BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori...

16
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori dalam penelitian ini akan dibahas tentang pembelajaran IPA, proses pembelajaran, hasil belajar, pembelajaran IPA di SD, dan model pembelajaran. 2.1.1 Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupanmanusia.Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dalam teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atan sains yang berasal dari bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal dari bvahasa latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Science terdiri dari dua yaitu social science (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan natural science (Ilmu Pengetahuan Alam) Namun dalam perkembangannya, science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti ilmu pengetahuan saja. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati oleh indra maupun yang tidak dapat diamati oleh indra. Menurut H.W.Fowler dalam Trianto (2011), IPA adalah pengetahuan sistematis dan dirumuskan yang berhubungan dengan gejalagejala kebendaan dan didasarkan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori...

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Kajian teori dalam penelitian ini akan dibahas tentang pembelajaran IPA,

proses pembelajaran, hasil belajar, pembelajaran IPA di SD, dan model

pembelajaran.

2.1.1 Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan konsep pembelajaran alam

dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan

kehidupanmanusia.Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan

dan juga perkembangan teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk

membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan dalam teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang

mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia

sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan

alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan

atan sains yang berasal dari bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal

dari bvahasa latin yaitu scientia yang berarti saya tahu. Science terdiri dari dua

yaitu social science (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan natural science (Ilmu

Pengetahuan Alam) Namun dalam perkembangannya, science sering

diterjemahkan sebagai sains yang berarti ilmu pengetahuan saja.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mempelajari alam semesta, benda-benda

yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang

dapat diamati oleh indra maupun yang tidak dapat diamati oleh indra. Menurut

H.W.Fowler dalam Trianto (2011), IPA adalah pengetahuan sistematis dan

dirumuskan yang berhubungan dengan gejala–gejala kebendaan dan didasarkan

8

terutama atas pengamatan dan dedukasi. Sedangkan Kardi dan Nur dalam Trianto

(2010), mengatakan bahwa IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang

dunia,zat,baik makhluk hidup atau benda mati yang diamati. Adapun menurut

Wahana dalam Trianto (2011), IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang

tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada

gejala-gejala alam.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA adalah

suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada

gejala-gejala alam lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi,

eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka jujur

(Trianto,2011:138).

2.1.1.2 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut Marsetio dalam Trianto (2011) IPA pada hakekatnya dibagun

atas dasar produk ilmiah,proses ilmiah,dan juga sikap ilmiah. Sebagai proses

ilmiah diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan

tentang alam ataupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk

ilmiah diartikan sebagai hasil proses,berupa pengetahuan yang diajarkan dalam

sekolah atau luar sekolah ataupun bidang bacaan untuk peyebaran atau dissiminasi

pengetahuan.

Daud Joesoef dalam Trianto (2011), juga menganjurkan agar IPA di

jadikan sebagai suatu kebudayaan,suatu kelompok,atau institusi sosial dengan

tradisi nilai,aspirasi maupun inspirasi. Sedang menurut Laksmi prihantono dalam

Trianto (2011), IPA pada hakekatnya merupakan suatu produk,proses dan

aplikasi.Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan

sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan

proses yang dipergunakan untuk mempelajari obyek studi, menemukan dan

mengembangkan produk-produk sains dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan

melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.

9

2.1.2 Pembelajaran IPA di SD

Mata pelajaran IPA diberikan kepada para reserta didik mulai mulai dari

kelas I sampai dengan kelas VI ditingkat SD, sesuai dengan kurikulum yang

dibakukan pemerintah melalui Departemen Pendidikan & Kebudayaan tahun

2004, serta lebih disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya suplemen kurikulum

2006.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia

berupapengetahuan ,gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam

sekitarnya,yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah

antara lain penyelidikan, penyusunan danpengujian gagasan-gagasan .Mata

pelajaran IPA dapat dijadikan program untuk menemukan dan mengembangkan

pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswaserta rasa mencintai

dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2.1.2.1 Pengertian IPA

Menurut Fowler (dalam Suryanto, 2002:29) menyatakan, IPA merupakan

ilmu yang sistematis dan dirumuskan, ilmu ini berhubungan dengan gejala-gejala

kebendaan terutama didasarkan atas pengamatan dan induksi.

Menurut Nash (dalam Rusman, 2011:2), “IPA adalah suatu cara atau

metode untuk mengamati alam yang bersifat analisis,lengkap,cermat serta

menghubungkan antara fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu

perspektif yang baru tentang obyek yang diamati”. Menurut Nokes (dalam

Abdullah, 2003:18) menyatakan,”IPA adalah pengetahuan teoritis yang diperoleh

dengan metode Khusus.”

Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat diartikan bahwa IPA merupakan

pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus melalui proses aktif

dalam menggunakan pikiran untuk mendapatkan suatu konsep berdasarkan suatu

hasil observasi dan eksperimen tentang gejala alam dan berusaha mengembangkan

rasa ingin tahu tentang alam serta berperan dalam memecahkan, menjaga dan

melestarikan lingkungan.”

10

2.1.2.2 Tujuan Pembelajaran IPA

Menurut Muslihah (2006:23) tujuan pembelajaran IPA di SD adalah

untuk menanamkan rasa ingin tahu dan sifat positif terhadap sains, teknologi dan

masyarakat, mengembangkan ketranpilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar,memecahkan masalah dan membuat keputusan, mengembangkan gejala

alam,sehingga siswa dapat berpikir kritis dan obyektif.”

Menurut BSNP (2006: 484) mata pelajran IPA bertujuan agar siswa

memiliki kamampuan sebagai berikut :

a. Memperoleh keyakinanterhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaban,keindahandan dan keteratuaran alam ciptaanNya

b. Mengembangkanpengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dandapat diterapkan dlam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu,sikap positif dan kesadaran adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,lingkungan,teknilogi dan

masyarakat.

d. Meningkatkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta untuk memelihara, menjaga,

dan melestarikan lingkungan alam.

f. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.2.3. Ruang Lingkup IPA

Adapun ruanglingkup bahan kajian IPA di SD menurut BSNP (2006:485)

meliputi aspek-aspek :

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan,yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

b. Benda / materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tata surya dan benda-benda langit lainnya.

11

2.1.2.4 Prinsip-Prinsip Pembelajaran IPA di SD

Pembelajaran IPA di SD akan lebih efektif bila siswa aktif dalam proses

pembelajaran. Oleh sebab itu guru harus menerapkan prinsip-prinsip

pembelajaran. Menurut Depdiknas (dalam Muslihah,2006 : 44) adalah “Prinsip

motivasi,prinsip latar,prinsip menemukan,prinsip belajar melakukan, (learning to

doing) prinsip belajar sambil bermain,prinsip hubungan sosial. Prinsip hubungan

diatas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Prinsip motivasi, merupakan daya dorong seseorang untuk melakukan

sesuatu. Jadi motivasi siswa perlu ditumbuhkan. Peran guru sebagai

motivator sehingga muncul rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran.

b. Prinsip latar, pada hakekatnya peserta didik telah mengetahui pengetahuan

awal.Oleh karena itu dalam pembelajaran guru perlu menggali pengetahuan,

keterampilan, pengalaman apa yang telah dimiliki oleh peserta didik.

c. Prinsip menemukan,pada dasarnya siswa sudah memiliki rasa ingin tahu

yang besar sehingga berpotensi mencari tahu guna menemukan sesuatu.

d. Prinsip belajar sambil melakukan, pengalaman yang diperoleh melalui

bekerja merupakan hasil belajar yang tidak mudah dilupakan. Oleh karena

itu dalam proses pembelajaran hendaknya siswa diarahkan untuk

berkegiatan.

e. Prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang disukai

pada usia SD. Dengan bermain akan menciptakan suasana yang

menyenangkan sehingga akan mendorong siswa melibatkan diri dalam

pembelajaran.

f. Prinsip hubungan sosial, kegiatan belajar akan lebih berhasil jika dikerjakan

secara berkelompok. Dengan kegiatan berkelompok siswa tahu kelebihan

dan kekurangannya,sehingga tumbuh kesadaran pentingnya berinteraksi dan

kerja sama dengan orang lain.

Pencapaian tujuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dimiliki oleh

kemampuan peserta didik yang standar dinamakan Standar Kompetensi (SK) dan

dirinci kedalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar ini merupakan

standar minimum yang harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam

12

pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan.Pencapaian SK dan KD

didasarkan pada pemberdayaan pererta didik untuk membangan kemampuan,

bekerja ilmiah dan pengetahuan yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan

KD untuk mata pelajaran IPA yang ditujukan bagi siswa kelas 3 SD materi ciri-

ciri makhluk hidup dan makhluk tak hidup disajikan dalam tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2,1.

