BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1...

25
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suara Suara atau bunyi adalah variasi tekanan yang merambat melalui udara dan dapat dideteksi oleh telinga manusia. 2.1.1.1 Sumber suara Di lingkungan kerja, jenis dan jumlah sumber suara sangat beragam. Beberapa diantaranya adalah : (1) Suara mesin. Jenis mesin penghasil suara di tempat kerja sangat bervariasi, demikian pula karakteristik suara yang dihasilkan. Contohnya adalah mesin pembangkit tenaga listrik seperti genset, mesin diesel, dan sebagainya. Di tempat kerja, mesin pembangkit tenaga listrik umumnya menjadi sumber-sumber kebisingan berfrekuensi rendah adalah < 400 Hz. (a) Benturan antara alat kerja dan benda kerja Proses menggerinda permukaan mental dan umumnya pekerjaan penghalusan permukaan benda kerja, penyemprotan, pengupasan cat (sand blasting), pengelingan (riveting), memalu (hammering), dan pemotongan seperti proses penggergajian kayu dan metal cutting, merupakan sebagian contoh bentuk benturan antara alat kerja dan benda kerja (material-material solid, liquaid, atau kombinasi antara keduanya) yang menimbulkan kebisingan. Penggunaan gergaji bundar (circular blades) dapat menimbulkan tingkat kebisingan antara 80 dB – 120 dB. 8

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teoritis

2.1.1 Suara

Suara atau bunyi adalah variasi tekanan yang merambat melalui udara dan

dapat dideteksi oleh telinga manusia.

2.1.1.1 Sumber suara

Di lingkungan kerja, jenis dan jumlah sumber suara sangat beragam.

Beberapa diantaranya adalah :

(1) Suara mesin.

Jenis mesin penghasil suara di tempat kerja sangat bervariasi, demikian

pula karakteristik suara yang dihasilkan. Contohnya adalah mesin pembangkit

tenaga listrik seperti genset, mesin diesel, dan sebagainya. Di tempat kerja, mesin

pembangkit tenaga listrik umumnya menjadi sumber-sumber kebisingan

berfrekuensi rendah adalah < 400 Hz.

(a) Benturan antara alat kerja dan benda kerja

Proses menggerinda permukaan mental dan umumnya pekerjaan

penghalusan permukaan benda kerja, penyemprotan, pengupasan cat (sand

blasting), pengelingan (riveting), memalu (hammering), dan pemotongan seperti

proses penggergajian kayu dan metal cutting, merupakan sebagian contoh bentuk

benturan antara alat kerja dan benda kerja (material-material solid, liquaid, atau

kombinasi antara keduanya) yang menimbulkan kebisingan. Penggunaan gergaji

bundar (circular blades) dapat menimbulkan tingkat kebisingan antara 80 dB –

120 dB.

8

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

9

(b) Aliran material

Aliran gas, air atau material-material cair dalam pipa distribusi material di

tempat kerja, apalagi yang berkaitan dengan proses penambahan tekanan (high

pressure processes) dan pencampuran, sedikit banyak akan menimbulkan

kebisingan di tempat kerja. Demikian pula pada proses-proses transportasi

material-material padat seperti batu, kerikil, potongan-potongan mental yang

melalui proses pencurahan (gravity based).

(c) Manusia

Dibandingkan dari sumber suara lainnya, tingkat kebisingan suara manusia

memang tetap diperhitungkan sebagai sumber suara di tempat kerja (Bell A ,

1997: 23).

2.1.2. Kebisingan

Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki

ataupun yang merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu

penyebab penyakit lingkungan yang penting (Slamet, 2006). Sedangkan

kebisingan sering digunakan sebagai istilah untuk menyatakan suara yang

tidak diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau aktifitas-aktifitas

alam (Schilling, 1981: 9).

Di bidang elektronik, fisiologi persarafan dan teori komunikasi bising

bermakna sebagai tanda-tanda tidak dikenal yang intensitasnya selalu

berubah-ubah sepanjang waktu. Perkataan bising kadang-kadang dipakai di

bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

pendengaran yang pengaruhnya merugikan secara fisiologi atau psikologi

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

10

bagi kesejahteraan masyarakat. Ini sesuai dengan definisi bising yang umum

yaitu suara yang tidak diinginkan (Kryter, 1985: 95).

