BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori … · 2018-02-04 · penduduk, migrasi...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori … · 2018-02-04 · penduduk, migrasi...
30
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka ini akan mencakup: 1) kajian teori dan 2) studi empiris
terdahulu.
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari teori ekonomi yang
berusaha untuk menjelaskan dan berharap dapat memprediksi tingkat dimana
ekonomi suatu negara akan tumbuh dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi
biasanya diukur sebagai kenaikan tingkat persentase tahunan dari pertumbuhan
Pendapatan Nasional Bruto (PNB) suatu negara. Pemikiran pertumbuhan ekonomi
ramai didiskusikan pada pertengahan 1980-an oleh Romer (1980) dari Stanford
University dengan para ekonom lainnya. Sebagian ekonom masih berpegang pada
dasar dari pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan oleh SOLOW (1950) yang
cenderung mengarah pada kesimpulan bahwa pertumbuhan ditentukan oleh
faktor-faktor ekstra ekonomi dan tidak tergantung pada kuat tidaknya kebijakan
ekonomi yang diterapkan.
Definisi pertumbuhan ekonomi menurut beberapa ekonom, antara lain
sebagai berikut.
1) Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses peningkatan riil PDB (Produk
Domestik Bruto) per kapita dari waktu ke waktu dan dikatakan berhasil
apabila secara obyektif menunjukkan peningkatan per kapita dari
31
meningkatnya upah riil serta pendapatan yang mengarah ke standar hidup
yang lebih baik atau meningkat (Bishop dkk, 2014).
2) Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai peningkatan riil dalam pendapatan
per kapita dari lembaga-lembaga sosial serta politik yang diperlukan untuk
mendukung ekspansi ekonomi nasional. Perubahan ini ditandai oleh
tumbuhnya sektor industri dengan pangsa pasar pertanian yang diukur dari
peningkatan nilai PDB dan perubahan signifikan dalam pertumbuhan
penduduk, migrasi pedesaan ke perkotaan serta meningkatnya kesempatan
kerja (Perkins dkk, 2010).
3) Teori pertumbuhan ekonomi menggambarkan perilaku ekonomi yang
berkembang dari waktu ke waktu (D’Agata dan Freni, 2003).
4) Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perubahan tingkat kegiatan ekonomi
nasional yang terjadi dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi diartikan
sebagai kenaikan GDP atau GNP (Gross Domestic Product/Gross Nasional
Product) tanpa memandang apakah kenaikkan itu lebih besar atau lebih kecil
dari tingkat pertumbuhan penduduk dan atau terjadinya perubahan struktur
ekonomi dan perbaikan sistem kelembagaan atau tidak (Adelman, 1975,
sumber: Arsyad, 2010).
Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai GNP yang digunakan
adalah GNP riil atau GNP harga konstan. Sebab dengan menggunakan GNP harga
konstan, pengaruh perubahan harga (inflasi) tidak ada lagi atau sudah dihilangkan.
Perubahan GNP harga konstan benar-benar hanya menunjukkan perubahan
32
jumlah kuantitas barang dan jasa (GNP). Perhitungan Laju Pertumbuhan
Ekonomi (LPE) dapat dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut.
a) Untuk satu periode
x100%GNP
GNPGNPLPE
R
1-t
R
1-t
R
tt
Untuk LPE per kapita digunakan rumus berikut.
100%
pendudukN
xGNP
GNPGNP
LPE/KapitaR
1-t
R
1-t
R
t
b) Jika LPE yang dihitung lebih dari satu periode, rumus yang digunakan adalah:
GNPR
t =GNPR
0 (1 + r)t
GNPR
t = GNP riil pada periode tahun tertentu
GNPR
0 = GNP riil pada periode awal
r = Tingkat pertumbuhan
T = Jangka periode
Pertumbuhan ekonomi sangat penting karena dapat mempengaruhi hal-hal
berikut.
1) Tingkat kesejahteraan
Rakyat dikatakan makin sejahtera jika setidaknya output nasional per kapita
meningkat. Tingkat kesejahteraan tersebut meningkat apabila pertumbuhan
GNP per kapita melebihi pertumbuhan penduduk. Jika pertambahan penduduk
suatu negara adalah 2 persen per tahun, maka pertumbuhan GNP harus lebih
besar dari 2 persen.
............................................................. (2.1)
.................................................. (2.2)
........................................................... (2.3)
33
2) Kesempatan kerja
Terjadinya pertumbuhan ekonomi ditandai dengan naiknya GNP riil. Kondisi
ini jelas sangat membuka kesempatan kerja bagi seluruh faktor produksi.
Mengingat manusia adalah salah satu faktor produksi terpenting dalam proses
produksi, maka kesempatan kerja akan meningkat apabila output nasional
meningkat.
3) Distribusi pendapatan
Pertumbuhan ekonomi juga diharapkan dapat memperbaiki distribusi
pendapatan yang lebih merata. Tanpa adanya pertumbuhan ekonomi, yang ada
hanyalah pemerataan kemiskinan. Upaya pemerataan pendapatan untuk
meningkatkan kesejahteraan dapat berupa:
a) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menerapkan kebijakan-kebijakan
moneter dan kebijakan fiskal yang dapat menaikkan daya beli masyarakat.
b) Memperluas kesempatan kerja.
c) Meningkatkan produktivitas.
Dengan bertambahnya kesempatan kerja, maka akses masyarakat untuk
memperoleh penghasilan akan semakin besar (Murni, 2009, olahan).
Menurut Samuelson (2001), pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan GNP
yang bersumber dari hal-hal: 1) Pertumbuhan dalam tenaga kerja, 2) Pertumbuhan
dalam modal, sumber daya alam dan capital dan 3) Pertumbuhan inovasi dan
teknologi.
34
Teori pertumbuhan ekonomi diawali dari teori klasik, neo klasik, teori
Keynesian serta beberapa teori pertumbuhan modern.
a) Teori Pertumbuhan Klasik (Adam Smith, 1776)
Teori klasik yang dipelopori oleh Adam Smith menyatakan bahwa output
akan berkembang sejalan dengan perkembangan penduduk. Smith memulai
hipotesisnya pada zaman keemasan. Pada saat itu lahan belum bersifat langka
(scarcity), modal belum ada yang diperhitungkan, hanyalah jumlah tenaga kerja
yang diperhitungkan. Harga dan jumlah produk hanya tergantung pada jumlah
tenaga kerja yang tersedia. Akibatnya pertambahan penduduk dipandang sebagai
faktor yang akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Teori ini menyatakan
hal-hal berikut.
1) Ketika produksi marginal lebih tinggi daripada pendapatan per kapita dan
dengan jumlah penduduk masih sedikit dan tenaga kerja masih kurang. Maka
pertambahan penduduk akan menambah tenaga kerja serta menaikkan
pertumbuhan ekonomi.
2) Ketika produk marginal semakin menurun, pendapatan nasional semakin
tumbuh, tetapi dengan kecepatan semakin lambat. Maka pertambahan
penduduk akan menambah tenaga kerja, tetapi pendapatan per kapita turun
dan pertumbuhan ekonomi masih ada meskipun kuantitasnya semakin kecil.
3) Ketika produksi marginal nilainya sama dengan pendapatan per kapita, artinya
nilai pendapatan per kapita mencapai maksimum dan jumlah penduduk
optimal (jumlah penduduk yang sesuai dengan keadaan suatu negara yang
ditandai dengan pendapatan per kapita mencapai maksimum), sehingga
35
pertambahan penduduk akan membawa pengaruh yang tidak baik terhadap
pertumbuhan ekonomi.
b) Teori Neoklasik (Robert Solow, 1950)
Teori neo klasik yang dicetuskan Robert Solow, adalah sebagai berikut.
1) Pertumbuhan produk nasional ditentukan oleh pertumbuhan dua jenis input
yaitu pertumbuhan modal dan pertumbuhan tenaga kerja. Perhatian terhadap
dua input tersebut sangat besar karena proses pertumbuhan ekonomi
memerlukan:
a) Adanya intensifikasi modal, yaitu suatu proses meningkatnya jumlah
modal per tenaga kerja setiap waktu.
b) Adanya kenaikan tingkat upah yang dibayarkan kepada para pekerja pada
saat intensifikasi modal terjadi, sehingga masyarakat mempunyai daya beli
tinggi, konsumsi meningkat. Hal ini akan mendorong pertumbuhan
produk.
2) Di samping faktor tenaga kerja dan modal, hal yang sangat penting untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah faktor perkembangan teknologi.
Menurut Robert Solow, faktor yang paling penting untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi adalah kemajuan teknologi dan peningkatan keahlian
serta keterampilan para pekerja dalam menggunakan teknologi. Pendapat
Robert Solow (1950) diperkuat oleh Denison (Murni, 2009) yang
menganalisis pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju bila dikaitkan
dengan penggunaan sumber barang modal.
36
c) Teori Keynesian (JM. Keynes, 1946)
Teori Keynesian yang dicetuskan oleh J.M. Keynes (1883-1946),
menyatakan bahwa dalam jangka pendek output nasional dan kesempatan kerja
terutama ditentukan oleh permintaan aggregate. Kaum Keynesian yakin bahwa
kebijakan moneter ataupun kebijakan fiskal harus digunakan untuk mengatasi
pengangguran dan menurunkan laju inflasi. Konsep-konsep Keynesian
menunjukkan bahwa peranan pemerintah sangat besar dalam menciptakan
pertumbuhan ekonomi. Perekonomian pasar tampaknya sulit untuk menjamin
ketersediaan barang yang dibutuhkan masyarakat dan bahkan sering
menimbulkan instability, inequity dan inefiicsiency. Bila perekonomian sering
dihadapkan pada ketidakstabilan, ketidakmerataan dan ketidakefisienan jelas
akan menghambat terjadinya pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
d) Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern
Teori ini dicetuskan oleh Rostow (1959), Schumpeter (1943), Harror-
Domar (1940) dan Martin Feldsstein (1979). Rostow (1959) menyatakan
pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari berbagai perubahan yaitu
berupa:
1) Perubahan reorientasi organisasi ekonomi.
