BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran...

14
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasan yang baik terhadap materi matematika Susanto (2013:186-187). Matematika adalah bahasa simbol yang fungsi praktis dan fungsi teoritis, fungsi praktis iyalah untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif yaitu mnunjukan kemampuan strategi dalam merumuskan, menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam memecahkan masalah. Sedangkan untuk fungsi teoritis untuk memudahkan berfikir secara logis johnson dalam Wahyudi dan Budiono (2013:6) Selain itu, Nickson (2011) mengemukakan bahwa matematika adalah pemberian bantuan kepada siswa untuk membangun konsep-konsep dan prinsip- prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi (arahan terbimbing) sehingga konsep atau prinsip itu terbangun. Pendapat tersebut menandakan bahwa guru dituntut untuk dapat mengaktifkan siswanya selama pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru melainkan pada siswa. Guru bukan mentransfer pengetahuan pada siswa tetapi juga membantu siswa untuk membentuk sendiri pengetahuannya. Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan hakikat matematika dalam penelitian ini adalah ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah yang di ketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol, bahasa simbol yang memiliki ciri-ciri abstrak, general dan terstruktur. Selain itu belajar matematika merupakan kemampuan berfikir logika, oleh karena itu guru berperan penting untuk membimbing siswa selama pembelajaran berlangsung.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11093/3/T1_292012525_BAB II... · Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang dibangun

oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat

meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan

mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasan yang

baik terhadap materi matematika Susanto (2013:186-187). Matematika adalah

bahasa simbol yang fungsi praktis dan fungsi teoritis, fungsi praktis iyalah untuk

mengekspresikan hubungan kuantitatif yaitu mnunjukan kemampuan strategi

dalam merumuskan, menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam

memecahkan masalah. Sedangkan untuk fungsi teoritis untuk memudahkan

berfikir secara logis johnson dalam Wahyudi dan Budiono (2013:6)

Selain itu, Nickson (2011) mengemukakan bahwa matematika adalah

pemberian bantuan kepada siswa untuk membangun konsep-konsep dan prinsip-

prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses internalisasi

(arahan terbimbing) sehingga konsep atau prinsip itu terbangun. Pendapat tersebut

menandakan bahwa guru dituntut untuk dapat mengaktifkan siswanya selama

pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru

melainkan pada siswa. Guru bukan mentransfer pengetahuan pada siswa tetapi

juga membantu siswa untuk membentuk sendiri pengetahuannya.

Berdasarkan uraian tersebut maka yang dimaksud dengan hakikat

matematika dalam penelitian ini adalah ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah

yang di ketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan

dengan angka-angka atau simbol, bahasa simbol yang memiliki ciri-ciri abstrak,

general dan terstruktur. Selain itu belajar matematika merupakan kemampuan

berfikir logika, oleh karena itu guru berperan penting untuk membimbing siswa

selama pembelajaran berlangsung.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11093/3/T1_292012525_BAB II... · Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan

7

Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan pembelajaran Matematika bagi peserta didik berdasarkan dengan

Depdiknas No 22 Tahun 2006, bahwa mata pelajaran Matematika perlu

diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk

membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,

kritis, dan kreatif,serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan

agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,

tidak pasti, dan kompetitif. Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,

dan tepat, dalam pemecahan masalah

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Wahyudi dan Budiono (2013:24) mendefinisikan bahwa tujuan pembelajaran

matematika memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah

informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan

kompetetitif.

Berdasarkan uraian, maka yang di maksud dengan tujuan pembelajaran

matematika dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Selain itu peserta didik

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11093/3/T1_292012525_BAB II... · Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan

8

juga harus memiliki kemampuan untuk memperoleh, mengolah dan

memanfaatkan informasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika

Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Standar

kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang di

bukukan dan harus ditunjukan oleh siswa pada hasil belajarnya dalam mata

pelajaran matematika. Standar ini rinci dalam komponen kompetensi dasar beserta

hasil belajar, indikator dan materi pokok untuk setiap aspeknya. Aspek atau ruang

lingkup materi pada SK matematika adalah bilangan, Geometri dan Pengukuran.

