BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian IPA · Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan...

25
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian IPA Ilmu Perngetahuan Alam (IPA) sering disebut dengan singkat sebagai sains. Sains (Inggris: science) berasal dari kata latin “scientia” yang berarti (1) pengetahuan tentang, atau tahu tentang; (2) pengetahuan, pengertian, faham yang benar dan mendalam. Ilmu merujuk ke (1) studi sistematis; (2) tubuh pengetahuan yang terorganisir; (3) pengetahuan teoritis. Menurut KTSP (2006) IPA atau SAINS merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam pengetahuannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Menurut Wahyana (dalam Trianto 2010: 136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Menurut Powler (dalam Samatowa 2009: 3) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis. Menurut Abdullah (1998: 18) “ IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan cara melakukan oberservasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan yang lain”. Perkembangan IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis hasil kegiatan manusia tentang alam sekitar yang terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah, nilai dan sikap ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Depdiknas (2006) mengemukakan ilmu pengetahuan alam merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang ditempuh melalui pengalaman, serangkaian proses ilmiah antara lain

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian IPA · Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan...

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian IPA

    Ilmu Perngetahuan Alam (IPA) sering disebut dengan singkat sebagai sains.

    Sains (Inggris: science) berasal dari kata latin “scientia” yang berarti (1)

    pengetahuan tentang, atau tahu tentang; (2) pengetahuan, pengertian, faham yang

    benar dan mendalam. Ilmu merujuk ke (1) studi sistematis; (2) tubuh pengetahuan

    yang terorganisir; (3) pengetahuan teoritis. Menurut KTSP (2006) IPA atau

    SAINS merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis,

    dan dalam pengetahuannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

    Menurut Wahyana (dalam Trianto 2010: 136) IPA adalah suatu kumpulan

    pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum

    terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh

    adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

    Menurut Powler (dalam Samatowa 2009: 3) IPA merupakan ilmu yang

    berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun

    secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan

    eksperimen/sistematis.

    Menurut Abdullah (1998: 18) “ IPA merupakan pengetahuan teoritis yang

    diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan cara

    melakukan oberservasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, dan

    demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan yang lain”.

    Perkembangan IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun

    secara sistematis hasil kegiatan manusia tentang alam sekitar yang terwujud

    melalui suatu rangkaian kerja ilmiah, nilai dan sikap ilmiah pada siswa serta rasa

    mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Depdiknas

    (2006) mengemukakan ilmu pengetahuan alam merupakan hasil kegiatan manusia

    berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar

    yang ditempuh melalui pengalaman, serangkaian proses ilmiah antara lain

  • 7

    penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan. Dari pembelajaran IPA

    diharapakan siswa menyelidiki kejadian-kejadian di lingkungan sekitarnya.

    Dari paparan tersebut dapat diartikan bahwa IPA adalah kumpulan

    pengetahuan mengenai konsep yang mempelajari tentang lingkungan sekitar

    dengan tujuan untuk lebih mencintai lingkungan dan menjaga kelestarian alam

    yang ada. IPA diperlukan dalam kehidupam sehari-hari untuk memenuhi

    kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat

    diidentifikasikan.Penggunaan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak

    berdampak buruk pada lingkungan. Di tingkat SD diharapkan pembelajaran IPA

    ada penekanan pembelajaran dengan konsep lingkungan, teknologi dan

    masyarakat yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan

    membuat suatu karya melalui penggunaan konsep IPA dan kompetensi bekerja

    ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk isi mencakup fakta, konsep,

    prinsip, hukum-hukum, dan teori Ilmu Pengetahuan Alam. Jadi pada hakikatnya

    Ilmu Pengetahuan Alam terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses

    ilmiah, dan produk ilmiah.

    2.2 Hakikat Pembelajaran IPA SD

    Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang

    dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa (Oemar Hamalik,

    2008: 25). Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran

    merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa

    belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam pengajaran tahunan,

    semester dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut persiapan

    perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya

    (Hisyam Zaini, 2004: 4).

    Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka disimpulkan pembelajaran

    adalah suatu proses dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka

    membuat siswa belajar, pembelajaran juga merupakan persiapan di masa depan

    dan sekolah mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan

    datang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang

    dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang

  • 8

    terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui

    serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian

    gagasan-gagasan.

    IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi,

    eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait

    mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abdullah, 1998: 18). IPA

    berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

    IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya

    penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau

    prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri

    Sulistyorini, 2007: 39).

    Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa

    yang terjadi alam (Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata

    pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan

    dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari

    pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,

    penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA

    sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu

    siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas dalam

    Suyitno, 2002: 7).

    Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA

    adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan

    melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa

    mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam

    sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara

    lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.