Banyak pendapat yang mengemukakan tentang definisi kebisingan

seperti yang tertulis dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 718/Menkes/Per/XI/1987: Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak

diinginkan sehingga mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan.

Bising ini merupakan kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam

intensitas yang tidak diingini sehingga mengganggu ketentraman orang

terutama pendengaran (Dirjen P2M dan PLP Depkes RI, 1993).

Sedangkan menurut surat edaran Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi

dan Koperasi Nomor SE 01/Men/1978: Kebisingan ditempat kerja adalah semua

bunyi- bunyi atau suara-suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-

alat produksi di tempat kerja (Rizeddin dalam Suheryanto, 1994: 173).

2.1.2.1 Jenis-jenis Kebisingan

Suma’mur (1993) mengemukakan bahwa selain dibedakan menurut

tingkatannya kebisingan juga dibedakan menurut jenisnya sebagai berikut:

(1) Kebisingan kontinyu yaitu kebisingan dengan spektrum berfrekuensi luas

misal: suara yang timbul oleh kompresor, kipas angin, dapur pijar serta

spektrum yang berfrekuensi sempit contoh: suara gergaji sirkuler, katup gas.

(2) Kebisingan terputus-putus misal suara lalu lintas, suara pesawat udara

yang tinggal landas.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

11

(3) Kebisingan implulsif (= impact or impulsive noise) seperti: pukulan

martil, tembakan senapan, ledakan meriam dan lain-lain. (Suma’mur 1993:

50).

2.1.2.2 Efek-efek kebisingan

Dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari kebisingan adalah

efek kesehatan dan non kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena telinga tidak

diperlengkapi untuk melindungi dirinya sendiri dari efek kebisingan yang

merugikan. Bunyi mendadak yang keras secara cepat diikuti oleh reflek otot di

telinga tengah yang akan membatasi jumlah energi suara yang dihantarkan ke

telinga dalam. Meskipun demikian di lingkungan dengan keadaan semacam

itu relatif jarang terjadi. Kebanyakan seseorang yang terpajan pada

kebisingan mengalami pajanan jangka lama, yang mungkin intermiten atau terus

menerus. Transmisi energi seperti itu, jika cukup lama dan kuat akan merusak

organ korti dan selanjutnya dapat mengakibatkan ketulian permanen (Harrington

dan Gill, 2005: 75).

Secara umum telah disetujui bahwa untuk amannya, pemaparan bising

selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85 dBA. Pemaparan

kebisingan yang keras selalu di atas 85 dBA, dapat menyebabkan ketulian

sementara. Biasanya ketulian akibat kebisingan terjadi tidak seketika sehingga

pada awalnya tidak disadari oleh manusia. Baru setelah beberapa waktu terjadi

keluhan kurang pendengaran yang sangat mengganggu dan dirasakan sangat

merugikan. Pengaruh-pengaruh kebisingan selain terhadap alat pendengaran

dirasakan oleh para pekerja yang terpapar kebisingan keras mengeluh tentang

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

12

adanya rasa mual, lemas, stres, sakit kepala bahkan peningkatan tekanan

darah. Apakah kebisingan dapat menyebabkan perubahan yang menetap seperti

penyakit tekanan darah tinggi (Pulat dalam Rusli, 1992: 176).

Gangguan kesehatan lainnya selain gangguan pendengaran biasanya

disebabkan karena energi kebisingan yang tinggi mampu menimbulkan efek

viseral, seperti perubahan frekuensi jantung, perubahan tekanan darah, dan

tingkat pengeluaran keringat. Sebagai tambahan, ada efek psikososial dan

psikomotor ringan jika dicoba bekerja di lingkungan yang bising (Harrington dan

Gill, 2005: 80).

2.1.2.3 Baku mutu Kebisingan

Nilai ambang batas kebisingan adalah intensitas tertinggi dan merupakan

nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh manusia tanpa mengakibatkan

hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu yang cukup lama/terus

menerus, selanjutnya ditulis NAB. Penting untuk diketahui bahwa di dalam

menetapkan standar NAB pada suatu level atau intensitas tertentu, tidak akan

menjamin bahwa semua orang yang terpapar pada level tersebut secara terus

menerus akan terbebas dari gangguan pendengaran, karena hal itu tergantung

pada respon masing-masing individu (Keputusan MENLH, 1996).

Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar

faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan

penyakit atau gangguan kesehatan. Negara-negara seperti Amerika Serikat,

Inggris, Jerman Barat, Yugoslavia dan Jepang menetapkan nilai ambang batas

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

13

90 dBA, Belgia dan Brazilia 80 dBA, Denmark, Finlandia, Italia, Swedia,

Switzerland dan Rusia 85 dBA (Suheryanto, 1994:174)

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 13/Men/X/2011

tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Kebisingan

NO Waktu Pemaparan Per Hari

(Jam) Intensitas Kebisingan dalam dB (A)

1 8 85

2 4 88

3 2 91

4 1 94

5 < 30 menit >100

Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.13/Men/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja

Dalam menentukan efek kebisingan terhadap kesehatan maka dibedakan

beberapa kawasan/lingkungan kegiatan di mana kebisingan akan memberikan

efek kesehatan pada manusia sesuai dengan lokasi kebisingan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dalam (SK Menteri

Negara Lingkungan Hidup nomor KEP.48/MENLH/11/1996) menyebutkan nilai

baku tingkat kebisingan untuk kawasan/lingkungan kegiatan yaitu :

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

14

Tabel 2.2 Nilai baku tingkat kebisingan untuk kawasan/lingkungan kegiatan.

Peruntukan Kawasan/Lingkungan

Kegiatan Tingkat Kebisingan

dB(A) a. Peruntukan Kawasan

1. Perumahan dan Pemukiman 55 2. Perdagangan dan Jasa 70 3. Perkantoran dan Perdagangan 65 Peruntukan Kawasan/Lingkungan

Kegiatan Tingkat Kebisingan

dB(A) 4. Ruang Terbuka Hijau 50 5. Industri 70 6. Pemerintah dan Fasilitas Umum 60 7. Rekreasi 70 8. Khusus

• Bandar Udara • Stasiun Kereta Api • Pelabuhan Laut 70 • Cagar Budaya 60

b. Lingkungan Kegiatan 1) Rumah Sakit atau sejenisnya 55 2) Sekolah atau sejenisnya 55 3) Tempat Ibadah atau sejenisnya 55

Sumber: Himpunan Peraturan di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan *) disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan Tahun 1996

2.1.3 Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan

Kebisingan di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan yang dapat

dikelompokkan secara bertingkat sebagai berikut :

(1) Gangguan Fisiologis

Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat

bising, dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis dapat terganggu.

Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas,

sehingga dapat menimbulkan gangguan lain seperti: kecelakaan. Pembicaraan

terpaksa berteriak-teriak sehingga memerlukann tenaga ekstra dan juga

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

15

menambah kebisingan. Di samping itu kebisingan dapat juga mengganggu

“Cardiac Out Put” dan tekanan darah (Wahyu dalam Babba, 2007:30)

Pada berbagai penyelidikan ditemukan bahwa pemaparan bunyi terutama

yang mendadak menimbulkan reaksi fisiologis seperti: denyut nadi, tekanan

darah, metabolisme, gangguan tidur dan penyempitan pembuluh darah. Reaksi ini

terutama terjadi pada permulaan pemaparan terhadap bunyi kemudian akan

kembali pada keadaan semula. Bila terus menerus terpapar maka akan terjadi

adaptasi sehingga perubahan itu tidak tampak lagi. Kebisingan dapat

menimbulkan gangguan fisiologis melalui tiga cara yaitu:

Sistem internal tubuh adalah sistem fisiologis yang penting untuk

kehidupan seperti:

a) Kardiovaskuler (jantung, paru-paru, pembuluh)

b) Gastrointestinal (perut,usus)

c) Syaraf (urat syaraf)

Kebisingan yang tinggi juga dapat mengubah ketetapan koordinasi

gerakan, memperpanjang waktu reaksi dan menaikkan respon waktu, semuanya

ini dapat berkahir dengan human error (Rosidah, 2003: 45).

(2) Ambang pendengaran

Ambang pendengaran adalah suara terlemah yang masih bisa di dengar.

