BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...

18
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 2.1.1 Taman Nasional Kepulauan Seribu Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKpS) terletak pada posisi geografis 5°24' - 5°45 LS dan 106°25' - 106° 40' BT, terbentang seluas 107.489 ha (SK. Menteri Kehutanan Nomor: 6310/Kpts-II/2002). Kepulauan Seribu merupakan gugusan kepulauan yang terletak di sebelah utara Jakarta, tepat berhadapan dengan Teluk Jakarta. Dan secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Dengan memiliki 4 (empat) zona di dalam kawasannya. Kawasan ini meliputi wilayah laut hingga pasang tertinggi, termasuk kawasan barat Pulau Penjaliran Barat dan Penjaliran Timur dengan luas 39,5 ha. Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu terdiri dari pulau-pulau karang sebanyak 105 buah dengan total luas wilayah daratan sebesar 8,7 km² (BTNKpS 2007). Berdasarkan letak kontinental dan oseanografisnya, wilayah Kepulauan Seribu memiliki iklim muson laut tropis, yakni adanya pergantian arah angin tiap enam bulan yang disebut angin muson dengan kecepatan angin antara 2-4 knot/jam. Temperatur udara sepanjang tahun umumnya berkisar antara 28 o -32 o C, dengan kelembaban udara rata-rata adalah 80%, sedangkan curah hujan rata-rata mencapai 400 mm/tahun. Mata pencaharian pokok masyarakat adalah nelayan tangkap 70,99%, utamanya nelayan tangkap termasuk nelayan jaring muroami (jaring yang tidak ramah lingkungan karena merusak karang) dan sebagian kecil masih menggunakan racun potasium sianida dan atau dinamit. Berdasarkan kriteria kegiatan budidaya perikanan berupa kondisi fisik geofisik (keterlindungan, kedalaman perairan, dan substrat dasar laut), oceanografis (kecepatan arus), dan kualitas air (kecerahan dan salinitas), kapasitas Kepulauan Seribu untuk pengembangan budidaya perikanan laut seluas 904,17 ha, diantaranya 622,49 ha (66%) dalam kawasan TNKpS.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

2.1.1 Taman Nasional Kepulauan Seribu

Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKpS) terletak pada posisi

geografis 5°24' - 5°45 LS dan 106°25' - 106° 40' BT, terbentang seluas

107.489 ha (SK. Menteri Kehutanan Nomor: 6310/Kpts-II/2002). Kepulauan

Seribu merupakan gugusan kepulauan yang terletak di sebelah utara Jakarta, tepat

berhadapan dengan Teluk Jakarta. Dan secara administratif berada dalam wilayah

Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu,

DKI Jakarta. Dengan memiliki 4 (empat) zona di dalam kawasannya. Kawasan ini

meliputi wilayah laut hingga pasang tertinggi, termasuk kawasan barat Pulau

Penjaliran Barat dan Penjaliran Timur dengan luas 39,5 ha. Taman Nasional Laut

Kepulauan Seribu terdiri dari pulau-pulau karang sebanyak 105 buah dengan total

luas wilayah daratan sebesar 8,7 km² (BTNKpS 2007).

Berdasarkan letak kontinental dan oseanografisnya, wilayah Kepulauan

Seribu memiliki iklim muson laut tropis, yakni adanya pergantian arah angin tiap

enam bulan yang disebut angin muson dengan kecepatan angin antara 2-4

knot/jam. Temperatur udara sepanjang tahun umumnya berkisar antara 28o-32

o C,

dengan kelembaban udara rata-rata adalah 80%, sedangkan curah hujan rata-rata

mencapai 400 mm/tahun.

Mata pencaharian pokok masyarakat adalah nelayan tangkap 70,99%,

utamanya nelayan tangkap termasuk nelayan jaring muroami (jaring yang tidak

ramah lingkungan karena merusak karang) dan sebagian kecil masih

menggunakan racun potasium sianida dan atau dinamit. Berdasarkan kriteria

kegiatan budidaya perikanan berupa kondisi fisik geofisik (keterlindungan,

kedalaman perairan, dan substrat dasar laut), oceanografis (kecepatan arus), dan

kualitas air (kecerahan dan salinitas), kapasitas Kepulauan Seribu untuk

pengembangan budidaya perikanan laut seluas 904,17 ha, diantaranya 622,49 ha

(66%) dalam kawasan TNKpS.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

7

Berdasarkan kriteria kepariwisataan berupa keindahan alam, keaslian

panorama alam, keunikan ekosistem, tidak adanya gangguan alam yang

berbahaya, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, kapasitas

Kepulauan Seribu untuk pengembangan pariwisata seluas 872,06 ha dengan

kapasitas pengunjung 2.318 Orang per hari, diantaranya 795,38 ha dan 1.699

Orang per hari (73%) adalah kapasitas dalam kawasan TNKpS. Penduduk

Kepulauan Seribu berjumlah 4.920 KK (660 Keluarga Pra- Sejahtera),

diantaranya 65% bermukim di Pulau Pemukiman (Pulau Panggang, Pulau

Pramuka, Pulau Kelapa, Pulau Kelapa Dua, dan Pulau Harapan) yang berada di

dalam Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKpS 2011).

