BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Hasil Belajarrepository.unwira.ac.id/4985/4/2.pdfBeberapa ahli...

35
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Hasil Belajar Dalam proses pendidikan yang dilakukan disekolah, belajar merupakan kegiatan pokok siswa untuk menguasai bahan atau materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Tingkatan usaha belajar itu dapat dilihat dan dinilai melalui hasil belajar siswa. Berikut ini akan diuraikan tentang belajar dan hasil belajar. a. Belajar 1. Pengertian belajar Belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Suyono dan Harianto, 2017:9). Beberapa ahli psikologi (Suyono dan Harianto, 2017:11-12) memberi defenisi dan batasan yang berbeda- beda, akibatnya terdapat keragaman didalam menjelaskan dan mendefenisikan makna belajar. a) Witherington(1952) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. b) Crow and Crow(1958), belajar merupakan diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Hasil Belajarrepository.unwira.ac.id/4985/4/2.pdfBeberapa ahli...

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Hasil Belajar

Dalam proses pendidikan yang dilakukan disekolah, belajar

merupakan kegiatan pokok siswa untuk menguasai bahan atau

materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Tingkatan usaha belajar

itu dapat dilihat dan dinilai melalui hasil belajar siswa. Berikut ini

akan diuraikan tentang belajar dan hasil belajar.

a. Belajar

1. Pengertian belajar

Belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk

memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,

memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan

kepribadian (Suyono dan Harianto, 2017:9).

Beberapa ahli psikologi (Suyono dan Harianto,

2017:11-12) memberi defenisi dan batasan yang berbeda-

beda, akibatnya terdapat keragaman didalam menjelaskan

dan mendefenisikan makna belajar.

a) Witherington(1952) menyatakan bahwa belajar

merupakan perubahan dalam kepribadian, yang

dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru

yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,

pengetahuan dan kecakapan.

b) Crow and Crow(1958), belajar merupakan diperolehnya

kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.

13

Belajar dikatakan berhasil jika seseorang mampu

mengulang kembali materi yang telah dipelajarinya

sehingga belajar semacam ini disebut dengan rote

learning, belajar hafalan, belajar melalui ingatan, by

heart,diluar kepala tanpa mempedulikan makna. Rote

learning merupakan lawan dari meaningful learning,

pembelajaran bermakna.

c) Hilgard(1962), belajar adalah suatu proses dimana

suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya

respon terhadap suatu situasi. Selanjutnya bersama-

sama dengan Marquis, Hilgard memperbaharui

defenisinya dengan menyatakan bahwa belajar

merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri

seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan lain-lain

sehingga terjadi perubahan dalam diri.

d) Gage(1984) mendefenisikan belajar adalah suatu proses

dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai

akibat dari pengalaman.

e) Gagne(1977) menyatakan bahwa belajar adalah sebuah

proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan

kecendrungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai

dan perubahan kemampuannya yaitu peningkatan

kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja.

f) Divesta dan Thomson(1970) dalam sukmadinata

(2004:156) menyatakan bahwa belajar adalah

14

perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai

hasil dari pengalaman.

2. Tujuan belajar

Berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Bloom

dalam Suhana (2014:19-21) yaitu:

a. Indikator aspek kognitif mencakup;

1) Ingatan atau pengetahuan

2) Pemahaman

3) Penerapan

4) Analisis

5) Sintesis

6) Penilaian

b. Indikator aspek afektif mencakup;

1) Penerimaan

2) Penanggapan

3) Penghargaan

4) Pengorganisasian

5) Pengkarakterisasian

c. Indikator aspek psikomotor mencakup;

1) Persepsi

2) Kesiapan

3) Respon terbimbing

4) Mekanisme

5) Respon nyata kompleks

6) Penyesuaian

15

7) Penciptaan

3. Prinsip belajar

Menurut Sukmadinata dalam Suyono (2017:128-

129) menyampaikan prinsip umum belajar sebagai berikut;

a) Belajar merupakan bagian dari perkembangan.

Dalam perkembangan dituntut untuk

belajar,sedangkan melalui belajar terjadi perkembangan

individu yang pesat.

b) Belajar berlangsung seumur hidup.

Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran

sepanjang hayat.

c) Belajar mencakup semua aspek kehidupan.

Oleh karena itu, belajar harus mengembangkan

aspek kognitif, afektif dan psikomotor dan

keterampilan hidup.

d) Kegiatan belajar berlangsung disembarang tempat dan

waktu.

Berlangsung disekolah (kelas dan halaman

sekolah), dirumah, dimasyarakat, ditempat rekreasi, dan

sebagainya.

e) Belajar berlangsung baik dengan guru maupun tanpa

guru.

Berlangsung dalam situasi formal, informal, dan

nonformal.

16

f) Pembuatan belajar bervariasi dari yang paling

sederhana sampai dengan yang amat kompleks.

g) Dalam hal tertentu, belajar memerlukan adanya bantuan

dan bimbingan dari orang lain. Orang lain itu dapat

berupa guru, orangtua, teman sebaya yang kompeten

dan lainnya.

