BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. …repository.ump.ac.id/9616/3/BAB II_NIKLAH...

36
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Pendidikan berasal dari kata „didik‟ yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015:326) berarti pelihara dan latih, sedangkan „pendidikan‟ diterjemahkan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang; usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (proses, cara, perbuatan mendidik). Menurut bahasa Arab (Salahudin & Alkrienciehie, 2013:91) pendidikan disebut dengan “tarbiyah” yang diambil dari kata dasar rabba-yurubbu-tarbiyah yang bermakna memelihara mengurus, merawat, dan mendidik. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 tahun 2003 Pasal 1) mengartikan pendidikan sebagai berikut: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Maka, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan sebuah upaya atau proses mengubah sikap dan tingkah laku individu atau kelompok agar senantiasa terpelihara dan terlatih ahlak dan kecerdasan pikirannya, sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensi Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. …repository.ump.ac.id/9616/3/BAB II_NIKLAH...

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata „didik‟ yang dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2015:326) berarti pelihara dan latih, sedangkan

„pendidikan‟ diterjemahkan sebagai proses pengubahan sikap dan tata

laku seseorang atau sekelompok orang; usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan (proses, cara, perbuatan

mendidik). Menurut bahasa Arab (Salahudin & Alkrienciehie, 2013:91)

pendidikan disebut dengan “tarbiyah” yang diambil dari kata dasar

rabba-yurubbu-tarbiyah yang bermakna memelihara mengurus,

merawat, dan mendidik. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

(UU RI No. 20 tahun 2003 Pasal 1) mengartikan pendidikan sebagai

berikut:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Maka, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan sebuah

upaya atau proses mengubah sikap dan tingkah laku individu atau

kelompok agar senantiasa terpelihara dan terlatih ahlak dan kecerdasan

pikirannya, sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensi

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

13

yang dirinya agar memiliki k ekuatan spiritual, keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan mempunyai makna yang luas, bukan hanya dilihat dalam

aspek kognitif saja, melainkan juga dari aspek afektif dan psikomotor.

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tertuang dalam Undang-

Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Pasal 3 UU Sisdiknas

menyebutkan:

“Pendidikan n asioanl berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional diatas sangat jelas

disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan untuk mencerdaskan dan

membentuk karakter peserta didik. Selain kecerdasan, karakter dari

peserta didik juga merupakan bagian penting yang perlu dibentuk agar

fungsi dan tujuan pendidikan nasional dapat terwujud.

b. Pengertian Karakter

Karakter merupakan sumber yang melatarbelakangi

seseorang/individu bertindak dan bersikap (baik maupun buruk).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2015:623) karater merupakan

sifat-sifat kejiwaan, ahlak atau budi pekerti yang membedakan

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

14

seseorang dari yang lain (tabiat, watak).Samani & Hariyanto (2012:41)

memaknai karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap

individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,

masyarakat, bangsa, dan negara. Karakter dapat dimaknai sebagai cara

berpikir dan berperilaku individu yang membedakan seseorang dari

yang lain. Karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda

atau individu (Wiyani, 2014:24). Kekhasan karakter individu satu dan

yang lainnya dikarenakan banyaknya faktor seperti hereditas,

lingkungan, dll.

c. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menurut Samani & Hariyanto (2012:45-46)

didefinisikan sebagai sebuah proses pemberian tuntunan guru kepada

peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam

dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Samani & Hariyanto juga

menambahkan, bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai

pendidikan n ilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,

pendidikan watak, dengan tujuan supaya kemampuan peserta didik

mengalami perkembangan dalam hal pengambilan keputusan baik-

buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam

dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah proses pengubahan

sikap dan tata laku siswa kearah yang lebih baik dalam dimensi hati,

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

15

pikir, raga, serta rasa dan karsa melalui upaya pengajaran dan pelatihan

oleh guru.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional (2010:9-

10) saat ini tengah berupaya menanamkan karakter peserta didik

melalui pendidikan. Nilai karakter bangsa yang diharapkan oleh

pemerintah berjumlah 18 (delapan belas) antara lain, yaitu: (1) religius,

(2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kerja keras, (7)

kreatif, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan,

(11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) komunikatif, (14)

cintai damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli

sosial, serta (18) tanggung jawab. Melalui penanaman pendidikan

karakter di sekolah, harapannya adalah peserta didik bukan hanya

tumbuh menjadi pribadi yang cerdas secara akademik, namun juga

berkarakter. Karakter yang baik akan membawa pengaruh postif bagi

individu maupun orang-orang di sekelilingnya bahkan bagi seluruh

umat manusia.

d. Fungsi Pendidikan Karakter

Fungsi pendidikan karakter tidak lain untuk membentuk karakter

suatu bangsa. Adapun fungsi pendidikan karakter menurut Kementerian

Pendidikan Nasional (2010:5) adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan dan pengembangan potensi dasar

Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan

potensi warga negara, sesuai dengan falsafah hidup Pancasila.

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

16

2. Perbaikan dan penguatan

Pendidikan karakter berfungsi untuk memperbaiki perilaku yang

kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik.

3. Penyaring

Pendidikan karakter berfungsi untuk menyaring budaya yang

kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.

e. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya untuk mewujudkan

peserta didik atau manusia yang berkarakter, yaitu yang berahlak mulia.

Tujuan pendidikan karakter sebagaimana disampaikan Salahudin &

Alkrienciehie (2013:109-110) adalah sebagai berikut:

1. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta

didik sebagai generasi penerus bangsa.

2. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia

yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.

3. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai

lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan

persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan

penuh kekuatan.

Menurut Muslich (2011: 81) pendidikan karakter

diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu

penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian

pembentukan karakter dan ahlak mulia peserta didik secara terpadu,

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

17

utuh, dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan mampu

menciptakan sekolah yang unggul baik secara mutu maupun secara

ahlak.

Pendidikan karakter mempunyai tujuan yang berbeda-beda

tergantung dari sudut pandang masing-masing individu maupun

kelompok. Menurut Wiyani (2014: 70-72), secara operasional tujuan

pendidikan karakter dalam lingkup sekolah antara lain yaitu:

1. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang

dianggap penting.

2. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan nilai-

nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan

masyarakat dalam memerankan tanggung jawab karakter

bersama.

