BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori -...

15
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa siswa sebagian besar tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Hal ini karena pemahaman konsep akademik yang mereka peroleh hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan mereka, baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat. 2.1.1 Pembelajaran IPS Pembelajaran adalah proses penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui belajar, mengajar, dan pengalaman (Slameto:2007:4). Pada dasarnya ada lima prinsip yang menjadi landasan pengertian pembelajaran, (Sudjana:1989:134). Lima prinsip tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: a. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri individu walaupun tidak semua perubahan perilaku individu merupakan hasil pembelajaran. b. Hasil pembelajaran di tandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan, perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan itu meliputi aspek kognitif, afektf, dan motorik. c. Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktvitas yang berkesinambungan. Di dalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah. d. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan adanya suatu tujuan yang akan di capai. Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu terjadi karena adanya kebutuhan yang harus dipuaskan dan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/837/3/T1_292008079_BAB II.pdfKesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

4

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan

adanya kenyataan bahwa siswa sebagian besar tidak mampu menghubungkan antara apa

yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya dalam kehidupan nyata. Hal ini

karena pemahaman konsep akademik yang mereka peroleh hanyalah merupakan sesuatu

yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis kehidupan mereka, baik dilingkungan

sekolah maupun masyarakat.

2.1.1 Pembelajaran IPS

Pembelajaran adalah proses penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan

melalui belajar, mengajar, dan pengalaman (Slameto:2007:4). Pada dasarnya ada lima

prinsip yang menjadi landasan pengertian pembelajaran, (Sudjana:1989:134). Lima prinsip

tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini

mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya

perubahan perilaku dalam diri individu walaupun tidak semua perubahan perilaku

individu merupakan hasil pembelajaran.

b. Hasil pembelajaran di tandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan,

perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi semua aspek

perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan itu meliputi aspek

kognitif, afektf, dan motorik.

c. Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini mengandung makna bahwa

pembelajaran itu merupakan suatu aktvitas yang berkesinambungan. Di dalam

aktivitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah.

d. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan adanya

suatu tujuan yang akan di capai. Prinsip ini mengandung makna bahwa

pembelajaran itu terjadi karena adanya kebutuhan yang harus dipuaskan dan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/837/3/T1_292008079_BAB II.pdfKesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

5

adanya tujuan yang ingin di capai. Belajar tidak akan efektif tanpa adanya

dorongan dan tujuan.

e. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya

adalah kehidupan melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu.

Pembelajaran merupakan bentuk interaksi individu dengan lingkungannya

sehingga banyak memberikan pengalaman dari situasi nyata.

Kelima prinsip yang menjadi landasan pengertian pembelajaran tersebut

sebagai kondisi pembelajaran yang berkualitas. (Sudjana:1989:136) mengatakan

bahwa kondisi pembelajaran yang berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor

tujuan pengajaran yang jelas, bahan pengajaran yang memadai, metodologi

pengajaran yang tepat dan cara penilaian yang baik.

IPS merupakan ilmu yang berangkat dari fenomena keseharian, dan tidak

bisa dilepaskan dari dinamika perkembangan masyarakat yang senantiasa

berubah, dinamika dan perubahan tersebut memiliki ciri sesuai dengan

lingkungan masyarakat berada. Oleh karena itu, pembelajaran IPS bagi anak

menjadi aktivitas yang selalu dihubungkan dengan konteksnya, sehingga apa

yang diperoleh anak tidak hanya berada dalam pikirannya, melainkan sampai

kepada tataran dunia nyata yang ia jalani sehari-hari.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu

proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan yang

baru melalui aspek Pengetahuan, Sikap dan Ketrampilan. Dalam hal ini yang

dimaksud adalah pembelajaran IPS kelas IV dengan pokok bahasan mengenal

sumber daya alam dan koperasi sebagai kesejahteraan masyarakat.

2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPS

Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut :

a. Mengenal konsep- konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir secara logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan

sosial

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/837/3/T1_292008079_BAB II.pdfKesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

6

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai - nilai sosial dan

kemanusiaan

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.

