BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 LandasanTeori 2.1.1 … II.pdf · besar pembantu puitang dagang atau...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 LandasanTeori 2.1.1 … II.pdf · besar pembantu puitang dagang atau...
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 LandasanTeori
2.1.1 Pengertian Auditing
Menurut Agoes (2004:3) pengertian auditing adalah Audit adalah suatu
pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen,
terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-
catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Pengertian Auditing Menurut (Mulyadi,2002) suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, serta penyampaian hasil–hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Auditing
adalah suatu proses pemeriksaan yang sistematik dan objektif yang dilakukan oleh
pihak independen atas laporan keuangan yang dibuat perusahaan untuk memperoleh
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Sistematis adalah segala usaha untuk menguraikan dan merumuskan sesuatu
dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang
7
berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab
akibat menyangkut obyeknya .
Independen adalah bebas, merdeka atau berdiri sendiri. Entitas adalah sesuatu
yang memiliki keberadaan yang unik dan berbeda. Dalam pengembangan sistem,
entitas digunakan sebagai model yang menggambarkan komunikasi dan pemrosesan
internal seperti misalnya membedakan dokumen dengan pemrosesan pesanan.
Kompeten adalah ketrampilan yang diperlukan seseorang yang ditunjukkan oleh
kemampuannya untuk dengan konsisten memberikan tingkat kinerja yang memadai
atau tinggi dalam suatu fungsi pekerjaan spesifik. Kompeten harus dibedakan dengan
kompetensi, walaupun dalam pemakaian umum istilah ini digunakan dapat
dipertukarkan.
2.1.2 Prosedur Audit
Prosedur audit menurut Haryono Jusup (2004: 136) adalah “tindakan-tindakan
yang dilakukan atau metode dan teknik yang digunakan oleh auditor untuk
mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit”.
Prosedur audit terbagi menjadi:
1) Prosedur Analitis (Analytical Procedures)
Prosedur ini terdiri dari kegiatan mempelajari dan membandingkan data yang
memiliki hubungan. Prosedur analitis mencakup perhitungan dan penggunaan
ratio-ratio sederhana, analisis vertical atau laporan perbandingan, perbandingan
8
jumlah data sesungguhnya dengan data historis atau anggaran dan model
matematika, serta statistika seperti analisis regresi. Dalam prosedur ini digunakan
data finansial dan non finansial yang menghasilkan bukti analitis.
2) Menginspeksi (Inspecting)
Prosedur ini melakukan pemeriksaan secara teliti atas dokumen, catatan,
pemeriksaan fisik atas sumber berwujud.
- Sumber berwujud. Prosedur ini digunakan sangat luas dalam auditing.
Menginveksi dokumen adalah cara untuk mengevaluasi dokumen, dengan
cara ini auditor akan dapat menentukan keaslian suatu dokumen atau
mendeteksi adanya pengubahan isi dokumen atau adanya hal-hal yang
mengundang pertanyaan. Menginveksi dokumen juga memungkinkan
dilakukannya penentuan ketepatan termin, faktur, kontrak dan sebagainya.
Menginveksi juga cara untuk mengevaluasi bukti fisik.
3) Mengkonfirmasi (Confirming)
Prosedur ini dilakukan melalui pengajuan pertanyaan yang memungkinkan
auditor untuk mendapatkan informasi langsung dari sumber independen di luar
organisasi klien.pada umumnya klien membuat permintaan secara tertulis kepada
pihak luar klien. Permintaan tersebut berisikan pula instruksi agar jawaban dan
pertanyaan yang diajukan agar terkirim langsung kepada auditor. Prosedur
auditing ini menghasilkan bukti konfirmasi yang digunakan secara luas oleh
auditing.
9
4) Mengajukan Pertanyaan (Inquiring)
Prosedur ini dilakukan secara lisan dan tertulis kepada sumber-sumber intern
dalam perusahaan, seperti manajemen dan karyawan. Mengajukan pertanyaan
bisa dilakukan baik secara lisan atau tertulis, sehingga menghasilkan bukti lisan
atau tertulis.
