BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1...

23
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 Pengertian IPA Menurut Jujun Suriasumantri, (1986:199) dalam (Trianto, 2012:136), menjelaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa inggris ‘science’. Kata ‘science’ berasal dari bahasa latin ‘scientia’ yang berarti saya tau. ‘Science’ terdiri dari social science (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan natural science (Ilmu Pengetahuan Alam). Pada perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam. H.W Fowel dalam (Trianto, 2012), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi. Wahyana menjelaskan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan yang terjadi tidah hanya berupa fakta yang sudah ada, melainkan pula adanya serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk memperoleh temuan-temuan baru melalui kegiatan eksperimen serta kegiatan investigasi lainya. 2.1.2 Hakikat IPA Trianto, (2012:137) menjelaskan pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. jadi disimpulkan bahwa IPA pada hakikatnya adannya temuan-temuan yang bersifat ilmiah. Selain sebagai proses dan produk, Daud Joesoef (dalam Marsetio Donoseoetro, 1990:7), pernah menganjurkan agar IPA dijadikan sebagai suatu “kebudayaan” atau suatu kelompok atau suatu institusi sosial dengan tradisi nilai, aspirasi, maupun inspirasi.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ilmu Pengetahuan Alam

2.1.1 Pengertian IPA

Menurut Jujun Suriasumantri, (1986:199) dalam (Trianto, 2012:136),

menjelaskan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam merupakan bagian dari ilmu

pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa inggris ‘science’. Kata

‘science’ berasal dari bahasa latin ‘scientia’ yang berarti saya tau. ‘Science’ terdiri

dari social science (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan natural science (Ilmu Pengetahuan

Alam). Pada perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang

berarti Ilmu Pengetahuan Alam”.

H.W Fowel dalam (Trianto, 2012), IPA adalah pengetahuan yang sistematis

dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan

terutama atas pengamatan dan dedukasi.

Wahyana menjelaskan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang

tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada

gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan yang terjadi

tidah hanya berupa fakta yang sudah ada, melainkan pula adanya serangkaian

kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk memperoleh temuan-temuan baru melalui

kegiatan eksperimen serta kegiatan investigasi lainya.

2.1.2 Hakikat IPA

Trianto, (2012:137) menjelaskan pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar

produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. jadi disimpulkan bahwa IPA pada

hakikatnya adannya temuan-temuan yang bersifat ilmiah. Selain sebagai proses dan

produk, Daud Joesoef (dalam Marsetio Donoseoetro, 1990:7), pernah menganjurkan

agar IPA dijadikan sebagai suatu “kebudayaan” atau suatu kelompok atau suatu

institusi sosial dengan tradisi nilai, aspirasi, maupun inspirasi.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

9

Menurut Laksmi Prihantoro dkk. (1986), dalam (Trianto, 2012:137),

mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi.

Produk yang dihasikan merupakan hasil dari sebuah proses pengaplikasian kegiatan

ilmiah.

2.1.3 Prinsip Pembelajaran IPA

Menurut Jhon S. Richarson (1957) menjelaskan bahwa ada tujuh prinsip

dalam proses belajar mengajar IPA dapat berhasil, prinsip tersebut adalah keterlibatan

siswa secara aktif, berkesinambungan, motivasi, multi saluran, penemuan, totalitas,

dan perbedaan individual. Berdasarkan tujuh prinsip tersebut diperjelas sebagai

berikut:

1. Prinsip keterlibatan siswa secara aktif

Menurut teori belajar kognitif, belajar menunjukan adanya jiwa yang

sangat aktif, jiwa yang mengolah informasi yang kita terima, tidak

sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi.

2. Prinsip berkesinambungan

Seorang guru hendaknya mengetahui apa yang telah diketahui siswanya,

sebab pengetahuan dasar siswa akan dijadikan jembatan untuk member

mereka pengetahuan yang baru. Dalam penyempurnaan prinsip ini, data

minat siswa baik individu maupun secara berkelompok dapat menjadi

modal dalam mengatasi hambatan yang dihadapi dalam proses

pembelajaran.

3. Prinsip motivasi

Motivasi dalam pembelajaran IPA dapat diartikan sebagai dorongan

untuk belajar IPA dorongan itu dapat bersumber dari kebutuhan

fisiologis, rasa aman, rasa cipta, rasa cinta, pengakuan atas

kemampuannya untuk melakukan sesuatu, dan termasuk kemampuan

untuk berhasil dalam cita-citanya.

