BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran...
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang dibangun
oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasan yang
baik terhadap materi matematika Susanto (2013:186-187). Matematika adalah
bahasa simbol yang fungsi praktis dan fungsi teoritis, fungsi praktis iyalah untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif yaitu mnunjukan kemampuan strategi
dalam merumuskan, menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam
memecahkan masalah. Sedangkan untuk fungsi teoritis untuk memudahkan
berfikir secara logis johnson dalam Wahyudi dan Budiono (2013:6)
Selain itu, Nickson (2011) mengemukakan bahwa matematika adalah
pemberian bantuan kepada siswa untuk membangun konsep-konsep dan prinsip-
prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi
(arahan terbimbing) sehingga konsep atau prinsip itu terbangun. Pendapat tersebut
menandakan bahwa guru dituntut untuk dapat mengaktifkan siswanya selama
pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru
melainkan pada siswa. Guru bukan mentransfer pengetahuan pada siswa tetapi
juga membantu siswa untuk membentuk sendiri pengetahuannya.
Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan hakikat
matematika dalam penelitian ini adalah ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah
yang di ketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan
dengan angka-angka atau simbol, bahasa simbol yang memiliki ciri-ciri abstrak,
general dan terstruktur. Selain itu belajar matematika merupakan kemampuan
berfikir logika, oleh karena itu guru berperan penting untuk membimbing siswa
selama pembelajaran berlangsung.
7
Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran Matematika bagi peserta didik berdasarkan dengan
Depdiknas No 22 Tahun 2006, bahwa mata pelajaran Matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif,serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan
agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,
tidak pasti, dan kompetitif. Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Wahyudi dan Budiono (2013:24) mendefinisikan bahwa tujuan pembelajaran
matematika memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah
informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan
kompetetitif.
Berdasarkan uraian, maka yang di maksud dengan tujuan pembelajaran
matematika dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Selain itu peserta didik
8
juga harus memiliki kemampuan untuk memperoleh, mengolah dan
memanfaatkan informasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika
Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Standar
kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang di
bukukan dan harus ditunjukan oleh siswa pada hasil belajarnya dalam mata
pelajaran matematika. Standar ini rinci dalam komponen kompetensi dasar beserta
hasil belajar, indikator dan materi pokok untuk setiap aspeknya. Aspek atau ruang
lingkup materi pada SK matematika adalah bilangan, Geometri dan Pengukuran.
Pencapaian tujuan matematika dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang
standar dinamakan dengan Standar Kompetensi SK dan dirinci ke dalam
Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang
secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan
kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD. Secara rinci SK
dan KD untuk mata pelajaran matematika yang ditunjukan bagi siswa kelas 5 SD
disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarPembelajaran
Matematika Kelas 5 Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Geometri dan Pengukuran
6. Memahami sifat-sifat bangun
dan hubungan antar bangun
6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang
6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang
sederhana
6.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri
6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
bangun datar dan bangun ruang sederhana
Sumber : Depdiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
9
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Suprijono (2009:73) pembelajaran kooperatif kolaboratif
didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab dan sikap menghormati
sesama. Peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha
menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
guru. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan memberikan dukungan kepada
peserta didik. Pendapat lain juga dikemukan oleh Vygotsky dalam Suprijono
(2009:75) model pembelajaran kooperatif adalah penekanan belajar sebagai
proses dialog interaktif. Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif”
yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu
satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim. Pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk
mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa student oriented
untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa,
yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak
peduli pada pada orang lain Isjoni (2009:22).
Menurut Slavin dalam Isjoni (2009:22) model pembelajaran kooperatif
dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang
secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih giat dalam belajar
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam menyelesaikan
tugas kelompoknya, semua anggota kelompok saling bekerja sama dan saling
membantu untuk memahami materi pembelajaran. “Kolaboratif artinya setiap
kelompok terdiri atas campuran siswa, jenis kelamin dan suku”.
