BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode...
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Problem Based Learning (PBL)
Menurut Marinick dalam Amir (2008: 12) metode PBL terus berkembang
dari yang tadinya di fakultas kedokteran kini digunakan oleh banyak fakultas,
mulai dari ekonomi dan bisnis, teknik, arsitektur, hukum, fakultas-fakultas sosial.
Prinsip-prisip metode PBL menurut Donals Woods dalam Amir,M.Taufik (2008:
13) yaitu PBL lebih dari sekedar lingkungan yang efektif untuk mempelajari
pengetahuan tertentu. Ia dapat membantu pelajar membangun kecakapan
sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerja sama tim, dan
berkomunikasi. Lynda Wee dalam Amir,M.Taufik (2008: 13) menyebutkan ciri
proses PBL sangat menunjang pembangunan kecakapan mengatur diri sendiri,
kolaboratif, dan cakap menggali informasi.
Metode PBL kini sudah merambah ke berbagai fakultas di berbagai
lembaga pendidikan di dunia. Dengan keunggulan metode ini, jenjang pendidikan
yang lebih rendah pun sudah mulai menggunakan metode ini. Dengan
perkembangannya yang pesat, rumusannya juga beragam. Salah satu yang cukup
mewakili adalah rumusan yang diungkapkan Prof.Howard Barrows dan Kelson
dalam Amir,M.Taufik (2008: 21).
Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.
Untuk memahami lagi tentang PBL berikut rumusan dari Dutch dalam
Amir,M.Taufik (2008: 21).
Problem Based Learning (PBL) merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar untuk belajar,” bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis mahasiswa dan inisiatif atas materi pelajaran.
6
7
Dari kedua definisi tersebut, terlihat bahwa materi pembelajaran bercirikan
ada masalah. Masalah yang disajikan adalah masalah yang memiliki konteks
dengan dunia nyata. Semakin dekat dengan dunia nyata, akan semakin baik
pengaruhnya pada peningkatan kecapaian pembelajaran. Dari masalah yang
diberikan siswa bekerja sama dalam kelompok, mencoba memecahkan masalah
dengan pengetahuan yang dimiliki dan mencari informasi-informasi baru yang
relevan untuk solusinya. Di sini tugas guru adalah sebagai fasilitator yang
mengarahkan siswa untuk mencari dan menemukan solusi yang diperlukan.
Lauren Resnick dalam Supinah (2010: 17) mengemukakan PBL utamanya
dikembangkan untuk membantu siswa sebagai berikut.
a. Mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi. b. Belajar berbagai peran orang dewasa. Dengan melibatkan siswa dalam
pengalaman nyata atau simulasi (pemodelan orang dewasa), membantu siswa untuk berkinerja dalam situasi kehidupan nyata dan belajar melakukan peran orang dewasa
c. Menjadi pelajar yang otonom dan mandiri. Pelajar yang otonom dan mandiri ini dalam arti tidak sangat tergantung pada guru. Hal ini dapat dilakukan dengan cara, guru secara berulang-ulang membimbing dan mendorong serta mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri. Siswa dibimbing, didorong dan diarahkan untuk menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri. Kemampuan untuk menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri ini diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kemampuan belajar secara autodidak dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat yang merupakan bekal penting bagi siswa dalam mengarungi kehidupan pribadi, sosial maupun dunia kerja selanjutnya.
HS Barrows dalam Ibrahim dalam supinah (2010: 18) menyatakan bahwa
proses pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang
didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal akuisisi dan
integrasi pengetahuan baru. Sementara itu Satyasa dalam supinah (2010: 18)
mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan
pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-
masalah praktis, berbentuk ill-structured, atau open ended melalui stimulus dalam
belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan pembelajaran
berbasis masalah yang selanjutnya disebut ’PBL’, sebagai pendekatan
8
pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada siswa di mana
masalah tersebut dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari siswa.
Selanjutnya siswa menyelesaikan masalah tersebut untuk menemukan
pengetahuan baru. Secara garis besar PBL terdiri dari kegiatan menyajikan kepada
siswa suatu situasi masalah yang autentik dan bermakna serta memberikan
kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
Karakteristik Problem Based Learningmenurut Arends dalam supinah
(2010: 24) adalah :
1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.
2. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
3. Penyelidikan autentik. Siswa dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer.
5. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu dengan yang lainnya, secara berpasangan atau dalam kelompok kecil
Untuk pencapaian tujuan penggunaan metode PBL dapat dilihat dari
keunggulan metode PBL tersebut. Menurut sanjaya dalam Amir,M.Taufik (2008:
16) Sebagai suatu model pembelajaran, Problem Based Learning (PBL) memiliki
beberapa kelebihan diantaranya:
1. Menantang kemampuan siswa 2. Meningkatkan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa. 3. Membantu siswa mentransfer pengetahuan untuk memahami masalah
dunia nyata. 4. Membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya. 5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis 6. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka miliki dalam dunia nyata. 7. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep memecahkan masalah
dunia nyata.
9
Arends (1997:161) mengemukakan ada lima tahap pembelajaran pada
PBL. Lima tahap ini sering dinamai tahap interaktif, yang juga sering disebut
sintaks dari PBL. Lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap tahapan
pembelajaran tergantung pada jangkauan masalah yang diselesaikan. Tahapan
pelaksanaan PBL terdiri dari lima tahap proses yaitu: 1) Tahap pertama adalah
proses orientasi peserta didik pada masalah. 2) Tahap kedua adalah
mengorganisasi peserta didik, membagi peserta didik menjadi kelompok. 3)Tahap
ketiga adalah membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. 4) Tahap
empat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil. 5) Tahap kelima adalah
menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.
2.1.2 Media Pembelajaran
Media mempunyai pengertian segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan informasi dan segala sesuatu yang dapat dimaanfaatkan untuk
memperjelas materi atau mencapai tujuan pembelajaran. Kata media berasal dari
kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Menurut
Hamalik (1994), media pembelajaran adalah Alat, metode, dan teknik yang
digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara
guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Schramm dalam Iswidayati (2010: 2) mengatakan media pembelajaran
adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajarandan mempengaruhi efektivitas pembelajaran. Beberapa media yang
dikenal dalam pembelajaran antara lain : Media Visual (Gambar atau foto, Sketsa,
Diagram, Bagan/Chart, Grafik, Kartun, Poster, Peta dan Globe, Papan planel,
Papan Buletin), Media Audio (Radio, Alat perekam magnetik atau tape recorder),
Media Proyeksi Diam (Film Bingkai, Film Rangkai, OHT, Opaque Projektor,
Mikrofis), Media Proyeksi Gerak dan Audio Visual (Film gerak, Film gelang atau
film loop, Program TV, Video), Multimedia, Benda.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media
merupakan alat bantu yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran sehingga
pembelajaran dapat tercapai secara efektif.
10
Menurut Kemp & Dayton dalam Arsyad (2002: 19) mengemukakan
media pembelajaran memiliki tiga fungsi utama apabila media itu digunakan
untuk perorangan dan kelompok yang pendengarnya dalam jumlah besar, yaitu 1)
Memotivasi minat atau tindakan. 2) Menyajikan informasi. 3) Memberi instruksi.
Hamalik (1994) mengemukakan fungsi media pembelajaran sebagai berikut:
1. Fungsi edukatif, memberikan pengaruh yang bernilai pendidikan, mendidik siswa dan masyarakat untuk berpikir kritis, memberi pengalaman yang bermakna, serta mengembangkan dan memperluas cakrawala berpikir siswa.
2. Fungsi sosial, memberikan informasi autentik dalam berbagai bidang kehidupan dan konsep yang sama pada setiap orang sehingga dapat mempeluas pergaulan,pengenalan,pemahaman tentang orang,adat istiadat dan cara bergaul.
3. Fungsi ekonomis, dengan menggunakan media pendidikan pencapaian tujuan dapat dilakukan dengan efesien, penyampaian materi dapat menekan sedikit mungkin penggunaan biaya,tenaga, serta waktu tanpa mengurangi efektivitas dalam pencapaian tujuan
4. Fungsi budaya, memberikan perubahan-perubahan dalam segi kehidupan manusia, dapat mewariskan dan meneruskan unsur-unsur budaya dan seni yang ada di masyarakat.
Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan beberapa fungsi
dari media pembelajaran adalah
1. Menjembatani antara guru dan siswa dalam rangka menyampaikan materi
bahan ajar
2. Membantu siswa memahami bahan ajar
3. Memfasilitasi siswa melakukan kegiatan pembelajaran
4. Mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu
5. Memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-
peristiwa di lingkungan mereka.
Raharjo dalam Iswidayati (2010: 15) menjelaskan kelebihan menggunakan
media dalam pembelajaran. Adapun kelebihan media dalam pembelajaran antara
lain: 1) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih jelas dipahami
siswa sehingga memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. 2)
Metode mengajar akan lebih bervariasi. 3) Siswa lebih banyak melakukan
kegiatan belajar. 4) Motivasi belajar dari para siswa dapat ditumbuhkan /
dinaikkan. 5) Dapat mengatasi sifat pasif dari para siswa.
11
2.1.2.1 Media Video Compact Disc
VCD sebagai salah satu dari media belajar dikenal juga dengan istilah
audio visual aids, yaitu alat – alat yang audible artinya dapat didengar dan alat–
alat yang visible artinya dapat dilihat. VCD ini sangat bermanfaat dalam
menciptakan cara berkomunikasi yang efektif.
Video Compact Disc adalah sistem penyimpanan dan rekaman video
dimana signal audio-visual direkam pada disket plastik, bukan pada pita magnetik.
Arsyad (2002:36) Menjelasan tentang Video Compact Disc ini, antara lain: “VCD
stands for 'Video Compact Disc' and basically it is a CD that contains moving
pictures and sound” artinya kurang lebih VCD merupakan kependekan dari Video
Compact Disc dan pada dasarnya Video Compact Disc adalah keping CD yang
berisi gambar yang bergerak dan suara. Video Compact Disc mengandung video
dan suara yang lebih bermutu daripada kaset VHS dan dapat diputar di disk player
atau computer.
Video Compact Discmerupakan sistem penyimpanan informasi gambar
dan suara pada piringan yang merupakan perpaduan antara media suara (audio)
dan media gambar (video), yang sangat memungkinkan terjalinnya komunikasi
dua arah antara guru sebagai tenaga pengajar dengan siswa di dalam proses
pembelajaran. Media Video Compact Discmerupakan sinkronisasi antara media
audio dan video yang saling mendukung yang mampu menggugah perasaan dan
pemikiran bagi audien atau pendengar. Ada beberapa alat yang digunakan untuk
memutar VCD antara lain
a. DVD Player yang sudah beredar dipasaran.
b. VCD Player yang ada.
c. Semua komputer yang sudah dilengkapi dengan CD ROMS / DVDROMS
d. Play Station
Kriteria media VCD dalam pembelajaran Matematika menurut Wijayanti
(2010) adalah1. Video harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. 2. Video harus
sesuai dengan materi pembelajaran. 3. Video harus sesuai dengan strategi
pembelajaran. 4. Video harus sesuai dengan pengelompokan siswa
12
Menurut Arsyad (2002: 49) menjelaskan kelebihandari VCD untuk
pembelajaran. Adapun kelebihan dari VCD antara lain :
1. Jangkauan VCD sangat luas, cepat, merata dan ilmiah. 2. Dengan VCD siswa akan menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses
belajar mengajar 3. Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam
puluhan tahun dapat ditampilkan 4. VCD dapat menunjukkan unsur gerak sekaligus suara karena dalam
penayangannya VCD gerakan dapat diperlambat ataupun dipercepat 5. Penayangan VCD dapat diulang-ulang sehingga siswa dapat belajar
sendiri dirumah dengan menonton VCD tersebut 6. Dapat dengan mudah di duplikat, harga murah dan ukuran VCD sangat
praktis, mudah dibawa. Fungsi dari VCD dalam pembelajaran Matematika yaitu menciptakan
cara berkomunikasi yang efektif, sebagai penguatan atas pemahaman siswa yang
berbeda agar menjadi sama.
