BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya....
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1 1) · 2017. 2. 17. · pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya....
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1 Kajian Tentang Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Matematika Sekolah
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang
artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat pula hubungannya dengan kata
sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelehensi
(Andi Hakim, dalam Ariyanto 2011: 27).
Sujadi (dalam Ariyanto 2011 : 27) mengatakan bahwa matematika adalah :
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematis.
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
3) Matematika adalah pengetahuan dasar tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentnag ruangg dan bentuk.
4) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logic dan berhubungan
dengan bilangan.
5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logic
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah
matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan
intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk
mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.
b. Karakteristik Matematika Sekolah
Agar dalam penyampaian materi matematika dapat mudah diterima dan
dipahami oleh siswa, guru harus memahami tentang karakteristik matematika
sekolah. Menurut Ariyanto (2011:29) matematika memiliki karakteristik : a)
memiliki obyek kajian abstrak, b) Bertumpu pada kesepakatan, c) berpola piker
8
deduktif, d) Memiliki symbol yang kosong dari arti, e) Memperhatikan semesta
pembicaraan, dan f). Konsisten dalam sistemnya.
Sedang menurut Depdikbud (1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu
a). Memiliki obyek yang abstrak, b). Memiliki pola piker deduktif dan konsisten,
dan c) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK).
Berdasarkan hal tersebut di atas dalam pembelajaran matematika perlu
disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, dimulai dari yang konkrit
menuju abstrak. Namun demikian meskipun obyek pembelajaran matematika
adalah abstark, tetapi mengingat kemampuan berpikir siswa Sekolah Dasar yang
masih dalam tahap operasional konkrit, maka untuk memahami konsep dan
prinsip masih diperlukan pengalaman melalui obyek konkrit.
Pembelajaran matematika hendaknya menganut kebenaran konsistensi
yang didasarkan kepada kebenaran-kebnaran terdahulu yang telah diterima, atau
setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi. Matematika
sebagai ilmu yang deduktif aksiomatis, dimana dalil-dalil atau prinsip-prinsip
harus dibuktikan secara deduktif. Tetapi mengingat kemampuan berpikir siswa
SD, penerapan pola deduktif tidak dilakukan secara ketat.
c. Tujuan Pembelajaran Matematika
Di dalam GBPP mata pelajaran matematika SD disebutkan bahwa tujuan yang
hendak dicapai dari pembelajaran matematika sekolah adalah:
1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan
bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui
kegiatan matematika.
3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal lanjut di
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin. (Depdikbud,
1993:40)
9
Sedangkan tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP pada
SD/MI adalah sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4) Mengkomunkasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
(Depdiknas, 2006 : 417).
2.1.2 Kajian tentang Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan cara penyajian yang digunakan guru
dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Dalam
pembelajaran, beberapa masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi
masalah-masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya model-model
pembelajaran yang dipandang dapat membantu guru dalam proses belajar
mengajar. Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih
model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh
karena itu dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki
pertimbangan-pertimbangan. Seperti: materi pelajaran, tingkat perkembangan
kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
10
Model pembelajaran memiliki 8 prinsip yaitu: 1). Berorientasi pada tujuan
2).mendorong aktifitas siwa 3).memperhatikan aspek individual siswa 4).
Mendorong aktifitas siswa 5). Menantang siswa untuk berpikir yang kreatif dan
inovatif 6). Menimbulkan inspirasi siswa untuk berbuat dan menguji 7).
Menimbulkan proses belajar yang menyenangkan, serta 8). Mampu memotivasi
siswa untuk belajar lebih lanjut
Berdasarkan karakteristik siswa SD dimana anak masih senang bermain,
model pembelajaran yang sesuai digunakan dalam pembelajaran adalah model
pembelajaran Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif. Menurut
Slavin (2011:4) Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainya dalam mempelajari materi pembelajaran.
Belajar dalam kelompok kecil menggunakan model pembelajaran kooperatif
berlangsung dalam interaksi saling percaya, terbuka, dan menyenangkan sehingga
memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh dan memberi masukan di
antara siswa untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan moral, serta
keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif dibedakan menjadi empat, antara lain
metode STAD (Student Teams Achivement Divisions), metode Jigsaw, metode
GI (Group Investigasion) dan metode struktural.
.
2.1.3 Kajian Tentang Cooperative Learning Tipe Group Investigation
(GI)
Santyasa mengungkapkan pembelajaran kooperatif tipe GI didasari oleh
gagasan John dewey tentang pendidikan, bahwa kelas merupakan cermin
masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan
di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi.