Berdasarkan uraian maka yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif
dalam penelitian ini adalah, sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk bekerja sama saling berinteraksi satu sama lain dalam
menyelesaikan masalah untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran bersama.
10
2.1.2 Model Pembelajaran Group Investigation
Suprijono (2009:112) mengemukakan pembelajaran dengan model group
Investigation dimulai dengan pembagian klompok, selanjutnya siswa memilih
topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat
dikembangkan dari topik. Sesudah topik dan permasalahan disepakati, siswa
beserta guru menentukan cara untuk memecahkan masalah dalam kelompok,
setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah dirumuskan
aktivitas tersebut sistematik keilmuan mulai dari mengumpulkan data, analisis
data, sintesis, sehingga menarik kesimpulan.
Sedangkan menurut Trianto (2007:59) mengemukan bahwa pembelajaran
model kooperatif group investigation umumnya membagi kelas menjadi beberapa
kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau
kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik
untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah
dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.
Sharan dalam Miftahul Huda (2011:123) mendefinisikan bahwa model
pembelajaran group investigation lebih menekankan dimana siswa terlibat dalam
merencanakan apa yang ingin dipelajari dan di investigasikan bersama dengan
kelompok diskusi.
Berdasarkan uraian, maka yang di maksud dengan model pembelajaran
group investigation dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif yang
menekankan kerjasama dan meningkatkan keaktifan siswa dalam diskusi antar
kelompok secara heterogen, dalam diskusi kelompok siswa saling berinteraksi
yang melibatkan berbagai ide dan pendapat.
11
Kelebihan dan kekurang pembelajaran Group Investigation
Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dan kekurangan
model pembelajaran Group Investigation sebagai berikut:
a) Meningkatkan belajar kerja sama
b) Belajar berkomunikasi baik dnegan teman sendiri maupun guru
c) Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis
d) Belajar menghargai pendapat orang lain
e) Meningkatkan partisipasi dalam membuat sesuatu keputusan
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran yang didefinisikan oleh
Setiawan (2006:9) sebagai berikut:
a) Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan
b) Sulitnya memberikan penilaian secara personal
c) Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran group investigation
tapi cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk
memahami suatu bahasan dalam dari pengalaman yang dialami sendiri
d) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif.
Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigasion
Langkah-langkah pembelajaran group investigation menurut Sharan
dalam Trianto (2009:80) meliputi 6 fase yaitu:
1) Memilih topik:
Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang
biasanya ditetapkan oleh guru. Sebelumnya siswa sudah dibentuk dalam
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2-6 siswa.
2) Perencanaan kooperatif:
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan
khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap
pertama.
12
3) Implementasi:
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan didalam tahap
kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan
keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-
jenis sumber belajar yang berbeda baik didalam atau diluar sekolah. Guru
membimbing siswa.
4) Analisis dan sintesis:
Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada tahap
ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan
disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan
kepada seluruh kelas
5) Presentasi hasil final:
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan
cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain
saling terlibat satu sama lain dalam diskusi dan memperoleh pengetahuan
yang luas pada topik diskusi. Presentasi dikoordinir oleh guru.
6) Evaluasi:
Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik
yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap
kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat
berupa penilaian individu atau pun kelompok.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh, Supandi (2005: 6) mengenai
langkah- langkah pembelajaran group investigation sebagai berikut:
1) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas kelompok yang harus
dikerjakan.
3) Guru meminta ketua kelompok untuk mengambil materi tugas secara
kooperatif dalam kelompoknya.
4) Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam
kelompoknya.
13
5) Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok
atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil diskusi.
6) Kelompok lain dapat memberi tanggapan terhadap hasil pembahasannya.
7) Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan
konsep dan memberikan kesimpulan.
8) Evaluasi
Ringkasan langkah-langkah model pembelajaran group investigation siswa
dibagi dalam kelompok, memilih topik, ketua kelompok mengambil LKS didepan
kelas, menginvestigasi topik, mencatat hasil investigasi, perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusi, memberi tanggapan, mengklarifikasi, dan
evaluasi.