5) Menghitung (Counting)
Prosedur ini dilakukan dengan penghitungan fisik atas barang-barang berwujud
dan penghitungan atas dokumen bernomor urut tercetak. Seperti melakukan
perhitungan kas atau persediaan yang ada di perusahaan.
6) Menelusur (Tracing)
Prosedur ini dilakukan oleh auditor dengan menelusur informasi sejak awal data
direkam pertama kali pada dokumen. Menentukan bahwa informasi dalam data
tersebut telah dicatat dengan tepat dalam proses akuntansi. Prosedur ini sangat
penting untuk mendapatkan bukti tentang asersi kelengkapan. Arah pengujian
dilakukan dari dokumen ke catatan akuntansi.
7) Mencocokkan ke dokumen (Vouching)
Prosedur ini dilakukan dengan pencocokan dokumen untuk mendeteksi
terjadinya pencatatan di atas semestinya dalam catatan akuntansi. Tindakan
mencocokkan ke dokumen meliputi kegiatan memilih ayat-ayat jurnal tertentu
dalam catatan akuntansi dan mendapatkan serta menginspeksi dokumen yang
10
menjadi dasar pembuatan ayat jurnal tersebut untuk menentukan validasi dan
ketelitian transaksi yang dicatat. Prosedur ini sangat penting untuk mendapatkan
bukti yang berhubungan dengan asersi keberadaan atau kejadian.
8) Mengamati (Observing)
Prosedur ini dilakukan dengan melihat pelaksanaan sejumlah kegiatan atau
proses yang terjadi dalam perusahaan. Yang menjadi subyek pengamatan adalah
oaring. Prosedur atau proses dari observasi ini, auditor mendapatkan pengetahuan
langsung mengenai aktivitas dalam bentuk bukti fisik.
9) Melaksanakan ulang ( Reperforming)
Prosedur ini dilakukan dengan menghitung ulang dan membuat rekonsiliasi yang
telah dilakukan oleh klien/perusahaan. Seperti contoh mengitung ulang jumlah
rupiah dalam jurnal, biaya depresiasi, utang bunga dan jumlah audit dikalikan
harga perunit dalam ikhtisar persediaan dan jumlah-jumlah rupiah dalam daftar-
daftar pendukung serta rekonsiliasi. Prosedur ini menghasilkan bukti
perhitungan.
10) Teknik audit berbantuan komputer (Computer assisted audit techniques)
Prosedur ini dilakukan jika perusahaan menyelenggarakan catatan akuntansi
dalam media elektronik. Apabila catatan akuntansi klien menggunakan media
elektronik maka auditor harus meggunakan teknik audit berbantuan computer.
Melakukan perhitungan dan membandingkan dalam prosedur analitis, melakukan
11
pemilihan sempel piutang dagang untuk komfirmasi, membandingkan elemen-
elemen data pada file yang berbeda untuk memeriksa kecocokan dan melakukan
ulang berbagai perhitungan seperti menjurnal saldo-saldo rekening dalam buku
besar pembantu puitang dagang atau arsip persediaan.
2.1.3 Jenis-Jenis Audit
Audit pada umumnya dibagi menjadi 3 (Mulyadi, 2002) yaitu :
1) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan Keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen
terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan
keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar
kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum. Hasil auditing
terhadap laporan keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa
laporan audit, Laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi
keuangan seperti pemegang saham, kreditur, dan Kantor Pelayanan Pajak.
2) Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit Kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang
diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan
umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit
kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
12
3) Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi, atau
bagian dari padanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit
operasional adalah untuk :
(1) Mengevaluasi kinerja
(2) Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
(3) Membuat rekomendasi untuk perbaikan tindakan lebih lanjut
Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak ketiga.
Hasil audit operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit
tersebut.
