BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 1. Latar Belakang...
-
Upload
vuongkhanh -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 1. Latar Belakang...
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian teori
2.1.1 Pembelajaran IPS
1. Latar Belakang Pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS
mengkajiseperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
denganisu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi
Geografi,Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta
didikdiarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis,
danbertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan
beratkarena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap
saat.Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk
mengembangkanpengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap
kondisi sosialmasyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang
dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan
terpadudalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan
dalamkehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan
pesertadidik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam
padabidang ilmu yang berkaitan.
2. Tujuan Pembelajaran IPS
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakatdan
lingkungannya
6
7
b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu,inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dankemanusiaan
d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisidalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.(KTSP: 2006)
3. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a) Manusia, Tempat, dan Lingkungan
b) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
c) Sistem Sosial dan Budaya
d) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.
4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang
standar dinamakan dengan Standar Kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam
Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar ini merupakan standar minium yang
secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam
pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD
didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan,
bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci
SK dan KD untuk mata pelajaran IPSyang diitujukan bagi siswa kelas IV SD
disajikan melalui tabelberikut ini.
8
Tabel 2.1
SK dan KD mata pelajaran IPSKelas IV Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Mengenal sumber dayaalam, kegiatan
ekonomi,dan kemajuan teknologidi
lingkungankabupaten/kota danprovinsi
2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang
berkaitandengan sumber daya alam dan
potensi lain didaerahnya
2.2 Mengenal pentingnya koperasi
dalam
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
2.3 Mengenal perkembangan teknologi
produksi,komunikasi, dan transportasi
serta
pengalaman menggunakannya
2.4 Mengenal permasalahan sosial
didaerahnya
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)
Pendekatan problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar
metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendekatan problem solving adalah
suatu metode atau cara penyajian pelajaran dengan cara siswa dihadapkan pada
suatu masalah yang harus dipecahkan atau diselesaikan, baik secara individual
atau secara kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dengan menggunakan
langkah – langkah sampai pada suatu jawab.
2.1.2 Prestasi Belajar
Prestasi dalam belajar IPS, banyak ahli yang membuat definisi. Menurut Winkle
(2004) prestasi belajar adalah perubahan pengetahuan ketrampilan dan sikap
dalam diri siswa sebagai akibat interaksi aktif dalam lingkungannya. Perubahan-
9
perubahan itu terjadi secara sadar, bersifat kontinu, relative lama, terarah dan
bersifat positif.
Sudiro (Rahayu: 2004) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah perubahan
perilaku menuju perkembangan yaitu hasil yang dicapai oleh siswa terhadap
perubahan tingkah laku dalam kaitannya dengan bahan yang dipelajari.
Nana Sudjana (2006:22) perkembangan prestasi belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.
Sedangkan menurut Sukma Dinata (2003) prestasi belajar merupakan realisasi
pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki
siswa.
Penguasaan prestasi belajar oleh seorang siswa dilihat dari perilakunya, baik
perilaku dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun ketrampilan
motorik.
Menurut Arikunto (1993) adalah sebagai hasil usaha, kemampuan dan sikap siswa
dalam menyelesaikan tugas dalam bidang pendidikan yang diterapkan pada setiap
jenjang studi yang dinyatakan dengan angka.
Menurut pendapat dari berbagai pakar pendidikan di atas dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah perubahan perilaku menuju perkembangan hasil
yang dicapai oleh siswa yang diterapkan pada setiap jenjang studi yang
dinyatakan dengan angka.
Pengukuran Prestasi Belajar
Tes adalah salah satu contoh instrumen atau alat pengukuran yang paling
banyak dipergunakan untuk mengetahui kemampuan intelektual seseorang. Tes
adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh
informasi tentang trait atau sifat atau atribut pendidikan yang setiap butir
pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar
(Suryanto Adi, dkk., 2009).
Penetapan angka kemampuan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan
berbagai cara atau teknik yang sistematis, baik berhubungan dengan proses
10
belajar maupun hasil belajar. Teknik penetapan angka tersebut pada prinsipnya
adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan
berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain
kognitif, afektif, maupun psikomotor (Balitbang Depdiknas, 2006). Secara umum
teknik penilaian dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu teknik tes dan nontes.
