BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Pengertian...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Pengertian...
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian teori
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju
perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian besar
masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya property sekolah. Kegiatan
belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat
menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan.
Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah, sebab seperti dikatakan Rober dalam
Suprijono (2009) belajar adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah
proses mendapatkan pengetahuan. Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan
dalam praktiknya banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar dan berusaha
memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat
mengumpulkan atau menerimanya. Proses belajar mengajar ini banyak didominasi
aktivitas menghafal. Peserta didik sudah belajar jika mereka sudah hafal dengan hal-
hal yang telah dipelajarinya. Sudah barang tentu pengertian belajar seperti ini secara
esensial belum memadai. Perlu dipahami, perolehan pengetahuan maupun upaya
penambahan pengetahuan hanyalah salah satu bagian kecil dari kegiatan menuju
terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Adapun pendapat Hamdani (2011) sesungguhnya belajar adalah ciri khas
menusia sehingga manusia dapat dibedakan dengan mahkluk lainnya. Belajar
dilakukan manusia seumur hidupnya, kapan saja, dan di mana saja, baik di sekolah,
kelas, jalanan, dan dalam waktu yang tidak ditentukan sebelumnya. Belajar terjadi
ketika ada interaksi antar individu dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Lingkungan fisik seperti buku, alat peraga, dan alam sekitar.
7
Sedangkan lingkungan sosial adalah lingkungan yang merangsang dan menantang
siswa untuk belajar.
Belajar menurut Gagne dalam Komalasari (2010) sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti
sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan
kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja).
Menurut Sunaryo dalam Komalasari (2010) belajar merupakan suatu kegiatan
di mana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang
ada pada dirinnya dalam pengetahuan, sikap, dan keterarmpilan.
Menurut Winkel dalam Susanto (2013) belajar adalah suatu aktivitas mental
yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungannya, dan
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan,
dan nilai sikap yang bersikap konstan.
Gagne dalam Susanto (2013) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses
di mana suatu individu berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Gagne
menekankan bahwa belajar sebagai suatu upaya memperoleh pengetahuan atau
keterampilan melalui intruksi. Intruksi yang dimaksud adalah perintah atau arahan
dan bimbingan dari seseorang pendidik atau guru.
Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah
laku dari manusia seperti sikap, pengetahuan dan keterampilan. Belajar dilakukan
manusia seumur hidupnya, kapan saja, dan di mana saja. Nantinya hal ini akan
menciptakan suatu pengalaman bagi manusia itu sendiri dan akan di terapkan kembali
ketika ada interaksi antar individu dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosisal.
2.1.1.1 Hasil belajar
Hasil belajar menurut Rusman (2012) adalah sejumlah pengalaman yang
diperoleh siswa mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar tidak
hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja tapi juga penguasaan kebiasaan,
8
persepsi, kesenangan, minat-bakat, penyesuaian social, macam-macam
keterampilan,cita-cita, keinginan dan harapan.
Sedangkan pendapat Abdurrahman (2003) hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar sendiri merupakan suatu
proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol
yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah
ditentukan lebuh dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah anak yang
berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
Menurut pendapat Bloom dalam Rusman (2012) hasil belajar dapat
dikasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu: secara garis besar membagi
menjadi tiga ranah hasil belajar yakni: (a) Ranah kognitif; berkenan dengan
kemampuan dan kecakapan-kecakapan intelektual berfikir. (b) Ranah afektif;
berkenan dengan sikap, kemampuan dan penguasaan segi-segi emosional seperti
perasaan, sikap dan nilai. (c) Ranah psikomotorik; berkenaan dengan suatu
keterampilan-keterampilan atau gerakan-gerakan fisik.
Sementara menurut Gagne dalam Suprijono (2009) hasil belajar adalah pola-
pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
keterampilan. Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni :
informasi verbal, keterampilan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan
motorik.
Jadi dapat dirangkum bahwa hasil belajar merupakan hasil dari perubahan
prilaku yang di alami oleh individu dalam proses belajar yang nantinya akan
menghasilkan perubahan prilaku yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual(
aspek kognitif), berkenaan dengan sikap (aspek afektif)dan yang terakhir berkenaan
dengan hasil belajar dan kemampuan bertindak (aspek psikomotorik). Dalam
penelitian ini peneliti hanya terfokus pada perubahan yang berkenaan dengan hasil
belajar intelektual (aspek kognitif).