    2.3 Pembelajaran IPA SD

    Tujuan pembelajaran IPA adalah untuk memahami konsep-konsep IPA dan

    keterkaitannya dengan pengetahuan sehari-hari, dan pada akhirnya dapat

    menimbulakan rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran

    keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Muchtar, dkk (2004: 5) menjelaskan bahwa

  • 9

    prinsip-prinsip pembelajaran dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di

    sekolah dasar sebagai berikut :

    a. Materi pembelajaran disusun berdasarkan penyesuaian terhadap

    Kurikulum Berbasis Kompetensi sesuai standar isi 2006.

    b. Pemberian ilustrasi. Dimaksudkan untuk memberikan penjelasan kepada

    murid dengan mempergunakan contoh-contoh gambar dari setiap materi

    belajar dan untuk menarik minat murid terhadap mata pelajaran Ilmu

    Pengetahuan Alam.

    c. Aktivitas kegiatan. Merupakan penerapan percobaan-percobaan yang

    dilakukan murid baik individu maupun kelompok yang bertujuan agar

    murid memiliki pengalaman nyata dalam memahami suatu materi

    pelajaran yang diberikan.

    d. Akttivitas tugas. Pemberian tugas baik individu maupun kelompok

    dimaksudkan agar murid aktif dan dapat memecahkan masalah yang

    ditemukan.

    Tating, dkk (2003: 11) mengemukakan prinsip-prinsip pembelajaran Ilmu

    Pengetahuan Alam di sekolah dasar sebagai berikut :

    a. Pada awal setiap bab, disajikan wacana tentang kejadian-kejadian setiap hari

    dilingkungan murid yang bertujuan untuk membangkitkan minat murid

    untuk memahami konsep Ilmu Pengetahuan Alam dan keterkaitannya

    dengan kehidupan murid.

    b. Pemahaman konsep untuk murid disajikan berupa percobaan sederhana

    dengan menggunakan alat-alat sederhana, mudah diperoleh serta pas untuk

    usia murid.

    c. Pada setiap akhir bab, disajikan rangkuman, tugas,dan evaluasi. Rangkuman

    dimaksudkan untuk memudahkan murid mengingat kembali konsep dan hal-

    hal yang sedang dipelajari. Dengan adanya tugas, murid diharapkan mampu

    melakukan kegiatan sendiri, misalnya pada diskusi. Dengan diskusi murid

    diharapkan mampu dan berani mengemukakan masalah dengan

    menggunakan daya ingat, pemahaman dan penerapannya dalam kehidupan

    sehari-hari.

  • 10

    Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006)

    secara terperinci adalah:

    a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

    berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya.

    b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

    bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,.

    c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

    adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

    teknologi dan masyarakat,

    d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

    memecahkan masalah dan membuat keputusan,

    e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

    dan melestarikan lingkungan alam.

    f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

    keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

    g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai

    dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

    Dari uraian di atas menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran IPA di SD

    disamping untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

    IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, juga

    mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

    memecahkan masalah dan membuat keputusan.

    2.4 Penilaian IPA SD

    a. Tujuan Penilaian

    Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Penilaian

    meliputi pengumpulan informasi melalui berbagai teknik penilaian dan membuat

    keputusan berdasar hasil penilaian tersebut. Penilaian memberi informasi

    padaguru tentang prestasi siswa terkait dengan tujuan pembelajaran.

    Dengan informasi ini, guru membuat keputusan berdasar hasil penilaian

    mengenai apa yanh harus dilakukan untuk meningkatkan metode pembelajaran

    dan memperkuat proses belajar siswa. Penilaian mengukur seberapa jauh

  • 11

    pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dicapai oleh siswa. Selain

    melengkapi proses belajar mengajar, penilaian juga memberi umpan balik

    formatif dan sumatif pada guru,siswa, sekolah dan orang tua siswa.

    1) Penilaian member umpan balik kepada siswa, yang memungkinka nmereka

    untuk menyadari kekuatan dan kelemahan mereka. Melalui penilaian, siswa

    dapat memantau kinerja dan kemajuan mereka. Ia juga menunjukkan arah yang

    ditempuh untuk berkembang lebih jauh.

    2) Penilaian member umpan balik kepada guru, yang memungkinkan mereka

    memahami kekuatan dan kelemahan siswa mereka. Ia juga member informasi

    mengenai prestasi belajar siswa juga keefektifan pembelajaran yang dilakukan

    guru.

    3) Penilaian member umpan balik kepada sekolah. Informasi yang diperoleh

    memudahkan penempatan siswa dalam kelompok yang sesuai, dan kenaikan

    kelas siswa. Ia juga memungkinkan sekolah meninjau kefektifan program

    instruksional sekolah

    4) Penilaian member umpan balik kepada orang tua siswa, yang menungkinkan

    mereka memantau kemajuan dan prestasi anak mereka melalui informasi yang

    diperoleh..

    b. Aspek Penilaian

    Tujuan IPA adalah menguasai pengetahuan IPA, memahami dan menerapkan

    konsep IPA, menerapkan keterampilan proses, dan mengembangkan sikap.

    Tujuan penilaian ini sejalan dengan tiga ranah dalam kerangka kurikulum IPA

    seperti ditunjukkan di bawah:

    a) Penilaian Pengetahuan, pemahaman dan penerapan konsep IPA

    b) Penilaian Keterampilan dan Proses

    c) Penilaiankarakter dan sikap (sikap ilmiah)

    Penjelasan ketiga jenis penilaian tersebut di atas adalah sebagai berikut:

    1) Penilaian Pengetahuan, Pemahaman dan Penerapan Konsep IPA

    Penilaianpengetahuan IPA merupakan produk dari pembelajaran IPA.

