BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode...

17
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Problem Based Learning (PBL) Menurut Marinick dalam Amir (2008: 12) metode PBL terus berkembang dari yang tadinya di fakultas kedokteran kini digunakan oleh banyak fakultas, mulai dari ekonomi dan bisnis, teknik, arsitektur, hukum, fakultas-fakultas sosial. Prinsip-prisip metode PBL menurut Donals Woods dalam Amir,M.Taufik (2008: 13) yaitu PBL lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. Ia dapat membantu pelajar membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi. Lynda Wee dalam Amir,M.Taufik (2008: 13) menyebutkan ciri proses PBL sangat menunjang pembangunan kecakapan mengatur diri sendiri, kolaboratif, dan cakap menggali informasi. Metode PBL kini sudah merambah ke berbagai fakultas di berbagai lembaga pendidikan di dunia. Dengan keunggulan metode ini, jenjang pendidikan yang lebih rendah pun sudah mulai menggunakan metode ini. Dengan perkembangannya yang pesat, rumusannya juga beragam. Salah satu yang cukup mewakili adalah rumusan yang diungkapkan Prof.Howard Barrows dan Kelson dalam Amir,M.Taufik (2008: 21). Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Untuk memahami lagi tentang PBL berikut rumusan dari Dutch dalam Amir,M.Taufik (2008: 21). Problem Based Learning (PBL) merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar untuk belajar,” bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis mahasiswa dan inisiatif atas materi pelajaran. 6

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode...

6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Problem Based Learning (PBL)

Menurut Marinick dalam Amir (2008: 12) metode PBL terus berkembang

dari yang tadinya di fakultas kedokteran kini digunakan oleh banyak fakultas,

mulai dari ekonomi dan bisnis, teknik, arsitektur, hukum, fakultas-fakultas sosial.

Prinsip-prisip metode PBL menurut Donals Woods dalam Amir,M.Taufik (2008:

13) yaitu PBL lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk mempelajari

pengetahuan tertentu. Ia dapat membantu pelajar membangun kecakapan

sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan

berkomunikasi. Lynda Wee dalam Amir,M.Taufik (2008: 13) menyebutkan ciri

proses PBL sangat menunjang pembangunan kecakapan mengatur diri sendiri,

kolaboratif, dan cakap menggali informasi.

Metode PBL kini sudah merambah ke berbagai fakultas di berbagai

lembaga pendidikan di dunia. Dengan keunggulan metode ini, jenjang pendidikan

yang lebih rendah pun sudah mulai menggunakan metode ini. Dengan

perkembangannya yang pesat, rumusannya juga beragam. Salah satu yang cukup

mewakili adalah rumusan yang diungkapkan Prof.Howard Barrows dan Kelson

dalam Amir,M.Taufik (2008: 21).

Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.

Untuk memahami lagi tentang PBL berikut rumusan dari Dutch dalam

Amir,M.Taufik (2008: 21).

Problem Based Learning (PBL) merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar untuk belajar,” bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis mahasiswa dan inisiatif atas materi pelajaran.

6

7

Dari kedua definisi tersebut, terlihat bahwa materi pembelajaran bercirikan

ada masalah. Masalah yang disajikan adalah masalah yang memiliki konteks

dengan dunia nyata. Semakin dekat dengan dunia nyata, akan semakin baik

pengaruhnya pada peningkatan kecapaian pembelajaran. Dari masalah yang

diberikan siswa bekerja sama dalam kelompok, mencoba memecahkan masalah

dengan pengetahuan yang dimiliki dan mencari informasi-informasi baru yang

relevan untuk solusinya. Di sini tugas guru adalah sebagai fasilitator yang

mengarahkan siswa untuk mencari dan menemukan solusi yang diperlukan.