Berdasarakan uraian maka yang dimaksud dengan langkah-langkah
pembelajaran group investigation dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan bermakna. Artinya siswa dituntut
untuk selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mencari cara untuk
menyelesaianya, dengan demikian siswa akan lebih terlatih untuk selalu
menggunakan keterampilan dan pengetahuannya.
2.1.3 Hasil Belajar
Suprijono (2009:5) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan yang ada dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas yang
dilakukan dalam belajar. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses
belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan
terjadinya hasil belajar yang baik pula. Hasil belajar merupakan pola-pola
perbuatan,nilai-nilai,pengertian-pengertian,sikap-sikap,apresiasidan keterampilan-
keterampilan.Sedangkan menurut Gagne dalam Suprijono (2009:5-6), hasil
belajar berupa:(1) informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara
spesifik terhadap rangsangan spesifik, kemampuan tersebut tidak memerlukan
manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.(2)
14
keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresntasikan konsep dan lambang,
keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan
analitis-sintesis fakta konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. (3)
strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitif, ke mampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam
memecahkan masalah.(4) keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan
serangkaian gerak jasmani.(5) sikap adalah kemampuan menerima atau menolak
objek berdasarkan penilaian terhadap objek. Sedangkan hasil belajar menurut
Bloom dalam Suprijono (2009:6-7) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Senada dengan pendapat Wardani Naniek Sulistya, dkk
(2012:342) hasil belajar didefinisikakan melalui informasi hasil pengukuran
penguasaan materi dan aspek perilaku baik melalui teknik tes dan non tes, hasil
belajar yang mendasar pada kompetensi dasar seperti yang dikehendaki dalam
standar proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah
kognitif afektif dan psikomotorik.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Slameto (2003: 2-3) bahwa belajar
ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sediri
dalam interaksi dengan lingkungan. Pendapat lain juga dikemukan oleh winkel
dalam purwanto (2008:39) hasil belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubaha-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Dimyati dan Mudjiono (2006:3-4) menyatakan bahwa hasil belajar
merupakan suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar yaitu dari sisi guru
dan siswa. Dari sisi guru tindakan yang digunakan oleh guru untuk dijadikan
ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan mengajar diakhiri
dengan proses evaluasi hasil belajar. Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan kemampuan –kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajar.
Berdasarkan uraian maka yang di maksud dengan hasil belajar dalam
penelitian ini adalah pencapaian indikator selama proses belajar, melalui ranah
15
kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau
kriteria dalam mencapai sesuatu tujuan pendidikan, untuk mengukur hasil belajar
siswa.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Sugiyanto (2012).
Peningkatan Hasil Belajar Matematika menggunakan model Group Investigation
pada siswa kelas V SD Negeri 3 Rejosari Kecamatan Grobogan Kabupaten
Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Peningkatan hasil belajar
dilihat dari persentase ketuntasan Siklus I dengan persentase 71% menjadi 92%
pada Siklus II.
Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Suriasa (2009) dengan judul
penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) berpendekatan STM
untuk meningkatkan hasil belajar IPA dan kerja ilmiah siswa kelas IX D SMPN 1
Abang tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam
dua siklus sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas dikelas IX D belum
memuaskan dan masih relevatif rendah yaitu dengan rata-rata kelas 57,2 dengan
ketuntasan klasikal sebesar 58,8% dan rata-rata kerja ilmiah sebesar 59,4 dengan
ketuntasan 55,8%. Setelah diberi tidakan dalam silus I rata-rata hasil belajar dan
ketuntasan klasikal berturut-turut adalah 68,21 dan 69% dengan kualifikasi belum
tuntas. Pada siklus ke II rata-rata hasil belajar dan ketuntasan klasikal adalah
77,33 dan 92% dengan kualifikasi tuntas. Selain itu kinerja ilmiah siswa juga
meningkat.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Shinta Khusmiarti (2013)
ini berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model
Pembelajaran Group Investigation Siswa Kelas V SDN Kutoharjo 01 Pati
Semester 1 Tahun Ajaran 2013/2014 . peningkatan hasil belajar dilihat dari pra
siklus sebesar 32%, siklus I sebesar 70%, siklus II sebesar 98 %. Hasil belajar
tersebut didukung oleh aktivitas siswa dalam diskusi kelompok. Dengan
peningkatan hasil belajar yaitu dari pra siklus ke siklus 1 mengalami peningkatan
sebesar 70% dan dari siklus II mengalami peningkatan sebesar 98%.