9
2.1.1.2 Faktor-faktor Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah ia
menerima pengalaman pembelajaran. Sejumlah pengalaman yang diperoleh peserta
didik mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar mempunyai
peranan penting dalam proses pembelajaran karena akan memberikan sebuah
informasi kepada guru tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan-
tujuan belajarnya melalui proses kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya setelah
mendapat informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan
peserta didik lebih lanjut baik untuk individu maupun kelompok belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi dalam Rusman 2012
meliputi faktor internal dan faktor eksternal yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang
dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Faktor internal yang dapat mempengaruhi
hasil belajar seseorang antara lain:
a. Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam
keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal
tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.
b. Faktor Psikologis
Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi
psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil
belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian,
minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar
seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi hasil belajar seseorang antara lain:
10
a. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengurhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini
meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya
suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang kurang
akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada
pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan
yang cukup untuk bernafas lega.
b. Faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini
diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan
belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum,
sarana dan guru.
Menurut Slameto (2003:56-72) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor
jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari peserta didik yang sedang
belajar. Faktor dari dalam ini meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologi.
Kondisi fisiologis adalah keadaan jasmani dari seseorang yang sedang
belajar, keadaan jasmani dapat dikatakan sebagai latar belakang aktivitas belajar.
Sedangkan kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar
adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif. Faktor
ekstern yaitu faktor-faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu faktor
ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor sekolah, yang
mencakup metoda mengajar, kurikulum, relasi guru siswa, sarana, dan sebagainya.
11
2.1.2 Pengertian IPA
Sejak peradaban manusia, orang telah berusaha untuk mendapat sesuatu dari
alam sekitarnya. Mereka telah mampu membedakan mana hewan atau tumbuhan
yang dapat dimakan. Mereka mulai mempergunakan alat untuk memperoleh
makanan, mengenal api untuk memasak. Semuanya itumenandakan bahwa mereka
telah memperoleh pengetahuan dari pengalaman (Trianto, 2012). Dorongan ingin
tahu yang telah ada sejak kodratnya dan penemuan adanya sifat keteraturan di alam
mempercepat bertambahnya pengetahuan, dan dari sinilah perkembangan sains di
mulai.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau
Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris „science’ kata „science‟ sendiri berasal
dari bahasa Latin „scientia‟ yang berarti saya tahu. Science terdiri dari social sciences
(Ilmu Pengetahuan Sosial) dan natural sciences (Ilmu Pengetahuan Alam) namum
dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan
bertentangan dengan etimologi (menurut Jujun Suriasumantri, dalam Trianto, 2012).
Untuk itu, dalam hal ini kita tetap menggunakan istilah IPA untuk menunjuk pada
pengertian sains yang berarti natural science.
Menurut H.W Fowler dalam Trianto (2012) IPA adalah pengetahuan yang
sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan di
dasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.
Menurut Wahyana dalam Trianto (2012) mengatakan bahwa IPA adalah suatu
kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam perkembangannya tidak hanya ditandai oleh
adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Sedangkan menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2012) IPA mempelajari
tentang alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut
bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat
diamati dengan indera.
12
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan
teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,
berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen, serta menuntut
sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.
2.1.2.1 Tujuan Ilmu Pendidikan Alam (IPA)
Menurut Trianto (2012) tujuan IPA, yaitu:
a. Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan
bagaimana bersikap.
b. Menanamkan sikap hidup ilmiah.
c. Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.
d. Mendidik siswa untukmenggenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para
ilmuan penemunya
e. Mengunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan.
Berdasarkan KTSP 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar,
mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasaingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubunggan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyaraka.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memilihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
13
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturanya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.
2.1.2.2 Ruang Lingkup Pelajaran IPA
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah ruang
lingkup bahan kajian IPA untuk SD/ MI meliputi aspek-aspek berikut:
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
b. Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya dan bendabenda langit
lainnya.
e. Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat (salingtemas) merupakan penerapan
konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi dan
masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana.
2.1.3 Pengertian Model Pembelajaran
Model Pembelajaran menurut Hanafiah dan Suhana (2010) merupakan salah
satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan prilaku perserta didik secara
adaftif maupun generatif. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya
belajar perserta didik (learning sytle) dan gaya mengajar guru (teaching style), yang
keduanya disingkat menjadi SOLAT (Style of Learning and Teaching).