Dari beberapa defenisi yang telah dikemukan di atas

maka peneliti berkesimpulan bahwa belajar itu adalah salah

satu kegiatan atau aktivitas manusia yang merupakan proses

usaha yang aktif untuk memperoleh perubahan tingkah laku

yang baru, baik melalui berbagai pengalaman maupun

kegiatan aktivitas yang terarah.

b. Hasil belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil

belajar siswa. Hasil belajar merupakan kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa

memperoeh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai

peranan penting dalam proses pembelajaran. Tujuan utama

yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran adalah

hasil belajar. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui

sebatas mana siswa dapat memahami dan mengerti materi

tersebut (Dwi Feni, 2017).

2. Ciri-ciri hasil belajar

17

Ciri-ciri hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah

laku dalam diri individu. Artinya, seseorang yang telah

mengalami proses belajar itu akan berubah tingkah lakunya.

Tetapi tidak semua perubahan tingkah laku adalah hasil

belajar. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan

proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuan,

keterampilannya telah bertambah, ia lebih percaya

terhadap dirinya, dan sebagainya.

b. Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan),

perubahan tingkah laku sebagai hasil pembelajaran akan

berkesinambungan, artinya suatu perubahan yang telah

terjadi menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku

yang lain.

c. Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan

yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran

memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan.

d. Perubahan yang bersifat positif, artinya terjadi adanya

pertambahan perubahan dalam individu.

e. Perubahan yang diperoleh itu senantiasa bertambah

sehingga berbeda dengan keadaan sebelumnya. Orang

yang telah belajar akan merasakan ada sesuatu yang lebih

banyak, sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih luas

dalam dirinya.

18

f. Perubahan yang bersifat permanen, artinya perubahan

yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara

kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya untuk masa

tertentu.

g. Perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan

itu terjadi karena ada sesuatu yang akan dicapai.

3. Indikator hasil belajar

Kriteria hasil belajar meliputi:

a. Kriteria dari sudut pandang prosesnya

Kriteria dari sudut pandang prosesnya menenkankan kepada

pengajaran sebagai suatu proses yang merupakan interaksi

dinamis sehingga peserta didik sebagai subjek mampu

mengembangkan potensi melalui belajar sendiri.

b. Kriteria ditinjau dari hasilnya

Disamping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran

dapat dilihat dari segi hasil yang diperoleh.

4. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Hasil Belajar

a) Faktor Internal (diri pelajar)

1. Fisik yang sehat

2. Kemampuan intelektual diatas rata-rata

3. Mental yang sehat, dll

b) Faktor Eksternal (diluar diri pelajar)

1. Suasana yang tenang

2. Penerangan yang cukup

3. Fasilitas dan sarana belajar yang memadai

19

4. Makanan yng bergizi, dll

Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar sebagai

hasil interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar

seseorang tergantung kepada apa yang telah diketahui pembelajar

seperti konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi

interaksi dengan bahan yang dipelajari.

B. Sikap Ilmiah

Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu sains yang

ditemukan melalui kerja, proses dan sikap ilmiah menggunakan

metode-metode ilmiah. Kegiatan pembelajaran dikelas harusnya

dilakukan sebagaimana konsep-konsep kimia ditemukan. Hal

tersebut akan membuat kimia dapat disampaikan kepada siswa

dengan lebih nyata sehingga meningkatkan sikap ilmiah (Pambudi

Teguh dkk, 2016:79).

a. Pengertian

Sikap menurut Winkel (Hendracipta, 2016:111)

merupakan suatu kecendrungan untuk menerima atau menolak

suatu objek tersebut sebagai objek yang berharga atau baik dan

objek yang tidak berharga atau tidak baik

Kemudian smith (Hendracipta, 2016:111) memberikan

definisi bahwa sikap merupakan perpaduan dari kepercayaan

seseorang terhadap obyek, dengan kata lain sikap merupakan

kecenderungan umum untuk merespon secara konsisten yang

terpola pada pemikiran, perasaan, dan kecenderungan. Jadi

dalam hal ini sikap berhubungan dengan perasaan seseorang

20

terhadap obyek tertentu yang disertai dengan kecenderungan

untuk bertindak sesuai dengan obyek tersebut.Jadi, dalam hal

ini sikap berhubungan dengan perasaan seseorang terhadap

objek tertentu yang disertai kecenderungan untuk bertindak

sesuai dengan objek tersebut.

Sikap ilmiah itu sendiri adalah sikap tertentu yang

diambil dan dikembangkan oleh seseorang untuk mencapai

hasil yang diharapkan (Iskandar (Hendracipta,

2016:111)).Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada

diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi

persoalan-persoalan ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan

dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam diskusi,

seminar, loka karya dan penulisan karya ilmiah.

b. Macam-macam sikap ilmiah

Menurut Hendracipta (2016:111-112) macam-macam

sikap ilmiah meliputi:

1) Sikap ingin tahu

Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan

bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan

bidang kajiannya. Misalnya, mengapa demikian?

Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya?

2) Sikap kritis

Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari

informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang

kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-

21

kekurangannya, kecocok-tidaknya, kebenaran-tidaknya,

dan sebagainya.

