BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar...
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu “hasil“ dan
“belajar“ yang memiliki arti yang berbeda. Hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang
telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan
pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah
prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan
keuletan, sungguh–sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang
mampu untuk mencapainya. Nasution mengemukakan bahwa hasil adalah suatu
perubahan pada diri individu. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan
pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengertian, dan
penghargaan diri pada individu tersebut (Kutublog, 2011).
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk
pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan
mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.
Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu
kegiatan. Di antara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki
siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui
kreativitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena
itu hasil belajar yang dimaksud di sini adalah kemampuan yang dimiliki seorang siswa
setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh
Sudjana. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Selain itu ada yang mengartikan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia
menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan
pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2011). Selain itu ada yang
mengartikan hasil belajar merupakan hasil nilai yang diperoleh siswa dari hasil evaluasi
setelah kegiatan proses pembelajaran. Hasil belajar adalah bukti keberhasilan dan usaha
6
yang dilakukan dan merupakan kecakapan yang diperoleh melalui kegiatan pembelajaran
di sekolah yang dinyatakan dengan angka. Selanjutnya Soemantri (Sumoharjo, 2011)
mengatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu indikator dari perubahan yang terjadi
pada diri siswa setelah mengalami proses belajar di mana untuk mengungkapnya
biasanya menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan sekolah oleh guru. Dalam
dunia pendidikan khususnya sekolah hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh siswa
terhadap suatu mata pelajaran tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut Mappa
berpendapat bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi
tertentu yang menggunakan tes standar alat ukur keberhasilan belajar seorang siswa. Jadi
dalam hal ini keberhasilan belajar seorang siswa dalam menempuh proses belajar di
sekolah dapat dilihat dari standar yang digunakan. Sedangkan menurut Usman dan
Setiawati (Sumoharjo, 2011) menjelaskan bahwa belajar menghasilkan perubahan dalam
diri seseorang sebagai hasil dari belajar atau prestasi dari belajarnya itu. Hasil belajar
adalah perubahan yang terjadi pada diri individu yang belajar, bukan saja perubahan yang
mengenai pengetahuan, tetapi juga kemampuan untuk membentuk kecakapan dalam
bersikap. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses
pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi
tertentu.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
hasil nilai yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran dalam waktu
tertentu yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu sehingga mencapai hasil
belajar yang lebih baik dan merubah cara berpikir ke arah yang lebih baik lagi.
2.1.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Dalam model pembelajaran kooperatif, diberikan beberapa jenis pendekatan yang
salah satunya Student Teams Achievmet Division (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe
STAD merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan siswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran (Banjarmasin, 2011). STAD siswa
dalam suatu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan 4-5 orang, dan setiap
kelompok haruslah heterogen yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari
7
berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan anggota tim menggunakan lembar
kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya,
dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui
tutorial, kuis, satu sama lain dan melakukan diskusi. Metode diskusi yang digunakan dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dengan ceramah, tanya jawab, diskusi, dan
sebagainya, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.
Pembelajaran model kooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Dimana
model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari
pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini paling awal ditemukan dan dikembangkan
oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan
menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk
melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok
untuk memecahkan suatu permasalahan. Dalam model pembelajaran ini, masing-masing
kelompok beranggotakan 4 – 5 orang yang dibentuk dari anggota yang heterogen terdiri
dari laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah
satu model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama,
kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman serta merupakan
pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana (Yuliatmoko, 2011). Adapula yang
mengartikan bahwa Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu
metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk
guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga
merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Seperti telah disebutkan
sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu
penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok.
Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur (Scribd, 2012).
STAD (Student Teams Achievement Divisions) adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada
belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap Minggu
menggunakan presentasi verbal dan teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah
8
menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri
dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah. Anggota kelompok menggunakan lembar kegiatan atau perangkat
pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling
membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui guru, kuis, satu sama
lain atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua Minggu
siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan setiap individu diberi skor perkembangan. Skor
perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi seberapa jauh skor itu
melampaui rata-rata skor yang lalu (Prayitno, 2008).