Sedangkan pendapat Komalasari (2010) Model Pembelajaran merupakan
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
14
khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa Model Pembelajaran
merupakan salah satu pedekatan dalam rangka mensiasati perubahan prilaku perserta
didik secara adaftif maupun generatif serta tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru.
2.1.4 Model-Model Pembelajaran
Model-model pembelajaran menurut komalasari(2010) yaitu sebagai berikut
1. Numbered Heads Together (Kepala Bernomor) dari Spencer Kagan, dalam Model
Pembelajaran ini di mana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu
kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
2. Cooperative Script (skrip Kooperatif) Dari Dansereau CS(19850) model
pembelajaran di mana siswa berkerja berpasangan, dan secara lisan bergantian
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
3. Student Teams Achievement Divisions (STAD) Tim Siswa Kelompok Prestasi dari
Salvin (1995) model pembelajaran yang mengelompokkan siswa secara heterogen,
kemudian siswa yang pandai menjelaskan pada anggota lain sampai mengerti.
4. Think Pair and Share (frank Lyman, 1985) atau berfikir berpasangan merupakan
Model Pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
5. Jigsaw (model Tim Ahli) dari Aronson , Blaney, Stephen, Sikles, dan Snapp
(1978) dalam Model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam
kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap
onggota bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok
lagi yang terdiri dari dua atau tiga orang.
6. Snowball Throwing (melempar bola salju) Model Pembelajaran yang mengali
potensi kepemimpinan siswa dalam kelompok dan keterampilan membuat-
menjawab pertanyaan yang di padukan melalui suatu permainan imajinatif.
15
7. Team Game Tournament (TGT) adalah salah satu tife atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah di terapkan, melibatkan aktifitas seluruhsiswa tanpa harus
ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsure permainan serta reinforcement.
8. Picture and Picture adalah Model Pembelajaran yang menggunakan gambaryang
dipasang dan diurutkan menjadi urutan yang logis.
Berdasarkan uraian Model-model Pembelajaran yang telah dikemukakan, dalam
penelitian ini peneliti hanya terfokus pada model pembelajaran dengan menggunakan
Model Pembelajaran Picture and Picture.
2.1.5 Model Pembelajaran Picture and Picture
2.1.5.1 pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture
Model pembelajaran Picture and Picture merupakan suatu metode belajar
yang menggunakan gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis
(Hamdani, 2011: 89). Model pembelajaran Picture and Picture merupakan salah satu
bentuk pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran Picture and Picture memiliki
ciri aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Model pembelajaran hendaknya selalu
menekankan aktifnya siswa dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif artinya setiap
pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat
siswa. Kreatif artinya setiap pembelajaran harus menimbulkan minat kepada siswa
untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan
menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang
diperoleh dari proses pembelajaran.
Untuk memaksimalkan siswa dalam memahami dan menerima materi
digunakan segala macam item-item penunjang sebagai upaya peningkatan hasil
belajar siswa. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti inggin menerapkan model
pembelajaran picture and picture karena dalam pembelajaran picture and picture
siswa dilatih dan dibiasakan untuk berfikir logis dan sistematis. Pelatihan dan
pembiasaan siswa untuk berfikir merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan
16
pembelajaran yang lebih baik sehingga belajar pun dapat memuaskan. Siswa diberi
kesempatan untuk mencari sendiri jawaban permasalahan yang diberikan guru dan
siswa juga diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya. Dengan demikian,
dalam proses pembelajaran yang menggunakan model picture and picture dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, Hamdani (2011).
Model picture and picture ini menggunakan media pembelajaran berupa
gambar. Penekanan pada media picture and picture ini adalah pada proses dan cara
mereka berpikir dan mengurutkan yang tersedia. Gambar–gambar yang tersedia
menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses
pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam
bentuk kartu atau dalam bentuk charta dalam ukuran besar. Atau jika disekolah sudah
menggunakan ICT (information comunication technology) dapat menggunakan
power point atau software lainnya (Diakses dari http://ras-
eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-picture-and-picture.html).