4. Prinsip multi saluran/metode

Didasari bahwa daya serap siswa berbeda-beda, demikian juga jenis

metode pembelajaran yang disenangi juga berbeda. Tugas guru adalah

mengorganisasi belajar sedemikian rupa sehingga siswa tidak merasa

bosan dan dapat menangkap materi pelajaran yang diberikan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

10

5. Prinsip penemuan

Prinsip ini diterapkan dalam pembelajaran IPA karena pada dsarnya

anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedangkan alam sekitar penuh

dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu

lebih banyak. Masnur Muslichah, dalam Istiqomah, Lailatul (2009:32),

berpendapat bahwa penemuan diawali dari pengamatan terhadap

fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan bermakna untuk menghasilkan

temuan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat

fakta, tetapi hasil penemuan sendiri dari fakta yang dihadapinya.

6. Prinsip totalitas

Prinsip totalitas bertolak dari paham bahwa siswa belajar dengan

segenap kemampuan yang ia miliki sebagai makhluk hidup, yaitu panca

inderanya, perasaan dan pikirannya. Dalam proses belajar siswa tidak

hanya bergantung pada materi yang diajarkan, tetapi semua faktor-faktor

atau kondisi yang berbeda disekitannya turut menjadi penentu akan

keberhasilan belajar yang dilakukan.

7. Prinsip perbedaan individu

Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri, yang berbeda-beda

satu dengan yang lain. Karena hal inilah setiap siswa belajar menurut

kecepatannya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi

kecepatan belajar. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa yang

lain akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar

bagi dirinya sendiri. Implikasi adanya prinsip perbedaan individual, bagi

siswa diantaranya adalah menentukan tempat duduk dikelas, dan

menyusun jadwal pelajaran.

2.1.4 Tujuan Pembelajaran IPA

Menurut Barnel (1998:3) dalam Wibowo (2012) menyebutkan tujuan

pembelajaran IPA agar peserta didik memiliki berbagai kemampuan-kemampuan

sebagai berikut:

1. memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptan-Nya.

2. Mengembangkan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat di

terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang Saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, mencegah masalah dan membuat keputusan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

11

2.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni, (2011:15-27) dalam buku Pembelajaran Kooperatif

Meningkatkan Kecerdasan komunikasi Antar Peserta Didik, terdapat beberapa ahli

mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1. Sunal dan Hans, 2000 mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang

khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peseta didik agar

bekerja sama selama proses pembelajaran.

2. Menurut Anita Lie, 2000 menyebut pembelajaran kooperatif dengan

istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja dengan siswa

lain dalam tugas-tugas yang terstruktur.

3. Menurut Davidson dan Warsham, 2003 pembelajaran kooperatif adalah

kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa

belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar

yang berkelompok pengalaman individu maupun pengalaman

kelompok .

Menanggapi pendapat ahli tersebut daiatas tentang pembelajaran kooperatif,

bahwa model pembelajaran tersebut dirancang oleh guru dalam kegiatan kelompok

untuk mencapai pengalaman belajar yang sudah ditentukan. Model pembelajaran

kooperatif juga dapat dikatakan sebagai wahana belajar berdemokrasi, tiap individu

dituntut untuk menuangkan ide-ide hingga melakukan tindakan yang mengarahkan

pada kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.

2.2.3 Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni, (2011:27) ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu: 1) setiap

anggota memiliki peran, 2) terjadi interaksi langsung di antara siswa, 3) setiap

anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman

sekelompoknya, 4) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan

interpersonal kelompok, dan 5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat

diperlukan .

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

12

2.2.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

2.2.4.1 Pengertian Group Investigation

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata “Investigasi” adalah

penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta melakukan peninjauan, percobaan

dan sebagainya, dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan (tentang

peristiwa, sifat atau khasiat suatu zat, dan sebagainya); penyidikan.

Menurut Isjoni (2011:87) menjelaskan bahwa Group Investigation merupakan

model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip

belajar kooperatif dengan dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan

prinsip pembelajaran demokrasi. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dengan

memadukan pengalaman demi pengalaman berdasarkan temuan-temuan yang baru

dilakukan secara bersama-sama dalam pengamatan dan penyelidikan.

Sedangkan menurut Suprijono, (2013) Group Investigation merupakan

kegiatan pembelajaran yang diawali dengan pembagian kelompok. Selanjutnya guru

beserta peserta didik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-

permasalahan yang dikembangkan dari topik tersebut. Setiap kelompok melakukan

investigasi berdasarkan perencanaan. Setiap kelompok bekerja sama dalam

pengumpulan data, menganalisis data, membuat keimpulan sebagai hasil akhir untuk

dipersentasikan.