SK Dan KD Mata Pelajaran IPA Kelas 3 Semester 1 Materi

Ciri-Ciri Makhluk Hidup Dan Makhluk Tak Hidup

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1 Memahami ciri-ciri dan

kebutuhan makhluk hidup

serta hal-hal yang

mempengaruhi perubahan

makhluk hidup.

1.1.Mengidentifikasi ciri-ciri dan

kebutuhan makhluk hidup.

2.1.3 Hasil Belajar

Ernest R. Hilgard dalam Anitah (2013:2.4) belajar merupakan proses

perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan dan perubahan itu

disebabkan karena ada dukungan dari lingkungan yang positif yang menyebabkan

terjadinya interaksi edukatif. Perubahan tersebut terjadi secara menyeluruh

meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Belajar merupakan proses yang

kompleks, berlangsung secara terus menerus, dan melibatkan berbagai lingkungan

yang dibutuhkannya. Dalam belajar semua aspek dalam diri siswa seperti

intelektual, sosial-emosional, fisik harus terlibat secara utuh sehingga

pengembangan potensi, bakat, dan minat siswa dapat terjadi secara maksimal. Ada

4 pilar yang diperhatikan dalam belajar yaitu.

a. Belajar untuk mengetahui (learning to know).

b. Belajar untuk berbuat (learning to do).

c. Belajar untuk hidup bersama (learning to live together).

d. Belajar untuk menjadi (learning to be).

13

Semua pilar tersebut harus dapat diterapkan pada proses belajar di

Sekolah Dasar baik di dalam kelas maupun luar kelas. Menurut Anitah (2013:2.5)

hasil belajar terjadi karena adanya proses mereaksi (menyikapi), mengalami,

berbuat, dan melakukan sesuatu yang dilakukan secara sadar. Indikasi lain dari

hasil belajar adanya perubahan tingkah laku atau perubahan kemampuan

seseorang yang dapat bertahan dan bukan karena hasil pertumbuhan. Hasil belajar

merupakan perubahan tingkah laku siswa yang terjadi akibat aktivitas belajar.

Perubahan yang terjadi tersebut tergantung pada apa yang dipelajari siswa. Hasil

belajar dibutuhkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam kegaiatan

belajar yang telah dilakukan. Hasil belajar dapat diketahui melalui evaluasi untuk

mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari sesuai

tujuan yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan proses perubahan pada diri siswa yang didapat dari proses

pembelajaran. baik dari segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan, dari tidak

tahu menjadi tahu dan dari tidak bisa menjadi bisa dari kurang sopan menjadi

sopan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Anitah

(2013:2.7) yaitu :

a. Faktor intern (faktor dari dalam diri siswa)

Faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar

diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian,

kelemahan, dan kesehatan fisik, serta kebiasaaan siswa.

b. Faktor ekstern (faktor dari luar diri siswa)

Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhiterhadap hasil belajar

diantaranya adalah lingkungan fisik, lingkungan non fisik, lingkungan sosial

budaya, lingkungan keluarga, program dan disiplin sekolah, program dan sikap

guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah.

14

2.1.4 Proses Pembelajaran

Proses merupakan kegiatan yang saling terkait atau berinteraksi, yang

mengubah input menjadi output. Pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar

mengajar yang juga berperan dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Dari

proses pembelajaran akan terjadi sebuah kegiatan timbal balik antara guru dengan

siswa untuk menuju tujuan yang lebih baik.

Proses pembelajaran adalah proses yng didalamnya terdapat kegiatan

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2001:461). Menurut

pendapat Bafadal (2005:11), pembelajaran dapat diartikan, “ segala usaha atau

proses belajar mengajar yang efektif dan efisien”.Proses pembelajaran menurut

Rooijakkers (1991:114) merupakan suatu kegiatan belajar mengajar menyangkut

kegiatantenaga pendidik, kegiatan peserta didik,pola dan proses interaksi tenaga

pendidik dan peserta didik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar

dalam kerangka keterlaksanaan program pendidikan.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses

pembelajaran adalah segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi

dan mengubah informasi,dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat

dalam diri siswa dan menjadi landasan belajar yang berkelanjutan,serta

diharapkan adanya perubahan-perubahan yang lebih baik untuk mencapai suatu

peningkatan yang positif ditandai dengan perubahan tingkah laku individu demi

terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

2.1.5 Model Pembelajaran

Pengertian model pembelajaran menurut Agus Supriyono (2012) adalah

Pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di

kelas maupun tutorial.