Dalam pembelajaran menggunakan media VCD, diperlukan beberapa
tahapan. Menurut Arsyad (2002: 90) menjelaskan Langkah – langkah
pembelajaran menggunakan media VCD:
1. Langkah persiapan,
Sebelum memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya
melakukan hal-hal sebagai berikut:
Menyusun jadwal pemanfaatan disesuaikan dengan topik dan program belajar
yang sudah dibuat.
a) Memeriksa kelengkapan peralatan termasuk menyesuaikan tegangan
peralatan dengan tegangan lisrik yang tersedia di sekolah.
b) Mempelajari bahan penyerta.
c) Mempelajari isi program sekaligus menandai bagian-bagian yang perlu
atau tidak pertu disajikan dalam kegiatan pembelajaran.
d) Memeriksa kesesuaian isi program video dengan judul yang tertera.
e) Meminta siswa agar mempersiapkan buku, alat tulis, dan peralatan lain
yang diperlukan.
f) Mengatur tempat duduk siswa agar semua siswa dapat melihat dan
mendengar dengan baik.
13
2. Langkah pelaksanaan, Selama memanfaatkan program video pembelajaran,
guru hendaknya melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Sebelum menghidupkan/memulai program video pembelajaranmengajak
siswa agar memperhatikan materi yang akan dipelajari dengan baik.
b) Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan.
c) Menjelaskan tujuan dan materi pokok dari program yang akan
dimanfaatkan.
d) Memberikan prasarat/persepsi pengetahuan/pelajaran sebelumnya.
e) Mengoperasikan program sesuai dengan petunjuk pemanfaatan/petunjuk
teknis dan bahan penyerta.
f) Mengamati/memantau kegiatan siswa selama mengikuti program. Selama
program diputar, guru tidak perlu maju ke depan menunjuk gambar di
layar atau mondar-mandir berkeliling kelas.
g) Memberi penguatan/penegasan/pengayaan terhadap tayangan program.
h) Memutar ulang program video pembelajaran bila diperlukan.
i) Membuat kesimpulan materi/isi program sesudah memberikan evaluasi
kepada siswa.
3. Tindak lanjut
a. Memberikan tugas kepada siswa.
b. Memberi pertanyaan/umpan balik.
2.1.2.2 Media Gambar
Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual
kedalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bentuknya
bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip, opaque projector
(Oemar Hamalik, 1994).
Arsyad (2002: 91) menjelaskan bentuk gambar bisa berupa antara lain: 1)
Gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang menunjukkan
bagaimana tampaknya sesuatu benda. 2) Diagram yang melukiskan hubungan-
hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi materi. 3) Peta yang menunjukkan
hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi. 4) Grafik seperti
14
grafik, tabel, dan chart (bagan) yang menyajikan gambaran/kecenderungan data
atau antarhubungan seperangkat gambar atau angka-angka.
Penggunaan gambar haruslah disesuaikan dengan tingkatan,kondisi dan
situasi anak,sehingga pembelajaran dengan menggunakan media gambar bisa
efektif dan sehingga akan menembah kreatifitas siswa dan memperkaya
pengalaman serta memperbaiki kekurang jelasan yang pada akhirnya tujuan
pembelajaran bisa tercapai dengan baik, akan tetapi gambar bisa menjadi tidak
efektif bila terlalu sering digunakan dalam satu waktu tertentu. Gambar sebaiknya
disusun menurut urutan tertentu dan dihubungkan dengan masalah yang
luas,karena pada dasarnya gambar digunakan untuk memeberikan pengalaman
dasar dalam bahasa,ilustrasi,menjelaskan konsep-konsep dan sebagainya.
Ada beberapa kriteriadalam penggunaan media gambar menurut arsyad
(2002: 92) antara lain: 1) Media gambar yang digunakan itu sederhana. 2) Gambar
digunakan untuk menekankan informasi saran sehingga pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik. 3) Gunakan gambar untuk menggambarkan materi 4)
Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep. 5) Hindari gambar
yang tidak seimbang. 6) Tekankan kejelasan dalam semua gambar
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan media gambar:
a. Tahap persiapan, guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran dan menyiapkan
berbagai media gambar yang berhubungan dengan pokok bahasan yang
diajarkan.
b. Tahap pelaksanaan, guru menyajikan materi pelajaran dengan memanfaatkan
media gambar, sehingga menarik perhatian siswa dalam proses belajar
mengajar, sehingga media tersebut tidak dimanfaatkan guru saja.
c. Tahap evaluasi, guru mengadakan evaluasi materi pelajaran yang lebih
menekankan pada aspek afektif. Selebihnya guru dapat mengadakan evaluasi
terhadap media gambar yang digunakan.
