TM2 Objek & Subjek Pajak Pertambahan Nilai serta Pengecualian nya
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/44878/3/BAB II.pdfstatus...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pendidikan ...eprints.umm.ac.id/44878/3/BAB II.pdfstatus...
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pendidikan Multikultural
Menurut Hilda Hernandez dalam Mahfud (2010:168), mengartikan
pendidikan multikultural sebagai pengakuan terhadap realitas ekonomi, sosial, dan
politik yang ada dalam kehidupan bermasyarakat secara kultur dan kompleks serta
merefleksikan pentingnya etnisitas, budaya, agama, ras, seksualitas dan gender,
status sosial, ekonomi, dan pengecualian dalam proses pendidikan.Dengan kata lain
pendidikan sebagai media transformasi pengetahuan yang mampu memberikan
nilai-nilai multikultur dengan cara saling menghormati dan menghargai atas adanya
keberagaman, baik dari latar belakang maupun sosio budaya yang melingkupinya.
James Banks dalam Suryana (2015:196) menjelaskanPendidikan
multikultural merupakan suatu kepercayaan dan penjelasan tentang pengakuan dan
penilaian akan keberagaman budaya dan etnis, yang bertujuan mengubah struktur
pendidikan agar para siswa yang berasal dari stnis, ras, dan kultur yang berbeda,
laki-laki maupun perempuan ataupun siswa yang berkebutuhan khusus memiliki
hak yang sama untuk mencapai prestasi akademis di sekolah.
Menurut Ainurrafiq Dawam dalam Sauqi (2008:50), pendidikan
multikultural adalah sebuah proses pengembangan potensi manusia yang
menjunjung tinggi penghormatan dan penghargaan terhadap harkat dan martabat
manusia dari manapun dia datangnya dan berbudaya apapun sebagai konsekuensi
keragaman budaya, etnis, suku, dan aliran (agama).
10
Menurut Howard (1993) pendidikan multikultural ialah suatu
pendidikan yang dapat memberikan kompetensi multikultural dengan cara
menerapkan pendidikan multikultural sejak dini agar anak mampu menerima dan
memahami perbedaan budaya yang berdampak pada perbedaan usage (cara
individu bertingkah laku), folkways (kebiasaan yang ada di masyarakat), mores (tata
kelakuan di masyarakat), dan customs (adat istiadat suatu komunitas) (Suryana dan
H.A Rusdiana, 2015:196).
Terdapat beberapa teori yang dapat digunakan untuk
menjelaskanpendidikan multikultural. Beberapa tokoh perintis teori-teori
multikultural (Liliweri, 2005: 71-80), berikut ini gagasan-gagasan dari teori
tersebut :
a. Jean Piaget
Piaget menjelaskan bahwa setiap individu tidak hanya memiliki kemampuan
dan pengetahuan, namun harus memiliki rasa empati untuk mencegah
prasangka dan sikap yang tidak baik. Empati merupakan sikap peduli kepada
dirinya dan orang lain.
b. James A. Banks
Banks disebut sebagai perintis pendidikan multikultural, menurutnya hal
terpenting pendidikan bukanlah tentang mengjarkan “apa yang dipikirkan”
namun mengajarkan “bagaimana cara berpikir”. Adanya hal tersebut siswa
diharapkan menjadi pemikir kritis dengan berlatar belakang keterampilan dan
pengetahuan. Melalui tulisannya berjudul The Canon Debat;Knowledge
Construction and Multicultural Education, Banks mengidentifikasi tiga
11
kelompok terpelajar yang berpartisipasi dalam perdebatan pengetahuan
sebagai berikut :
1) Kelompok tradisionalis barat yang percaya bahwa budaya yang paling
dominan itu budaya barat, kaum elite menjadi penguasa sejarah, kebudayaan
maupun kepustakaan, serta mendorong masyarakat untuk mengakui
pengetahuan dan sains itu elitis.
2) Kelompok yang mengagung-agungkan budaya barat secara berlebihan.
