BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu...

18
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Menurut Abdullah (1998: 18) IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Menurut Depdiknas (2006), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.” Sains mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas,2002a: 1). Belajar sains tidak sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud „pengetahuan deklaratif‟, akan tetapi belajar sains juga belajar tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah. 8

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Abdullah (1998: 18) IPA adalah pengetahuan khusus

yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan

teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara

yang lain.

Menurut Depdiknas (2006), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan

dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan.

Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of

questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden

order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam

semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.” Sains

mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman

jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik

alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas,2002a: 1). Belajar sains

tidak sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip, hukum

dalam wujud „pengetahuan deklaratif‟, akan tetapi belajar sains juga belajar

tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi bekerja

dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah

dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah.

8

8

8

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

9

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya sains

terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak

hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga

merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam

mempelajari rahasia gejala alam.

2.1.1.2. Tujuan IPA

Mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut.

1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya

2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam,

konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat

4) Melakukan pemecahan masalah secara ilmiah untuk menumbuhkan

kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta

berkomunikasi

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Dengan demikian proses pembelajaran IPA harus dilaksanakan dengan

sebaik mungkin. Proses pembelajaran yang baik sudah ditegaskan oleh BSNP

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

10

(2007) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu,

dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.

Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,

dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses

pembelajaran yang efektif dan efisien.

2.1.1.3. Karakteristik IPA

Karakteristik IPA menurut Prawirohartono (1989:93)

a. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya dalam IPA dapat dibuktikan lagi

oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur

seperti yang dilakukan terdahulu.

b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara

sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada

gejala-gejala alam.

c. IPA merupakan pengetahuan teoritis.

d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan.

e. IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap.

Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-

prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman

tentang karakteristik IPA ini berdampak pada proses belajar IPA di sekolah.

Sesuai dengan karakteristik IPA, IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi

wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

11

serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari.

2.1.1.4. Ruang Lingkup IPA

Ruang Lingkup mata pelajaran IPA di menekankan pada pengamatan

fenomena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, isu-isu

fenomena alam terkait dengan kompetensi produktif dengan perluasan pada

konsep abstrak yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan

Meliputi objek IPA, klasifikasi makhluk hidup, organisasi kehidupan,

energi dalam kehidupan, interaksi makhluk hiup dengan

lingkungannya, pencemaran lingkungan, pemanasan global, sistem

gerak pada manusia, struktur tumbuhan, sistem pencernaan, sistem

ekskresi, sistem reproduksi, hereditas, dan perkembangan penduduk.

2. Benda/Zat/Bahan dan Sifatnya

Meliputi karakteristik zat, sifat bahan, bahan kimia, atom, ion,dan

molekul.

3. Energi dan Perubahannya

Meliputi energi dalam kehidupan, suhu, pemuaian, dan kalor, gerak

lurus, gaya dan Hukum Newton, pesawat sederhana, tekanan zat cair,

getaran, gelombang dan bunyi, cahaya dan alat optik, listrik statis dan

dinamis, kemagnetan dan induksi elektromagnetik.

4. Bumi dan Alam Semesta

Meliputi struktur bumi, tata surya, gerak edar bumi dan bulan,

2.1.2 Hakekat dan Definisi Problem Solving

Pembelajaran problem solving merupakan bagian dari pembelajaran

berbasis masalah (PBL). Menurut Arends (2008 : 45) pembelajaran

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

12

berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana

siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk

menyusun pengetahuan mereka sendiri. Pada pembelajaran berbasis masalah

siswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan

dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis

dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan

tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar artinya siswa

dituntut pula untuk belajar secara kritis.Siswa diharapkan menjadi individu

yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan

aspek-aspek yang ada di lingkungannya.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan metode pembelajaran

problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran yang menghadapkan

siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk

mencapai tujuan pembelajaran.Dalam pembelajaran ini siswa di haruskan

melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah

yang diberikan.Mereka menganalisis dan mengidentifikasikan masalah,

mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi dan

membuat kesimpulan.

