BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang...

28
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Beberapa penelitian terkait dengan penerapan model pembelajaran inovatif telah dilakukan sebagai bentuk tindakan meningkatkan keterampilan dan kemampuan siswa dalam berbahasa. Dalam penelitian ini dicoba diterapkan model pembelajaran berbasis masalah sebagai upaya peningkatan kemampuan siswa dalam memahami peranti kohesi bahasa Indonesia. Penelitian tentang kohesi pernah dilakukan oleh Ali (2010) dengan judul “Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Cerpen ”The Killers” Karya Ernest Hemingway”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepaduan wacana yang didukung oleh aspek kohesi gramatikal dan kohesi leksikal dalam cerpen ”The Killers” karya Ernest Hemingway. Penyediaan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode simak dan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa atau kalimat yang mengandung penanda kohesi gramatikal dan leksikal dalam wacana cerpen tersebut. Dalam menganalisis data digunakan metode distribusional dengan teknik BUL (bagi unsur langsung) dan dilanjutkan dengan penerapan beberapa teknik lanjutan, seperti teknik ganti dan teknik ubah wujud. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali (2010) ini memiliki kesamaan, yaitu mengambil topik tentang kohesi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini dijadikan patokan dasar dalam teknik menganalisis peranti kohesi yang ada pada teks yang diproduksi siswa,

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Beberapa penelitian terkait dengan penerapan model pembelajaran inovatif

telah dilakukan sebagai bentuk tindakan meningkatkan keterampilan dan

kemampuan siswa dalam berbahasa. Dalam penelitian ini dicoba diterapkan

model pembelajaran berbasis masalah sebagai upaya peningkatan kemampuan

siswa dalam memahami peranti kohesi bahasa Indonesia.

Penelitian tentang kohesi pernah dilakukan oleh Ali (2010) dengan judul

“Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Cerpen ”The Killers” Karya

Ernest Hemingway”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepaduan

wacana yang didukung oleh aspek kohesi gramatikal dan kohesi leksikal

dalam cerpen ”The Killers” karya Ernest Hemingway. Penyediaan data dalam

penelitian ini dilakukan dengan metode simak dan teknik catat sebagai teknik

lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest

Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa atau kalimat yang

mengandung penanda kohesi gramatikal dan leksikal dalam wacana cerpen

tersebut. Dalam menganalisis data digunakan metode distribusional dengan

teknik BUL (bagi unsur langsung) dan dilanjutkan dengan penerapan beberapa

teknik lanjutan, seperti teknik ganti dan teknik ubah wujud.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali (2010) ini memiliki kesamaan,

yaitu mengambil topik tentang kohesi. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian ini dijadikan patokan dasar dalam

teknik menganalisis peranti kohesi yang ada pada teks yang diproduksi siswa,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

11

baik peranti kohesi gramatikal maupun peranti kohesi leksikal sehingga teknik

mengklasifikasikan peranti kohesi secara cepat dan tepat dilakukan.

Penelitian yang dilakukan ini menjadikan sebuah cerpen yang berjudul The

Killers karya Ernest Hemingway sebagai objek penelitiannya dan tidak dilakukan

dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian selanjutnya dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran yang melibatkan siswa sebagai objeknya. Dalam kegiatan penelitian

beikutnya diterapkan sebuah model pembelajaran inovatif untuk dapat

merangsang minat belajar siswa dan meningkatkan kemampuan yang dimiliki

siswa terhadap kompetensi dasar yang harus dikuasai. Penelitian yang dilakukan

selanjutnya ini sebagai bentuk refleksi dari penelitian yang telah dilakukan oleh

Ali sehingga terjadi pembaruan dari penelitian sebelumnya.

Penelitian lain dilakukan Prasetia (2013) yang berjudul “Penggunaan

Peranti Kohesi dalam Karangan Narasi oleh Siswa Kelas VII SMP Negeri 1

Blahbatuh”. Penelitian ini memiliki kesamaan, yaitu dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran dan pengambilan topik yang sama terkait dengan peranti kohesi.

Penelitian yang dilakukan mendekripsikan peranti kohesi yang digunakan dalam

karangan narasi oleh siswa yang dijadikan subjek penelitian. Peranti kohesi siswa

yang ditemukan ada dua jenis peranti, yaitu peranti kohesi gramatikal dan peranti

kohesi leksikal. Hasil menunjukkan bahwa peranti kohesi gramatikal yang

digunakan dalam karangan narasi, yaitu referensi, elipsis, dan konjungi sedangkan

peranti kohesi leksikal yang digunakan yaitu repetisi dan hiponim. Penelitian ini

berupa penelitian yang berifat deskriptif semata, tidak ada penerapan metode

pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini walaupun dilakukan dalam

kegiatan pembelajaran. Di samping itu, tidak ada tindak lanjut untuk

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

12

meningkatkan kemampuan terhadap kelemahan-kelemahan yang dimiliki siswa

dalam menggunakan peranti kohesi secara maksimal. Pengemasan pembelajaran

yang dilakukan terkesan sederhana sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa

terkesan hanya menjadi objek pembelajaran dan belum mampu memainkan

peranan siswa menjadi subjek pembelajaran. Di pihak lain penelitian yang

dilakukan selanjutnya mencermati dan mengubah paradigma pembelajaran yang

semula peran peserta didik hanya menjadi objek belajar kini lebih mengarah

menjadi subjek belajar. Di samping itu, pengemasan pembelajaran yang lebih

inovatif dirancang dan diterapkan pada penelitian selanjutnya.