1. Tes bisa terdiri atas tes lisan (menuntut jawaban secara lisan), tes tulisan
(menuntut jawaban secara tulisan), dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam
bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk (a) objektif,
ada juga yang disusun dalam bentuk (b) esai atau uraian.
2. Bukan tes (nontes). Bukan tes sebagai alat penilaian mencakup observasi atau
pengamatan, angket, kuesioner, interviews (wawancara), skala penilaian,
sosiometri, studi kasus, work sample analysis (analisa sampel kerja), task
analysis (analisis tugas), checklists dan rating scales dan portofolio
Di samping pengelompokan teknik penilaian diatas, teknik penilaian juga dapat
dibedakan menjadi:
1. Tes tertulis
Tes tertulis adalah teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis,
baik berupa tes objektif maupun tes uraian pada peserta didik di lembaga
penyelenggara pendidikan keterampilan. Tes tertulis ini dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tentang pengetahuan peserta didik berkenaan
dengan tugas/pekerjaan dengan cara merespon secara tertulis tentang
aspek-aspek yang diujikan.
2. Tes kinerja/tindakan
Tes kinerja adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan kemahirannya dalam melakukan kegiatan atau
pekerjaan tertentu, misalnya kemahiran mengidentifikasi kerusakan pada
alat-alat yang diperlukan untuk melakukan kinerja tertentu, bersimulasi,
ataupun melakukan pekerjaan yang sesungguhnya. Tes kinerja dapat
dilakukan untuk menilai proses, produk, serta proses dan produk. Tes
kinerja, untuk memperoleh data tentang kinerja atas bidang keterampilan
11
tertentu yang dipertunjukkan oleh seseorang peserta didik. Penilai
mengajukan sejumlah tugas atau pekerjaan untuk dilakukan oleh peserta
didik dengan cara memperagakan secara psikomotor. Misal seorang
peserta didik disuruh memperagakan cara perambatan panas melalui zat
padat.
3. Tes lisan
Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara
peserta didik denganseorangatau beberapa penguji. Pertanyaan dan
jawaban diberikan secara lisan dan spontan. Ujian lisan, untuk memperoleh
data tentang performansi tertentu, dengan cara berkomunikasi dua arah
antara penilai atau guru dengan peserta didik melalui tanya jawab atau
wawancara langsung, berkenaan dengan pemahaman, perilaku, kinerja,
dan tugas tertentu yang berkaitan dengan materi pelajaran yang telah
dipelajari.
4. Observasi
Observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan cara mencatat
hasil pengamatan terhadap objek tertentu. Pelaksanaan observasi
dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sudah dirancang
sebelumnya sesuai dengan jenis perilaku yang akan diamati dan situasi
yang akan diobservasi, misalnya dalam kelas, waktu bekerja dalam
bengkel/laboratorium. Metode pencatatan, berapa lama dan berapa kali
observasi dilakukan disesuaikan dengan tujuan observasi. Metode ini
digunakan juga untuk memeriksa proses melalui analisis tugas tentang
beroperasinya suatu kegiatan/pekerjaan tertentu maupun produk yang
dihasilkannya. Penilaian atau guru dapat secara langsung mengamati dan
mencatat perilaku yang muncul, dan dapat juga menggunakan lembar
observasi atau daftar ceklis mengenai aspek-aspek tugas atau pekerjaan
tertentu yang akan diamati.
5. Penugasan
Penugasan adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik
menyelesaikan tugas di luar kegiatan pembelajaran di kelas, laboratorium
12
atau bengkel. Penugasan dapat diberikan dalam bentuk individual atau
kelompok dan dapat berupa tugas rumah atau projek. Tugas rumah adalah
tugas yang harus diselesaikan peserta didik di luar kegiatan kelas. Tugas
projek adalah tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan,
dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Proyek,
untuk memperoleh data tentang kinerja atas suatu tugas/pekerjaan tertentu
yang dikerjakan dalam jangka waktu tertentu, baik melalui pengawasan
maupun tanpa pengawasan. Misalnya penilai mempersiapkan dan
merancang suatu tugas/pekerjaan tertentu untuk dikerjakaan peserta didik
kemudian hasil dari pekerjaannya dinilai.