Makin rendah level suara terlemah yang di dengar berarti makin rendah nilai

ambang pendengaran, berarti makin baik pendengaranya. Kebisingan dapat

mempengaruhi nilai ambang batas pendengaran baik bersifat sementara

(fisiologis) atau menetap (patofisiologis). Kehilangan pendengaran bersifat

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

16

sementara apabila telinga dengan segera dapat mengembalikan fungsinya setelah

terkena kebisingan. (Rosidah, 2003:50).

(3) Gangguan pola tidur

Pola tidur sudah merupakan pola alamiah, kondisi istirahat yang berulang

secara teratur, dan penting untuk tubuh normal dan pemeliharaan mental serta

kesembuhan. Kebisingan dapat menganggu tidur dalam hal kelelapan, kontinuitas,

dan lama tidur (Fahmi umar dalam Babba, 2007:18)

Seseorang yang sedang tidak bisa tidur atau sudah tidur tetapi belum

terlelap. Tiba-tiba ada gangguan suara yang akan mengganggu tidurnya, maka

orang tersebut mudah marah/tersinggung. Berprilaku irasional, dan ingin tidur.

Terjadinya pergeseran kelelapan tidur dapat menimbulkan kelelahan (Fahmi umar

dalam Babba, 2007:18)

Berdasarkan penelitian yang menemukan bahwa presentase seseorang bisa

terbangun dari tidurnya sebesar 5 % pada tingkat intensitas suara 40 dB (A) dan

meningkat sampai 30 % pada tingkat 70 dB (A). Pada tingkat intensitas suara

100 dB (A) sampai 120 dB (A), hampir setiap orang akan terbangun dari tidurnya

(Jain, R.K, et al, 1981: 155).

(4) Gangguan Psikologis

Kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas mental dan reaksi psikologis,

seperti rasa khawatir, jengkel, takut dan sebagainya. Stabilitas mental adalah

kemampuan seseorang untuk berfungsi atau bertindak normal. Suara yang tidak

dikehendaki memang tidak menimbulkan mental illness akan tetapi dapat

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

17

memperberat problem mental dan perilaku yang sudah ada (Jain R.K et al, 1981:

285).

Reaksi terhadap gangguan ini sering menimbulkan keluhan terhadap

kebisingan yang berasal dari pabrik, lapangan udara dan lalu lintas. Umumnya

kebisingan pada lingkungan melebihi 50 – 55 dB pada siang hari dan 45 –

55 dB akan mengganggu kebanyakan orang. Apabila kenyaringan kebisingan

meningkat, maka dampak terhadap psikologis juga akan meningkat. Kebisingan

dikatakan mengganggu, apabila pemaparannya menyebabkan orang tersebut

berusaha untuk mengurangi, menolak suara tersebut atau meninggalkan tempat

yang bisa menimbulkan suara yang tidak dikehendakinya (Rosidah, 2003: 56).

(5) Gangguan Komunikasi

Kebisingan dapat mengganggu pembicaraan. Paling penting disini bahwa

kebisingan mengganggu kita dalam menangkap dan mengerti apa yang di

bicarakan oleh orang lain, apakah itu berupa percakapan langsung (face to face),

percakapan telepon atau melalui alat komunikasi lain, misalnya radio, televisi dan

pidato.(Fahmi Umar dalam Babba 2007: 34).

2.1.4 Pengendalian Kebisingan

Pada prinsipnya pengendalian kebisingan di tempat kerja terdiri dari :

(1) Pengendalian secara teknis

Pengendalian secara teknis dapat dilakukan pada sumber bising, media

yang dilalui bising dan jarak sumber bising terhadap pekerja. Pengendalian bising

pada sumbernya merupakan pengendalian yang sangat efektif dan hendaknya

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

18

dilakukan pada sumber bising yang paling tinggi. Cara-cara yang dapat dilakukan

antara lain:

(a) Desain ulang peralatan untuk mengurangi kecepatan atau bagian yang

bergerak, menambah muffler pada masukan maupun keluaran suatu buangan,

mengganti alat yang telah usang dengan yang lebih baru dan desain peralatan

yang lebih baik.

(b) Melakukan perbaikan dan perawatan dengan mengganti bagian yang bersuara

dan melumasi semua bagian yang bergerak.

(c) Mengisolasi peralatan dengan cara menjauhkan sumber dari

pekerja/penerima, menutup mesin ataupun membuat barrier/penghalang.

