru sehingga lebih cepat

    di pahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase

    konkrit dapat melalui tahapan konkrit, semi konkrit, semi abstrak dan

    selanjutnya abstrak.

    Dalam matematika setiap konsep yang abstrak yang baru di pahami

    siswa perlu segera di beri pengetahuan, agar mengendap dan bertahan

    lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan

    tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya

    pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian tidak sekedar hafalan atau

    mengingat fakta saja karena hal ini akan mudah dilupakan siswa. Pepatah

    cina mengatakan ”saya mendengar maka saya lupa, saya melihat maka

    saya tahu, saya berbuat maka saya mengerti” (Heruman 2006: 1-2). Kata

    matematika berasal dari perkataan latin matematika yang mulanya diambil

    dari perkataan yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu

    mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu

    (knowledge, science). Kata matematika berhubungan pula dengan kata

    lainnya yang hampir sama yaitu mathein atau mathenein yang artinya

    belajar (berpikir). Jadi berdasarkan asal katanya maka perkataan

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 22

    matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir

    (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio

    (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi

    matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan

    dengan ide, proses dan penalaran (Suwangsih dan Tiur lina, 2006: 3).

    Suriasumantri dalam Nahrowi Adjie (2006: 34) mengatakan,

    matematika adalah salah satu alat berpikir selain bahasa logika dan

    statistika. Dipihak lain matematika merupakan ilmu yang berperan ganda

    yakni sebagai raja dan sebagai pelayan ilmu. Sebagai raja matematika

    merupakan bentuk logika paling tinggi yang pernah diciptakan oleh

    pemikiran manusia sedangkan sebagai pelayan matematika menyediakan

    sistem logika serta model-model matematika dari berbagai segi kegiatan

    keilmuan

    Matematika disebut ilmu deduktif sebab dalam matematika tidak

    menerima generalisasi yang berdasarkan pada observasi, eksperimen,

    coba-coba seperti halnya ilmu-ilmu lain. Matematika adalah bahasa sebab

    matematika merupakan bahasa simbol yang berlaku secara universal

    (internasional) dan sangat padat dan pengertian. Sebagai seni dalam

    matematika terlihat adanya keteraturan, keurutan dan konsisten sehingga

    matematika indah dipandang dan diresapi seperti hasil seni. Sedangkan

    sebagai ratunya ilmu matematika adalah bahasa , ilmu deduktif, ilmu

    tentang keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasikan dengan

    baik dan merupakan pelayan bagi ilmu lainnya. Soedjadi dalam Nahrowi

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 23

    Adji memberikan enam definisi atau pengertian tentang matematika, yaitu

    1) matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir

    dengan baik, 2) matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan

    kalkulasi, 3) matematika adalah ilmu pengetahuan tentang penalaran logik

    dan hubungan dengan bilangan, 4) matematika adalah pengetahuan fakta-

    fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk, 5) matematika

    adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik dan 6) matematika

    adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

    Kurikulum SD 2004 dalam Nahrowi Adjie, matematika berfungsi

    mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan

    menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam

    kegiatan sehari-hari melalui materi bilangan, pengukuran, geometri.

    Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan

    mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika

    yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik

    atau tabel. Tujuan pembelajaran matematika adalah:

    a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan

    misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi,

    eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi

    dan inkonsistensi.

    b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,

    institusi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 24

    divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan

    dugaan serta mencoba-coba.

    c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

    d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

    mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan

    lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan

    gagasan.

    Dari tujuan di atas Nahrowi Adjie (2006: 34-35) menjelaskan

    bahwa belajar matematika tidak sekedar dapat menyelesaikan suatu soal

    melalui berbagai operasi hitung tetapi lebih jauh dari itu

    b. Beberapa definisi para ahli mengenai matematika antara lain :

    Russeffendi dalam suwangsih dan tiur lina (2006: 4) mengatakan

    bahwa matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak

    didefinisikan, definisi-definisi, oksioma-oksioma, dan dalil-dalil dimana

    dalil-dalil setelah di buktikan kebenarannya berlaku secara umum karena

    itulah matematika sering disebut ilmu deduktif. James dan James

    mengemukakan matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk,

    susunan, besaran konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya.

    Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis,

    geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika

    terbagi menjadi empat bagian yaitu aritmatika, aljabar, analisis, dengan

    matematika mencangkup teori bilangan dan statistika.

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 25

    Johnson dan Rising matematika adalah pola berpikir, pola

    mengorganisikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa

    yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan

    akurat representatifnya dengan simbol dan padat lebih berupa bahasa

    simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi. Matematika adalah

    pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori dibuat

    secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat

    atau teori yang telah di buktikan kebenaranya adalah ilmu tentang

    keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah satu

    seni,keindahannya terdapat pada keterurutannya dan keharmonisannya.