2.1.3 Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994), hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
15
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Menurut Nana Sudjana (1990) pada dasarnya hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil
belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar
mengajar, Mulyono Abdulrahman (1999). Belajar merupakan suatu proses dari
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku
yang relatif menetap.
Berdasarkan uraian pengertian hasil belajar, maka dapat disimpulkan
pengertian hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai siswa dalam
menuntut suatu pelajaran yang menunjukan taraf kemampuan siswa dalam
mengikuti prograpm belajar pada waktu tertentu sesuai dengan kurikulum yang
telah ditentukan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, menururt Heri Basuki
(2005) faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah :
1. Faktor internal
a. Faktor Biologis (Jasmaniah)
Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang
normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir.
Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera,
anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar
sangat mempengaruhi keberhasilan belajar.
b. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi
segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang
dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan
stabil.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor keluarga
16
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama
dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang.
b. Faktor sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan
belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di
sekolah mencakup metode mengajar, alat peraga, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin
yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.
c. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap
belajar siswa karena keberadaannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat
menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah lembaga-lembaga pendidikan
non formal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja. Selain
itu juga pergaulan-pergaulan di masyarakat juga mempengaruhi siswa.
2.1.3.1 Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar matematika siswa merupakan suatu indikator untuk
mengukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran matematika. Hasil
belajar ini diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Untuk
mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa atau kemampuan siswa dalam
suatu pokok bahasan guru biasanya mengadakan tes hasil belajar.Hasil belajar
dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siwa setelah mengikuti suatu tes
hasil belajar yang diadakan setelah selesai program pengajaran.Dengan demikian
hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa sebagai bukti
keberhasilan proses belajar mengajar dari SK dan KD yang diajarkan.
2.1.4 Syntak
2.1.4.1 Pembelajaran dengan metode PBL yang memanfaatkan media VCD Menurut Arends (1997: 161) menjelaskan Langkah-langkah pembelajaran
dengan menggunakan metode Problem Based Learning yang memanfaatkan
media VCD sebagai berikut:
1. Tahap-1
Orientasi siswa pada masalah
17
Guru menyampaikan pokok-pokok materi yang akan dibahas, tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, mengadakan apersepsi, dan pemberian
motivasi siswa berupa masalah awal yang akan digunakan membangkitkan
keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah utama.
2. Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk belajar Pada tahap ini, guru pertama dapat membagi siswa dalam kelompok-
kelompok kecil (4-5 orang) secara hiterogen antara kelompok yang pandai
dan yang kurang. Kedua, guru menyampaikan atau mengajukan permasalahan
yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari atau diselesaikan siswa.
3. Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Pada tahap ini, masing-masing kelompok diminta memecahkan masalah yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman siswa. Dalam memecahkan
masalah, masing-masing kelompok mengumpulkan fakta-fakta dari
permasalahan, merepresentasi masalah, merumuskan model-model matematis
untuk penyelesaiannya, dan melakukan pengujian dengan perhitungan. Guru
berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi serta membantu
siswa yang memerlukan.
4. Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Pada tahap ini, masing-masing kelompok menyajikan atau menyampaikan
secara lisan hasil temuan kelompok di depan kelas, kemudian guru dan
kelompok yang lain memberikan komentar atas temuan kelompok yang
menyajikan. Selanjutnya guru dapat memberikan penguatan terhadap materi
yang telah didiskusikan dengan memutarkan VCD sehingga siswa
mempunyai pemahaman yang sama.Mengacu pada penyelesaian jawaban
siswa dan setelah menyimak video, guru dan siswa membuat penegasan atau
kesimpulan.
5. Tahap-5
Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.
18
Pada tahap ini, guru dan siswa mengadakan refleksi atau evaluasi dan
membuat kesimpulan terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang
baru diterima atau proses-proses yang mereka tempuh atau gunakan.
2.1.4.2 Pembelajaran dengan metode PBL yang memanfaatkan media
gambar
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode Problem
Based Learning yang memanfaatkan media gambar sebagai berikut:
1. Tahap-1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menyampaikan pokok-pokok materi yang akan dibahas, tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, mengadakan apersepsi, dan pemberian
motivasi siswa berupa masalah awal yang akan digunakan membangkitkan
keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah utama.
2. Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Pada tahap ini, guru pertama dapat membagi siswa dalam kelompok-
kelompok kecil (4-5 orang) secara hiterogen antara kelompok yang pandai
dan yang kurang. Kedua, guru menyampaikan atau mengajukan permasalahan
yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari atau diselesaikan siswa.
3. Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Pada tahap ini, masing-masing kelompok diminta memecahkan masalah yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman siswa. Dalam memecahkan
masalah, masing-masing kelompok mengumpulkan fakta-fakta dari
permasalahan, merepresentasi masalah, merumuskan model-model matematis
untuk penyelesaiannya, dan melakukan pengujian dengan perhitungan. Guru
berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan memfasilitasi serta membantu
siswa yang memerlukan.
4. Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
19
Pada tahap ini, masing-masing kelompok menyajikan atau menyampaikan
secara lisan hasil temuan kelompok di depan kelas, kemudian guru dan
kelompok yang lain memberikan komentar atas temuan kelompok yang
menyajikan. Selanjutnya guru dapat memberikan penguatan terhadap materi
yang telah didiskusikan dengan menggunakan media gambar sehingga siswa
mempunyai pemahaman yang sama.Mengacu pada penyelesaian jawaban
siswa dan setelah menyimak video, guru dan siswa membuat penegasan atau
kesimpulan.
5. Tahap-5
Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah.
Pada tahap ini, guru dan siswa mengadakan refleksi atau evaluasi dan
membuat kesimpulan terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang
baru diterima atau proses-proses yang mereka tempuh atau gunakan.
2.2 Kajian yang relevan
Dewi, Cahya Aryana (2011). Penerapan strategi Problem Based
Learning(PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar matematika pada siswa
kelas VSD negeri krajan tahun ajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan
adanya peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Matematika pada
pokok Persegi. Hal ini dapat dilihat dari 1) antusias siswa dalam mendengarkan
penjelasan guru 2) menjawab pertanyaan dari guru atau siswa lain 3) menanyakan
materi yang belum jelas. Hasil tes tertulis yang dilakukan sebelum dan sesudah
penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada hasil belajar siswa. Penelitian
ini menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran Problem Based Learning dalam
pembelajaran Matematika dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga
berdampak pada peningkatan hasil belajar.
Yuliastutik, S Anis (2011). Penerapan pembelajaran Problem Based
Learning dengan media VCD dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir
kritis mahasiswa (studi kasus di AKPER RUSTIDA BANYUWANGI ). Tesis.
Pascasarjana, Program Studi Kedokteran Keluarga. Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Desember 2009.Hasil penelitian menunjukkan 1) Penerapan model
pembelajaran problem based learning dengan media VCD dalam upaya
20
meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada mata kuliah kebutuhan dasar
manusia II dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dan 2) dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa.Simpulan dalam penelitian
ini adalah penerapan model pembelajaran problem based learning dengan media
VCD dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa, sehingga model pembelajaran ini dapat dijadikan alternatif pilihan
pada strategi pembelajaran materi kebutuhan dasar manusia
Elyanti, Yuni (2011).Problem Based Learningdengan menggunakan media
audio visual untuk Meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar PKn siswa
kelas iv a sdn 27 Kota bengkulu.Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu;
(1) Pada siklus I diperoleh nilai rata‐rata observasi guru dengan kategori cukup
dan rata‐rata observasi siswa dengan kategori cukup, sedangkan dari 28 orang
siswa dengan ketuntasan belajar klasikal mendapat nilai rata‐rata sebesar 6,7; (2)
Pada siklus II rata‐rata guru dengan kriteria baik dan rata‐rata skor observasi
siswa sebesar 41 dengan kategori baik sedangkan dari 28 orang siswa dengan
ketuntasan belajar klasikal dengan nilai rata‐rata 8,5. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning
(PBL) dengan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar PKn siswa kelas IVA SDN 27 Kota Bengkulu. Maka
disarankan kepada guru PKn untuk menerapkan model Problem Based Learning
(PBL) dengan menggunakan media audio visual dalam pembelajaran PKn.