Menurut Depdiknas (2005:18) pada pembelajaran ini guru seyogyanya
mengarahkan, membantu para siswa menemukan informasi, dan berperan sebagai
salah satu sumber belajar, yang mampu menciptakan lingkungan sosial yang
dicirikan oleh lingkungan demokrasi dan proses ilmiah.
11
Ibrahim, dkk. (2000:23) menyatakan dalam kooperatif tipe GI guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa heterogen
dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu.
Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan
penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep
penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan
keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.
Tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah
sebagai berikut:
1) Tahap Pengelompokan (Grouping)
Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk
kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada
tahap ini: siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-
kategori topik permasalahan. Siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar
berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki. Guru
membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 orang
berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.
2) Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran siswa.
Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang: Apa yang mereka
pelajari? Bagaimana mereka belajar? Siapa dan melakukan apa? Untuk tujuan
apa mereka menyelidiki topik tersebut?
Misalnya pada topik Bangun Datar, pada tahap ini: siswa belajar tentang
jenis-jenis bangun datar beserta cara menghitung luasnya . Siswa belajar dengan
menggali informasi, bekerjasama dan berdiskusi, Siswa membagi tugas untuk
memecahkan masalah topik tersebut, mengumpulkan informasi, menyimpulkan
hasil investigasi dan mempresentasikan di kelas, dan Siswa belajar untuk
mengetahui asal mula dari rumus luas bangun datar tersebut.
3) Tahap Penyelidikan (Investigation)
Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada
tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: Siswa mengumpulkan
12
informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan
permasalahan-permasalahan yang diselidiki. Masing-masing anggota kelompok
mmberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok. Siswa saling bertukar,
berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat. Misalnya:
Siswa menemukan cara-cara pembuktian rumus luas bangun datar. Siswa mecoba
cara-cara yang ditemukan dari hasil pengumupulan informasi terkait dengan topik
bahasan yang diselidiki. Siswa berdiskusi, mengklarifikasi tiap cara atau langkah
dalam pemecahan masalah tentang topik bahasan yang diselidiki.
4 ) Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa di kelompok
sebagai berikut: anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam
proyeknya masing-masing, anggota kelompok merencanakan apa yang akan
mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya, wakil dari masing-
masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.
Misalnya: Siswa menemukan bahwa rumus luas bangun datar segitiga adalah ½
alas x tinggi. Siswa menemukan bahwa rumus luas bangun datar segitiga adalah ½
alas x tinggi yang dibuktikan melalui rumus bangun datar persegi panjang. Siswa
membagi tugas sebagai pemimpin, moderator, notulis dalam presentasi
investigasi.
5) Tahap Presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran
di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: Penyajian kelompok pada
keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian. Kelompok yang tidak
sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, Pendengar mengevaluasi,
mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang
disajikan. Misalnya: Siswa yang bertugas untuk mewakili kelompok menyajikan
hasil atau simpulan dari investigasi yang telah dilaksanakan, Siswa yang tidak
sebagai penyaji, mengajukan pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan.
Siswa mencatat topik yang disajikan oleh penyaji.
13
6) Tahap evaluasi (evaluating)
Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada
tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut: Siswa
menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah
mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya. Guru dan siswa
mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan,
Penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
Langkah-langkah model pembelajaran Group Investigation lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1
Langkah-Langkah Group Investigation
No Langkah-langkah Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Tahap
Pengelompokan
(Grouping)
Guru membentuk
kelompok investigasi,
dengan anggota tiap
kelompok 4 sampai 5
orang. (kelompok terdiri
atas: kelompok segitiga,
jajar genjang, laying-
layang, trapezium, belah
ketupat)
-. Siswa bergabung pada
kelompok belajar
berdasarkan topik bangun
yang mereka pilih atau
menarik untuk diselidiki.
-. Siswa mengamati
sumber, memilih topik, dan
menentukan kategori-
kategori topik
permasalahan.
2 Tahap
Perencanaan
(Planning)
Guru memberikan
penjelasan tentang
perencanaan dan
pembagian tugas dalam
kelompok.
-. Siswa belajar dengan
menggali informasi,
bekerjasama dan berdiskusi.
-. Siswa membagi tugas
untuk memecahkan masalah
topik tersebut.
3 Tahap
Penyelidikan
(Investigation)
Guru memberikan
motivasi pada siswa
dalam penyelidikan
Siswa mengumpulkan
informasi, menganalisis data
dan membuat simpulkan
terkait dengan
permasalahan-permasalahan
yang diselidiki. Masing-
masing anggota kelompok
memberikan masukan pada
setiap kegiatan kelompok.