2) Perubahan pandangan masyarakat.
3) Perubahan cara menabung atau menanamkan modal dari yang tidak
produktif ke yang lebih produktif.
37
4) Perubahan pandangan terhadap faktor alam. Manusia harus mengubah
keyakinan bahwa alam itu tidak akan menentukan kehidupan manusia, tapi
kehidupan manusia harus mampu menaklukkan atau mengendalikan
kekayaan alam sehingga apa yang tersedia dapat menjadi sumber
kehidupan dalam mencapai kemakmuran.
Schumpeter (1943), dalam bukunya The Theory of Economic Development
menekankan teorinya pada peranan pengusaha dalam pembangunan.Kemajuan
perekonomian sangat ditentukan oleh adanya entrepreneur (wiraswasta).
Entrepreneur yang unggul yaitu orang yang memiliki inisitatif tinggi, kemampuan
dan keberanian untuk mengaplikasikan penemuan-penemuan baru dalam kegiatan
berproduksi. Para entrepreneur akan menciptakan hal-hal yang baru, seperti
menciptakan barang baru, menggunakan cara-cara baru dalam berproduksi,
memperluas pasar ke daerah baru, mengembangkan sumber bahan mentah baru,
reorganisasi dan restrukturisasi dalam perusahaan atau industri untuk kemajuan
yang lebih baik.
Harrod-Domar (1940), dalam teorinya mengemukakan syarat-syarat yang
harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang
tangguh atau steady growth dalam jangka panjang yaitu perlunya investasi. Untuk
menciptakan investasi adalah perlu untuk meningkatkan tabungan. Oleh sebab itu
setiap pelaku ekonomi selalu berusaha untuk menyimpan sebagian dari
pendapatannya guna meningkatkan tabungan.
38
Menurut Martin Feldstein (1979), pertumbuhan ekonomi harus dimulai
dari sisi penawaran (aggregate supply). Selama ini konsep pertumbuhan ekonomi
yang dikembangkan terlalu berorientasi pada pengelolaan permintaan aggregate.
Martin mencoba untuk mengembangkan konsep baru yang disebut supply side
economic growth. Martin mengusulkan penekanan yang lebih besar terhadap
faktor-faktor yang akan menaikkan pertumbuhan output potensial, seperti
menaikkan tabungan dan investasi, memperbaiki peraturan dan pengurangan
pajak. Upaya untuk menaikkan pendapatan yang memadai dan dapat
meningkatkan sumber penerimaan negara (berupa pajak) adalah dengan cara
menurunkan pajak, bukan menaikkan pajak. Sehubungan dengan itu Arthur Laffer
(Samuelson, 2000) menyatakan bahwa tarif pajak yang tinggi akan menurunkan
penerimaan pajak itu sendiri. Hal ini disebabkan pajak yang tinggi akan
mempersempit objek pajak, karena aktivitas perekonomian akan semakin rendah.
Edward Denison (Samuelson, 2000), hasil penelitiannya menyatakan
langkah-langkah yang dapat mempercepat peningkatan pertumbuhan ekonomi
Amerika Serikat adalah sebagai berikut.
1) Menaikkan investasi netto nasional dan tingkat tabungan.
2) Meningkatkan penelitian.
3) Menurunkan tingkat pengangguran.
4) Menghilangkan semua pemogokan.
5) Mengalihkan program-program strategis menjadi investasi pemerintah.
39
Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan dan Inklussif
Tujuan utama dari pembangunan nasional Indonesia adalah untuk
mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, yaitu
pertumbuhan yang memiliki basis luas, terdapat di berbagai propinsi dan dapat
mengurangi ketidaksetaraan pendapatan.
Untuk mengembangkan pertumbuhan yang begitu luas, tentunya ada
beberapa hal penting yang perlu dilakukan pemerintah Indonesia. Pertama adalah
pengembangan aspek infrastruktur, yang menjamin konektifitas nasional dan
membantu wilayah yang kurang berkembang untuk dapat menyusul wilayah yang
sudah lebih maju, seperti di pulau Jawa. Kedua adalah pendidikan universal dan
akses terhadap kesehatan. Ini merupakan kebutuhan dasar dari masyarakat. Ketiga
adalah program penangulangan kemiskinan. Program ini terdiri dari subsidi beras,
pemberian dana tunai dan pembangunan lingkungan. Keempat adalah skema
keuangan mikro. Skema ini membantu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk
mendapatkan dana bantuan.
Akibat dari krisis finansial Asia pada tahun 1997-1998, pembangunan
infrastruktur di Indonesia tidak mengalami begitu banyak perubahan, bahkan
pemeliharaan infrastruktur juga kurang begitu baik. Lambatnya pengembangan
infrastruktur di Indonesia ini dikarenakan masalah pendanaan. Indonesia belum
sepenuhnya pulih dari dampak krisis ekonomi 1997-1998 tersebut.
Pada era tahun 2005-2006, pemerintah Indonesia memang telah
mengenalkan kerangka regulasi dan insentif bagi pembangunan infrastruktur
untuk menarik investasi, tidak hanya dari pemerintah tetapi juga sektor swasta.
40
Namun kemajuannya tidak begitu pesat. Salah satu penyebabnya adalah masalah
ganti rugi tanah. Pemerintah perlu menyusun regulasi pertanahan baru yang dapat
membantu pemerintah dalam hal pengambilalihan tanah untuk kepentingan
publik.
Aspek lainnya yang cukup penting terkait dengan pertumbuhan yang
berkelanjutan ini adalah unsur lingkungan. Indonesia memiliki program
perubahan iklim yang targetnya adalah mengurangi emisi CO2 sebanyak 40
persen dalam waktu 20-30 tahun ke depan, selain beberapa program konservasi
dan reboisasi (Pangestu, 2011).
Untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan (sustainable
growth), Indonesia harus mencapai tiga hal, yaitu stabilitas, pemerataan dan
penanggulangan krisis. Karenanya Indonesia harus siap menghadapi dengan
membangun suatu sistem ketahanan ekonomi yang efektif dan handal. Pada saat
ini, Indonesia tengah memasuki masa perekonomian yang tidak normal.
Karenanya, dibutuhkan keputusan dan langkah-langkah yang berbeda dari
biasanya. Ketidaksiapan menghadapi krisis pada tahun 1997-1998 berakibat
kekacauan ekonomi dan kemunduran ekonomi sejauh 10 tahun ke belakang. Masa
ini juga membutuhkan waktu perbaikan yang sangat lama. Namun, kesiapan
bangsa dalam menghadapi krisis terlihat pada tahun 2008. Krisis yang sebenarnya
lebih besar lagi, itu krisis global 2008, ternyata Indonesia mampu memperpendek
itu dan dapat memulihkan dalam waktu yang tidak lama.
41
Terjaganya kestabilan ekonomi ini salah satunya didukung faktor sosial
politik. Karena kekacauan politik menjadi salah satu yang mengganggu
kestabilan. Ketidakpuasan membuat kekacauan sosial dan dapat menghentikan
sustainable growth. Syarat penentuan lainnya adalah harus ada pemerataan yang
luas. Pemerataan yang harus dicapai bukan hanya secara penghasilan, tapi juga
kegiatan ekonomi. Hanya pertumbuhan dengan pemerataan yang bisa
menciptakan dinamika internal pertumbuhan ekonomi. Hanya dengan cara
tersebut bisa menumbuhkan self sustainable growth. Karena tanpa pemerataan
laju ekonomi akan terhenti, akibat lack of domestic demand (Boediono, 2015).
Untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi
yang positif tentu jadi keinginan dari setiap negara di dunia ini, termasuk juga
bagi Indonesia. Dengan tagline Sustainable Growth with Equity pencapaian
pembangunan ekonomi Indonesia dari segi kuantitas dan kualitas yang dapat
dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Sustainable Growth with Equity atau
Pertumbuhan Ekonomi berkeadilan adalah salah satu konsep yang digadang-
gadang mampu mengantarkan negara berkembang termasuk Indonesia mencapai
kepentingan nasional di bidang ekonomi.
Konsep pertumbuhan ekonomi berkeadilan khusus di Indonesia dikemas
dalam Triple track strategy, yang terdiri dari pro-growth (pertumbuhan ekonomi),
pro-poor (mengentaskan kemiskinan) dan pro-job (penciptaan lapangan kerja/
penurunan pengangguran). Pertumbuhan ekonomi berkeadilan begitu penting bagi
Indonesia beserta rakyatnya. Konsep pertumbuhan ekonomi berkeadilan yang
pernah menjadi program unggulan dari pemerintahan Indonesia dalam Rencana
42
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014. Program tersebut
bertujuan untuk lebih memfokuskan pelaksanaan pembangunan yang berkeadilan
serta kesinambungan dan penajaman Prioritas Pembangunan Nasional. Program
ini menunjukkan juga adanya keberpihakan pemerintah terhadap kesenjangan
yang terjadi di masyarakat. Kondisi masyarakat Indonesia memang masih terlihat
kesenjangannya. Ada kelompok masyarakat, yang meskipun sudah bekerja dan
berusaha, namun masih tidak sejahtera, sementara sebagian masyarakat lain telah
memiliki kesejahteraan yang lebih.