16
Penelitian tindakan kelas oleh Wartiningsih, Agustina Sri (2012) Pengaruh
Metode Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa Pada
Mata Pelajaran matematika Kelas III SD Negeri 1 Kemiri Kecamatan Kaloran
Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011/2012. Study programme of SI
PGSD Satya Wacana Christian University.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, ternyata model Group
Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa terbukti dari pra siklus siklus
sampai siklus II.
2.5 Kerangka Berfikir
Pembelajaran adalah proses belajar dengan menempatkan peserta didik
sebagai Center stage performance, dengan proses pembelajaran yang menarik
siswa dapat merespon pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan.
Sedangkan aktif adalah siswa mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan dan
mengemukakan pendapat atau gagasan. Proses belajar dan mengajar matematika
di SD Negeri Salatiga 12, Siswa lebih banyak menjadi pendengar atau sifat pasif.
Metode yang digunakan masih dominan menggunakan metode konvensional yaitu
guru menjelasakan di depan kelas dan siswa mendengarkan setelah guru
menjelaskan guru menanyakan kesulitan siswa tapi tidak ada yang mau bertanya.
Kemudian siswa disuruh mengerjakan latihan serta pemberian tugas rumah (PR).
Pembelajaran seperti ini masih kurang bervariasi sehingga peran guru lebih
dominan yang menyebabkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran kurang.
Model pembelajaran masih kurang menarik, berpengaruh pada hasil belajar
siswa. Keadaan ini akan diperbaiki dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran
agar hasil belajar siswa meningkat dengan memperbaiki pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran group investigation
Model pembelajaran group investigation merupakan model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Guna meningkatkan partisipasi
17
dan keaktifan siswa di dalam kelas, maka diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation. Penerapan model pembelajaran ini dimulai
dari tehnik yaitu yaitu guru membagi kelas dalam beberapa kelompok yang
heterogen, kemudian guru menjelaskan tugas kelompok yang akan dikerjakan,
guru meminta ketua kelompok untuk mengambil materi tugas yang akan
dikerjakan dalam kelompoknya, masing-masing kelompok dengan
menginvestigasi topik yakni soal, mensintesis semua gagasan, menyiapakan
laporan, setelah diskusi kelompok selesai perwakilan dari kelompok
mempresntasikan hasil diskusinya dan memberi tanggapan. Terakhir guru
memberikan klarifikasi, membuat kesimpulan dan mengadakan evaluasi.
Pembelajaran dengan model group investigation akan meningkatkan hasil belajar
siswa selain itu siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta
mengembangkan keterampilan sosial. Penjelasan langkah kerangka berfikir dalam
bentuk gambar 2.1 berikut ini.
18
Gambar 2.1
Skema Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model GI
Pembelajaran Konvensional Hasil Belajar KKM ≤ 70
SK 6. Memahami sifat-sifat bangun dan
hubungan antar bangun
Siswa membentuk kelompok secara heterogen
Mengambil LKS didepan kelas
Memilih topik
Menentukan ketua kelompok
Menginvestigasi bangun ruang
Tes
Perwakilan kelompok mempresentasi hasil
diskusi
Mencatat hasil investigasi
Mengklarifikasi
Memberi tanggapan
Hasil Belajar
KKM ≥ 70
Model Pembelajaran Group investigation
Evaluasi
Pengukuran
Hasil Belajar
19
2.6 Hipotesis Tindakan
Hipotesis Tindakan di ajukan adalah peningkatan hasil belajar matematika
diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran group investigation siswa
kelas 5 SD Negeri Salatiga 12 semester II tahun pelajaran 2015/2016.