2.1.4 Tujuan Audit Laporan Keuangan
Tujuan Audit laporan keuangan dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus,
diantaranya:
1) Tujuan Umum
Tujuan audit secara umum adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan
keuangan klien telah menyatakan secara wajar, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan
tersebut, hal yang biasanya dilakukan dalam audit adalah mengidentifikasi
13
sejumlah tujuan khusus audit bagi setiap akun yang dilaporkan dalam laporan
keuangan.
2) Tujuan Khusus
Tujuan audit secara khusus ini diambil dari asersi yang dibuat oleh manajemen
dan dimuat dalam laporan keuangan. Asersi (assertions) adalah pernyataan
manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan. Asersi
manajemen yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diklasifikasikan
berdasarkan penggolongan besar berikut ini:
(1) Keberadaan atau keterjadian (existence or accurrence)
Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah
aktiva atau utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang
dicatat telah terjadi selama periode tertentu.
(2) Asersi kelengkapan (completeness)
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi
dan akun yang seharusnya telah disajikan dalam laporan keuangan.
(3) Asersi Hak dan Kewajiban (rights and obligation)
Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak perusahaan
dan hutang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.
14
(4) Penilaian atau alokasi (valuation or allocation)
Asersi ini berhubungan dengan apakah komponen-komponen aset,
kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan
keuangan pada jumlah yang semestinya.
(5) Penyajian atau pengungkapan (presentation or disclosure)
Asersi ini berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu
laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya.
2.1.5 Kantor Akuntan Publik
Menurut SK. Menkeu No.43/KMK.017/1997 tertanggal 27 Januari 1997
sebagaimana diubah dengan SK. Menkeu No. 470/KMK.017/1999 tertanggal 4
Oktober 1999, Kantor Akuntan Publik adalah lembaga yang memiliki izin dari
Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalankan
pekerjaannya. Jumlah kantor akuntan publik di Indonesia dari tahun ke tahun semakin
bertambah sejalan dengan perkembangan perekonomian dan bisnis. Pada tahun 2010
ini terdapat 502 kantor akuntan publik (IAPI, 2010) yang digolongkan dalam akuntan
publik besar, sedang, dan kecil. Kantor akuntan publik berskala besar hanya sedikit
jumlahnya di Indonesia. Kantor akuntan publik beskala besar biasanya bekerja sama
dengan kantor-kantor akuntan besar Internasional.
15
Bentuk usaha KAP yang dikenal menurut hukum di Indonesia ada dua macam (Jusup,
2001) :
1) KAP dalam bentuk Usaha Sendiri. KAP bentuk ini menggunakan nama akuntan
publik yang bersangkutan.
2) KAP dalam bentuk Usaha Kerjasama. KAP bentuk ini menggunakan nama
sebanyak-banyaknya 2(dua) nama akuntan publik yang menjadi rekan/partner
dalam KAP yang bersangkutan.
Bidang jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) meliputi:
1) Jasa atestasi, termasuk di dalamnya adalah audit umum atas laporan keuangan,
pemeriksaan atas laporan prospektif, pemeriksaan atas pelaporan informasi
keuangan, review atas laporan keuangan dan jasa audit serta atestasi lainnya.
2) Jasa non atestasi, yang mencakup jasa yang berkaitan dengan akuntansi
keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan dan konsultasi.
2.1.6 Jenis- Jenis Pengujian Dalam Audit Laporan Keuangan
Dalam mengembangkan suatu rencana audit secara keseluruhan, auditor
menggunakan lima jenis pengujian (types of test) untuk menentukan apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar.
16
1) Prosedur Pengukuran Resiko
Standar pekerjaan lapangan kedua mengharuskan auditor untuk mendapatkan
pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya serta
bahan bukti untuk mengukur resiko salah saji material dalam laporan keuangan klien.
Lima jenis prosedur audit yang berhubungan dengan pemahaman auditor terhadap
pengendalian intern yaitu :
(1) Pengalaman auditor pada periode sebelumnya terhadap satuan usaha tersebut.