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Menurut Slavin (Dhieyblog, 2011)) dalam STAD siswa ditempatkan dalam kelompok
belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja,
jenis kelamin, dan suku. Sintaks model pembelajaran kooperatif tipe STAD:
a. Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (atau indikator hasil belajar)
Guru memotivasi siswa
Guru mengkaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu
b. Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat
bacaan
c. Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar
Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok–kelompok belajar. Setiap
kelompok beranggotakan 4-5 orang dan harus heterogen terutama jenis kelamin
dan kemampuan siswa.
d. Fase-4
9
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan
tugas
e. Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
meminta siswa mempresentasikan hasil kerjanya, kemudian dilanjutkan dengan
diskusi
f. Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi untuk
menghargai upaya dan hasil belajar siswa baik secara individu maupun
kelompok.
Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja di dalam kelompok
mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai
materi pelajaran tersebut. Akhirnya kepada seluruh siswa diberikan tes tentang
materi itu. Pada waktu tes ini mereka tidak dapat saling membantu. Poin setiap
anggota tim ini selanjutnya dijumlahkan untuk mendapat skor kelompok. Tim
yang mencapai kriteria tertentu diberikan sertifikat atau ganjaran lain.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dirumuskan oleh
Yuliatmoko (2011) sebagai berikut:
a. Penyajian kelas
Tujuannya adalah menyajikan materi berdasarkan pembelajaran yang telah disusun.
Setiap pembelajaran dengan model STAD, selalu dimulai dengan penyajian kelas.
Sebelum menyajikan materi, guru dapat memulai dengan menjelaskan tujuan
pembelajaran, memberikan motivasi untuk berkooperatif dan sebagainya. Guru
menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas
tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing. Guru dapat
menggunakan berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada
siswa.
10
b. Kegiatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar kelompok, bahan yang digunakan adalah LKS (Lembar Kerja
Siswa) untuk setiap kelompok. Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan
diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan
pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
c. Kuis (Quizzes)
Untuk menguji kinerja individu pada umumnya digunakan tes atau kuis. Setiap siswa
wajib mengerjakan tes atau kuis. Setiap siswa berusaha untuk bertanggung jawab secara
individual, melakukan yang terbaik sebagai kontribusinya kepada kelompok. Kuis adalah
tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa
setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan
disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok.
d. Skor Kemajuan (perkembangan) Individu
Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi
berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampaui rata-rata skor siswa
yang lalu. Tujuan memberikan skor peningkatan individu adalah memberikan kesempatan
bagi setiap siswa untuk menunjukkan gambaran kinerja pencapaian tujuan dan hasil kerja
maksimal yang telah dilakukan setiap individu untuk kelompoknya.
e. Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing
kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan
kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok
sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok. Setelah kegiatan penskoran peningkatan
individu selesai, langkah selanjutnya adalah pemberian penghargaan kepada kelompok.
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan skor peningkatan kelompok yang diperoleh.
Penerapan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kegiatan
belajar mengajar (UNNES, 2011) adalah pertama, guru membentuk kelompok yang
anggotanya 4 siswa secara heterogen (campuran menurut prestasi). Kedua, guru
11
memberikan penjelasan tentang suatu materi. Ketiga, guru memberikan tugas kepada
kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Keempat, anggota kelompok
yang mengerti tentang materi menjelaskan materi kepada anggota yang lain dalam
kelompok itu sendiri sampai anggota yang lain mengerti. Kelima, guru memberi kuis atau
pertanyaan kepada seluruh siswa. Keenam, pada saat menjawab kuis tidak ada yang
boleh bekerja sama. Ketujuh, guru memberi evaluasi, dan kedelapan guru memberikan
kesimpulan.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk mata pelajaran
Matematika di SD N Binangun 01 kecamatan Bandar kabupaten Batang sebagai berikut:
1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Penyajian Kelas
Sebelum menyajikan materi guru memulai dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran memberikan motivasi, untuk berkooperatif.
3. Pembentukan Kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4
sampai 5 orang siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang
ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
4. Kegiatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar kelompok, bahan yang digunakan adalah LKS (Lembar Kerja
Siswa) untuk setiap kelompok. Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan
diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan
pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
5. Kuis/ Tes
Guru memberikan tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk
mengetahui keberhasilan siswa. Pada saat menjawab kuis atau tes tidak ada yang
12
boleh bekerja sama. Hasil tes digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan
disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok.