Ciri-ciri pembelajaran problem solving menurut Tjadimojo (2001 : 3) yaitu :

1.Metode problem solving merupakan rangkaian pembelajaran artinya

dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang

harus dilakukan siswa.

2.Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaiakan masalah,

metode ini menempatkan sebagian dari proses pembelajaran.

3.Pemecahan masalah dilakukandengan menggunkan pendekatan berfikir

secara ilmiah.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

13

2.1.3 Manfaat dan Tujuan dari Metode Pemecahan Masalah (Problem

Solving Method)

Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada proses belajar

mengajar untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih menarik.Menurut

Djahiri (1983:133) metode problem solving memberikan beberapa manfaat

antara lain :

a) Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam memecahkan

permasalahan, serta dalam mengambil keputusan secara objektif dan

mandiri

b) Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan yang

menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan

makin bertambah

c) Melalui problem solving kemampuan berpikir tadi diproses dalam

situasi atau keadaan yang benar – benar dihayati, diminati siswa serta

dalam berbagai macam ragam altenatif

d) Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih jauh) dan

cara berpikir objektif – mandiri, krisis – analisis baik secara

individual maupun kelompok

Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang

hendak dicapai.Tujuan dari pembelajaran problemsolving adalah sebagai

berikut.

1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan

kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah

intrinsik bagi siswa.

3) Potensi intelektual siswa meningkat.

4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui

proses melakukan penemuan.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

14

2.1.4 Langkah – Langkah Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving

Method)

Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya W.Gulo

(2002:115) dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu:

Tabel 2.1 Tahapan metode Pembelajaran Problem Solving

Tahap – Tahap Kemampuan yang diperlukan

1) Merumuskan

masalah

Mengetahui dan merumuskan masalah

secara jelas.

2) Menelaah masalah Menggunakan pengetahuan untuk

memperinci menganalisa masalah dari

berbagai sudut.

3) Merumuskan

hipotesis

Berimajinasi dan menghayati ruang lingkup,

sebab – akibat dan alternative penyelesaian.

4) Mengumpulkan

dan mengelompokkan

data sebagai bahan

pembuktian hipotesis

Kecakapan mencari dan menyusun data

menyajikan data dalam bentuk

diagram,gambar dan tabel.

5) Pembuktian

hipotesis

Kecakapan menelaah dan membahas data,

kecakapan menghubung – hubungkan dan

menghitung.

Ketrampilan mengambil keputusan dan

kesimpulan.

6) Menentukan

pilihan penyelesaian

Kecakapan membuat altenatif penyelesaian

kecakapan dengan memperhitungkan akibat

yang terjadi pada setiap pilihan.

Penerapan Problem Solvingdalam contoh kegiatan belajar mengajar

sesuai dengan kemampuan guru adalah sebagai berikut :

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

15

Tabel 2.2 Skenario Pembelajaran Metode Pemecahan Masalah

(Problem Solving)

No Kegiatan

Pembelajaran

Langkah Pembelajaran

1 Kegiatan Awal Guru melakukan apersepsi.

Gurumenyampaikan tujuan pembelajaran.

2 Kegiatan Inti Pelaksanan pembelajaran dengan

menggunakanmetode pemecahan masalah,

langkah-langkahnya yaitu :

Guru menentukan dan menjelaskan masalah.

Gurudan siswa menyediakan alat/buku-buku

yang relevan dengan masalah tersebut.

Siswa mengadakan identifikasi masalah.

Siswa merumuskan jawaban sementara dalam

memecahkan masalah tersebut.

Siswa mengumpulkan data atau keterangan

yang relevan dengan masalah tersebut.

Siswa berusaha memecahkan masalah yang

dihadapinya dengan data yang ada baik secara

individu maupun kelompok.

Setelah selesai siswa ditunjuk untuk

menjelaskan ke depan kelas hasil dari

pemecahan masalahnya.

3 Kegiatan Penutup Sebagai evaluasi metode pemecahan

masalah,langkah pembelajarannya adalah :

Siswa membuat kesimpulan pemecahan

masalah.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

16

Guru menutup pembelajaran.