    Penilaian ini bertujuan untuk melihat penguasaanpeserta didik terhadap

    fakta, konsep, prinsip, dan hukum-hukum dalam IPA dan penerapannya

  • 12

    dalam kehidupan. Peserta didik diharapkan dapat menggunakan

    pemahamannya tersebut untuk membuat keputusan, berpartisipasi

    dimasyarakat, dan menanggapi isu-isulokal dan global.

    2) Penilaian Keterampilan Proses Penilaian dilakukan tidak hanya

    terhadapproduk, tetapi juga proses. Penilaian proses IPA dilakukan

    terhadap keterampilan proses IPA, meliputi keterampilan dasar IPA dan

    keterampilan terpadu tingkat awal. Keterampilan proses IPA dasar

    meliputi observasi, inferensi, melakukan pengukuran, menggunakan

    bilangan, klasifikasi, komunikasi, dan prediksi. Di samping itu, peserta

    7didik mulai diperkenalkan dengan kemampuan melakukan percobaan

    sederhana dengan dua variabel atau lebih untuk menguji hipotesis tentang

    hubungan antar variabel. Peserta didik juga dilatihmengkomunikasikan

    hasil belajarnya melalui berbagai bentuk sepeti debat, diskusi, presentasi,

    tulisan, dan bentuk ekspresif lainnya. Dari berbagai keterampilan proses

    ilmiah, berikut adalah enam keterampilan dasar yang perlu dikuasai untuk

    peserta didik.

    a. Observasi

    Penilaian keterampilan melakukan observasi dinilaipada saat melakukan

    observasi dalam rangka memperoleh data hasil penginderaan terhadap

    objek dan fenomena alam menggunakan panca indera. Informasi yang

    diperoleh menimbulkan rasa ingin tahu, pertanyaan, interpretasi, dan

    investigasi.

    b. Komunikasi

    Keterampilan berkomunikasi secara ilmiah menggunakan berbagai cara,

    seperti menggunakan grafik, carta, peta, simbol, diangram, rumus

    matematis, dan demonstrasi visual, baik secara tertulis maupun lisan.

    c. Klasifikasi

    Keterampilan melakukan klasifikasi diperlukan untuk mengelompokkan

    berbagai objek untuk mempermudah mempelajarinya, berdasarkan

    persamaan, perbedaan, dan saling keterkaitan obyek.

    d. Pengukuran

  • 13

    Keterampilan melakukan pengukuran menggunakan alat ukur standar

    untuk melakukan observasi secara kuantitatif, membandingkan, dan

    mengklasifikasikan,serta mengkomunikasikannya secara efektif. Alat

    pengukuran meliputi penggaris, meteran, neraca, gelas ukur, termometer,

    pH meter, Higrometer, dan sebagainya.

    e. Inferensi

    Keterampilan melakukan interpretasi dan menjelaskankejadian di sekitar

    kita. Kemampuan ini dibutuhkan antara lain untuk menyusunhipotesis.

    Interpretasi menghubungkan pengalaman lampau dengan apa yang sedang

    dilihat.

    f. Prediksi

    Keterampilan melakukan prediksi ditentukan oleh observasi yang teliti dan

    inferensi untuk memprediksi apa yang akan terjadi untuk menentukan

    reaksi yang tepat terhadap lingkungan.

    g. Percobaan Sederhana

    Keterampilan melakukan percobaan diawali dengan kemampuan

    menyusun pertanyaan, mengidentifikasi variabel, mengemukakanhipotesis,

    mengidentifikasi variabel kontrol, membuat desain percobaan, melakukan

    percobaan, mengumpulkan data, dan interpretasi data.

    3.Penilaian sikap

    Penilaian sikap ilmiah meliputi sikap obyektif, terbuka, tidak menerima

    begitu saja sesuatu sebagai kebenaran, ingin tahu, ulet , tekun, dan pantang

    menyerah. Selain itu, kemampuan bekerjasama, bertukar pendapat,

    mempertahankan pendapat, menerima saran, dan kemampuan sosial lainnya

    dapat juga dilakukan melalui pembelajaran IPA.

    c. Bentuk Penilaian IPA

    Bentuk-bentuk penilaian mata pelajaran IPA yang dapat digunakan untuk

    mengukur ketiga aspek diatas adalah sebagai berikut :

    1) Penilaian Tertulis

    Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis (paper and pencil

    test). Tes tertulis merupakan kumpulan soal-soal yang diberikan

  • 14

    kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal,

    pesertadidik tidak selalu harus merespon dalam bentuk jawaban, tetapi

    juga dapat dilakukan dalam bentuk lain seperti memberi tanda,

    mewarnai, menggambar dan sejenisnya. Tes tertulis meliputi soal

    bentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah, isian, jawaban

    singkat dan uraian. Penyusunan soal tes tertulis memperhatikan

    kaidah-kaidah penulisan soal dilihat dari segi materi, konstruksi,

    maupun bahasa, dan menuntut penalaran yang tinggi. Hal ini dapat

    dilakukan guru dengan cara:

    a. Materi yang ditanyakan mengukur perilaku pemahaman,

    penerapan, sintesis, analisis, atau evaluasi. Perilaku ingatan juga

    diperlukan namun kedudukannya adalah sebagai langkah awal

    sebelum peserta didik dapat mengukur perilaku yang disebutkan di

    atas.

    b. Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus), misalnya

    dalam bentuk ilustrasi/bahan bacaan seperti kasus, contoh, tabel

    dan sebagainya.

    c. Mengukur kemampuan berpikir kritis.

    d. Mengukur keterampilan pemecahan masalah.