Berdasarkan pernyataan terdahulu dapat disimpulkan bahwa Group

Investigation adalah sekelompok siswa dalam kegiatan belajar yang dibentuk oleh

guru dengan suatu permasalahan atau sub topik materi pelajaran, kemudian dari

permasalahan atau topik yang diperoleh, selanjutnya siswa melakukan penyelidikan

untuk mengungkapkan kebenarannya dengan melakukan pengamatan-pengamatan

secara langsung, dan mendokumentasikan melalui merekam, memfoto, mencatat hasil

yang diperoleh sebagai bukti yang nyata.

2.2.4.2 Manfaat Pembelajaran Group Investigation

Penerapan pembelajaran Group Investigation mempunyai manfaat seperti

yang diutarakan di bawah ini:

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

13

1. Tanggung jawab, siswa dalam kelompok/tim memiliki tanggung jawab pada

tugas yang diberikan.

2. Bekerja keras, siswa ditruntut bekerja lebih giat guna mencari dan membahas

bersama kelompok materi diperoleh.

3. Melatih kepedulian, dalam hal ini siswa akan peduli akan keadaan lingkungan

kelompok artinya siswa saling membantu dan tiap inidividu aktif tidak ada

yang pasif.

4. Penemuan, siswa memperoleh konsep-konsep dalam belajar pada kegiatan

investigasi, artinya siswa dapat menemukan gaya belajar mereka.

5. Pembelajaran heterogen, artinya siswa dalam belajar tidak membedakan

akademis, gender, ataupun etnis.

2.2.4.3 Langkah-langkah Group Investigation

Sharan, dkk dalam Trianto (2012:80) membagi langkah-langkah pelaksanaan

pembelajaran model group investigation meliputi 6 fase sebagai berikut:

1. Memilih Topik

Siswa memilih sun topik khusus di dalam suatu daerah masalah umum

yang biasanya di tetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan

menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-

kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi hendaknya heterogen

secara akademis maupun etnis.

2. Perencanaan Kooperatif

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan

yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama.

3. Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan didalam

tahap ke dua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam

aktivitas dan keterampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa

kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik di dalam atau di

luar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan

menawarkan bantuan bila diperlukan.

4. Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan mensintesis informasi yang diperoleh pada

tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas

dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk

dipersentasikan kepada seluruh kelas.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

14

5. Persentasi hasil final

Beberapa atau kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara

yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain

saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh

presfektif luas terhadap topik itu. Persentasi di koordinasi oleh guru.

6. Evaluasi

Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari

topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok

terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan

dapat berupa penilaian individu atau kelompok.

2.2.4.4 Penerapan Pembelajaran Group Investigation

Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation menurut Sharan, dkk 1984, dalam (Trianto, 2012:80) tahapan-tahapan

dalam pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Group Investigation dapat susun sebagai berikut:

Tabel 2.1

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

Kegiatan Deskripsi

Awal 1. Menyiapkan kelas (Religius, Apersepsi, dan Motivasi).

2. Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai.

Inti

Fase 1

Memilih Topik

1. Guru menentukan kelompok siswa yang heterogen dari

sisi (jenis kelamin, etnik, dan kemampuan akademik).

2. Konsistensi pembagian tugas kelompok dengan mengundi

materi yang akan dibahas dengan meminta ketua

kelompok untuk mengambil undian yang telah disediakan

oleh guru.

Fase 2

Perencanaan

Kooperatif

1. Setelah seluruh kelompok mendapat materi, selanjutnya

dengan cara pembelajaran kooperatif yang berbasis

kelompok investigasi membahas materi.

2. Siswa diminta malakukan diskusi tentang langkah-langkah

apa yang akan mereka lakukan dalam menyelesaikan

materi yang diperoleh.

3. Siswa menyiapkan format hasil kegiatan kelompok,

(format yang telah disiapkan oleh guru).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

15

Fase 3

Implementasi

1. Siswa melaksanakan kegiatan sesuai dengan yang telah

direncanakan.

2. Siswa mencatat atau mendokumentasikan temuan-temun

yang diperoleh dalam kegiatan kelompok.

Fase 4

Analisis dan

Sintesis

1. Siswa dalam kelompok membahas dan mendiskusikan

hasil yang telah diperoleh dalam kegiatan

investigasi/penyelidikan atas materi yang diperoleh.

2. Keputusan-keputusan dalam diskusi kemudian dicatat

pada lembar kerja kelompok yang telah disediakan

sebelumnya.

Fase 5

Persentasi hasil

final

1. Hasil investigasi/penyelidikan atas materi yang dipoleh

kemudian diperetanggung jawabkan oleh kelompok

dengan persentasi di depan kelas.

2. Partisipasi kelompok lain dengan cara mengajukan

pertanyaan-pertanyaan pada kelompok persentasi.