Menurut Siti Fatimah ( 2008) metode pembelajaran picture and picture
adalah metode pembelajaran yang dilakukan pendidik dengan cara memberdayakan
potensi gambar-gambar yang berkorelasi dan berkaitan dengan materi/kompetensi
yang ingin dicapai. Dengan penerapan metode pembelajaran picture and picture
siswa dapat memperdalam konsep secara leluasa, terkondisi untuk mengembangkan
daya nalarnya, dan memperkaya penglamannya di sekolah,
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa model picture and picture
penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan media berupa gambar,
dimana gambar tersebut dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis. Dari
gambar tersebut dipersepsikan menjadi simbol-simbol supaya lebih mudah
diterima/dipahami dan lebih mudah diingat siswa.
17
2.1.5.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Picture and Picture
Menurut Hamdani (2011) menyebutkan model pembelajaran picture and picture
mempunyai langkah-langkah sebagai berikut :
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
Pada langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang menjadi
kompetensi dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian siswa
dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru
juga harus menyampaikan indikatorindikator ketercapaian kompetensi dasar,
sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta
didik.
b. Guru menyajikan materi sebagai pengantar.
Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat
memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap.
Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik
minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari
c. Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar–gambar kegiatan berkaitan
dengan materi. Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat
aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang
ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan gambar kita akan menghemat
energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam
perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau
mengganti gambar dengan video atau 19 demontrasi yang kegiatan tertentu seperti
membuat kopi, menggoreng tempe dan sebagainya
d. Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau
mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
Pada langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara
langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara
adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas
yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk
18
diurutkan, dibuat, atau dimodifikasi. Jika menyusunan bagaimana susunannya.
Jika melengkapigambar mana gambar atau bentuknya, panjangnya, tingginya atau
sudutnya.
e. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan tuntutan kompetensi dasar dengan indikator
yang akan dicapai. Usahakan agar proses diskusi berlangsung dengan tertib dan
terkendali. Jadi guru harus mampu mengendalikan situasi yang terjadi sebagai
moderator utamanya dengan memberikan sedikit penjelasan jika terdapat kendala
dalam diskusi sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
f. Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep atau
materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan
penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk
mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa mengetahui bahwa
hal tersebut penting dalam pencapaian kompetensi dasar dan indikator yang telah
ditetapkan.
g. Kesimpulan atau rangkuman
Kesimpulan dan rangkuman dilakukan bersama dengan siswa. Guru membantu
dalam proses pembuatan kesimpulan dan rangkuman.
Sedangkan pendapat Hanafiah dan Suhana (2010) langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam pembelajaran picture and picture sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan kopetensi yang ingin di capai.
b. Menyajikan materi sebagai pengantar.
c. Guru memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
d. Guru menunjuk atau memanggil perserta didik secara bergantian memasang dan
mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
e. Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
19
f. Dari alasan urutan gambar tersebut, guru mulai menanamkan konsep atau materi
sesuai dengan kopetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan/rangkuman
Berdasarkan rangkuman lankah-langkah pembelajaran dengan model
pembelajaran picture and picture, peneliti akan menggunakan langkah-langkah
pembelajaran menurut pendapat Hamdani (2011), karena langkah-langkah
pembelajaran tersebut sesuai dengan tujuan yang akan di capai dalam tindakan
penelitian.
2.1.5.3 Kelebihan dan Kelemahan Model pembelajaran Picture and Picture
Menurut Ahmadi, Amri dan Elisiah (2011) kelebihan dan kekurangan dari
Model Pembelajaran Picture and Picture sebagai berikut:
1. Kelebihan:
a. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
b. Melatih berfikir logis dan sistematis
2. Kekurangan:
a. Memakan banyak waktu
b. Banyak siswa yang pasif
Model pembelajaran Picture and Picture memiliki kelebihan dalam
penerapannya, yaitu: a. Guru lebih mengetahui kemampuan tiap-tiap siswa.
b. Melatih siswa untuk berpikir logis dan sistematis (Hamdani, 2011: 89).
Adapun kekurangan yang dimiliki model Picture and Picture adalah
memakan banyak waktu. Untuk mengatasi kekurangan tersebut guru dapat
menerapkan delapan keterampilan dasar mengajar sehingga pembelajaran dapat
terkondisikan dengan baik. Selain itu, Guru harus melakukan perencanaan seperti
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sesuai materi dan menyiapkan media
pembelajaran berupa gambar. Hal tersebut merupakan tahap perencanaan dalam
20
Pelaksanaan Tindakan Kelas yang dapat mengatasi kekurangan model Picture and
Picture.