3) Sikap terbuka

Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau

mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik dan

keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat,

argumentasi, kritik dan keterangan orang lain tidak

diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.

4) Sikap objektif

Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan

menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.

5) Sikap menghargai karya orang lain

Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada

kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya

pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang

berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.

6) Sikap berani

Sikap ini menampak pada ketegaran membela

fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan

walaupun bertentangan atau tidak, sesuai dengan teori.

C. Kemampuan Analisis

1) Pengertian kemampuan analisis

Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia pernah

mengalami masalah. Begitu pula siswa tidak pernah luput dari

22

masalah yang dihadapinya dalam belajar. Masalah yang

dimaksud disini adalah suatu kendala atau persoalan siswa yang

mempelajari materi yang harus dipecahkan dengan

mengembangkan kemampuan berpikir analitis. Analisis adalah

kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu

bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan

mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau

faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Dalam hal

ini dapat dicontohkan peserta didik merenung dan memikirkan

dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang

siswa dirumah, disekolah dan dalam kehidupan sehari-hari

ditengah-tengah masyarakat (Yuniarti, 2015:23-24).

Kemampuan Analisis merupakan kemampuan siswa

dalam menguraikan, memisahkan, dan mengaitkan suatu hal

kedalam bagian-bagiannya (Uno dalam Arifuddin,dkk

(2017:88). Kemampuan analisis mengacu kepada kemampuan

menguraikan materi kedalam komponen-komponen atau faktor

penyebabnya, dan mampu memahami hubungan diantara bagian

yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya

dapat lebih dimengerti (Arifuddin,dkk, 2017:88).

2) Indicator Kemampuan Analisis.

Untuk mengukur kemampuan analisis siswa diperlukan

indikator sebagai acuannya. Menurut Krathwohl (Handoyo dkk,

2017:3)

23

a. Menganalisis pernyataan-pernyataan dan memberikan

contoh yang dapat mendukung atau bertolak belakang.

b. Membuat dan mengevaluasi kesimpulan umum berdasarkan

atas penyelidikan dan penelitian.

c. Meramalkan kesimpulan atau putusan dari informasi yang

sesuai.

D. Pendekatan Discovery Learning

a. Pengertian

Ada yang menyebutnya sebagai belajar inkuiri yaitu

suatu kegiatan belajar yang mengemukakan aktivitas siswa.

Inkuiri menekankan kepada proses mencarinya, sedangkan

diskaveri (menemukan) menekankan kepada penemuannya.

Siswa yang melakukan kegiatan pencarian, apalagi yang

sistematis dan teratur, kemungkinan besar akan akan

menemukan sesuatu, sedangkan penemuan pada hakikatnya

adalah suatu hasil dari proses pencarian (Suyono, 2017:136).

Dalam pendekatan ini, bentuk bahan ajar tidak dijadikan

sebagai bahan jadi, tetapi dapat berupa bahan setengah jadi

bahkan bahan seperempat jadi. Bahan pembelajaran dinyatakan

sebagai rangkaian pertanyaan terstruktur yang harus dijawab

oleh siswa. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, siswa

nantinya tidak saja mendapatkan pemahaman menyeluruh

terhadap suatu objek kajian, tetapi pemahamannya juga

dikembangkan secara bertingkat, sampai kemudian ia

menemukan sesuatu. Dalam pembelajaran penemuan ada

24

sejumlah alternatif jawaban dengan nuansa perbedaan yang

tipis, dalam hal ini tingkat kedewasaan atau kematangan struktur

kognitif siswa yang akan mampu membedakan (Suyono,

2017:136-137).

b. Macam-macam Discovery Learning

Ada tiga pendekatan Discovery Learning menurut Suhana

(2014:44) yaitu:

1. Discovery terpimpin, yaitu pelaksanaan discovery dilakukan

atas petunjuk dari guru. Dimulai dari pertanyaan inti, guru

mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan

tujuan untuk mengarahkan siswa ke titik kesimpulan yang

diharapkan. Selanjutnya siswa melakukan percobaan untuk

mebuktikan pendapat yang dikemukakannya.

2. Discovery bebas, yaitu siswa melakukan penyelidikan bebas

sebagaimana seorang ilmuan, antara lain masalah

dirumuskan sendiri, penyelidikan dilakukan sendiri dan

kesimpulan diperoleh senddiri.

3. Discovery bebas yang termodifikasi, yaitu masalah diajukan

guru didasarkan teori yang sudah dipahami siswa, untuk

melakukan penyelidikan dalam rangka membuktikan

kebenarannya.

c. Fungsi Discovery Learning

Ada tiga fungsi Discovery Learning menurut Suhana

(2014:45)yaitu:

25

1. Membangun komitmen dikalangan siswa untuk belajar,

yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan

loyalitas terhadap menemukan sesuatu dalam proses

pembelajaran.

2. Membnagun sikap aktif, kreatif, inovatif dalam proses

pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.

