BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Kesehatan dan Promosi …repository.ump.ac.id/6422/3/BAB...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. 1. Pendidikan Kesehatan dan Promosi …repository.ump.ac.id/6422/3/BAB...
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan
a. Konsep Pendidikan Kesehatan
A Joint Committee on Terminologi in Health Education of United
States (1951) (Susilo, 2011: 2), mendefinisikan pendidikan kesehatan adalah
suatu proses penyediaan bahwa pendidikan kesehatan adalah pengalaman
yang bertujuan untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku yang
ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan ataupun kelompok,
selanjutnya menurut A Joint Committee on Terminologi in Health Education
of United States (1951) (Susilo, 2011: 2), pada tahun 1973 definisi
pendidikan kesehatan diubah menjadi suatu proses yang mencakup kegiatan-
kegiatan dari intelektual, psikologi dan social yang diperlukan untuk
meningkatkan kemampuan manusia dalam mengambil keputusan secara
sadar dan yang mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga dan masyarakat.
Notoatmodjo (2003: 16) menjelaskan bahwa pendidikan secara
umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan
apa yang diharapkan oleh perilaku pendidikan, sedangkan pendidikan
kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang
10
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
11
kesehatan. Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan adalah
perilaku kesehatan atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang kondusif.
Notoatmodjo (2011: 111-112), menjelaskan bahwa dilihat dari segi
pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau
praktik pendidikan. Konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan
yang diaplikasikan pada bidang kesehatan. Pendidikan adalah suatu proses
belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan,
perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan
lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Konsep ini
berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam
kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup dalam masyarakat yang
selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih
dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu, dan sebagainya).
Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi dimana saja, kapan saja,
dan oleh siapa saja. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam
dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat
mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu, namun tidak semua
perubahan semacam itu terjadi karena belajar saja, misalnya perkembangan
anak dari tidak dapet berjalan menjadi dapat berjalan. Perubahan ini terjadi
bukan hasil proses belajar, tetapi karena proses kematangan. Dapat
disimpulkan bahwa kegiatan belajar itu mempunyai ciri-ciri: belajar adalah
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
12
kegiatan yang menghasilkan perubahan dalam diri individu, kelompok, atau
masyarakat yang sedang belajar, baik aktual maupun potensial. Ciri kedua
dari hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut didapatkan karena
kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama. Ciri ketiga
adalah bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari bukan karena
kebetulan (Notoatmodjo 2011: 112).
Bertolak dari konsep pendidikan tersebut, maka konsep pendidikan
kesehatan itu juga proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat
dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu
mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu, dan lain
sebagainya. Berangkat dari konsep pendidikan kesehatan, pendidikan
kesehatan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu
individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan
perilaku mereka, untuk mencapai tingkat kesehatannya secara optimal.
b. Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan berkembang dari pendidikan kesehatan. Promosi
kesehatan sebenarnya merupakan revitalisasi atau pembaruan dari
pendidikan kesehatan. Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi
kesehatan, tidak terlepas dari pengalaman empiris, bahwa pendidikan
kesehatan sebelum tahun 1980-an hanya menekankan perubahan perilaku
dengan pemberian informasi-informasi atau penyuluhan-penyuluhan
kesehatan. Praktik pendidikan kesehatan seperti ini perubahan perilaku
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
13
masyarakat tentang kesehatan sangat lamban dan sangat kecil. Beberapa
hasil studi pendidikan kesehatan yang ada, termasuk yang dilakukan oleh
WHO, terungkap bahwa meskipun pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan telah tinggi, namun praktik atau tindakannya tentang kesehatan
masih rendah. Promosi kesehatan yang ada di sekolah, perubahan atau
peningkatan pengetahuan tentang kesehatan tidak diimbangi dengan
tindakan atau praktiknya, (Notoatmodjo, 2012: 18).
Definisi istilah promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat
(health promotion) mempunyai dua pengertian. Pengertian promosi
kesehatan yang pertama adalah sebagai bagian dari tingkat pencegahan
penyakit. Menurut Level and Clark, sebagaimana dalam Notoatmodjo (2010:
22), mengatakan adanya 4 tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif
kesehatan masyarakat, yakni:
1) Health promotion (peningkatan/promosi kesehatan)
2) Specific protection (perlindungan khusus melalui imunisasi)
3) Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan
segera)
4) Rehabilitation (pemulihan).
Promosi kesehatan dalam konteks ini adalah peningkatan kesehatan,
sedangkan pengertian yang kedua, promosi kesehatan diartikan sebagai
upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan dan menjual kesehatan.
Promosi kesehatan pada akhirnya merupakan memasarkan atau menjual atau
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
14
memperkenalkan pesan-pesan kesehatan atau upaya-upaya kesehatan,
sehingga masyarakat menerima, atau membeli (dalam arti menerima perilaku
kesehatan) atau mengenal pesan-pesan kesehatan tersebut, yang akhirnya
masyarakat mau berperilaku hidup sehat. Promosi kesehatan yang kedua ini
sebenarnya sama dengan pendidikan kesehatan (health education), karena
pendidikan kesehatan pada prinsipnya bertujuan agar masyarakat berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai kesehatan.
Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan, tidak
terlepas dari sejarah praktik pendidikan kesehatan di dalam kesehatan
masyarakat Indonesia, maupun secara praktik kesehatan masyarakat secara
global. Praktik pendidikan kesehatan pada waktu yang lampau, sekurang-
kurangnya sampai pada tahun 80-an, terlalu menekankan perubahan pada
perilaku masyarakat. Praktisi pendidikan kesehatan telah bekerja keras untuk
memberikan informasi kesehatan melalui berbagai media dan teknologi
pendidikan kepada masyarakat, dengan harapan masyarakat mau melakukan
hidup sehat seperti yang diharapkan. Kenyataannya, perubahan perilaku
hidup sehat tersebut sangat lamban, sehingga dampaknya terhadap perbaikan
kesehatan sangat kecil.