(2) Meminta keterangan dari personil klien
(3) Membaca manual sistem dan kebijakan klien
(4) Menguji dokumen dan arsip
(5) Mengamati aktivitas dan operasional entitas
2) Pengujian Pengendalian
Pemahaman auditor terhadap pengendalian inernal digunakan untuk mengukur
resiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi. Tingkat resiko
pengendalian ditetapkan harus dibatasi sampai tingkat yang didukung oleh bahan
bukti yang diperoleh.
Pengujian pengendalian, dapat mencakup jenis-jenis bukti berikut:
(1) Meminta keterangan dari personil klien yang tepat
(2) Memeriksa dokumen, catatan dan laporan
17
(3) Mengamati aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian
(4) Melaksanakan kembali prosedur klien
Dua prosedur yang pertama sama dengan jenis bahan bukti yang diperoleh dalam
memahami struktur pengendalian intern. Sehingga, penetapan resiko pengendalian
dan pengujian atas pengendalian dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari prosedur
audit yang digunakan untuk memperoleh pemahaman sruktur pengendalian
intern.perbedaan utama adalah bahwa dengan pengujian atas pengendalian
tersebut, tujuan lebih spesifik dan pengujian menjadi ekstensif.
3) Pengujian substantive Transaksi
Pengujian substantive merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji salah
saji rupiah (sering kali disebut salah saji moneter) yang secara langsung
berpengaruh pada ketepatan saldo laporan keuangan. Tujuan pengujian substantive
atas transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah
diotorisasi dengan pantas, dicatat dan diiktisarkan dalam jurnal dengan benar dan
diposting ke buku besar dan buku tambahan dengan benar.
Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan kemungkinan terjadi karena kesalahan dalam:
(1) Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
(2) Tidak diterapkannya prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
18
(3) Ketidak konsistenan dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia.
(4) Ketidaktepatan pisah batas (cutoff) pencatatan transaksi.
(5) Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian dan pembagian).
(6) Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan informasi.
(7) Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsure tertentu dalam laporan
keuangan.
4) Prosedur analitis
Prosedur analitis (pengujian analitis ) adalah evaluasi atas informasi keuangan
yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan
non keuangan. Meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan
ekspektasi auditor.
Pada tahap awal proses audit, pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu
auditor dalam memahami bisnis, klien dan dalam menemukan bidang yang
memerlukan audit lebih intensif. Sebelum seseorang auditor melaksanakan audit
secara rinci dan mendalam terhadap laporan keuangan perbandingan
(comparative financial statements) merupakan cara yang umumnya ditempuh
oleh auditor untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan secara garis besar
mengenai keadaan keuangan dalam hasil usaha klien.
19
5) Pengujian terinci atas saldo
Pengujian terinci atas saldo merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji
salah saji moneter (monetary misstement) untuk menentukan apakah 9 balance-
related audit objective (tujuan audit atas saldo) telah terpenuhi. DTOB berfokus
pada saldo akhir buku besar, baik untuk neraca maupun laba rugi, dengan
penekanan utama pada angka-angka di neraca saldo. Pengujian terinci atasa saldo
akhir tersebut penting dalam pelaksanaan audit, karena bahan bukti diperoleh
dari sumber yan independen dari klien sehingga dinilai berkualitas tinggi.
2.1.7 Tahap-Tahap Audit atas Laporan Keuangan
Prosedur pelaksanaan audit laporan keuangan menurut Mulyadi (2002:121-123),
dibagi menjadi empat tahap:
1) Penerimaan perikatan audit
2) Perencanaan Audit
3) Pelaksanaan pengujian audit
4) Pelaporan audit
Tahapan-tahapan audit tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Penerimaan perikatan audit
Dalam perikatan audit, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan
kepada auditor, dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit
tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah awal pekerjaan audit
laporan keuangan berupa pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak
20
perikatan audit dari calon klien atau untuk melanjutkan atau menghentikan
perikatan audit dari klien berulang. Tahap penerimaan perikatan audit yang
dilakukan auditor menempuh suatu proses yang meliputi evaluasi integritas
manajemen, identifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa, menentukan
kompetensi untuk melaksanakan audit, menilai independensi, menentukan
kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan kecermatan
dan keseksamaan, serta membuat surat perikatan audit.