3. Membangun sikap percaya diri dan terbuka terhadap hasil

temuannya.

d. Fakta Empirik Keberhasilan

Kelebihan dan kekurangan pada pendekatan Discovery

Learning (Suhana, 2014:45-46) dapat dijelaskan sebagai berikut;

1. Keuntungan Pembelajaran discovery learning

a) Membantu peserta didik untuk mengembangkan,

kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses

kogniif.

b) Membantu siswa untuk memperbaiki dan

meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-

proses kognitif.

c) Peserta didik memperoleh pengetahuan secara

individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap

dalam pikirannya.

d) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat

pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian,

ingatan, dan transfer.

26

e) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar

peserta didikuntuk ebih giat lagi.

f) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk

memecahkan masalah.

g) Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri

sendiri dengan proses menemukan sendiri, karena

pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran

guru yang sangat terbatas.

2. Kelemahan pendekatan discovery learning

a) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan

masalah.

b) Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental.

Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui

keadaan sekitarnya dengan baik.

c) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam

percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami

kesulitan.

d) Guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan PMB gaya

lama, maka model discovery akan mengecewakan.

e) Ketika topic yang diberikan kepada masing-masing

kelompok berbeda dikhawatirkan peserta didik tidak

bisa memahami topic secara keseluruhan.

f) Ada kritik, bahwa proses dalam model discovery terlalu

memetingkan proses pengertian saja, kurang

27

memerhatikan perkembangan sikap dan keterampilan

bagi siswa.

g) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan

cara ini.

Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran penemuan di

atas seorang pendidik harus dapat mengatasi dengan cara

memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah,

menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga

instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses

pembelajaran. Pendekatan discovery learning ini akan efektif jika

terjadi hal-hal berikut:

a) Proses belajar dibuat secara terstruktur

b) Siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan awal untuk

belajar

c) Guru memberikan dukungan yang dibutuhkan siswa untuk

melakukan penyelidikan

e. Langkah-langkah Operasional

Langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner dalam Suyono

(2017:91)

1. Langkah persiapan pendekatan discovery learning:

a) Menentukan tujuan pembelajaran

b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa

c) Memilih materi pelajaran

d) Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa

secara induktif

28

e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa

contoh-contoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk

dipelajari siswa

f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke

kompleks, dari yang konkret ke abstrak

g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

2. Prosedur aplikasi pendekatan discovery learning:

a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsang)

Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu

yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan

untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan

untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai dengan

mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan

belajar lainnya yang mengarah pada persiapan

pemecahan masalah.

b) Problem statemen (pernyataan/identifikasi masalah)

Guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan

dengan bahan ajar pelajaran, kemudian salah satunya

dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

c) Datta collectuion (pengumpulan data)

Tahap ini siswa diberi kesempatan untuk

berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,

mengamati objek, wawancara, melakukan uji coba

29

sendiri untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan

benar tidaknya hipotesis.

d) Datta processing (pengolahan data)

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah

data dan informasi yang telah diperoleh siswa melalui

wawancara, observasi dan sebagainya. Tahap ini

berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi,

sehingga siswa akan mendapatkan pengetahuan baru dari

alternatif jawaban yang perlu mendapat pembuktian

secara logis.

e) Verification (pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan

secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya

hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif

dan dihubungkan dengan hasil pengolahan data.

f) Generalization (menarik kesimpulan)

Tahap ini adalah proses menarik sebuah

kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan

berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,

dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Secara umum, tahapan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan discovery learning dapat di

gambarkan sebagai berikut:

Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar,

motivasi, dan memberikan penjelasan singkat.

30

Kelompok mengorganisasikan dan menganalisis data serta

membuat hasil percobaan atau pengamatan.

Kelompok memaparkan hasil percobaan dan mengemukakan

konsep yang ditemukan.Guru membimbing siswa dalam

mengkontruksi konsep berdasarkan hasil investigasi.

Guru mengajukan permasalahan atau pertanyaan yang terkait

dengan topik yang dikaji.

Kelompok merumuskan hipotesis dan merancang percobaan

atau mempelajari tahapan percobaan yang dipaparkan oleh

guru, LKS, atau buku. Guru membimbing dalam perumusan

hipotesis dan merencanakan percobaan.

Kelompok melakukan percobaan atau pengamatan untuk

mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis.

Guru memfasilitasi kelompok dalam melaksanakan percobaan.

31

Gambar 1. Diagram Langkah-langkah Pelaksanaan

Pembelajaran discovery learning

E. KOMPETENSI GURU

Rahman,dkk (2014:65-66) mengemukakan bahwa

Kompetensi didefenisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan

nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan

bertindak. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk

penguasaan pengetahuan dan perbuatan secara profesional dalam

menjalankan fungsi sebagai guru.

Karakterisrik kompetensi guru menurut Direktorat Tenaga

Teknis dan Pendidikan Guru, yaitu:

1. Memiliki kepribadian sebagai guru.

2. Menguasai landasan kependidikan.

3. Menguasai bahan pelajaran.

4. Menyusun program pengajaran.

5. Melaksanakan proses belajar-mengajar.

6. Melaksanakan proses penilaian pendidikan.

7. Melaksanakan bimbingan.

8. Melaksanakan administrasi sekolah.

9. Menjalin kerja sama dan interaksi dengan guru sejawat dan

masyarakat.