Notoatmodjo (2010: 23), menjelaskan bahwa belajar dari pengalaman
pelaksanaan pendidikan kesehatan dari berbagai tempat selama bertahun-
tahun tersebut, disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan tersebut belum
“memampukan” (ability) masyarakat untuk berperilaku hidup sehat, tetapi
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
15
baru dapat “memaukan” (willingness) masyarakat untuk berperilaku hidup
sehat. Pengalaman ini juga menimbulkan kesan yang negatif bagi pendidikan
kesehatan, bahwa pendidikan kesehatan hanya mementingkan perubahan
perilaku melalui pemberian informasi atau penyuluhan kesehatan, sedangkan
pendidikan kesehatan kurang melihat bahwa perubahan perilaku atau
perilaku baru tersebut juga memerlukan fasilitas, bukan hanya pengetahuan
saja. Praktik atau berperilaku minum air bersih, buang air besar di jamban,
dan makan-makanan yang bergizi, bukan hanya perlu pengetahuan tentang
manfaat air bersih, manfaat buang air besar di jamban, atau tahu manfaat
makan makanan yang bergizi, tetapi juga perlu sarana atau fasilitas air
bersih, mempunyai uang untuk membangun jamban dan membeli makanan
yang bergizi.
Pendidikan kesehatan agar tidak terkesan negatif, para ahli
pendidikan kesehatan global yang dimotori oleh WHO pada tahun 1984
merevitalisasi pendidikan kesehatan tersebut dengan menggunakan istilah
promosi kesehatan (health promotion). Penggunaan istilah promosi
kesehatan sebagai pengganti pendidikan kesehatan ini, mempunyai implikasi
terhadap batasan atau definisinya. Pendidikan kesehatan sebelumnya lebih
diartikan sebagai upaya yang terencana untuk perubahan perilaku
masyarakat sesuai dengan norma-norma kesehatan, maka promosi kesehatan
tidak hanya mengupayakan perubahan perilaku saja, tetapi juga perubahan
lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut. Promosi
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
16
kesehatan lebih menekankan kepada peningkatan kemampuan hidup sehat,
bukan sekedar berperilaku sehat.
Lawreence Green (1984), dalam Notoatmodjo (2010: 24)
merumuskan definisi sebagai berikut: “Promosi kesehatan adalah segala
bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan
ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan
perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan”, dari
batasan ini jelas bahwa promosi kesehatan adalah pendidikan kesehatan plus,
atau promosi kesehatan adalah lebih dari pendidikan kesehatan. Promosi
kesehatan bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan
lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan
merupakan upaya yang terencana untuk perubahan perilaku hidup sehat,
melalui pemberian informasi dan pengetahuan kesehatan agar dapat
berperilaku hidup sehat dalam kehidupannya. Promosi kesehatan merupakan
pembaruan dari pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan tidak hanya
menekankan pada perilakunya saja, tetapi pada lingkungan yang menjadi
sarana prasarana yang memfasilitasi pendidikan kesehatan ikut diperhatikan.
Promosi kesehatan merupakan pendidikan kesehatan yang terencana dalam
pembentukan perilaku hidup sehat dengan meningkatkan pengetahuan dan
lingkungan fisik yang memfasilitasi pendidikan kesehatan.
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
17
c. Kekurangan dan Kelebihan antara Pendidikan Kesehatan dengan
Promosi Kesehatan
Pendidikan kesehatan dengan promosi kesehatan dalam
pelaksanaannya terdapat perbedaan. Pendidikan kesehatan secara umum
memiliki kekurangan yaitu hanya mementingkan perubahan perilaku melalui
pemberian informasi atau penyuluhan kesehatan, jadi pendidikan kesehatan
lebih menekankan pada aspek pengetahuan agar dapat berperilaku hidup
sehat tanpa melihat sarana prasarana yang digunakan dalam memfasilitasi
perilaku hidup sehat. Kelebihan dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan
yaitu dalam pelaksanaannya tidak membutuhkan dana, karena pendidikan
kesehatan dapat diberikan melalui mata pelajaran, yaitu pada kurikulum
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dalam mata pelajaran
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
Pada promosi kesehatan, dalam pelaksanaannya memiliki kelebihan
yaitu tidak hanya menekankan pada perilakunya saja, tetapi juga perubahan
lingkungan yang memfasilitasi perilaku kesehatan itu sendiri, karena dalam
perilaku mencuci tangan dengan benar tidak hanya mengetahui bagaimana
cara melakukannya, namun terdapat fasilitas untuk melakukan cuci tangan
yang benar, seperti terdapat air bersih yang mengalir dan terdapat sabun
untuk mencuci tangan. Kekurangan dalam pelaksanaan promosi kesehatan
yaitu peran serta guru maupun masyarakat sangat penting, karena dalam
pelaksanaan promosi kesehatan memerlukan fasilitas yang memadai dalam
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
18
melakukan hidup bersih dan sehat. Dalam melakukan kegiatan cuci tangan
yang benar terdapat air yang mengalir seperti kran air dan sabun untuk
membersihkan kotoran. Dalam membangun fasilitas tersebut memerlukan
dana. Dana BOS yang diberikan pemerintah untuk sekolah dasar terbatas,
sehingga jika sekolah tidak memiliki anggaran dana untuk membuat fasilitas
tersebut peran guru dengan masyarakat sangat penting agar dapat bekerja
sama membangun fasilitas yang memadai untuk berperilaku hidup bersih
dan sehat di Sekolah Dasar, terutama dalam kegiatan cuci tangan.
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan, khususnya bagi murid sekolah dasar utamanya
untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung jawab
terhadap kesehatan diri sendiri serta lingkungannya untuk ikut aktif dalam
meningkatkan kesehatan. Notoatmodjo (2012), menyebutkan tujuan pendidikan
kesehatan ialah agar peserta didik:
a. Mengetahui pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat
dan teratur.
b. Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap hidup sehat.
c. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan.
d. Memiliki kebiasaan hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan,
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
19
e. Memiliki kemampuan dan kecakapan (life skills) untuk berperilaku hidup
sehat dalam kehidupan sehari-hari.
f. Memiliki pertumbuhan termasuk bertambah tingginya badan dan berat badan
secara harmonis (proporsional).
g. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan
penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam
kehidupan sehari-hari.
h. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar (arus informasi
dan gaya hidup yang tidak sehat).
i. Memiliki tingkat kesegaran jasmani yang memadai dan derajat kesehatan
yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap
penyakit.