Pada tahun 2009 tutupan substrat di ekosistem terumbu karang Kepulauan

Seribu didominasi oleh komponen abiotik dengan nilai tutupan sebesar 36,19%.

Tutupan karang keras hanya 34,27%. Karang lunak mencakup 16,06%.

Selebihnya adalah alga mencakup 7,06% dan biota lain sebesar 4,82%. Maka

kondisi terumbu karang di Kepulauan Seribu berada pada kategori sedang.

Dimana Pulau Bira besar merupakan salah satu stasiun pengamatan terumbu

karang yang dilakukan oleh Setyawan dkk (2011) dan termasuk ke dalam

kawasan TNKpS.

2.1.2 Pulau Bira Besar

Pulau Bira Besar termasuk ke dalam Kelurahan Pulau Harapan yang

merupakan salah satu kawasan dari TNKpS dengan luas pulau 29 ha. Pulau Bira

Besar memiliki keunikan dibandingkan Pulau-pulau lainnya di TNKpS karena

masuk ke dalam dua zona, yaitu Zona Inti pada bagian Utara dan Zona

Pemanfaatan Wisata pada bagian lainnya.

Kondisi pantai pulau Bira Besar dimulai dengan pantai berpasir halus yang

diikuti dengan campuran pasir kasar dan pecahan karang, kemudian diikuti oleh

daerah pertumbuhan alga yang didominasi oleh karang mati yang ditumbuhi

berbagai jenis alga. Pada daerah tubir didominasi oleh karang marga Porites

berukuran besar (Aziz dan Darsono 1988 dalam P2O-LIPI 2000).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

8

Fasilitas yang ada di Pulau Bira Besar terbilang sangat mewah karena

tardapat langangan golf dengan hole berjumlah 9 hole, kolam renang, helipad dan

20 cottage. Namun kondisinya saat ini hampir semua dari fasilitas itu tidak lagi

terpakai, hanya 8 cottage yang berfungsi sebagai tempat penginapan bagi para

pengunjung (Jowo 2012).

2.2 Parameter Perairan Sebagai faktor Pembatas Terumbu Karang

Kondisi terumbu karang yang baik harus didukung oleh kondisi perairan

yang baik pula. Adapun parameter fisika dan kimia yang mempengaruhi

kehidupan terumbu karang yaitu:

1. Suhu, perkembangan terumbu karang yang optimal terjadi di perairan yang

rata-rata suhu tahunannya 23 - 25°C, terumbu karang dapat mentoleransi suhu

36 - 40°C. (Nybakken 1992).

2. Cahaya adalah salah satu faktor yang paling penting yang membatasi terumbu

karang, karena cahaya yang cukup harus tersedia agar fotosintesis oleh

zooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang dapat terlaksanakan. Tanpa

cahaya yang cukup, laju fotosintesis dipastikan berkurang dan bersama dengan

itu kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk

terumbu berkurang pula (Nybakken 1992).

3. Arus laut permukaan merupakan pencerminan langsung dari pola angin yang

bertiup pada waktu itu. Arus dapat berdampak positif yaitu membawa nutrient

dan bahan-bahan organik yang dibutuhkan oleh karang dan zooxanthellae serta

juga dapat berdampak negatif yaitu menyebabkan sedimentasi di perairan

terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat pada

kematian karang. (Romimohtarto dan Juwana 2007).

4. Salinitas merupakan takaran bagi keasinan air laut. Satuannya adalah ppt (0/00)

dan simbol yang dipakai yaitu S0/00. Salinitas didefinisikan sebagai berat zat

padat terlarut dalam gram per kilogram air laut. Singkatnya salinitas adalah

berat garam dalam gram per kilogram air laut. Salinitas ditentukan dengan

mengukur klor yang takarannya adalah klorinitas. Secara fisiologis salinitas

mempengaruhi kehidupan hewan karang, karena adanya tekanan osmosis pada

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

9

jaringan karang hidup. Salinitas optimum bagi kehidupan karang berkisar

antara 30-35‰ (Romimohtarto dan Juwana 2007).