6. Penghargaan Kelompok
Pemberian penghargaan kepada masing-masing kelompok yang mendapat skor
kemajuan kelompok yang diperoleh dari skor rata-rata kelompok.
Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian
pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Yuliatmoko, 2011). Dalam pembelajaran
tipe STAD ada bermacam-macam keunggulan yang terdapat di dalamnya antara lain:
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya
dan membahas suatu masalah, dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih
intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah, dapat mengembangkan
bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi, dapat memungkinkan
guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya, para
siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi,
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai,
menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.
Selain itu ada pula yang mengemukakan tentang keunggulan pembelajaran
kooperatif tipe STAD yaitu, aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar
terjadi interaksi dan kerjasama, siswa cenderung aktif dalam pembelajaran. Dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep, kemampuan kerjasama siswa dapat
terbangun, meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik dan membantu siswa
dalam berpikir kritis. Ada pula yang mengungkapkan keunggulan pembelajaran kooperatif
tipe STAD yaitu, meningkatkan pengetahuan siswa terhadap materi, terjadi komunikasi
diantara anggota kelompok dalam menemukan konsepsi yang benar. Mengembangkan
semangat kerja kelompok, dan menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat
kompetisi diantara anggota kelompok.
2.1.3 Pembelajaran Matematika SD
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau mathenein yang
artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat pula hubungannya dengan kata
13
Sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi. Ada
pula yang mengartikan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan,
suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Sedangkan
menurut para ahli matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna
karena dirinya sendiri tetapi beradanya itu terutama untuk membantu manusia dalam
memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam (Karso, 1999: 1.39).
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu
deduktif, ilmu tentang pola keteraturan, seni, bahasa, ilmu tentang struktur yang
terorganisasi.
Matematika adalah ide-ide, konsep-konsep abstrak dan bersifat deduktif.
Sebagaimana yang sudah diketahui, bahwa objek langsung belajar matematika itu pada
hakikatnya merupakan penanaman penalaran dan pembinaan keterampilan dari konsep-
konsep, yaitu ide-ide atau gagasan-gagasan yang terbentuk dari sifat-sifat yang sama. Di
lain pihak dihubungkan dengan proses pembelajaran yang diselenggarakan guru dalam
rangka transfer kurikulum, maka konsep-konsep matematika yang tersusun dalam GBPP
matematika SD dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis konsep yaitu sebagai berikut
(Karso, 1999: 1.43). Konsep dasar dalam pembelajaran matematika merupakan materi-
materi atau bahan-bahan dari sekumpulan bahasan atau semesta bahasan, dan umumnya
merupakan materi baru bagi para siswa yang mempelajarinya. Oleh karena itu setelah
konsep dasar ini ditanamkan maka konsep dasar ini akan menjadi pra syarat dalam
memahami konsep-konsep berikutnya. Konsep yang berkembang, konsep yang
berkembang dari konsep dasar merupakan sifat atau penerapan dari konsep-konsep
dasar. Konsep yang berkembang ini merupakan kelanjutan dari konsep dasar dan dalam
mempelajarinya memerlukan pengetahuan tentang konsep dasar. Dengan kata lain,
konsep jenis ini akan mudah dipahami oleh para siswa apabila mereka telah menguasai
konsep pra syaratnya, yaitu konsep dasar.
Konsep yang harus dibina keterampilannya, konsep yang termasuk ke dalam jenis
konsep ini dapat merupakan konsep-konsep dasar atau konsep-konsep yang berkembang.
Konsep-konsep jenis ini perlu mendapat perhatian dan pembinaan dari guru, sehingga
para siswa mempunyai keterampilan dalam menggunakan atau menampilkan konsep-
konsep dasar maupun konsep-konsep yang berkembang. Dengan adanya pembinaan
14
keterampilan terhadap konsep-konsep ini diharapkan proses pembelajaran matematika
dapat mengkaji isu-isu tentang kurangnya keterampilan berhitung.