3) Kelompok multikultural yang mereformasi pendidikan agar perempuan dan
orang berkulit berwarna memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
pengalaman dan perhatianOleh karena itu perlu adanya keseimbangan antar
kurikulum pendidikan dan sistem pendidikan.
c. Judith M. Green
Menurut Green, hampir di semua negara memiliki kondisi multikultural, satu
hal yang perlu dicatat untuk hidup dalam masyarakat yang multikultur harus
berinteraksi, berjuang, dan kerjasama anatar budaya.
Pendidikan multikultural secara operasional merupakan program
pendidikan yang menyediakan sumber belajar bagi pembelajar sesuai kebutuhan
akademis maupun sosial anak didik(Suryana, 2015:198).
Pendidikan multikultural dimaksud sebagai tanggapan dari
perkembangan keberagaman hak setiap kelompok, yang mana dikembangkan dari
berbagai pandangan, prestasi, sejarah, dan perhatian terhadap orang-orang non-
Eropa (Hilliard, 1991-1992). Adapun secara luas pendidikan multikultural
mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompoknya, seperti
gender, etnis, ras, budaya, strata sosial, dan agama. Untuk menjaga keberagaman
12
tersebut, multikulturalisme memuat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Menurut Nurgiyantoro dan Thobroni (2010:158-167), ada tujuh nilai yang
mencerminkan sikap multikulturalisme. Pemaparannya adalah sebagai berikut:
a. Solidaritas dan Persaudaraan
Solidaritas sosial dan Persaudaraan sosial merupakan hal yang penting dalam
masyarakat multikultural. Terbangunnya persaudaraan dan solidaritas sosial
dilandasi adanya sikap saling memahami dan menahan diri apabila terjadi
persoalan. Konflik umumnya terjadi diantara orang atau kelompok bersaudara.
b. Kesetaraan Gender
Keragaman merupakan suatu kekayaan dalam masyarakat yang perlu didorong
dengan tradisi hidup setara, termasuk setara dalam berbagai peran kehidupan
berdasarkan jenis kelamin, fisik maupun sosial.
c. Nilai Kekeluargaan
Masyarakat yang multikultural juga dibentuk oleh keluarga yang seharusnya
memiliki pengetahuan multikultural. Keluarga ini sendiri juga tidak akan luput
dari beragam persoalan, kepentingan, dan semacamnya meskipun anggota-
anggotanya masih memiliki ikatan darah.
d. Penghormatan terhadap Tata Susila
Unsur multikulturalisme lain yang dapat ditemukan dalam cerita ialah perlunya
penghormatan terhadap nilai-nilai atau tata susila yang berkembang ditengah
kehidupan masyarakat. Susila berarti tingkah laku atau kelakuan baik yang
harus menjadi pedoman hidup manusia. Dengan demikian, kesusilaan
merupakan suatu keadaan yang dapat memenuhi kebutuhan anggota
13
masyarakat tanpa melukai kepentingan orang lain, juga dihadapkan dengan
sikap mampu menghormati antar individu.
e. Merasa Cukup dalam Hidup
Masyarakat multikultural cenderung berada dalam kondisi yang stabil, kohesif,
hidup yang nyaman dalam dirinya, jika memenuhi syarat tertentu. Syarat
tersebut meliputi sebuah struktur yang didasarkan pada kesepakatan, hak
konstitusional yang dapat diterima secara kolektif, sebuah negara yang adil dan
memiliki sebuah kebudayaan umum yang terbentuk secara multikultur dan
pendidikan multikultur, serta pandangan identitas nasional yang plural dan
inklusif. Diantara hal tersebut tidak ada yang mampu memenuhi dirinya
sendiri.
f. Perdagangan Terbuka
Kehidupan masyarakat multikultural tidak akan dapat dibebaskan dari unsur
ekonomi, salah satunya tradisi berdagang. Ditengah-tengah keberagaman
masyarakat, mereka yang terlibat dalam kegiatan jual-beli juga dituntut untuk
menghormati dan menghargai keberagaman itu.