2.1.3 Ruang lingkup IPS

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek- aspek sebagai berikut:

a. Manusia, tempat dan lingkungan

b. Waktu, keberlanjutan dan perubahan

c. Sistem sosial dan budaya

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

2.1.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk

mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi untuk penilaian. Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar

kelas IV, semester 2 mata pelajaran IPS di sekolah dasar adalah sebagai berikut:

Tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS

Sekolah Dasar kelas IV semester II Tahun ajaran 2011/ 2012

Kelas Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

IV

1. Mengenal sumber daya

alam, kegiatan

ekonomi dan

kemajuan teknologi di

lingkungan kabupaten

/ kota dan provinsi

1. Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan

dengan sumber daya alam dan potensi lain

di daerahnya.

2. Mengenal pentingnya koperasi dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat

3. Mengenal perkembangan teknologi

produksi komunikasi dan transportasi serta

pengalaman menggunakannya.

4. Mengenal permasalahan sosial di

daerahnya.

Sumber : Kurikulum 2006

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/837/3/T1_292008079_BAB II.pdfKesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

7

2.2 Pembelajaran Contekstual, Teaching & Learning

2.2.1. Pengertian

Pembelajaran Contekstual Learning adalah Pembelajaran kontekstual

tersebut berakar dari filosofi yang dikembangkan oleh John Dewey yang

mengemukakan bahwa peserta didik akan belajar dengan baik, ketika apa yang

dipelajarinya dikaitkan dengan apa yang mereka ketahui dan ketika mereka secara

aktif belajar sendiri. Maka dari hal itu di dapatkan beberapa pengertian dari

pendekatan kontekstual, Sebagai berikut:

1. Pembelajaran kontekstual ( Contextual Teaching and Learning) adalah Suatu

pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa

secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan

menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa

untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka ( Sanjaya, 2005)

2. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu sistem atau pendekatan

pembelajaran yang bersifat menyeluruh dan terdiri dari berbagai komponen yang

saling terkait, apabila di laksanakan masing-masing memberikan dampak sesuai

dengan peranannya. (Sukmadinata: 2004)

3. Menurut Depdiknas (2003:5) CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang

menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat

menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi

kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan mereka.

Dari paparan pengertian CTL di atas dapat peneliti simpulkan sebagai

berikut:

1. Menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya

proses belajar yang menekankan pada proses pengalaman secara langsung.

2. Mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang di pelajari

dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap

hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata di

masyarakat atau dimana siswa tinggal

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/837/3/T1_292008079_BAB II.pdfKesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

8

3. Mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya

pembelajaran kompetensi tidak hanya mengharapkan siswa dapat memahami

materi yang di pelajarinnya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat

mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.2 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan salah satu komponen

dalam kontekstual yang Menurut DEPDIKNAS dalam penerapannya

CTL mempunyai tujuh komponen utama yaitu:

1. Konstruktivisme (Constructivism)

2. Menemukan (Inquiry)

3. Bertanya (Questioning),

4. Masyarakat belajar (Learning Community)

5. Pemodelan (Modeling)

6. Refleksi (Reflection)

7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)

2.2.3 Pemikiran Contextual Teaching and Learning tentang belajar

Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecendrungan

pemikiran tentang belajar sebagai berikut :

1.Proses Belajar

Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan

pengetahuan di benak mereka sendiri Anak belajar dari mengalami. Anak

mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi

begitu saja oleh guru. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki

sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam

tentang sesuatu persoalan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/837/3/T1_292008079_BAB II.pdfKesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

9

Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau

proposisi yang terpisak, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru. Siswa

perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi

didirinya, dan bergelut dengan ide-ide, Proses belajar dapat mengubah struktur

otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan

organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang.

2. Transfer Belajar

Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.

Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit

demi sedikit). Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia

menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu

1. Siswa sebagai Pembelajar

Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu,

dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal

baru. Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang

baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting. Peran

orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang

sudah diketahui. Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna,

memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide

mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka

sendiri.

2. Pentingnya lingkungan Belajar

Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada

siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja

dan berkarya, guru mengarahkan. Pengajaran harus berpusat pada bagaimana

cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/837/3/T1_292008079_BAB II.pdfKesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

10

dipentingkan dibandingkan hasilnya. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang

berasal dari proses penilaian yang benar. Menumbuhkan komunitas belajar dalam

bentuk kerja kelompok itu penting.