(d) Merendam sumber bising dengan jalan memberi bantalan karet untuk

mengurangi getaran peralatan dari logam, mengurangi jatuhnya sesuatu

benda dari atas ke dalam bak maupun pada sabuk roda.

(e) Menambah sekat dengan bahan yang dapat menyerap bising pada ruang

kerja. Pemasangan perendam ini dapat dilakukan pada dinding suatu ruangan

yang bising.

(2) Pengendalian secara administrasi.

Pengendalian ini meliputi rotasi kerja pada pekerja yang terpapar oleh

kebisingan dengan intensitas tinggi ke tempat atau bagian lain yang lebih rendah,

pelatihan bagi pekerja terhadap bahaya kebisingan, cara mengurangi paparan

bising dan melindungi pendengaran.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

19

(3) Pemakaian alat pelindung diri (ppe = personal protective eguipment)

Alat pelindung diri untuk mengurangi kebisingan meliputi ear plugs dan

ear muffs. Pengendalian ini tergantung terhadap pemilihan peralatan yang tepat

untuk tingkat kebisingan tertentu, kelayakan dan cara merawat peralatan

(Pramudianto, 1990: 35).

2.1.5 Pengukuran Intensitas Kebisingan

Pengukuran intensitas kebisingan ditujukan untuk membandingkan hasil

pengukuran pada suatu saat dengan standar yang telah ditetapkan serta merupakan

langkah awal untuk pengendalian. Alat yang dipergunakan untuk mengukur

intensitas kebisingan adalah Sound Level Meter (SLM). Alat utama yang

digunakan dalam pengukuran kebisingan adalah ”Sound Level Meter” Alat ini

mengukur kebisingan diantara 30-130 dB(A) dan dari frekuensi antara 20-20.000

Hz. Sound Level Meter digunakan selama 10 menit dengan pengukuran dan

pembacaan dilakukan setiap 5 detik. Cara lain mengukur kebisingan dengan

menggunakan alat lebih canggih yaitu Integrating Sound Level Meter. (Mukono,

2008:150)

2.1.6 Tekanan Darah

2.1.6.1 Definisi Tekanan Darah

a. Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung

memompakan darah keseluruh tubuh.

b. Tekanan darah adalah kekuatan darah mengalir di dinding pembuluh darah

yang keluar dari jantung (pembuluh arteri) dan kembali ke jantung

(pembuluh balik)

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

20

2.1.6.2 Jenis Tekanan Darah

Tekanan darah dapat dibedahkan atas 2 yaitu :

(1) Tekanan Sistolik

Adalah tekanan pada pembuluh darah yang lebih besar ketika jantung

berkontraksi. (Beevers, 2002: 100)

Tekanan sistolik menyatakan puncak tekanan yang dicapai selama jantung

menguncup. Tekanan yang terjadi bila otot jantung berdenyut memompa untuk

mendorong darah keluar melalui arteri. Dimana tekanan ini berkisar antara 95 -

140 mmHg (Vitahealth, 2000: 11)

(2) Tekanan Diastolik

Adalah tekanan yang terjadi ketika jantung rileks di antara tiap denyutan.

Tekanan diastolik menyatakan tekanan terendah selama jantung mengembang.

Dimana tekanan ini berkisar antara 60 - 95 mmHg (Vitahealth, 2000: 11)

2.1.6.3 Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan darah manusia dapat digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:

a) Tekanan darah rendah (hipotensi)

b) Tekanan darah normal (normotensi)

c) Tekanan darah tinggi (hipertensi)

Tekanan darah dapat lebih tinggi (hipertensi) atau lebih rendah (hipotensi)

dari normal. Hipotensi berat berkepanjangan yang menyebabkan penyaluran darah

ke seluruh jaringan tidak adekuat dikenal sebagai syok sirkulasi (Vitahealth, 2000:

26).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

21

2.1.6.4 Mengukur Tekanan Darah

Naik dan turunnya gelembung tekanan darah seirama dengan pemompaan

jantung untuk mengalirkan darah di pembuluh arteri. Tekanan darah memuncak

pada saat jantung memompa, ini dinamakan "Systole" dan menurun sampai pada

tekanan terendah yaitu saat jantung tidak memompa (relaxes) ini disebut

"Diastole". Sphygmomanometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

tekanan darah pada manusia. Alat tekanan darah ini memiliki manset yang bisa

digembungkan yang dapat dihubungkan dengan suatu tabung berisi air raksa.