g. Berbagi dan Kontrol Kekuasaan
Kekuasaan dalam pandangan masyarakat merupakan kepercayaan yang
diberikan oleh masyarakat dari Tuhan kepada sosok yang dianggap mampu
mengembannya. Tujuan dari kekuasaan itu sendiri adalah untuk memakmurkan
dan mensejahterahkan masyarakat baik lahir maupun batin. Adanya pandangan
seperti kekuasaan bukanlah sesuatu yang perlu diperebutkan karena dianggap
sebagai sebuah tanggung jawab yang mahaberat.
14
Fokus pendidikan multikultural menurut Tilaar (1999) tidak hanya
diarahkan pada kelompok rasial, agama, dan kultural domain atau mainstream
namun, lebih ditekankan dalam meningkatkan akan sikap toleransi individu dan
pemahaman individu yang berasal dari kelompok minoritas terhadap budaya
mainstream yang domain (Suryana, 2015:201).
Pendidikan multikultural memiliki tujuan untuk mereformasi
pendekatan pelajaran dan pembelajaran ke arah memiliki peluang yang sama pada
peserta didik. Menanamkan pemikiran lateral, keanekaragaman, dan keunikan itu
dihargai pada setiap siwa. Adanya hal itu diharapkan mampu merubah sikap,
perilaku, dan nilai-nilai khususnya di sekolah. Ketika siswa berada dalam diantara
sesamanya yang berlatar belakang berbeda harus mampu untuk belajar satu sama
lain, berinteraksi, dan berkomunikasi sehingga dapat menerima perbedaan di antara
mereka sebagai sesuatu yang memperkaya mereka (Suryana, 2015:199).
Banks dalam Suryana (2015:211), menjelaskan empat pendekatan
untuk mengintegrasikan pendidikan multikultural ke dalam kurikulum atau materi
pembelajaran di sekolah, berikut empat pendekatan pendidikan multikultural :
a. Pendekatan Kontribusi (The Contributions Approach)
Pendekatan ini memiliki ciri memasukkan pahlawan/pahlawan dari suku
bangsa/etnis dan benda-benda budaya ke dalam pelajaran yang sesuai.
b. Pendekatan Aditif (Aditif Approach)
Pendekatan ini memiliki ciri yaitu penambahan materi, konsep, tema,
perspektif terhadap kurikulum tanpa mengubah struktur, tujuan, dan
karakteristik dasarnya serta dilengkapi dengan kurikulum tanpa mengubah
subtantif, modul, dan buku.
15
c. Pendekatan Transformasi (The Transformation Approach)
Pendekatan transformasi mengubah pemikiran dasar kurikulum serta
menumbuhkan kompetensi dasar siswa dalam melihat isu, tema, konsep, dan
masalah dari beberapa perspektif dan sudut pandang etnis.
d. Pendekatan Aksi Sosial (The Social Action Approach)
Pendekatan yang telah mencakup semua elemen yang ada pada pendekatan
transformasi, namun ada penambahan komponen yang mempersyaratkan siswa
membuat aksi yang berkaitan dengan konsep, isu, ataupun masalah yang
dipelajari.
Menurut Bunnet dalam Suryana (2015:273), program pendidikan
multikultural memiliki tiga macam program yang dapat diterapkan oleh sekolah dan
masyarakat secara keseluruhan .
a. Berorientasi pada Materi (Content-Oriented Programs)
Pendidikan multikultural dimasukkan dalam setiap materi yang berkenaan
dengan keberagaman budayapada kurikulum dan materi pendidikan untuk
meningkatkan pengetahuan siswa tentang keanekaragaman.
b. Berorientasi pada Siswa (Student-Oriented Programs)
Program ini tidak dirancang untuk mengubah kurikulum melainkan membantu
siswa dengan budaya dan bahasa yang berbeda untuk menciptakan perubahan
dalam mainstream pendidikan. Tujuan program ini yaitu meningkatkan
prestasi siswa dalam bidang akademis meskipun terdapat perubahan besar
dalam muatan kurikulum.