2. Pendidikan Karakter Pada Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 telah ditetapkan dan secara serentak dan bertahap

diimplementasikan di sekolah (dari tingkat dasar sampai menengah) sejak

tahun ajaran 2013-2014. Penerapan Kurikulum 2013 didasarkan pada

analisis tentang penyempurnaan kurikulum tingkat satuan pelajaran

(KTSP) karena sudah tidak bisa mengatasi persoalan sosial yang

mengglobal dan kebutuhan saat ini sehingga adanya Kurikulum 2013

dipersepsi sebagai solusi tepat atas perubahan dinamika sosial, budaya,

ilmu pengetahuan, dan teknologi (Kurniawan, 2015:1). Pengembangan

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

18

kurikulum (Kemendikbud:2014:5) juga terjadi karena disebabkan oleh

adanya fenomena negatif yang mengemuka seperti perkelahian pelajar,

narkoba, plagiarisme, kecurangan dalan ujian, gejolak masyrakat.

Kurikulum 2013 dibuat seiring dengan semakin merosotannya karakter

bangsa Indonesia.

Kurikulum 2013 telah membawa dampak perubahan mendasar

dalam dunia pendidikan, salah satunya ialah pembelajarannya. Hal ini

karena pembelajaran substansinya merupakan media yang dipergunakan

kurikulum untuk menyampaikan tujuan dan materi, serta terjalinnya

komunikasi antara guru dengan siswa melalui proses belajar. Dalam

implementasi Kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat diintegrasikan

dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam

kurikulum. Materi yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai

dikembangan dan dihubungkan dengan kegiatan sehari-hari.

Kegiatan pembelajaran mempunyai peran yang sangat besar dalam

membentuk karakter siswa. Melalui pro ses belajar maka ilmu

pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa diinternalisasikan oleh

guru. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menurut Kurniawan (2015:2)

diimplementasikan untuk membentuk kompetensi siswa yang:

1) Taat dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; yang diwujudkan

dalam sikap menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan

mengamalkan ajaran agamanya masing-masing dengan baik.

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

19

2) Memiliki perilaku dan sikap menghargai, menghayati, dan

mengembangkan karakter mulia.

3) Mampu memahami dan menerapkan ilmu pengetahuan dan konseptual

dalam kehidupan sehari-hari.

4) Mampu menyajikan, mencoba, mengolah, dan mencipta ilmu

pengetahuan sesuai dengan materi pelajaran.

Berdasarkan kompetensi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada

kurikulum 2013 yang menjadi fokus utamanya adalah pada pengembangan

sikap, ilmu pengetahuan, dan kreativitas peserta didik. Sikap yang

diharapkan merupakan sikap mulia yang berlandaskan pada perintah

Tuhan dan ajaran agama.

Pendidikan karakter dilakukan dalam konteks terintegrasi dalam

semua materi pembelajaran yang diajarkan di sekolah yang disesuaikan

dengan tema-tema pembelajaran yang ada. Sehubungan dengan hal

tersebut dalam rumusan organisasi materi pendidikan karakter telah

dirancang kompetensi inti yakni kemampuan yang harus dimiliki oleh

peserta didik. Kompetensi Inti ditunjukan untuk mendukung ketercapaian

tujuan pendidikan karakter yaitu dengan mengupayakan peserta didik

untuk bisa memiliki nilai-nilai karakter positif. Nilai-nilai karakter yang

dikembangkan dalam kurikulum merujuk pada 18 nilai-nilai yang telah

dirancang oleh Kemendiknas (2010:9-10), yakni memiliki sikap,

pengetahuan, dan keterampilan mengenai nilai-nilai karakter yakni (1)

Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja Keras, (6) Kreatif,

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

20

(7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat

Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13)

Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16)

Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (18) Tanggung Jawab, serta bisa

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan karakter dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara

komprehensif dan juga bertahap sehingga perlu didesain aktivitas-aktivitas

pembentukan karakter bagi siswa. Hal ini karena pendidikan karakter tidak

secara langsung tertanam pada siswa, untuk itu perlu dilakukan langkah-

langkah pembentukan karakter yang tepat. Langkah-langkah pembentukan

karakter menurut Najib dalam Amri (Hidayati, 2016:98) yakni dilakukan

dengan cara:

a. Menanamkan nilai kebaikan kepada anak

b. Menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan untuk berbuat

baik

c. Memberikan teladan pada anak

d. Mengembangkan sikap mencintai ahlak mulia

e. Melaksanakan perbuatan baik

3. Karakter Disiplin

a. Pengertian Disiplin

Disiplin merupakan bagian dari nilai pendidikan karakter yang

dikembangkan pada peserta didik. Istilah disiplin menurut Tu‟u

(2004:30) berasal dari bahasa Latin “Disciplina” yang menunjuk pada

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

21

kegiatan belajar mengajar. Lebih lanjut, di dalam MacMillan Dictionary

istilah disiplin dalam bahasa Inggris berasal dari kata ”Discipline”yang

mempunyai arti: tertib, taat, atau mengendalikan tingkah laku; latihan

membentuk, meluruskan, atau menyempurnakan sesuatu, sebagai

kemampuan mental atau karkter moral; hukum yang diberikan untuk

melatih atau memperbaiki; kumpulan atau sistem peraturan-

peraturanbagi tingkah laku (Tu‟u, 2004:30-31). Disiplin kaitannya

dalam proses belajar mengajar diterapkan sebagai bentuk upaya guru

untuk mengendalikan tingkah laku peserta didik selama mengikuti

pembelajaran agar senantiasa tertib dan taat pada aturan yang berlaku.

Karakter disiplin merupakan bagian dari 18 (delapan belas) nilai

pendidikan karakter yang dicanangkan pemerintah untuk menjadi

karakter bangsa (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010:9-10).

Menurut Kemendiknas disiplin merupakan tindakan yang menunjukan

perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Peserta

didik yang mempunyai karakter disiplin akan senantiasa mematuhi

aturan norma dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Hal demikian

karena adanya perasaan takut akan konsekuensi atau hukuman yang

harus diterima apabila melanggar aturan.

Perintah disiplin terdapat dalam ajaran islam, salah satunya yaitu

disiplin dalam melaksanakan shalat 5 waktu. Adapun perintah untuk

disiplin tertulis dalam Q.S. An-Nisa ayat 103, yang berbunyi:

“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring,

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

22

kemudian apabila kamu terasa aman maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa) sesungguhnya shalat itu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang yang beriman.”