Siswa saling bertukar,
berdiskusi, mengklarifikasi
dan mempersatukan ide dan
14
pendapat. Misalnya: Siswa
menemukan cara-cara
pembuktian rumus luas
bangun datar (luas bangun
datar sesuai dengan nama
kelompoknya)
4 Tahap
Pengorganisasian
(Organizing)
Guru mengamati hasil
temuan siswa yaitu luas
bangun datar.
Siswa menemukan bahwa
rumus luas bangun datar
(misalnya: segitiga adalah ½
alas x tinggi. Siswa
menemukan bahwa rumus
luas bangun datar segitiga
adalah ½ alas x tinggi yang
dibuktikan melalui rumus
bangun datar persegi
panjang). Siswa membagi
tugas sebagai pemimpin,
moderator, notulis dalam
presentasi investigasi.
5 Tahap Presentasi
(Presenting)
Guru sebagai pendengar
dan penengah bila terjadi
beda pendapat antar
siswa
Siswa yang bertugas untuk
mewakili kelompok
menyajikan hasil atau
simpulan dari investigasi
yang telah dilaksanakan,
Siswa yang tidak sebagai
penyaji, mengajukan
pertanyaan, saran tentang
topik yang disajikan. Siswa
mencatat topik yang
disajikan oleh penyaji.
6 Tahap evaluasi
(evaluating)
Guru mengevaluasi
dengan memberikan tes
uraian pada akhir siklus.
Siswa merangkum dan
mencatat setiap topik yang
disajikan. Siswa
menggabungkan tiap topik
yang diinvestigasi dalam
kelompoknya dan kelompok
yang lain
2.1.4 Kajian tentang Hasil Belajar
Belajar menurut Robert M. Gagne (dalam Agus Budi Wahyudi, 2011:7)
belajar sebagai “a natural process that leads tochanges in what we know, what we
can do and how we behave” (Belajar sebagai proses alami yang dapat membawa
perubahan pada pengetahuan, tindakan, dan perilaku seseorang). Belajar adalah
15
preses yang dialami seseorang secara alami yang membawa perubahan dalam
pengetahuan , tindakan dan perilaku.
Lebih lanjut Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2010 :35)
menyimpulkan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh
individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang
menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh
tujuan tertentu”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan kegiatan
penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat
menguasai atau memperoleh sesuatu. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dalam rangka merubah tingkah laku ke arah yang lebih baik sesuai
dengan apa yang diharapkan dan dicita-citakan.
Tujuan belajar dirangkum kedalam tiga kawasan yaitu sebagai berikut :
1) Domain kognitif, terdiri atas 6 tingkatan yaitu :
a) Pengetahuan (mengingat, menghafal).
b) Pemahaman (mengiterprestasikan).
c) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah).
d) Analisis (menjabarkan suatu konsep).
e) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep
utuh).
f) Evaluasi ( menggabungkan nilai-nilai, ide, metode,dsb.).
2) Domain psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan yaitu:
a) Peniruan (menirukan gerak).
b) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak ).
c) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
d) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).
3) Domain efektif, terdiri atas 5 tingkatan yaitu :
a) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
b) Merespon (aktif berpartisipasi).
c) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu).
d) Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai).
16
e) Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagian bagian dari pola hidupnya).
Hasil belajar siswa adalah nilai yang diperoleh siswa selama kegiatan
belajar mengajar, belajar diartikan sebagai gejala perubahan tingkah laku yang
relative permanent dari seseorang dalam mencapai tujuan tertentu. De Cecco
(dalam Witjaksono,1985:6). Menurut Gagne ( dalam Witjaksono,1985 : 6 ) belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi dalam disposisi atau kapabilitas seseorang,
dalam kurun waktu tertentu, dan bukan semata-mata sebagai proses pertumbuhan.
Pendapat senada juga di utarakan oleh Susanto (1991 : 1) yang menyatakan bahwa
belajar merupakan proses dimana otak atau pikiran mengandalkan reaksi terhadap
kondisi-kondisi luar dan reaksi itu dapat di modifikasi dengan pengalaman-
pengalaman yang dialami sebelumnya. Melalui proses belajar anak dapat
mengadaptasikan dirinya pada lingkungan hidupnya. Adaptasi itu dapat berupa
perubahan pikiran, sikap, dan ketrampilan.