6. Penilaian portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
hasil karya peserta didik. Portofolio adalah kumpulan karya peserta didik
dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat,
perkembangan, prestasi, dan kreativitas peserta didik. Portofolio, untuk
memperoleh data dengan cara mengumpulan bukti-bukti fisik yang bersifat
pribadi, atau hasil karya dan pencapaian dijadikan sebagai dasar untuk
menilai kinerja seseorang sebelum, dan setelah mengikuti pendidikan.
2.1.3 Pendekatan Problem Solving
Pendekatan problem solving adalah suatu cara mengajar dengan
menghadapkan siswa kepada suatu masalah agar dipecahkan atau diselesaikan.
Pendekatan ini menuntut kemampuan untuk melihat sebab akibat, mengobservasi
problem, mencari hubungan antara berbagai data yang terkumpul kemudian
menarik kesimpulan yang merupakan hasil pemecahan masalah.
Pendekatan problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga
merupakan suatu metode berpikir.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran problem solving adalah suatu metode
atau cara penyajian pelajaran dengan cara siswa dihadapkan pada suatu masalah
yang harus dipecahkan atau diselesaikan, baik secara individual atau secara
13
kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan pengetahuan, pemahaman,
keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dengan menggunakan langkah –
langkah sampai pada suatu jawab.
Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving
John Dewey dalam bukunya How We Think, menyebutkan lima langkah dasar
untuk problem solving (pemecahan masalah) adalah sebagai berikut :
1. Menyadari bahwa masalah itu ada
2. Identifikasi masalah
3. Penggunaan pengalaman sebelumnya atau informasi yang relevan untuk
penyusunan hipotesis
4. Pengujian hipotesis untuk beberapa solusi yang mungkin
5. Evaluasi terhadap solusi dan penyusun kesimpulan berdasarkan bukti yang
ada.
Menurut Johnson dan jhonson ( Husein Achmad, dkk. 1981 ) pemecahan
masalah sebagai metode mengajar IPS mempunyai langkah- langkah sebagai
berikut :
1. definisi masalah
2. diognose masalah ( luasnya masalah dan apa penyebabnya )
3. merumuskan alternatif dan rencana pemecahannya
4. penerapan dan penetapan strategi pemecahan masalah yang dipilih
5. evaluasi keberhasilan strategi yang dicapai
Menurut Tim MKPBM ( 2001 Bandung; JICA ) Universitas Pendidikan
Indonesia secara umum SPBM bisa dilkukan dengan langkah-langkah:
a) menyadari masalah
b) merumuskan masalah
c) merumuskan hipotesis
d) menguji hipotesis
e) menentukan pilihan penyelesaian
14
Dari ketiga pakar pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah- langkah pendekatan problem solving adalah sebagai berikut
1. membuat masalah tentang pertanian
2. mendiagnose masalah pertanian
3. Identifikasi masalah pertanian
4. menerapkan strategi pemecahan masalah pertanian
5. menentukan pilihan penyelesaian masalah pertanian
2.2 Kajian Hasil- Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan Limau Jamina dengan judul “Penerapan model
pembelajaran problem solving untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS
siswa kelas III SDN Lesanpuro I Kecamatan Kedungkandang Kota Malang oleh
Jamina Limau”, yang dilakukan tahun 2011 , dalam penelitian itu disimpulkan : Hasil
penelitian pra tindakan, siklus I, siklusII, meningkat dengan memperoleh nilai rata-rata
pra tindakan 63,91% sedangkan hasil siklus I memiliki nilai rata-rata 80,00%.dan pada
siklus II sangat meningkat menjadi 94,23% dari hasil yang di peroleh maka jelas
bahwa hasil dari aktivitas siswa di nyatakan berhasil, dan aktivitas siswa di dalam
kelompok pada siklus I dan siklus II juga meningkat karena hasil yang di temukan
pada siklus I adalah 72, 50% dan pada siklus II meningkat menjadi 72,58%.