16
c. Berorientasi Sosial (Sosially-Oriented Programs)
Berorientasi pada kehidupan sosial yang berupaya mereformasi pendidikan
maupun konteks politik dan budaya pendidikan yang bertujuan meningkatkan
toleransi budaya dan ras.
Program-program ini tidak hanya dirancang untuk menyatukan dan
menstrukkan kembali sekolah, namun meningkatkan hubungan diantara kelompok
ras dan etniktanpa membedakan perbedaan yang ada dalam setiap individu.Selain
program-program diatas, menurut Arifudin (2007:220) implementasi pendidikan
multikultural dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Implementasi Pendidikan Multikultural yang Diintegrasikan ke dalam Mata
PelajaranPendidikan multikultural sebenarnya dalam pelaksanaannya tidak
perlu mengubah kurikulum, pendidikan multikultural dapat terintegrasi pada
mata pelajaran lainnya namun sebaiknya guru memiliki pedoman untuk
menerapkannya. Hal paling utama yang harus diajarkan pada siswa yaitu
mengenai toleransi, kebersamaan, HAM, demokratisasi dan saling menghargai
agar menjadi bekal hidup mereka dan sangat penting untuk tegaknya nilai-nilai
kemanusiaan.
b. Implementasi Pendidikan Multikultural Melalui Kegiatan Pengembangan Diri
Adanya pengembangan diri ini memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi
siswa dan mengekspresikan diri sesuai kemampuan, bakat dan minat peserta
didik.Ada 2 macam pengembangan diri yaitu :
1) Pengembangan diri terprogram
Pendidikan multikultural dalam pengembangan diri terprogram dapat
dilakukan dengan beberapa kegiatan berikut :
17
a) Kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler
Diantaranya kegiatan olahraga, pramuka, Osisdan lain-lain yang dapat
diikuti siswa yang berasal dari berbagai etnis dan budaya.
b) Layanan konseling
Layanan konseling dalam menjalakan tugas hendaknya tidak bersikap
diskriminatif pada siswa dari manapun asalnya dan bebrudaya apapun,
siswa harus mendapatkan pelayanan secara optimal, sehingga
mencerminkan layanan konseling multikultural dan sesuai fungsi
layanan konseling.
2) Pengembangan diri tidak terprogram
Melalui kegiatan pembinaan, pembiasaan, dan spontanitas seperti siswa
yang berjabat tangan dengan guru maupun siswa dengan siswa lainnya.
c. Implementasi Pendidikan Multikultural Melalui Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan mata pelajaran yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan satuan pendidikan. Implementasi pendidikan multikultural
melalui muatan lokal dapat dilakukan oleh satuan pendidikan dengan
memperhatikan kaidah-kaidah pengembangan muatan lokal.
d. Implementasi Pendidikan Multikultural Melalui Pendidikan Lingkungan
Dapat dimaknai dari kehidupan alam lingkungan seperti oksigen yang
dihirup oleh siapa pun tanpa membedakan suku, ras, budaya, maupun
agama. hal tersebut seharusnya menjadi pelajaran bagi peserta didik sebagai
acuan dalam menumbuhkan sikap-sikap yang mencerminkan pendidikan
multikultural.
18
Berdasarkan teori-teori tentang pendidikan multikultural maupun
penerapan pendidikan multikultural oleh beberapa tokoh di atas dapat
disederhanakan bahwa pendidikan multikultural merupakan proses pengembangan
pola pikir manusia untuk lebih menghargai dan menghormati keberagaman yang
ada melalui pengajaran dan pelatihan agar tumbuh sikap saling toleransi serta
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dari manapun datangnya dan
berbudaya apapun. Penerapan pendidikan multikultural dilakukan dengan
kesetaraan antara sistem dan kurikulum pendidikan serta terdapat beberapa program
diantaranya adalah program pembelajaran dan program non-pembelajaran.