Hasil belajar yang diukur pada pembelajaran yang berlandaskan kurikulum
2004 meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka guru tidak
hanya menilai siswa dari aspek intelektual tetapi dari aspek kemampuan social,
sikap siswa selama proses belajar mengajar serta keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran juga dinilai oleh guru. Siswa yang telah mengalami pembelajaran
diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan baru sarta perbaikan sikap
sebagai hasil pembelajaran yang telah dialami siswa tersebut. Pengukuran hasil
belajar bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa dalam menyerap
materi. Sebaliknya hasil belajar yang telah dinilai oleh guru diberitahukan kepada
siswa agar siswa mengetahui kemajuan belajar yang telah dilakukannya serta
kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Penilaian hasil belajar pada akhirnya
sebagai bahan refleksi guruterhadap kemampuan mengajarnya serta mengevaluasi
pencapaian target kurikulum.
2.1.4.1 Domain Hasil Belajar
Benjamin S.Bloom (Winkel, 1996 : 274) membagi hasil belajar kedalam
tiga Ranah:
1) Ranah Kognitif
17
Ranah Kognitif (berkaitan dengan daya pikir, pengetahuan, dan penalaran)
berorientasi pada kemampuan siswa dalam berfikir dan bernalar yang mencakup
kemampuan siswa dalam mengingat sampai memecahkan masalah, yang
menuntut siswa untuk menggabungkan konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya. Ranah kognitif ini berkenaan dengan prestasi belajar dan dibedakan
dalam enam tahapan, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis
dan evaluasi. Pada siswa SMP diutamakan pada ranah pengetahuan, pemahaman
dan penerapan.
Pengetahuan mencakup kemampuan mengingat tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,
peristiwa kaidah, prinsip, teori dan rumus. Pengetahuan yang telah tersimpan
dalam ingatan, di gali pada saat dibutuhkan dalam bentuk mengingat (recall) atau
mengenal kembali (recognition).
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap makna dan arti dari
bahan yang telah dipelajari. Kekampuan seseorang dalam memahami sesuatu
dapat dilihat dari kemampuannya menyerap suatu materi, kemudian
mengkomunikasikannya dalam bentuk lainnya dengan kata-kata sendiri.
Pengetahuan mencakup kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang
telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk menghadapi situasi baru
dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat penerapan ini dapat diukur dari kemampuan
menggunakan konsep, prinsip, teori dan metode untuk menghadapi maalah-
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2) Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor berorientasi kepada ketrampilan fisik, ketrampilan
motorik, atau kemampuan tangan yang berhubungan dengan anggota tubuh atau
tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Simson (dalam
Winkel, 1996:278) menyatakan bahwa ranah psikomotor terdiri dari tujuh jenis
perilaku yaitu : persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa,
gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreaktifitas.
Sedangkan menurut Kibler, Barker,dan Miles ( dalam Dimyati dan
Mudjiono, 1994:195-196)ranah psikomotor mempunyai taksonomi berikut ini:
18
a) Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan gerakan tubuh yang
menekankan pada kekuatan, kecepatan,dan ketepatan tubuh yang mencolok.
b) Ketepatan gerakan dikoordinasikan, merupakan keterampilan yang
berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan.
c) Perangkat komunikasi non verbal, merupakan kemampuan mengadakan
komunikasi tanpa kata.
d) Kemampuan berbicara, merupakan kemampuan yang berhubungan dengan
komunikasi secara lisan. Untuk kemampuan berbicarasiswa harus mampu
menunjukkan kemahirannya memilih dan menggunakan kata atau kalimat
sehingga informasi, ide atau yang dikomunikasikannya dapat diterima dengan
mudah oleh pendengarnya.
3) Ranah Afektif
Ranah efektif (berkaitan dengan perasaan/ kesadaraan, seperti perasaan
senang atau tidak senang yang memotivasi seseorang untuk memilih apa yang
disenangi) berorientasi pada kemampuan siswa dalam belajar menghayati nilai
objek-objek yang dihadapi melalui perasaan, baik objek itu berupa orang, benda
maupun peristiwa. Cirri lain terletak dalam belajar mengungkapkan perasaan
dalam bentuk ekspresi yang wajar. Menurut Krochwall Bloom (dalam Winkel
1996:276) ranah efektif terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian dan
penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup. Untuk ranah kognitif,
guru menilai kemampuan kognitif siswa berdasarkan hasil test yang diberikan
kepada siswa pada akhir pelaksanaan perbaikan.
2.1.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Untuk memahami tentang hasil belajar, perlu didalami faktor-faktor yang
mempengaruhinya, Mulyasa. (2005: 189-196) mengemukakan beberapa faktor
1) Pengaruh faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik dapat
digolongkan ke dalam faktor sosial dan non-sosial. Faktor sosial menyangkut
hubungan antarmanusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial. Kedalam faktor
ini termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya.
19
Sedangkan faktor non-sosial seperti lingkungan alam fisik misalnya: kjeadaan
rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya.