Triple track strategy ini memiliki peran tersendiri bagi pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang berkeadilan. Kebijakan perekonomian yang pro-growth
digunakan sebagai dasar yang mengindikasikan baiknya performa perekonomian
Indonesia di berbagai sektor. Pro Growth Stategy mencakup strategi
pemberdayaan koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini
diharap dapat memberikan kesinambungan dan kemerataan ekonomi. Selain itu,
arti penting kebijakan pro-growth bagi perekonomian di Indonesia antara lain: 1)
Meningkatkan kepercayaan publik dan investor asing, 2) Mendorong iklim usaha
yang stabil dan kondusif, 3) Memperluas investasi, baik asing ataupun domestik
dan Mendorong penciptaan lapangan kerja. Pro-growth diharapkan dapat
mendorong program pengentasan kemiskinan atau Pro-poor. Pro-poor sendiri
merupakan kebijakan yang berguna untuk memenuhi hak-hak dasar masyarakat
miskin. Pro-job menjadi penting karena dengan minimnya angka pengangguran,
maka angka kemiskinan juga diharapkan dapat menurun. Di sini masyarakat juga
dapat memperoleh berkesempatan untuk meningkatkan harkat dan martabat
43
kehidupan. Karenanya, ketiga konsep ini adalah konsep penting bagi tercapainya
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Indonesia secara berkeadilan.
Masing-masing konsep berkaitan satu sama lain dan memiliki satu tujuan akhir
yakni untuk mencapai kepentingan nasional dalam hal kesejahteraan seluruh
masyarakat (OECD, 2009).
Definisi dan Deskripsi Pembangunan Ekonomi Berkeadilan
Pembangunan ekonomi berkeadilan dapat didefinisikan sebagai suatu
proses mendirikan atau membentuk dengan dilandasi nilai-nilai kebenaran, tidak
bersifat sewenang-wenang, bersifat proporsional namun tetap memiliki
keberpihakan terhadap pihak yang lemah. Dalam konsep ekonomi, artinya
masyarakat mendapat kesempatan yang luas dan setara dalam memperoleh
kesejahteraan kehidupan masyarakat. Strategi untuk pencapaian pertumbuhan
ekonomi berkeadilan ini dapat dilakukan melalui berbagai hal. Seperti
pemberdayan masyarakat miskin, peningkatan partisipasi masyarakat untuk
memaksimalkan produktivitas/kapasitas, program untuk keluarga berencana,
program untuk pengendalian jumlah penduduk, pertumbuhan yang berkualitas,
pengendalian inflasi, stabilisasi harga kebutuhan pokok, kebijakan subsidi, serta
bantuan sosial untuk peningkatan daya beli untuk pencapaian tersebut diperlukan
fasilitas, di antaranya: kesehatan, pendidikan, air bersih, hukum, infrastruktur dan
yang terkait lainnya untuk peningkatan akses terhadap pelayanan dasar dan
ketersediaan informasi pasar, akses terhadap sumber daya produktif (modal dan
kredit) dan peningkatan akses pasar.
44
Konsep Pro-growth
Pro-growth adalah konsep yang meliputi kebijakan-kebijakan pemerintah
yang mendukung dan memihak pada pertumbuhan ekonomi. Artinya, berbagai
kebijakan pemerintah baik kebijakan mikroekonomi ataupun makroekonomi,
dilakukan dengan tujuan agar mampu mendukung peningkatan laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Pendekatan melalui mekanisme ekonomi ini berusaha untuk
mendorong pertumbuhan perekonomian yang kuat tidak hanya pada kalangan
industri besar, namun juga pada industri UMKM. Untuk kebijakan bagi usaha
mikro difokuskan pada kesempatan berusaha dan stabilitas pendapatan. Rencana
dan strategi kebijakan pemerintah yang pro–growth diwujudkan melalui
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
MP3EI ini ditargetkan dapat dicapai pada tahun 2025. Beberapa strategi
dicanangkan sebagai upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inklusif,
berkeadilan dan berkelanjutan. Strategi tersebut, melalui: 1) Peningkatan potensi
ekonomi wilayah melalui koridor ekonomi, 2) Peningkatan konektivitas melalui
perbaikan dan pembangunan infrastruktur regulasi dan kebijakan dan 3)
Meningkatkan kemampuan sumber daya dan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi
Konsep Pro-poor
Pro-poor merupakan kebijakan sosial pemerintah yang berpihak kepada
masyarakat kecil atau orang miskin. Batasan kemiskinan yang dimaksud bukan
hanya pada ketidakmampuan ekonomi, namun juga mencakup kegagalan dalam
memenuhi hak-hak dasar serta perbedaan perlakuan bagi seseorang atau
45
sekolompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar
yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertahanan, sumber daya alam dan
hak berpartisipasi. Program penanggulangan kemiskinan pemerintah ini dapat
dikelompokkan dalam tiga klaster, yakni 1) program bantuan sosial berbasis
keluarga, 2) program-program pemberdayaan masyarakat dan 3) program-
program pemberdayaan usaha mikro dan kecil. Adapun contoh program
pemerintah sebagai kebijakan pro–poor adalah: Program Kompensasi
Pengurangan Subsidi BBM (PKPS) – Infrastruktur Jalan Pedesaan, Bantuan
Langsung Tunai (BLT), Beras untuk Rakyat Miskin (RASKIN), Bantuan
Operasional Sekolah (BOS), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan untuk Keluarga
Miskin (JPK-GAKIN, Digabungkan dengan Askeskin), Proyek Pengembangan
Wilayah Berbasis Pertanian Sulawesi (SAADP), Program Penyediaan Air dan
Sanitasi untuk Masyarakat Pendapatan Rendah (WSLIC2), Program
Pengembangan Prasarana Pedesaan, Proyek Kemitraan bagi Pengembangan
Ekonomi Lokal (KPEL), Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani-Nelayan
Kecil (P4K).
Konsep Pro-job
Pro-job adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk
menciptakan lapangan pekerjaan yang berguna dalam meningkatkan kualitas
hidup masyarakat. Dengan semakin meningkatnya peluang kerja, maka akan
semakin baik pula kualitas hidup masyarakat. Dalam konsep pro-job dikenal pula
pro-job strategy yang mencakup peningkatan kapasitas tenaga kerja, perlindungan
46
tenaga kerja dan kebijakan atau program sektor riil yang didukung dengan
perbaikan iklim investasi, kerangka regulasi, kerangka anggaran dan kerja sama
dengan swasta. Pro-Job identik dengan perbincangan tentang pembukaan
lapangan kerja. Lapangan kerja ini berkaitan langsung dengan keberadaan
pengangguran yang menjadi salah satu penyebab kemiskinan. Secara sederhana,
jumlah ketidaktersediaan pekerjaan akan berbanding lurus dengan jumlah
pengangguran. Permasalahan pengangguran muncul disebabkan oleh beberapa
aspek, meliputi tingkat pendidikan rendah, kurangnya lapangan kerja dan
kurangnya keterampilan atau sumber daya manusia yang rendah. Untuk mengatasi
berbagai permasalahan ini, pemerintah berupaya untuk menciptakan lapangan
pekerjaan sebanyak-banyaknya. Pemerintah merasa perlu untuk merancang
berbagai program seperti: 1) Pembukaan lapangan kerja baru, 2) Pemberian
insentif bagi perusahaan agar mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi dan
3) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat/PNPM (https://portal-ilmu.com).
2.1.2 Teori Pembangunan Ekonomi
Pembahasan mengenai perkembangan ekonomi, Schumpeter (1934, 1939,
sumber: Arsyad, 2010) membedakan pengertian pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan ekonomi. Keduanya merupakan sumber peningkatan output
masyarakat. Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang
disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan
dalam proses produksi, tanpa adanya perubahan dalam teknologi produksi itu
sendiri. Misalnya kenaikan output yang disebabkan oleh pertumbuhan stok modal
ataupun penambahan faktor-faktor produksi tanpa adanya perubahan pada
47
teknologi produksi yang lama. Sedangkan pertumbuhan ekonomi didefinisikan
sebagai kenaikan output yang disebabkan adanya inovasi yang dilakukan oleh
para pengusaha (entrepreneur). Inovasi di sini bukan hanya berarti perubahan
yang radikal dalam hal teknologi, inovasi dapat juga dipresentasikan sebagai
penemuan produk baru, pembukaan pasar baru dan sebagainya.Inovasi tersebut
menyangkut perbaikan kuantitatif dari sistem ekonomi itu sendiri yang bersumber
dari kreativitas para pengusahanya.
Pembangunan ekonomi akan berkembang pesat dalam lingkungan
masyarakat yang menghargai dan merangsang setiap orang untuk menciptakan
hal-hal yang baru (inovasi) dan lingkungan yang paling cocok untuk itu adalah
lingkungan masyarakat yang menganut paham laissez faire, bukan dalam
masyarakat sosialis ataupun komunis yang cenderung mematikan kreativitas
penduduknya. Dalam masyarakat yang menganut mekanisme pasar, besarnya
insentif yang akan diterima seseorang karena adanya penemuan-penemuan baru
lebih besar dibandingkan dengan insentif yang diterima oleh masyarakat sosialis.
Pembangunan ekonomi berawal pada suatu lingkungan sosial, politik dan
teknologi yang menunjang adanya kreatifitas para pengusaha. Adanya lingkungan
yang menunjang kreativitas akan mampu melahirkan beberapa pengusaha perintis
(pioneer) yang mencoba menerapkan ide-ide baru mereka dalam kehidupan
ekonomi (cara berproduksi baru, produk baru, bahan mentah dan sebagainya).
Mungkin tidak semua pengusaha perintis tersebut akan menuai sukses dalam
inovasinya. Bagi pengusaha perintis yang menuai sukses dalam inovasinya
tersebut, dia akan memperoleh keuntungan monopoli atas buah kreativitasnya,
karena di mata konsumen belum ada pengusaha lain yang melakukan terobosan
48
seperti yang dilakukan. Seorang inovator akan terus menerus berada di atas
apabila dia selalu melakukan improvisasi atas inovasi-inovasinya terdahulu. Lima
(5) macam kegiatan yang dapat dikelompokkan sebagai inovasi, yaitu sebagai
berikut.
1) Diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada.
2) Diperkenalkannya cara berproduksi baru.
3) Pembukaan daerah-daerah pasar baru.
4) Penemuan sumber-sumber bahan mentah baru.
5) Perubahan organisasi industri sehingga tercipta efisiensi dalam industri.