2.3 Terumbu Karang

2.3.1 Klasifikasi dan Morfologi Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang khas dan sangat

produktif yang terdapat di perairan pesisir daerah tropis, dengan beragam

tumbuhan dan hewan laut yang berasosiasi didalamnya. Terumbu terbentuk dari

endapan-endapan masif kalisium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh

organisme karang pembentuk terumbu dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang

hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari alga berkapur

serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat (Nybakken 1992).

Klasifikasi karang menurut Veron et al (1986):

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metazoa

Phylum : Coelenterata

Subphylum : Cnidaria

Class : Anthozoa

Subclass :

1. Zoontharia,

Famili: Mossidae, Pectinidae, Caryophylidae, Pocilipiridae, Agari-

ciidae, Fungiidae, Oculinidae, Merulinadae, Faviidae,

Acroporidae, Poritidae.

2. Octocaralia

Famili: Helioporidae dan Tubiporidae.

Karang terdiri dari dua kelompok, yaitu karang hermatipik dan karang

ahermatipik. Karang hermatipik dapat menghasilkan terumbu sedangkan karang

ahermatipik tidak dapat menghasilkan terumbu. Karang hermatipik tersebar di

seluruh dunia, tetapi karang ahermatipik hanya tersebar di perairan tropis.

Perbedaan yang mencolok antara kedua tipe karang ini adalah bahwa di dalam

jaringan karang hermatipik terdapat sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis yang

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

10

dinamakan zooxantellae. Sedangkan pada karang ahermatipik tidak terdapat

zooxantellae di dalam jaringan karangnya.

2.3.2 Stuktur dan Anatomi Karang

Karang merupakan binatang yang sederhana berbentuk tabung dengan

mulut berada di atas yang juga berfungsi sebagai anus. Pada bagian mulut

dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi sebagai penangkap makanan. Mulut

dilanjutkan dengan tenggorokan yang pendek yang langsung menghubungkan

dengan rongga perut. Pada bagian dalam rongga perut terdapat semacam usus

yang disebut dengan mesenteri filament yang berfungsi sebagai alat pencerna.

Untuk tegaknya seluruh jaringan, polip didukung oleh kerangka kapur sebagai

penyangga. Kerangka kapur ini berupa lempengan-lempengan yang tersusun

secara radial dan berdiri tegak pada lempeng dasar. Lempengan yang berdiri ini

disebut sebagai septa yang tersusun dari bahan anorganik dan kapur yang

merupakan hasil sekresi dari polip karang (Suharsono 2008) (Gambar 1).

Gambar 1. Stuktur Polip Karang

(Sumber: Suharsono 2008)

Dinding dari polip karang terdiri dari tiga lapisan yaitu ektoderm,

endoderm, dan mesoglea. Ektoderm merupakan jaringan terluar yang terdiri dari

berbagai jenis sel antara lain sel mucus dan sel nematocyts. Mesoglea merupakan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

11

jaringan yang berada di tengah pada polip berupa lapisan seperti jelly. Di dalam

lapisan jelly terdapat fibril-fibril sedangkan di lapisan luar terdapat sel semacam

sel otot. Jaringan endoderm berada di lapisan dalam yang sebagian besar selnya

berisi alga yang merupakan simbion karang. Seluruh permukaan jaringan karang

juga dilengkapi dengan cilia dan flagella. Kedua sel ini berkembang dengan baik

di tentakel dan di dalam sel mesenteri. Pada lapisan ektoderm banyak dijumpai sel

glandula yang berisi mucus dan sel knidoblas yang berisi sel nematocyts.

Nematocyst merupakan sel penyegat yang berfungsi sebagai alat penangkap

makanan dan mempertahan-kan diri. Sedangkan sel mucus berfungsi sebagai

produsen mucus yang membantu menangkap makanan dan untuk membersihkan

diri dari sedimen yang melekat. Karang mempunyai sistem saraf, jaringan otot,

dan reproduksi yang sederhana akan tetapi telah berkembang dan berfungsi secara

baik. Jaringan saraf yang sederhana ini tersebar baik di ectoderm maupun

endoderm serta mesoglea yang dikoordinasi oleh sel khusus yang disebut sel

junction yang bertanggung jawab memberi respon baik mekanis maupun khemis

terhadap adanya stimuli cahaya.