Akhir

Fase 6

Evaluasi

1. Kegiatan interaksi antar siswa dan guru dengan

memberikan penjelasan singkat sekaligus penyimpulan

materi secara bersama-sama, meluruskan miskonsepsi

yang terdapat pada tiap kelompok.

2. Kegiatan evaluasi, pada kegiatan ini siswa diberikan soal

evaluasi (tes formatif) untuk dikerjakan secara individu

ataupun kelompok sebagai tolak ukur pemahaman siswa

terhadap materi.

2.2.4.5 Kelebihan dan Kekurangan Group Investigation

Menurut Slavin Dalam Susanti (2014) pembelajaran kooperatif tipe group

investigation mempunyai kelebiahan dan kekurangan yaitu:

a. Kelebihan Group Investigation

1. Dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri,

kritis, dan kreatif.

2. Dapat melatih siswa untuk mengembangkan sikap saling memahami dan

menghormati (demokratis).

3. Dapat melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi.

4. Dapat menumbuhkan sikap saling bekerjasama antar siswa.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

16

b. Kekurangan Group Investigation

1. Menurut Huda (2013) group investigation pembelajaran kooperatif yang

mengharuskan siswa untuk menggunakan skil berpikir level tinggi.

2. Menurut Trianto (2013) group investigation pembelajaran kooperatif yang

kompleks dan sulit untuk diterapkan.

3. Menurut Al-Tabany (2014) group investigation memerlukan norma dan

struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat

pada guru.

4.3. Motivasi

2.3.1 Pengertian Motivasi

Menurut Mc. Donal, dalam Sardiaman, (2011:73-91) menyatakan bahwa

motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya “ feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan .

Woodworth dan Marques dalam Mustakim, dkk (2010:72) mengatakan

motivasi/motif adalah suatu tujuan jiwa yang mendorong individu untuk aktivitas-

aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi di sekitarnya.

Sukmadinata, (2009:61), dalam bukunya yang berjudul landasan psikologi

proses pendidikan, bahwa motivasi/motif adalah dorongan yang terarah kepada

pemenuhan kebutuhan psikis atau rokhaniah. Kebutuhan atau need merupakan suatu

keadaan dimana individu merasakan adanya kekurangan, atau ketiadaan sesuatu yang

diperlukannya. Keinginan atau wash adalah harapan untuk mendapatkan atau

memiliki sesuatu yang dibutuhkan .

Berdasarkan pengertian-pengertian terdahulu dapat disimpulkan bahwa

motivasi merupakan usaha pada jiwa individu yang mendorong melakukan aktivitas-

aktivitas pada tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai. Adapun usaha yang

dimaksud, dapat bersumber dari individu bahkan luar individu itu sediri.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

17

2.3.2 Peranan Motivasi

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan

perilaku individu yang sedang belajar. Menurut B. Uno, (2007:27-28) ada beberapa

peranan penting dari motivasi dalam belajar, antara lain:

a. Peranan motivasi dalam menentukan penguatan belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak

yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan

pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang

pernah dilaluinya.

b. Peranan motivasi dalam memperjelas tujuan belajar

Peranan motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya

dengan kemaknaan belajar. Anak akan termotivasi bila sudah

mengetahui makna dari apa yang ia pelajari.

c. Peran motivasi dapat menentukan ketekunan belajar.

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha

mempelajarinya dengan baik dan tekun dengan harapan memperoleh

hasil yang baik. Motivasi menyebabkan seseorang tekun belajar, tidak

mudah tergoda untuk mengerjakan hal lain. Hal ini sangat berpengaruh

terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.

2.3.3 Macam-macam Motivasi

Mengenai pengklasifikasian motivasi/motif menurut Sardiman, (2011:86-90),

dalam bukunya interaksi dan motivasi belajar mengajar, dapat dilihat dari berbagai

sudut pandang berikut ini :

1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.

Jenis motif ini yang dikemukakan oleh Frandsen adalah :

a. Cognitive motives

Motif ini menunjuk pada gejala intrinsik, yakni menyangkut kepuasan

individual yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berwujud

proses dan produk mental.

b. Self-expressionPenampilan diri adalah sebagian dari perilaku

manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu

mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu

membuat suatu kejadian.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

18

c. Self-enhancement

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan

meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri

ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar

dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik

untuk mencapai suatu prestasi.

2. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis.

a. Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk

minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk

beristirahat.

b. Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain:

dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas,

untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul

karena rangsangan dari luar.

c. Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk

melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untukm menaruh

minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat

menghadapi dunia luar secara efektif.

3. Motivasi jasmaniah dan rohaniah.

Yang termasuk motivasi jasmaniah seperti misalnya: reflex, insting

otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk rohaniah adalah kemauan.