Program pembelajaran dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan pendidikan
multikultural ke dalam mata pelajaran, sedangkan program non-pembelajaran
dengan cara penerapan pendidikan multikultural melalui kegiatan ekstrakurikuler,
melalui peraturan atau tata tertib sekolah, dan melalui pembiasaan.
2. Toleransi
Toleransi berasal dari bahasa Belandatolerantia, yang berarti
kelonggaran, kelembutan hati, keringanan dan kesabaran. Secara umum istilah
toleransi mengacu pada sikap terbuka, lapang dada, suka rela dan kelembutan
(Casram, 2016:188).
Pengertian toleransi secara etimologi berasal dari kata latin yaitu
tolerare, yang artinya menahan diri, bersikap sadar, membiarkan orang lain
berpendapat lain, berhati lapang terhadap orang-orang yang beraliran lain. Secara
terminologi menurut Hasyim (1979:22), toleransi yaitu pemberian kebebasan
kepada sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan
keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing,
19
selama dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak
bertentangan dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban dan perdamaian
dalam masyarakat.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi yang berasal dari
kata “Toleran” itu berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda atau yang bertentangan dengan
pendiriannya.
Toleransi dalam Islam telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan tafsir
adalah toleransi sebatas menghargai dan menghormati pemeluk agama lain. Salah
satunya tersirat dalam surat Al-Kafirun ayat 6 yang artinya berbunyi “Untukmu
agamamu, dan untukkulah agamaku”. Orang islam tidak memaksakan agamanya
kepada orang yang berbeda keyakinan, namun orang islam juga tidak mau dipaksa
untuk berpindah agama, maka dengan adanya toleransi orang islam akan hidup
berdampingan dengan penganut agama lain.
Pengertian toleransi begitu beragam, namun dapat ditarik kesimpulan
bahwa toleransi ialah suatu sikap terbuka, lapang dada dan memberi kebebasan
sesama manusia untuk menjalankan dan menentukan kehidupannya masing-masing
dengan catatan tidak melanggar ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.
Ada tiga macam sikap toleransi menurut Eko Arif (2014), yaitu:
a. Negatif : Tidak dihargai ajaran dan penganut aliran lain. Dibiarkan saja ajaran
dan penganut aliran tersebut.
Contoh : orang yang memiliki paham komunis atau PKI di zaman Indonesia
baru merdeka.
20
b. Positif : Menghargai penganut keyakinan lain namun menolak ajaran
keyakinan lain.
Contoh : Orang yang beragama islam menghargai orang yang beragama lain
namun menolak ajaran agama lain
c. Ekumenis : Menghargai penganut dan ajaran aliran lain sebab ajaran mereka
memiliki unsur kebenaran untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan
diri.
Contoh : Si A dan si B sama-sama beragama islam atau kristen namun
berbeda aliran atau paham.
Berdasarkan teori-teori mengenai sikap toleransi dapat disederhanakan
bahwa toleransi ialah suatu sikap terbuka, lapang dada dan memberi kebebasan
sesama manusia untuk menjalankan dan menentukan kehidupannya masing-masing
dengan catatan tidak melanggar ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat.
Terdapat beberapa macam sikap toleransi diantaranya negatif, positif dan ekumenis.
Sikap toleransi bergama tergantung pada diri masing-masing individu menyikapi
perbedaan agama.
3. Hubungan Pendidikan Multikultural dengan Sikap Toleransi Beragama
Pengertian hubungan menurut wikipedia bahasa Indonesia adalah
kesinambungan interaksi antara dua hal atau lebih. Hubungan pendidikan
multikultural dengan sikap toleransi berarti kesinambungan interaksi antara suatu
pendidikan multikultural dengan sikap toleransi. Yang mana pengertian pendidikan
multikultural dalam Jati (2014:72) adalah pola pendidikan yang berbasiskan pada
tumbuhnya sikap tenggang rasa akan kemajemukan budaya dan toleransi terhadap
21
perbedaan. Sehingga sikap toleransi akan tampak dalam pendidikan multikultural
sebagai subtansi yang termuat didalamnya.