2) Perencanaan Audit
Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas
perencanaan audit yang dibuat auditor. Dalam perencanaan audit, seorang auditor
dituntut untuk memahami bisnis dan industri klien, dan memahami pengendalian
intern klien.
3) Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap pelaksanaan pengujian audit ini juga disebut dengan pekerjaan lapangan.
Tujuan utama pelaksanaan pengujian audit adalah untuk memperoleh bukti audit
tentang efektivitas pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan
klien. Dalam tahap ini, langkah awal yang dilakukan auditor adalah membuat
program audit yang digunakan untuk pengujian pengujian pengendalian intern
klien dan menilai kewajaran laporan keuangan klien. Setelah program audit
selesai dilaksanakan, auditor melakukan evaluasi dan menilai hasil dari
pelaksanaan program audit tersebut yang dituangkan dalam kertas kerja.
21
4) Pelaporan Audit
Dalam tahap akhir pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pelaporan audit,
terdapat dua tahap penting :
(1) Menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik
simpulan.
(2) menerbitkan laporan audit. Dari hasil tahap pelaksanaan pengujian audit
yang berupa kertas kerja tersebut, auditor menarik simpulan secara
menyeluruh dan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan
auditan. Proses ini sangat subyektif sifatnya, yang sangat tergantung pada
pertimbangan profesional auditor.
2.1.8 Tahap-Tahap Perencanaan Audit Laporan Keuangan
Dalam pelaksanaan proses audit, audit dibagi menjadi empat tahapan kegiatan
penting. Salah satu tahapan kegiatan penting dalam audit laporan keuangan adalah
perencanaan. Perencanaan meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan
dan lingkup audit yang diharapkan. Auditor harus merencanakan audit dengan sikap
skeptis profesional tentang berbagai hal seperti integritas manajemen, kekeliruan dan
ketidakberesan, dan tindakan melawan hukum (Jusup, 2001). Oleh karena itu, dalam
perencanaan audit diperlukan penyusunan suatu kerangka kerja yang menyeluruh
tentang pelaksanaan yang akan dilakukan, waktu, luas, tempat, tujuan, personal dan
sifat dari audit yang dilakukan.
Perencanaan audit adalah suatu tahapan yang terperinci, yang menyangkut
prosedur dan rencana auditor yang akan digunakan dalam pelaksanaan suatu audit.
Dalam mengaudit laporan keuangan, auditor harus benar-benar merencanakan audit
22
agar audit berjalan efektif dan efisien. Perencanaan audit yang memadai, tercantum
dalam standar pekerjaan lapangan pertama pada standar auditing seksi 311 tentang
perencanaan dan supervisi, yang mengharuskan bahwa “Pekerjaan harus
direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya.” Supervisi mencakup pengarahan asisten yang tergabung dalam
tim audit yang berhubungan dengan pencapaian tujuan audit dan penentuan apakah
tujuan tersebut telah tercapai (Jusup, 2001).
Ada tiga alasan pokok perlunya auditor merencanakan pelaksanaan penugasannya
(munawir,2008), antara lain:
1) Agar auditor mendapatkan bukti yang kompeten dan cukup.
2) Membantu auditor dalam penghematan biaya auditing.
3) Untuk menghindar terjadinya kesalahpahaman antara auditor dengan klien.