Pencapaian tujuan matematika dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang

standar dinamakan dengan Standar Kompetensi SK dan dirinci ke dalam

Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang

secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan

kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD. Secara rinci SK

dan KD untuk mata pelajaran matematika yang ditunjukan bagi siswa kelas 5 SD

disajikan melalui tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarPembelajaran

Matematika Kelas 5 Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Geometri dan Pengukuran

6. Memahami sifat-sifat bangun

dan hubungan antar bangun

6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar

6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang

6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang

sederhana

6.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri

6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan

bangun datar dan bangun ruang sederhana

Sumber : Depdiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11093/3/T1_292012525_BAB II... · Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan

9

Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suprijono (2009:73) pembelajaran kooperatif kolaboratif

didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab dan sikap menghormati

sesama. Peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha

menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan

guru. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan memberikan dukungan kepada

peserta didik. Pendapat lain juga dikemukan oleh Vygotsky dalam Suprijono

(2009:75) model pembelajaran kooperatif adalah penekanan belajar sebagai

proses dialog interaktif. Pembelajaran kooperatif berasal dari kata “kooperatif”

yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu

satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau tim. Pembelajaran kooperatif

merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk

mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa student oriented

untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa,

yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak

peduli pada pada orang lain Isjoni (2009:22).

Menurut Slavin dalam Isjoni (2009:22) model pembelajaran kooperatif

dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-5 orang

secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih giat dalam belajar

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam menyelesaikan

tugas kelompoknya, semua anggota kelompok saling bekerja sama dan saling

membantu untuk memahami materi pembelajaran. “Kolaboratif artinya setiap

kelompok terdiri atas campuran siswa, jenis kelamin dan suku”.

Berdasarkan uraian maka yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif

dalam penelitian ini adalah, sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk bekerja sama saling berinteraksi satu sama lain dalam

menyelesaikan masalah untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran bersama.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11093/3/T1_292012525_BAB II... · Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan

10

2.1.2 Model Pembelajaran Group Investigation

Suprijono (2009:112) mengemukakan pembelajaran dengan model group

Investigation dimulai dengan pembagian klompok, selanjutnya siswa memilih

topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat

dikembangkan dari topik. Sesudah topik dan permasalahan disepakati, siswa

beserta guru menentukan cara untuk memecahkan masalah dalam kelompok,

setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah dirumuskan

aktivitas tersebut sistematik keilmuan mulai dari mengumpulkan data, analisis

data, sintesis, sehingga menarik kesimpulan.

Sedangkan menurut Trianto (2007:59) mengemukan bahwa pembelajaran

model kooperatif group investigation umumnya membagi kelas menjadi beberapa

kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau

kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik

untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah

dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.

Sharan dalam Miftahul Huda (2011:123) mendefinisikan bahwa model

pembelajaran group investigation lebih menekankan dimana siswa terlibat dalam

merencanakan apa yang ingin dipelajari dan di investigasikan bersama dengan

kelompok diskusi.

Berdasarkan uraian, maka yang di maksud dengan model pembelajaran

group investigation dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif yang

menekankan kerjasama dan meningkatkan keaktifan siswa dalam diskusi antar

kelompok secara heterogen, dalam diskusi kelompok siswa saling berinteraksi

yang melibatkan berbagai ide dan pendapat.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11093/3/T1_292012525_BAB II... · Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan

11

Kelebihan dan kekurang pembelajaran Group Investigation

Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dan kekurangan

model pembelajaran Group Investigation sebagai berikut:

a) Meningkatkan belajar kerja sama

b) Belajar berkomunikasi baik dnegan teman sendiri maupun guru

c) Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis

d) Belajar menghargai pendapat orang lain

e) Meningkatkan partisipasi dalam membuat sesuatu keputusan

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran yang didefinisikan oleh

Setiawan (2006:9) sebagai berikut:

a) Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan

b) Sulitnya memberikan penilaian secara personal

c) Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran group investigation

tapi cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk

memahami suatu bahasan dalam dari pengalaman yang dialami sendiri

d) Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif.

Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigasion

Langkah-langkah pembelajaran group investigation menurut Sharan

dalam Trianto (2009:80) meliputi 6 fase yaitu:

1) Memilih topik:

Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang

biasanya ditetapkan oleh guru. Sebelumnya siswa sudah dibentuk dalam

kelompok, setiap kelompok terdiri dari 2-6 siswa.

2) Perencanaan kooperatif:

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan

khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap

pertama.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11093/3/T1_292012525_BAB II... · Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan

12

3) Implementasi:

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan didalam tahap

kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan

keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-

jenis sumber belajar yang berbeda baik didalam atau diluar sekolah. Guru

membimbing siswa.

4) Analisis dan sintesis:

Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada tahap

ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan

disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan

kepada seluruh kelas

5) Presentasi hasil final:

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan

cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain

saling terlibat satu sama lain dalam diskusi dan memperoleh pengetahuan

yang luas pada topik diskusi. Presentasi dikoordinir oleh guru.

6) Evaluasi:

Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topik

yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap

kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat

berupa penilaian individu atau pun kelompok.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh, Supandi (2005: 6) mengenai

langkah- langkah pembelajaran group investigation sebagai berikut:

1) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.