Jika bola pemompa dipakai memompa udara memasuki kantong udara,

maka kantong udara akan menekan pembuluh darah arteri sehingga menghentikan

aliran darah pada arteri. Pada saat udara pada kantong udara dilepas, mercury (air

raksa) pada alat pengukur akan turun, dengan menggunakan stetoscope yang

diletakkan pada nadi arteri kita dapat memantau adanya suara "Duk" pada saat

turunnya tekanan kantong udara menyamai tekanan pada pembuluh darah arteri,

berarti mengalirnya kembali darah pada arteri, tekanan darah terbaca pada alat

ukur mercury bersamaan dengan suara "Duk" menunjukkan tekanan darah

Systolik. Suara "Duk" pada stetoscope akan terdengar terus sampai pada saat

tekanan kantong udara sama dengan tekanan terendah dari arteri (pada saat

jantung tidak memompa - relaxes) maka suara "Duk" akan hilang. Pada saat itu

tekanan pada alat ukur mercury disebut tekanan darah Diastolik. (Beevers, 2002:

103)

Tekanan darah pada manusia dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor yang mempengaruhi, yaitu :

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

22

(1) Umur

Baik penyigian lintas-bagian, maupun kajian pengamatan prospektif pada

beberapa kelompok orang, selalu menunjukkan adanya hubungan yang positif

antara umur dan tekanan darah di sebagian besar populasi dengan berbagai ciri

geografi, budaya, dan sosioekonomi.

(2) Jenis Kelamin

Pada usia dini tidak terdapat bukti nyata tentang adanya perbedaan tekanan

darah antara pria dan wanita, tetapi mulai pada remaja, pria cenderung

menunjukkan aras rata-rata yang lebih tinggi. Perbedaan ini lebih jelas pada

orang dewasa muda dan orang setengah baya. Pada usia tua, perbedaan ini

menyempit dan polanya bahkan dapat berbalik.

(3) Ras

Kajian populasi selalu menunjukkan bahwa aras tekanan darah pada

masyarakat kulit hitam lebih tinggi ketimbang aras pada golongan suku lain. Suku

bangsa mungkin berpengaruh pada hubungan antara umur dan tekanan darah,

seperti yang ditujukkan oleh kecenderungan tekanan darah yang meninggi

bersamaan dengan bertambahnya umur secara progresif pada orang Amerika

berkulit hitam keturunan Afrika ketimbang pada orang Amerika berkulit putih.

Perbedaan tekanan darah rata-rata antara kedua golongan tersebut

beragam, mulai dari yang agak lebih rendah dari 5 mmHg (0,67 kPa) pada usia

20-an sampai hampir 20 mmHg (2,67 kPa) pada usia 60-an. Orang Amerika hitam

keturunan Afrika telah menunjukkan pula mempunyai tekanan darah yang lebih

tinggi dari pada orang Afrika hitam. Hal ini memberi kesan bahwa ada

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

23

penambahan pengaruh lingkungan pada kecenderungan kesukuan. Peran

kesukuan yang bebas dari faktor lingkungan perlu dijelaskan pada golongan suku

Lin di Negara yang mempunyai ke anekaragaman suku.

(4) Status sosioekonomi

Di negara-negara yang berada pada tahap pasca-peralihan perubahan

ekonomi dan epidemiologi, selalu dapat ditunjukkan bahwa aras tekanan darah

dan prevalensi hipertensi yang lebih tinggi terdapat pada golongan sosioekonomi

rendah. Hubungan yang terbalik itu ternyata berkaitan dengan tingkat pendidikan,

penghasilan, dan pekerjaan, tetapi dalam masyarakat yang berada dalam masa

peralihan atau pra-peralihan, aras tinggi tekanan darah dan prevalensi-hipertensi

yang lebih tinggi ternyata terdapat pada golongan sosioekonomi yang lebih

tinggi. Ini barangkali menggambarkan tahap awal epidemik penyakit

kardiovaskular.