Lauren Resnick dalam Supinah (2010: 17) mengemukakan PBL utamanya

dikembangkan untuk membantu siswa sebagai berikut.

a. Mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi. b. Belajar berbagai peran orang dewasa. Dengan melibatkan siswa dalam

pengalaman nyata atau simulasi (pemodelan orang dewasa), membantu siswa untuk berkinerja dalam situasi kehidupan nyata dan belajar melakukan peran orang dewasa

c. Menjadi pelajar yang otonom dan mandiri. Pelajar yang otonom dan mandiri ini dalam arti tidak sangat tergantung pada guru. Hal ini dapat dilakukan dengan cara, guru secara berulang-ulang membimbing dan mendorong serta mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri. Siswa dibimbing, didorong dan diarahkan untuk menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri. Kemampuan untuk menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri ini diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kemampuan belajar secara autodidak dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat yang merupakan bekal penting bagi siswa dalam mengarungi kehidupan pribadi, sosial maupun dunia kerja selanjutnya.

HS Barrows dalam Ibrahim dalam supinah (2010: 18) menyatakan bahwa

proses pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang

didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan

integrasi pengetahuan baru. Sementara itu Satyasa dalam supinah (2010: 18)

mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan

pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-

masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam

belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan pembelajaran

berbasis masalah yang selanjutnya disebut ’PBL’, sebagai pendekatan

8

pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada siswa di mana

masalah tersebut dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari siswa.

Selanjutnya siswa menyelesaikan masalah tersebut untuk menemukan

pengetahuan baru. Secara garis besar PBL terdiri dari kegiatan menyajikan kepada

siswa suatu situasi masalah yang autentik dan bermakna serta memberikan

kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.

Karakteristik Problem Based Learningmenurut Arends dalam supinah

(2010: 24) adalah :

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.

2. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

3. Penyelidikan autentik. Siswa dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer.

5. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu dengan yang lainnya, secara berpasangan atau dalam kelompok kecil

Untuk pencapaian tujuan penggunaan metode PBL dapat dilihat dari

keunggulan metode PBL tersebut. Menurut sanjaya dalam Amir,M.Taufik (2008:

16) Sebagai suatu model pembelajaran, Problem Based Learning (PBL) memiliki

beberapa kelebihan diantaranya:

1. Menantang kemampuan siswa 2. Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa. 3. Membantu siswa mentransfer pengetahuan untuk memahami masalah

dunia nyata. 4. Membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya. 5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis 6. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan

yang mereka miliki dalam dunia nyata. 7. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep memecahkan masalah

dunia nyata.

9

Arends (1997:161) mengemukakan ada lima tahap pembelajaran pada

PBL. Lima tahap ini sering dinamai tahap interaktif, yang juga sering disebut

sintaks dari PBL. Lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap tahapan

pembelajaran tergantung pada jangkauan masalah yang diselesaikan. Tahapan

pelaksanaan PBL terdiri dari lima tahap proses yaitu: 1) Tahap pertama adalah

proses orientasi peserta didik pada masalah. 2) Tahap kedua adalah

mengorganisasi peserta didik, membagi peserta didik menjadi kelompok. 3)Tahap

ketiga adalah membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. 4) Tahap

empat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil. 5) Tahap kelima adalah

menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.

2.1.2 Media Pembelajaran

Media mempunyai pengertian segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan informasi dan segala sesuatu yang dapat dimaanfaatkan untuk

memperjelas materi atau mencapai tujuan pembelajaran. Kata media berasal dari

kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Menurut

Hamalik (1994), media pembelajaran adalah Alat, metode, dan teknik yang

digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara

guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Schramm dalam Iswidayati (2010: 2) mengatakan media pembelajaran

adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pembelajarandan mempengaruhi efektivitas pembelajaran. Beberapa media yang

dikenal dalam pembelajaran antara lain : Media Visual (Gambar atau foto, Sketsa,

Diagram, Bagan/Chart, Grafik, Kartun, Poster, Peta dan Globe, Papan planel,

Papan Buletin), Media Audio (Radio, Alat perekam magnetik atau tape recorder),

Media Proyeksi Diam (Film Bingkai, Film Rangkai, OHT, Opaque Projektor,

Mikrofis), Media Proyeksi Gerak dan Audio Visual (Film gerak, Film gelang atau

film loop, Program TV, Video), Multimedia, Benda.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media

merupakan alat bantu yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran sehingga

pembelajaran dapat tercapai secara efektif.