Penelitian yang sejenis pernah dilakukan oleh Putri (2011) dengan judul

“Penanda Kohesi pada Wacana Rubrik ”SUARA MAHASISWA”dalam Harian

Joglo Semar”. Kesamaan penelitian ini terletak pada topik yang sama, yaitu

terkait dengan peranti kohesi. Penelitian yang telah dilakukan mendekripsikan

penanda kohesi yang terdapat pada Wacana Rubrik ”SUARA

MAHASISWA”dalam Harian Joglo Semar. Peneliti tersebut menemukan bahwa

penanda kohesi gramatikal yang terdapat dalam wacana rubrik “Suara

Mahasiswa” dalam harian Joglo Semar terdiri atas (1) PK referensi persona, PK

referensi persona demonstratif, dan PK referensi persona komparatif, (2) PK

substitusi, (3) PK elipsisi, (4) konjungsi. Di satu sisi, peneliti sebelumnya juga

menemukan penanda kohesi leksikal terdiri atas (1) repetisi, (2) sinonim,

(3) antonim, (4) kolokasi, (5) hiponim dan (6) ekuivalensi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2011) ini merupakan penelitian

yang berupa penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Tidak ada penerapan

model pembelajaran karena objek penelitian itu yaitu sebuah wacana yang

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

13

kemudian dianalisis. Penelitian itu memiliki kesamaan dalam pengambilan topik

terkait dengan kohesi. Penelitian tersebut dijadikan patokan dasar dalam teknik

klasifikasi data yaitu data berupa teks yang diproduksi siswa kelas X AP 1 yang

dilakukan selanjutnya. Teknik klasifikasi data yang dimaksud yaitu dengan

tahapan setelah data dikumpulkan dan diseleksi, dilakukan pengklasifikasian

atau pengurutan. Data yang sudah terkumpul kemudian diklasifikasikan

sesuai dengan kriteria tertentu yang digunakan oleh seorang peneliti.

Pengklasifikasian data tersebut bertujuan untuk memilih dan memilah data agar

lebih mudah dianalisis. Dalam penelitian ini peneliti mengklasifikasikan data

berdasarkan jenis penanda kohesi gramatikal dan leksikal yang terdapat dalam

teks yang telah diproduksi oleh siswa. Dengan demikian, penelitian yang

dilakukan selanjutnya memijakkan kakinya pada penelitian yang dilakukan Putri

(2011) dalam hal teknik pengklasifikasian data teks siswa. Penelitian yang

dilakukan ditambah dengan penerapan model pembelajaran yang inovatif seperti

model pembelajaran berbasis masalah sehingga ada usaha yang preventif agar

pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa disertai dengan penerapan

teori linguistic, yaitu terkait dengan teori kohesi sebagai dasar pemikiran dalam

membelajarkan siswa.

Penelitian berikutnya dilakukan Pratama Y.R. (2012) yang berjudul

“Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Persuasif Melalui Pembelajaran

Berbasis Masalah pada Siswa Kelas X Lab SMA Saraswati Denpasar”. Penelitian

yang dilakukan tersebut memiliki kesamaan, yaitu dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran dan diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah walaupun

materi yang dibahas berbeda. Penelitian tersebut mengkaji efektivitas

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

14

pembelajaran berbasis masalah sebagai upaya meningkatkan kemampuan menulis

paragraf persuasif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis

masalah sangat efektif dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menulis

paragraf persuasif siswa kelas X Lab. SMA Saraswati Denpasar TP 2011/2012.

Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perolehan

nilai rata-rata pada tes awal sebesar 5,6 berkategori hampir cukup, pada

Pratindakan sebesar 6,7, pada Siklus I sebesar 7,9, dan pada Siklus II nilai rata-

rata yang diperoleh telah mampu menunjukkan nilai yang sangat signifikan dan

berada di atas standar nilai KKM yang ada, yaitu 9,4. Indikator peningkatan yang

terjadi ketika nilai rata-rata siswa terus naik, dengan acuan nilai KKM yang ada di

sekolah tersebut, yaitu dengan capaian nilai KKM 8,0. Selain perubahan nilai rata-

rata, siswa juga mengalami perubahan perilaku dari periaku negatif ke perilaku

positif selama mengikuti pembelajaran. Langkah-langkah dalam menerapkan

pembelajaran berbasis masalah ini, yaitu (1) penyampaian ide, (2) penyajian fakta

yang diketahui, (3) mempelajari masalah, (4) menyusun rencana tindakan, dan (5)

evaluasi. Dasar pemikiran dari langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah

ini dijadikan landasan dalam menerapkan pembelajaran berbasis masalah pada

penelitian yang dilakukan selanjutnya.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas sebagai

upaya meningkatkan kemampuan siswa terhadap permasalahan pembelajaran

yang dimiliki. Dari beberapa penelitian di atas hanya satu menerapkan tindakan

pembelajaran dengan model penelitian tindakan kelas, sedangkan penelitian yang

lain lebih mengacu pada penelitian deskriptif walaupun model linguistik yang

digunakan sama yaitu terkait dengan peranti kohesi dalam teks. Penelitian yang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

15

telah dilakukan dijadikan dasar pemikiran dalam menguraikan data hasil

penelitian yang dilakukan.

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang mengkaji dan

meningkatkan pemahaman siswa dalam menguesai peranti kohesi pada teks. Hal

ini dipecahkan melalui tindakan refleksi awal yaitu untuk mengetahui kemampuan

awal siswa. Selanjutnya, tindakan dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa

setelah penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Tindakan-tindakan, baik

sebelum maupun setelah penerapan model pembelajaran berbasis masalah,

merupakan bagian dari tindakan kelas sebagai upaya meningkatkan kemampuan

siswa secara signifikan. Tindakan-tindakan ini didasarkan pada lemahnya

kemampuan siswa dalam memahami peranti kohesi. Penelitian berikutnya

diharapkan memberikan sumbangan bagi khazanah penelitian bagi para pendidik

agar terinspirasi menerapkan pembelajaran-pembelajaran yang lebih inovatif.

2.2 Konsep

Studi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas beberapa konsep

yang memerlukan penjelasan. Konsep-konsep tersebut, antara lain

(1) pemahaman, (2) peranti kohesi dan (3) model pembelajaran berbasis masalah.

2.2.1 Pemahaman

Purwanto (1997:44) mengartikan pemahaman sebagai tingkatan

kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau

konsep, situasi, dan fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini tidak sekadar

hafal secara verbalitas, tetapi memahami konsep masalah atau fakta yang

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

16

ditanyakan. Operasionalnya yaitu dapat membedakan, mengubah,

mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan,

mendemonstrasikan, memberikan contoh, memperkirakan, menentukan, dan

mengambil keputusan.

Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui sesuatu dan dapat

melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan

berpikir yang setingkat lebih tinggi daripada ingatan dan hafalan. Dengan

memahami sesuatu berarti seseorang dapat mempertahankan, membedakan,

menduga, menerangkan, menafsirkan, memperkirakan, menentukan, memperluas,

menyimpulkan, menganalisis, memberikan contoh, menulis kembali,

mengklasifikasikan, dan mengikhtisarkan. Indikator tersebut menunjukkan

bahwa pemahaman mengandung makna lebih luas atau lebih dalam daripada

pengetahuan. Dengan pengetahuan seseorang belum tentu memahami sesuatu

yang dipelajari. Di pihak lain dengan pemahaman seseorang tidak hanya

sekadar menghafal sesuatu yang dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan

untuk menangkap makna yang dipelajari secara lebih mendalam dan mampu

memahami konsep pelajaran tersebut.

2.2.2 Peranti Kohesi

Halliday dan Hasan (1980:3-19) mengatakan bahwa kohesi

merupakan hubungan semantik antarakalimat pada teks dan hubungan

tersebut merupakan hubungan makna dalam sistem dan proses. Jadi, dalam

sistem dan proses bahasa, kohesi adalah hubungan semantik antara kalimat satu

dan kalimat lainnya. Di satu sisi, Kridalaksana (1993:109) mengistilahkan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

17

kohesi dengan “keutuhan” dan mendefinisikannya sebagai “… taraf keterikatan

antara pelbagai unsur dalam struktur sintaksis atau struktur wacana, misalnya

morfem terikat lebih lekat pada unsur yang menyertainya”. Kohesi adalah

hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana

sehingga tercipta pengertian yang apik atau koheren. Jadi, suatu wacana dapat

disebut sebagai wacana yang utuh apabila memiliki pola hubungan gramatikal

dan keterpautan semantik antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya.

2.2.3 Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran berdasarkan

pertanyaan atau masalah, tidak hanya mengorganisasi prinsip-prinsip atau

keterampilan akademik tertentu, tetapi mengorganisasi pelajaran di sekitar

pertanyaan atau masalah kedua-duanya secara sosial penting dan secara

pribadi bermakna bagi siswa.

Setyosari (2006:1) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah

adalah suatu metode atau cara pembelajaran yang ditandai oleh adanya masalah

nyata, a real-world problems sebagai konteks bagi siswa untuk belajar kritis dan

keterampilan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah

pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam

mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Dalam usaha memecahkan

masalah tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan yang berarti melalui proses

pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

18

2.3 Landasan Teori

Sebagai seorang peneliti, tentu mengharapkan penelitian yang dilakukan

dapat mencapai hasil analisis yang objektif dan sesuai dengan fakta di lapangan.

Untuk memperkuat penelitian yang dilakukan perlu dilandasi dengan teori-teori

yang dapat menunjang kelancaran dan kemantapan analisis, terutama teori-teori

yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti.

2.3.1 Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang pertama kali

dikemukakan oleh Giambatista Vico pada tahun 1710. Ia adalah seorang

sejarawan Italia yang mengungkapkan filsafatnya dengan berkata ”Tuhan adalah

pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Dia menjelaskan

bahwa “mengetahui” berarti “mengetahui bagaimana membuat sesuatu”. Ini

berarti bahwa seseorang baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan

unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu (Suparno, 1997:24).

Filsafat konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil

konstruksi manusia melalui interaksi dengan objek, fenomena pengalaman, dan

lingkungan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi (2005:70)

bahwa “konstruktivisme bertitik tolak dari pembentukan pengetahuan. Di

pihak lain rekonstruksi pengetahuan adalah mengubah pengetahuan yang

dimiliki seseorang yang telah dibangun atau dikonstruk sebelumnya dan

perubahan itu sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya”.

Karli (2003:2) menyatakan bahwa konstruktivisme merupakan salah satu

pandangan tentang proses pembelajaran. Selanjutnya, dinyatakan bahwa dalam

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

19

proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik

kognitif yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri dan pada akhir proses

belajar pengetahuan akan dibangun oleh anak melalui pengalamannya dari

hasil interkasi dengan lingkungannya.

Menurut Suparno (1997:49), secara garis besar prinsip-prinsip

konstruktivisme yang diambil adalah (1) pengetahuan dibangun oleh siswa

sendiri, baik secara personal maupun secara sosial; (2) pengetahuan tidak

dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa sendiri untuk

bernalar; (3) siswa aktif mengonstruksi secara terus-menerus sehingga terjadi

perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih terperinci, lengkap, dan sesuai

dengan konsep ilmiah; (4) guru berperan membantu menyediakan sarana dan

situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus.

Brooks dan Brooks (dalam Elliot dkk, 2000) mengemukakan cara

menggunakan pendekatan konstruktivisme di kelas, yaitu sebagai berikut.

1. Kemukakan masalah yang relevan bagi siswa, yang menarik siswa, yang

kompleks, dan sediakan waktu yang cukup untuk memecahkan masalah itu.

2. Guru hendaknya mengidentifikasi ide besar (tema) yang penting bagi siswa

untuk dipahami dan terstruktur (menyusun, mengembangkan) pembelajaran

sekitar ide besar itu.

3. Cari dan hargai pandangan siswa. Paham konstruktivisme menghendaki agar

guru mendengarkan baik-baik pendapat siswa itu sebab pendapat siswa adalah

jendela bagi guru untuk memahami alas an sebaliknya.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

20

4. Sesuaikan kurikulum pada pemahaman siswa sekarang. Jika kurikulum tidak

cocok bagi siswa, ubahlah. Sesuaikan kurikulum itu pada pemahaman siswa

sekarang dan untuk perkembangan pengetahuan selanjutnya.

5. Ukur belajar siswa dalam konteks yang diajarkan. Hasil pengukuran semacam

itu dapat digunakan unuk mengetahui prestasi belajar siswa, melanjutkan ke

materi pelajaran berikutnya, dan dapat untuk memperbaiki pengajaran

selanjutnya.

2.3.2 Teori Kohesi

Halliday dan Hasan (1980:3-19) mengatakan bahwa kohesi

merupakan hubungan semantik antarakalimat pada teks dan hubungan

tersebut merupakan hubungan makna dalam sistem dan proses. Jadi, dalam

sistem dan proses bahasa, kohesi adalah hubungan semantik antara kalimat satu

dan kalimat lainnya.