Estiningrum, Fahrida. 2005. Keefektifan Penggunaan Media Gambar dalam
Meningkatkan Pemahaman Berhitung pada Siswa Kelas I SD Negeri Pringtulis 02
Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara Tahun Ajaran 2004/2005.hasil penelitian
bahwapenggunaan media gambar dalam pembelajaran berhitung di kelas I SD
Negeri Pringtulis02 Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara Tahun Ajaran
2004/2005, terbuktimenigkatkan pemahaman berhitung siswa. Hal tersebut
diindikasikan dari pencapaiantarget pada siklus I rata-rata pre test 5,24 rata-rata
post test 6,60; siklus II rata-rata pre test7,09 rata-rata post test 7,62; siklus III rata-
rata pre test 7,79 rata-rata post test 8,49; sesuaidengan indikator kinerja, yakni
80% siswa mampu mencapai hasil belajar berhitung >7,5.
21
2.3 Kerangka Berpikir
Semua pembelajaran mempunyai ciri dan pemahaman tersendiri, begitu
juga dengan Matematika.Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai
sifat khas. Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek yang
bersifat abstrak dan tidak dapat diamati dengan pancaindra. Mengingat
kemampuan berpikir siswa Sekolah Dasar yang masih dalam tahap operasional
konkrit, maka untuk memahami konsep dan prinsip masih diperlukan pengalaman
melalui obyek konkrit.
Dalam pelaksananan pembelajaran matematika yang diharapkan untuk
mengubah pemahaman siswa dari objek abstrak ke objek konkret, perlu
menggunakan metode dan media yang sesuai dengan karakteristik siswa SD.
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika adalah
metode PBL. Penggunaan metode Pembelajaran berbasis masalah (PBL)
bertujuan untuk memberikan ruang gerak berpikir yang bebas kepada siswa untuk
mencari konsep dan penyelesaian masalah.
Dengan menggunakan metode PBL dalam pembelajaran Matematika, guru
juga perlu menggunakan suatu media yang bertujuan untuk menyampaikan
informasi kepada siswa. Media yang bisa dimanfaatkan salah satunya adalah
media audio visul berupa media VCD. Penggunaan media VCD bertujuan untuk
membuat konsep yang abstrak menjadi lebih kongkrit, dapat menampilkan gerak
yang dipercepat atau diperlambat sehingga lebih mudah diamati dan dipahami,
dapat menampilkan detail suatu benda atau proses, serta membuat penyajian
pembelajaran lebih menarik, sehingga proses pembelajaran menjadi
menyenangkan.
Melalui pembelajaran dengan metode PBL ini diharapkan semua siswa
dalam kelas aktif dan mampu bekerjasama dengan siswa lainnya untuk memahami
materi. Hasil belajar Matematika yang diharapkan pada metode PBL diatas dapat
dicapai dengan memanfaatkan media VCD dan media gambar.
Membandingkan hasil belajar siswa antara yang diajar menggunakan
metode Problem Based Learning yang memanfaatkan media Video Compact
Discdengan yang hanya menggunakan metode Problem Based Learning yang
22
memanfaatkan media gambar adalah salah satu cara untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar siswa. Jika siswa yang diajar dengan menggunakan metode Problem
Based Learning yang memanfaatkan media Video Compact Disc memperoleh
hasil belajar di atas rata-rata, berarti benar-benar bermanfaat dalam pembelajaran.
Sedangkan, jika hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode
Problem Based Learning yang memanfaatkan media gambar hasilnya lebih baik
dari pada menggunakan media VCD berarti media gambar lebih bermanfaat
dalam proses pembelajaran.
2.4 Hipotesis Penenitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dirumuskan suatu hipotesis,
maka hipotesis penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan metodeProblem Based
Learning (PBL) dengan memanfaatkan media Video Compact Disc (VCD)
terhadap hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV Sekolah Dasar
Negeri 1 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester
II tahun pelajaran 2011/2012.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan penggunaan metodeProblem Based
Learning (PBL) dengan memanfaatkan media VideoCompact Disc (VCD)
terhadap hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV Sekolah Dasar
Negeri 1 Mangunrejo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan semester
II tahun pelajaran 2011/2012.