    Sedangkan Reys-dkk mengatakan bahwa matematika adalah telaahan

    tentang pola dan hubungan suatu atau pola berpikir, suatu seni, suatu

    bahasa dan suatu alat. Pendapat lain yang juga mengenai matematika yakni

    dari Kline yang mengatakan matematika itu bukan pengetahuan

    menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya

    matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan

    menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam .

    c. Ciri-ciri pembelajaran matematika di SD

    Ciri-ciri pembelajaran matematika di SD selalu berbeda dengan

    pembelajaran matematika di tingkat yang lebih tinggi. Erna suwangsih dan

    tiurlina (2006: 25-26) menjelaskan mengenai lima ciri-ciri pembelajaran

    matematika di SD seperti di bawah ini:

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 26

    1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral.

    Pendekatan spiral dalam pembelajaran matematika merupakan

    pendekatan dimana pembelajaran konsep atau suatu topik matematika

    selalu mengaitkan atau menghubungkan dengan topik sebelumnya.

    Topik sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk dapat memahami

    dan mempelajari sutu topik matematika. Topik baru yang di pelajari

    merupakan pendalaman dan penelusuran dari topik sebelumnya.

    Konsep diberikan dimulai dengan benda benda-benda konkrit

    kemudian konsep-konsep itu diajarkan kembali dengan bentuk

    pemahaman yang lebih abstrak dengan menngunakan notasi yang lebih

    umum di gunakan matematika.

    2) Pembelajaran matematika bertahap.

    Materi pembelajaran matematika diajarkan secara bertahap

    yaitu di mulai dari konsep-konsep yang sudah sederhana menuju

    konsep- konsep yang lebih sulit. Selain itu pembelajaran matematika di

    mulai dari yang konkrit, ke semi konkrit dan akhirnya kepada konsep

    abstrak. Untuk mempermudah siswa memahami objek matematika

    maka benda-benda konkrit digunakan pada tahap konkrit, kemudian ke

    gambar-gambar pada tahap semi konkrit dan akhirnya ke simbol-

    simbol pada tahap abstrak.

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 27

    3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif.

    Matematika merupakan ilmu deduktif. Namun karena sesuai

    tahap perkembangan mental siswa maka pada pembelajaran

    matematika di SD digunakan pendekatan induktif.

    4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.

    Kebenaran matematika merupakan kebenaran yang konsisten

    artinya tidak tidak ada pertentangan antara kebenaran yang satu dengan

    yang lainnya. Suatu pernyataan di anggap benar jika didasarkan kepada

    pernyataan-pernyataan sebelum yang telah diterima kebenarannya.

    Meskipun di SD pembelajaran matematika dilakukan dengan cara

    induktif tetapi pada jenjang selanjutnya generalisasi suatu konsep

    harus secara deduktif.

    5) Pembelajaraan matematika hendaknya bermakna.

    Pembelajaran secara bermakna merupakan secara bermakna

    merupakan cara mengajarkan materi pembelajaran materi pelajaran yang

    mengutamkan pengertian daripada hafalan. Dalam belajar bermakna

    aturan-aturan, sifat-sifat dan dalili-dalil tidak dibenarkan dalam bentuk jadi

    tetapi sebaliknya aturan-aturan, sifat-sifat, dan dalil-dalil di temukan oleh

    siswa melalui contoh-contoh secara induktif di SD, kemudian di buktikan

    secara deduktif pada jenjang selanjutnya .

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 28

    d. Langkah-langkah pembelajaran matematika di sekolah dasar

    Konsep-konsep pada kurikulum matematik SD menurut Heruman

    (2006: 3) di bagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep

    dasar (penanamaan konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan

    ketrampilan. Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang di tekankan

    pada konsep matematika:

    1) Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran

    suatu konsep baru matematika ketika siswa belum pernah

    mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui konsep ini

    dari isi kurikulum yang dicirikan dengan kata “mengenal“.

    Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan

    yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang

    konkrit dengan konsep baru matematika yang abstrak. Dalam

    kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga di

    haraapkan dapat di gunakan untuk membantu kemampuan pola

    pikir siswa.

    2) Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman

    konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep

    matematika. Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian.

    Pertama , merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman

    konsep dalam suatu pertemuan. Sedangkan yang kedua,

    pembelajaran pemahaman konsep di lakukan pada pertemuan yang

    berbeda, tetapi masih merupakan kelanjutan dari penanaman

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 29

    konsep. Pada penemuan tersebut , penanaman konsep dianggap

    sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, disemester atau

    kelas sebelumnya.