2) Pengaruh faktor internal
Faktor internal menyangkut: a) faktor-faktor fisiologis, yang menyangkut
keadaan jasmani atau fisik individu, yang dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi jasmani tertentu
terutama panca indera, b) faktor-faktor psikologis, yang berasal dari dalam diri
seperti inteligensi, minat, sikap, dan motivasi.
Menurut pendapat A. Tabrani Rusyan, (2007: 68) faktor internal yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu:
a) Keinginan untuk mencapai apa yang telah dicita-citakan
b) Minat pribadi yang mempengaruhi belajar
c) Pola kepribadian yang mempengaruhi jenis dan kekuatan aspirasi
d) Nilai pribadi yaitu yang menentukan apa saja dari kekuatan aspirasi
e) Jenis kelamin
f) Latar belakang keluarga
2.2 Kajian Penilitian yang Relevan
Penelitian yang relevan yang pernah dilaksanakan adalah Penelitian
Tindakan Kelas yang dilakukan oleh Warsi, S. Pd guru di SD N Bakaran Kulon
01, dengan judul PTK: “Penerapan Model Kooperatif Group Investigation sebagai
Alternatif Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Sains Pada Siswa
Kelas 5 SD Bakaran Kulon 01 Tahun Pelajaran 2008/2009.”
Perbedaan yang mendasar penelitian yang dilakukan Warsi, S.Pd dengan
penelitian yang peneliti lakukan adalah : dalam penelitian ibu Warsi Mata
Pelajaran yang diteliti adalah Sains. Indikator pencapaiannya adalah KKM
Klasikal 85% yang artinya jika 85% siswa di kelas itu mendapat nilai minimal
sama dengan KKM maka PTK dianggap sudah berhasil dan selesai. Sedangkan
peneliti menitik beratkan pada hasil belajar yaitu meningkatnya keaktifan siswa
dan meningkatnya hasil belajar yang ditandai denganan menggunakan KKM
Individual pada mata pelajaran matematika. KKM Individual Pelajaran atematika
20
yang peneliti pakai adalah 75.Penelitian yang relevan ini lebih jelasnya dapat
dilihat pada matrik di bawah ini.
Tabel 2.2
Penelitian yang Relevan
NO Nama Variable
X1 X2 X3 X4 Y
1. WARSI, S. Pd. SD
2 KRISTINA ERNA F
3 POYO JOKO SAPUTRO
Keterangan :
X1 = SAINS X2 = MATEMATIKA
X3 = KKM KLASIKAL X4 = KKM INDIVIDUAL
Y = HASIL BELAJAR
2.3.Kerangka Berfikir
Pada umumnya pengajaran matematika di sekolah sampai saat ini masih
konvensional yaitu guru aktif menjelaskan materi pelajaran sedangkan siswa
hanya mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan yang diberikan guru.
Tentunya pendekatan seperti ini tidak sesuai dengan tuntutan zaman karena
dimungkinkan akan berpengaruh pada rendahnya tingkat kemampuan bernalar
siswa. Padahal pelajaran matematika dari tahun ke tahun semakin kompleks dan
lebih berkembang.
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation (GI) maka hasil belajar siswa khususnya di bidang mata pelajaran
matematika dapat ditingkatkan, karena model pembelajaran ini merupakan suatu
model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman
dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan
bekerja secara bersama-sama diantara sesama anggota kelompok akan
peningkatan motivasi, produktivitas, perolehan belajar dan pembelajaran akan
semakin memberikan hasil belajar yang baik.
21
Adapun kerangka berpikir dapat ditunjukkan melalui peta konsep sebagai berikut:
Gambar 2.1.
Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Melalui Model Pembelajaran GI
2.4. Hipotesis Tindakan
Dari kerangka berpikir yang telah dikemukakan dapat dirumuskan
hipotesis tindakan yaitu peningkatan hasil belajar matematika materi luas bangun
datar diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran Group Investigation
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Guru menyampaikan
materi dengan ceramah
Siswa malas,
jenuh, bosan,
materi tidak
dikuasai
Pembelajaran
Konvensional
Guru sebagai fasilitator Model Pembelajaran
Group Investigation Siswa kurang
aktif dalam
proses
pembelajaran Membentuk kelompok
Perencanaan
Tingkat
pemahaman
siswa rendah,
hasil belajar <
KKM
Penyelidikan
Pengorganisasian
Presensasi
Evaluasi
Hasil belajar
meningkat
22
siswa kelas 5 SD Negeri Agungmulyo Kecamatan Juwana Pati semester I tahun
pelajaran 2015/2016.