Kridalaksana (1993:109) mengistilahkan kohesi dengan “keutuhan” dan

mendefinisikannya sebagai “… taraf keterikatan antara pelbagai unsur dalam

struktur sintaksis atau struktur wacana, misalnya morfem terikat lebih lekat pada

unsur yang menyertainya”. Kohesi adalah hubungan antara unsur yang satu

dan unsur yang lain dalam wacana sehingga tercipta pengertian yang apik

atau koheren.

Kohesi memiliki beberapa unsur penting, yaitu keterikatan atau

keterpautan hubungan makna antara satu unsur-unsur yang lain, baik dalam

kata (antara morfem yang satu dan yang lain), paragraf (klausa yang satu

dan klausa yang lain), maupun teks (antara paragraf satu dengan paragraf yang

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

21

lain). Jadi, suatu wacana dapat disebut sebagai suatu wacana yang utuh apabila

memiliki pola hubungan gramatikal dan keterpautan semantik antara kalimat

yang satu dan kalimat lainnya.

Halliday dan Hasan (1980) membagi alat kohesi menjadi dua macam

yaitu, kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.

1. Kohesi Gramatikal

Kohesi gramatikal didasarkan pada bentuk bahasa yang digunakan

(Rani dkk, 2006:94). Peranti kohesi gramatikal digunakan untuk

menghubungkan ide antarkalimat dalam sebuah wacana. Oleh karena itu,

kohesi ini dapat membantu menjelaskan hubungan semantik antara bagian

wacana yang kurang jelas dan bagian wcana yang lain sehingga sebuah unsur

wacana dapat menjelaskan unsur wacana lainnya atau teks secara keseluruhan

(Zaimar dan Harahap, 2009:116).

Kohesi gramatikal diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, yaitu

referensi (pengacuan), elipsis (pelesapan), substitusi (penggantian), dan

konjungsi (penyambungan). Kategori-kategori tersebut tidak hanya memiliki

dasar teoretis sebagai jenis-jenis hubungan kohesif, tetapi juga mempersiapkan

suatu cara yang praktis untuk menggambarkan dan menganalisis sebuah

wacana. Setiap kategori tersebut menampilkan ciri-ciri tertentu dalam sebuah

wacana. Berikut disampaikan secara singkat kategori – kategori kohesi tersebut.

A. Referensi (Pengacuan)

Referensi merupakan salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan

lingual tertentu yang merefer (menunjuk) satuan lingual yang lain, yang

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

22

mendahului atau yang mengikutinya. Referensi dapat dibagi menjadi dua, yakni

eksofora dan endofora. Acuan eksofora ialah acuan yang berada di luar teks,

sedangkan acuan endofora ialah acuan yang berada di dalam teks.

1) Referensi Persona

a. Referensi Endofora

Purwo (1987:10) menjelaskan bahwa ditinjau dari arah acuannya, referensi

endoforis dapat dibagi menjadi dua, yaitu anaforis dan kataforis. Referensi

anaforis mengacu kepada suatu konstituen sebelumnya, sedangkan referensi

kataforis mengacu kepada konstituen di belakangnya. Kohesi referensi dapat

dilihat pada contoh berikut.

Setiap akhir pekan, ratusan mobil bernomor polisi Jakarta menyeberangi

Selat Sunda menuju Bandar Lampung (BL) (a).Kamar-kamar hotel di kota

itu pun setiap Sabtu-Minggu tidak tersisa lagi, bahkan harus dipesan dua

minggu sebelumnya (b). BL kotanya enak, di atas bukit dengan panorama

laut (c). Kota ini pun tidak terlalu ramai (d).

(Nesi dkk., 2012:36)

Teks di atas terdiri atas empat kalimat, yaitu kalimat (a), (b), (c), dan (d).

Pada kalimat (b), itu menunjuk BL pada kalimat (a). BL pada kalimat (c)

menunjuk BL pada kalimat (a) atau itu pada kalimat (b). Pada kalimat (d), ini

menunjuk satuan lingual sebelumnya, yakni BL pada kalimat (a) dan (c) atau itu

pada kalimat (b). Referensi seperti itu disebut referensi demonstratif tempat. BL,

ini, dan itu merupakan satuan endofora. Ini adalah referensi kataforis, yakni

acuan untuk konstituen sebelumnya, sedangkan itu adalah referensi anaforis,

yakni acuan untuk konstituen sesudahnya, (Purwo, 1987:10).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

23

b. Referensi Eksofora

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya bahwa ada unsur wacana

yang tidak dipahami apabila tidak dibantu oleh informasi (sesuatu yang lain). Jadi,

unsur teks itu tidak dipahami berdasarkan dirinya sendiri, tetapi harus

mengacu pada sesuatu yang lain. Apabila unsur yang diacu tersebut ada di

luar wacana, maka acuan tersebut disebut referensi eksofora. Jenis acuan ini

biasanya terdapat dalam wacana pidato, surat-menyurat, dan karya sastra.

Contoh:

Pembaca yang setia…di zaman sekarang ini kita harus pandai-

pandai membaca situasi dan kondisi kalau tidak kita mungkin tidak akan

bisa bertahan.