Simpulan dari tujuan pendidikan kesehatan di atas bahwa pendidikan
kesehatan sangat diperlukan terutama dalam pembentukan karakter siswa untuk
dapat berperilaku hidup sehat dalam kehidupannya. Untuk berperilaku hidup
sehat, terutama dalam kegiatan mencuci tangan tentunya siswa mengetahui
tentang ilmu kesehatan. Pengetahuan tersebut didapatkan melalui pendidikan di
sekolah dasar terutama agar siswa mampu menerapkan hidup sehat
dikehidupannya sehingga tidak mudah untuk terserang penyakit.
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
20
3. Peran dan Tugas dalam Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dalam pelaksanaannya tidak lepas dari peran serta
dan tugas seorang kepala sekolah, guru, dana bos dan masyarakat.
a. Peran dan Tugas Kepala Sekolah
Rohiat (2008: 14-15), menjelaskan bahwa kepala sekolah sebagai
pengelola dan eksekutif di sekolah menunjukkan dirinya sebagai seorang
pelaksana teknis manajerial yang memiliki keterampilan-keterampilan untuk
menjalankan sekolah. Kepala sekolah sebagai manajer bertugas sebagai
pelaksana kurikulum, pengatur personil, fasilitas, keuangan, ketatausahaan
sekolah, pemelihara tata tertib serta hubungan sekolah dan masyarakat.
Kepala sekolah sebagai manajer melaksanakan tugas-tugas dalam membuat
perencanaan, mengambil keputusan dalam operasi sekolah, mengontrol dan
menilai hasil-hasil, menyampaikan dan menjelaskan perintah-perintah,
memecahkan konflik yang muncul, dan memupuk semangat bekerja dan
belajar. Kepala sekolah sebagai pemimpin memikirkan hubungan pendidikan
dengan pembangunan dan perkembangan ilmu dan teknologi, pembangunan
dan perkembangan ilmu dan teknologi selalu berubah, oleh karena itu
sekolah perlu mengikuti alur pembangunan dan perkembangan ilmu dan
teknologi. Kepala sekolah dalam kepemimpinannya memerlukan
pengetahuan dan keterampilan konseptual, kemampuan untuk melihat
organisasi secara keseluruhan yang termasuk kesanggupan untuk melihat
dengan jelas peranan organisasi dalam situasi pembangunan yang
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
21
menyeluruh. Pemahaman tentang bagaimana berbagai fungsi dari organisasi
bergantung satu sama lain dan bagaimana perubahan pada setiap bagian
mempengaruhi semua bagian lainnya.
Kepemimpinan ialah kemampuan untuk menciptakan perubahan
yang paling efektif dalam perilaku kelompok, atau proses mempengaruhi
kegiatan-kegiatan kelompok ke arah penetapan tujuan dan pencapai tujuan.
Kepala sekolah sebagai pengelola bias dilihat sebagai orang yang
menggunakan struktur-struktur dan prosedur-prosedur yang berlaku untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi sekolah. Perhatian seorang manajer
terutama tertuju pada pemeliharaan struktur, prosedur dan tujuan yang
ditetapkan. Seorang manajer dapat dikatakan sebagai seorang stabilisator.
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin dilihat sebagai seorang yang
melakukan perubahan. Pemimpin sebagai inisiatif struktur dan prosedur baru
untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Perbedaan perilaku manajer yang
menekankan pemeliharaan struktur dan prosedur yang berlaku dalam
mencapai tujuan organisasi. Perilaku kepemimpinan menekankan perintisan
perubahan.
Dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah dalam kepemimpinannya
bertugas untuk melaksanakan tugas-tugas dalam perencanaan, mengambil
keputusan, mengontrol, menilai, menyampaikan dan menjelaskan perintah-
perintah, memecahkan konflik yang muncul, dan memupuk semangat
bekerja dan belajar. Dalam pendidikan kesehatan, kepala sekolah dapat
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
22
bertugas untuk membina guru dalam mengajarkan siswa mengenai
pendidikan kesehatan dalam kegiatan cuci tangan dan kepala sekolah dapat
membuat keputusan mengenai pembangunan fasilitas sebagai sarana
prasarana untuk meningkatkan kualitas kesehatan terutama dalam kegiatan
cuci tangan di sekolah dasar, serta kepala sekolah dalam tugasnya dapat
meningkatkan kerjasama dengan pihak lain dalam peningkatan kualitas
kesehatan di sekolah, seperti membangun kerjasama yang baik antara
sekolah dengan puskesmas setempat maupun tokoh masyarakat.
b. Peran dan Tugas Guru
Hamalik (2009: 48-49), menjelaskan bahwa keberhasilan guru
melaksanakan perannya dalam bidang pendidikan sebagian besar terletak
pada kemampuannya melaksanakan berbagai peranan yang bersifat khusus
dalam situasi belajar dan mengajar.
Berdasarkan studi literatur terhadap pandangan Adams & Dickey
sebagaimana dalam Hamalik (2009: 48), dalam bukunya yang berjudul Basic
Principles of Student Teaching, dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak
terdapat 13 peranan guru di dalam kelas (dalam situasi belajar mengajar).
Tiap peranan menuntut berbagai kompetensi atau keterampilan mengajar.
Tulisan ini hanya akan menyebut salah satu keterampilan yang dipandang
inti untuk masing-masing peranan tersebut.
a. Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan perlu memiliki
keterampilan memberikan informasi kepada kelas.
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
23
b. Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara
memimpin kelompok-kelompok murid.
c. Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki keterampilan cara
mengarahkan dan mendorong kegiatan belajar siswa.
d. Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan
mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran.
e. Guru sebagai pertisipan, perlu memiliki keterampilan cara memberikan
saran, mengarahkan pemikiran kelas dan memberikan penjelasan.
f. Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki keterampilan menyelidiki
sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan.
g. Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih dan
menyusun bahan pelajaran secara professional.
h. Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi
kegiatan anak dan keterlibatan kelas.
i. Guru sebagai motivator, perlu memiliki keterampilan mendorong
motivasi belajar di kelas.
j. Guru sebagai penanya, perlu memiliki keterampilan cara bertanya yang
merangsang kelas berpikir dan cara memecahkan masalah.
k. Guru sebagai pengganjar, perlu memiliki keterampilan cara memberikan
penghargaan terhadap anak-anak yang berprestasi.
l. Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai anak-
anak secara objektif, kontinu, dan komprehensif.