Pada setiap diri manusia kemauan terbentuk melalui empat momen

yaitu: momen timbulnya alasan, momen pilih, momen putusan, momen

terbentuknya kemauan.

4. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

a. Motif intrinsik

Yang dimaksud dengan motif intrinsik adalah motif-motif yang

menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu diransang dari luar,

karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu.

b. Motif ekstrinsik

Motif ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya

karena adanya ransangan dari luar.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

19

2.3.4 Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar

adalah perubahan tingkah laku secara relatif parmanen dan secara potensial terjadi

sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan

tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan

keinginan berhasil dengan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Faktor

ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan

kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh ransangan

tertentu, sehingga seseorang berkeingginan untuk melakukan aktivitas belajar yang

lebih giat dan semangat.

Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang

sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan

beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar

dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

Indikator motivasi belajar menurut B.Uno dalam Suprijono, (2013:163) di

klasifikasikan sebagai berikut:

1) Adanya hasrat dan keingian berhasil, yaitu kesadaran dalam individu

untuk berhasil dalam belajar dengan memperoleh nilai yang baik,

rengking di kelompok belajarnya.

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, dorongan-dorongan

dalam belajar seperti ini misalnya ingin menguasai apa yang akan

dipelajari, dan ingin mengetahui apa yang hendak diketahuinya.

3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan, setiap individu memiliki

cita-cita dalam hidupnya, sehingga terpicu untuh berhasil dalam

belajar supaya dapat mencapai apa yang dicita-citakannya.

4) Adanya penghargaan dalam belajar, misalnya adanya hadiah, pujian

terhadap apa yang telah siswa peroleh dalam belajar akan lebih

memberinya motivasi lagi dalam belajar.

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, siswa akan lebih

termotivasi dalam belajar apabila penyajian materi menarik perhatian

siswa, misalnya penggunaan media, pengorganisasian belajar yang

bervariasi sehingga membuat siswa aktif dalam belajar.

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan

seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

20

Sedangkan menurut Sardiman, (2011:83) dalam bukunya Interaksi dan

Motivasi Belajar Mengajar, motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-

ciri sebagai berikut:

1. Tekun menghadapi tugas, (dapat bekerja terus menerus dalam waktu

yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2. Ulet menghadapi kesulitan, (tidak lekas putus asa, terus berusaha).

3. Menunjukan minat, (adanya keseriusan dalam mengikuti

pembelajaran).

4. Lebih senang belajar mandiri, (mengulang pelajaran yang dianggap

masih membingungkan pada waktu luangnya).

5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, (merasa bosan apabila

kegiatan belajarnya dilakukan dengan cara yang menoton atau tidak

variatif).

6. Dapat mempertahankan pendapatnya ( kalau sudah yakin akan

sesuatu).

7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu, (konsisten terhadap

keputusan yang dibuat).

8. Senang mencari dan memecahkan soal-soal, (adanya rasa penasaran

atau rasa ingin tahu yang kuat yang mendorong untuk melakukan

tindakan).

2.3.5 Indikator Pengukuran Motivasi Belajar

Indikator pengukuran motivasi belajar pada pembelajaran Ilmu Penegetahuan

Alam (IPA) dalam hal ini, sebagaimana yang telah dipaparkan oleh B.Uno dalam

Suprijono. (2013:163) terdapat beberapa pengklasifikasian motivasi belajar yakni:

(1). adanya hasrat dan keingian berhasil, (2). adanya dorongan dan kebutuhan dalam

belajar, (3). adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4). adanya penghargaan dalam

belajar, (5). adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6). adanya lingkungan

belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan

baik.

2.3.6 Bentuk-bentuk Motivasi Belajar

Menurut Sardiman, (2011:92-95) dalam bukunya interaksi dan motivasi

belajar mengajar, bahwa terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi motivasi

dalam kegiatan belajar disekolah.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

21

1. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.

Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka/nilai

yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai

ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik.

2. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu

demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan

menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk

sesuatu pekerjaan tersebut.

3. Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk

mendorong belajar siswa. Persaingan, baik individual maupun

kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya

tugas dan menerimannya sebagai tantangan sehingga bekerja keras

dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk

dari motivasi yang cukup penting.

5. Member ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan adanya

ulangan. Oleh karena itu, member ulangan juga merupakan sarana

motivasi.

6. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan,

akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui

bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri

siswa untuk terus belajar, dengan harapan hasilnya terus meningkat.

7. Pujian

Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positf dan sekaligus

merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat akan

memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah

belajar sekaligus akan membangkitkan harga diri.

8. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negative tetapi kalau

diberikan secara tepat dan bijak bias menjadi alat motivasi.

9. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsure kesengajaan, ada maksud

untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala

sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti

pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar,

sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

22

10. Minat

Minat dapat dibangkitkan dengan cara yaitu, a). membangkitkan

adanya suatu kebutuhan, b). menghubungkan dengan persoalan

dengan pengalaman yang lampau, c). member kesempatan untuk

mendapatkan hasil yang baik, d). menggunakan berbagai macam

bentuk mengajar.

11. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan

merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan

memenuhi tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna

dan menguntungkan, maka akan timbul garah untuk terus belajar.

2.4 Hasil Belajar

2.4.1 Pengertian Belajar

Menurut Slameto, (2010:2) dalam bukunya “Belajar dan Faktor-faktor yang

Menpengaruhi” belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

W.S. Winkel (1996:53) dalam Suyono (2011:14) seorang kognitivis,

menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.

Selanjutnya Roziqin (2007:26) dalam Kosasih, dkk ( 2013:10) menjelaskan

bahwa belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh

sebuah perubahan tingkah laku yang mantap, baik diamati maupun yang tidak dapat

diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman

dalam interaksi dengan lingkungannya.

Jadi, belajar merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk menambah

pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada pada dirinya, melalui berbagai interaksi

dengan individu lain maupun kelompok, dalam lingkup formal maupun non-formal.

Adanya rasa ingin tau pada diri individu pada suatu yang dianggap dirinya belum

memahami hal itu, sehingga dia berusaha untuk mencari tau dengan belajar melaui

pengalaman-pengalaman maupun interaksi dengan lingkunganya.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

23

2.4.2 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sudjana, (2011:22), menjelaskan hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar . Belajar

merupakan segenap kemampuan, keberhasilan dan keterampilan yang dimiliki

individu melalui kegiatan belajar yang ditempunya.

Menurut Suprijono (2013:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-

nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Setiap guru

pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang

dibimbingnya. Maka dari itu, guru harus memiliki hubungan dengan siswa yang

dapat terjadi melalui proses belajar mengajar.

Setiap proses belajar mengajar keberhasilan diukur dari seberapa jauh hasil

belajar yang dicapai siswa. Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijino (2013:5-6),

hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapibilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan

konsep dalam lambang.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkian

gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud

otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Sedangkan menurut Nananawani dalam Susanto (2013) hasil belajar

daiartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di

sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah

materi pelajaran tertentu. Kemudian, Rusman (2012) berpendapat hasil belajar adalah

sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa mencakup ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

24

Berdasarkan pengertian tentang hasil belajar terdahulu dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar merupakan sejumlah kemampuan yang dimiliki oleh siswa

setelah kegiatan pembelajaran. Kemampuan-kemampuan yang dimaksud adalah

kemampuannya dibidang akademik dan kemampuan non-akademik. Hasil belajar

dapat pula digambarkan sebagai keberhasilan siswa yang cakupannya pada

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Selanjutnya siswa yang awalnya

belum tahu menjadi tahu, tidak pandai menjadi pandai, dan sebagainya. Pada sebuah

kasus terdapat siswa yang mengalami motivasi kurang, melalui kegiatan belajar dan

interaksi dengan lingkunganya, motivasi belajarnya meningkat. Hal tersebut dapat

dikatakan sebagai hasil belajar yang diperoleh melalui belajar dan interaksi sosial.

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Sukmadinata (2009:162-165) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua jenis saja, yaitu faktor yang bersumber

pada dirinya atau dari luar dirinya atau lingkungan. Kedua faktor tersebut saling

mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentuka kualitas hasil

belajar.

1. Faktor dalam diri individu (internal)

Faktor dari dalam individu menyagkut hal-hal berikut:

a. Aspek jasmaniah

Aspek jasmaniah mencakup kondisi dan kesehatan jasmaniah dari

individu. Tiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda, ada yang

tahan belajar lima atau enam jam terus-menerus, tetapi ada juga

yang hanya tahan satu dua jam saja. Kondisi fisik menyangkut pula

kelengkapan dan kesehatan indra penglihatan, pendengaran,

perabaan, penciuman dan pencecapan. Indra yang paling penting

dalam belajar adalah penglihatan dan pendengaran.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

25

b. Aspek psikis atau rohaniah

Hal-hal yang menyangkut aspek-aspek ini adalah sebagai berikut:

1. Kondisi kesehatan psikis

Seseorang yang sehat rohaninya adalah orang yang bebas dari

tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguan-gangguan

perasaan, kebiasaan-kebiasaan buruk yang menggangggu,

frustasi, konflik-konflik psikis. Seseorang yang sehat rohaninya

akan merasakan kebahagian, dapat bergaul dengan orang lain

dengan wajar, dapat mempercayai dan bekerja sama dengan

orang lain, dapat tidur nyenyak, selera makan normal, dsb.