Tujuan Pembelajaran Matematika SD
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika SD
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai
berikut.
1. Bilangan
2. Geometri dan pengukuran
3. Pengolahan data.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Pencapaian tujuan Matematika dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang
standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam Kompetensi
15
Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minimum yang secara nasional
harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap
satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik
untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi
oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran matematika yang ditujukan bagi
siswa kelas V SD disajikan melalui tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran Matematika Kelas V Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
6. Memahami sifat-sifat bangun
dan hubungan antar bangun
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun
ruang
6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai
bangun ruang sederhana
(Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2006)
2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian Relevan
Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran metode STAD lebih baik dibandingkan
dengan pembelajaran Konvensional sehingga dapat dikatakan bahwa, penerapan
pembelajaran kooperatif model STAD mampu meningkatkan kualitas belajar siswa
(Prayitno, 2008). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif dalam meningkatkan hasil belajar
matematika siswa (Khasanah, 2011).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran
biasa. Dengan pembelajaran tersebut tiap siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-
masing, sehingga siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami materi
pembelajaran yang telah diajarkan. Pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat
mengurangi kecenderungan guru mendominasi kelas. Selain itu, dengan adanya
penghargaan kelompok dalam pembelajaran kooperatif dapat memotivasi siswa dalam
16
belajar, sehingga dengan adanya motivasi belajar di harapkan prestasi belajar siswa terus
meningkat (Rusmaya, 2011).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran tipe
STAD dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa (Dewi, 2011).Dari hasil
penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan keaktifan siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari rata-rata
6,68 dan ketuntasan klasikal 70% pada siklus I menjadi rata-rata hasil belajar 7,01 dengan
ketuntasan klasikal sebesar 83% pada siklus II (Surianta, 2009).
2.3 Kerangka Pikir
Pada tahap awal sebelum guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD hasil belajar matematika siswa kelas V SD N Binangun 01 masih rendah. Dengan
rendahnya hasil belajar matematika tersebut, guru berupaya meningkatkan hasil belajar
matematika dengan melakukan inovasi. Inovasi pembelajaran yang dilakukan guru adalah
mengemas pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakukan oleh peneliti terdiri dari dua siklus.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari beberapa langkah, antara lain
menyampaikan tujuan pembelajaran, membentuk kelompok, diskusi kelompok, pemberian
kuis/ tes dan pemberian penghargaan pada kelompok. Melalui pembelajaran kooperatif
tipe STAD siswa aktif belajar secara mandiri melalui kerjasama dalam kelompok, dapat
saling tukar gagasan dan dapat mengambil keputusan. Secara rinci, uraian tersebut
digambarkan melalui gambar 2.1. berikut ini.
17
KD : Mengidentifikasi sifat sifat bangun ruang
Gambar 2.1 Alur berpikir Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Penggunaan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Model pembelajaran
individu
Siswa kurang aktif, kurang
kerjasama, kurang menghargai
pendapat teman
Hasil belajar di
bawah KKM
Perbaikan pembelajaran
dengan PAIKEM (model
kooperatif tipe STAD)
Pembelajaran PAIKEM
(model kooperatif tipe STAD)
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
materi bangun ruang
2. Membentuk kelompok terdiri dari 4-5 orang
secara heterogen
3. Masing –masing siswa dalam kelompok
mendapatkan tugas dengan materi bangun
ruang
4. Siswa dalam kelompok mendiskusikan tugas
5. Memberikan tes secara mandiri
6. Memberikan penghargaan kepada kelompok
yang memperoleh skor tertinggi
7. Wakil dari masing – masing kelompok
melaporkan hasilnya
8. Guru memberikan pujian kepada kelompok
yang memperoleh skor tertinggi
Penilaian Proses
Belajar
TesFormatif
Penilaianhasilbelajar
Hasil belajar matematika
meningkat
18
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut di atas, maka hipotesis tindakan dari
penelitian ini adalah “Ada peningkatan hasil belajar matematika siswa Kelas V SD N
Binangun 01 semester 2tahun pelajaran 2011/2012 yang diduga dapat diupayakan melalui
model pembelajaran kooperatif tipe STAD”.