10. Melaksanakan penelitian sederhana.

Pada UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 terdapat

komponen-komponen kompetensi guru sebagai berikut:

1. Kompetensi Pedagogik

32

Contohnya: Kompetensi melaksanakan proses belajar-

mengajar.

2. Kompetensi Profesional

Contohnya: Mampu menggunakan media dan sumber

pengajaran.

3. Kompetensi Pribadi

Contohnya: Penampilan sikap yang positif terhadap

keseluruhan tugasnya sebagi guru dan terhadap keseluruhan

situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya.

4. Kompetensi Sosial

Contohnya: Mampu berbuat kreatif dengan penuh perhitungan.

Peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran

discovery learning sebagai berikut:

a. Peran Guru

1. Merencanakan dan mendesain pembelajaran.

2. Membuat strategi pembelajaran.

3. Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru

dan siswa.

4. Mencari keunikan siswa.

5. Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam

penilaian.

6. Membuat potofolio pekerjaan siswa.

b. Peran Peserta Didik

1. Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir.

2. Melakukan riset sederhana.

33

3. Mempelajari ide dan konsep baru.

4. Belajar mengatur waktu dengan baik.

5. Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok.

6. Mengaplikasikan hasil belajar lewat tindakan.

7. Melakukan interaksi social (wawancara, survey, observasi,

dll).

F. Materi

Salah satu materi IPA di SMA yaitu kimia. Kimia merupakan

bagian dari ilmu sains yang ditemukan melalui kerja, proses dan

sikap ilmiah menggunakan metode-metode ilmiah. Kegiatan

pembelajran dikelas harusnya dilakukan sebagaimana konsep-

konsep kimia ditemukan. Hal tersebut akan membuat kimia dapat

disampaikan kepada siswa dengan lebih nyata sehingga

meningkatkan kemampuan berpikir, kemampuan analisis, sikap

ilmiah dan keterampilan ilmiah (Pambudi, 2016:79).

Salah satu mata pelajaran kimia yang erat hubungannya

dengan kehidupan sehari-hari adalah larutan elektrolit dan

nonelektrolit. Penghantar listrik yang sering dipakai dalam

kehidupan sehari-hari adalah logam, seperti besi dan tembaga.

Namun, larutan juga dapat menghantarkan arus listrik. Salah satu

contoh larutan elektrolit dan nonelektrolit yang dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari adalah air aki.

Berikut ini adalah uraian singkat tentang materi yang akan

dipelajari siswa selama kegiatan pembelajaran.

a. Gejala Hantaran Arus Listrik

34

Arus listrik timbul karena adanya aliran elektron, yaitu

suatu partikel bermuatan negatif. Elektron-elektron ini

mengalir melalui suatu bahan yang disebut konduktor, seperti

besi dan kawat tembaga. Bahan konduktor seperti logam,

bersifat menghantarkan arus listrik sehingga dapat menyalakan

bola lampu. Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik

memberikan gejala berupa nyala lampu pada alat uji atau

timbulnya gelembung gas pada larutan.

b. Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

1. Larutan Elektrolit

Menurut pakar kimia dari swedia, Svante August

Arrhenius (1859-1927), karena larutan mengandung ion-ion

yang bergerak bebas, maka larutan dapat menghantarkan

arus listrik yang disebut dengan larutan elektrolit. Zat

elektrolit adalah zat yang dalam larutan air dapat

menghantarkan arus listrik. Jika larutan ini dihubungkan

dengan lampu melalui kawat penghantar, maka lampu akan

menyala. Timbulnya nyala lampu menunjukan adanya

aliran arus listrik yang dibawa oleh ion-ion dalam larutan

dan dipindahkan melalui kawat penghantar yang

menghubungkan larutan dengan lampu.

Contoh: Reaksi zat elektrolit yang dimasukan ke dalam air

NaCl(aq) Na+

(aq) + Cl-(aq)

2. Larutan Nonelektrolit

35

Apa yang terjadi jika glukosa (C6H12O6) dilarutkan

dalam air? Molekul glukosa mempunyai 1 gugus aldehid (-

CHO), dan 5 gugus hidroksil (-OH). Gugus-gugus ini

merupakan gugus polar(bermuatan listrik parsial) yang

dapat berikatan dengan molekul-molekul polar seperti air

sehingga mudah larut dalam air. Namun demikian, glukosa

tidak terdisosiasi menjadi ion-ion dalam air, tetapi terurai

menjadi molekul-molekul netral. Karena glukosa tidak

terdisosiasi, maka glukosa memiliki derajat disosiasi sama

dengan nol. Oleh karena itu, larutan gukosa tidak

menghantarkan arus listrik. Jadi, larutan yang tidak dapat

menghantar arus listrik disebut larutan nonelektrolit.

Sama halnya dengan glukosa, semua zat yang tidak

terdisosiasi atau terionisasi dalam air memiliki derajat

disosiasi nol dan larutannya bersifat nonelektrolit. Larutan

yang demikian tidak menimbulkan nyala lampu bila

dihubungkan dengan lampu melalui rangkaian arus listrik

dari suatu sumber istrik. Selain itu, dalam larutan juga tidak

muncul gelembung-gelembung gas karena tidak ada

partikel yang berubah ketika dialiri arus listrik. Andaikan

ada gelembung-gelembung gas, gas-gas ini adalah gas H2

dan gas O2 dari elektrolisis air.