Tabel 2.1 Pronomina Bahasa Indonesia

Makna

Persona Tunggal Jamak

Netral Eksklusif Inklusif

Pertama saya, aku, ku-, -ku - kami kita

Kedua engkau, kamu,

Anda, dikau, kau-,

-mu

kalian, kamu

sekalian,

Anda sekalian

- -

Ketiga ia, dia, beliau, -nya mereka - -

(Alwi dkk., 2010:256)

2) Referensi Demonstratif

Penunjuk atau demonstratif memberikan posisi pada partisipan. Posisi

partisipan yang ditunjukkan dapat (1) dekat kepada pemakai bahasa, yang

direalisasikan dengan kata ini, (2) jauh dari pemakai bahasa yang direalisasikan

dengan kata itu, dan (3) tidak dekat dan tidak jauh dari pemakai bahasa yang

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

24

direalisasikan itu, tersebut, berikut, di atas, dan di bawah. Penunjuk jenis yang

ketiga ini tidak memerinci posisi dekat atau jauh, tetapi memberikan pengertian

kepada mitrabicara. Sejalan dengan penunjuk, lokasi sebagai unsur sirkumstan

dapat ditunjukkan sebagai dekat dari pemakai bahasa yang dikodekan dengan kata

di sini, jauh dari pemakai bahasa yang dikodekan dengan kata di situ, atau di suatu

tempat yang dikodekan dengan di suatu + lokasi. Misalnya:

Kalung ini milik Ashila. Gelang itu milik Khaira (ini dan itu penunjuk

dekat dan jauh)

Kesehatan itu amat mahal harganya (itu penunjuk tidak jauh tidak dekat

atau kata sandang)

Ali dilahirkan di sini, tetapi dibesarkan di situ (di sini dan di situ

penunjuk lokasi)

3) Referensi Komparatif

Sebagai alat kohesi, perbandingan berfungsi menampilkan dua partisipan

atau lebih dan menghubungkan keduanya untuk membentuk pertautan. Pertautan

dengan perbandingan dapat terjadi dengan tiga kemungkinan. Pertama,

perbandingan positif dengan dua partisipan sama, setingkat, atau setaraf.

Perbandingan positif dapat direalisasikan oleh se + adjektiva/adverbia, seperti

setinggi, selebar, sejalan, dan sebagainya. Kedua, perbandingan komparatif

dengan satu partisipan lebih (dalam kualitas atau sifat) daripada yang lain.

Perbandingan komparatif direalisasikan oleh lebih + adjektiva/adverbia +

daripada, seperti lebih tinggi daripada, lebih cepat daripada, dan sebagainya.

Ketiga perbandingan superlatif dengan satu partisipan berada pada posisi paling

(dalam tingkat, taraf, atau kualitas) di antara tiga partisipan. Perbandingan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

25

superlatif dapat direalisasikan oleh paling + adjektiva/adverbia, seperti paling

pintar, paling cepat, paling baik, dan sebagainya.

B. Elipsis

Elipsis adalah sesuatu yang tidak terucapkan dalam wacana, artinya tidak

hadir dalam komunikasi, tetapi dapat dipahami (Zaimar dan Harahap, 2009:127 ).

Elipsis juga merupakan salah satu kohesi gramatikal yang berupa pelesapan unsur

tertentu yang telah disebutkan.

Contoh:

Berdasarkan peraturan, sekolah-sekolah swasta yang menumpang di

sekolah negeri diberi batas waktu sampai dengan tahun 1990. Setelah itu,

øharus menempati gedung sendiri.

(Nesi dkk., 2012:37)

Pada contoh di atas tampak bahwa unsur yang dihilangkan ialah sekolah-

sekolah swasta.

C. Substitusi

Subtitusi merupakan salah satu peranti kohesi gramatikal yang berupa

penggantian satuan lingual tertentu (satuan lingual yang telah disebut) dengan

satuan lingual yang lain. Subtitusi sebagai salah satu peranti kohesi gramatikal

dapat berfungsi untuk menghindari kemonotonan sebuah wacana.

Contoh:

Setelah empat lima kali mendatangi suatu desa, barulah dr. Rien merasa

diterima oleh rakyat setempat (a). Ia pun merasa berani sedikit-sedikit

berbicara tentang kesehatan, kebersihan, dan keluarga berencana (b).

(Nesi dkk., 2012:37)

Pada contoh (2) terdapat dua kalimat, yaitu kalimat (a) dan (b). Satuan dr.

Rien pada kalimat (a) disubstitusi dengan satuan ia pada kalimat (b).

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

26

D. Konjungsi (Penghubung)

Untuk membentuk sebuah wacana yang baik diperlukan konjungsi

atau penghubung. Konjungsi berfungsi untuk merangkai atau mengikat

beberapa proposisi dalam wacana agar perpindahan ide dalam wacana lebih

terasa lembut. Sesuai dengan fungsinya, konjungsi dalam bahasa Indonesia

dapat digunakan unuk merangkaikan ide, baik dalam satu kalimat

(intrakalimat) maupun antarkalimat (Rani dkk., 2006: 107). Penggunaan

konjungsi dalam sebuah wacana memerlukan pertimbangan logika berpikir

untuk membentuk sebuah wacana yang apik (Zaimar dan Harahap, 2009:128).

Peranti kohesi konjungsi dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi

beberapa macam. Berikut disajikan klasifikasi konjungsi bedasarkan

hubungan proposisi yang diwujudkan dalam dua kalimat. Pengklasifikasian

peranti kohesi tersebut didasarkan pada jenis hubungan yang diciptakan.

Tabel 2.2 Konjungsi Bahasa Indonesia

No Makna Submakna Realitas Konjungsi

1 Konjungsi

koordinatif

menghubungkan

menjumlahkan

dan, dengan, serta

menghubungkan memilih atau

menghubungkan

mempertentangkan

tetapi, namun, sedangkan,

sebaliknya

menghubungkan membetulkan melainkan, hanya

menghubungkan menegaskan bahkan, malah (malahan),

lagipula, apalagi, jangankan

menghubungkan membatasi kecuali, hanya

menghubungkan mengurutkan kemudian, lalu, selanjutnya,

setelah itu

menghubungkan menyamakan yaitu, yakni, ialah, adalah,

bahwa

2 Konjungsi

subordinatif

menghubungkan menyatakan

sebab akibat

sebab, karena

menghubungkan menyatakan

persyaratan

kalau, jikalau, jika, bila,

bilamana, apabila, asal

menghubungkan menyatakan agar, supaya

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

27

tujuan

menghubungkan menyatakan

waktu

ketika, sewaktu, sebelum,

sesudah, tatkala, sejak,

sambil, selama

menghubungkan menyatakan

akibat

sampai, hingga, sehingga

menghubungkan menyatakan

batas kejadian

sampai, hingga

menghubungkan menyatakan

tujuan atau sasaran

untuk, guna

menghubungkan menyatakan

penegasan

meskipun, biarpun,

kendatipun, sekalipun

menghubungkan menyatakan

pengandaian

seandainya, andaikata

menghubungkan menyatakan

perbandingan

seperti, sebagai, laksana

3 Konjungsi

antar kalimat

menghubungkan dan

mengumpulkan

jadi, karena itu, oleh sebab

itu, kalau begitu, dengan

demikian menghubungkan menyatakan

penegasan lagipula, apalagi

menghubungkan

mempertentangkan atau

mengkontranskan

namun, sebaliknya

(Chaer, 2008:98)

Contoh:

Membaiknya hubungan Timur-Barat disambut baik oleh dunia (a).