    2. Penilaian Kinerja

    Penilaian kinerja dilakukan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang

    menuntut peserta didik menunjukkan kinerjanya. Penilaian ini dilakukan

    dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Cara

    penilaian ini dianggap lebih autentik daripada tes tertulis karena:

    a. Apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang

    sebenarnya.

    b. Untuk mata pelajaran IPA, penilaian semacam ini dapat dilakukan

    melalui kegiatan seperti pengujian/penelitian, melakukan percobaan-

    percobaan, dan lain-lain. Dalam penilaian kinerja perlu dipertimbangkan

    hal-hal berikut:

  • 15

    a. Identifikasi langkah-langkah kinerja yang diharapkan sesuai

    dengan tuntutan kompetensi

    b. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja

    tersebut.

    c. Upayakan kemampuan yang dinilai tidak terlalu banyak agar dapat

    diamati.

    d. Kemampuan yang dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang

    diamati.

    Penilaian kemampuan kinerja dapat dilakukan dengan cara yang paling

    sederhana yaitu menggunakan: daftar cek (checklist) Pada penilaian ini peserta

    didik mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat

    diamati oleh penilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya bisa memilih dua

    pilihan absolut yaitu teramati atau tidak teramati, jika tidak dapat diamati maka

    peserta didik tidak memperoleh nilai (tidak ada nilai tengah); skala rentang(rating

    scale)

    Pada penilaian ini memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap

    penguasaan kompetensitertentu, karena pemberian nilai secara kontinu dimana

    pilihan kategori nilai lebih dari dua. Penilaian sebaiknya dilakukan lebih dari satu

    penilai untuk menghindari subjektivitas.

    2.5 Model Pembelajaran Group Investigation

    2.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation

    Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran

    kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari

    sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan

    yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui

    internet. siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik

    maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. tipe ini menuntut para

    siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam

    keterampilan proses kelompok. model group investigation dapat melatih siswa

    untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. keterlibatan siswa secara aktif

    dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. dalam

  • 16

    metode group investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau

    enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic

    of the learning group, (udin s. winaputra, 2001:75). penelitian di sini adalah

    proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan

    masalah tersebut. pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa

    baik secara langsung maupun tidak langsung. sedangkan dinamika kelompok

    menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang

    melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui

    proses saling beragumentasi.

    Pembelajaran kooperatif tipe group investigation berawal dari perspektif

    filosofis terhadap konsep belajar. untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki

    pasangan atau teman. sebuah gagasan john dewey tentang pendidikan, bahwa

    kelas merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk

    belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang bertujuan mengkaji masalah-

    masalah sosial dan antar pribadi. Menurut depdiknas (2005:18) pada pembelajaran

    ini guru seyogyanya mengarahkan, membantu para siswa menemukan informasi,

    dan berperan sebagai salah satu sumber belajar, yang mampu menciptakan

    lingkungan sosial yang dicirikan oleh lingkungan demokrasi dan proses ilmiah.

    kelompok penyelidikan adalah medium organisasi untuk mendorong dan

    membimbing keterlibatan siswa dalam belajar. siswa aktif berbagi dalam

    mempengaruhi sifat kejadian di dalam kelas mereka. dengan berkomunikasi

    secara bebas dan bekerja sama dalam perencanaan dan melaksanakan dipilih topik

    mereka penyelidikan, mereka dapat mencapai lebih dari mereka sebagai

    individu. hasil akhir dari kelompok kerja mencerminkan kontribusi masing-

    masing anggota, tetapi intelektual lebih kaya dari kerja yang dilakukansendiri oleh

    siswa yang sama.

    2.5.2 Karakteristik Model Pembelajaran GI (Group Investigation)

    Pembelajaran kooperatif tipe GI memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

    1. tujuan kognitif untuk menginformasikan akademik tinggi dan

    keterampilan inkuiri.

  • 17

    2. kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 atau 5 siswa

    yang heterogen dan dapat dibentuk berdasarkan pertimbangan keakraban

    persahabatan atau minat yang sama dalam topic tertentu.

    3. siswa terlibat langsung sejak perencanaan pembelajaran (menentukan

    topik dan cara investigasi) hingga akhir pembelajaran (penyajian laporan).

    4. diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.

    5. adanya sifat demokrasi dalam kooperatif (keputusan-keputusan yang

    dikembangkan atau diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks

    masalah yang diselidiki).

    6. guru dan murid memiliki status yang sama dalam mengatasi masalah

    dengan peranan yang berbeda.