Zat nonelektrolit jika dilarutkan di dalam air tidak

akan diuraikan menjadi ion-ion, tetapi tetap berbentuk

molekul-molekul yang tidak bermuatan. Hal inilah yang

36

menyebabkan larutan nonelektrolit tidak dapat

menghantarkan arus listrik.

c. Daya Hantar Listrik

Berdasarkan kekuatan atau besar-kecilnya daya

hantarnya, larutan elektrolit dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Elektrolit Kuat

Elektrolit kuat adalah elektrolit yang dapat

menghasilkan larutan dengan daya hantar listrik yang

baik. Senyawa-senyawa yang tergolong elektrolit kuat

antara lain NaCl, HCl, dan H2SO4 karena dapat terurai

sempurna dalam pelarut air membentuk banyak ion.

Dengan demikian, larutannya mempunyai daya hantar

listrik yang baik.

b) Elektrolit Lemah

Elektrolit lemah adalah elektrolit yang dapat

menghasilkan larutan dengan daya hantar listrik yang

buruk. Senyawa-senyawa yang tergolong elektrolit

lemah antara lain CH3COOH dan NH3 hanya terurai

sebagian kecil dalam pelarut air membentuk sedikit ion.

Dengan demikian, larutannya mempunyai daya hantar

listrik yang buruk. Sehingga senyawa ini tergolong

elektrolit lemah. Secara kuantitatif, kuat atau lemahnya

suatu larutan elektrolit dapat dinyatakan dengan derajat

ionisasi ().

37

=dilarutkanyangzatmoljumlah

iterionisasyangzatmolJumlah

Untuk larutan elektrolit kuat: = 1 atau mendekati 1.

Untuk larutan elektrolit lemah: 0 < < 1.

Untuk larutan nonelektrolit: = 0.

Tabel 2.1 Sifat senyawa berdasarkan daya hantar

listriknya.

No Elektrolit Non-

elektrolit Elektrolit kuat Elektrolit lemah

1 Dalam air,terionisasi

sempurna ( = 1).

Dalam air, terionisasi

sebagian (0 < < 1).

Dalam air,

tidak

terionisasi (

= 0).

2 Dalam laruan, tidak

terdapat molekul zat

terlarut.

Dalam laruan, masih

terdapat molekul zat

terlarut.

Dalam

laruan, hanya

terdapat

molekul zat

terlarut.

3 Ion dalam larutan

banyak.

Ion dalam larutan

sedikit.

Tidak ada ion

bebas dlam

larutan.

4 Mempunyai daya hantar

listrik kuat.

Mempunyai daya

hantar lisrik lemah.

Tidak

mampu

menghantark

an listrik.

5 Adanya gelembung gas

yang banyak atau nyala

lampu terang.

Gelembung gas sedikit

atau nyala lampu redup.

Tidak ada

gelembung

gas dan

lampu tidak

menyala.

6 Contoh:

a. Senyawa ion: NaCl,

NaBr, CaCl2, BaCl2

b. Senyawa kovalen

polar:

HCl, HBr, HI,

HNO3, H2SO4

Contoh:

Senyawa kovalen polar:

HNO2, H3PO4, H2SO3,

NH4OH

Contoh:

Larutan gula,

larutan urea,

alkohol.

Peran larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit dalam

kehidupan sehari-hari sangat penting, contohnya:

38

a. Aki

Sel aki terdiri dari anoda Pb dan katoda PbO2 dengan larutan

elektrolit H2SO4. Adanya larutan elektrolit memungkinkan

terjadinya reaksi kimia yang menghasilkan arus listrik untuk

menghidupkan kendaraan.

b. Air Sungai dan Air Tanah

Air sungai dan air tanah mengandung ion-ion sehingga dapat

menghantarkan arus listrik. Sifat ini digunakan untuk

menangkap ikan atau belut di sungai atau di persawahan

dengan cara setrum listrik.

b. Air Suling

Air suling merupakan larutan nonelektrolit, karena

mengandung ion-ion dalam jumlah yang sangat kecil. Air

suling dapat digunakan untuk membuat larutan dalam

percobaan kimia nonelektrolit.

c. Cairan Tubuh

Cairan tubuh mengandung komponen larutan elektrolit.

Komponen larutan elektrolit memungkinkan terjadinya daya

hantar listrik yang diperlukan untuk kerja impuls. Contohnya

larutan oralit dikonsumsi oleh orang yang kekurangan cairan

tubuh (dehidrasi).

(Kurniawati, 2014:176-179), (TIG, 2015:18-19), (Suwardi dkk,

2009:113).

39

F. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dirujuk berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh:

1. Merta Dhewa Kususma yang berjudul “Pengaruh Sikap Ilmiah

Terhadap Hasil Belajar dan Kemandirian Belajar Melalui

Strategi Scaffolding-Kooperatif Kelas XI IPA SMA Tunas

Harapan Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa:

Siswa yang memiliki sikap ilmiah yang positif terhadap

fisika, akan cenderung lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran

di dalam kelas dan siswa tersebut cenderung memiliki rasa

ingin tahu yang tinggi serta sikap kritis terhadap permasalahan

fisika yang diberikan oleh guru. Besarnya persentase pengaruh

sikap ilmiah terhadap hasil belajar yaitu sebesar 0,46 atau 46%

sedangkan nilai koefisien korelasi (R) adalah sebesar 0,68

yang berarti sikap ilmiah dan hasil belajar memiliki tingkat

hubungan yang kuat.