Pengertian pembelajaran menurut Richard I Arends yaitu, “ Pembelajaran

mengacu pada pendekatan yang akan digunakan termasuk didalamnya tujuan-

tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran dan pengelolaan

kelas.” Untuk mengajar peserta didik sesuai cara atau gaya belajar mereka

15

sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model

pembelajaran. Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak ada model

pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena

itu,dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan

kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi

guru itu sendiri.

Proses pembelajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan

pembelajaran yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara guru

dengan siswa yang tidak hanya menekan pada apa yang dipelajari tetapi menekan

bagaimana ia harus belajar.Penerapan model pembelajaran yang bervariasi akan

mengatasi kejenuhan siswa sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran

sangat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa.

Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam

kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran diadakan dalam rangka

memberikan pengalaman-pengalaman belajar pada siswa. Kegiatan belajar

dipandang kegiatan komunikasi antara siswa dan guru. Kegiatan komunikasi ini

akan tercapai apabila peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu

alternatif untuk pengajaran tersebut adalah model pendekatan pembelajaran

kooperatif Make a Match ( Mencari Pasangan).

2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Make a Match

Model Pembelajaran Make a Match artinya model pembelajaran mencari

Pasangan. Model pembelajaran Make a Match yang diperkenalkan oleh Curran

dalam Eliya (2009) menyatakan bahwa “ Make a Match adalah kegiatan peserta

didik untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum batas

waktunya. Peserta didik yang dapat menocokkan kartunya akan diberi point,dan

yang tidak berhasil mencocokan kartunya akan diberi hukuman sesuai yang telah

disepakati bersama.” Peran guru adalah sebagai fasilitatur dan ruangan kelas dapat

diatur sedemikian rupa sehingga menunjang pembelajaran kooperatif. Keputusan

guru dalam penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi

ruang kelas dan sekolah.

16

Dengan adanya model pembelajaran Make a Match (mencari pasangan)

peserta didik lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Disamping

itu Make a Match juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

bertanya dan mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang

menjadikan aktif dalam kelas. Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran

dikembangkan dengan Make a Matchadalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut

berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan

tersebut.

2.1.6.1 Kelebihan Model Pembelajaran Make a Match

Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan.

Adapun kelebihan dari model Make a Match adalah sebagai berikut:

1. Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang disampaikan kepadanya

melalui kartu.

2. Meningkatkan kreativitas belajar siswa

3. Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

4. Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media pembelajaran

yang dibuat oleh guru.

2.1.6.2 Kelemahan Model Pembelajaran Make a Match

Selain memiliki kelebihan-kelebihan, make a match juga memiliki

kekurangan. Adapaun kekurangan-kekurangan pendekatan pembelajaran make a

match antara lain adalah sebagai berikut.

1. Sulit bagi guru mempersiapkan kartu-kartu yang baik dan bagus sesuai

dengan materi pelajaran.

2. Sulit mengatur ritme atau jalannya proses pembelajaran.

3. Siswa kurang menyerapi makna pembelajaran yang ingin disampaikan

karena siswa hanya merasa sekedar bermain saja.

4. Sulit untuk membuat siswa berkonsentrasi.

17

2.1.6.3 Solusi untuk kelemahan model pembelajaran Make a Match.

Model pembelajaran Make a Match merupakan model pembelajaran

yang menyenangkan siswa,dan bisa diterapkan untuk semua mata

pelajaran,namun masih ada beberapa kelemahan dari model pembelajaran

tersebut.Berikut solusi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan model

pembelajaran Make a Match.

a. Guru harus sudah mempersiapkan secara matang proses pembelajaran yang

akan dilaksanakan, baik materi, alat peraga maupun langkah-langkah

pembelajarannya.

b. Sebelum melakukan Make a Match guru memberi tahu siswa bahwa

pembelajaran ini hanya membantu siswa dalam memahami isi dari maeri.

c. Sebelum proses pambelajaran berlangsung guru bersama siswa membuat

kesepakatan mengenai peraturan-peraturan dan hukuman yang bisa

diterapkan kepada siswa.

d. Pada saat memberikan hukuman kepada siswa, guru hendaknya

menggunakan bahasa yang baik yang dapat memotivasi siswa agar lebih

baik lagi. Guru harus pandai memadukan antara model pembelajaran Make

a Match dengan media maupun alat peraga sehingga siswa senang dan tidak

bosan.