10

Menurut Kemp & Dayton dalam Arsyad (2002: 19) mengemukakan

media pembelajaran memiliki tiga fungsi utama apabila media itu digunakan

untuk perorangan dan kelompok yang pendengarnya dalam jumlah besar, yaitu 1)

Memotivasi minat atau tindakan. 2) Menyajikan informasi. 3) Memberi instruksi.

Hamalik (1994) mengemukakan fungsi media pembelajaran sebagai berikut:

1. Fungsi edukatif, memberikan pengaruh yang bernilai pendidikan, mendidik siswa dan masyarakat untuk berpikir kritis, memberi pengalaman yang bermakna, serta mengembangkan dan memperluas cakrawala berpikir siswa.

2. Fungsi sosial, memberikan informasi autentik dalam berbagai bidang kehidupan dan konsep yang sama pada setiap orang sehingga dapat mempeluas pergaulan,pengenalan,pemahaman tentang orang,adat istiadat dan cara bergaul.

3. Fungsi ekonomis, dengan menggunakan media pendidikan pencapaian tujuan dapat dilakukan dengan efesien, penyampaian materi dapat menekan sedikit mungkin penggunaan biaya,tenaga, serta waktu tanpa mengurangi efektivitas dalam pencapaian tujuan

4. Fungsi budaya, memberikan perubahan-perubahan dalam segi kehidupan manusia, dapat mewariskan dan meneruskan unsur-unsur budaya dan seni yang ada di masyarakat.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan beberapa fungsi

dari media pembelajaran adalah

1. Menjembatani antara guru dan siswa dalam rangka menyampaikan materi

bahan ajar

2. Membantu siswa memahami bahan ajar

3. Memfasilitasi siswa melakukan kegiatan pembelajaran

4. Mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu

5. Memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-

peristiwa di lingkungan mereka.

Raharjo dalam Iswidayati (2010: 15) menjelaskan kelebihan menggunakan

media dalam pembelajaran. Adapun kelebihan media dalam pembelajaran antara

lain: 1) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih jelas dipahami

siswa sehingga memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. 2)

Metode mengajar akan lebih bervariasi. 3) Siswa lebih banyak melakukan

kegiatan belajar. 4) Motivasi belajar dari para siswa dapat ditumbuhkan /

dinaikkan. 5) Dapat mengatasi sifat pasif dari para siswa.

11

2.1.2.1 Media Video Compact Disc

VCD sebagai salah satu dari media belajar dikenal juga dengan istilah

audio visual aids, yaitu alat – alat yang audible artinya dapat didengar dan alat–

alat yang visible artinya dapat dilihat. VCD ini sangat bermanfaat dalam

menciptakan cara berkomunikasi yang efektif.

Video Compact Disc adalah sistem penyimpanan dan rekaman video

dimana signal audio-visual direkam pada disket plastik, bukan pada pita magnetik.

Arsyad (2002:36) Menjelasan tentang Video Compact Disc ini, antara lain: “VCD

stands for 'Video Compact Disc' and basically it is a CD that contains moving

pictures and sound” artinya kurang lebih VCD merupakan kependekan dari Video

Compact Disc dan pada dasarnya Video Compact Disc adalah keping CD yang

berisi gambar yang bergerak dan suara. Video Compact Disc mengandung video

dan suara yang lebih bermutu daripada kaset VHS dan dapat diputar di disk player

atau computer.