Inovasi memiliki 3 (tiga) pengaruh, yaitu: 1) diperkenalkannya teknologi
baru, 2) menimbulkan keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang
merupakan sumber dan penting bagi akumulasi modal dan 3) akan selalu diikuti
oleh timbulnya proses peniruan (imitasi) yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain
yang meniru teknologi baru tersebut. Keseluruhan proses tersebut meningkatkan
output masyarakat dan secara keseluruhan merupakan proses pembangunan
ekonomi.
Menurut Schumpeter, sumber kemajuan ekonomi yang paling penting
adalah pembangunan ekonomi, bukan pertumbuhan ekonomi (Schumpeter, 1939,
sumber: Arsyad, 2010). Proses pembangunan ekonomi menurut Schumpeter
(1939) seperti pada Gambar 2.1.
49
Gambar 2.1
Proses Kemajuan Pembangunan Ekonomi (Schumpeter, 1939, sumber: Arsyad, 2010)
Proses kemajuan pembangunan ekonomi diilustrasikan seperti pada
Gambar 2.1. Schumpeter (1939), menunjukkan baik proses pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi keduanya bertujuan dengan kenaikan output masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan
menaiknya faktor produksi tanpa adanya perubahan dalam teknologi produksi itu
sendiri. Contohnya pertumbuhan stok modal ataupun penambahan faktor-faktor
produksi tanpa adanya perubahan pada teknologi produksi yang lama.
Sedangkan pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kenaikan output
yang disebabkan oleh adanya inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha
(entrepreneur). Inovasidi sini bukan hanya berarti perubahan yang radikal dalam
hal teknologi, inovasi dapat juga dipresentasikan sebagai penemuan baru,
pembukaan pasar baru dan sebagainya. Inovasi tersebut menyangkut perbaikan
kuantitatif dari sistem ekonomi itu sendiri yang bersumber dari kreativitas para
pengusahanya. Menurut Schumpeter, pembangunan ekonmi akan berkembang
Lingkungan sosial, politik dan
teknologi yang menunjang
inovasi
wirausaha Inovasi
Profit
Imitasi
Akumulasi
kapital
Perbaikan
teknologi
Kenaikan
output
Pertumbuhan
penduduk
Tabungan rutin
masyarakat
Akumulasi kapital tanpa perbaikan teknologi
PE
MB
AN
GU
NA
N
PE
RT
UM
BU
HA
N
50
pesat dalam lingkungan masyarakat yang menghargai dan merangsang setiap
orang untuk menciptakan hal-hal yang baru (inovasi) dan lingkungan yang paling
cocok untuk itu adalah lingkungan masyarakat yang menganut paham laissez
faire, bukan dalam masayarakat sosialis ataupun komunis yang cenderung
mematikan kreativitas penduduknya. Dalam masyarakat yang menganut
mekanisme pasar, besarnya insentif yang akan diterima seseorang karena adanya
penemuan-penemuan baru lebih besar dibandingkan dengan insentif yang diterima
oleh masyarakat sosialis.
Pada pembangunan ekonomi lingkungan sosial, politik dan teknologi
sangat menunjang inovasi. Menurut Schumpeter (1939) inovasi mempunyai tiga
(3) pengaruh, yaitu: 1) diperkenalkannya teknologi baru, 2) menimbulkan
keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan sumber dana
penting bagi akumulasi modal dan 3) inovasi akan selalu diikuti oleh timbulnya
proses peniruan (imitasi) yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru
teknologi baru tersebut. Proses peniruan (imitasi) tersebut pada akhirnya akan
diikuti oleh investasi (akumulasi modal) oleh para peniru (imitator) tersebut.
Proses peniruan ini akan berpengaruh pada dua (2) hal, yaitu: 1) menurunnya
keuntungan monopolistis yang dinikmati oleh para inovator dan 2) adanya
penyebaran teknologi baru (technological dissemination) di dalam masyarakat
sehingga teknologi tersebut tidak lagi menjadi monopoli bagi pencetusnya.
Keseluruhan proses akan mampu meningkatkan output masyarakat dan
secara keseluruhan merupakan proses pembangunan ekonomi. Sumber kemajuan
ekonomi yang paling penting adalah pembangunan ekonomi, bukan pertumbuhan
51
ekonomi. Ada lima (5) macam kegiatan yang dapat dikelompokkan sebagai
inovasi, yaitu: 1) diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada, 2)
diperkenalkannya cara berproduksi baru, 3) pembukaan daerah-daerah pasar baru,
4) penemuan sumber-sumber bahan mentah baru dan 5) perubahan organisasi
industri sehingga tercipta efisiensi dalam industri (Schumpeter, 1939, sumber:
Arsyad, 2010).
2.1.3 Teori Pembangunan Daerah
Pembangunan daerah merupakan bagian terintegrasi dari pembangunan
nasional yang dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan
sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi
dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju
masyarakat madani. Pembangunan daerah merupakan aplikasi dari proses
ekonomi dan sumber daya yang tersedia di daerah yang menghasilkan
pembangunan berkelanjutan dan hasil ekonomi daerah tersebut memenuhi nilai-
nilai dan harapan dari pebisnis, penduduk dan masyarakat luar. Saat ini tidak ada
satu teori pun yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara
komprehensif. Namun demikian, ada beberapa teori yang secara parsial dapat
membantu bagaimana memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah
(Stimson, Stough dan Robert, 2006).
Proses pembangunan daerah secara umum melibatkan faktor-faktor utama
dari faktor ekonomi dan non ekonomi, dimana faktor-faktor ekonomi melibatkan
faktor modal kapital, modal manusia, teknologi, sumber daya alam dan energi,
infrastruktur, investasi, kapasitas dan kemampuan daerah, perdagangan luar
52
negeri, globalisasi dan nilai tukar mata uang, pertanian, industri, aksesibilitas,
strategi perencanaan, kelembagaan dan kebijakan, kemiskinan, pengangguran
serta bantuan luar negeri. Sedang faktor non ekonomi meliputi: penduduk, sosial,
budaya dan politik serta lingkungan (Aziz, 2000; Fisher, dkk, 2010).
Model untuk pembangunan berkelanjutan suatu daerah dapat
dikonseptualisasikan sebagai sebuah Lingkaran saleh/Lingkaran Budi Luhur (the
virtuous circle) yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Good use and
tapping of potentials
Good use and
tapping of potentials
Resource
endowments
Market
conditions
Mechanisms for
using and tapping
Sustainable
development
Effective institutions and
regioal infrastructure
Facilitate institutional
change to enchance regional
capacity and capability
Strategy, plans
processes
Vision for future
development
Strong proactive
leadership
Gambar 2.2
Lingkaran Saleh (Virtuous Circle) untuk Pembangunan Daerah
yang Berkelanjutan
Sumber: Stimson dan Stough, 2008
Lingkaran Saleh (Virtuous Circle) untuk pembangunan daerah yang
berkelanjutan pada Gambar 2.2 menjelaskan lingkaran kepemimpinan kuat yang
proaktif mengikuti proses alur melingkar yang benar dan efektif untuk mencapai
pembangunan daerah yang berkelanjutan. Pemimpin kuat yang proaktif harus
53
memiliki pengembangan visi ke depan dan merencanakan proses perencanaan dan
strategi yang dikehendaki dengan didukung dengan merubah kelembagaan untuk
memperkuat kapabilitas untuk merubah secara regional. Dengan kelembagaan
yang efektif dan penyelarasan dengan infrastruktur regional mengambil langkah-
langkah untu mengambil dan menggunakan mekanisme yang ada. Dengan
mempertimbangkank kondisi-kondisi dasar dan sumber daya yang ada mengambil
langkah-langkah dan manfaat penting yang berguna untuk melakukan
pengembangan yang berkelanjutan. Siklus proses dalam pembangunan daerah
yang berkesinambungan oleh pemimpin kuat yang proaktif dikenal dengan
lingkaran saleh (Stimson dan Stough, 2008).
Modal fisik sebagai investasi memberikan peran insentif tersendiri dalam
proses pertumbuhan ekonomi (Dodge, 2014-2015). Riley dan Eton (2006)
menyatakan meningkatkan modal investasi teknologi inovatif, modal manusia,
sumber daya alam dan faktor sosial merupakan bagian yang menaikkan pada
pendapatan nasional dan bermuara untuk mendorong ke PRBB secara regional.
2.1.4 Teori Investasi
Investasi secara konsep adalah kegiatan mengalokasikan atau
menanamkan sumber daya (resources) saat ini (sekarang), dengan harapan
mendapatkan manfaat dikemudian hari (masa datang). Untuk memudahkan
pengertian dan perhitungan, maka sumber daya (resources) ini biasanya
diterjemahkan (dikonversi) ke dalam satuan moneter atau uang. Dengan demikian
secara konsep, investasi dapat didefinisikan sebagai menanamkan uang sekarang,
guna mendapatkan manfaat (balas jasa atau keuntungan) dikemudian hari.
54
Pengertian investasi adalah menanamkan uang sekarang, berarti uang
tersebut yang seharusnya dapat dikonsumsi, namun karena kegaitan investasi,
uang tersebut dialihkan untuk ditanamkan bagi keuntungan masa depan. Dengan
demikian maka pengertian dari investasi dapat dirumuskan sebagai mengorbankan
peluang konsumsi saat ini, untuk mendapatkan manfaat di masa datang. Investasi
memiliki 2 (dua) aspek, yaitu: konsumsi saat ini, dengan harapan dapat
keuntungan di masa datang. Dengan demikian, maka investasi juga dapat dilihat
dari 3 (tiga) aspek berikut ini:
1) Aspek uang (yang ditanamkan) dan (yang diharapkan), sehingga untuk
menilai (kelayakan) yang akan datang, dengan demikian, maka untuk menilai
(kelayakan) investasi digunakan juga konsep uang. Aspek uang sebagai
pengukur kekayaan (yang ditanamkan) dan (yang diharapkan). Maka oleh
karena itu untuk menilai (Kelayakan) Investasi digunakan juga konsep uang
(Money and Value Concept).