Sikap toleransi secara luas lebih terarah pada pemberian tempat yang
luas bagi keberagaman dan perbedaan yang ada pada individu atau kelompok-
kelompok lain. Dalam Muliadi (2012:58) pendidikan multikultural merupakan
implementasi pendidikan toleransi kehidupan beragama. Pendidikan multikultural
(multicultural education) merupakan respon terhadap perkembangan keragaman
populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok.
Secara luas pendidikan multikultural itu mencakup seluruh siswa tanpa
membedakan kelompok-kelompoknya seperti gender, etnik, ras, budaya, strata
sosial, dan agama.
Adanya disharmonisasi, ketegagangan atupun konflik dari berbagai
faktor baik dari politik, agama, sosial, ekonomi maupun hegemoni penguasa. Salah
satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menumbuhkan pemikiran,
sikap, dan tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai toleransi.
Kimball Young dalam Rohman (2011:277) menyatakan ketika
berbicara interaksi sosial merupakan bentuk akomodasi tanpa menggunakan
persetujuan formal. Sedangkan menurutSoerjono Soekanto toleransi merupakan
salah satu faktor yang mempermudah terjadinya interaksi dalam kehidupan sosial.
Sikap toleransi inilah yang menjadi landasan utama bagi terciptanya
wadah bersama bagi kelompok aliran agama. Dari kenyataan tersebut, maka sikap
toleransi merupakan key (kunci) kehidupan semua manusia yang mendambakan
keberlangsungan hidupnya, sehingga toleransi harus diwujudkan oleh semua
individu dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah
22
melalui perantara pendidikan baik formal, informal, dan non-formal. Pendidikan
multikultural sebagai perantara yang tepat untuk memunculkan atau mewujudkan
sikap toleransi dalam diri individu terutama siswa, maka pendidikan multikultural
dan sikap toleransi memiliki hubungan satu sama lain untuk menciptakan
kerukunan dan kedamaian dalam kehidupan bersama.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
Muhamad
Murtadlo,
2014
Pendidikan
Multikultural di
Madrasah
Pembangunan
Ciputat
Pendidikan multikultural
ditanamkan dalam mata
pelajaran IPS dan akhlak,
serta disemaikan dalam
kegiatan ekstra kurikuler.
Menanamkan
pendidikan
multikultural
dalam mata
pelajaran.
Objek
penelitian
yang saya
lakukan
terfokus pada
sikap
toleransi
yang dimiliki
siswa.
Nuhraini
Palipung,
2016
Implementasi
Pendidikan
Multikultural di
Sekolah Inklusi
SD Taman Muda
Ibu Pawiyatan
Taman Siswa
Yogyakarta
Pertama,pendidikan
multikultural
diintegrasikan ke dalam
mata pelajaran
Kewarganegaraan, IPS,
Ketamansiswaan. Kedua,
diintegrasikan ke dalam
kegiatan pengembangan
diri. Ketiga, faktor
penghambat dalam
mengimplementasikan
pendidikan multikultural.
Pendidikan
multikultural
diintegrasikan
dalam mata
pelajaran. Faktor
penghambat
dalam
menerapkan
pendidikan
multikultural.
Objek
penelitian
yang saya
lakukan
terfokus pada
sikap
toleransi
yang dimiliki
siswa.
23
Nama
Peneliti
Judul
Penelitian Hasil penelitian Persamaan Perbedaan
Nafis Nailil
Hidayah,
2014
Implementasi
Pendidikan
Multikultural
Dalam Kegiatan
Pembelajaran di
SMA Al-
Muayyad
Surakarta
Pendidikan multikultural
telah terkandung dalam
RPP mata pelajaran PPKn,
Sosiologi, dan Aswaja.
Pendidikan
multikultural
ditanamkan atau
diintegrasikan
dalam mata
pelajaran.