2. Fatih Istiqomah(2014) dalam skripsinya yang berjudul

‟Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan

Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Siswa Kelas X IPA

SMA Tulung Balak Kabupaten Lampung Timur‟.

Dari hasil penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa

penerapan model discovery learning dapat meningkatkan

motivasi belajar dan hasil belajar tematik pada ranah afektif,

psikomotor, dan kognitif.

40

3. Surya Haryandi,dkk tentang Meningkatkan Kemampuan

Analisis Sintesis Siswa Melalui Penerapan Pengajaran

Langsung Dengan Metode Problem Solving pada Pembelajaran

Fisika Materi Perpindahan Kalor Kelas X SMA Negeri I

Banjarmasin bahwa pengajaran langsung dengan metode

Problem Solving dalam meningkatkan kemampuan analisis

sintesis sangat efektif. Oleh karena pembelajarannya efektif

meningkatkan kemampuan analisis siswa.Hasil temuan siswa

yaitu rata-rata attention (perhatian) siswa sebesar 3,97 dengan

kategori baik. Rata-rata relavace (keterkaitan) siswa sebesar

3,74 dengan kategori baik. Rata-rata confidance (keyakinan)

siswa sebesar 3,86 dengan kategori baik. Rata-rata satisfaction

(kepuasan) siswa sebesar 3,90 dengan kategori baik,sehingga

diperoleh gambaran bahwa secara keseluruhan siswa

memberikan respon positif terhadap pembelajaran.

G. Kerangka Berpikir

Di Sekolah Menengah Atas terdapat beberapa jurusan yang

disiapkan bagi siswa untuk mempelajarinya sesuai minat atau

keinginannya. Salah satu jurusan yang disiapkan adalah jurusan

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan salah satu mata pelajaran yang

akan dipelajari yaitu Kimia.

Mata pelajaran kimia ini merupakan mata pelajaran yang lebih

banyak ditekankan pada pemahaman daripada hafalan. Dalam

mempelajari kimia seorang siswa tidak hanya mempelajari beberapa

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau pun

41

prinsip-prinsipnya saja namun yang terpenting proses penemuan. Adapun

tujuan dari mempelajari pelajaran kimia ini pada dasarnya untuk

menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan serta kemampuan

intelektual (kemampuan berpikir kritis, rasional, kreatif) dan psikomotor

yang dilandasi sikap ilmiah. Dengan adanya sikap ilmiah dan

kemampuan intelektual maka siswa mampu memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari dan juga saat memecahkan masalah yang diberikan

oleh guru.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa

terkhususnya siswa-siswi kelas X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang,

diantaranya adalah sikap ilmiah dan kemampuan analisis. Siswa

dengan sikap ilmiah dan kemampuan analisis yang kurang baik

akan mengalami kesulitan dalam menyikapi permasalahan yang

diberikan. Kurangnya sikap ilmiah pada diri seorang siswa juga

dapat dilihat bagaimana siswa tersebut mengikuti pelajaran dalam

kelas dimana siswa tersebut cenderung tidak memberikan perhatian

atau respon pada pertanyaan yang diberikan oeh guru.

Siswa yang memiliki sikap ilmiah dan kemampuan analisis

yang tinggi akan menyikapi setiap permasalahan dengan baik

dengan berpikir untuk mencari solusi dari setiap permasalahan

tersebut. Jika hal ini dimiliki dan dilakukan secara terus menerus

oleh siswa maka hasil belajar siswa tersebut akan baik. Banyaknya

siswa yang kurang memiliki sikap ilmiah dan kemampuan analisis

terhadap persoalan yang diberikan oleh guru dikarenakan siswa

kurang mampu menunjukkan sikap ilmiah baik saat pelajaran

42

berlangsung maupun pada saat diberikan tugas berkaitan dengan

materi yang akan dipelajari serta mengembangkan kemampuan

analisis dimana siswa menemukan suatu permasalahan dalam hal ini

soal-soal yang tingkatannya menganalisis, siswa cenderung tidak

mengerjakannya, mereka akan bermalas-malasan dan

mengharapkan jawaban dari gurunya tanpa berpikir dahulu.

Untuk itu peran guru sangat penting dalam mengembangkan

sikap ilmiah dan mengaktifkan kemampuan analisis dengan

memberikan pengetahuan yang tujuannya memberikan motivasi

serta menarik siswa sehingga daya tarik siswa untuk mengikuti

pelajaran dalam hal ini untuk meningkatkan sikap ilmiah dan

kemampuan analisis bisa tercapai. Salah satu materi yang akan

dipelajari oleh siswa yaitu larutan elektrolit dan nonelektrolit

dimana banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari seperti aki,

air laut, dll. Oleh karena itu, guru selaku pendidik harus bisa

memilih dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai agar

hasil belajar dari setiap siswa bisa meningkat dan memenuhi standar

kriteria ketuntasan minimal.