2.1.5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Problem Solving

Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan

kelemahan. Adapun keunggulan model pembelajaran problem solving

diantaranya yaitu melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan, berpikir

dan bertindak kreatif, memecahkan masalah yang di hadapi secara realistis,

mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi

hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk

menyelesaikan masalahyang dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat

pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja.

Sementara kelemahan model pembelajaran problem solving itu

sendiri seperti beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode

ini.Misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk

melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau

konsep tersebut.Dalam pembelajaran problem solving ini memerlukan alokasi

waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang

lain.

2.1.6. Pengaruh Teori Problem Solving terhadap Siswa

Metode pembelajaran Problem Solving dapat membawa angin

perubahan dalam pembelajaran, yaitu:

a. Guru dan siswa sama-sama aktif dan terjadi interaksi timbal balik

antara keduanya. Guru dalam pembelajaran tidak hanya berperan

sebagai pengajar dan pendidik tetapi juga berperan sabagai fasilisator.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

17

b. Gurudan siswa dapat mengembangkan kreatifitas dalam pembelajaran.

Guru dapat mengembangkan kreatifitas, penggunaan multimetode,

pemakaian media dan guru dapat berperan sebagai mediator dagi

siswanya.

c. Siswa merasa senang dan nyaman dalam pembelajaran, tidak merasa

tertekan sehingga prose berpikir anak akan berjalan normal.

d. Munculnya pembahasan dalam pembelajaran di kelas.

Dalam kaitannya dengan pengaruh teori ini diharapkan siswa

mengalami perubahan dan perkembangan dalam pembelajaran IPA dan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Harapan peneliti antara lain, kognitif siswa

dalam IPA dapat meningkat dengan ditunjukkan pada nilai dalam evaluasi

melebihi KKM IPA ≥70, afektif siswa ditunjukkan dengan sikap positif siswa

terhadap IPA, timbul minatnya terhadap pelajaran IPA, serta menghilangkan

anggapan bahwa IPA adalah pelajaran yang sulit. Sedangkan psikomotor

siswa meningkat ketrampilan dalam memecahkan masalah.

Hasil belajar yang ingin peneliti capai pada penelitian ini meliputi :

1. Hasil belajar kognitif, yang ditunjukkan siswa melalui nilai formatif

dapa melebih KKM IPA yaitu ≥70.

2. Hasil belajar afektif, yaitu tumbuhnya minat siswa dalam

pembelajaran IPA.

3. Psikomotor, yaitu meningkatkan keterampilan dalam memecahkan

masalah.

2.1.7. Hasil Belajar

(Suprijono, 2011: 5) Hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan.Hasil belajar berupa informasi

verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik dan

sikap.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

18

(Purwanto, 2009: 54) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang

terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan

pendidikan. Manusia mempunyai potensi perilaku kejiwaan yang dapat

dididik dan diubah perilaku yang meliputi domain kogniktif, afektif, dan

psikomotorik.Belajar mengusahakan perubahan perilaku dalam domain –

domain tersebut sehingga hasil belajar merupakan perubahan perilaku dalam

domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Domain–domain dalam perilaku kejiwaan bukanlah kemampuan

tunggal.Untuk kepentingan pengukuran hasil belajar domain – domain

disusun secara hirarkhis dalam tingkat – tingkat mulai dari yang paling rendah

dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks.Dalam domain

kognitif diklasifikasikan menjadi kemampuan hafalan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.Dalam domain afektif hasil belajar

meliputi level penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan

karakterisasi.Sedang domain psikomotorik terdiri dari level persepsi,

kesiapan, gerakan terbiasa, gerakan komplek dan kreativitas.