2.2.4 Hasil Belajar

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan

lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah

aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan

yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan, dan

sikap.(Dr.Purwanto 1999:39).perubahan itu diperoleh melalui usaha( bukan karena

kematangan), menetap dalam waktu yang, relatif lama dan merupakan hasil

pengetahuan.

Hasil belajar dperoleh pada akhir proses pembelajaran dan berkaitan dengan

kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah

diajarkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Lunandar, 2010:7), hasil belajar

merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.

Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik

bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Dari sisi guru, adalah bagaimana guru

bisa menyampaikan pembelajaran dengan baik dan siswa bisa menerimanya.

Hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui

kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar. Berdasarkan pengertian

evaluasi hasil belajar kita dapat temukan tujuan utamanya adalah untuk mengetahui

tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan

pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala

nilai berupa huruf atau kata atau symbol.

Menurut Winkel (1999:53), mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan

bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Sedangkan pendapat lain

disampaikan Arif Gunarso (dalam Lunandar, 2010: 5), yang menyatakan bahwa “hasil

belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan

usaha-usaha belajar”. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang dari

belajar yang telah dilakukannya.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/837/3/T1_292008079_BAB II.pdfKesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

11

Pendapat berbeda juga disampaikan Nana sudjana (dalam Lunandar, 2010:8)

menyatakan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari

proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang

dipeoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa.

Berdasarkan penjelasan beberapa tokoh mengenai hasil belajar, penulis

mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah bukti dari keberhasilan seseorang

dalam belajar. Hasil belajar ini biasanya diwujudkan dalam bentuk angka, nilai,

maupun huruf. Semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa, maka berhasillah

tujuan belajar yang dilakukan siswa tersebut.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian,sikap-sikap,apresiasi dan ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil

belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk

bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik.

Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan

masalah, maupun penerapan aturan.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,

kemampuan analisis-sintesis, fakta- konsep dan mengembangkan prinsip-

prinsip keilmuan. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan melakukan

aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak

jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan

nilai – nilai sebagai standar perilaku.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/837/3/T1_292008079_BAB II.pdfKesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

12

2.3 Penerapan Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran IPS.

Untuk mengaplikasikan pembelajaran kontekstual dapat digunakan

berbagai metode yang membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran seperti

problem based learning, cooperatif learning, project based learning, servic learning

dan work based learning (Berns,2001: 4). Pendapat tersebut mengatakan bahwa

untuk mewujudkan pembelajaran kontekstual guru harus menggunakan metode

yang banyak melibatkan pengalaman belajar siswa secara langsung.

Cooperatve learning merupakan salah satu alternatif pilihan yang dapat

mewujudkan pembelajaran kontekstual. penerapan model pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) dirasa sangat sesuai karena mengkaji permasalahan yang

autentik dan membangun rnasyarakat belajar (learning comunity). Di dalam

pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, namun siswa juga

harus mempelajari ketrampilan-ketrampilan khusus yang disebut ketrampilan

kooperatif. Ketrampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja

dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan

komunikasi antar anggota kelompok. Sedangkan peranan tugas dilakukan dengan

membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan. Dengan model ini

diharapkan tujuan dan misi pembelajaran IPS yaitu mendidik dan membekali

siswa dengan seperangkat pengetahuan , sikap, nilai, moral dan ketrampilan

untuk memahami lingkungan sosial masyarakat dapat dicapai (Etin

Solihatin,2007;3)

2.4 Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Contekstual Learning

Menurut Depdiknas (2004 : 17)

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan

rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi sekenario tahap demi

tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan

topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran,

media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah

pembelajaran, dan ketepatan penilaianya. Dalam konteks ini, program yang

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/837/3/T1_292008079_BAB II.pdfKesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

13

dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya

bersama siswanya.

Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program

pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Dalam hal

ini yang membedakannya hanya pada penekannannya. Program pembelajaran

konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas

dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih

menekankan pada skenario pembelajarannya.

Berkaitan dengan pembahasan diatas, saran pokok dalam penyusunan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai

berikut.

1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan

kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi,

Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.

2. Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.

3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu

4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa

5. Nyatakan ketepatan penilaianya , yaitu dengan data apa siswa dapat diamati

partisipasinya dalam pembelajaran.