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
24
m. Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan cara membantu
anak-anak yang memiliki kesulitan tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa tugas guru di dalam sekolah lebih
menekankan pada peningkatan kualitas belajar siswa, artinya seorang guru
dalam tugasnya di sekolah lebih berperan pada kegiatan belajar siswa. Pada
pendidikan kesehatan, seorang guru dapat meningkatkan kualitas kesehatan
siswa dengan mengajarkan siswa mengenai cuci tangan, menjelaskan kepada
siswa tentang pentingnya cuci tangan, bagaimana cara mencuci tangan yang
baik dan benar, sehingga banyak informasi dan pengetahuan yang
didapatkan oleh siswa mengenai pendidikan kesehatan, terutama dalam
kegiatan cuci tangan.
c. Peran Dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah)
Kemendikbud (2013: 12), menjelaskan bahwa BOS (Bantuan
Operasional Sekolah) adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah
untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan
pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.
PP 48 Tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan, biaya non
personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai
dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan
sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, dan lain-
lain.
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
25
Tujuan Bantuan Operasional Sekolah secara umum yaitu untuk
meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam
rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Secara khusus program BOS
bertujuan untuk:
1) Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB negeri dan
SMP/SMPLB/SMPT (terbuka) negeri terhadap biaya operasi sekolah,
kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah
bertaraf internasional (SBI). Sumbangan/pungutan bagi sekolah RSBI dan
SBI harus tetap mempertimbangkan fungsi pendidikan sebagai kegiatan
nirlaba, sehingga sumbangan/pungutan tidak boleh berlebih.
2) Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan
dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta.
3) Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.
Sasaran program BOS adalah semua sekolah SD/SDLB dan
SMP/SMPLB/SMPT, termasuk SD-SMP Satu Atap (SATAP) dan
Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKB Mandiri) yang diselenggarakan
oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di
Indonesia.
Besar biaya satuan BOS yang diterima oleh sekolah, dihitung
berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan:
a) SD/SDLB : Rp 580.000,-/siswa/tahun
b) SMP/SMPLB/SMPT/SATAP : Rp 710.000,-/siswa/tahun
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
26
Dana BOS yang diterima oleh sekolah, dapat digunakan untuk
membiayai beberapa komponen kegiatan-kegiatan seperti:
a) Dana BOS dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran dan
ekstrakurikuler siswa, seperti:
(1) PAKEM (SD),
(2) Pembelajaran Kontekstual (SMP),
(3) Pengembangan pendidikan karakter,
(4) Pembelajaran pengayaan,
(5) Pemantapan persiapan ujian,
(6) Olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka dan palang
merah remaja,
(7) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
b) Dana BOS juga dapat digunakan untuk kegiatan perawatan sekolah,
seperti:
(1) Pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela,
(2) Perbaikan sanitasi sekolah (kamar mandi dan WC), perbaikan
lantai ubin/keramik dan perawatan fasilitas sekolah lainnya.
Kamar mandi dan WC siswa harus dijamin berfungsi dengan baik.
Simpulan dari teori diatas yaitu bahwa dana BOS (Bantuan
Operasional Sekolah) bertujuan untuk meringankan beban masyarakat
dalam pembiayaan pendidikan dalam rangka pemerintah wajib belajar 9
tahun yang bermutu. Dalam peningkatan pendidikan kesehatan terutama
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
27
dalam kegiatan cuci tangan, dana BOS dapat berperan sebagai
pemeliharaan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana disini dapat
berupa tempat untuk mencuci tangan, air mengalir yang bersih, sabun,
dan handuk/lap. Dalam pemeliharaan sarana dan prasarana tersebut dana
BOS dapat dikelola oleh kepala sekolah dengan dibantu guru.
d. Peran dan Tugas Masyarakat
Notoatmodjo (2012: 31-32), menjelaskan bahwa partisipasi
masyarakat adalah hak dan kewajiban bagi setiap individu, kelompok atau
komunitas/masyarakat dalam mewujudkan kesehatannya, oleh sebab itu
dalam kegiatan promosi kesehatan selalu melibatkan masyarakat dan
masyarakat bukan semata-mata sebagai objek (sasaran), tetapi sebagai
subjek dan juga sebagai pelaku promosi kesehatan. Partisipasi masyarakat
dilibatkan mulai perencanaan kegiatan sampai dengan evaluasi proses dan
hasil kegiatan tersebut.
Notoatmodjo (2012: 113), menggali kontribusi masyarakat pada
hakikatnya adalah menggali potensi masyarakat, terutama potensi ekonomi
yang ada di masing-masing anggota masyarakat. Menggali dan
mengembangkan potensi ekonomi masing-masing anggota masyarakat
berkontribuasi sesuai dengan kemampuan terhadap program atau kegiatan
yang direncanakan bersama. Bentuk kontribusi masing-masing anggota
masyarakat berbeda satu dengan yang lain, baik besarnya maupun
bentuknya. Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi masyarakat,
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
28
antara lain: dalam bentuk tenaga, pemikiran atau ide-ide, dana, bahan-bahan
bangunan, dan sebagainya.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa menjalin kerjasama
dengan masyarakat dalam bidang pendidikan penting dilakukan, karena
masyarakat merupakan pihak yang paling dekat dengan sekolah sehingga
dapat membantu untuk meningkatkan mutu pendidikan, terutama dalam
pendidikan kesehatan melalui kegiatan cuci tangan. Bentuk-bentuk
kerjasama dengan masyarakat dapat berupa pemikiran atau ide-ide, bentuk
tenaga, dana, maupun bahan-bahan bangunan yang dapat memperbaiki
bangunan sekolah seperti sarana dan prasarana tempat cuci tangan.
Dari teori yang telah dijabarkan mengenai peran dan tugas kepala
sekolah, guru, masyarakat, dan peran dana BOS mengenai pendidikan
kesehatan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Peran dan tugas kepala sekolah, guru, dana BOS dan masyarakat tentu
berbeda dan sangat berperan penting dalam kemajuan terutama dalam
berlangsungnya pendidikan kesehatan, peran tersebut harus dijalankan
dengan sungguh-sungguh sebagai upaya peningkatan kesahatan, terutama
dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan melalui kegiatan cuci tangan.