2.2 Kajian hasil-hasil yang Relevan
Penelitian oleh Dewi Diansari (2011) dengan judul “Penerapan Model Picture
and Picture Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN
Gampingan 01 Pagak” menyimpulkan bahwa model penggunaan pembelajaran model
Picture and Picture dapat meningkatkan pembelajaran aktivitas dan hasil belajar
siswa. Pada siklus I diperoleh rata-rata aktifitas belajar siswa yaitu 54,65 meningkat
menjadi 75,8 pada siklus II. Pembelajaran dengan menggunakan model picture and
picture juga meningkatkan hasil belajar siswa, pada siklus I diperoleh rata-rata nilai
evaluasi siswa 69,1 meningkat menjadi 85,8 pada siklus II.
Penelitian oleh Musnaini (2011) dengan judul “Pengunaan Model
Pembelajaran Picture and Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas III
SD Negeri 04 Lubuk Pinang Mukomuko”. Hasil penelitian menunjukan bahwa
penerapan model pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa terhadap pelajaran IPA pada siswa kelas III SD Negeri 04 Lubuk
Pinang Mukomuko. Ini ditunjukkan dari peningkatan minat dan interaksi siswa serta
hasil belajar siswa pada setiap siklusnya, jika dibandingkan dengan tes awal siswa
yang rata-rata nilainya 45,8. Setelah diterapkan model pembelajaran picture and
picture, nilai ratarata siswa meningkat dari 60,50 pada siklus I dan menjadi 67,83
pada siklus II.
Selain itu, juga tampak dari meningkatnya jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar dari siklus pertama hingga kedua. Beberapa hasil penelian di atas
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran picture
and picture dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Dengan analisis tersebut maka
peneliti melakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran picture and
picture untuk meningkatkan hasil belajar khususnya mata pelajaran IPA.
21
2.3 Kerangka Berfikir
Berdasarkan hasil observasi kelas, dalam proses pembelajaran IPA di kelas IV
SD Negeri Delik 1 Kabupaten Semarang semester 1 tahun pelajaran 2013/2014
masih belum maksimal. Guru yang masih menggunakan metode ceramah dan kurang
bervariasi dalam pelajaran, menyebabkan siswa merasa jenuh dan bosan, sehingga
siswa jadi rebut sendiri, menggangu teman, yang pada akhirnya siswa tidak fokus
dalam pembelajaran.
Dengan menerapkan model picture and picture dalam pembelajaran siswa
dilatih dan dibiasakan untuk berfikir logis dan sistematis. Pelatihan dan pembiasaan
siswa untuk berfikir merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang lebih baik sehingga belajar pun dapat memuaskan. Siswa diberi kesempatan
untuk mencari sendiri jawaban permasalahan yang diberikan guru dan siswa juga
diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya. Dengan demikian, dalam
proses pembelajaran yang menggunakan model picture and picture dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini sesuai dengan pendapat Hamdani (2011).
Dari uraian tersebut dan mendasarkan pada kajian teori maka peneliti
memiliki pendapat atau gagasan. Gagasan tersebut peneliti sampaikan dalam bentuk
bagan kerangka berfikir sebagai berikut:
22
Kondisi
awal
Tindakan
Hasil
Pembelajaran IPA
menggunakan model picture
and picture.
1. Guru menyampaikan
kompetensi
2. Menyajikan materi
3. Guru memperlihatkan
gambar-gambar
4. Perserta didik mengurutan
gambar-gambar
5. Guru menanyakan alasan
atau dasar pemikiran
urutan gambar
6. Guru menanamkan materi
sesuai kompetensi
7. Kesimpulan / rangkuman
Proses pembelajaran secara
konvensional yaitu guru
menggunakan metode
ceramah
Dengan menerapkan model picture and picture dalam
pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IV SD Negeri Delik 1 Kabupaten Semarang
semester II
Hasil Siklus 2:
pembelajaran
IPA dengan
menerapkan
model picture
and picture.
hasil lebih
meningkat.
Pra Siklus hasil
belajar siswa
kelas Vdalam
pembelajaran IPA
masih rendah.
Hasil Siklus 1:
pembelajaran
IPA dengan
menerapkan
model picture
and picture.
hasil meningkat.
23
2.4 Hipotesis Tindakan
Hasil refleksi landasan teori dan kerangka pemikiran masalah, maka dapat
dirumuskan hipotesis tindakan yaitu: penggunaan metode picture and picture
diharapkan meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Delik 1 Kabupaten
Semarang tahun ajaran 2013/ 2014.