2. Kondisi intelektual

Kondisi intelektual ini menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-

bakat baik bakat sekolah maupun bakat pekerejaan. Juga

termasuk kondisi intelektual adalah penguasaan siswa akan

pengetahuan atau pelajaran-pelajaran yang lalu.

3. Kondisi sosial

Kondisi sosial menyangkut siswa dengan orang lain., baik

gurunya, temannya, orang tuanya, maupun orang-orang yang

lainnya. Seseorang yang memiliki kondisi hubungan yang

wajar dengan orang-orang disekitarnya akan memiliki

ketentraman hidup, dan hal ini akan mempengaruhi konsentrasi

dan kegiatan belajar dan sebaliknya.

4. Situasi afektif

Selain ketenangan dan ketentraman psikis juga motivasi untuk

belajar. Belajar perlu didukung oleh motivasi yang kuat dan

konstan. Motivasi yang lemah serta tidak konstan kurangnya

usaha belajar, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil

belajar.

5. Keterampilan yang dimiliki

Keberhasiulan belajar seseorang juga dipengaruhi oleh

keterampilan-keterampilan yang di milikinya, seperti

keterampilan membaca, berdiskusi, memecahkan masalah,

mengerjakan tugas-tugas, dsb.

2. Faktor dari luar individu atau lingkungan (Eksternal)

Faktor-faktor luar individu atau eksternal yang dapat mempengaruhi

hasil belajar, terdapat hal-hal berikut:

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

26

a. Lingkungan keluarga

Keluarga, merupakan lingkungan pertama dan utama dalam

pendidikan, memberikan landasan dasar bagi proses belajar pada

lingkungan sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor fisik dan sosial

psikologis yang ada dalam keluarga sangat berpengaruh terhadap

perkembangan belajar anak. Termasuk faktor fisik dalam lingkungan

keluarga adalah keadaan rumah, keadaan tempat belajar, sarana dan

prasarana belajar yang ada, suasana dalam rumah apakah tenang atau

banyak kegaduhan.

b. Lingkungan rumah

Suasana lingkungan rumah di sekitar pasar, terminal atau tempat-

tempat hiburan berbeda dengan daerah khusus pemukiman. Suasana

lingkungan rumah di lingkungan pemukiman yang padat dan kurang

tertata, juga berbeda dengan pemukiman yang jarang dan tertata.

c. Lingkungan fisik

Lingkungan fisik adalah kondisi dan suasana sosial psikologis dalam

keluarga. Kondisi dan suasana ini menyangkut keutuhan keluarga,

iklim psikologis, iklim belajar dan hubungan antara anggota

keluarga. Keluarga yang tidak utuh, baik secara struktural maupun

fungsional, kurang memberikan dukungan yang positif terhadap

perkembangan belajar.

d. Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi

perkembangan belajar bagi para siswanya. Lingkungan ini meliputi

lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekolah, sarana dan

prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media

pembelajaran, dsb. Lingkungan sosial yang menyangkut hubungan

siswa dengan teman-temannya, guru-gurunya, serta staf sekolah

yang lain. Lingkungan sekolah menyangkut akademis yaitu suasana

dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, berbagai kegiatan

kokurikuler, dsb.

e. Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat di mana siswa atau individu berada juga

berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya. Lingkungan

masyarakat di mana warganya memiliki latar belakang pendidikan

yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-

sumber belajar didalamnya akan memberikan pengaruh yang positif

terhadap semangat dan perkembangan belajar generasinya.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

27

2.5 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Setyaningsih, R, 2012. Peningkatan motivasi belajar IPS dengan menerapkan

metode pembelajaran kooperatif group investigation (GI) di kelas IV SD Negeri 01

Tengklik Kecamatan Tawangmangu Tahun 2011/2012.

Pada siklus I dan siklus II didapatkan peningkatan motivasi dan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran. Peningkatan hasil belajar siswa diamati melalui beberapa

indikator yaitu : pada siklus I terdapat 16 siswa (44,45%) yang bertanya, pada siklus

II meningkat menjadi 27 siswa (75%), siklus I terdapat 18 siswa (50%) yang

mengeluarkan pendapat, pada siklus II meningkat menjadi 27 siswa (75%), pada

siklus I terdapat 15 siswa (41,67%) yang memiliki perhatian terhadap materi dan

guru, pada siklus II meningkat menjadi 29 siswa (80,56%), pada siklus I terdapat 20

siswa (55,56%) yang dapat menyelesaikan tugas, pada siklus II meningkat menjadi

30 siswa (83,34%), pada siklus I terdapat 18 siswa (50%) yang dapat bekerja sama

dengan kelompok, pada siklus II meningkat menjadi 29 siswa (80,56%).

Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS sebelum diadakan tindakan nilai

rata-rata kelas adalah 55,44 setelah diadakan tindakan oleh peneliti hasil belajar siswa

meningkat. Pada siklus I hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS nilai rata-rata

kelas mencapai 66,80 dan pada siklus II mencapai 71,52. Hasil tindakan pelajaran

pada siklus I yang dilakukan peneliti dan guru kelas IV diperoleh keterangan sebagai

berikut : berdasarkan ketuntasan siswa dari 36 siswa terdapat 19 siswa atau sekitar

52,78% yang sudah mencapai ketuntasan, sedangkan 17 siswa atau sekitar 47,22%

belum mencapai ketuntasan dengan nilai rata-rata 66,80. Pada sikluus II diperoleh

data dari 36 siswa terdapat 29 siswa atau sekitar 80,5% yang sudah mencapai

ketuntasan, sedangkan 7 siswa atau sekitar 19,4% belum mencapai ketuntasan dengan

nilai rata-rata 71,52.

Mutmainah,2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation (GI) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V

SDIT Bina Insani (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SDIT Bina Insani Kelas V

Semester II Serang-Banten).

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

28

Dari hasil penelitian motivasi belajar matematika siswa pada siklus I skor

kategori tinggi rata-rata motivasi belajar matematika siswa mencapai 11,11%,

kemudian pada siklus II meningkat menjadi 66,67%. Hal ini didukung dengan

observasi motivasi belajar matematika selama siklus I mendapat skor rata-rata

persentase 53% dan siklus II mendapat skor rata-rata persentase sebesar 74%.

Hasil tes matematika siklus I dan siklus II menunjukan ada peningkatan hasil

belajar matematika dilihat dari rata-rata nilai siswa yang mencapai KKM yang

tertentukan yaitu 75. Pada siklus I rata-rata peresentase nilai matematika dengan

capaian KKM 74,07%. Sedangkan pada siklus II capaian KKM meningkat menjadi

92,59%.

Handayani, A. T. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Tema Lingkungan pada

Siswa Kelas II Sekolah Dasar SDN Labani Suko Wringinanom.

Subjek penelitian siswa kelas II SDN Lebani Suko Wringinanom yang

berjumlah 30 siswa. Pengumpulan data dengan metode observasi tes. Hasil prestasi

belajar siswa mengalami peningkatan selama 2 siklus pembelajaran, dengan

persentasi ketuntasan 53.33% pada siklus I, 86.66% pada siklus II.

2.6 Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran

yang masih bersifat konvensional akan berdampak pada motivasi dan hasil belajar

siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajarnya rendah maka hasil belajarnya akan

rendah pula, sebaliknya apabila motivasi belajar tinggi maka hasil belajarnya juga

akan tinggi.

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di SD Salatiga 02 Kelas V

Semester II Tahun pelajaran 2015/2016, dari hasil ulanagan yang di lakukan masih

terdapat nilai yang di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75. Sehingga

tindakan yang lakukan oleh peneliti adalah dengan menerapkan pembelajaran

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

29

kooperatif tipe Group Investigation, dimana langkah-langkah dalam pembelajaran

kooperatif tipe group Investigation menurut Sharan, dkk (1984) adalah pertama

memilih topik, kedua perencanaan kooperatif, ketiga implementasi, keempat analisis

dan sintesis, kelima persentasi hasil pinal, dan keenam evaluasi.

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ini akan

dilaksanakan dalam siklus-I dan siklus-II. Harapan yang diinginkan pada akhir

pembelajaran adalah adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar pada siswa kelas

V Sekolah Dasar Salatiga 02.

Kondisi

Awal

Model pembelajaran bersifat

konvensional,(Terdapat nilai siswa dibawah

KKM)

Pembelajaran Kooperatif

Tipe Group Investigation

Langkah-langkah :

1. memilih topik

2. perencanaan kooperatif

3. Implementasi

4. Analisis dan sintensis

5. Persentasi hasil final

6. Evaluasi

Melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

terdapat peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa.

Gambar 2.1

Skema Kerangka Berpikir

Tindakan

Siklus-I

Siklus-II

Hasil Akhir

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1 …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/11170/2/T1... · 2017-05-05 · gejala-gejala alam (dalam Trianto, 2012). Perkembangan-perkembagan

30

2.7 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan kerangka berpikir diatas, maka dapat disimpulkan

bahwa dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

akan terdapat peningkatan pada Motivasi dan Hasil Belajar IPA Bagi Siswa

Kelas V Sekolah Dasar Negeri Salatiga 02 Semester II Tahun Pelajaran

2015/2016.