Kelebihan penelitian ini adalah kesuksesan dalam peningkatan ketuntasan pada
siklus I. Kelemahannya adalah pendekatan problem solving baru dilakukan oleh guru
setelah ada penelitian yang membuktikan pendekatan problem solving meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Penelitian Arifuddin yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS tentang
Sumber Daya Alam Dengan Pendekatan Problem Solving Pada Kelas IV MI Sullamul
Ulum Loa Bakung Samarinda “ yang dilakukan tahun 2011, dalam penilitian tersebut
disimpulkan : pelaksanaan pembelajaran berkategori baik, dan rata-rata nilai akhir
dari setiap siklusnya terjadi peningkatan sehingga persentase skor rata-rata siswa
secara klasikal yang mencapai skor lebih dari atau sama dengan 65 adalah mencapai
85% hal ini sesuai dengan Standar Ketuntasan Minimum (SKM) MI Sullamul Ulum
15
Loa Bakung Samarinda. Kelemahannya adalah pendekatan problem solving baru
dilakukan oleh guru setelah ada penelitian yang membuktikan pendekatan problem
solving meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penelitian Erwin Putera Permana yang berjudul “ Meningkatkan Hasil Belajar Mela
lalui Metode Problem Solving Dalam Pembelajaran IPS Kelas IV SDN Kotes 01 Keca
matan Gandusari Kabupaten Blitar “, yang dilakukan tahun 2011, dalam penelitian
tersebut disimpulkan bahwa penerapan metode Problem solving dapat meningkatkan
aktivitas siswa dan meningkatkan hasil belajar IPS.
Kelebihan penelitian ini adalah pada siklus I terjadi peningkatan 64%, pada siklus II
peningkatannya mencapai 97%, sedang kelemahannya adalah pendekatan problem
solving baru dilakukan oleh guru setelah ada penelitian yang membuktikan
pendekatan problem solving meningkatkan prestasi belajar siswa.
2.3 Kerangka Pikir
Sebelum diadakan penelitian tindakan kelas, pada pelajaran IPS masih
menggunakan pembelajaran konvensional dengan menggunakan metode ceramah,
sehingga nilai anak banyak yang di bawah KKM, pola berpikir anak masih abstrak.
Kemudian diadakan penelitian tindakan kelas, sehingga pola berpikir siswa dari
abstrak ke konkrit karena menggunakan pendekatan metode problem solving dan alat
peraga berupa gambar- gambar.
Pada perbaikan pembelajaran PAIKEM ( Pendekatan Problem Solving ) diterapkan
langkah-langkahnya sehingga waktu diadakan tes formatif prestasi belajar siswa
meningkat, selain itu siswa dapat melakukan unjuk kerja seperti : diskusi kelompok,
kerja kelompok, observasi dan diadakan penilaian proses belajar dapat meningkatkan
prestasi belajar IPS.
16
Alur berfikir pembelajaran konvensional dengan (metode ceramah) ke pembelajaran
PAIKEM (pendekatan problem solving)
PBM
Pembelajaran
konvensional
dengan metode
ceramah (berpusat
pada guru)
Pola berfikir
siswa abstrak
ke konkrit
Hasil belajar di
bawah KKM
Perbaikan
pembelajaran dengan
PAIKEM (pendekatan
problem solving)
Penilaian proses belajar
Prestasi belajar IPS
Pembelajaran Paikem (Pendekatan problem solving)
1. membuat masalah tentang pertanian
2. mendiagnose masalah pertanian
3. Identifikasi masalah pertanian
4. menerapkan strategi pemecahan
masalah pertanian
5. menentukan pilihan penyelesaian
masalah pertanian
1. diskusi kelompok
2. diskusi kelompok
3. observasi
4. kerja kelompok
5. kerjakelompok
Tes formatif
Prestasi hasil belajar
17
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis dari penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan problem
solving diduga dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV semester 2
Tahun 2011- 2012 di SDN Candiareng Warungasem Batang .