Berdasarkan definisi – definisi hasil belajar yang dikemukakan di atas,

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang dicapai dan

diperoleh siswa berkat adanya usaha dimana hal tersebut dinyatakan dalam

bentuk penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam

berbagai aspek kehidupan yang tampak dalam diri siswa. Belajar yang

dilakukan siswa merupakan suatu proses usaha untuk memperoleh suatu

perubahan dan siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil

mencapai tujuan dari pembelajaran.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

19

2.1.8. Aspek- Aspek Hasil belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan

hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan. Hasil belajar tampak dari

adanya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati , diukur

berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menurut Hamalik (2012:30)

perubahan diartikan dengan terjadinya peningkatan dan pengembangan lebih

baik dibandingkan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, tidak

mengerti menjadi mengerti.

Bloom (dalam Poerwanti, 2008:1-23–1-25) membedakan hasil belajar

menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

1).Ranah kognitif

Kognitif adalah ranah yang menekankan pada pengembangan

kemampuan dan keterampilan intelektual. Hasil belajar ranah kognitif

terwujud dalam aneka kemampuan intelektual murid.Ranah ini mencakup:

mengingat (remembering), memahami (understanding), menerapkan

(applying), menganalisis (analysing), mengevaluasi(evaluating), mencipta

(creating.)

2). Ranah afektif

Afektif adalah ranah yang berkaitan pengembangan perasaan, sikap,

nilai dan emosi. Ranah ini meliputi lima jenjang kemampuan yaitu

penerimaan (receiving), responsi (responding), acuan nilai (valuing),

organisasi (organization) dan karakterisasi suatu nilai (internalizing values).

3), Ranah psikomotorik

Psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan kegiatan atau

keterampilan motorik. Ranah ini meliputi persepsi (perception), kesiapan

(set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism),

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

20

gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan

kreativitas (originality).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan hasil belajar

adalah penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh

siswa setelah mengalami suatu proses pembelajaran. Indikator hasilbelajar

dalam pembelajaran menggunakan metode problem solvingyang berupa nilai

siswa dalam bentuk hasil penilaian dan angka. Nilai tersebut diambil dari hasil

tes akhir siswa kelas 6 MI TARIS Raci pada pembelajaran Perubahan Benda

Semester I tahun 2015/2016.

Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012) dikemukakan bahwa

berdasarkan cara mengerjakannya, tes dibedakan menjadi tes tertulis dan, tes

lisan dan perbuatan.

!. Tes Tertulis

Penilaian tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang

diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal

peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi

dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai,

menggambar dan lain sebagainya. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:

a. Tes objektif, ada yang pilihan ganda, jawaban singkat atau isian, benar

salah, dan bentuk menjodohkan;

b. Tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskorannya dapat

dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif (penskorannya

sulit dilakukan secara objektif).

Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah,

isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai

kemampuan berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes

pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

21

memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak

mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilih

jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang

benar, maka peserta didik akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan

peserta didik tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan

soal dan jawabannya. Alat penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya

dalam penilaian kelas karena tidak menggambarkan kemampuan peserta didik

yang sesungguhnya.

Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta

didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau

hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau

mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan

menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis

kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan

menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang

ditanyakan terbatas.Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu

dipertimbangkan hal-hal berikut:

a) materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum;

b) konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan

tegas.

c) bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat

yang menimbulkanpenafsiran ganda.

1.Tes Lisan

Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannyadilakukan dengan

mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik,

dengan tujuan untuk melakukan pengukuran atau menentukan skor, seperti tes

wawancara masuk ke S1 PGSD merupakan tes lesan. Tes lisan tidak sama

dengan pembelajaran yang melakukan tanya jawab. Tanya jawab dalam

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

22

pembelajaran merupakan metode pembelajaran. Tes lisan memiliki kelebihan

(1) dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta

didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan

langsung; (2) bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat,

tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan

langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud; (3) hasil tes dapat langsung

diketahui peserta didik. Adapun kelemahan tes lisan adalah (1) subjektivitas

pendidik sering mencemari hasil tes, (2) waktu pelaksanaan yang diperlukan

relatif cukup lama.