Sebaliknya, perkembangan itu makin memperjelas ketimpangan

hubungan Utara - Selatan, yang berdampak negatif terhadap

pembangunan di negara-negara berkembang (b).

(Nesi dkk., 2012:37)

Contoh di atas terdiri atas dua kalimat, yaitu kalimat (a) dan (b). Pada

kalimat (b) terdapat kata sebaliknya yang menandai hubungan antara kedua

kalimat itu. Penanda hubungan konjungsi ada yang berupa kata, misalnya

sebaliknya, namun, akhirnya, padahal, kemudian, tetapi dan ada pula yang berupa

kelompok kata yang diakhiri dengan kata itu, begitu, atau demikian.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

28

2. Kohesi Leksikal

Selain kohesi gramatikal, keterpautan atau keterjalinan makna di

dalam sebuah wacana dapat dilihat dari segi kosakatanya atau kohesi

leksikalnya (Zaimar dan Harahap, 2009:140). Aspek yang terdiri atas jalinan

kata-kata ini menjadikan sebuah teks padu, tanpa mengabaikan konteksnya.

Konsep semantik berperan sangat penting dalam kohesi leksikal ini. Berkat

adanya keterkaitan makna ini, ketidakjelasan satu bagian teks dapat ditopang oleh

bagian teks yang lain.

Kohesi leksikal dalam wacana dapat dibedakan menjadi enam

macam. Keenam macam kohesi leksikal tersebut adalah (1) repetisi/ pengulangan,

(2) sinonim (padan kata), (3) kolokasi (sanding kata), (4) hiponim (hubungan

atas bawah), (5) antonim (lawan kata), dan (6) ekuivalensi (kesepadanan).

a. Repetisi/ Pengulangan

Halliday mengatakan bahwa pengulangan adalah penyebutan kembali

suatu unsur leksikal yang sama seperti yang telah disebut sebelumnya (Badru,

dkk., 2003:44). Dalam konteks analisis wacana bahasa Indonesia, pengulangan

yang dimaksud bukanlah proses reduplikasi seperti kata rumah menjadi rumah-

rumah, melainkan pengulangan sebagai penanda hubungan, yaitu adanya unsur

pengulang yang mengulang unsur yang terdapat pada kalimat di depannya.

Ramlan (1993:31) membagi pengulangan menjadi empat, yaitu sebagai berikut.

1) Pengulangan sama tepat (pengulangan utuh), yaitu pengulangan yang terjadi

karena unsur pengulang sama dengan unsur yang diulang. Pada umumnya,

unsur pengulang diikuti unsur penunjuk itu, ini, dan tersebut.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

29

Adalah suatu kejahatan menjual kepulauan ini kepada Jepang (a). Kepulauan

ini bukan sesuatu yang tumbuh begitu saja dari karang yang tandus (b). Akan

tetapi, bagi kami kepulauan ini merupakan zambrut di ujung timur Soviet (c).

(Nesi dkk., 2012:39)

Contoh di atas terdiri atas tiga kalimat. Pada kalimat (a) terdapat frasa

kepulauan ini. Frasa ini diulang pada kalimat (b) dan diulang sekali lagi pada

kalimat (c). Pada frasa-frasa itu kata ini merupakan unsur penunjuk eksoforik

(Ramlan, 1993:31).

2) Pengulangan dengan perubahan bentuk, yaitu pengulangan yang disebabkan

oleh keterikatan tata bahasa, misalnya unsur diulang berupa kata kerja dan

unsur pengulang berupa kata kerja. Pengulangan dengan perubahan bentuk

dapat dilihat pada contoh berikut.

Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan antara pemerintah daerah dengan

sejumlah perusahaan di 13 provinsi, pada hari Selasa telah diserahkan

403 kasus pencemaran lingkungan hidup (a). Penyerahan dilakukan oleh

Menteri KLH Prof. Dr. Emil Salim ketika memberikan sambutan pada

penandatanganan piagam kerja sama tentang peningkatan kemampuan

penegakan Hukum Lingkungan di Auditorium Depkeh, Jakarta (b).

(Nesi dkk., 2012:39)

Pada kalimat (a) terdapat kata diserahkan. Kata ini diulang pada

kalimat (b), tetapi karena keterikatan tata bahasa, yaitu menduduki fungsi

subjek kalimat yang cenderung diduduki oleh kata benda, kata diserahkan

yang termasuk golongan kata kerja mengalami perubahan bentuk menjadi kata

benda, yaitu penyerahan pada kalimat (b) (Ramlan, 1993:32--33).

3) Pengulangan sebagian, yaitu pengulangan sebagian dari unsur yang diulang.

Pengulangan sebagian dapat dilihat pada contoh berikut.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

30

Adakah pengaruh kekerasan film bagi Anda? (a), Kalau di TV,

Sinchan paling keras! (b).

(Nesi dkk., 2012:40)

Contoh di atas terdiri atas dua kalimat. Kata kekerasan pada

kalimat (a) diulang secara parsial (sebagian) pada kalimat (b), yakni keras.

4) Pengulangan parafrasa, yaitu pengulangan yang unsur pengulangnya

berparafrasa dengan unsur terulang. Misalnya:

Kami mencintai mereka semua tanpa kecuali (a). Kami mencintai mereka

semua dengan sepenuh hati dan bertekad membesarkan mereka (b). Jika

Tuhan mengizinkan, kami ingin mengantar mereka kelak ke ambang

dewasa (c). Melihat mereka menjadi orang (d). Melihat mereka

berkeluarga dan menghadiahkan kakek dan nenek mereka cucu-cucu yang

mungil (e).