Pada beberapa populasi konsumsi minuman keras selalu berkaitan dengan

tekanan darah tinggi, seperti yang ditujukkan oleh kajian lintas bagian maupun

kajian observasi. Efek akut dan kronis telah dilaporkan dan tidak tergantung pada

obesitas, merokok, kegiatan fisik, jenis kelamin, maupun umur. Memang tidak

jelas apakah ada harga ambang, tetapi jika minuman keras diminum sedikitnya

dua kali per hari, TDS naik kira-kira 1,0 mmHg (0,13 kPa) dan TDD kira-kira

0,5 mmHg (0,07 kPa) per satu kali minum. Peminum harian ternyata mempunyai

aras TDS dan TDD lebih tinggi, berturut-turut 6,6 mmHg (0,89 kPa) dan 4,7

mmHg (0,63kPa) dibandingkan dengan peminum sekali seminggu. Berapapun

jumlah total yang diminum setiap minggunya (WHO dalam Babba: 42).

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

24

2.1.6.4 Peningkatan Tekanan Darah

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa

cara :

(1). Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada

setiap detiknya.

(2). Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka

tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri

tersebut, karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa melalui

pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan

(Babba, 2007 : 28)

2.1.7 Hipertensi

1.1.7.1 Definisi hipertensi

(1) Hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan

suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawah oleh darah, terhambat sampai ke

jaringan tubuh yang membutuhkannya (Vitahealth, 2000: 27)

(2) Hipertensi adalah tingkat tekanan darah yang dengan pengobatan

antihipertensi lebih banyak bermanfaat dari pada menyusakan, karena tidak

ada obat yang tidak memiliki efek samping (Beevers, 2002:90)

2.1.7.2 Jenis Hipertensi

a. Hipertensi esensial

Hipertensi esensial menurut penyebabnya, dapat dibedakan menjadi 2

golongan yaitu :

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

25

1). Hipertensi esensial/primer

Hipertensi esensial atau hipertensi primer adalah suatu peningkatan

persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidak teraturan mekanisme kontrol

homeostatik normal tanpa penyebab sekunder yang jelas.(27)

2). Hipertensi sekunder/renal

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal adalah hipertensi yang menjadi

penyebabnya dapat diketahui.

2.1.7.3 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Committee (JNC-7) tahun

2003 adalah sebagai berikut :

(1) Tekanan darah normal

Tekanan Sistolik 100-120 mmHg dan tekanan Diastolik 60-80 mmHg.

(2) Pre-Hipertensi

Tekanan Sistolik 120 - 139 mmHg dan atau tekanan Diastolik 80 – 90

mmHg.

(3) Hipertensi

a) Stadium I: Tekanan Sistolik 140-159 mmHg dan atau tekanan Diastolik 90 –

99 mmHg.

b) Stadium II: Tekanan Sistolik ≥ 160 mmHg dan atau tekanan Diastolik ≥ 100

mmHg.

Menurut pedoman Joint National Committee on Detection, Evaluation and

Treatment Of High Blood Pressure (JNCV), klasifikasi tekanan darah pada orang

dewasa yang berumur diatas 18 tahun keatas.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

26

Tabel 2.3 Kategori Tekanan darah

Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik Normal

Normal tinggi ≤ 130 mmHg

130 – 139 mmHg ≤ 85 mmHg

85 – 89 mmHg

Stadium I (hipertensi ringan)

140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg

Stadium 2 (hipertensi sedang)

160 – 179 mmHg 100 - 109 mmHg

Stadium 3 (hipertensi berat)

180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg

Stadium 4 ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg (Joint National Committee on Detection, 1997: 100-105)

2.1.7.4 Penyebab Hipertensi

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,

data-data penelitian menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan

hipertensi. Menurut Lany Gunawan, 2001. Faktor-faktor tersebut antara lain :

(1) Riwayat keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih

besar untuk mendapatkan hipertensi, jika orang tuanya penderita hipertensi.

(2) Ciri perseorangan

a) Umur

Umur bertambah akan menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah.

b) Jenis kelamin dan Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi daripada wanita.