2.5 Kajian hasil penelitian yang Relevan

1. Murtono, Tri (2007) “Keefektifan Model Pembelajaran CTL (Contextual

Teaching And Learning) Terhadap Penalaran Matematika Pada Materi

Bangun datar” Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih efektif

mana antara pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dengan

pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional terhadap

penalaran matematika pada materi bangun datar siswa kelas Va SD Negeri 1

madiun dengan kelas Vb Tahun Ajaran 2006/2007. Data awal dalam penelitian ini

adalah hasil nilai ulangan blok peserta didik kelas Va semester 2. Dari data

tersebut diperoleh kedua kelompok baik eksperimen maupun kontrol mempunyai

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/837/3/T1_292008079_BAB II.pdfKesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

14

variansi dan rata-rata yang sama secara statistik. Setelah kelompok eksperimen

diberi perlakuan dan kelompok kontrol dengan tetap menggunakan pembelajaran

konvensional, maka kedua kelompok diberi tes. Berdasarkan hasil tes pada ke dua

kelompok, diperoleh rata-rata nilai kelompok kontrol adalah 76,315, dan rata-rata

kelompok eksperimen adalah 80,526. Berdasarkan uji perbedaan rata-rata dengan

uji pihak kanan diperoleh t hitung sebesar 2,759 sedang 671, 0 = =t tabel, jadi nilai

t hitung > t tabel sehingga nilai Ho ditolak. Dengan kata lain rata-rata hasil belajar

kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan kelompok kontrol pada materi

bangun datar. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan model pembelajaran CTL lebih efektif dari pada

pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Untuk itu peneliti

menyarankan agar pembelajaran dengan model pembelajaran CTL dapat

diterapkan serta dikembangkan dan digunakan sebagai alternatif dalam

pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika khususnya dan

pembelajaran lain pada umumnya.

2. Astari, Asetyo Belantika (2012) “Model Pembelajaran Contextual Teaching

and Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi dan Hasil Belajar

Pada Siswa Kelas IV SDN 02 Mojokerto Kecamatan Kedawung Kabupaten

Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011”. Tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 02 Mojokerto dengan

pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Bentuk penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model siklus. Berdasarkan hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa, ada peningkatan hasil belajar IPA tentang

mendeskripsikan bagian-bagian bunga setelah diadakan tindakan kelas dengan

penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Hal itu dapat

ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar pada setiap siklusnya. Pada pra

siklus nilai rata-rata siswa 57,9 dan siklus I mengalami peningkatan niai rata-rata

siswa 62,7 pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 70,8. Dengan demikian,

dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran IPA dengan penerapan

pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/837/3/T1_292008079_BAB II.pdfKesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

15

IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Mojokerto Kecamatan Kedawung

Kabupaten Sragen.

3. Ayu Melandhika, Risda. (2009). Penggunaan Model CTL dengan metode

Inquiry untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajar IPA

Kelas IV MI Roudlatul Muta’allimin Sawahan Turen Malang. Penelitian ini

menggunakan desain penelitian tindakan kelas (class-room action research)

dengan jenis penelitian mandiri. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang bersifat

kualitatif dianalisa dengan analisa deskriptif kualitatif sedangkan data yang bersifat

kuantitatif dianalisa dengan analisa deskriptif kuantitatif. Dari hasil observasi dan

data empiris di lapangan menunjukkan bahwa, bentuk penggunaan model

Contextual teaching and learning melalui metode inquiry yang efektif dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa pada pelajaran IPA adalah dengan guru

memberikan pertanyaan kepada siswa kemudian siswa mencari jawaban atas

pertanyaan tersebut dengan cara melakukan praktek atau percobaan.

Penggunaan model Contextual teaching and learning melalui metode inquiry

terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran

IPA di MI Roudlatul Muta’allimin Sawahan Turen Malang. Hal ini dapat dilihat pada

lembar observasi motivasi yang menunjukkan bahwa peningkatan motivasi siswa

dari pre test sampai siklus terakhir (siklus II) menunjukkan peningkatan sebesar

113,3% dari prosentase maksimal 166,6%.