2) Pendidikan kesehatan terutama dalam kegiatan cuci tangan dapat berjalan
dengan benar apabila terdapat peran yang baik dan berkesinambungan
sehingga dalam pelaksanaannya akan lebih mudah tercapai tujuan yang
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
29
telah ditentukan dan kualitas hidup sehat di dalam lingkungan sekolah
dapat meningkat.
4. Kemitraan dalam Pendidikan Kesehatan
Notoatmodjo (2012: 98), kemitraan adalah suatu kerja sama formal
antar individu-individu, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi untuk
mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerja sama tersebut ada
kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan
kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan saling
berbagi baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh. Batasan ini
terdapat tiga kata kunci dalam kemitraan, yakni:
a. Kerja sama antar kelompok, organisasi, individu,
b. Bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati bersama)
c. Saling menanggung resiko dan keuntungan.
Pendidikan kesehatan dalam pelaksanaannya membutuhkan kemitraan
dari berbagai pihak sangatlah penting untuk memudahkan dalam meningkatkan
kualitas kesehatan. Notoatmodjo (2010: 368-371), menjelaskan bahwa pilar
utama kemitraan pendidikan atau promosi kesehatan di sekolah terdiri dari
pihak-pihak guru, petugas kesehatan, orang tua murid dan badan atau organisasi
lain yang berada di lingkungan sekolah.
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
30
1) Guru
Guru merupakan unsur yang terpenting dalam pelaksanaan promosi
kesehatan di sekolah kesehatan di sekolah. Secara lebih terinci peran guru
dalam memotori upaya promosi kesehatan di sekolah adalah sebagai berikut:
a) Menanamkan kebiasaan hidup sehat bagi para murid, misalnya cuci
tangan sebelum makan, sikat gigi setelah makan, memakai alas kaki,
dan sebagainya.
b) Bimbingan dan pengamatan kesehatan dengan jalan mengadakan
pemeriksaan kebersihan kuku, periksa kebersihan kulit, rambut, telinga,
gigi, dan sebagainya yang terkait dengan kebersihan perorangan.
c) Membantu petugas kesehatan dalam tugasnya di sekolah, misalnya
melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan murid, dan
memberikan obat sederhana bagi murid yang sakit.
d) Melakukan deteksi dini terhadap penyakit-penyakit yang terjadi pada
murid, dan mengirimkannya ke puskesmas atau rumah sakit jika perlu.
e) Mengoordinasi dan menggerakkan masyarakat di sekitar sekolah untuk
memelihara dan meningkatkan kebersihan lingkungan sekolah, dan
masyarakat.
f) Membuat pencatatan dan pelaporan tentang kegiatan atau upaya-upaya
kesehatan yang dilakukan oleh sekolah.
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
31
g) Menjadi perilaku contoh bagi murid-muridnya dalam hal kesehatan,
misalnya, berpakaian yang bersih dan rapi, tidak merokok dan
sebagainya.
2) Petugas Kesehatan
Petugas kesehatan dari lingkungan sekolah terdekat (puskesmas) mempunyai
tanggung jawab untuk mengembangkan promosi kesehatan dalam bentuk
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah-sekolah di wilayah kerjanya.
Petugas kesehatan mempunyai kewajiban untuk membina dan
mengembangkan upaya kesehatan sekolah. Secara terinci peran petugas
kesehatan dalam pelaksanaan promosi kesehatan di sekolah, antara lain
sebagai berikut:
a) Memberikan bimbingan kepada guru-guru dalam menjalankan promosi
kesehatan disekolahnya masing-masing.
b) Menjalankan beberapa kegiatan pelayanan kesehatan di sekolah yang
tidak dapat dilakukan oleh guru, misalnya imunisasi, pemeriksaan
kesehatan, dan sebagainya.
c) Turut serta dalam pengawasan terhadap lingkungan sekolah yang sehat,
memberikan petunjuk-petunjuk kepada masyarakat tentang hal-hal yang
dianggap perlu bagi kesehatan di sekolah.
d) Memberikan pelatihan-pelatihan dan bimbingan kepada guru-guru dalam
rangka meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan upaya
kesehatan di sekolah.
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
32
e) Membantu sekolah dalam mengembangkan materi kesehatan dalam
kurikulum sekolah.
f) Menjalin kerja sama dengan sektor lain dan pihak-pihak lain dalam
rangka mengembangkan upaya kesehatan sekolah.
g) Menggerakkan masyarakat di sekitar sekolah dalam rangka upaya
kesehatan sekolah.
3) Murid
Murid atau anak didik adalah bagian dari komunitas sekolah, yang
populasinya paling besar dibanding dengan guru. Murid merupakan bibit
generasi bangsa yang masih mudah menerima, melaksanakan, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Mendidik mereka (murid) perlu
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
a) Lingkungan keluarga.
b) Tingkat kehidupan keluarga dari masing-masing murid.
c) Tingkat pertumbuhan dan perkembangan murid yang meskipun secara
umum sama, tetapi masing-masing anak mempunyai kekhasan yang
berbeda satu dengan yang lainnya.
d) Pengalaman-pengalaman khusus setiap murid atau anak didik.
Dalam melaksanakan promosi kesehatan di sekolah, murid atau anak didik
mempunyai peran, antara lain sebagai berikut:
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
33
a) Mempraktikkan dan membiasakan hidup sehat sesuai dengan petunjuk
panduan yang diberikan oleh guru, dimana pun murid berada, baik di
dalam keluarga, maupun di masyarakat.
b) Menjadi penghubung antara sekolah, keluarga dan masyarakat khususnya
anak-anak yang tidak terjangkau oleh sekolah.