Video Compact Discmerupakan sistem penyimpanan informasi gambar

dan suara pada piringan yang merupakan perpaduan antara media suara (audio)

dan media gambar (video), yang sangat memungkinkan terjalinnya komunikasi

dua arah antara guru sebagai tenaga pengajar dengan siswa di dalam proses

pembelajaran. Media Video Compact Discmerupakan sinkronisasi antara media

audio dan video yang saling mendukung yang mampu menggugah perasaan dan

pemikiran bagi audien atau pendengar. Ada beberapa alat yang digunakan untuk

memutar VCD antara lain

a. DVD Player yang sudah beredar dipasaran.

b. VCD Player yang ada.

c. Semua komputer yang sudah dilengkapi dengan CD ROMS / DVDROMS

d. Play Station

Kriteria media VCD dalam pembelajaran Matematika menurut Wijayanti

(2010) adalah1. Video harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2. Video harus

sesuai dengan materi pembelajaran. 3. Video harus sesuai dengan strategi

pembelajaran. 4. Video harus sesuai dengan pengelompokan siswa

12

Menurut Arsyad (2002: 49) menjelaskan kelebihandari VCD untuk

pembelajaran. Adapun kelebihan dari VCD antara lain :

1. Jangkauan VCD sangat luas, cepat, merata dan ilmiah. 2. Dengan VCD siswa akan menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses

belajar mengajar 3. Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam

puluhan tahun dapat ditampilkan 4. VCD dapat menunjukkan unsur gerak sekaligus suara karena dalam

penayangannya VCD gerakan dapat diperlambat ataupun dipercepat 5. Penayangan VCD dapat diulang-ulang sehingga siswa dapat belajar

sendiri dirumah dengan menonton VCD tersebut 6. Dapat dengan mudah di duplikat, harga murah dan ukuran VCD sangat

praktis, mudah dibawa. Fungsi dari VCD dalam pembelajaran Matematika yaitu menciptakan

cara berkomunikasi yang efektif, sebagai penguatan atas pemahaman siswa yang

berbeda agar menjadi sama.

Dalam pembelajaran menggunakan media VCD, diperlukan beberapa

tahapan. Menurut Arsyad (2002: 90) menjelaskan Langkah – langkah

pembelajaran menggunakan media VCD:

1. Langkah persiapan,

Sebelum memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya

melakukan hal-hal sebagai berikut:

Menyusun jadwal pemanfaatan disesuaikan dengan topik dan program belajar

yang sudah dibuat.

a) Memeriksa kelengkapan peralatan termasuk menyesuaikan tegangan

peralatan dengan tegangan lisrik yang tersedia di sekolah.

b) Mempelajari bahan penyerta.

c) Mempelajari isi program sekaligus menandai bagian-bagian yang perlu

atau tidak pertu disajikan dalam kegiatan pembelajaran.

d) Memeriksa kesesuaian isi program video dengan judul yang tertera.

e) Meminta siswa agar mempersiapkan buku, alat tulis, dan peralatan lain

yang diperlukan.

f) Mengatur tempat duduk siswa agar semua siswa dapat melihat dan

mendengar dengan baik.

13

2. Langkah pelaksanaan, Selama memanfaatkan program video pembelajaran,

guru hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Sebelum menghidupkan/memulai program video pembelajaranmengajak

siswa agar memperhatikan materi yang akan dipelajari dengan baik.

b) Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan.

c) Menjelaskan tujuan dan materi pokok dari program yang akan

dimanfaatkan.

d) Memberikan prasarat/persepsi pengetahuan/pelajaran sebelumnya.

e) Mengoperasikan program sesuai dengan petunjuk pemanfaatan/petunjuk

teknis dan bahan penyerta.

f) Mengamati/memantau kegiatan siswa selama mengikuti program. Selama

program diputar, guru tidak perlu maju ke depan menunjuk gambar di

layar atau mondar-mandir berkeliling kelas.

g) Memberi penguatan/penegasan/pengayaan terhadap tayangan program.

h) Memutar ulang program video pembelajaran bila diperlukan.

i) Membuat kesimpulan materi/isi program sesudah memberikan evaluasi

kepada siswa.