    3) Pembinaan ketrampilan , yaitu pembelajaran lanjutan dari

    penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran

    pembinaan ketrampilan bertujuan untuk agar siswa lebih trampil

    dalam menggunakan berbagi konsep matematika. Seperti halnya

    pada pemahaman konsep, pembinaan ketrampilan juga terdiri atas

    dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran

    penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan.

    Sedangkan kedua pembelajaran pembinaan ketrampilan dilakukan

    pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan

    dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan tersebut,

    penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan

    pada pertemuan sebelumnya disemester atau kelas sebelumnya

    4) penerapan konsep, yaitu penerapan konsep yang telah dipelajari ke

    dalam bentuk-bentuk soal (terapan) cerita yang berkaitan dengan

    kehidupan sehari-hari.

    8. Soal Cerita

    Menurut NCTM memecahkan masalah berarti menemukan jalan atau cara

    mencapai tujuan atau solusi yang tidak dengan mudah menjadi nyata. Sedangkan

    menurut Polya definisi pemecahan masalah adalah sebagai usaha mencari jalan

    keluar dari suatu kesulitan mencapai tujuan yang tidak dengan segera dapat

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 30

    dicapai. Polya mengelompokan masalah dalam matematika menjadi dua

    kelompok. Pertama adalah masalah terkait dengan menemukan sesuatu yang

    teoretis, abstrak atau konkrit. Kelompok kedua adalah masalah terkait dengan

    membuktikan atau menunjukan bahwa suatu pernyataan itu benar atau salah atau

    tidak kedua-duanya. Troutman menyatakan bahwa ada dua jenis pemecahan

    masalah matematika. Jenis pertama adalah pemecahan masalah yang merupakan

    masalah rutin. Jenis kedua adalah masalah yang diberikan merupakan masalah

    rutin. (Clara 2008: 3-4)

    Menurut Polya (dalam Erman Suherman 2003: 91) solusi soal pemecahan

    masalah memuat empat langkah fase penyelesaian yaitu memahami masalah,

    merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana dan

    melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan.

    Fase pertama adalah memahami masalah tanpa adanya pemahaman terhadap

    masalah yang diberikan siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah

    dengan benar. Setelah siswa dapat memahami masalahnya dengan benar

    selanjutnya mereka harus mampu menyusun rencana penyelesaian masalah.

    Kemampuan melakukan fase kedua ini sangat tergantung pada pengalaman siswa

    dalam menyelesaikan masalah. Pada umumnya semakin bervariasi pengalaman

    mereka ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana

    penyelesaian suatu masalah. Jika rencana penyelesaian suatu masalah telah dibuat

    baik secara tertulis maupun tidak selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah

    sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat. Dan langkah terahir dari proses

    penyelesaian masalah menurut polya adalah melakukan pengecekan atas apa yang

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 31

    telah dilakukan mulai dari fase pertama sampai fase ketiga. Berikut ini bagan

    proses pemecahan masalah yang dikemukakan oleh polya

    Gb.2.1 gambar bagan pemecahan masalah polya

    Selanjutnya langkah-langkah pemecahan masalah menurut polya

    menurut Clara (2008: 9-10) adalah sebagai berikut:

    a. Memahami masalah

    Untuk memudahkan pemecahan masalah memahami masalah dan

    memperoleh gambaran umum penyelesaiannya dapat dibuat catatan

    penting dimana catatan bisa berupa gambar, diagram, grafik dll.

    Dengan mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan maka

    proses pemecahan masalah akan mempunyai arah yang jelas.

    b. Merencanakan cara penyelesaian

    Untuk dapat menyelesaikan masalah pemecahan masalah harus

    dapat menemukan hubungan data dengan yang ditanyakan.

    Pemilihan teorama-teorama atau konsep-konsep yang telah

    dipelajari dikombinasikan sehingga dapat dipergunakan untuk

    menyelesaikan masalah.