Tahap-tahap perencanaan audit laporan keuangan (munawir, 2008)
1) Memahami bisnis dan industri klien
Untuk menyusun perencanan audit yang memadai, auditor harus memperoleh
pengetahuan tentang usaha klien untuk memahami kejadian-kejadian, transaksi-
transaksi dan praktik-praktik yang mungkin mempunyai pengaruh terhadap
laporan keuangan. Auditor perlu mengetahui:
(1) Jenis usaha, jenis produk dan jasa, lokasi perusahaan dan karakteristik
operasinya, metode produksinya dan pemasarannya.
(2) Jenis industri, mudah tidaknya industri tersebut dipengaruhi kondisi
ekonomi.
(3) Struktur pengendalian intern perusahaan.
23
(4) Sifat laporan yang harus diserahkan kepada suatu lembaga tertentu
misalnya bursa efek.
2) Melaksanakan prosedur analitis
Prosedur analitis digunakan dalam setiap fase auditing dengan tujuan sebagai
berikut:
(1) Pada fase perencanaan, untuk membantu auditor dalam merencanakan
waktu, sifat, lingkup dan prosedur audit.
(2) Pada fase pengujian, untuk membantu auditor memperoleh bukti mengenai
masing-masing asersi yang berhubungan dengan saldo akun dan jenis-jenis
transaksi.
(3) Pada fase kesimpulan, audit atau penilaian tahap akhir tentang kewajaran
laporan keuangan yang diaudit, sebagai review menyeluruh.
3) Mempertimbangkan tingkat materialitas awal.
Pertimbangan materialitas secara kualitatif berkaitan dengan penyebab
kesalahan saji. Misalnya salah saji yang disebabkan adanya ketidakberesan atau
adanya unsur pelanggaran hukum yang dilakukan klien, walaupun jumlahnya
tidak material namun secara kualitatif sangat material. Materialitas merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor dalam menentukan
jumlah bukti yang cukup. Semakin material atau pentingnya suatu sado akun,
maka untuk memperoleh keyakinan yang memadai dibutuhkan bukti yang
semakin besar jumlahnya.
24
4) Mempertimbangkan risiko bawaan.
Risiko bawaan adalah risiko suatu saldo akun terdapat suatu kekeliruan yang
dapat menjadi material apabila digabungkan dengan kekeliruan saldo akun yang
lainnya dengan asumsi bahwa tidak terdapat struktur pengendalian intern yang
memadai.
5) Memahami pengendalian intern klien.
Dalam pemahaman terhadap pengendalian intern, auditor melakukan
wawancara, observasi pelaksanaan tugas dan pengendalian serta inspeksi
dokumen.dalam proses tersebut, auditor memperoleh bukti tentang bagaimana
sesungguhnya pengendalian dioperasikan. Sehingga auditor dapat menentukan
tingkat risiko pengendalian didasarkan bukti yang diperoleh selama perolehan
pemahaman pengendalian intern tersebut.
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Agustinus Adhi Yudho Pradipto (2010) dengan judul “Prosedur Perencanaan
Audit Laporan Keuangan Pada Kantor Akuntan Publik Joachim Sulistyo & Rekan”.
Menjelaskan tentang pengujian desain perencanaan audit laporan keuangan Kantor
Akuntan Publik Joachim Sulistyo & Rekan sudah memenuhi Standar Profesi Akuntan
Publik yang ditetapkan oleh IAI.
Perencanaan audit terdiri dari 3 bagian yaitu:
1) Prosedur penerimaan penugasan
25
2) Prosedur menjaga independensi
3) Prosedur perencanaan audit
Prosedur perencanaan merupakan prosedur yang harus dilakukan auditor
sebelum melakukan audit atas laporan keuangan. Perbedaan penelitian ini dengan
sebelumnya penelitian ini mengenai prosedur perencanaan yang diterapkan pada
Kantor Akuntan Publik I Wayan Ramnatha sedangkan penelitian sebelumnya
mengenai prosedur perencanaan yang diterapkan pada Kantor Akuntan Publik
Joachim Sulistyo & Rekan. Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah
sama-sama mengenai prosedur perencanaan audit laporan keuangan.