2) Aspek waktu (sekarang dan masa yang akan datang), oleh karena itu, untuk
menilai (kelayakan) investasi digunakan konsep waktu (Time concept).
Sehubungan dengan hal di atas, maka untuk penilaian (kelayakan atau
keberhasilan) investasi digunakan konsep Time Value of Money. Konsep ini
menilai penerimaan ataupun pengeluaran jumlah uang yang sama dalam waktu
yang berbeda, mempunyai nilai yang berbeda pula. Dengan menggunakan
konsep Time Value of money, dikenal 2 (dua) nilai, yaitu yang akan datang
(Future Value/FV) dan Nilai sekarang (Present Value/PV). Oleh karena itu
penilaian investasi menyangkut penilaian terhadap (Future Value/FV), dengan
perspektif saat ini atau Nilai sekarang (Present Value/PV).
55
3) Aspek penting lainnya dari investasi adalah aspek manfaat dari investasi. Dari
aspek manfaat ini, maka penilaian kelayakan investasi juga harus melihat dan
biaya yang ditimbulkannya dengan menggunakan azas manfaat atau cost
benefit ratio. Dengan demikian, secara konsep investasi sangat luas
cakupannya. Setiap kegiatan pengalokasian sumber daya saat ini, dengan
tujuan manfaat dimasa depan adalah investasi.
Manfaat investasi dapat dikelompokkan, sebagai berikut.
1) Investasi yang bermanfaat untuk umum (Publik)
Investasi yang bermanfaat untuk umum/public (investasi dibidang
infrastruktur: jalan, jembatan, pelabuhan, pasar dan seterusnya), investasi di
bidang konservasi alam, investasi di bidang pengelolaan sampah investasi di
bidang teknologi, investasi di bidang penelitian dan pengembangan, investasi
di bidang olah raga, investasi di bidang pertahanan dan keamanan, serta
investasi di bidang lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
2) Investasi yang bermanfaat untuk kelompok tertentu
Investasi yang mendatangkan manfaat pada kelompok masyarakat tertentu dan
lingkungan tertentu, seperti investasi di bidang keagamaan, membangun
sarana ibadah tertentu, investasi dibidang olahraga tertentu, investasi di bidang
infrastruktur tertentu, investasi di bidang konservasi alam/lingkungan tertentu,
investasi di bidang pengelolaan sampah di lingkungan tertentu, serta investasi
di bidang lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat atau kelompok tertentu.
3) Investasi yang bermanfaat untuk pribadi atau rumah tangga
Investasi yang mendatangkan manfaat bagi pribadi atau rumah tangga, dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan keinginannya di masa datang, seperti
56
investasi untuk perumahan pribadi ataupun keluarga, investasi untuk
pendidikan pribadi ataupun keluarga, investasi dibidang kagamaan, investasi
untuk usaha (mendapatkan penghasilan), serta investasi di bidang lainnya
yang bermanfaat bagi pribadi ataupun keluarga (http://kumpulan-
materi.blogspot.co.id; http://www.definisi-pengertian.com, olahan).
Kriteria-kriteria untuk pengambilan keputusan berinvestasi secara rasional
dengan menggunakan analisis:
1) Payback period (periode pulang pokok modal).
2) Benefit atau cost ratio (B/C Ratio), dimana output yang dihasilkan lebih besar
daripada biaya yang dikeluarkan.
3) Net Present Value (NPV), investasi akan dilakukan apabila NPV > 0, dimana
nilai sekarang dari penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari
biaya total.
4) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat pengembalian investasi, IRR
harus lebih besar dari perolehan discounted rate.
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi berinvestasi di antaranya: sosial,
budaya, politik dan lingkungan serta jaminan berinvestasi (Aziz, 2000, olahan).
Investasi berdasarkan modal dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
investasi asing dan lokal atau dari dalam negeri. Investasi asing dapat dibedakan
menjadi dua komponen, yaitu sebagai berikut.
1) Investasi portofolio, yaitu pembelian saham dan obligasi semata-mata untuk
tujuan mendapatkan laba atau investasi dana.
2) Investasi langsung, dimana investor berpartisipasi dalam manajemen
perusahaan selain menerima pengembalian pada uang dari modal yang
dikeluarkan.
57
Sedangkan investasi lokal adalah investasi dimana seluruh investor berasal dari
dalam negeri (Ball et al., 2014).
2.1.5 Teori Ekspor
Teori ekspor menjelaskan sebagai pengiriman berbagai macam barang dan
jasa yang diproduksi suatu negara untuk dikirim ke negara lain. Penjual barang
dan jasa tersebut disebut sebagai eksportir dan berbasis di negara ekspor
sedangkan pembeli yang berasal dari luar negeri disebut sebagai importir. Dalam
perdagangan internasional, ekspor mengacu pada penjualan barang dan jasa yang
diproduksi di negara asal ke pasar lain. Ekspor barang dalam jumlah komersial
biasanya memerlukan keterlibatan otoritas pabean baik di negara ekspor ataupun
negara pengimpor (Joshi, 2005; Bishop dkk, 2014).
Dari sudut pengeluaran, ekspor merupakan salah satu faktor terpenting
dari Produk Domestik Bruto (PDB)/Gross National Product (GNP). Dengan
berubahnya nilai ekspor maka pendapatan masyarakat secara langsung juga akan
mengalami perubahan dan meningkatkan cadangan devisa.
2.1.5.a Fungsi Ekspor
Fungsi penting dari kegiatan ekspor dari proses perdagangan luar negeri
adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, sehingga
menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat
pendapatan output yang lebih tinggi akan berkontribusi dalam pembangunan
ekonomi (Jhingan, 2000).
58
2.1.5.b Jenis Komoditas Ekspor Utama di Indonesia dan Khusus di Free Trade
Zone Batam
Berikut jenis komoditas ekspor di Indonesia tersaji pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Sepuluh Jenis Komoditas Ekspor Utama di Indonesia
No. Komoditas Negara Tujuan
1.
TPT (Tekstil
dan Produk
Tekstil)
Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Turki, Korea Selatan,
Inggris, Uni Emirat Arab, Rep.Rakyat Tiongkok,
Brasilia, Malaysia, Belgia, Italia, Belanda, Spanyol,
Kanada, Saudi Arabia, Thailand, Perancis, Vietnam,
Taiwan.
2. Elektronik
Singapura, Amerika Serikat, Jepang, Hongkong,
Rep.Rakyat Tiongkok, Jerman, Malaysia, Belanda,
Korea Selatan, Pilipina, Perancis, Thailand, India,
Australia, Uni Emirat Arab, Inggris, Taiwan, Vietnam,
Belgia, Italia.
3. Karet dan
produk karet
Amerika Serikat, Jepang, Rep.Rakyat Tiongkok, Korea
Selatan, Singapura, Brasilia, Jerman, Kanada, Belanda,
Turki, Perancis, India, Spanyol, Italia, Inggris, Belgia,
Taiwan, Rep.Afrika Selatan, Australia, Argentina.
4. Sawit
Hongkong, India, Vietnam, Rep.Rakyat Tiongkok,
Jerman, Singapura, Korea Utara, Italia, Malaysia,
Thailand, Spanyol, Taiwan, Jepang, Kamboja, Sri
Langka, Rep.Afrika Selatan, Perancis, Pilipina, Amerika
Serikat, Meksiko.
5. Produk hasil
hutan
India, Rep.Rakyat Tiongkok, Malaysia, Bangla Desh,
Belanda, Mesir, Singapura, Italia, Spanyol, Ukraine,
Iran, Federasi Rusia, Pakistan, Jerman, Tanzania,
Brasilia, Rep.Afrika Selatan, Vietnam, Myanmar,
Kenya.
6. Alas kaki
Jepang, Rep.Rakyat Tiongkok, Amerika Serikat, Korea
Selatan, Australia, Malaysia, Taiwan, Saudi Arabia, Uni
Emirat Arab, India, Jerman, Belanda, Inggris, Vietnam,
Singapura, Belgia, Italia, Perancis, Bangla Desh,
Thailand.
7. Otomotif
Amerika Serikat, Belgia, Jerman, Inggris, Belanda,
Italia, Jepang, Meksiko, Perancis, Brasilia, Rep.Rakyat
Tiongkok, Denmark, Panama, Korea Selatan,
Singapura, Spanyol,Australia, Federasi Rusia, Chili,
Rep.Afrika Selatan.
8. Udang
Thailand, Jepang, Saudi Arabia, Pilipina, Malaysia,
Singapura, Uni Emirat Arab, Rep.Afrika Selatan,
Brasilia, Vietnam, Rep.Rakyat Tiongkok, Meksiko,
Oman, Kamerun, Taiwan, Inggris, Myanmar, Jerman,
India, Kuwait.
9. Kakao
Amerika Serikat, Jepang, Rep.Rakyat Tiongkok,
Inggris, Belgia, Hongkong, Vietnam, Singapura,
Perancis, Kanada, Australia, Malaysia, Taiwan, Federasi
Rusia, Belanda, Italia, Jerman, Korea Selatan, Denmark.
10. Kopi
Malaysia, Amerika Serikat, Singapura, Korea Utara,
Spanyol, Jerman, Perancis, Belanda, Inggris, Australia,
Pilipina, India, Kanada, Thailand, Jepang, Brasilia, Uni
Emirat Arab, Estonia, Federasi Rusia, Selandia Baru.
Sumber: www.kemendag.go.id.
59
Berdasarkan 10 (sepuluh) jenis komoditas yang diekspor, di Free Trade
Zone Pulau Batam umumnya, terdiri dari komoditas elektronik dan industri
galangan kapal terbesar di Asia Tenggara (Batam Dalam Angka, 2016).