Pernyataan di atas menunjukan bahwa Islam merupakan agama

yang menjunjung tinggi kedisiplinan. Agama islam mempunyai

peraturan berupa perintah dan larangan yang harus di taati oleh

pemeluknya. Apabila seseorang melanggar aturan tersebut (tidak

disiplin), maka orang tersebut akan menerima sanksi/hukuman baik

oleh Allah maupun oleh orang lain (tergantung apa yang orang tersebut

langgar).

Disiplin merupakan sikap dan perilaku yang menunjukan

ketaatan. Disiplin oleh Rintiyastini (Ningsih dan Widiharto, 2014:139)

diartikan sebagai bentuk ketaatan atau kepatuhan peserta didik kepada

peraturan atau tata tertib yang berlaku. Kepatuhan peserta didik

ditunjukan di lingkungan sekolah, baik di dalam ataupun diluar kelas

dengan tidak membuat masalah atau terlibat konflik yang berkaitan

dengan aturan atau tata tertib sekolah. Pernyataan tersebut selaras

dengan pernyataan seorang peneliti dan profesor pemasaran di

Universitas Minnesota bernama Kathleen Vohn (Wasini dan Sugiharti,

2015: 26) yang mengemukakan bahwa orang yang disiplin/ memiliki

kontrol diri yang baik akan melakukan hal yang membawa pada

kebahagiaan, selain itu mereka juga akan jauh dari konflik. Disiplin

selain menjauhkan diri dari konflik, juga mendekatkan diri pada

kebahagiaan. Semakin disiplin seseorang, semakin dekat kebahagian

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

23

tercapai. Hal demikian dikarenakan kedisiplinan membuat hidup

seseorang menjadi lebih teratur dan terarah, sehingga suasanan hati

menjadi lebih baik. Kedisiplinan juga memberikan peluang yang lebih

besar bagi seseorang untuk mewujudkan cita-citanya, dibandingkan

dengan seseorang yang tidak disiplin.

Disiplin merupakan karakter yang harus dimiliki oleh siapapun

dan dimanapun. Menurut Cahyono (2016:169) disiplin merupakan

kesadaran diri yang muncul dari dalam batin yang berupa dorongan

untuk mematuhi peraturan-peraturan dan nilai-nilai serta hukum yang

berlaku dalam suatu lingkungan tertentu. Peribahasa Indonesia

menyatakan “Dimanapun bumi dipijak, disitulah langit dijunjung” yang

artinya kebiasaan dan adat istiadat harus senantiasa dihormati dan

patuhi. Wantah (2005:139) mengungkapkan bahwa kedisiplinan

seseorang dapat dilihat dari perilakunya yang senantiasa setia dan patuh

terhadap aturan yang berlaku dalam satu instansi tertentu. Orang yang

tidak terbiasa untuk hidup disiplin, maka akan mengalami kesulitan

untuk mematuhi aturan yang berlaku. Hal tersebut akan membawanya

pada masalah dikemudian hari, sebab dimanapun berada pasti tak luput

dari aturan/ kebiasaan/adat istiadat yang diterapkan.

Disiplin apabila diterapkan dan dikembangkan dengan baik,

konsisten dan konsekuen di dalam lembaga sekolah maka akan

berdampak positif pada lingkungan sekolah, khususnya bagi perilaku

peserta didik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tu‟u (2004:62) yang

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

24

menyatakan bahwa penanggulangan disiplin memerlukan adanya tata

tertib sekolah, konsistensi dalam penerapan disiplin sekolah dan

kemitraan dengan orangtua. Melalui penananaman karakter disiplin,

peserta didik akan belajar mengendalikan diri dari perilaku egois atau

mementingkan diri sendiri. Disiplin memberikan petunjuk yang pasti

bagi anak mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh untuk dilakukan

(Wantah, 2005:144).

Perlu diketahui bahwa disiplin bukanlah karakter yang dapat

terbentuk dengan sendirinya. Disiplin terjadi dan terbentuk sebagai

hasil dan dampak proses pembinaan yang cukup panjang (Tu‟u:

2004:31).Oleh karena itu perlu adanya pembiasaan dan pembinaan agar

karakter disiplin dapat terbentuk dengan matang.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memungkinkan

untuk menanamkan pendidikan karakter. Melalui tata tertib yang

berlaku di sekolah anak akan dilatih untuk disiplin. Peserta didik akan

belajar disiplin secara nyata melalui praktik langsung dalam kehidupan

sehari-hari di sekolah. Peserta didik yang melanggar aturan/tata tertib

sekolah akan menerima konsekuensi sesuai peraturan yang sudah

ditetapkan. Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin peserta didik yang

seringkali terjadi (Tu‟u, 2004:55) diantaranya adalah bolos, tidak

mengerjakan tugas dari guru, mengganggu kelas yang sedang belajar,

menyontek, tidak memperhatikan pelajaran, yang sedang dijelaskan

oleh guru, berbicara dengan teman sebelahnya saat pelajaran

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

25

berlangsung, terlambat hadir ke sekolah, membawa rokok dan merokok

di lingkungan sekolah, terlibat dalam penggunaan obat terlarang dan

perkelahian atau tawuran.

Peserta didik dalam belajar disiplin di sekolah pada awalnya

pasti akan mengalami kesulitan. Hal tersebut dikarenakan disiplin yang

diberlakukan di sekolah sangat berbeda dengan disiplin yang ada di luar

sekolah, khususnya di rumah. Disiplin di sekolah bersifat tertulis dan

tegas, sedangkan disiplin di rumah mempunyai sifat yang berbeda-beda

tergantung karakter penghuninya. Pembiasaan merupakan kunci penting

dalam proses belajar, utamanya dalam belajar disiplin. Adanya

pemberlakuan disiplin di sekolah, mendorong peserta didik untuk

beradaptasi dan membiasakan diri dengan lingkungan sekolah. Menurut

Wantah (2005:143) secara psikososial, masing-masing anak

mempunyai kebutuhan dasar yang dapat dilayani melalui disiplin. Lebih

lanjut, Wantah menjelaskan bahwa disiplin melatih anak untuk berfikir ,

menata, dan menentukan sendiri tingkah laku sosialnya sesuai dengan

tata tertib dan kaedah-kaedah tingkah laku yang berlaku di

masyarakat.Disiplin individu yang baik menunjang peningkatan prestasi

belajar dan perkembangan perilaku yang positif (Tu‟u, 2004:57).