3. Tindak lanjut

a. Memberikan tugas kepada siswa.

b. Memberi pertanyaan/umpan balik.

2.1.2.2 Media Gambar

Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual

kedalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bentuknya

bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, opaque projector

(Oemar Hamalik, 1994).

Arsyad (2002: 91) menjelaskan bentuk gambar bisa berupa antara lain: 1)

Gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang menunjukkan

bagaimana tampaknya sesuatu benda. 2) Diagram yang melukiskan hubungan-

hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi materi. 3) Peta yang menunjukkan

hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi. 4) Grafik seperti

14

grafik, tabel, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran/kecenderungan data

atau antarhubungan seperangkat gambar atau angka-angka.

Penggunaan gambar haruslah disesuaikan dengan tingkatan,kondisi dan

situasi anak,sehingga pembelajaran dengan menggunakan media gambar bisa

efektif dan sehingga akan menembah kreatifitas siswa dan memperkaya

pengalaman serta memperbaiki kekurang jelasan yang pada akhirnya tujuan

pembelajaran bisa tercapai dengan baik, akan tetapi gambar bisa menjadi tidak

efektif bila terlalu sering digunakan dalam satu waktu tertentu. Gambar sebaiknya

disusun menurut urutan tertentu dan dihubungkan dengan masalah yang

luas,karena pada dasarnya gambar digunakan untuk memeberikan pengalaman

dasar dalam bahasa,ilustrasi,menjelaskan konsep-konsep dan sebagainya.

Ada beberapa kriteriadalam penggunaan media gambar menurut arsyad

(2002: 92) antara lain: 1) Media gambar yang digunakan itu sederhana. 2) Gambar

digunakan untuk menekankan informasi saran sehingga pembelajaran dapat

terlaksana dengan baik. 3) Gunakan gambar untuk menggambarkan materi 4)

Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep. 5) Hindari gambar

yang tidak seimbang. 6) Tekankan kejelasan dalam semua gambar

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media gambar:

a. Tahap persiapan, guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran dan menyiapkan

berbagai media gambar yang berhubungan dengan pokok bahasan yang

diajarkan.

b. Tahap pelaksanaan, guru menyajikan materi pelajaran dengan memanfaatkan

media gambar, sehingga menarik perhatian siswa dalam proses belajar

mengajar, sehingga media tersebut tidak dimanfaatkan guru saja.

c. Tahap evaluasi, guru mengadakan evaluasi materi pelajaran yang lebih

menekankan pada aspek afektif. Selebihnya guru dapat mengadakan evaluasi

terhadap media gambar yang digunakan.

2.1.3 Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994), hasil belajar merupakan hal yang

dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa,

hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

15

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari

sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Menurut Nana Sudjana (1990) pada dasarnya hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil

belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar

mengajar, Mulyono Abdulrahman (1999). Belajar merupakan suatu proses dari

seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku

yang relatif menetap.

Berdasarkan uraian pengertian hasil belajar, maka dapat disimpulkan

pengertian hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dalam

menuntut suatu pelajaran yang menunjukan taraf kemampuan siswa dalam

mengikuti prograpm belajar pada waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang

telah ditentukan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, menururt Heri Basuki

(2005) faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah :

1. Faktor internal

a. Faktor Biologis (Jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang

normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir.

Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera,

anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar

sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi

segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang

dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan

stabil.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor keluarga

16

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama

dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang.

b. Faktor sekolah

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan

belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di

sekolah mencakup metode mengajar, alat peraga, kurikulum, relasi guru dengan

siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin

yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.

c. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

belajar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat

menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan

non formal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja. Selain

itu juga pergaulan-pergaulan di masyarakat juga mempengaruhi siswa.

2.1.3.1 Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar matematika siswa merupakan suatu indikator untuk

mengukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran matematika. Hasil

belajar ini diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Untuk

mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa atau kemampuan siswa dalam

suatu pokok bahasan guru biasanya mengadakan tes hasil belajar.Hasil belajar

dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siwa setelah mengikuti suatu tes

hasil belajar yang diadakan setelah selesai program pengajaran.Dengan demikian

hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa sebagai bukti

keberhasilan proses belajar mengajar dari SK dan KD yang diajarkan.

2.1.4 Syntak

2.1.4.1 Pembelajaran dengan metode PBL yang memanfaatkan media VCD Menurut Arends (1997: 161) menjelaskan Langkah-langkah pembelajaran

dengan menggunakan metode Problem Based Learning yang memanfaatkan

media VCD sebagai berikut:

1. Tahap-1

Orientasi siswa pada masalah

17

Guru menyampaikan pokok-pokok materi yang akan dibahas, tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai, mengadakan apersepsi, dan pemberian

motivasi siswa berupa masalah awal yang akan digunakan membangkitkan

keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah utama.

2. Tahap-2

Mengorganisasi siswa untuk belajar Pada tahap ini, guru pertama dapat membagi siswa dalam kelompok-

kelompok kecil (4-5 orang) secara hiterogen antara kelompok yang pandai

dan yang kurang. Kedua, guru menyampaikan atau mengajukan permasalahan

yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari atau diselesaikan siswa.

3. Tahap-3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Pada tahap ini, masing-masing kelompok diminta memecahkan masalah yang

berdasarkan pengetahuan dan pengalaman siswa. Dalam memecahkan

masalah, masing-masing kelompok mengumpulkan fakta-fakta dari

permasalahan, merepresentasi masalah, merumuskan model-model matematis

untuk penyelesaiannya, dan melakukan pengujian dengan perhitungan. Guru

berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi serta membantu

siswa yang memerlukan.

4. Tahap-4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Pada tahap ini, masing-masing kelompok menyajikan atau menyampaikan

secara lisan hasil temuan kelompok di depan kelas, kemudian guru dan

kelompok yang lain memberikan komentar atas temuan kelompok yang

menyajikan. Selanjutnya guru dapat memberikan penguatan terhadap materi

yang telah didiskusikan dengan memutarkan VCD sehingga siswa

mempunyai pemahaman yang sama.Mengacu pada penyelesaian jawaban

siswa dan setelah menyimak video, guru dan siswa membuat penegasan atau

kesimpulan.

5. Tahap-5

Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.

18

Pada tahap ini, guru dan siswa mengadakan refleksi atau evaluasi dan

membuat kesimpulan terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang

baru diterima atau proses-proses yang mereka tempuh atau gunakan.

2.1.4.2 Pembelajaran dengan metode PBL yang memanfaatkan media

gambar

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode Problem

Based Learning yang memanfaatkan media gambar sebagai berikut:

1. Tahap-1

Orientasi siswa pada masalah

Guru menyampaikan pokok-pokok materi yang akan dibahas, tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai, mengadakan apersepsi, dan pemberian

motivasi siswa berupa masalah awal yang akan digunakan membangkitkan

keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah utama.

2. Tahap-2

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Pada tahap ini, guru pertama dapat membagi siswa dalam kelompok-

kelompok kecil (4-5 orang) secara hiterogen antara kelompok yang pandai

dan yang kurang. Kedua, guru menyampaikan atau mengajukan permasalahan

yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari atau diselesaikan siswa.

3. Tahap-3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Pada tahap ini, masing-masing kelompok diminta memecahkan masalah yang

berdasarkan pengetahuan dan pengalaman siswa. Dalam memecahkan

masalah, masing-masing kelompok mengumpulkan fakta-fakta dari

permasalahan, merepresentasi masalah, merumuskan model-model matematis

untuk penyelesaiannya, dan melakukan pengujian dengan perhitungan. Guru

berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi serta membantu

siswa yang memerlukan.