    2.5.3 Tahap-Tahap Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI (Group

    Investigation)

    Menurut Slavin (1995: 113-114) dalam implementasi teknik group

    investigation dapat dilakukan melalui 6 (enam) tahap. Tahapan tersebut adalah: 1)

    identifying the topic and organizing pupils into groups, 2) planning the learning

    task, 3) carring out the investigation, 4) preparing a final report, 5) presenting the

    final report, and 6) evaluation. Dengan melihat tahapan tersebut, maka

    pembelajaran dengan teknik group investigation berawal dari mengidentifikasi

    topik dan mengatur murid kedalam kelompok, merencanakan tugas yang akan

    dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir,

    mempersentasikan laporan akhir dan berakhir pada evaluasi.

    Dari uraian pendapat Slavin, di atas dapat dijelaskan bahwa dalam group

    investigation, para siswa bekerja melalaui enam tahapan. Tahapan-tahapan ini dan

    komponen-komponennya dapat dijabarkan sebagai berikut:

    1. Mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok.

    a. Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik dan

    mengkategotikan saran-saran.

    b. Para siswa begabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang

    mereka pilih.

  • 18

    c. Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus

    bersifat homogen.

    d. Guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan memfasilitasi

    pengaturan.

    2. Merencanakan tugas yang akan dipelajari.

    3. Para siswa merencanakan bersama mengenai apa yang akan dipelajari,

    bagaiman memepelajarinya dan pembagian tugas.

    a. Melaksanakan investigasi

    b. Para siswa mengumpulkan informasi, mengenai data dan membuat

    kesimpulan.

    c. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan

    kelompoknya.

    d. Para siswa saling bertukar, bediskusi, mengklasifikasi, dan mensintesis

    semua gagasan.

    4. Menyiapkan laporan akhir

    a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari tugas mereka

    b. Anggota kelompok merencanakan apa yang mereka laporkan, dan

    bagaiman mereka membuat pesentasinya.

    c. Wakil-wakil kelompok membentuk panitia untuk mengkoordinasikan

    rencana-rencana presentasi.

    5. Mempresentasikan laporan akhir

    a. Presentasi yang dibuat untuk semua kelas dan berbagai macam bentuk

    b. Presentasi harus dapat melibatkan peseta secara aktif

    c. Para peserta mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi

    berdasarkan keriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

    6. Evaluasi

    a. Para siswa saling meberikan umpan balik mengenai topik tersebut.

    b. Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa.

    c. Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.

    d. Pendekatan lain untuk mengevaluasi dapat dengan membuat para siswa

    merekonstruksi proses investigasi yang telah mereka lakukan dan

  • 19

    memetakan langkah-langkah yang telah mereka terapkan dalam

    pembelajaran mereka.

    Slavin (1995: 113-114) menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas

    investigasi siswa dapat: students gather information, analyze the data and reach

    conclusions, 2) each group member contributes to the group effort, and 3)

    students exchange discuss clarify, and synthesize ideas.

    Dalam menyiapkan laporan akhir, aktifitas yang dilakukan adalah:1) group

    members determine the essential message of their project, 2) group members plan

    what they will report and how they will make their presentation and 3) group

    representatives form a steering committee to coordinate plans for the

    presentation.

    Pada tahap mempersentasekan laporan akhir yang harus dipehatikan adalah

    the presentation is made to the entire class in a variety of forms, part

    of the presentation should actively involve the audience, and the

    audience evaluates the clarity and appeal of presentation according to

    criteria determined in advance by the whole class. Sedangkan dalam

    evaluasi, aktifitas siswa adalah students share feedback about the

    topik, about the work they did, and about their effective experiences

    (1) teachers and pupils collaborate in evaluating student learning,

    and (3) assessment of learning should evaluate higher-level thinking.

    Ini mengandung pengertian bahwa dalam melaksanakan tugas investigasi

    siswa dapat mengumpulkan informasi, menganalisis, dan membuat simpulan,

    setiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan

    kelompoknya, dan saling bertukar pikiran, berdiskusi, mengklarifikasi, dan

    mensintesis semua gagasan, sedangkan dalam menyiapkan laporan akhir, aktifitas

    yang dilakukan siswa adalah nggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial

    dari pekerjaan mereka, anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka

    laporkan dan bagaimana membuat persentase, wakil-wakil kelompok membentuk

    sebuah tim untuk mengkoordinasikan rencana persentasi.

    Untuk mempersentasikan laporan akhir, persentase harus dapat melibatkan

    pendengarnya secara aktif dan pendengar menevaluasi berdasrakan keriteria yang

  • 20

    telah ditentukan sebelumnya, sedangakan pada tahap evaluasi, siswa saling

    memberikan umpan balik, kolaborasi guru dan murid dalam mengevaluasi

    pembelajaran dan penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran

    yang paling tinggi.

    2.5.4 Sintaks Model koperatif tipe (Group Investigation) :

    a. Pengarahan,

    b. Buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas,

    c. Rencanakan pelaksanaan investigasi,

    d. Tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal

    mengukur tinggi pohon,

    e. Mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan

    keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah),

    f. Pengolahan data,

    g. Penyajian data hasil investigasi,

    h. Presentasi,

    i. Kuis individual,

    j. Buat skor perkembangan siswa,

    k. Umumkan hasil kuis dan berikan reward.

    Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation

    Langkah-langkah pembelajaran Group Investigation di dalam kegiatan

    pembelajaran di kelas menurut Istarani (2011: 86) adalah sebagai berikut

    1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen

    2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok

    3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas

    satu materi atau tugas yang berbeda dari kelompok lain.