1. Tes Perbuatan

Tes perbuatan yakni tes yang penugasannyadisampaikan dalam bentuk

lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau

unjuk kerja.Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan

persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya.Untuk

menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan,

agar pendidik dapat menuliskan angka-angka yangdiperolehnya pada tempat

yang sudah disediakan.Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut

keperluan.Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya

menggunakan format pengamatan individual.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian oleh Warsiti mahasiswa fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2013 dengan judul

“Peningkatan Kreativatas Belajar IPA melalui Metode Problem Solving pada

Siswa kelas IV sd negeri 01 Lempong Kabupaten Karang Anyar Tahun

Pelajaran 2012/2013”.Hasil penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar

siswa pembelajaran IPA siswa melalui penerapan metode Problem

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

23

Solvingpada siswa kelas IV SD Negeri 01 Lempong siklus I mencapai

69,4% dan meningkat serta mencapai hasil optimal pada siklus II 88,6%.

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Aulia jurusan ilmu pendidikan guru

sekolah dasar universitas Lampung Bandar Lampung berjudul

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN AIR DENGAN METODE PROBLEM SOLVING (2015).

Berdasarkan penelitian tindakan kelas melalui penerapan model

pembelajaran AIR dengan metode problem solving pada siswa kelas V

A SD Negeri 03 Sulusuban, Lampung Tengah tahun pelajaran 2014/2015

dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran AIR dengan metode

problem solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran

IPA. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan

kategori baik dengan nilai 66,00 dan mengalami peningkatan sebesar 10,22

sehingga pada siklus II mencapai 76,22 dengan kategori baik. Persentase

ketuntasan klasikal pada siklus I berada pada kategori sangat rendah

(50,00%) meningkat 31,82% sehingga pada siklus II mencapai kategori tinggi

(81,8)

2.3. Kerangka Berpikir

IPA merupakan pengetahuan yang sangat mendasar dan hampir terdapat

pada semua cabang ilmu pengetahuan yang lain. Seringkali dalam mengajar

IPA hanya berorientasi pada penguasaan terhadap konsep IPA sebagai ilmu

pengetahuan, bukan penguasaan akan kecakapan IPA untuk dapat memahami

dunia sekitarnya serta untuk berhasil dalam kariernya.

Metode pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam

kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa,

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

24

akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode pembelajaran

dengan alat peraga yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Itu berarti tujuan

pembelajaran akan dicapai dengan penggunaan metode pembelajaran yang

tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam suatu tujuan.

Akan tetapi, penggunaan metode yang kurang mencakup seluruh materi

pembelajaran sehingga terkesan kurang menarik dapat ditambah dengan

media pembelajaran.

Kondisi awal guru belum menggunakan metode pembelajaran problem

solving dalam pembelajaran IPA tentang Perubahan Benda masih

rendah.Hasil yang didapat siswa kelas 6 MI TARIS Raci masih ada yangdi

bawah KKM.Masih ada siswa yang belum dapat memahami materi, sehingga

mereka mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang berhubungan

dengan materi tersebut.

Untuk memperbaiki dan meningkatkan pemahaman materi dan motivasi

belajar siswa, perlu adanya tindakan.Tindakan yang dilakukan oleh peneliti

yaitu dengan menggunakan metode penggunaan pembelajaran problem

solving.Siklus 1 menggunakan metode pembelajaran problem solvingpada

pokok bahasan Faktor Penyebab Perubahan Benda.Siklus 2 menggunakan

metode problem solving pada pokok bahasan Sifat dan Kegunaan

Benda.Dengan tindakan dari siklus 1 ke siklus 2 diharapkan motivasi dan

prestasi belajar IPA meningkat.Kondisi akhir diduga dengan menggunakan

metode problem solving diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA

tentang Perubahan Benda pada siswa kelas 6 MI TARIS Raci Batangan Pati

dapat melebihi KKM.Dan siswa diharapkan bisa memahami setiap materi

yang diajarkan oleh guru.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9884/3/T1... ·  · 2017-02-169 . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya

25

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Suharsimi Arikunto, 1998: 67).Dengan menggunakan problem solving dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas 6 MI

TARIS Raci Tahun ajaran 2015/2016.