4) Orang Tua Murid
Siswa berada dalam lingkungan sekolah paling lama 8 jam sehari,
selebihnya anak akan kembali ke keluarga dan masyarakat, hal ini berarti
bahwa sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh anak setiap hari bukan di
sekolah, tetapi di rumah dan di masyarakat. Orang tua murid mempunyai
peran penting dalam menumbuh kembangkan anak. Orang tua, khususnya
ibu adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan status kesehatan
bagi anak-anak mereka. Orang tua yang sehat dan gizinya baik akan
mewariskan kesehatan yang baik pula kepada anaknya. Pendidikan
kesehatan diperlukan, agar masyarakat atau orang tua menyadari dan
melakukan hal-hal yang dapat mewariskan kesehatan yang baik pada
keturunan mereka. Peran orang tua murid dalam promosi kesehatan di
sekolah antara lain:
a) Ikut serta dalam perencanaan dan penyelenggaraan program promosi
kesehatan di sekolah.
b) Menyesuaikan diri dengan program kesehatan di sekolah dan berusaha
untuk mengetahui atau mempelajari apa yang diperoleh anaknya di
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
34
sekolah, dan mendorong anaknya untuk mempraktikkan kebiasaan hidup
sehat di rumah.
5. Kegiatan Mencuci Tangan
Tietjen (2004: 3.4) “cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan
debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan
air”. Kementrian Kesehatan RI (2014) “mencuci tangan dengan sabun adalah
salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dari jari jemari
menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan
memutuskan mata rantai kuman”. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga
sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit, hal ini dilakukan karena
tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan
patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung
ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain
seperti handuk dan gelas). Tietjen (2004: 3.6), tujuan cuci tangan adalah
menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan
mengurangi jumlah mikroorganisme sementara. Cuci tangan dengan sabun
biasa dan air sama efektifnya dengan cuci tangan menggunakan sabun anti
mikrobial.
Secara sadar maupun tidak sadar banyak kuman dan bakteri yang
berada di tangan kita karena banyak benda yang kita pegang melalui tangan.
Mencuci tangan yang benar dapat mencegah bakteri yang masuk melalui
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
35
mulut contohnya ketika kita hendak makan dan setelah kita beraktivitas.
Mencuci tangan sebelum makan dapat mencegah berbagai bakteri yang dapat
menimbulkan penyakit.
a. Fungsi Cuci Tangan
Proverawati (2012: 71-72) menjelaskan bahwa cuci tangan dapat
berfungsi untuk menghilangkan/mengurangi mikroorganisme yang
menempel di tangan. Cuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan air
bersih dan sabun. Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan
bakteri penyebab penyakit, bila digunakan kuman akan berpindah ke tangan.
Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa
menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh
kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.
Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan cara mudah dan tidak
perlu biaya mahal, karena itu membiasakan CTPS sama dengan mengajarkan
anak-anak dan seluruh keluarga hidup sehat sejak dini, dengan demikian
pola hidup bersih dan sehat (PHBS) tertanam kuat pada diri pribadi anak-
anak dan anggota keluarga lainnya. Kedua tangan kita adalah salah satu jalur
utama masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh, karena tangan adalah
anggota tubuh yang paling sering berhubungan langsung dengan mulut dan
hidung. Penyakit-penyakit yang umumnya timbul karena tangan yang
berkuman, antara lain: diare, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan
cacingan.
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
36
Kebiasaan cuci tangan sebelum makan memakai air dan sabun
mempunyai peranan penting dalam kaitannya dengan pencegahan infeksi
kecacingan, karena dengan mencuci tangan dengan air dan sabun dapat lebih
efektif menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan
kulit mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus,
bakteri dan parasit lainnya pada kedua tangan. Mencuci tangan dengan
menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif membersihkan kotoran dan
telur cacing yang menempel pada permukaan kulit, kuku dan jari-jari pada
kedua tangan.
b. Mencuci Tangan dengan Baik dan Benar
Proverawti (2012: 73) cara mencuci tangan yang baik dan benar,
yakni:
1) Cuci tangan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun. Tidak perlu
harus sabun anti bakteri, namun lebih disarankan sabun yang berbentuk
cairan.
2) Gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik.
3) Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela-sela jari,
dan kuku.
4) Basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir.
5) Keringkan dengan handuk bersih atau alat pengering lain.
6) Gunakan tisu/handuk sebagai penghalang ketika mematikan kran air.
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
37
Bambang (2011: 185), menyebutkan bahwa alasan mencuci tangan
dengan baik dan benar, yaitu:
1) Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab
penyakit. Bila digunakan untuk mencuci tangan, kuman dan bakteri akan
ikut terbawa makanan ke dalam perut, sehingga menimbulkan penyakit.
2) Sabun dapat membersihkan kotoran serta membunuh kuman dan bakteri.
3) Membilas dengan air mengalir akan menghanyutkan kuman dan bakteri.
Kemudian waktu yang tepat untuk mencuci tangan, yakni:
1) Setiap kali tangan menjadi kotor, yaitu misalnya setelah memegang uang,
menyentuh binatang, berkebun, dan lain-lain.
2) Setelah buang air besar.
3) Sebelum memegang makanan dan sebelum makan.
4) Setelah bersin, batuk, membuang ingus, setelah pulang dari bepergian.
5) Setelah bermain/memberi makan/memegang hewan peliharaan.
Tietjen (2004: 3.7), karena mikroorganisme tumbuh dan berkembang
biak di tempat basah dan di air yang menggenang maka:
1) Apabila sabun batangan digunakan, sediakan sabun batangan yang
berukuran kecil dalam tempat sabun yang kering.
2) Hindari mencuci tangan di waskom yang berisi air walaupun sudah
ditambahkan bahan antiseptik seperti detol atau savlon, karena
mikroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak pada larutan seperti
ini.
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
38
3) Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih ada
isinya, penambahan ini dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada
sabun.
4) Apabila tidak tersedia air mengalir, gunakan ember dengan kran yang
dapat dimatikan, kemudian menyabuni kedua tangan dan buka kembali
untuk membilas atau gunakan ember dan kendi/teko.
c. Cara Mencuci Tangan Yang Baik dan Benar
Liputan6 (2016), menjelaskan bahwa WHO punya enam langkah jitu
mencuci tangan yang benar yang direkomendasikan untuk kita, sehingga
bakteri tersebut benar-benar terbunuh. Para peneliti dari Glasgow
Caledonian University di Skotlandia telah membuktikannya.
Setelah diubah menggunakan enam metode yang dianjurkan WHO,
mereka yang biasa mudah sakit padahal sudah rajin cuci tangan
menggunakan cairan antiseptik, justru lebih jarang sakit. Jacqui Reilly, PhD,
professor pencegahan dan pengendalian infeksi di Glasglow Caledonian
University mengatakan, cara ini memang memakan waktu sedikit lama dari
cara-cara yang pernah ada, yaitu 42,5 detik.