2.1.5.c Hambatan Ekspor
Hambatan ekspor dalam perdagangan internasional adalah tindakan dan
kebijakan yang diberlakukan pemerintah yang membatasi, mencegah dan atau
menghalangi pertukaran barang dan jasa internasional. Alat penghambat tersebut
diantaranya penerapan tarif/pajak, kuota, subsidi dan dumping (Fletcher, 2011;
Targeted Trade Barriers, 2015). Di Indonesia, Khusus di FTZ Pulau Batam tarif
ekspor, impor dan barang mewah mendapatkan pembebasan yang menjadi daya
tarik para investor (BP Batam, 2016).
2.1.6 Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto/PDB (Gross Domestic Product/GDP atau Gross
National Product/GNP) tahunan suatu negara adalah nilai total semua barang dan
jasa yang diproduksi dalam satu tahun di negara tersebut. GDP hanya menghitung
barang jadi atau barang final dan jasa final dan tidak termasuk nilai barang
setengah jadi seperti kayu, baja, seperti yang dipakai untuk memproduksi rumah
dan mobil. GDP dipakai sebagai media atau indikator yang baik untuk kehidupan
masyarakat. Dengan menaiknya GDP akan merefleksikan peningaktan pada
standar hidup masyarakat, dimana GDP juga meningkat dengan pengeluaran pada
bencana-bencana alam, epidemi yang mematikan, perang, kejahatan dan
kerusakan lainnya kepada masyarakat.
60
Berdasarkan atas harga patokan yang dipakai GDP dibedakan menjadi
dua, yaitu sebagai berikut.
1) GDP berdasarkan atas harga berlaku
PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang PDB atas
dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai
tahun dasar. PDB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui
kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran dan struktur ekonomi suatu
wilayah.
2) GDP berdasarkan atas harga konstan.
PDB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil
dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh
indeks harga.
PDB juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga dengan
menghitung deflator PDB (perubahan indeks implisit). Indeks harga produksi
merupakan rasio antara PDB menurut harga berlaku dan PDB menurut harga
konstan. Para ekonom menggunakan tiga pendekatan untuk menghitung GDP
yaitu: a) pendekatan pengeluaran, b) pendekatan pendapatan dan c) pendekatan
produksi.
61
a) Pendekatan pengeluaran, mencakup empat kategori:
1) Konsumsi Pribadi (C): Terdiri dari semua pengeluaran oleh rumah tangga.
2) Investasi Bruto dan pembentukan modal tetap domestik bruto (I):
Termasuk uang yang dihabiskan pada semua pembelian mesin oleh
pebisnis, pembangunan modal dan perubahan inventaris.
3) Pemerintah (G): Mencakup semua pengeluaran pemerintah dari modal
sosial, kesejahteraan dan pembayaran jaminan sosial.
4) Ekspor bersih (X): Termasuk nilai semua uang menghabiskan ekspor
dikurangi impor.
Pendekatan Pengeluaran yang dihitung dari pengeluaran rumah tangga,
perusahaan dan pemerintah sepanjang tahun dengan menggunakan rumus, sebagai
berikut.
GDP = C + I + G + (X – M) .................................................................. (2.4)
Dimana :
C = Pengeluaran konsumsi barang dan jasa pribadi dan rumah
tangga
I = Investasi
G = Pengeluaran untuk belanja pemerintah baik dari konsumsi
dan investasi
X = Mewakili Ekspor
M = Mewakili Impor
(X – M) = Ekspor bersih
Dalam perhitungan GDP, hanya barang dan jasa yang sudah jadi yang di
hitung, sedang barang setengah jadi tidak di hitung. Alasan tersebut digunakan
untuk menghindari terjadinya perhitungan ganda.
62
b) Pendekatan Pendapatan
Produk Domestik Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa yang dimaksud
adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan yang semuanya
sebelum dipotong pajak penghasilan serta pajak langsung lainnya. Dalam definisi
ini, PDB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak
langsung dikurangi subsidi). Pendekatan pendapatan mempertimbangkan empat
kategori, yaitu sebagai berikut.
1) Upah karyawan: menempati bagian terbesar dari pendapatan nasional.
2) Sewa: termasuk pendapatan yang diterima oleh perusahaan dan sewa untuk
penyediaan sumber daya properti.
3) Bunga: Termasuk bunga rumah tangga yang terima pada rekening tabungan,
rekening sertifikat deposito (CD) dan obligasi korporasi. Termasuk juga uang
atau biaya perusahaan membayar untuk penggunaan modal. Semuanya
sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.
4) Keuntungan: semua keuntungan yang diciptakan oleh kedua individu dan
korporasi.
c) Pendekatan Produksi:
Produk Domestik Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi dalam penyajian ini
dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha yaitu: (1) pertanian, peternakan,
63
kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, (3) produksi
pengolahan, (4) listrik, gas dan air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan,
hotel dan restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, real
estate dan jasa perusahaan, (9) jasa-jasa, termasuk jasa pemerintah
(Kurniawan dan Kembar, 2015)
PDRB adalah Produk Domestik Regional Bruto yang lazim digunakan untuk
menyatakan PDB suatu wilayah atau daerah.
2.1.7 Peran Investasi dan Infrastruktur dalam Pembangunan Daerah di
Negara Berkembang
2.1.7.a Investasi di Negara Berkembang dan Permasalahannya
Banyak pihak yang menganggap bahwa berinvestasi di negara
berkembang memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan berinvestasi
di negara maju. Penyebabnya adalah tatanan hukum, politik, ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan di negara berkembang masih dianggap rapuh atau sangat
riskan untuk mengalami kegoncangan. Contohnya, era pemerintahan Hugo
Chaves di Venezuela berusaha untuk menasionalisasikan beberapa perusahaan
asing yang berada di negara tersebut, sehingga banyak investor asing yang
memberi catatan khusus atau rekomendasi agar investor bersikap hati-hati dalam
menempatkan atau menginvestasikan dananya ke negara berkembang. Atas dasar
rekomendasi tersebut, banyak investor yang lebih baik memilih keputusan
investasi dengan cara memportofoliokan dananya atau menganekaragamkan
investasinya.
64
Pertanyaan penting yang timbul di kalangan investor, apakah benar suatu
negara yang memiliki tingkat investasi finansial lebih tinggi dianggap mampu
menekan angka pengangguran dan menciptakan lapangan pekerjaan yang tinggi?
Jika pertanyaan ini dijabarkan pada kondisi yang terjadi di negara-negara
berkembang dan negara terbelakang, maka jawaban yang didapatkan adalah
negara berkembang dan terbelakang lebih membutuhkan investasi nyata yang
tinggi dibandingkan investasi finansial. Alasannya, investasi nyata dapat
ditempatkan dalam bentuk usaha untuk mengurangi angka pengangguran dan
menciptakan lapangan pekerjaan. Investasi nyata yang dimaksud seperti
menciptakan pabrik-pabrik dan industri-industri yang dapat menampung banyak
tenaga kerja sehingga secara otomatis mampu menekan tingkat pengangguran di
negara tersebut (Fahmi, 2015).
Proses pembangunan regional secara umum melibatkan faktor-faktor
utama dari faktor ekonomi dan non ekonomi, dimana faktor-faktor ekonomi
melibatkan faktor modal kapital, modal manusia, teknologi, sumber daya alam
dan energi, infrastruktur, investasi, kapasitas dan kemampuan daerah,
perdagangan luar negeri, globalisasi dan nilai tukar mata uang, pertanian, industri
dan aksesibilitas, strategi perencanaan, kelembagaan dan kebijakan, kemiskinan,
pengangguran dan bantuan luar negeri. Sedang faktor non ekonomi meliputi:
penduduk, sosial, budaya dan politik serta lingkungan.
65
Infrastruktur merupakan faktor bagian dari ekonomi yang memiliki peran
dalam pencapaian pembangunan daerah. Di semua negara infrastruktur
merupakan tanggung jawab pemerintah sehingga besar kecilnya anggaran
infrastruktur pemerintah dapat langsung menunjukkan berapa banyak kemajuan
yang akan diciptakan. Bagi Negara Sedang Berkembang (NSB) masalah dana
merupakan sumber permasalahan dalam pelaksanaan infrastruktur. Pembangunan
infrastruktur memainkan peran besar dalam pembangunan dan memberikan
sumbangan yang signifikan. Bagi NSB peran pendapatan dalam pembangunan
infrastruktur mengandalkan peran investor dan pemerintah daerah masing-masing
dimana peran mutlak kontribusinya berada di daerah. Belum lagi kendala
pemeliharaan infrastruktur menjadi beban dan menjadi faktor (Basri dan
Munandar, 2009). Ditinjau Berdasarkan analisis ekonomi, variabel ekonomi dari
infrastruktur menunjukkan hipotesa bahwasannya pengaruh infrastruktur
menunjukkan berpengaruh besar dan signifikan pada output pembangunan daerah
terutama yang mengharapkan kehadiran investasi.
Persepsi internasional tentang kualitas infrastruktur fisik di beberapa
negara seperti terlihat di beberapa negara ASEAN dapat dilihat pada Gambar 2.3.
66
Gambar 2.3
Kualitas Infrastruktur Fisik beberapa negara ASEAN
(World Economic Forum, 2013;
Sumber: http://manajemenproyekindonesia.com/?p=2990
Gambar 2.4
Subperingkat Infrastruktur Indonesia
(World Economic Forum, 2013;
Sumber: http://manajemenproyekindonesia.com/?p=2990
67
Pada Gambar 2.3 menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat 64
dari 148 negara di dunia dalam hal peringkat infrastruktur dan peringkat kelima di
ASEAN. Indonesia menempati peringkat ke-58 (lima puluh delapan) di dunia
dalam kesiapan dan kualitas layanan transportasi (Gambar 2.4).
Gambaran tentang peran swasta dan pemerintah Indonesia dalam anggaran
pembangunan infrastruktur untuk memacu pembangunan di beberapa negara di
ASEAN dapat dilihat pada Gambar 2.5.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
5
25 28 3548 53 54 57
6583 89
131145
Gambar 2.5
Anggaran Pembangunan Infrastruktur Indonesia Tahun 2015 Sumber: LPI Global Rangking, 2014; www.dpr.go.id
Ditinjau dari anggaran pembangunan infrastruktur Indonesia tahun 2015,
Indonesia menempati peringkat ke-53 dari negara di dunia.