    Bagan Polya

    1.memahami

    Masalah

    2. Membu

    at Rencana

    3.Melaksanakan

    Rencana

    4. Melihat Kembali

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 32

    c. Melaksanakan rencana

    Berdasarkan rencana penyelesaian-penyelesaian masalah yang

    sudah direncanakan itu dilaksanakan. Di dalam menyelesaikan

    masalah setiap langkah harus dicek apakah langkah tersebut sudah

    benar atau belum. Hasil yang diperoleh harus diuji apakah hasil

    tersebut benar-benar hasil yang dicari.

    d. Melihat kembali

    Tahap melihat kembali hasil pemecahan masalah yang diperoleh

    mungkin merupakan bagian terpenting dari proses pemecahan

    masalah. Setelah hasil penyelesaian diperoleh perlu dilihat dan

    dicek kembali untuk memastikan semua alternatif tidak diabaikan

    Strategi pemecahan masalah ini sering kita temukan di mata pelajaran

    matematika. Hampir semua kelas mempelajari mengenai pemecahan masalah ini

    atau yang lebih biasa disebut dengan soal cerita. Menurut kamus besar bahasa

    Indonesia dalam Diah Ayu soal adalah a. apa yang menuntut jawaban, b. hal yang

    dipecahkan c. hal perkara atau urusan. Sedangkan cerita adalah tuturan yang

    membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal. Dari uraian tersebut dapat

    disimpulkan bahwa soal cerita adalah suatu keadaan atau persoalan yang berupa

    peristiwa atau kejadian yang harus diselesaikan atau dipecahkan.

    B. Hasil Penelitian yang Relevan

    Untuk hasil penelitian yang relevan peneliti tidak menemukan

    penelitian yang sama persis, namun peneliti menemukan penelitian yang

    mirip dengan judul “Penggunaan model Problem based learning (PBL) untuk

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 33

    meningkatkan hasil belajar siswa dalam memecahkan soal-soal cerita pada

    mata pelajaran matematika kelas I SDN Nguling 01 Kecamatan Nguling

    Kabupaten Pasuruan” yang diteliti oleh Laila Triwahyuningsih. Dari

    penelitian tersebut adanya perbedaan yaitu naiknya hasil belajar dari siswa

    pada materi soal cerita, nilai sebelum dilakukannya penelitian yakni 58

    (cukup), pada siklus kedua nilai mengalami perubahan dimana rata-rata nilai

    siswa menjadi 67,3 (baik) dan pada siklus kedua menjadi lebih baik dimana

    rata-ratanya menjadi 80,3 (baik sekali). Dari hasil inilah dapat diambil

    kesimpulan bahwa penerapan model Problem based learning dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika terutama

    materi yang berkaitan dengan soal cerita.

    C. Kerangka Berpikir

    Berdasarkan kajian teori yang telah dijelaskan di atas dapat diambil

    pokok pemikiran bahwa dalam pengerjaan soal cerita dalam matematika

    terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan secara urut, jika siswa

    memahami hal tersebut maka mereka akan tidak mengalami kesulitan dalam

    mengerjakannya. Untuk membantu siswa dalam mempermudah mengerjakan

    soal cerita maka salah satu model yang dapat dilakukan dalam penelitian ini

    yaitu Problem based learning, dimana model ini menggunakan masalah

    sebagai bahan materi yang akan dipelajari, model ini sangat sinkron dengan

    materi pemecahan masalah di sekolah dasar karena sudah kita ketahui bahwa

    dalam pemecahan masalah menggunakan kegiatan sehari-harinya sebagai

    materi. Dengan penggunaan metode ini diharapkan akan sedikit memberi

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 34

    pengaruh terhadap prestasi belajar dan ketelitian siswa. Berikut ini bagan

    kerangka pemikiran yang akan dilakukan dalam penelitian.

    Gb.2.2 bagan kerangka pemikiran

    Tindakan

    Guru

    menggunakan

    model problem

    based learning

    untuk materi

    geometri

    khususnya

    pemecahan

    masalah

    Kondisi

    awal

    Guru belum

    menerapkan

    model

    pembelajaran

    Hasil belajar

    matematika pada

    materi geometri

    masih cukup

    rendah

    Siklus I

    Penanaman konsep

    terhadap siswa

    tentang geometri

    dan langkah-

    langkah pemecahan

    masalah

    Siklus II,

    Penggunaan model

    problem based

    learning dan

    penerapan langkah-

    langkah pemecahan

    masalah yang telah

    di ajarkan pada

    pertemuan

    sebelumnya.

    Kondisi

    Akhir

    Diharapkan setelah penerapan model

    problem based learning dalam pembelajaran

    dapat meningkatkan ketelitian dan prestasi

    belajar siswa pada materi geometri

    pemecahan masalah

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014

  • 35

    D. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan beberapa

    hipotesis yaitu:

    1. Dengan penerapan Problem based learning dapat meningkatkan kerja

    keras siswa kelas V SD N 2 Tumiyang.

    2. Dengan penerapan Problem based learning dapat meningkatkan prestasi

    belajar siswa dalam pemecahan masalah siswa kelas V SD N 2 Tumiyang.

    Penerapan Model Problem..., Rr. Ahadiyah NK, FKIP, UMP, 2014