Pemberian nama karang adalah berdasarkan skeleton atau cangkang yang

terbuat dari kapur, oleh karena itu pengenalan terminologi skeleton karang sangat

penting artinya. Lempeng dasar yang merupakan lempeng yang terletak di dasar

sebagai fondasi dari septa yang muncul membentuk struktur yang tegak dan

melekat pada dinding yang disebut Epitheca (Epiteka). Keseluruhan skeleton yang

terbentuk dari satu polip disebut Corallite (Koralit), sedangkan keseluruhan

skeleton yang dibentuk oleh keseluruhan polip dalam satu individu atau satu

koloni disebut Corallum (Koralum). Permukaan koralit yang terbuka disebut

Calyx (Kalik). Septa dibedakan menjadi septa utama, kedua, ketiga seterusnya

tergantung dari besar kecilnya dan posisinya. Septa yang tumbuh hingga

mencapai dinding luar dari koralit disebut sebagai Costae (Kosta). Pada dasar

sebelah dalam dari septa tertentu sering dilanjutkan suatu struktur yang disebut

Pali. Struktur yang berada di dasar dan di tengah koralit yang sering merupakan

kelanjutan dari septa disebut Columella (Kolumela) (Gambar 2).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

12

Gambar 2. Kerangka Kapur Karang

(Sumber: Suharsono 2008)

Dari proses terbentuknya koralit maka dibedakan menjadi extra-tentacular

jika koralit yang baru terbentuk di luar dari koralit yang lama. Intra-tentacular

jika koralit yang baru terbentuk di dalam koralit yang lama. Proses pembentukan

koloni karang yang demikian akhirnya membentuk berbagai bentuk koloni yang

dibedakan berdasarkan konfigurasi koralit (Suharsono 2008).

2.3.3 Bentuk Pertumbuhan Karang

Lifeform atau bentuk pertumbuhan karang adalah penampilan organisme

karang yang dihasilkan dari interaksi genetik dan faktor lingkungan. Karang

memiliki variasi bentuk pertumbuhan koloni yang berkaitan dengan kondisi

lingkungan perairan. Berdasarkan bentuk pertumbuhannya karang batu terbagi

atas karang Acropora dengan non-Acropora (English et al 1994). Perbedaan

Acropora dengan non-Acropora terletak pada struktur skeletonnya. Acropora

memiliki bagian yang disebut axial koralit dan radial koralit, sedangkan non-

acropora hanya memiliki radial koralit. Bentuk lifeform berdasarkan Acropora

dan non-Acropora adalah sebagai berikut:

1. Bentuk pertumbuhan Acropora.

a. Acropora Bercabang (Acropora Branching) (ACB), karang

berbentuk seperti ranting pohon.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

13

b. Acropora Berjari (Acropora Digitate) (ACD), karang dengan

bentuk percabangan rapat dengan cabang seperti jari-jari tangan.

c. Acropora meja (Acropora Tabulate) (ACT), karang dengan bentuk

bercabang dengan arah mendatar, rata seperti meja.

d. Acropora Submasif (Acropora Submassive) (ACS), karang dengan

bentuk percabangan Berbentuk lempeng dan kokoh.

e. Acropora Merayap (Acropora Encrusting) (ACE), karang dengan

bentuk merayap, biasanya terjadi pada Acropora yang belum

sempurna.

2. Bentuk pertumbuhan non-Acropora.

a. Karang Bercabang (Coral Branching) (CB), karang dengan bentuk

bercabang seperti ranting pohon.

b. Karang Masif (Coral Massive) (CM), karang dengan bentuk seperti

batu besar yang padat.

c. Karang Merayap (Coral Encrusthing) (CE), karang dengan bentuk

merayap, hampir seluruh bagian menempel pada substrat.

d. Karang Submasif (Coral Submassive) (CS), karang dengan bentuk

kokoh dengan tonjolan-tonjolan atau koloni-koloni kecil.

e. Karang Lembaran (Coral Foliose) (CF), karang dengan bentuk

menyerupai lembaran daun.

f. Karang api (Coral Millepora) (CML), karang yang dapat dikenali

dengan adanya warna kuning pada ujung koloni dan rasa panas

seperti terbakar bila tersentuh.

g. Karang Biru (Coral Heliopora) (CHL), karang dengan bentuk

karang berwarna biru pada skeletonnya.

Menurut Timotius (2003) bentuk-bentuk pertumbuhan koloni karang yaitu:

1. Tipe bercabang (branching)

2. Tipe padat (massive)

3. Tipe kerak (encrusting)

4. Tipe meja (tabulate)

5. Tipe daun (foliose)

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

14

6. Tipe jamur (mushroom)

2.4 Ikan Karang

2.4.1 Definisi Ikan Karang

ikan karang adalah ikan yang hidup di daerah terumbu karang yang

tergantung pada terumbu karang untuk mencari makan dan berlindung, ikan

terumbu terspesialisasi ke dalam habitat, kedalaman, dan makanan yang

dimakannya (Erdmann 2004). Secara umum, ikan karang akan menyesuaikan diri

pada lingkungannya. Setiap spesies memperlihatkan preferensi atau kecocokan

habitat yang tepat yang diatur oleh kombinasi faktor ketersediaan makanan,

tempat berlindung dan variasi parameter fisik.

Berikut adalah klasifikasi ikan karang (TERANGI 2004):

Philum : Chordata

Klas : Osteichthyes

Ordo : Perciformes

Famili : contoh (Lutjanidae)

Genus : Contoh (Lutjanus)

Spesies : Contoh (Lujanus kasmira)

2.4.2 Habitat dan Penyebaran

Daerah Indo-Pasifik bagian tengah yaitu Kepulauan Filipina dan Indonesia

merupakan daerah penyebaran ikan karang dan mempunyai jumlah spesies yang

jumlahnya sangat besar dan jumlah itu semakin berkurang pada semua arah yang

menjauhi pusat ini (Nybakken 1992). Ada sekitar 30-100 spesies jumlah dari

beberapa famili ikan karang yang banyak mendominasi, diantaranya adalah

Pomacentridae, Chaetodontidae, Acanthuridae, Scaridae, Gobiidae dan

Serranidae. Adapula jenis yang sering berupaya keluar daerah terumbu karang

pada saat dewasa seperti Labridae, Muraenidae dan Scorpaenidae (Sorokin 1993).

Beberapa jenis ikan konsumsi dari famili Lutjanidae yang bertubuh lebih kecil,

banyak terdapat dekat gosong-gosong atau dekat terumbu karang.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

15

Ikan karang menempati ekosistem yang sangat kompleks, terdiri dari

banyak mikrohabitat. Secara umum ikan karang berinteraksi baik dengan

lingkungannya. Tiap spesies menggambarkan habitat yang tepat sesuai dengan

kebutuhannya dan oleh beberapa faktor, termasuk makanan dan perlindungan

yang sesuai dan berbagai parameter fisika, seperti kedalaman air, kejernihan air,

arus dan gelombang. Jumlah spesies sangat banyak ditemukan pada terumbu

karang adalah gambaran dari banyaknya mikrohabitat pada lingkungan ini.

Daerah kedalaman di luar slope digambarkan sebagai tempat dimana tingkat

cahaya mulai berkurang, sebab itu sedikit ditemukan karang dan ikan. Meskipun

dalam jumlah spesies yang sangat kurang, beberapa spesies tertentu akan datang

ke daerah ini (Allen 1997).

Produktivitas yang tinggi dari ekosistem terumbu karang pada dasarnya

berasal dari air mengalir di atas terumbu karang, daur biologi yang efisien dan

penampungan zat hara yang tinggi sehingga ekosistem ini merupakan ekosistem

yang subur dan kaya akan makanan. Struktur fisiknya yang rumit, bercabang-

cabang dan mempunyai gua-gua sehingga membuat ekosistem ini merupakan

habitat yang menarik bagi jenis biota laut. Oleh sebab itu penghuni terumbu

karang sangat beraneka ragam baik yang berupa tumbuh-tumbuhan maupun

hewan (Thresher 1984).

Warna-warna yang mencolok dan bentuk serta pola yang aneh dari

kebanyakan ikan karang merupakan hal yang menjadi ciri khas yang dimiliki oleh

ikan karang. Menurut menurut McConnaughey (1983), warna yang mencolok

bentuk serta pola yang aneh dari ikan karang merupakan salah satu bentuk

adaptasi morfologi ikan karang untuk mengelabui pemangsanya (kamuflase).

Terumbu memiliki warna yang berwarna-warni sehingga ikan karang

menyesuaikan diri dengan warna terumbu karang, relung-relung karang

merupakan tempat persembunyian bagi ikan karang, sehingga menjadi tempat

yang aman untuk bersembunyi dan menghindar dari kejaran pemangsa.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

16

2.4.3 Pengelompokan Ikan Karang

1. Ikan karang dibagi dalam kelompok berdasarkan periode aktif mencari

makan (TERANGI 2004) yaitu:

a. Ikan nokturnal (aktif pada malam hari), contohnya pada ikan-ikan

dari famili Holocentridae (swanggi), famili Apogonidae (beseng),

famili Haemulidae, Priachanthidae (bigeyes), Muraenidae (moray),

Serranidae (jawfish) dan beberapa dari famili Mullidae (goatfishes).

b. Ikan diurnal (aktif pada siang hari), contohnya pada ikan-ikan dari

famili Labridae (wrasses), Chaetodontidae (butterflyfishes),

Pomacentridae (damselfishes), Scaridae (parrotfishes), Acanthuridae

(surgeonfishes), Blennidae (blennies), Balistidae (triggerfishes),

Pomachantidae (angelfishes), Monachantidae, Ostracionthidae,

Canthigasteridae dan beberapa dari famili Mullidae (goatfishes).

c. Ikan crespuscular (aktif di antara dua waktu) contohnya dari ikan-

ikan dari famili Sphyraenidae (barracudas), Carangidae (jacks),

Scorpaenidae (lionfishes), Synodontidae (lizardfishes),

Carcharinidae, Sphyrnidae (sharks) dan beberapa dari Muraenidae

(Eels).

2. Pengelompokan Ikan Karang Berdasarkan Peranannya (TERANGI 2004)

yaitu:

a. Ikan target adalah ikan yang merupakan target untuk penangkapan

atau lebih dikenal juga dengan ikan ekonomis penting atau ikan

konsumsi seperti; Seranidae (Kerapu), Lutjanidae (Kakap),

Lethrinidae (Lencam), Acanthuridae, Mullidae (Goatfishes),

Siganidae (Baronang), Haemulidae (Bibir tebal), Labridae (Khusus

genus Cheilinus, Choerodon dan Hemigymnus), Nempiteridae,

Priacanthidae, Carangidae (Kue), Sphraenidae (Barracuda).

b. Ikan indikator merupakan ikan penentu untuk terumbu karang karena

ikan ini erat hubungannya dengan kesuburan terumbu karang yaitu

ikan dari Famili Chaetodontidae (kepe-kepe).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

17

c. Ikan lain (Mayor Family) pada umumnya ditemukan dalam jumlah

banyak dan banyak dijadikan ikan hias air laut (Pomacentridae,

Caesionidae (Ekor kuning), Scaridae, Apogonidae, dll).

2.5 Ikan Karang Target

Ikan target adalah ikan-ikan yang dikonsumsi dan bernilai ekonomis

penting yang hidup berasosiasi dengan terumbu karang. Kelompok ikan target

penghuni terumbu karang yang sudah dikenal masyarakat misalnya ikan kakap

(Lutjanidae), kerapu (Serranidae), kue (Carangidae) dan baronang (Siganidae).

Ikan tersebut umumnya hidup soliter atau menyendiri dan mudah dihitung

jumlahnya.

2.5.1 Ikan Karang Target dan Ciri-cirinya

Pada umumnya bentuk dan ciri-ciri ikan target memiliki kesamaan dengan

kebanyakan ikan karang lainnya, seperti memiliki warna yang menarik, bentuk

dan ukuran yang bervariasi, dan lain-lain. Namun ikan target memiliki perbedaan

yang mencolok yaitu sebagai kelompok ikan konsumsi dan ekonomis penting.

Berikut adalah bentuk dan ciri khas ikan target (TERANGI 2004):

1. Serranidae (Kerapu)

Klasifikasi dari famili ini mempunyai banyak subfamili seperti Anthiinae

(anthias), Epinephelinae Grammistinae (soapfish) dan Pseudogrammitinae

(podges).

a. Soliter (jarang ditemukan berpasangan)

b. Biasanya bersembunyi di gua-gua atau bawah karang

c. Ukuran sampai 2 meter dan berat sampai 200 kg

d. Tergolong karnivora memakan ikan, udang dan crustacea

Subfamili Anthiinae (Sea-perch)

a) Ukuran kecil, mempunyai warna yang terang, merah, orange, kuning

dan biru

b) Hidup pada daerah tubir dari terumbu karang dan jauh dari pantai atau

yang mempunyai kadar garam tinggi

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

18

c) Selalu bermain di atas dan sela-sela karang

2. Lutjanidae (Kakap)

a. Ditemukan diperairan dangkal sampai laut dalam

b. Bentuk memanjang, agak pipih, badan tinggi dan mempunyai gigi taring

c. Warna ada yang merah, putih kuning, kecoklatan dan perak

d. Sebagian ada yang bergerombol

e. Merupakan predator ikan, Crustaceans dan plankton feeders

f. Bentuk berbeda antara dewasa dengan yang kecil

3. Lethrinidae (Lencam)

a. Sering ditemukan pada pasir dan patahan karang (rubble) pada daerah

tubir

b. Warna tubuh bervariasi antara jenis, tetapi ada beberapa jenis dapat

berubah dengan cepat

c. Ada yang sampai panjang 1 meter

d. Hampir mirip dengan Lutjanidae, tapi memiliki kepala agak runcing

e. Cara makan karnivora dengan memakan bermacam hewan pada pasir dan

patahan karang (rubble)

4. Haemulidae (Bibir tebal)

a. Ditemukan pada gua-gua karang

b. Kulit halus dan licin

c. Warna dan bentuk tubuh berubah dalam pertumbuhan

d. Ukuran medium (sampai 90 cm)

Menurut Anna dan Djuariah (2009) ikan dari famili Scaridae juga

termasuk dalam kelompok ikan karang target karena sering dikonsumsi oleh

masyarakat, dan berikut ciri-cirinya:

a) Gigi hanya dua atas dan bawah (seperti kakak tua)

b) Warna kebanyakan biru dan hijau

c) Sering ditemukan bergerombol

d) Kadang-kadang ditemukan sedang memakan karang keras

e) Sulit untuk identifikasi karena banyak yang mirip

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

19

2.5.2 Kriteria Pendataan Ikan Karang Target

Pada praktiknya yang dilakukan pada saat kegiatan di lapangan adalah

perhitungan jumlah individu secara aktual, dan kategori kelimpahan untuk jenis

(spesies) ikan apabila jumlahnya sangat banyak. Pada pengamatan ikan target ini,

agar mendapatkan data yang lebih spesifik tentang ikan target maka penelitian ini

akan mengacu pada referensi dari CRITC COREMAP dan LIPI tentang “Kriteria

Kelimpahan Ikan Terumbu Karang”.

Menurut Anna dan Djuariah (2009) kriteria penilaian untuk kelimpahan

ikan di terumbu karang sampai sekarang belum ditentukan secara pasti, oleh

karena itu CRITC COREMAP dan LIPI mencoba merumuskan ”Kriteria

Kelimpahan Ikan Terumbu Karang” sebagai berikut:

a. Kelompok ikan yang digunakan untuk menentukan kriteria kelimpahan

ikan di terumbu karang adalah kelompok ikan target, karena kelompok

ikan ini selalu dijumpai di terumbu karang dan menjadi target tangkapan

nelayan.

b. Kelompok ikan target disini adalah kelompok ikan dari famili Serranidae,

Lutjanidae, Haemulidae, Lethrinidae dan Scaridae yang berukuran panjang

20 cm atau lebih.

c. Panjang transek yang di sensus dengan metode LIT adalah 70 m dengan

luas (350 )-1

.

2.6.1 Hubungan Antara Kondisi Tutupan Karang Hidup Dengan

Kelimpahan Ikan Karang Target

Terumbu karang memiliki spesies yang amat beragam, dan sebagian besar

dari spesies tersebut benilai ekonomis tinggi. Tingginya tingkat keanekaragaman

tersebut disebabkan oleh besarnya variasi habitat yang terdapat di dalam

ekosistem terumbu karang. Terumbu karang menempati areal yang cukup luas dan

terdiri dari berbagai bentuk asosiasi yang kompleks, dengan jumlah tipe habitat

yang berbeda-beda, semuanya berada di satu sistem yang terjalin dalam hubungan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

20

fungsional yang harmonis. Spesies yang paling banyak dijumpai adalah ikan

karang (Dahuri 2003).

Tingginya keragaman ini disebabkan terdapatnya variasi habitat yang ada

di terumbu karang, dimana semua tipe habitat tersebut diisi oleh spesies ikan

karang (Emor 1993). Selain itu ikan-ikan karang memiliki relung (niche) ekologi

yang sempit sehingga lebih banyak spesies yang dapat menghuni (berakomodasi)

di daerah terumbu karang. Akibatnya ikan-ikan karang terbatas dan terlokalisasi

hanya di area tertentu pada terumbu karang. Selain itu ada juga ikan-ikan karang

yang dapat bermigrasi dan melindungi wilayahnya (teritorialnya) (Nybakken

1992). Russel et al. (1978) menyatakan bahwa distribusi ruang (spatial

distribution) berbagai spesies ikan karang bervariasi menurut kondisi dasar

perairan, perbedaan habitat terumbu karang menyebabkan pula adanya perbedaan

kumpulan ikan-ikan. Dengan kata lain interaksi antar spesies berperan penting

dalam penentuan wilayah (spacing). Tiap kumpulan ikan masing-masing mempu-

nyai kesukaan (preferensi) terhadap habitat tertentu, sehingga masing-masing

kumpulan ikan menghuni wilayah yang berbeda (Gambar 3).

Gambar 3. Gambaran Umum Sifat-sifat Ikan dan Habitatnya pada Terumbu

Karang (Sumber: Nybakken 1992)

Salah satu sumber makanan di terumbu karang bagi ikan karang adalah

lendir yang dikeluarkan oleh koral. Lendir tersebut dihasilkan oleh beberapa jenis

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

21

koral yang tidak memiliki tentakel atau tentakelnya tereduksi, lendir tersebut

dikeluarkan oleh koral untuk menangkap mangsanya. Dua kelompok ikan yang

secara aktif memangsa koloni koral, yaitu jenis yang memakan polyp koral (famili

Tetraodontidae, Monocanthidae, Balistidae, Chaetodontidae) dan jenis omnivora

yang mencabut polyp karang untuk mendapatkan alga yang berlindung di dalam

rangka karang (famili Acanthuridae dan Scaridae) (Nybakken 1992).

Terumbu menyediakan bentuk dan ukuran ruangan (shelter) bagi ikan

yang sangat beragam. Kebanyakan ikan aktif pada siang hari (diurnal) dan yang

lainnya aktif pada saat malam hari (nokturnal). Dengan sendirinya seluruh ikan

akan kembali ke naungannya dalam kurun waktu tertentu dalam 24 jam selama

istirahat dan faktor ini saja sangat berpengaruh terhadap asosiasi yang erat antara

ikan dan struktur lingkungannya (terumbu karang) (Robertson 1982). Terumbu

karang tidak hanya terdiri dari karang saja, tetapi daerah berpasir, berbagai teluk

dan celah daerah alga, dan juga perairan yang dangkal dan dalam serta zona-zona

yang berbeda dalam melintasi karang. Habitat yang beranekaragam ini dapat

menerangkan peningkatan jumlah ikan-ikan itu (Nybakken 1992).

2.7 Metode Pemantauan Kondisi Terumbu Karang

Metode pemantauan kondisi terumbu karang dapat dilakukan dengan

beberapa metode antara lain metode reefcheck, metode manta tow, dan metode

Line Intercept Trancect (LIT). Pemilihan metode pemantauan kondisi terumbu

karang disesuaikan dengan tujuan untuk kebutuhan pemantauan itu sendiri.

Metode LIT dipilih karena metode ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya

(Johan 2003):

a. Pengelompokan biota ke dalam beberapa kategori mempermudah peneliti

atau orang dengan kemampuan terbatas unutk identifikasi terumbu karang.

b. Metode ini merupakan metode sampling untuk menghitung persentase

tutupan biota yang sangat efisien dan dapat dipercaya.

c. Struktur komunitas biota yang beradaptasi dengan terumbu karang dapat

diperoleh dengan baik.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

22

d. Hanya memerlukan sedikit peralatan dan relatif sederhana dalam

penerapannya.

Sedangkan beberapa kekurangan metode LIT adalah (Johan 2003):

a. Membutuhkan tenaga peneliti yang banyak dan waktu yang lama.

b. Dituntut keahlian peneliti dalam identifikasi karang, minimal lifeform dan

sebaiknya genus atau spesies.

c. Peneliti dituntut sebagai penyelam yang baik.

d. Biaya yang dibutuhkan relatif besar.

2.8 Metode Pemantauan Ikan Karang Target

Metode yang digunakan untuk mendata komunitas ikan target adalah

Metode Belt Trancect atau biasa disebut metode visual sensus digunakan untuk

mengkaji dan memonitor komunitas ikan target dengan cara mendeteksi

perbedaan pengelompokan ikan karang target dilokasi-lokasi terumbu yang

berbeda dengan menggunakan kategori kelimpahan (abundance categories).

Metode visual sensus mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.

Menurut English et al (1994) kelebihan yang dimiliki oleh metode visual sensus

ini adalah:

a. Sensus visual ikan adalah salah satu metode kuantitatif dan kualitatif

yang paling sering digunakan dalam metode survei terumbu karang.

b. Cepat, tidak rusak, dan murah.

c. Tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan memakai peralatan

khusus.

d. Dapat digunakan untuk survei ulang daerah yang sama di luar waktu.

e. Memiliki potensi untuk menghasilkan database yang banyak secara

cepat untuk tujuan penilaian manajemen dan saham.

Kekurangan dari metode ini adalah:

a. Pengamat harus sangat terlatih dan berpengalaman.

b. Memungkinkan adanya tolakan dan atau daya tarik dari ikan kepada

penyelam.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...media.unpad.ac.id/thesis/230210/2008/230210080003_2_9408.pdf · terhadap adanya stimuli cahaya. Pemberian nama karang

23

c. Kesalahan pengamatan dan bias dapat terjadi pada jumlah estimasi dan

ukuran.

d. Adanya daya statistik yang rendah untuk mendeteksi perubahan dalam

spesies langka.

e. Penggunaan kategori kelimpahan mengurangi kekuatan untuk

mendeteksi perubahan kecil.

f. Teknik ini dibatasi oleh kedalaman perairan dengan kendala

dekompresi.