Berikut enam cara mencuci tangan yang benar menurut WHO, yaitu:
1) Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan menggunakan
air yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak
tangan secara lembut, seperti yang digambarkan pada gambar 2.1:
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
39
Gambar 2.1 Langkah pertama
2) Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian, seperti
yang digambarkan pada gambar 2.2:
Gambar 2.2 Langkah kedua
3) Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih, seperti
yang digambarkan pada gambar 2.3:
Gambar 2.3 Langkah ketiga
4) Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan, seperti yang
digambarkan pada gambar 2.4:
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
40
Gambar 2.4 Langkah keempat
5) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian, seperti yang
digambarkan pada gambar 2.5:
Gambar 2.5 Langkah kelima
6) Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.
Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara
memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan
dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau
tisu, seperti yang digambarkan pada gambar 2.6:
Gambar 2.6 Langkah keenam
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
41
Mencuci tangan dengan baik dan benar perlu dilakukan terutama
sebelum memegang makanan, sebelum makan dan setelah beraktivitas.
Banyak kuman dan bakteri yang ada di tangan setelah melakukan banyak
aktifitas. Mencuci tangan harus menggunakan air bersih yang mengalir
dengan menggunakan sabun. Air bersih harus mengalir karena dengan air
yang menggenang mikroorganisme dapat berkembang biak dan mencuci
tangan menggunakan sabun berfungsi untuk membunuh kuman/bakteri.
Mencuci tangan dengan sabun dengan air bersih yang mengalir merupakan
solusi untuk mencegah bakteri dan kuman masuk ke dalam tubuh yang dapat
menimbulkan berbagai jenis penyakit.
d. Penyakit-Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Mencuci Tangan
Menggunakan Sabun
Tangan merupakan kunci utama dalam penularan penyakit. Mencuci
tangan dengan benar menggunakan sabun dapat membunuh kuman dan
bakteri yang dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit. Kementrian
Kesehatan RI (2014), terdapat beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan
mencuci tangan menggunakan sabun, seperti diare, infeksi saluran
pernafasan (ISPA)/pneumonia dan infeksi cacing/penyakit cacing.
1) Diare
Hidayat (2006: 12), diare merupakan suatu keadaan pengeluaran
tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan
peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
42
dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lender darah.
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan
faktor diantaranya:
a) Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme
(kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian
berkembang di dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan
kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus
dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Dapat dikatakan adanya toksin
bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus, sehingga
sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan
elektrolit akan meningkat.
b) Faktor malabsorpsi, merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi
yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan
isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
c) Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu
diserap dengan baik, sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang
kemudian menyebabkan diare.
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
43
d) Faktor psikologis, dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan
makanan yang dapat menyebabkan diare.
Kementrian Kesehatan RI (2014), penyebab penyakit diare
dikarenakan kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit, ketika
kuman tersebut masuk ke mulut melalui tangan yang kotor, makanan
mentah, maupun makanan yang tidak dicuci terlebih dahulu sebelum
dimakan. Mencuci tangan menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif
menghilangkan kotoran, debu dan telur cacing yang menempel pada
permukaan kulit dan kuku pada kedua tangan.
Widoyono (2008), penyakit diare masih menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan
penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak di berbagai
negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan
dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare. Setiap
anak mengalami serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih
kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun.
Penularan penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh
kuman seperti virus dan bakteri melalui air yang merupakan media
penularan utama. Diare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air
minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar
selama perjalanan sampai ke rumah, atau tercemar pada saat disimpan di
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
44
dalam rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat penyimpanan
tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat
mengambil air dari tempat penyimpanan.
Widoyono (2008: 149), faktor-faktor yang meningkatkan resiko
diare adalah:
a) Pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI eksklusif lagi. (ASI
ekslusif adalah pemberian ASI saja sewaktu berusia 0-4 bulan), hal ini
akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian karena diare, karena
ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan terhadap infeksi.
b) Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi. Pemakaian botol
akan meningkatkan resiko pencemaran kuman dan susu akan
terkontaminasi oleh kuman dari botol. Kuman akan cepat berkembang
bila susu tidak segera diminum.
c) Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan
menyebabkan permukaan makanan mengalami kontak dengan
peralatan makan yang merupakan media yang sangat baik bagi
perkembangan mikroba.
d) Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, atau sesudah buang
air besar (BAB) akan memungkinkan kontaminasi secara langsung.
Widoyono (2008: 151), penyakit diare dapat dicegah melalui
promosi/pendidikan kesehatan, antara lain:
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
45
a) Menggunakan air bersih, yaitu tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
berasa.
b) Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan
sebagian besar kuman penyakit.
c) Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah
makan dan sesudah buang air besar (BAB).
d) Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun.
e) Menggunakan jamban yang sehat.
2) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)/Pneumonia
Hidayat (2006: 80), pneumonia merupakan keradangan pada
parenkim paru-paru yang terjadi pada masa anak-anak dan sering terjadi
pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer dan dapat juga
akibat penyakit komplikasi.
Widoyono (2008: 155), “ISPA adalah saluran pernafasan akut
dengan perhatian khusus pada radang paru (pneumonia), dan bukan
penyakit telinga dan tenggorokan”. Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-
anak. Penyakit batuk dan pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6
kali per tahun (rata-rata 4 kali per tahun). Dari hasil pengamatan, dapat
diketahui bahwa angka kesakitan di kota cenderung lebih besar dari pada di
desa, hal ini mungkin disebabkan oleh tingkat kepadatan tempat tinggal
dan pencemaran lingkungan di kota yang lebih tinggi dari pada di desa.
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
46
Kementrian Kesehatan RI (2014), pneumonia merupakan radang
paru-paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi disertai
batuk berdahak, nafas cepat (frekuensi >50 kali/menit), sesak dan gejala
lainnya seperti sakit kepala, gelisah, dan nafsu makan berkurang. Praktik
mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran
pernapasan ini dengan dua langkah, yaitu dengan melepaskan patogen-
patogen pernafasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak
tangan dan dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya
(terutama virus entrentik) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun
juga gejala penyakit pernafasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan
bahwa praktik-praktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan, sesudah buang air besar dan sesudah
buang air kecil, dapat mengurangi tingkat infeksi 25%.