Objek
penelitian
yang saya
lakukan
terfokus pada
sikap
toleransi
yang dimiliki
siswa.
Fatimah,
Mariatul
Kiptiah,
Nur Fajrin,
2014
Integrasi Nilai-
nilai Pendidikan
Multikultural
Dalam Proses
Pembelajaran
PKn di SMP
Negeri 6
Banjarmasin
Guru PKn telah
melaksanakan rencana
pembelajaran yang
mengandung nilai-nilai
pendidikan multikultural
sebagaimana mestinya
guru sudah memiliki
silabus, RPP yang
diintegrasikan nilai-nilai
pendidikan multikultural,
dan guru sudah memiliki
bahan/buku ajar yang
masing-masing lebih dari
satu pegangan buku.
Pendidikan
multikultural
telah terintegrasi
dalam mata
pelajaran.
Objek
penelitian
yang saya
lakukan
terfokus pada
sikap
toleransi
yang dimiliki
siswa.
Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan dapat disimpulkan
bahwa mengimplementasikan pendidikan multikultural tidak hanya dalam
pembelajaran kurikuler saja, tetapi juga dapat diimplementasikan dalam kegiatan
ekstra kurikuler atau kegiatan yang tidak terprogram dengan tujuan menumbuhkan
sikap demokratis, toleransi, dan kepedulian sosial. Implementasi pendidikan
multikultural dalam pembelajaran diperlukan rencana pembelajaran yang
mengandung nilai-nilai pendidikan multikultural serta dalam melaksanakan
pendidikan multikultural harus bersifat demokratis dan terbuka yang berpusat pada
peserta didik sehingga muncul keseimbangan dan sikap saling menghargai antar
masing-masing individu.
24
Penelitian yang relevan dipaparkan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mencari persamaan dan perbedaan antara penelitian sebelumnya dan yang
dilakukan peneliti.Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang relevan di atas
terletak pada variabel penelitian, yaitu penerapan pendidikan multikultural di
sekolah. Sedangkan perbedaannya, objek penelitian yang saya lakukan terfokus
pada sikap toleransi yang dimiliki siswa terhadap penerapan pendidikan
multikultural di sekolah.
C. Kerangka Konsep Penelitian
Dibagi menjadi
misalnya
MI
menghasilkan
faktor
PENERAPAN
PENDIDIKAN
MULTIKULTUR
AL
1.PENERAPAN
DALAM
PEMBELAJARA
N
2.PENERAPAN
DALAM NON-
PEMBELAJARA
N
PERATURAN
SEKOLAH
PEMBIASAAN
KEGIATAN
EKSTRAKURIKULE
R
SIKAP
TOLERANSI
YANG DIMILIKI
SISWA
HAMBATAN
DAN SOLUSI
25
Berdasarkan bagan atau skema diatas merupakan kerangka konsep
penelitian yang akan saya lakukan. Maksud dari bagan tersebut adalah
Pertama,penerapan pendidikan multikultural di SMP Raden Fatah. Kedua, dalam
penerapan pendidikan multikultural tersebut terbagi menjadi 2 penerapan yaitu
penerapan pendidikan multikultural dalam pembelajaran, penerapan pendidikan
multikultural non-pembelajaran, dalam penerapan non-pembelajaran terbagi
menjadi 2 macam yaitu dalam kegiatan sekolah (ekstrakurikuler) dan peraturan
sekolah/pembiasaan. Ketiga, adanya penerapan pendidikan multikultural
diharapkan tumbuh sikap toleransi dalam diri siswa, maka dari hasil penerapan
pendidikan multikultural akan muncul sikap toleransi yang dimiliki siswa. Dan
yang terakhir, hambatan dan solusi dalam penerapan pendidikan multikultural di
SMP Raden Fatah Batu.Dengan demikian akan diperoleh hasil dari penerapan
pendidikan multikultural dalam menumbuhkan sikap toleransi siswadi SMP Raden
Fatah Batu.