2.1.6.4 Penerapan Model Pembelajaran Make a Match

Langkah dalam penerapan model ini adalah guru membagi siswa menjadi

3 kelompok siswa. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-

kartu berisi pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu

yang berisi jawaban. Sedangkan kelompok ketiga berfungsi sebagai kelompok

penilai.Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut sedemikian sehingga

berbentuk huruf U. Upayakan kelompok pertama berhadapan dengan kelompok

kedua.

Jika masing-masing kelompok telah berada di posisi yang telah

ditentukan, maka guru memberi aba-aba sebagai tanda agar kelompok pertama

dan kelompok kedua bergerak mencari pasangannya masing-masing sesuai

18

dengan pertanyaan atau jawaban yang terdapat dikartunya. Berikan kesempatan

kepada mereka untuk berdiskusi. Diskusi dilakukan oleh siswa yang membawa

kartu yang berisi pertanyaan dan siswa yang membawa kartu yang berisi

jawaban.

Pasangan yang telah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan dan

jawaban kepada kelompok penilai.Kelompok penilai kemudian membaca apakah

pasangan pertanyaan dan jawaban itu cocok. Setelah penilaian selesai dilakukan,

aturlah sedemikain rupa kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu

kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai. Sementara kelompok

penilai pada sesi pertama dibagi menjadi dua kelompok. Sebagian anggota

memegang kartu yang berisi pertanyaan dan sebagian lagi memegang kartu yang

berisi jawaban. Kemudian posisikan mereka seperti huruf U. Guru kembali

membunyikan peluitnya menandai pemegang kartu pertanyaan dan kartu jawaban

bergerak untuk mencari pasanganya. Apabila masing-masing siswa telah

menemukan pasangannya, maka setiap pasangan menunjukkan hasil kerjanya

kepada penilai.

2.1.6.5 Langkah-langkah Model Pembelajaran Make a Match

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik

yang cocok untuk review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu

jawaban.

2. Siswa dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok 1 mendapat kartu soal dan

kelompok 2 mendapat kartu jawaban sedangkan kelompok 3 berfungsi

sebagai penilai.

3. Tiap siswa mendapatkan satu kartu yang berisi pertanyaan atau jawaban.

4. Setiap siswa mencari pasangan yang cocok dengan kartunya (pasangan

antara pertanyaan dan jawaban).

5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi

poin oleh penilai.

6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang

berbeda dari sebelumnya.

19

7. Setelah semua siswa mendapatkan pasangannya kemudian siswa yang

berperan sebagai penilai berganti peran menjadi pemegang kartu pertanyaan

dan sebagian memegang kartu jawaban. Sedangkan siswa pada kelompok 1

dan 2 sebelumnya berganti peran sebagai penilai.

8. Kemudian lakukan kegiatan seperti langkah pada nomor 4 dan 5

9. Kesimpulan dan penutup.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Endah Sri Wulandari (2009) dalam penelitiannya “Pengaruh Model

Pembelajarn Make a Match Pada Mata Pelajaran IPA dengan Sub Pokok Bahasan

Struktur dan Bagian-Bagian Telinga.Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa

kelas 4 SD Negeri Kasepuhan 05 Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. Dalam hasil

penelitiannya menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif model Make a

Match dapat meningkatkan keaktifan serta semangat siswa di dalam kelas pada

proses pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran model Make a Match juga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang Struktur dan

Bagian-Bagian Telinga siswa kelas 4 SD Negeri Kasepuhan 05 Kecamatan Jepon

Kabupaten Blora .Rata-rata 0ada pelaksanaan siklus 1 dengan sebesar 70 dengan

KKM yang ditentukan yaitu 65. Dan pada pelaksanaan siklus 2 mengalami

peningkatan yang sangat signifikan yaitu dengan rata-rata sebesar 85,dengan

ketuntasan sebesar 95%. Dengan demikian siswa kelas 4 SD Negeri Kasepuhan

05 mengalami peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPA tentang Struktur

dan Bagian-Bagian Telinga.Simpulan penelitian ini adalah bahwa penerapan

model pembelajaran Make a Match dapat memingkatkan hasil belajar siswa dalam

mata pelajaran IPA kelas 4 semester 2 di SD Negeri Kasepuhan 05 Kecamatan

Jepon kabupaten Blora.