Salah satu pendekatan yang cocok dan sesuai dengan

karakteristik materi larutan elektroit dan nonelektrolit adalah

Discovery Learning. Discovery Learning ini merupakan suatu

pendekatan yang penyampaian materinya disajikan secara tidak

lengkap dan menuntut siswa terlibat secara aktif untuk menemukan

sendiri suatu konsep ataupun prinsip yang belum diketahuinya.

Melalui belajar penemuan, siswa dilatih belajar secara mandiri dan

43

mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi. Jadi,

pendekatan discovery learning merupakan pembelajaran yang dapat

mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa secara

seimbang. Hasil yang diharapkan yaitu meningkatkan hasil belajar

siswa dengan indikator yang ditetapkan.

Hal ini juga didukung dengan penelitian yang relevan yang

menyatakan bahwa:

1. Siswa yang memiliki sikap ilmiah yang positif terhadap fisika,

akan cenderung lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran di

dalam kelas dan siswa tersebut cenderung memiliki rasa ingin

tahu yang tinggi serta sikap kritis terhadap permasalahan fisika

yang diberikan oleh guru.

2. Sikap ilmiah dan kemandirian belajar siswa cenderung baik,

hal ini berarti sikap ilmiah juga mempengaruhi kemandirian

belajar siswa.

3. Hasil temuan siswa yaitu rata-rata attention (perhatian) siswa

sebesar 3,97 dengan kategori baik. Rata-rata relavace

(keterkaitan) siswa sebesar 3,74 dengan kategori baik. Rata-

rata confidance (keyakinan) siswa sebesar 3,86 dengan

kategori baik. Rata-rata satisfaction (kepuasan) siswa sebesar

3,90 dengan kategori baik. Sehingga diperoleh gambaran

bahwa secara keseluruhan siswa memberikan respon positif

terhadap pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas maka diharapkan pendekatan

Discovery Learning yang diterapkan oleh guru dapat efektif dalam

44

pembelajaran serta ada hubungan dan pengaruh yang signifikan

antara Sikap Ilmiah dan Kemampuan Analisis Terhadap Hasil

Belajar Kimia pada Materi Pokok larutan elektrolit dan

nonelektrolit Pada pembelajaran pendekatan Discovery Learning

Siswa Kelas X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran

2017/2018.

H. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori diatas, maka hipotesis yang diambil

dalam penelitian ini adalah:

1. Efektifitas pembelajaran dengan menerapkan pendekatan

Discovery Learning pada materi pokok larutan elektrolit dan

nonelektrolit siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang

tahun pelajaran 2017.

Secara spesifik, masalah ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

dengan menerapkan pendekatan Discovery Learning

pada materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit

siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang tahun

pelajaran 2017 tuntas.

b. Ketuntasan indikator dalam pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan Discovery Learning pada materi

pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit siswa kelas X

IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang tahun pelajaran 2017

tuntas.

45

c. Ketuntasan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

dengan menerapkan pendekatan Discovery Learning

pada materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit

siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang tahun

pelajaran 2017 tuntas.

2. Sikap ilmiah siswa dalam mempelajari materi pokok larutan

elektrolit dan nonelektrolit Siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen

1 Kupang tahun pelajaran 2017/2018 dengan criteria .

3. Kemampuan Analisis pada materi pokok larutan elektrolit dan

nonelektrolit Siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang

tahun pelajaran 2017/2018 dengan criteria .

4. a. Ada hubungan antara sikap ilmiah siswa dengan hasil belajar

kimia melalui pendekatan Discovery Learning pada materi

pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit Siswa kelas X IPA 2

SMA Kristen 1 Kupang tahun pelajaran 2017/2018.

b. Ada hubungan antara kemampuan analisis terhadap hasil

belajar kimia melalui pendekatan Discovery Learning pada

materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit Siswa kelas

X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang tahun pelajaran 2017/2018.

c. Ada hubungan antara sikap ilmiah dan kemampuan analisis

siswa terhadap hasil belajar kimia melalui pendekatan

Discovery Learning pada materi pokok larutan elektrolit

dan nonelektrolit Siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen 1

Kupang tahun pelajaran 2017/2018.

46

5. a. Ada pengaruh antara sikap ilmiah terhadap hasil belajar

kimia melalui pendekatan Discovery Learning pada materi

pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit Siswa kelas X IPA 2

SMA Kristen 1 Kupang tahun pelajaran 2017/2018.

b. Ada pengaruh antara kemampuan analisis terhadap hasil

belajar kimia melalui pendekatan Discovery Learning pada

materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit Siswa kelas

X IPA 2 SMA Kristen 1 Kupang tahun pelajaran 2017/2018.

c. Ada pengaruh antara sikap ilmiah dan kemampuan analisis

siswa terhadap hasil belajar kimia melalui pendekatan

Discovery Learning pada materi pokok larutan elektrolit

dan nonelektrolit Siswa kelas X IPA 2 SMA Kristen 1

Kupang tahun pelajaran 2017/2018.