    4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara

    kooperatif dan bersifat penemuan.

    5. Setelah selesai berdiskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil

    pembahasan kelompok.

    6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan.

    7. Evaluasi

  • 21

    8. Penutup

    Menurut (Istarani ( 2010: 87) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran

    Kooperatif tipe GI (Group Investigation).

    Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI (Group Investigation)

    Adapun kelebihan dari model pembelajaran ini adalah:

    1. Dapat memadukan antara siswa yang berbeda kemampuan melalui

    kelompok heterogen

    2. Malatih siswa untuk meningkatkan kerjasama dalam kelompok.

    3. Melatih siswa untuk memepertanggungjawabkan sebab ia diberi tugas

    untuk diselesaikan dalam kelompok.

    4. Siswa dilatih untuk menemukan hal-hal baru dari hasil investigasi

    kelompok yang dilakukan.

    5. Melatih siswa untuk mengeluarkan ide dan gagasan baru melalui

    penemuan yang ditemukannya.

    Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe GI (Group Investigation)

    Kekurangan dari model pembelajaran ini adalah;

    1. Dalam berdiskusi sering kali yang aktif hanya sebagian siswa

    2. Adanya pertentangan diantara siswa yang sulit disatukan karena dalam

    kelompopk sering berbeda pendapat

    3. Sulit bagi siswa untuk menemukan hal yang baru sebab ia belum terbiasa

    untuk melakukan hal itu.

    4. Bahan yang tersedia untuk melakukan penemuan kurang lengkap.

    Pengertian group investigation model group investigation seringkali disebut

    sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. hal ini disebabkan

    oleh metode ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan

    pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar

    kooperatif. berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan

    model group investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa

    untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari

    perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. democratic

    teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi,

  • 22

    yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan

    persamaan kesempatan, dan memperhatikan keberagaman peserta didik

    (budimansyah, 2007: 7).

    Group Investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong

    siswa dalam keterlibatan belajar. metode ini menuntut siswa untuk memiliki

    kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses

    kelompok (group process skills). hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide

    dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah

    kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual. eggen &

    kauchak (dalam maimunah, 2005: 21) mengemukakan group investigation adalah

    strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk

    melakukan investigasi terhadap suatu topik. dari pernyataan tersebut dapat

    disimpulkan bahwa metode gi mempunyai fokus utama untuk melakukan

    investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus. Tujuan model pembelajaran

    grup investigasi paling sedikit memiliki tiga tujuan yang saling terkait:

    1. Group Investigasi membantu siswa untuk melakukan investigasi terhadap

    suatu topik secara sistematis dan analitik. hal ini mempunyai implikasi

    yang positif terhadap pengembangan keterampilan penemuan dan

    membentu mencapai tujuan.

    2. pemahaman secara mendalam terhadap suatu topik yang dilakukan melaui

    investigasi.

    3. Group Investigasi melatih siswa untuk bekaerja secara kooperatif dalam

    memecahkan suatu masalah. dengan adanya kegiatan tersebut, siswa

    dibekali keterampilan hidup (life skill) yang berharga dalam kehidupan

    bermasyarakat. jadi guru menerapkan model pembelajaran gi dapat

    mencapai tiga hal, yaitu dapat belajar dengan penemuan, belajar isi dan

    belajar untuk bekerjas secara kooperatif.

    langkah-langkah model pembelajaran Group Investigasi sharan (dalam

    supandi, 2005: 6) mengemukakaan langkah-langkah pembelajaran pada model

    pemelajaran gi sebagai berikut.

    1. guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.

  • 23

    2. guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang

    harus dikerjakan.

    3. guru memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk memanggil materi

    tugas secara kooperatif dalam kelompoknya.

    4. masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara

    kooperatif dalam kelompoknya.

    5. setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua

    kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil

    pembahasannya.

    6. kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil

    pembahasannya.

    7. guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi

    kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan.

    8. evaluasi.

    Tahap-Tahap Pembelajaran Group Investigasi pelaksanaan langkah-

    langkah pembelajaran di atas tentunya harus berdasarkan prinsip pengelolaan

    atau reaksi dari metode pembelajaran kooperatif model group investigation.

    dimana di dalam kelas yang menerapakan model gi, pengajar lebih berperan

    sebagai konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang bersahabat. dalam

    kerangka ini pengajar seyogyanya membimbing dan mengarahkan kelompok

    menjadi tiga tahap:

    1. tahap pemecahan masalah,

    2. tahap pengelolaan kelas,

    3. tahap pemaknaan secara perseorangan.