2.1.8 Zona Free Trade Zone
Daerah zona Free Trade Zone adalah daerah zona perdagangan dan
pelabuhan bebas (www.penghubungkepri.org). Pada tanggal 19 Januari 2009,
Presiden Republik Indonesia Soesilo Bambang Yudhoyono secara resmi
menetapkan Batam-Bintan-Karimun sebagai Zona Perdagangan Bebas dan
68
Pelabuhan Bebas terhitung tanggal 1 April 2009, berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan no.45, 46 dan 47. Salah satu zona perdagangan dan pelabuhan bebas di
Indonesia, yaitu Pulau Batam, Bintan dan Karimun atau kemudian disebut
dengan BBK adalah sebuah wilayah di Republik Indonesia yang dibebaskan dari
Bea Masuk, Pajak Penjualan, Pajak Pertambahan Nilai, pajak atas barang mewah
dan Bea Cukai. Pendirian Zona Perdagangan Bebas Batam, Bintan dan Karimun
ini berdasarka alasan sebagai berikut.
1) Pemerintah Indonesia telah membentuk Batam, Bintan dan Karimun sebagai
Pilot Projek untuk Zona Perdagangan Bebas di Indonesia.
2) Terikat perjanjian kerangka kerjasama antara Indonesia dan Singapura dalam
pengembangan ekonomi Batam, Bintan dan Karimun.
3) Tim manajemen yang kuat: Dewan Kawasan dan Perwakilan Eksekutif.
Persyaratan umum untuk impor dan ekspor barang dari atau ke negara
asing di Zona Perdagangan Bebas Batam-Bintan-Karimun, Indonesia meliputi:
1) Proses impor barang dapat dijalankan oleh para importir kecuali untuk barang
terlarang seperti senjata, obat-obatan terlarang dan barang-barang
sebagaimana di tetapkan oleh pemerintah.
2) Izin dari Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas, harus diperoleh sebelum impor dilakukan.
3) Impor barang-barang komsumsi hanya dapat dilakukan oleh para importir
yang diizinkan oleh Badan Pengusahaan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas.
4) Barang yang di impor harus sesuai dengan bidang usaha (jenis kualitas harus
disertakan) dari importir.
69
5) Semua ekspor barang ke luar negeri dan ke daerah non Perdagangan Bebas
dan Perdagangan Bebas harus dilaporkan ke Badan Pengusahaan Batam
Bintan Karimun.
Faktor pendukung dan fasilitas-fasilitas yang terdapat di Zona Perdagangan Bebas
Batam-Bintan-Karimun, Indonesia antara lain:
1) Bea Cukai: proses keluar masuk barang yang cepat, tidak ada pajak Ekspor /
Impor.
2) Perpajakan: pembebasan pajak pertambahan nilai, pajak barang mewah dan
pajak penjualan.
3) Pelayanan satu pintu memproses semua perizinan.
4) Prosedur imigrasi yang sederhana.
5) Kebijakan ketenagakerjaan yang fleksibel.
6) Transportasi dan fasilitas telekomunikasi yang bagus.
7) Sistem keamanan yang baik.
Peluang-peluang Investasi di Batam
Sebagai Kawasan Zona Perdagangan Bebas, Batam memiliki banyak
sumber daya dan peluang investasi diberbagai bidang. Sebagai contoh di bidang
kepariwisataan, Batam memiliki pantai-pantai pasir putih yang indah dengan
airnya yang biru di kawasan Nongsa, garis pantai dan pulau-pulau sekitar, begitu
juga dengan agro wisata dan bidang-bidang lainnya seperti industri pabrik,
galangan kapal dan jalur pengiriman yang juga sangat menjanjikan. Keuntungan-
keuntungan yang terdapat di Free Trade Zone, antara lain sebagai berikut.
1) Lokasi yang strategis.
2) Tersedianya tenaga kerja yang memiliki keahlian.
70
3) Dukungan penuh dari pemerintah.
4) Sarana dan prasarana modern yang baik.
5) Status FTZ di keseluruhan pulau (Batam, Remapang dan Pulau Galang)
(Badan Penanaman Modal dan PTSP Provinsi Kepulauan Riau, 2016; sumber:
www.penghubungkepri.org,
Salah satu penentu keberhasilan FTZ di Batam adalah kemampuan pelaku-
pelaku usaha di Batam untuk bersaing atau menembus pasar global atau
meningkatkan ekspornya. Pada gilirannya, kemampuan tersebut sangat ditentukan
oleh suatu kombinasi dari sejumlah faktor keunggulan relatif yang dimiliki
masing-masing perusahaan di Batam atas pesaing-pesaingnya dari luar Batam.
Dalam kontek ekonomi/perdagangan internasional pengertian daripada
keunggulan relatif dapat didekati dengan keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif. Suatu wilayah memiliki keunggulan bisa secara alami (natural
advantages) atau yang dikembangkan (acquired advantages). Keunggulan alami
yang dimiliki Batam (atau Indonesia pada umumnya) adalah tersedianya tenaga
kerja yang cukup, khususnya dari golongan berpendidikan rendah dan bahan baku
yang berlimpah. Kondisi ini membuat upah tenaga kerja dan harga bahan baku di
Batam relatif lebih murah dibandingkan di wilayah-wilayah di luar Batam lain
yang penduduknya sedikit dan miskin sumber daya alam. Sedangkan yang
dimaksud dengan keunggulan yang dikembangkan adalah misalnya tenaga kerja
yang walaupun jumlahnya sedikit memiliki pendidikan atau keterampilan yang
tinggi dan penguasaan teknologi sehingga mampu membuat bahan baku sintesis
yang kualitasnya lebih baik daripada bahan baku asli atau berproduksi secara
lebih efisien dibandingkan wilayah lain yang kaya sumber daya alam.
71
Inti daripada paradigma keunggulan kompetitif suatu wilayah atau industri
di dalam persaingan global selain ditentukan oleh keunggulan komparatif yang
dimilikinya, yang diperkuat dengan proteksi atau bantuan dari pemerintah, juga
sangat ditentukan oleh keunggulan kompetitifnya. Faktor-faktor keungggulan
kompetitif yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan/pengusaha di Batam untuk
dapat unggul dalam persaingan adalah di antaranya yang paling penting, antara
lain sebagai berikut.
1) Penguasaan teknologi dan know-how.
2) Sumber daya Manusia/SDM (pekerja, manajer, insinyur, saintis) dengan
kualitas tinggi dan memiliki etos kerja, kreativitas dan motivasi yang tinggi
dan inovatif.
3) Tingkat efisiensi dan produktivitas yang tinggi dalam proses produksi.
4) Kualitas serta mutu yang baik dari barang yang dihasilkan.
5) Promosi yang luas dan agresif.
6) Sistem manajemen dan struktur organisasi yang baik.
7) Pelayanan teknikal ataupun non-teknikal yang baik (service after sales).
8) Adanya skala ekonomis dalam proses produksi.
9) Modal dan sarana serta prasarana lainnya yang cukup.
10) Memiliki jaringan bisnis di dalam dan terutama di luar negeri yang baik.
11) Proses produksi yang dilakukan dengan sistem just in time.
12) Tingkat entrepreneurship yang tinggi, yakni seorang pengusaha yang sangat
inovatif, inventif, kreatif dan memiliki visi yang luas mengenai produknya dan
lingkungan sekitar usahanya (ekonomi, sosial, politik dan lain-lain) dan
72
bagaimana cara yang tepat (efisien dan efektif) dalam menghadapi persaingan
yang ketat di pasar global.
13) Birokrasi yang efisien dan kondusif bagi pengembangan usaha.
Secara teoritis (hipotesis), faktor-faktor yang diduga punya pengaruh
langsung ataupun tidak langsung terhadap kinerja dunia usaha di Batam dapat
dibedakan antara faktor-faktor dari sisi permintaan dan faktor-faktor dari sisi
penawarannya. Dari sisi permintaan pasar adalah terutama pendapatan dan selera
masyarakat di pasar tujuan, yang merupakan dua faktor eksternal yang tidak dapat
dipengaruhi oleh pengusaha itu sendiri. Sedangkan dari sisi penawaran, sebagian
adalah faktor-faktor yang hingga tingkat tertentu dapat dipengaruhi oleh
pengusaha bersangkutan seperti dalam hal peningkatan SDM, penyediaan modal
dan penguasaan atau pengembangan teknologi.
2.1.9 Peran Tenaga Asing dan Lokal dalam Investasi
Investasi sangat tergantung akan ketersediaan tenaga kerja lokal ataupun
asing yang memiliki keahlian sesuai dengan jenis investasi yang didukung.
Tersedinya tenaga lokal sangat diperlukan terutama untuk operasional dan tenaga
kerja asing atau memiliki kekhususan skill dari teknologi yang inovatif biasanya
dibawa atau dipekerjakan dari luar daerah atau negeri lain sebagai tenaga ahli
profesional. Variabel sumber daya manusia ini baik tenaga kerja lokal dan asing
menunjukkan pengaruh yang signifikan dalam perencanaan investasi.
Produktivitas dari investasi biasanya digambarkan sebagai acuan untuk
mengukur kuantitas output yang dapat diproduksi per pekerja dalam jumlah waktu
tertentu. Jika tersedianya tenaga kerja suatu negara dapat menghasilkan output
73
lebih dari satu tahun ke tahun berikutnya yang menunjukkan bahwa produktivitas
meningkat dan Production Possibilities Frontier (PPF) suatu negara bergeser ke
arah keluar. Penentu dalam produktivitas yang terkait dengan investasi adalah
modal manusia (human capital) atau pekerja baik asing ataupun lokal (Dodge,
2014-2015).