Disiplin memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap terhadap

keberhasilan atau kesuksesan seseorang dalam menggapai keinginan

dan cita-citanya di hari ini dan di masa depan.

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

26

b. Indikator Disiplin

Penerapan disiplin di sekolah, guru harus memperhatikan

indikator disiplin yang akan dicapai. Adapun indikator disiplin di

sekolah dasar (Kemendiknas, 2010:26) dibagi menjadi dua, yaitu

disiplin di dalam sekolah dan disiplin di dalam kelas. Indikator disiplin

di sekolah antara lain (1) memiliki catatan kehadiran; (2) memberikan

penghargaan kepada warga sekolah yang disiplin; (3) memiliki tata

tertib sekolah; (4) membiasakan warga sekolah untuk berdisiplin; (5)

menegakan aturan dengan memberikan sanksi secara adil bagi

pelanggar tata tertib sekolah. Sedangkan indikator disiplin di kelas

berupa membiasakan hadir tepat waktu, serta membiasakan mematuhi

aturan.

Indikator disiplin di sekolah dasar untuk peserta didik

berdasarkan kelasnya (Kemendiknas, 2010:33) dibagi menjadi 2

bagian. Pembagian tersebut berupa kelas rendah (kelas1-3) dan kelas

tinggi (kelas 4-6).

Tabel 2.1 Indikator Disiplin Indikator

Kelas 1-3 Kelas 4-6

Datang ke sekolah dan masuk

kelas tepat waktu

Menyelesaikan tugas tepat waktu

Melaksanakan tugas-tugas kelas

yang menjadi tanggungjawabnya

Saling menjaga dengan teman

agar tugas-tugas kelas terlaksana

dengan baik

Duduk pada tempat yang Selalu mengajak teman menjaga

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

27

ditetapkan ketertiban kelas

Menaati peraturan kelas dan

sekolah

Mengingatkan teman yang

melanggar peraturan

Berpakaian rapi Berpakaian sopan dan rapi

Mematuhi aturan permainan Mematuhi aturan sekolah

c. Tujuan Disiplin

Rusyandi (Andrian, 2017:137) mengemukakan bahwa disiplin

dalam pembelajaran mempunyai tujuan. Tujuan disiplin menurut

Rusyandi berjumlah sepuluh, antara lain yaitu:

1. Proses pembelajaran menjadi terarah, tertib, teratur.

2. Kreativitas guru, peserta didik, dan tenaga kependidikan lainnya

terpusat ke satu arah (fokus).

3. Guru, peserta didik, dan tenaga kependidikan lainnya dapat

bekerja secara dinamis dan inovatif.

4. Peningkatan kualitas pada proses pembelajaran.

5. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.

6. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan

merangsang aktivitas guru, peserta didik, dan tenaga

kependidikan lainnya.

7. Hasil belajar menjadi lebih optimal.

8. Kebersamaan disiplin yang kompak dari semua pihak tenaga

kependidikan akan menghasilkan suatu pencapaian tujuan yang

optimal dalam waktu yang singkat.

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

28

9. Pelaksanaan prestasi, disiplin dan loyalitas yang positif

merupakan manifestasi disiplin nasional.

10. Suasana pembelajaran yang disiplin mengarahkan peserta didik

berorientasi pada tujuan.

Rim mempunyai pendapat lain mengenai tujuan diterapkannya

disiplin di sekolah. Tujuan disiplin menurut Rimm (Elly,

2016:48)adalah mengarahkan peserta didik agar dapat belajar mengenai

hal-hal yang baik sebagai bekal/ persiapan bagi masa dewasa, saat

mereka dapat bergantung kepada disiplin diri. Disiplin memberikan

petunjuk bagi peserta didik mengenai jalan baik yang harus ditempuh,

serta memberikan bekal untuk sampai ke jalan tersebut.

d. Pentingnya Disiplin

Disiplin perlu diterapkan di sekolah guna menciptakan

lingkungan yang kondusif, aman, dan teratur. Pentingnya disiplin bagi

peserta didik menurut Maman Rachman (Tu‟u, 2004:35-36), adalah

sebagai berikut:

1. Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak

menyimpang.

2. Membantu peserta didik memahami dan menyesuaikan diri

dengan tuntutan lingkungan.

3. Cara menyelesaikan tuntutan peserta didik terhadap

lingkungannya.

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

29

4. Mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu

yang lainnya.

5. Menjauhkan peserta didik dari perilaku menyimpang.

6. Mendorong peserta didik melakukan hal-hal yang baik dan benar.

7. Membiasakan peserta didik untuk belajar hidup dengan

kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi

lingkungannya.

8. Terciptanya ketenangan jiwa dan lingkungan melalui kebiasaan

baik.

Tu‟u (2004:37) dalam hal ini juga mempunyai pendapat

tersendiri mengenai perlunya pembiasaan dan penerapan disiplin bagi

peserta didik. Adapun pentingnya disiplin, dikarenakan alasan berikut

ini:

1. Tercapainya hasil belajar yang diinginkan, melalui disiplin yang

didasari kesadaran diri.

2. Terciptanya lingkungan belajar (kelas maupun sekolah) yang

baik, yaitu lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses

pembelajaran.

3. Terwujudnya individu yang tertib, teratur dan disiplin.

4. Menumbuhkan kesadaran peserta didik, bahwa menaati norma

dan aturan di sekolah merupakan salah satu jalan menuju

kesuksesan dalam belajar dan kelak ketika bekerja.

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

30

e. Fungsi Disiplin

Penumbuhan kedisiplinan sebagai sesuatu yang harus segera

ditindaklanjuti bagi peserta didik. Disiplin berfungsi untuk

membimbing generasi muda untuk mengikat diri pada nilai-nilai dan

norma moral yang berkarakter secara sukarela (Marzuki, 2017:30).

Peserta didik dengan adanya kesadaran hidup disiplin dalam diri,

diharapkan memahami arti kedisiplinan moral felling. Hal tersebut

diperlukan seorang peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter,

yaitu: conscience (kesadaran), self-estem (kepercayaan diri), empaty

(merasakan penderitaan oranglain), loving the good (cinta pada

kebaikan), self control (kontrol diri), humility (kerendahan hati).