    Tahap pemecahan masalah berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan,

    apa yang menjadi hakikat masalah, dan apa yang menjadi fokus masalah. tahap

    pengelolaan kelas berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, informasi apa

    yang saja yang diperlukan, bagaimana mengorganisasikan kelompok untuk

    memperoleh informasi itu. sedangkan tahap pemaknaan perseorangan berkenaan

    dengan proses pengkajian bagaimana kelompok menghayati kesimpulan yang

    dibuatnya, dan apa yeng membedakan seseorang sebagai hasil dari mengikuti

  • 24

    proses tersebut (thelen dalam winataputra, 2001: 37). Untuk lebih praktis model

    GI dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional sebagai berikut:

    Kerangka Operasional

    kerangka pembelajaran grup investigasi dari kerangka operasional pembelajaran

    group investigation yang ditulis oleh joise & weil ini dapat kita ketahui bahwa

    http://2.bp.blogspot.com/-y1AVWQEY4dY/UHisal5C0GI/AAAAAAAACPo/aVMoFelfynM/s1600/grup+investigation.jpg

  • 25

    kerangka operasional model pembelajaran group investigation adalah sebagai

    berikut:

    1. siswa dihadapkan dengan situasi bermasalah

    2. siswa melakukan eksplorasi sebagai respon terhadap situasi yang

    problematis.

    3. siswa merumuskan tugas-tugas belajar atau learning taks dan

    mengorganisasikan untuk membangun suatu proses penelitian.

    4. siswa melakukan kegiatan belajar individual dan kelompok.

    5. siswa menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam proses

    penelitian kelompok.

    6. melakukan proses pengulangan kegiatan atau recycle activities.

    2.6 Pengertian Belajar

    Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosial menuju ke

    perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian

    besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya property sekolah.

    Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar

    masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu

    pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti dikatakan

    Reber, belajar adalah the proces of acquiring knowledge. Belajar adalah proses

    mendapatkan pengetahuan.

    Menurut Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2009:10), belajar pada hakikatnya

    merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah

    belajar memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya

    kapabilitas tersebut dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses

    kognitif yang dilakukan oleh pebelajar.

    Djamarah (2000: 45), mengemukakan, bahwa belajar adalah serangkaian

    kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu suatu perubahan tingkah laku sebagai

    hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya

    menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.

  • 26

    Harold Spears (dalam Agus Suprijono, 2009) mengemukankan, learning is

    to observe, to read, to imitate, to try something thenselves, to listen, to follow

    direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru,

    mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).

    Slameto (2003: 2) berpendapat, bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang

    dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

    secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

    lingkungannya. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang

    terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang

    dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dilepaskan

    berdasarkan atas tanggapan bawaan.

    Pendapat para ahli di atas tentang pengertian belajar dapat di simpulkan

    bahwa, belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang secara sadar

    untuk melakukan perubahan tingkah laku. Dari belajar sesorang dapat mengetahui

    sesuatu yang pada dasarnya belum mereka ketahui. Belajar merupakan proses dari

    tidak tahu menjadi tahu. Seperti pepatah mengatakan ‘’berakit-rakit ke hulu

    berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu baru senang kemudian. Jadi,

    belajarlah maka kamu akan bisa.

    2.6.1 Pengertian Hasil Belajar

    Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 40-41), hasil belajar merupakan hal

    yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.Dari sisi

    siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

    dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut

    terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari

    sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan. Menurut

    Woordworth dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 41), “Hasil belajar merupakan

    perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar”. Hasil belajar tersebut

    terjadi terutama berkat evaluasi guru dan mengatakan bahwa hasil belajar adalah

    kemampuan aktual yang diukur secara langsung.

  • 27

    Menurut Hamalik (2006: 3) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar

    akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

    menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

    Pendapat beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

    adalah perubahan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

    menerima pengalaman belajarnya dari hal yang tidak tahu menjadi tahu. Hasil

    belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai

    suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami

    belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku.

    Menurut peneliti hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

    hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata

    pelajaran yang berupa data angka (hasil tes) maupun proses belajar. Hasil belajar

    diperoleh pada kegiatan akhir yang diisi dengan pemberian evaluasi terhadap

    siswa dan dilakukan di dalam kelas. Pengambilan hasil belajar digunakan sebagai

    tolok ukur keberhasilan belajar dan menunjukkan kompetensi siswa melalui

    pengadaan tes bagi siswa.

    2.6.2 Pengukuran Hasil Belajar IPA

    Menurut Sudjana (2013: 3), penilaian hasil belajar adalah proses pemberian

    nilai terhadap hasil-hasil belajar yang di capai siswa dengan kriteria tertentu. Hal

    ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa.

    Menurutnya ada tiga istilah yang merujuk pada aktivitas-aktivitas utama dalam

    kegiatan penilaian/pengukuran kelas, yaitu (1) asesmen, (2) pengukuran dan (3)

    evaluasi. prosedur teknik yang dimaksud adalah teknik tes dan teknik nontes.

    Menurut Chatterji dalam Supratiknya (2013 : 4), aktivitas terakhir dalam

    rangkaian kegiatan penilaian kelas adalah evaluasi, yaitu “a procces that comes

    after measurement is completed. It involves making a value judgmentor

    interpretation of the resulting data in a decision making context”. Maksudnya,

    evaluasi merupakan proses sesudah pengumpulan data atau informasi baik dengan

    teknik pengukuran (tes atau skala) maupun dengan teknik asesmen lain selesai

    dilakukan bahkan sesudah data atau informasi tersebut selesai diolah.

  • 28

    Pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran hasil belajar

    adalah suatu pengukuran berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah

    dilaksanakan dengan menggunakan istilah tiga aktivitas, yaitu: (1) asesmen, (2)

    pengukuran, (3) evaluasi serta pengumpulan data atau informasinya dengan teknik

    pengukuran tes dan skala.