2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas kelompok yang harus

dikerjakan.

3) Guru meminta ketua kelompok untuk mengambil materi tugas secara

kooperatif dalam kelompoknya.

4) Masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif dalam

kelompoknya.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11093/3/T1_292012525_BAB II... · Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan

13

5) Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok

atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil diskusi.

6) Kelompok lain dapat memberi tanggapan terhadap hasil pembahasannya.

7) Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan

konsep dan memberikan kesimpulan.

8) Evaluasi

Ringkasan langkah-langkah model pembelajaran group investigation siswa

dibagi dalam kelompok, memilih topik, ketua kelompok mengambil LKS didepan

kelas, menginvestigasi topik, mencatat hasil investigasi, perwakilan kelompok

mempresentasikan hasil diskusi, memberi tanggapan, mengklarifikasi, dan

evaluasi.

Berdasarakan uraian maka yang dimaksud dengan langkah-langkah

pembelajaran group investigation dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan bermakna. Artinya siswa dituntut

untuk selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mencari cara untuk

menyelesaianya, dengan demikian siswa akan lebih terlatih untuk selalu

menggunakan keterampilan dan pengetahuannya.

2.1.3 Hasil Belajar

Suprijono (2009:5) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan

perubahan yang ada dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas yang

dilakukan dalam belajar. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses

belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan

terjadinya hasil belajar yang baik pula. Hasil belajar merupakan pola-pola

perbuatan,nilai-nilai,pengertian-pengertian,sikap-sikap,apresiasidan keterampilan-

keterampilan.Sedangkan menurut Gagne dalam Suprijono (2009:5-6), hasil

belajar berupa:(1) informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara

spesifik terhadap rangsangan spesifik, kemampuan tersebut tidak memerlukan

manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.(2)

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11093/3/T1_292012525_BAB II... · Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan

14

keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresntasikan konsep dan lambang,

keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan

analitis-sintesis fakta konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. (3)

strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitif, ke mampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam

memecahkan masalah.(4) keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan

serangkaian gerak jasmani.(5) sikap adalah kemampuan menerima atau menolak

objek berdasarkan penilaian terhadap objek. Sedangkan hasil belajar menurut

Bloom dalam Suprijono (2009:6-7) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Senada dengan pendapat Wardani Naniek Sulistya, dkk

(2012:342) hasil belajar didefinisikakan melalui informasi hasil pengukuran

penguasaan materi dan aspek perilaku baik melalui teknik tes dan non tes, hasil

belajar yang mendasar pada kompetensi dasar seperti yang dikehendaki dalam

standar proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah

kognitif afektif dan psikomotorik.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Slameto (2003: 2-3) bahwa belajar

ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sediri

dalam interaksi dengan lingkungan. Pendapat lain juga dikemukan oleh winkel

dalam purwanto (2008:39) hasil belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubaha-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Dimyati dan Mudjiono (2006:3-4) menyatakan bahwa hasil belajar

merupakan suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar yaitu dari sisi guru

dan siswa. Dari sisi guru tindakan yang digunakan oleh guru untuk dijadikan

ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan mengajar diakhiri

dengan proses evaluasi hasil belajar. Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan kemampuan –kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajar.

Berdasarkan uraian maka yang di maksud dengan hasil belajar dalam

penelitian ini adalah pencapaian indikator selama proses belajar, melalui ranah

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11093/3/T1_292012525_BAB II... · Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan

15

kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau

kriteria dalam mencapai sesuatu tujuan pendidikan, untuk mengukur hasil belajar

siswa.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Sugiyanto (2012).

Peningkatan Hasil Belajar Matematika menggunakan model Group Investigation

pada siswa kelas V SD Negeri 3 Rejosari Kecamatan Grobogan Kabupaten

Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Peningkatan hasil belajar

dilihat dari persentase ketuntasan Siklus I dengan persentase 71% menjadi 92%

pada Siklus II.

Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Suriasa (2009) dengan judul

penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) berpendekatan STM

untuk meningkatkan hasil belajar IPA dan kerja ilmiah siswa kelas IX D SMPN 1

Abang tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam

dua siklus sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas dikelas IX D belum

memuaskan dan masih relevatif rendah yaitu dengan rata-rata kelas 57,2 dengan

ketuntasan klasikal sebesar 58,8% dan rata-rata kerja ilmiah sebesar 59,4 dengan

ketuntasan 55,8%. Setelah diberi tidakan dalam silus I rata-rata hasil belajar dan

ketuntasan klasikal berturut-turut adalah 68,21 dan 69% dengan kualifikasi belum

tuntas. Pada siklus ke II rata-rata hasil belajar dan ketuntasan klasikal adalah

77,33 dan 92% dengan kualifikasi tuntas. Selain itu kinerja ilmiah siswa juga

meningkat.