Penelitian tindakan kelas yang menguji penerapan model Make A Match

dilakukan oleh Yunita Ari Susanti (2014) dengan judul “Peningkatan Hasil

Belajar IPA materi ciri-ciri makhluk hidup dan makhluk tak hidup melalui model

pembelajaran Make A Match dengan metode demonstrasi siswa kelas 3 SDN

20

Karanglegi 01 Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2014-

2015”, mengemukakan bahwa tehnik Make A Match dapat meningkatkan hasil

belajar IPA. Hal ini dapat dibuktikan pada hasil belajar siswa yang

meningkat,dengan KKM yang di tentukan oleh sekolah 75. Pada pembelajaran

siklus 1 mengalami peningkatan nilai rata-rata 73,04 dengan tingkat ketuntasan

47,83 % dari angka 66,09 sebelum menerapkan model pembelajaran Make

AMatch. Pada pembelajaran siklus 2 terjadi hasil belajar siswa mencapai rata-rata

88,65 dengan ketuntasan belajar mencapai 91,70 %.

Ana Esti Ikasari (2013) dalam penelitiannya “Penerapan Model Make A

Match Dengan Media Flashcard Dalam Pembelajaran IPA untuk meningkatkan

aktivitas siswa kelas VB SD Islam Al Madina”. Dalam hasil penelitiannya

menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Make A Match dengan

media Flashcard dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam meningkatkan hasil

belajar IPA .Hal inidapat dibuktikan pada hasil belajar siswa yang meningkat.

Pada pembelajaran siklus 1 pertemuan 1 rata-rata hasil belajar siswa yaitu 62,3

dengan ketentuan belajar klasikal 57,7 % yaitu 15 siswa tuntas belajar dengan

mendapatkan nilai 7,70 dan masih ada 11 siswa atau 42,3% siswa belum tuntas

sehingga perlu ditingkatkan untuk pertemuan selanjutnya.Pada pembelajaran

siklus 2 pertemuan ke 2 yaitu 85,4 dengan ketuntasan belajar klasikal 88,5% yaitu

dari 23 siswa tuntas belajar dengan mendapatkan nilai lebih dari 70 dan masih ada

siswa 3 atau 11,5% siswa yang belum tuntas.Hasil tersebut telah memenuhi

kreteria indikator keberhasilan yang direncanakan yaitu 80% siswa tuntas dengan

memenuhi kreteria ketuntasan minimal (KKM) 70.

2.3 Kerangka berfikir

Perlu diketahui bahwa tidak semua siswa baik yang berperan sebagai

pemegang kartu pertanyaan, pemegang kartu jawaban maupun penilai mengetahui

dan memahami secara pasti apakah betul kartu pertanyaan dan jawaban yang

mereka pasangkan telah cocok atau tidak. Demikian halnya dengan penilai,

mereka juga belum mengetahui secara pasti apakah penilaian mereka benar atas

pasangan pertanyaan dan jawaban yang diberikan.Berdasarkan situasi inilah guru

21

memfasilitasi siswa untuk mengkonfirmasi hal-hal yang telah mereka lakukan

yaitu memasangkan pertanyaan dan jawaban dan melaksanakan penilaian.

Dengan menggunakan media kartu Make a Match maka seorang siswa

akan selalu mengingat materi yang telah mereka terima dalam pembelajaran

karena pembelajaran yang menyenangkan, sehingga dengan cara ini materi yang

dibahas akan selalu berkesan dalam pemikirannya dan konsep yang harus dikuasai

siswa akan mudah diterimanya. Hal ini sesuai dengan prinsip learning by

doing yang menyatakan bahwa pembelajaran akan cepat dikuasai siswa apabila

ikut terlibat langsung dalam pembelajaran.

Dengan aktifnya siswa dalam pembelajaran akan memudahkan siswa

menerima konsep yang harus dikuasainya, maka secara otomatis langkah

membawa siswa aktif dalam belajar ini merupakan suatu langkah yang efektif

untuk menyampaikan suatu materi ajar. Secara jelas kerangka berfikir disajikan

dalam gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1

Kerangka Berfikir Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Make a Match

Kondisi

Akhir

Kondisi

Awal

Tindakan

Guru Belum

Menggunakan

Metode Make a

Match

Menggunakan Model

Make a Match

Tingkat Pemahaman

Siswa Rendah Hasil

Belajar < KKM

Siswa Merasa Senang

Tertarik pada

Pembelajaran

Aktivitas Pembelajaran

Meningkat

Tingkat Pemahaman

Siswa Naik, Hasil

Belajar > KKM

22

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori-teori yang sudah diuraikan diatas dapat diambil suatu

hipotesis bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif Make a Match dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas 3 di SD Negeri

Tambakromo 03 dengan materi ciri-ciri makhluk hidup dan makhluk tak hidup.