Faktor penentu produktivitas membantu untuk menjelaskan mengapa pada
beberapa negara yang telah tumbuh pada tingkat lebih tinggi dari negara-negara
lain. Penentuan untuk membuat kebijakan dengan sasaran tertentu akan membantu
untuk memfokuskan kebijakan pada faktor-faktor yang meningkatkan tingkat
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Peran modal fisik berupa tenaga kerja lebih
produktif ketika mereka memiliki alat yang mereka miliki. Dengan kata lain
betapa pentingnya alat untuk dapat menaikkan produktivitas. Perlu dan harus ada
kebijakan yang memberikan insentif untuk berinvestasi dalam modal fisik.
Tenaga kerja adalah sumber daya yang sangat produktif ketika memiliki
modal lebih manusiawi. Modal manusia adalah jumlah pengetahuan dan
ketrampilan yang dapat diterapkan pada tenaga kerja Modal manusia juga
mencakup kesehatan umum dari angkatan tenaga kerja (tenaga kerja yang bekerja
dan pengangguran). Sebagai gambaran seseorang angkatan kerja yang telah
divaksinasi terhadap penyakit yang melemahkan dapat membawa produktivitas
lebih ke tempat alokasi tenaga kerja dibandingkan tenaga kerja yang belum atau
tidak menerima vaksinasi. Kebijakan nasional untuk memberikan insentif untuk
berinvestasi dalam manusia sangat diperlukan (Dodge, 2014-2015).
Insentif untuk berinvestasi dalam hal seperti ini seperti apa yang
ditawarkan di kawasan Free Trade Zone di Indonesia, dimana akumulasi
74
produktivitas dipacu dengan adanya pembebasan pajak yang dapat dialokasikan
dalam memberikan insentif untuk kesehatan, kesejahteraan tenaga kerja dan
lingkungan (Aziz, 2000; Dodge, 2014-2015, olahan).
2.1.10 Hambatan-hambatan dalam Investasi
Berdasarkan hasil survei langsung yang termuat dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2010
menyebutkan, survei Bappenas dan LPEM UI (2008) terhadap 200 perusahaan
memperlihatkan, prosedur perizinan, waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk
proses ekspor dan impor merupakan faktor utama penghambat berinvestasi
di Indonesia, yang diikuti dengan kondisi makro-ekonomi dan
ketersediaan infrastruktur. Permasalahan yang dihadapi untuk
meningkatkan investasi dan harus dilakukan, antara lain sebagai berikut.
1) Belum optimalnya pelaksanaan harmonisasi pusat dan daerah.
2) Kualitas infrastruktur yang kurang memadai.
3) Masih cukup panjangnya perizinan investasi sehingga masih tingginya biaya
perizinan investasi dibandingkan dengan negara-negara kompetitor.
4) Belum tercukupinya pasokan energi yang dibutuhkan untuk kegiatan industri.
5) Masih cukup banyak peraturan daerah yang menghambat iklim investasi.
6) Masih terkonsentrasinya sebaran investasi di Pulau Jawa dan belum
optimalnya pelaksanaan alih teknologi (Bappenas dan LPEM UI, 2008,
sumber: http://nasional.kontan.co.id
75
2.2 Studi Empiris Terdahulu
Studi mengenai pertumbuhan ekonomi dan faktor-faktor yang terkait dan
mempengaruhinya telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Pada awal
pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya merencanakan pembangunan
ekonomi yang berorientasi pada masalah pertumbuhan yang salah satu
pendukungnya adalah Ekspor Netto. Hal ini diakui bahwasanya hambatan utama
dari pembangunan khususnya di Free Trade Zone atau daerah dalam suatu negara
dari negara berkembang adalah kekurangan modal di antaranya investasi. Berikut
adalah studi-studi empiris terdahulu.
2.2.1 Studi Empiris di Indonesia
No Peneliti Judul Penelitian Temuan
1
Nimah Hidayah
(2005)
Pembentukan Free Trade
Zone (FTZ) di Indonesia:
studi kasus pembentukan FTZ
Batam
Kerancuan undang-undang free trade
zone berkaitan dengan kejelasan
peraturan FTZ antara Pemko Batam
dan Badan Pengusahaan Batam.
2 Syarif Hidayat
(2009)
Implementasi FTZ di
Kepulauan Riau:Aspek
Kelembagaan & Pengaturan
Relasi Kewenagan
Dinamika FTZ dengan spirit otonomi
daerah. Persepsi antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah tentang
FTZ di Kepri.
3 Adiwan F.
Aritonang
(2009)
A Comparative Study on Free
Trade Zone : Development
Through Spatial Economic
Concertration
Memahami factor-faktor penentu
yang berkontribusi secara signifikan
pada performa ekonomi & spillover
extend di Free Trade Zone.
Membandingkan Batam, Subic &
Shenzhen.
4 Firmansyah
(2012)
The Dynamism of Indonesia-
Singapore Bilateral
Investment Cooperation : The
Case of Free Trade Zone in
Batam 2005-2009
Pembangunan FTZ di batam dan
kerjasama Indonesia dan Singapura
dalam usaha penarikan investasi
Singapura ke Batam
5 Muhammad
Zaenuddin
(2012)
Kajian Free Trade Zone
(FTZ) Batam-Bintan-Karimun
(permasalahan, Implemetasi
dan solusinya)
Kesiapan institusi pelaksana meliputi
aspek legal, anggaran serta aspek
SDM
6 Khairul Anwar
(2014)
Dinamika Pelaksanaan
Kawasan Perdagangan Bebas
& Pelabuhan Bebas (Free
Trade Zone) Batam
Permasalahan infrastruktur dan
permasalahaan pendanaan dalam
pelaksanaan FTZ
76
No Peneliti Judul Penelitian Temuan
7 Erliza Oktari
(2014)
Administrative Reform of
Batam Free Zone Authority
(BIFZA) in implementing free
trade zone (FTZ) in Batam
city Indonesia
Dinamika perubahan Otorita Batam
menjadi Badan Pengusahaan Batam
dan pengaruhnhya dalam
melaksanakan kebijakan FTZ
8
Neni Pancawati
(2000)
Pengaruh Rasio Kapital,Tenaga
Kerja, Tingkat Pendidikan, Stok
Kapital dan Pertumbuhan
Penduduk Terhadap GDP
Indonesia
Rasio tenaga kerja-kapital
berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan GDP
Tingkat pendidikan berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan GDP
Perubahan stok kapital berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan GDP
Pertumbuhan penduduk berpengaruh
negatif terhadap pertumbuhan GDP
9 Yuliarmi
(2008)
Pengaruh Konsumsi Rumah
Tangga, Investasi dan
Pengeluaran Pemerintah
Terhadap PDRB Propinsi Bali
Variabel yang berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi
adalah konsumsi rumah tangga,
investasi dan pengeluaran pemerintah
10 Rindang
Bangun
Prasetyo dan
Muhamad
Firdaus (2009)
Pengaruh Infrakstruktur pada
Pertumbuhan Ekonomi
Wilayah di Indonesia
Tenaga kerja, modal, variabel listrik
yang terjual, variabel panjang jalan
dan variabel dummy krisis terhadap
pertumbuhan ekonomi berpengaruh
signfikan dan memilki nilai positif
11 Adrian
Sutawijaya
Zulfahmi
(2010)
Pengaruh Ekspor dan
Investasi terhadap
PertumbuhanEkonomi
Indonesia Tahun 1980–2006
Investasi swasta, investasi
pemerintah, ekspor migas, ekspor non
migas secara bersama-sama
berpengaruh secara signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia
12 Dwi Suryanto
(2010)
Analisis Pengaruh Tenaga
Kerja, Tingkat Pendidikan
dan Pengeluaran Pemerintah
Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Subosuka
Wonosraten
Tenaga kerja dan tingkat pendidikan
dan pengeluraan pemerintah
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Namun variabel dummy bernilai
negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi
13 Darma Rika
Swaramarinda
dan Susi
Indriani (2011)
Pengaruh Pengeluaran
Konsumsi dan Investasi
Pemerintah terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia tahun 1997-2007
Pengeluaran konsumsi pemerintah
dan pengeluaran investasi
pembangunan memiliki pengaruh
signifikan dan berdampak positif
terhadap pertumbuhan ekonomi
14 Ardyan Wahyu
Sandhika dan
Mulyo Herdarto
(2012)
Analisis Pengaruh
Aglomerasi, Tenaga Kerja,
Jumlah Penduduk dan Modal
terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Kendal
Hubungan signifikan dan
berpengaruh positif antara variabel
aglomerasi, tenaga kerja dan modal
terhadap pertumbuhan ekonomi di
kabupaten Kendal sedangkan variabel
jumlahpenduduk memilki hubungan
signifikan dan berpengaruh negatif
77
2.2.2 Studi Empiris di Negara Lain
No Peneliti Judul Penelitian Temuan
1
Ramesh
Chandra
Paudel (2009)
Foreign Debt, Trade
Openness, Labor Force
and Economic Growth:
Evidence from Sri Lanka
Utang asing, tenaga kerja dan perdagangan
(ekspor-impor) memilki hubungan positif
terhadap pertumbuhan ekonomi
2 Ibrahem
Mohamed Al
Bataineh
(2012)
The Impact of Goverment
Expenditures on
Economic Growth in
Jordan
Pengeluaran pemerintah pada tingkat
aggregat memilki dampak positif terhadap
pertumbuhan dan pembayaran transfer
serta pembayaran bunga tidak memilki
pengaruh terhadap pertumbuhan GDP
3 Mehdi Safdari
(2012)
Importance of Quality of
Labour Force on
Economic Growth in Iran
Tenaga Kerja, tingkat pendidikan lulusan
Universitas bekerja, modal, fisik, Ekspor
Minyak,Non Migas Ekspor, Inflasi,
pengeluaran konsumsi Pemerintah dan
Biaya penelitian pemerintah memiliki
pengaruh positif pada tingkat pertumbuhan
Produk Domestik Bruto