Dari ketiga penelitian diatas tampak jelas perbedaannya terlihat dari

penelitian Murtono, Tri (2007) berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan model pembelajaran Contextual teaching and learning lebih

efektif dari pada pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Dapat

diperoleh dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 2,759 lebih besar t table =

671. Yang kedua Astari, Asetyo Belantika (2012) menunjukan bahwa dapat

meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan model Contextual teaching and

learning yang ditunjukkan adanya peningkatan yang dapat dilihat dari nilai pra

siklus rata-rata siswa 57,9 dan siklus I mengalami peningkatan nilai rata-rata siswa

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/837/3/T1_292008079_BAB II.pdfKesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

16

62,7 pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 70,8. Yang ketiga oleh Ayu

Melandhika, Risda. (2009). yang menggunakan model Contextual teaching and

learning dengan metode inquiry yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

dalam pembelajaran ipa yang ditunjukkan dari observasi motivasi yang

menunjukkan bahwa peningkatan motivasi siswa dari pre test sampai siklus

terakhir (siklus II) menunjukkan peningkatan sebesar 113,3% dari prosentase

maksimal 166,6%.

Penelitian yang dilakukan Murtono, Tri (2007) mempunyai kesamaan dalam

variable bebasnya yaitu model pembelajaran Contextual teaching and learning.

Astari, Asetyo Belantika (2012) mempunyai kesaman dalam variable bebasnya

yaitu model pembelajaran Contextual teaching and learning dan variable terikat

yaitu hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian Ayu Melandhika, Risda. (2009)

mempunyai kesamaan dalam variable bebasnya yaitu model pembelajaran

Contextual teaching and learning.

Penelitian diatas bahwa penelitian yang dilakukan oleh Astari, Asetyo

Belantika (2012) dan Ayu Melandhika, Risda. (2009). Merupakan Penelitian

Tindakan Kelas. Dimana peneliti melakukan tindakan dengan mengajar sendiri

didalam kelas. Sedangkan penelitian Murtono, Tri (2007) merupakan penelitian

eksperimen. Penelitian ini membandingkan kelas eksperimen yaitu yang diberikan

perlakuan pembelajaran model Contextual teaching and learning dengan kelas

control yang tidak diberi perlakuan atau dengan pembelajaran konvensional.

Penelitian ini akan menggunakan penelitian tindakan kelas kolaborasi.

Adapun ciri khasnya adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru, kepsek,

siswa) dan peneliti dalam pemahaman kesepakatan tentang permasalahan,

pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesepakatan. Dalam penelitian

ini peneliti lebih menekankan hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial kelas IV SD melalui pembelajaran Contextual Teaching and

Learning.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/837/3/T1_292008079_BAB II.pdfKesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

17

2.6 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Contekstual

Learning dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial guna meningkatkan hasil

belajar siswa kelas IV SDN Dieng Kulon 2 Apabila dengan memanfaatkan lingkungan

sebagai media pembelajaran dengan model Contekstual Learning dapat digunakan

secara efektif maka akan menghasilkan peningkatan hasil belajar IPS. Secara

skematis digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gb. Upaya Meningkatan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Dieng Kulon 02, Batur,

Banjarnegara. Melalui pendekatan Contextual Teaching & Learning pada Semester

Genap tahun 2011/2012.

KONDISI AWAL

GURU: Menggunakan model

pembelajaran

Konvensional

SISWA : Hasil Belajar IPS Rendah

dibawah KKM (65), misalnya siswa hanya memahami materi

secara teoritis (abstak) semata.

TINDAKAN

Menggunakan Model Pembelajaran Contekstual

Teaching & Learning SIKLUS II

Menggunakan Model Pembelajaran Contekstual

Teaching & Learning

KONDISI AKHIR

Di Harapkan Melalui Model Pembelajaran Contekstual teaching and Learning akan memberikan 90% hasil belajar IPS yang meningkat lebih dari KKM yaitu (65), dan

siswa dapat memahami materi secara

konkret (nyata)

SIKLUS I Menggunakan Model

Pembelajaran Contekstual Teaching & Learning

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/837/3/T1_292008079_BAB II.pdfKesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

18

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan, maka hipotesis

tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan

hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV SDN Dieng

Kulon 2, Batur, Banjarnegara tahun ajaran 2011/2012”.