4. Tahap-4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

19

Pada tahap ini, masing-masing kelompok menyajikan atau menyampaikan

secara lisan hasil temuan kelompok di depan kelas, kemudian guru dan

kelompok yang lain memberikan komentar atas temuan kelompok yang

menyajikan. Selanjutnya guru dapat memberikan penguatan terhadap materi

yang telah didiskusikan dengan menggunakan media gambar sehingga siswa

mempunyai pemahaman yang sama.Mengacu pada penyelesaian jawaban

siswa dan setelah menyimak video, guru dan siswa membuat penegasan atau

kesimpulan.

5. Tahap-5

Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.

Pada tahap ini, guru dan siswa mengadakan refleksi atau evaluasi dan

membuat kesimpulan terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang

baru diterima atau proses-proses yang mereka tempuh atau gunakan.

2.2 Kajian yang relevan

Dewi, Cahya Aryana (2011). Penerapan strategi Problem Based

Learning(PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar matematika pada siswa

kelas VSD negeri krajan tahun ajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan

adanya peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika pada

pokok Persegi. Hal ini dapat dilihat dari 1) antusias siswa dalam mendengarkan

penjelasan guru 2) menjawab pertanyaan dari guru atau siswa lain 3) menanyakan

materi yang belum jelas. Hasil tes tertulis yang dilakukan sebelum dan sesudah

penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada hasil belajar siswa. Penelitian

ini menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran Problem Based Learning dalam

pembelajaran Matematika dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga

berdampak pada peningkatan hasil belajar.

Yuliastutik, S Anis (2011). Penerapan pembelajaran Problem Based

Learning dengan media VCD dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir

kritis mahasiswa (studi kasus di AKPER RUSTIDA BANYUWANGI ). Tesis.

Pascasarjana, Program Studi Kedokteran Keluarga. Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Desember 2009.Hasil penelitian menunjukkan 1) Penerapan model

pembelajaran problem based learning dengan media VCD dalam upaya

20

meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada mata kuliah kebutuhan dasar

manusia II dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dan 2) dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa.Simpulan dalam penelitian

ini adalah penerapan model pembelajaran problem based learning dengan media

VCD dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan berpikir kritis

mahasiswa, sehingga model pembelajaran ini dapat dijadikan alternatif pilihan

pada strategi pembelajaran materi kebutuhan dasar manusia

Elyanti, Yuni (2011).Problem Based Learningdengan menggunakan media

audio visual untuk Meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar PKn siswa

kelas iv a sdn 27 Kota bengkulu.Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu;

(1) Pada siklus I diperoleh nilai rata‐rata observasi guru dengan kategori cukup

dan rata‐rata observasi siswa dengan kategori cukup, sedangkan dari 28 orang

siswa dengan ketuntasan belajar klasikal mendapat nilai rata‐rata sebesar 6,7; (2)

Pada siklus II rata‐rata guru dengan kriteria baik dan rata‐rata skor observasi

siswa sebesar 41 dengan kategori baik sedangkan dari 28 orang siswa dengan

ketuntasan belajar klasikal dengan nilai rata‐rata 8,5. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning

(PBL) dengan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan kualitas

proses dan hasil belajar PKn siswa kelas IVA SDN 27 Kota Bengkulu. Maka

disarankan kepada guru PKn untuk menerapkan model Problem Based Learning

(PBL) dengan menggunakan media audio visual dalam pembelajaran PKn.