3) Infeksi cacing, Infeksi Mata dan Penyakit Kulit
Kementrian Kesehatan RI (2014), penelitian telah membuktikan
bahwa selain diare dan infeksi saluran pernafasan, penggunaan sabun
dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit kulit, infeksi mata
seperti trakoma, dan cacingan. Perlunya kampanye perilaku hidup sehat
termasuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, serta perawatan
atau pemotongan kuku jari pada anak.
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
47
6. Implementasi Pendidikan Kesehatan di Sekolah Dasar Melalui Kegiatan
Cuci Tangan
Pendidikan kesehatan terutama dalam kegiatan cuci tangan perlu
diterapkan di sekolah dasar sebagai upaya meningkatkan kualitas kesehatan
bagi siswa. Dalam penerapannya, tidak semua sekolah dasar melaksanakan
pendidikan kesehatan melalui kegiatan cuci tangan. Kendala yang dialami
dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan dapat berupa kurangnya peran guru,
kepala sekolah, masyarakat, dan sarana prasarana yang kurang mendukung
menjadikan pendidikan kesehatan tersebut tidak berjalan dengan baik.
Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti dalam pelaksanaan
pendidikan kesehatan melalui kegiatan cuci tangan yang pertama di SD N 5
KPC. Hasil wawancara observasi dengan Bapak SND selaku guru olahraga di
SD N 5 KPC, mengatakan bahwa “pendidikan kesehatan melalui kegiatan di
SD 5 KPC sudah diterapkan dan sudah membudaya, karena setelah bel
istirahat berbunyi, hampir seluruh siswa langsung menuju tempat cuci tangan
dan mengantri untuk mencuci tangan baru seteh mencuci tangan siswa
membeli makanan”. Hasil wawancara awal yang dilakukan dengan Bapak
PTS, selaku guru olahraga di SD N KKM mengatakan bahwa “dalam
pelaksanaan pendidikan kesehatan melalui kegiatan cuci tangan di SD N
KKM belum terlaksana dengan baik dan dalam pelaksanaannya masih
terdapat kekurangan seperti fasilitas mencuci tangan yang kurang dengan
jumlah siswa yang banyak, dan kesadaran siswa itu sendiri dalam melakukan
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
48
cuci tangan sebelum makan dan hanya beberapa siswa yang mencuci tangan
terlebih dahulu sebelum makan”.
Dari dua sekolah tersebut yang dijadikan sebagai tempat penelitian dan
peneliti akan mencari informasi sebanyak banyaknya untuk mendapatkan data
yang jelas mengenai pendidikan kesehatan di Sekolah Dasar melalui kegiatan
cuci tangan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan ini digunakan untuk mencari perbedaan maupun
persamaan yang bertujuan untuk membandingkan antara penelitian sebelumnya
dengan penelitian yang akan dilakukan, sehingga dapat menambah pembahasan
mengenai pendidik an kesehatan di Sekolah Dasar melalui kegiatan cuci tangan.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan, yaitu:
1. Syarifah Fazlin tahun 2013 [online], tentang “Tingkat Pengetahuan Siswa
Tentang Teknik Mencuci Tangan Yang Benar Terhadap Kejadian Diare Di
SDN 01 Pontianak Utara”, jenis penelitian kuantitatif. Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa semakin kurang tingkat pengetahuan siswa tentang
teknik mencuci tangan yang benar maka kejadian diare semakin tinggi dan
sebaliknya semakin baik tingkat pengetahuan siswa tentang teknik mencuci
tangan yang benar maka kejadian diare semakin rendah.
2. Zaidina Umar tahun 2008 [online], tentang “Perilaku Cuci Tangan Sebelum
Makan Dan Kecacingan Pada Murid SD Di Kabupaten Pesisir Selatan
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
49
Sumatera Barat”, jenis penelitian kuantitatif. Penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa perilaku cuci tangan sebelum makan menggunakan air dan sabun
terbukti berhubungan signifikan dengan kejadian kecacingan.
3. Kharis Faridan, dkk tahun 2013 [online], tentang “Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Kecacingan Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri
Cempaka 1 Kota Banjarbaru”. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kejadian
kecacingan pada siswa sekolah dasar khususnya SDN Cempaka 1 tidak hanya
dipengaruhi oleh salah satu aspek higiene yaitu kebersihan kuku, tetapi juga
dipengaruhi oleh aspek sanitasi lingkungan dan aspek higiene perorangan
lainnya seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, sesudah bermain
dengan tanah dan setelah buang air besar, dan selalu menjaga kebersihan
lungkungan.
Penelitian di atas dikatakan relevan karena fokus penelitiannya membahas
mengenai perilaku mencuci tangan pada Sekolah Dasar. Perbedaan dengan
penelitian relevan ini, mereka membahas mengenai pengetahuan siswa dalam
teknik mencuci tangan yang benar yang dapat berpengaruh pada kesehatannya,
seperti terserang penyakit diare dan cacingan jika tidak melakukan cuci tangan
yang benar sebelum makan, sedangkan penelitian ini mencari tahu mengenai
pelaksanaan pendidikan kesehatan melalui kegiatan cuci tangan di Sekolah Dasar.
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
50
C. Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Pendidikan Kesehatan Melalui Kegiatan Cuci
Tangan
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Pendidikan Kesehatan Melalui Kegiatan Cuci
Tangan
Pendidikan kesehatan bertujuan untuk perubahan perilaku hidup sehat ke
arah yang lebih baik. Rendahnya pengetahuan dan kesadaran siswa dalam perilaku
hidup sehat dan penyakit yang ditimbulkan dari perilaku hidup tidak sehat
membuat siswa kurang peduli mengenai kesehatan. Pendidikan kesehatan di
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016
51
Sekolah Dasar sangat diperlukan, sebagai upaya untuk menangani permasalahan
tersebut, terutama pada kegiatan cuci tangan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pendidikan kesehatan melalui
kegiatan cuci tangan di Sekolah Dasar. Banyak penyakit yang ditimbulkan akibat
tidak mencuci tangan setelah beraktifitas atau sebelum makan. Praktik mencuci
tangan penting dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap berbagai serangan
penyakit.
Pendidikan Kesehatan Di Sekolah..., Nur Iwan, FKIP, UMP, 2016