    2.7 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

    Iswandi (2009) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan model

    pembelajaran Group Investigation untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang

    tumbuhan hijau kelas V SDN Temenggungan 02 kecamatan Udanawu kabupaten

    Blitar” menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Group Investigation

    dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar juga dapat meningkatkan hasil

    25 belajar siswa. Dalam penelitiaanya didapati bahwa terdapat segi positif dalam

    penelitiaanya yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode group

    investigation sangat menyenangkan sehingga pembelajaran tidak monoton serta

    membuat siswa aktif bekerja diantaranya aktif berpendapat dalam berdiskusi,

    disamping itu juga terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II

    yaitu sebanyak 78 % dan nilai siswa telah mencapai standar kelulusasan sebesar

    75.

    Devi (2010) dalam skripsinya yang berjudul “ Penerapan model pembelajaran

    kooperatif tipe Group Investigation (GI) untuk meningkatkan pemahaman gaya

    magnet pada pembelajaran IPA bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Wanaraja

    Wanarasa Banjarnegara tahun ajaran 2010/2011.” menyimpulkan bahwa

    penerapan metode Group Investigation dapat meningkatkan pemahaman siswa

    dalam belajar IPA ( magnet ) yang ditandai dengan kenaikan hasil belajar siswa.

    Peningkatan ini terlihat dari hasil pra tindakan sebesar 64,89 dan setelah

    dilakukan tindakan maka pad siklus I mencapai 67,32 dan pada siklus II menjadi

    70,08.

    Winoto(2011) dalam skripsi PTK yang berjudul “Penerapan model Group

    Investigation untuk meningkatkan pembelajaran IPA kelas V SDN Kidul Dalem 2

    Malang” menarik kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran dengan

    menggunakan model Group Investigation dapat meningkatkan pembelajaran IPA

  • 29

    materi "Bumi dan Alam Semesta" pada siswa kelas V SDN Kidul Dalem 2

    Malang. Kondisi awal siswa yang sebelum menggunakan metode group

    investigaton terlihat ramai, tapi keramaian itu tidak disebakan siswa membahas

    tentang pembelajaran tetapi karena hal lain selain itu pembelajaran masih berpusat

    pada guru / guru mendominasi. Dengan digunakannya pembelajaran dengan group

    investigation maka didapati hasil belajar yang meningkat, yaitu pada siklus I hasil

    belajar 55 % dan disiklus II mengalami peningkatan yaitu 75,93 %. Sedangkan

    pada aspek aktivitas siswa meningkat dari sebesar 42,34% pada siklus I dan pada

    siklus II meningkat menjadi 64,03%.

    Sudarmono (2009) dalam tesisnya menyimpulkan bahwa penggunaan metode

    Group Investigation dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar 26 siswa.

    Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi terhadap

    aktivitas belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Dalam kegiatan ini, aktvitas

    siswa berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar

    nampak dari hasil ulangan harian siswa yang mulanya hanya 66 kemudian

    meningkat menjadi 88. Sedangkan hasil analisis data dari keaktifan siswa yaitu

    pada kondisi awal hanya 51 %, siklus I mencapai persentase 77 %, dan siklus II

    dengan persentase 89 %.

    2.8 Kerangka Berpikir

    Keberhasilan proses pembelajaran juga didukung oleh penggunaan model

    atau metode pembelajaran yang tepat, sesuai mata pelajaran, materi dan kondisi

    siswa secara keseluruhan, selain oleh kemampuan siswa itu sendiri. Salah satu

    wujud pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa adalah dengan

    pembelajaran kooperatif Model Pembelajaran Group Investigation.

    Pembelajaran kooperatif Model Pembelajaran Group Investigation adalah

    suatu teknik pembelajaran kooperatif dengan belajar kelompok antara 4-6 yang

    saling bekerja sama, saling ketergantungan antara teman satu dengan teman yang

    lainnya, dalam menerima suatu materi yang berbeda dan setiap siswa harus

    bertanggung jawab untuk dapat menyampaikan materi yang dipelajarinya kepada

    orang lain. Jadi, dengan menerapkan pembelajaran kooperatif Model

    Pembelajaran Group Investigation dapat diduga dapat meningkatkan hasil belajar

  • 30

    siswa karena siswa dapat lebih aktif serta lebih mudah memahami materi

    pembelajaran. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 2.1

    Bagan Kerangka Pikir

    2.9 Hipotesis

    Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut ”Penggunaan

    Model Pembelajaran Group Investigation (GI) berpengaruh terhadap hasil belajar

    siswa pada mata pelajaran IPA kelas 4 SDN Rowosari Kecamatan Tuntang

    Kabupaten Semarang Semester 1 Tahun 2016/2017”.

    Kelas Kontrol Pretes

    Model pembelajaran

    Konvensional yang

    dilakukan oleh guru

    kelas

    Rata - rata nilai

    Terdapat pengaruh yang signifikan

    terhadap hasil belajar siswa kelompok

    eksperimen dengan penggunaan

    Model Pembelajaran Group

    Investigation

    Rata – rata nilai Pembelajaran

    dengan Model

    Pembelajaran

    Group

    Investigation

    Pretes Kelas Ekperimen