(3) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menimbulkan gangguan hipertensi antara

lain :

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

27

(a) Konsumsi garam yang tinggi

Dari data statistik ternyata dapat diketahui bahwa hipertensi jarang diderita

oleh bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam rendah. Pembatasan

konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam

(Natrium) oleh obat diuretik (pelancar kencing) akan menurunkan tekanan

darah

(b) Kegemukan atau makanan berlebihan

Dari penelitian kesehatan yang banyak dilaksanakan, terbukti bahwa ada

hubungan antara kegemukan (obesitas) dan hipertensi, meskipun mekanisme

bagaimana kegemukan menimbulkan hipertensi belum jelas, tetapi sudah

terbukti penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah.

(c) Stress atau ketegangan jiwa

Stress adalah suatu bentuk ketegangan yang mempengaruhi fungsi alat-alat

tubuh kita dengan gejala-gejala denyut jantung cepat, jantung berdebar-debar

lebih dari biasanya, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur seperti sukar

mulai tidur, terbangun tengah malam dan susah tidur kembali, perasaan cemas

yang tidak diketahui penyebabnya. Stress dalam kehidupan sehari-hari tidak

dapat dihindari karena stress merupakan satu bagian esensial dari hidup kita,

yang memberikan kita impetuk untuk vitalitas, dorongan dan progres.

(4) Pengaruh lain

a) Merokok

Rokok menyebabkan kenaikan darah selama 2 - 10 menit setelah diisap,

karena merangsang saraf untuk mengeluarkan hormon yang bisa menyebabkan

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

28

pengerutan pembuluh darah sehingga tekanan darah menjadi naik. Namun

kenaikan tekanan darah ini hanya berlangsung selama kita merokok. Bila kita

berhenti merokok maka tekanan darah akan turun kembali. Sedangkan pengaruh

jangka panjang rokok terhadap tekanan darah belum jelas mekanismenya tetapi

bukan berarti aman-aman saja kalau kita merokok. (Beevers, 2002: 199).

b) Minum alkohol

Minuman beralkohol khususnya dengan kadar alkohol tinggi sangat

berbahaya bagi sirkulasi darah otak, juga terhadap otak itu sendiri. Alkohol dapat

meningkatkan tekanan darah, mengganggu metabolisme karbohidrat lebih-lebih

lagi bagi peminum berat atau pencandu alkohol. Alkohol merupakan salah satu

faktor risiko tinggi yang mampu menimbulkan stroke. Juga memperbesar

kemungkinan timbulnya trombosis. Terutama sekali bila orang meminum alkohol

dalam jumlah besar yang dapat mendatangkan gangguan metabolisme tubuh

(Miswar, 2004: 35)

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

29

2.2 Kerangka Berpikir

2.2.1 Kerangka Teori

Gambar 1 : Kerangka Teori

Sumber Suara

Suara-suara yang tidak dikehendaki (Bising)

Gangguan pada Indera non pendengaran

Upaya pengendalian

dampak

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Suara Mesin Benturan Alat Kerja

Aliran Material

Gangguan pada Indera Pendengaran

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

30

2.2.2 Kerangka Konsep

Gambar 2 : Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen (bebas)

: Variabel Dependen (terikat)

Faktor Kebisingan

Intensitas Kebisingan

Lama Paparan

Peningkatan Tekanan Darah

Jarak dari sumber bising

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

31

2.3 Hipotesis

2.3.1 Hipotesis Alternatif (Ha)

Hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1) Ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap peningkatan tekanan darah pada

karyawan PLTD Telaga.

(2) Ada pengaruh jarak dari sumber bising terhadap peningkatan tekanan darah

pada karyawan PLTD Telaga.

(3) Ada pengaruh lama paparan terhadap peningkatan tekanan darah pada

karyawan PLTD Telaga.

2.3.2 Hipotesis Nihil (H0)

Hipotesis nihil atau nol (H0) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1) Tidak ada pengaruh intensitas kebisingan terhadap peningkatan tekanan

darah pada karyawan PLTD Telaga.

(2) Tidak ada pengaruh jarak dari sumber bising terhadap peningkatan tekanan

darah pada karyawan PLTD Telaga.

(3) Tidak ada pengaruh lama paparan terhadap peningkatan tekanan darah pada

karyawan PLTD Telaga.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1 Suaraeprints.ung.ac.id/5458/5/2013-1-13201-811409028-bab2... · bidang suara, tetapi di sini diartikan sebagai sebuah energi akustik

32