Disiplin menurut Tu‟u (2004:38-44) mempunyai beberapa

fungsi. Adapun fungsi tersebut antara lain yaitu:

1. Menata Kehidupan Bersama.

Manusia merupakan mahluk unik karena memiliki latar

belakang, ciri, sifat, kepribadian dan pola pikir yang berbeda-

beda. Selain sebagai individu, manusia juga merupakan mahluk

sosial yang selalu terkait dan berhubungan dengan orang lain.

Disiplin dalam hal ini berguna untuk menyadarkan seseorang

bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati

aturan yang berlaku sehingga hubungan dengan sesama manusia

menjadi baik dan lancar.

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

31

2. Membangun Kepribadian.

Kepribadian merupakan keseluruhan sifat, tingkah laku

dan pola hidup seseorang yang tercermin dalam penampilan,

perkataan dan perbuatan sehari-hari. Pertumbuhan kepribadian

seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan, keluarga,

lingkungan pergaulan, lingkungan masyarakat, dan lingkungan

sekolah. Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan

tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang

baik.

3. Melatih Kepribadian.

Sikap, perilaku, dan pola kehidupan yang baik dan

berdisiplin tidak terbentuk serta-merta dalam waktu singkat,

melainkan membutuhkan waktu yang panjang. Perlu adanya

latihan, pembiasaan diri, mencoba, berusaha dengan gigih,

bahkan dengan gemblengan dan tempaan keras.

4. Pemaksaan.

Disiplin dengan kesadaran diri lebih baik dan kuat

ketimbang karena pemaksaan dari luar. Disiplin yang terpaksa

akan memberikan pengaruh yang kurang baik, misalnya anak

akan stres, terkekang, dan lain-lain. Disiplin dapat berfungsi

sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-

peraturan yang berlaku di lingkungan itu.

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

32

5. Hukuman.

Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang

harus di laksanakan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau

hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Tanpa sanksi

disiplin yang konsisten dan konsekuen maka akan

membingungkan, memunculkan ketidakpuasan dan rasa

ketidakadilan bagi yang disiplin.

6. Menciptakan Lingkungan Kondusif.

Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin

terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Disiplin sekolah

berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan

pendidikan agar berjalan lancar. Dengan demikian, sekolah akan

menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram,

tertib dan teratur.

Perilaku disiplin memberikan beragam fungsi. Menurut Elly

(2016: 48), kedisiplinan di sekolah berfungsi sebagai alat pendidikan

dan alat menyesuaikan dalam membentuk sikap dan tingkah laku yang

baik, sehingga nantinya d apat digunakan buk an hanya dalam

lingkungan sekolah namun juga dapat diterapkan pada lingkungan

keluarga maupun lingkungan masyarakat. Kedisiplinan sebagai alat

pendidikan merupakan suatu perbuatan yang sengaja diterapkan

(melalui suatu aturan atau tata tertib) untuk kepentingan pendidikan di

sekolah.

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

33

f. Unsur-Unsur Disiplin

Disiplin sebagai kebutuhan perkembangan dan upaya

pengembangan bagi seseorang untuk berperilaku sesuai dengan aturan

dan norma yang telah ditetapkan mempunyai unsur-unsur di dalamnya.

Menurut Kurtinez dan Greif (Wantah, 2005:150-168) disiplin

mempunyai 5 unsur penting. Unsur-unsur tersebut antara lain, yaitu:

1. Peraturan

Aturan merupakan sebuah ketentuan yang telah ditetapkan

untuk menata tingkah laku seseorang, adanya aturan membekali

seseorang dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi

tertentu.

2. Kebiasaan

Kebiasaan biasanya bersifat tidak tertulis, namun

kebiasaan ini telah menjadi semacam keharusan sosial dan

menjadi kewajiban bagi setiap anggota masyarakat untuk

melaksanakannya.

3. Hukuman

Hukuman mempunyai tujuan yaitu menghentikan anak

dalam melakaukan sesuatu yang tidak sesuai dengan norma dan

aturan yang berlaku dengan menggunakan metode yang

memberikan efek jera baik secara biologis maupun psikologis.

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

34

4. Penghargaan

Penghargaan merupakan cara untuk menunjukan pada

anak bahwa ia telah melakukan hal yang baik, dapat berupa

hadiah maupun hanya berupa pujian/ senyuman.

5. Konsisten

Konsisten menunjukan kebersamaan dalam isi dan

penerapan sebuah aturan, konsisten yang dimaksud adalah

konsisten dalam cara peraturan itu ditetapkan. Konsisten dalam

memberikan hukuman maupun maupun penghargaan.

g. Penanaman dan Pembentukan Disiplin

Karakter disiplin tidak sertamerta terjadi begitu saja. Setiap

orang membutuhkan proses yang berbeda-beda dalam pembentukannya.

Ada yang mengalami pro ses yang sebentar, ada pula yang

membutuhkan proses panjang tergantung dari berbagai faktor.

Pembentukan karakter disiplin dalam diri siswa dapat muncul

karena berbagai hal. Projodarminto (Tuu, 2004:50) berpedapat bahwa

pembentukan disiplin terjadi karena beberapa alasan, diantara yaitu:

Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina, melalui latihan

pendidikan, penanaman kebiasaan, dan keteladanan.

Disiplin dapat ditanamkan mulai dari tiap-tiap individu dan unit

paling kecil, organisasi atau kelompok.

Disiplin diproses melalui pembinaan sejak dini, sejak usia

muda, dimulai dari keluarga dan pendidikan.

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

35

Disiplin lebih mudah ditegakan bila muncul dari kesadaran diri.

Disiplin dapat dicontohkan oleh guru kepada siswa-siswinya.

Kedisiplinan bukanlah hal yang dapat di wariskan secara

genetik, melainkan merupakan hasil dan dampak dari proses

pembiasaan dan pembinaan yang cukup panjang . Menurut A. Tabrani

Rusyan (Cahyono, 2016:175-176), disiplin harus mulai dibiasakan pada

peserta didik dengan cara:

1. Membiasakan diri masuk kelas sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan.

2. Membiasakan diri melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan

petunjuk guru dan peraturan sekolah.