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Shinta Khusmiarti (2013)

ini berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model

Pembelajaran Group Investigation Siswa Kelas V SDN Kutoharjo 01 Pati

Semester 1 Tahun Ajaran 2013/2014 . peningkatan hasil belajar dilihat dari pra

siklus sebesar 32%, siklus I sebesar 70%, siklus II sebesar 98 %. Hasil belajar

tersebut didukung oleh aktivitas siswa dalam diskusi kelompok. Dengan

peningkatan hasil belajar yaitu dari pra siklus ke siklus 1 mengalami peningkatan

sebesar 70% dan dari siklus II mengalami peningkatan sebesar 98%.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11093/3/T1_292012525_BAB II... · Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan

16

Penelitian tindakan kelas oleh Wartiningsih, Agustina Sri (2012) Pengaruh

Metode Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa Pada

Mata Pelajaran matematika Kelas III SD Negeri 1 Kemiri Kecamatan Kaloran

Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011/2012. Study programme of SI

PGSD Satya Wacana Christian University.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, ternyata model Group

Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa terbukti dari pra siklus siklus

sampai siklus II.

2.5 Kerangka Berfikir

Pembelajaran adalah proses belajar dengan menempatkan peserta didik

sebagai Center stage performance, dengan proses pembelajaran yang menarik

siswa dapat merespon pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan.

Sedangkan aktif adalah siswa mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan dan

mengemukakan pendapat atau gagasan. Proses belajar dan mengajar matematika

di SD Negeri Salatiga 12, Siswa lebih banyak menjadi pendengar atau sifat pasif.

Metode yang digunakan masih dominan menggunakan metode konvensional yaitu

guru menjelasakan di depan kelas dan siswa mendengarkan setelah guru

menjelaskan guru menanyakan kesulitan siswa tapi tidak ada yang mau bertanya.

Kemudian siswa disuruh mengerjakan latihan serta pemberian tugas rumah (PR).

Pembelajaran seperti ini masih kurang bervariasi sehingga peran guru lebih

dominan yang menyebabkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran kurang.

Model pembelajaran masih kurang menarik, berpengaruh pada hasil belajar

siswa. Keadaan ini akan diperbaiki dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran

agar hasil belajar siswa meningkat dengan memperbaiki pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran group investigation

Model pembelajaran group investigation merupakan model pembelajaran

yang mengutamakan adanya kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian

kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu

untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Guna meningkatkan partisipasi

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11093/3/T1_292012525_BAB II... · Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan

17

dan keaktifan siswa di dalam kelas, maka diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe group investigation. Penerapan model pembelajaran ini dimulai

dari tehnik yaitu yaitu guru membagi kelas dalam beberapa kelompok yang

heterogen, kemudian guru menjelaskan tugas kelompok yang akan dikerjakan,

guru meminta ketua kelompok untuk mengambil materi tugas yang akan

dikerjakan dalam kelompoknya, masing-masing kelompok dengan

menginvestigasi topik yakni soal, mensintesis semua gagasan, menyiapakan

laporan, setelah diskusi kelompok selesai perwakilan dari kelompok

mempresntasikan hasil diskusinya dan memberi tanggapan. Terakhir guru

memberikan klarifikasi, membuat kesimpulan dan mengadakan evaluasi.

Pembelajaran dengan model group investigation akan meningkatkan hasil belajar

siswa selain itu siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta

mengembangkan keterampilan sosial. Penjelasan langkah kerangka berfikir dalam

bentuk gambar 2.1 berikut ini.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11093/3/T1_292012525_BAB II... · Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan

18

Gambar 2.1

Skema Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model GI

Pembelajaran Konvensional Hasil Belajar KKM ≤ 70

SK 6. Memahami sifat-sifat bangun dan

hubungan antar bangun

Siswa membentuk kelompok secara heterogen

Mengambil LKS didepan kelas

Memilih topik

Menentukan ketua kelompok

Menginvestigasi bangun ruang

Tes

Perwakilan kelompok mempresentasi hasil

diskusi

Mencatat hasil investigasi

Mengklarifikasi

Memberi tanggapan

Hasil Belajar

KKM ≥ 70

Model Pembelajaran Group investigation

Evaluasi

Pengukuran

Hasil Belajar

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11093/3/T1_292012525_BAB II... · Berdasarkan KTSP 2006 (kurikulum Tingkat Satuan

19

2.6 Hipotesis Tindakan

Hipotesis Tindakan di ajukan adalah peningkatan hasil belajar matematika

diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran group investigation siswa

kelas 5 SD Negeri Salatiga 12 semester II tahun pelajaran 2015/2016.