Contoh di atas terdiri atas lima kalimat. Dapat dilihat jelas bahwa

sebagian dari kalimat (b) berparafrasa dengan kalimat (a) dan sebagian dari

kalimat (e) berparafrasa dengan kalimat (d) (Ramlan, 1993:36).

b. Sinonim (Padan Kata)

Yang dimaksud dengan sinonimi ialah penggunaan bentuk bahasa yang

maknanya sama atau mirip dengan bentuk lain. Hal ini sesuai dengan pendapat

Badru (1994:6) yang mendefinisikan sinonimi sebagai ungkapan (bisa berupa

kata, frasa, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna

ungkapan lain. Berikut ini dikemukakan contohnya.

Jumlah orang Jawa perantauan ini selalu cenderung naik (a). Sensus yang

dilakukan Inggris di tahun-tahun mereka berkuasa menunjukkan

peningkatan itu (b).

Pada contoh di atas terlihat bahwa kata naik pada kalimat (a) memiliki

makna yang sama dengan kata peningkatan pada kalimat (b) (Baryadi, 2002:28).

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

31

c. Antonimi (Lawan Kata)

Antonimi merupakan kohesi leksikal yang terdapat pada dua unsur

lingual atau lebih yang memiliki makna oposisi. Kridalaksana (1993:15)

mengatakan bahwa antonimi ialah oposisi makna dalam pasangan leksikal yang

dijenjangkan. Dalam peranti kohesi leksikal, antonimi merupakan hubungan

antara suatu konstituen dan konstituen lain yang bersifat kontras. Keantoniman

dalam sebuah wacana bisa berupa kata di dalam kalimat atau bisa juga berupa

kalimat di dalam paragraf. Kohesi antonimi dapat dilihat pada contoh berikut.

Laki-laki lebih rasional, lebih aktif, lebih agresif. Wanita sebaliknya:

Laki-laki lebih rasional, lebih aktif, lebih agresif. Wanita sebaliknya:

lebih emosional, lebih pasif, lebih submisif

(Baryadi, 2002:28)

Pada contoh di atas terdapat tiga pasangan kata yang memiliki makna yang

saling bertentangan, yaitu rasional emosional, aktif pasif, dan agresif submisif

(Baryadi, 2002:28).

d. Hiponimi (Hubungan Atas -Bawah)

Hiponimi merupakan peranti kohesi leksikal yang makna kata-katanya

merupakan bagian dari makna kata lain. Kata yang mencakup beberapa kata yang

berhiponim disebut hipernim (subordinat). Menurut Halliday dan Hasan, dalam

relasi makna, kata umum mengacu ke hipernim, sedangkan kata khusus mengacu

ke hiponim (Badru., dkk., 2003:48). Contoh kohesi hiponimi adalah sebagai

berikut.

Dalam soal ini, Lampung menyediakan berbagai macam oleh-oleh yang

bisa Anda bawa. Jika penggemar hiasan tradisional, karya-karya hiasan

dinding dan kain tapi sangat patut dijadikan oleh-oleh. Jikalau dana Anda

sedang pas-pasan, keripik pisang lampung atau kerupuk kemplang tentu

pantas pula untuk Anda hadiahkan kepada rekan-rekan Anda.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

32

(Nesi dkk., 2012:42)

Pada contoh di atas hubungan hiponimi terdapat pada macam oleh-oleh

sebagai hipernim, sedangkan hiasan dinding, kain tapis, keripik pisang lampung,

dan kerupuk kemplang sebagai hiponim.

e. Ekuivalensi

Ekuivalensi ialah jenis kohesi leksikal yang berupa sejumlah kata sebagai

hasil proses afiksasi dengan morfem asal yang sama. Contoh kohesi ekuivalensi

adalah sebagai berikut.

Salah satu daya tarik lain berwisata ke Lampung pastilah oleh-

oleh yang bisa kita bawa dari Lampung. Berwisata ke suatu

tempat, memang terasa kurang lengkap kalau tidak membawa

oleh-oleh untuk dibawa pulang

(Nesi dkk., 2012:42)

Pada contoh di atas, ekuivalensi sebagai kohesi leksikal tampak pada

paradigma bawa, membawa, dibawa.

2.3.3 Pembelajaran Berbasis Masalah

Problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan

metode pembelajaran yang sangat populer saat ini. Pembelajaran berbasis masalah

memerlukan pembelajar yang aktif dalam mengaplikasikan pengetahuannya

terutama dalam memecahkan permasalahan yang terjadi secara nyata.

Pembelajaran berbasis masalah bertentangan dengan pandangan metode

pembelajaran tradisional. Metode pembelajaran berbasis masalah

mengorganisasikan dan memberikan informasi kepada warga belajar, Problem

based learning di tuntun oleh seorang tutor yang berperan sebagai fasilitator,

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

33

mendorong warga belajar untuk belajar secara aktif dan pembelajaran yang lebih

bermakna.

Barret (2005) mendefinisikan PBM sebagai “The learning that results

from the process of working towards the understanding of a resolution of a

problem. The problem is encounteredfirst in the learning process.” Di satu sisi,

Setyosari (2006: 1) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah

suatu metode atau cara pembelajaran yang ditandai oleh adanya masalah nyata, a

real-world problems sebagai konteks bagi siswa untuk belajar kritis dan

keterampilan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan. Di pihak lain,

Nurhadi dkk. (2004:56) mendefinisikan pembelajaran berbasis masalah (problem-

based learning) adalah suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah

dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir

kritis dan keterampilan pemecahan masalah. Di samping itu, untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa PBM adalah suatu

pendekatan pembelajaran yang mengguanakan masalah dunia nyata sebagai suatu

konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan

keterampilan pemecahan masalah. Selain itu, juga untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran.

Pembelajaran berbasis masalah mempunyai tujuan untuk mengembangkan

dan menerapkan kecakapan yang penting, yaitu pemecahan masalah berdasarkan

keterampilan belajar sendiri atau kerja sama kelompok dan memperoleh

pengetahuan yang luas. Guru mempunyai peran untuk memberikan inspirasi agar

potensi dan kemampuan siswa dimaksimalkan.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

34

Masalah yang diterapkan dalam pembelajaran berbasis masalah adalah

masalah tidak terstruktur (ill-structured), terbuka (open ended), atau ambigu

(ambiguous). Masalah realistik tidak terstruktur (ill-structured problem) berbeda

dari masalah terstruktur dengan baik (well-structured problems) yang kebanyakan

ditemukan dalam buku-buku teks dalam beberapa hal (Savoi dan Hughes, 1994).