Estiningrum, Fahrida. 2005. Keefektifan Penggunaan Media Gambar dalam

Meningkatkan Pemahaman Berhitung pada Siswa Kelas I SD Negeri Pringtulis 02

Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara Tahun Ajaran 2004/2005.hasil penelitian

bahwapenggunaan media gambar dalam pembelajaran berhitung di kelas I SD

Negeri Pringtulis02 Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara Tahun Ajaran

2004/2005, terbuktimenigkatkan pemahaman berhitung siswa. Hal tersebut

diindikasikan dari pencapaiantarget pada siklus I rata-rata pre test 5,24 rata-rata

post test 6,60; siklus II rata-rata pre test7,09 rata-rata post test 7,62; siklus III rata-

rata pre test 7,79 rata-rata post test 8,49; sesuaidengan indikator kinerja, yakni

80% siswa mampu mencapai hasil belajar berhitung >7,5.

21

2.3 Kerangka Berpikir

Semua pembelajaran mempunyai ciri dan pemahaman tersendiri, begitu

juga dengan Matematika.Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai

sifat khas. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang

bersifat abstrak dan tidak dapat diamati dengan pancaindra. Mengingat

kemampuan berpikir siswa Sekolah Dasar yang masih dalam tahap operasional

konkrit, maka untuk memahami konsep dan prinsip masih diperlukan pengalaman

melalui obyek konkrit.

Dalam pelaksananan pembelajaran matematika yang diharapkan untuk

mengubah pemahaman siswa dari objek abstrak ke objek konkret, perlu

menggunakan metode dan media yang sesuai dengan karakteristik siswa SD.

Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika adalah

metode PBL. Penggunaan metode Pembelajaran berbasis masalah (PBL)

bertujuan untuk memberikan ruang gerak berpikir yang bebas kepada siswa untuk

mencari konsep dan penyelesaian masalah.

Dengan menggunakan metode PBL dalam pembelajaran Matematika, guru

juga perlu menggunakan suatu media yang bertujuan untuk menyampaikan

informasi kepada siswa. Media yang bisa dimanfaatkan salah satunya adalah

media audio visul berupa media VCD. Penggunaan media VCD bertujuan untuk

membuat konsep yang abstrak menjadi lebih kongkrit, dapat menampilkan gerak

yang dipercepat atau diperlambat sehingga lebih mudah diamati dan dipahami,

dapat menampilkan detail suatu benda atau proses, serta membuat penyajian

pembelajaran lebih menarik, sehingga proses pembelajaran menjadi

menyenangkan.

Melalui pembelajaran dengan metode PBL ini diharapkan semua siswa

dalam kelas aktif dan mampu bekerjasama dengan siswa lainnya untuk memahami

materi. Hasil belajar Matematika yang diharapkan pada metode PBL diatas dapat

dicapai dengan memanfaatkan media VCD dan media gambar.

Membandingkan hasil belajar siswa antara yang diajar menggunakan

metode Problem Based Learning yang memanfaatkan media Video Compact

Discdengan yang hanya menggunakan metode Problem Based Learning yang

22

memanfaatkan media gambar adalah salah satu cara untuk mengetahui perbedaan

hasil belajar siswa. Jika siswa yang diajar dengan menggunakan metode Problem

Based Learning yang memanfaatkan media Video Compact Disc memperoleh

hasil belajar di atas rata-rata, berarti benar-benar bermanfaat dalam pembelajaran.

Sedangkan, jika hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode

Problem Based Learning yang memanfaatkan media gambar hasilnya lebih baik

dari pada menggunakan media VCD berarti media gambar lebih bermanfaat

dalam proses pembelajaran.

2.4 Hipotesis Penenitian

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dirumuskan suatu hipotesis,

maka hipotesis penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan metodeProblem Based

Learning (PBL) dengan memanfaatkan media Video Compact Disc (VCD)

terhadap hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV Sekolah Dasar

Negeri 1 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester

II tahun pelajaran 2011/2012.

Ha : Ada pengaruh yang signifikan penggunaan metodeProblem Based

Learning (PBL) dengan memanfaatkan media VideoCompact Disc (VCD)

terhadap hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV Sekolah Dasar

Negeri 1 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester

II tahun pelajaran 2011/2012.