3. Membiasakan diri melaksanakan kebersihan kelas, halaman

sekolah sebelum proses pembelajaran dimulai.

4. Membiasakan menjalankan tugas piket, untuk melatih tanggung

jawab.

5. Membiasakan minta izin jika meninggalkan kelas untuk suatu

keperluan.

6. Membiasakan diri mengirim surat kepada wali kelas jika

berhalangan hadir atau tidak masuk sekolah.

7. Mengucapkan salam kepada guru dan teman apabila bertemu.

8. Membiasakan diri melakukan K3 setiap saat.

9. Pelaksanaan upacara bendera atau hari-hari nasional dengan tertib

merupakan penerapan disiplin yang paling penting sebab pada

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

36

upacara mengandung beberapa disiplin diantaranya tertib

berbaris, terikat akan aturan-aturan tata upacara bendera,

membiasakan taan atau mematuhi aturan, melakukan dengan

khidmat, melakukan tugas atau komando dengan tepat, menahan

diri dan perasaan dengan terikat dan sikap bebas, dan

mendengarkan serta menyimak isi amanat yang disampaikan pada

saat upacara.

Pengembangan pendidikan karakter dalam diri peserta didik

membutuhkan suatu perencanaan yang matang. Perencanaan dan

pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan oleh kepala sekolah, guru,

dan tenaga kependidikan secara bersama-sama. Pendidikan

karakterdisipin pada program pengembangan diri, perencanaan dan

pelaksanaan pendidikan karakter dapat dilakukan melalui

pengintegrasian ke dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Pendidikan

karakter disiplin menurut Kemendiknas (2010:14-19) dapat ditanamkan

dalam diri peserta didik melalui hal-hal berikut:

a) Kegiatan rutin sekolah, yaitu kegiatan yang dilakukan peserta

didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat, contohnya

adalah upacara bendera setiap hari senin.

b) Kegiatan spontan, yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan

pada saat itu juga oleh guru dan tenaga kependidikan berupa

koreksi maupun pujian ketika mengetahui adanya perilaku yang

terpuji maupun kurang terpuji dari peserta didik, contohnya

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

37

adalah pada peserta didik yang membuang sampah sembarangan

atau pada peserta didik yang menolong orang lain.

c) Keteladanan, yaitu perilaku dan sikap guru dan tenaga

kependidikan dalam memberikan contoh terhadap tindakan-

tindakan yang baik dengan harapan mampu menjadi panutan

bagipeserta didik dalam berbuat sesuatu, contohnya adalah

berpakaian dengan rapi.

d) Pengkondisian, yaitu upaya sekolah dalam mendukung

keterlaksanaan dan kegiatan pendidikan karakter, contohnya

adalah adanya bak sampah yang mencukupi di berbagai tempat.

h. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Disiplin

Disiplin tidak mudah ditanamkan dalam diri seseorang. Salah

satu penyebabnya adalah karena adanya sifat malas dalam diri masing-

masing individu. John Pearce (Ningsih dan Widiharto, 2014: 80-81)

mengemukakan bahwa setidaknya ada 4 (empat) faktor yang wajib

diperhatikan dalam mendisiplinkan anak. Keempat faktor tersebut

antara lain yaitu, sebagai berikut:

1) Kepribadian anak

Anak mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Oleh

karena itu dalam membentuk karakter anak khususnya karakter

disiplin, masing-masing anak mempunyai cara dan strategi yang

berbeda. Anak yang sensitif yang mudah resah, biasanya akan

mudah menanggapi segala macam disiplin dan juga terhadap isi

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

38

hati orang lain dengan ketentuan jangan meninggikan suara dan

jangan pula bersikap keras. Apabila penanganannya tidak tepat,

maka bisa jadi anak akan tertekan atau bahkan memberontak.

2) Usia anak

Usia sangat mempengaruhi terhadap tumbuh kembang

anak. Semakin kecil usia anak, maka semakin bervariasi pula cara

mendidik anak. Anak pada usia yang masih kecil akan lebih

mudah belajar sesuatu dengan cara meniru apa yang dilihat dan

didengarnya (bersifat konkret). Oleh karena itu baik orang tua,

guru, maupun masyarakat sekitar harus memberikan contoh yang

baik dalam upaya menanamkan karakter disiplin dalam diri anak.

Kata-kata yang digunakan harus bersifat sederhana dan mudah

dicerna oleh anak.

3) Kepribadian Orangtua

Orangtua sebagai tempat bersosialisasi pertama bagi anak,

mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pembentukan

karakter anak. Kepribadian orangtua selain menjadi contoh bagi

anak, juga menjadi cerminan ketika sedang menangani anak.

Orangtua sebaiknya menunjukan kepribadian yang baik pada

anak dan tidak memberikan pengaruh kepribadian yang terlampau

besar, berikan ruang bagi anak untuk berekspresi selama masih

dalam jalur yang benar.

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

39

4) Pengalaman Disiplin Anak

Masa anak sangat mempengaruhi karakter anak di masa

depan, orangtua mungkin akan terkejut oleh efek langgeng yang

dilakukan oleh masa anak-anak. Anak akan mengerjakan hal yang

sama seperti yang dilakukan oleh orang tua sewaktu mereka

masih berusia anak-anak. Hal demikian menunjukan bahwa

pengalaman disiplin anak dimasa lalu dapat diwariskan secara

turun-temurun dan membentuk karakter disiplin anak seperti yang

orangtua harapkan.

Wantah mempunyai pendapat sendiri terkait faktor

pembentukan disiplin pada anak. Pembentukan disiplin pada anak,

menurut Wantah (2005:180-182) dipengaruhi o leh faktor-faktor

berikut:

1. Latar belakang dan kultur kehidupan keluarga

Orangtua yang dari kecil terbiasa hidup dalam lingkungan

yang keras, pemabuk, bertingkah laku semaunya, maka kebiasaan

ini akan terbawa ketika orangtua membimbing dan menanamkan

disiplin pada anak.

2. Sikap dan karakter orangtua

Orangtua yang mempunyai watak o toriter, suka

menguasai, selalu menganggap dirinya benar, dan tidak

mempedulikan oranglain, akan cenderung membina disiplin anak-

anaknya secara otoriter pula.

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

40

3. Latar belakang pendidikandan status sosial ekonomi keluarga

Orang tua yang mengenyam pendidikan menengah keatas

dan memiliki status sosial ekonomi yang baik, dapat

mengupayakan pendidikan dan pembentukan disiplin yang lebih

terencana, sistematis, dan terarah, dibanding dengan keluarga

yang mempunyai pendidikan rendah, dan secara ekonomi tidak

mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang layak.

4. Keutuhan dan keharmonisan dalam keluarga

Sebuah keluarga yang tidak utuh secara struktural, yaitu

salah satunya (ibu/ayah) tidak lagi bersama-sama dalam sebuah

keluarga, maka akan berpengaruh negatif terhadap penanaman

disiplin pada anak.

5. Cara dan tipe perilaku parental

Sikun Pribadi (Wantah, 2005: 182) mengemukakan

beberapa tipe perilaku parental yang dapat menghambat upaya

pembentukan disiplin anak di rumah, antara lain adalah: (1) tipe

parental yang keras, kejam, dingin, otoriter, selalu memberi

nasehat, atau selalu memarahi anak; (2) acuh tak acuh, karena

orangtua terlalu sibuk dengan hanya memperhatikan kesulitannya

sendiri; (3) memanjakan, sehingga kebutuhan anak dituruti secara

berlebihan, walaupun anak sendiri tidak memintanya; (4) selalu

khawatir terhadap anak, khawatir kalau-kalau ia mendapat sakit,

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

41

celaka dijalan, makan dan minumnya kurang steril, dan

sebagainya.

Menurut Tu‟u (2004:49-50) karakter disiplin pada anak dapat

dilakukan melalui beberapa upaya. Upaya tersebut apabila dilaksanakan

dengan baik dapat menjadi faktor pendukung keberhasilan penanaman

kedisiplinan peserta didik. Adapaun upaya tersebut antara lain, yaitu:

1) Teladan

Teladan merupakan cara yang sangat efektif dalam

membentuk karakter pada anak. Peserta didik akan lebih mudah

mencontoh dibandingkan dengan hanya diberi himbauan semata.

Oleh karena itu, kepala sekolah maupun guru harus memberikan

contoh dan teladan disiplin, agar apa peserta didik senantiasa

meniru dan menanamkan dalam dirinya.

2) Lingkungan berdisiplin

Salah satu ciri manusia adalah kemampuannya

menyesuaikan diri dengan lingkungan. Lingkungan merupakan

tempat manusia tumbuh dan berkembang, k arena itulah

lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

pembentukan karakter seseorang. Lingkungan berdisiplin perlu

diciptakan guna menanamkan dan mewujudkan karakter disiplin

dalam diri seseorang.

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

42

3) Latihan berdisiplin

Karakter disiplin bukanlah karakter yang dapat terbentuk

begitu saja, melainkan membutuhkan latihan. Proses latihan

disiplin dapat dilakukan dengan cara melakukannya secara

berulang-ulang dan membiasakan melalui praktek langsung dalam

kehidupan sehari-hari.

Selain faktor pendukung yang disebutkan diatas, terdapat pula

faktor penghambat dalam penanaman pendidikan karakter disiplin.

Faktor ini dapat terjadi dikarenakan banyak hal misalnya ketidaktahuan,

ketidakmauan, maupun ketidakmampuan masing-masing pihak yang

turut andil dalam hal ini. Faktor- faktor tersebut (Tuu, 2004: 53) antara

lain, yaitu:

1) Disiplin sekolah yang kurang terencana dan matang.

2) Perencaan baik, tapi implementasinya kurang baik dan kurang

diawasi oleh kepala sekolah.

3) Penerapan kebijakan yang tidak konsisten dan tidak konsekuen.

4) Kebijakan kepala sekolah belum memprioritaskan peningkatan

dan pemantapan disiplin sekolah.

5) Kurang kerjasama dan dukungan guru-guru dalam perencanaan

dan implementasi disiplin di sekolah.

6) Kurangnya partisipasi orangtua dalam menangani disiplin

sekolah, khususnya siswa yang bermasalah.

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

43

7) Siswa di sekolah tersebut banyak yang berasal dari siswa yang

bermasalah dalam disiplin diri.

i. Pelaksanaan Disiplin

Disiplin bukan hanya sekedar teori, namun juga memerlukan

pengamalan nyata berupa sikap dan tindakan dalam setiap aktivitas

kehidupan sehari-hari. Menurut Atheva (Elly, 2016:47) orang yang

disiplin mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Selalu menaati peraturan atau tata tertib yang ada; 2. Selalu melaksanakan tugas dan kewajiban yang diterima dengan

tepat waktu; 3. Kehidupannya tertib dan teratur; 4. Tidak mengulur-ulur waktu dan menunda pekerjaan.

Pelaksanaan disiplin berkaitan erat dengan perilaku peserta

didik. Peserta didik yang melaksanakan disiplin dengan baik dapat

dilihat atau diamati dari perilakunya di sekolah. Adapun perilaku

peserta didik yang mencerminkan perilaku disiplin menurut

Sulistyowati (Elly, 2016:48), antara lain yaitu:

1. Disiplin dalam mencapai jadwal belajar; 2. Disiplin dalam menguasai semua godaan untuk menunda waktu

belajar; 3. Disiplin terhadap diri sendiri untuk dapat menumbuhkan

semangat belajar; 4. Disiplin dalam menjaga kondisi fisik agar tetap sehat dan fit.

j. Pelanggaran Disiplin

Penerapan disiplin di sekolah tak selalu berjalan dengan mulus.

Meskipun sudah diupayakan dengan semaksimal mungkin, namun pada

kenyataannya pelanggaran masih saja terjadi. Pelanggaran tersebut

dapat muncul karena beberapa alasan. Rachman (Tuu, 2004: 53-54)

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

44

membagi ke dalam tiga kelompok mengenai penyebab munculnya

pelanggaran disiplin di sekolah, antara lain yaitu pelanggaran disiplin

yang timbul oleh guru, pelanggaran disiplin yang timbul oleh peserta

didik, serta pelanggaran disiplin yang timbul oleh lingkungan.

1. Pelanggaran disiplin yang timbul oleh guru, antara lain: a) Aktivitas yang kurang tepat; b) Kata-kata guru yang menyindir/ menyakitkan; c) Kata-kata guru yang tidak sesuai dengan perbuatannya; d) Rasa ingin ditakuti dan disegani; e) Kurang dapat mengendalikan diri; f) Suka mempergunjingkan peserta didiknya; g) Kelas membosankan karena guru tidak menggunakan metode

yang bervariatif dalam pembelajaran; h) Gagal menjelaskan pelajaran dengan menarik perhatian

peserta didik; i) Memberi tugas terlalu banyak dan berat; j) Kurang tegas dan kurang berwibawa sehingga tidak mampu

menguasai kelas. 2. Pelanggaran disiplin yang ditimbulkan oleh peserta didik, antara

lain: a) Peserta didik suka berbuat aneh untuk menarik perhatian; b) Peserta didik yang berasal dari keluarga yang kurang/ tidak

harmonis; c) Peserta didik kurang istirahat dirumah sehingga mengantuk di

sekolah; d) Peserta didik kurang membaca dan belajar serta tidak

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru; e) Peserta didik pasif, potensi rendah, lalu datang ke sekolah

tanpa potensi diri; f) Peserta didik yang suka melanggar tata tertib sekolah; g) Peserta didik yang pesimis atau putus asa terhadap keadaan

lingkungan dan prestasinya; h) Peserta didik datang ke sekolah karena terpaksa; i) Hubungan antar peserta didik kurang harmonis, adanya klik

antara kelompok (mengelompok); j) Adanya kelompok-kelompok eksklusif di sekolah.

k. Pelanggaran disiplin yang timbul oleh lingkungan, antara lain: a) Kelas yang membosankan; b) Perasaan kecewa karena sekolah bertindak kurang adil dalam

penerapan disiplin dan hukuman; c) Perencanaan dan implementasi disiplin yang kurang baik;

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

45

d) Keluarga yang sibuk dan kurang memperhatikan anak- anaknya, serta banyak problem;

e) Keluarga yang kurang mendukung penerapan disiplin sekolah;

f) Lingkungan sekolah dekat dengan keramaian; g) Managemen sekolah yang kurang baik; h) Lingkungan bergaul peserta didik yang kurang baik

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan membuktikan bahwa topikini menarik untuk

dijadikan penelitian. Penelitian relevan yang dijadikan referensi tidak

memiliki kesamaan secara menyeluruh, sehingga dapat menambah

pembahasan mengenai pendidikan karakter disiplin di sekolah dasar.

Penelitian yang relevan dilakukan oleh:

1. Anne gregory, Rusell J. Skiba dan Pedro A. Noguera (2010) dalam

penelitiannya yang berjudul “The Achievement Gap and the Discipline

Gap: Two Sides of the Same Coin”. Hasil penelitiannya adalah bahwa

kesenjangan prestasi dan kesenjangan kedisiplinan merupakan dua hal

yang saling berhubungan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

kesenjangan prestasi dan kesenjangan kedisiplinan merupakan dua hal

yang saling berhubungan. Kesenjangan sosial masih terjadi di Amerika,

dialami siswa sekolah antara kulit hitam dengan kulit putih.

Kesenjangan ini biasa disebut dengan kesenjangan ras atau etnis. Hal

ini menyebababkan adanya kesenjangan disiplin yang harus segera

diatasi agar peristiwa yang serupa tidak terjadi lagi.

2. Wirantasa, Umar (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Kedisiplinan Terhadap Prestasi Belajar Matematika”. Hasil penelitian

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

46

menunjukan bahwa ada hubungan yang sangat besar antara kedisiplinan

siswa terhadap prestasi belajar matematika yaitu sebesar 0,8742.

Angka ini termasuk dalam kategori korelasi yang sangat kuat, sehingga

dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif yang sangat kuat

antara kedisiplinan siswa dengan nilai koefisien determinasi sebesar

76,42%. Artinya variabel disiplin siswa memberikan kontribusi sebesar

76,42% terhadap prestasi belajar matematika. Semakin disiplin siswa,

maka semakin tinggi pula nilai matematika yang diperoleh.

3. James K, Luiselli; dkk (2005) dalam penelitiannya yang berjudul

“Whole-School Positive Behaviour Support: Effects on Student

Discipline Problems and Academic Performance”. Hasil dari penelitian

tersebut adalah bahwa siswa sekolah dasar masih mengalami masalah

dalam hal kedisiplinan. Banyak siswa yang berperilaku tidak disiplin di

sekolah, terutama sekolah yang berada di lingkungan perkotaan.

Pelanggaran disiplin tersebut misalnya dengan mengganggu di dalam

kelas, perusakan, penindasan, dan lain sebagainya. Masalah ini harus

segera diatasi karena sangat mempengaruhi hasil akademik siswa.

4. Ningsih, Bekti Marga dan Widiharto, C. A. (2014) dalam penelitiannya

yang berjudul “Peningkatan Disiplin Siswa dengan Layanan Informasi

Media Film”. Penelitian ini memandang bahwa penurunan kedisiplinan

siswa merupakan sesuatu yang harus segera ditangi dan ditingkatkan.

Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan kedisiplinan siswa

dengan menggunakan Layanan Informasi Media Film. Kedisiplinan

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019

47

siswa meningkat dalam data uji-t sebesar 9,4896% dengan t-tabel

sebesar 2,045 sehingga t-hitung ≥ t-tabel. Kesimpulannya adalah bahwa

media tersebut terbukti efektif dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.

C. Kerangka Pikir

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penanaman pendidikan

karakter disiplin di SD N 1 Karanggayam terkait pelaksanaannya, serta

tantangan guru dalam menanamkan karakter disiplin. Hal ini dikarenakan

dalam pelaksanaan penanaman karakter disiplin pada peserta didik masih

terdapat faktor yang mempengaruhi terkait dalam penanaman pendidikan

karakter disiplin pada peserta didik. kerangka berpikir dalam penelitian dapat

dirumuskan dengan bagan dibawah ini

. Karakter disiplin

peserta didik di SD N 1 Karanggayam sudah

cukup baik

Penerapan disiplin di

sekolah

Peran guru dan kepala sekolah sebagai ujung

tombak dalam menanamkan

pendidikan karakter

Dilakukan penelitian kualitatif untuk

mendeskripsikan penanaman pendidikan

karakter disiplin di SD N 1 Karanggayam

Siswa berkarakter disiplin

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Analisis Penanaman Pendidikan …, Niklah Nurohmah, FKIP UMP, 2019