Pada pembelajaran ini pembelajar bertindak sebagai stakeholders, yang

memungkinkan menjadi bagian dari masalah. Pembelajar dapat memeriksa isu-isu

dari perspektif yang berbeda. Tidak seperti pembelajaran konvensional,

pembelajaran berbasis masalah dirancang oleh pembelajar. Pembelajaran

melibatkan pembelajar bekerja dengan masalah dalam kelompok kecil yang

dibimbing oleh tutor. Fungsi tutor dalam pembelajaran berbasis masalah adalah

untuk melatih kelompok dengan mendorong terjadinya interaksi pembelajar

secara produktif dan membantu pembelajar mengidentifikasi pengetahuan yang

diperlukan untuk memecahkan masalah, memfasilitasi proses pembelajaran

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan memonitoring proses pemecahan

masalah. Proses pembelajaran berbasis masalah akan berakhir jika pembelajar

telah melaporkan apa yang dipelajari. Tujuan pertama siswa adalah

menghubungkan pengetahuan yang diperoleh dengan masalah secara langsung.

Fokus kedua bergerak ke level pemahaman yang lebih umum, membuat

pemindahan pada masalah baru yang mungkin. Setelah menyelesaikan siklus

pemecahan masalah, pembelajar mulai menganalisis masalah baru, sekali lagi

mengikuti prosedur analisis-penelitian pelaporan. Setelah pembelajar diberikan

masalah, guru menjadi “guide on the side” daripada “sage on the stage”. Guru

memfasilitasi proses pembelajaran dengan memberikan bimbingan dan arahan

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

35

kepada pembelajar, jika diperlukan. Guru hanya memberikan bantuan, tidak

mencampuri cara belajar pembelajar. Dengan demikian, guru harus percaya pada

proses belajar yang dilakukan oleh pembelajar. Guru membantu pembelajar

berperan sebagai problem-solver. Melalui proses ini pembelajar akan menjadi

pembelajar yang mandiri dan mampu memecahkan masalah-masalah kompleks

yang dihadapi.

Landasan teori PBM adalah kolaborativisme, suatu pandangan yang

berpendapat bahwa pembelajar akan menyusun pengetahuan dengan cara

membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimilikinya dan dari

semua yang diperoleh sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama individu.

Hal tersebut juga menyiratkan bahwa proses pembelajaran berpindah dari transfer

informasi fasilitator pembelajar ke proses konstruksi pengetahuan yang sifatnya

sosial dan individual. Menurut paham kosntruktivisme, manusia hanya dapat

memahami melalui segala sesuatu yang dikonstruksinya sendiri (Putrayasa,

2012:83). Pelaksanaan PBM memiliki ciri tersendiri berkaitan dengan langkah

pembelajarannya. Barret (2005) menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan PBM

sebagai berikut.

1. Penyampaian ide

2. Penyajian fakta

3. Mempelajari masalah

4. Menyusun rencana tindakan

5. Analisis dan evaluasi

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

36

2.4 Model Penelitian

Usaha untuk meningkatkan pemahaman peranti kohesi bahasa Indonesia

dilakukan melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Model

pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu tindakan mengubah pola

pembelajaran yang cenderung menggunakan metode konvensional.

Berdasarkan rumusan permasalahan yang ada, yaitu (1) bagaimanakah

kemampuan peserta didik dalam memahami peranti kohesi bahasa Indonesia

sebelum penerapan model pembelajaran berbasis masalah, (2) bagaimanakah

kemampuan peserta didik dalam memahami peranti kohesi bahasa Indonesia

setelah penerapan model pembelajaran berbasis masalah, dan (3) Kendala-

kendala apa sajakah yang dihadapi dalam pembelajaran pemahaman peranti

kohesi bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran berbasis

masalah? Oleh karena itu, dilakukan tindakan dengan dua siklus untuk

mendapatkan keadaan akhir sesuai dengan harapan, yaitu peningkatan

kemampuan pemahaman peranti kohesi bahasa Indonesia melalui penerapan

model pembelajaran berbasis masalah.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

research) dengan menggunakan metode kombinasi (mixed methods), yakni

metode penelitian kuantitatif dan metode kualitatif dengan model penelitian

concurrent triangulation. Metode kombinasi (mixed methods) adalah suatu

metode penelitian yang mengombinasikan atau menggabungkan antara

metode kuantitatif dan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-

sama dalam suatu kegiatan penelitian sehingga diperoleh data yang lebih

komprehensif, valid, reliabel, dan objektif. Di pihak lain, model yang

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka II.pdf · lanjutan. Sumber datanya adalah cerpen yang berjudul The Killers karya Ernest Hemingway, sedangkan data yang dianalisis berupa klausa

37

digunakan adalah model concurrent triangulation, yaitu metode penelitian

yang menggabungkan antara metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan

cara mencampur kedua metode tersebut secara seimbang (50% metode

kuantitatif dan 50% metode kualitatif). Metode tersebut digunakan secara

bersama-sama, dalam waktu yang sama, tetapi independen untuk menjawab

rumusan masalah yang sejenis (Sugiyono, 2012:499).

Gambar 2.1 Model Penelitian

Pembelajaran Pemahaman

Peranti Kohesi Bahasa Indonesia Siswa

Kemampuan Peserta Didik dalam

Memahami Peranti Kohesi Bahasa

Indonesia setelah Penerapan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah

Kendala-kendala

yang Dihadapi dalam

Penerapan Tindakan

Penerapan Model

Pembelajaran

Berbasis Masalah

Teori

Konstruktivisme

PTK Pemahaman

Peranti Kohesi

Model Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Mixed

Methods) dengan Model Penelitian Concurrent

Triangulation

Analisis Data

Kemampuan Peserta Didik dalam

Memahami Peranti Kohesi Bahasa Indonesia

sebelum Penerapan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah

Hasil Penelitian Pemahaman Peranti Kohesi

Bahasa Indonesia melalui Penerapan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah