pengaruh faktor risiko yang bisa dimodifikasi terhadap diabetes ...
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. 2.1.1.1. Pengertian Ilmu...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. 2.1.1.1. Pengertian Ilmu...
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam
2.1.1.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam berarti “Ilmu” artinya suatu
pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang
dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif.
Rasional artinya masuk akal dan logis diterima oleh akal sehat; sedang objektif
artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai dengan
kenyataannya dan pengalaman pengamatan melalui pancaindera. Pengetahuan
Alam itu sudah jelas artinya yaitu pengetahuan tentang alam semesta dan segala
isinya.
Pengetahuan itu sendiri artinya segsuatu yang diketahui oleh manusia.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah diketahui. Untuk mengetahui
sesuatu, manusia dapat menggunakan indranya, dengan cara mendengar, melihat,
merasa, mencium, dan sebagainya. Semua pengetahuan yang didasarkan secara
indriawi dikategorikan sebagai pengetahuan empiris, artinya pengetahuan yang
bersumber dari pengalaman. Oleh karena itu, pengalaman menjadi bagian penting
dari seluk beluk adanya pengetahuan.
Pada dasarnya, pengetahuan memiliki tiga kriteria, yaitu :
1. Adanya satu sistem gagasan dalam pikiran;
2. Persesuaian antara gagasan dan benda-benda sebenarnya; dan
3. Adanya keyakinan tentang persesuaian itu.
Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif
tentang alam semesta dengan segala isinya. Nash (Hendro Darmodjo,Jenny
R.E.Kaligis,1992) mengatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode
untuk mengamati alam, mengamati dunia bersifat analitis, lengkap, cermat, serta
menghubungkan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lain sehingga
keseluruhannya membantu persepektif yang baru tentang objek yang di amatinya.
Einsten (Hendro Darmodjo,Jenny R. E.Kaligis,1992) mengatakan bahwa IPA
6
7
merupakan suatu bentuk upaya yang membuat pengalaman menjadi suatu sistem
pola berpikir yang logis. JD Bernal (Hendro Darmodjo, Jenny R. E. Kaligis,1992)
menyatakan bahwa IPA dapat dipandang sebagai instusi, metode, kumpulan
pengetahuan, suatu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi, salah
satu faktor penting yang mempengaruhi sikap dan pandangan manusia terhadap
alam.
2.1.1.2. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam
masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Struktur kognitif anak-
anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuan, padahal mereka
perlu diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA
sebab diharapkan akhirnya mereka berpikir dan memiliki sikap ilmiah maka
pengajaran IPA dan keterampilan proses IPA untuk mereka hendaknya
dimodifikasi sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya.
Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo dan
Marten (Srini. M. Iskandar, 1996).
1) Mengamati apa yang terjadi.
2) Mencoba memahami apa yang diamati.
3) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi.
4) Menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah
ramalan tersebut benar.
Mata pelajaran IPA anak-anak dan kita harus tetap bersikap skeptis
sehingga kita selalu siap memodifikasi model-model yang kita punyai tentang
alam dengan penemuan-penemuanyang didapatkan. Selain itu materi harus
dimodifikasi, keterampilan-keterampilan proses IPA yang akan dilatihakan harus
disesuaikan dengan perkembangan anak-anak. Ada berbagai alasan yang
menyebabkan suatu mata pelajaran dimaksukkan kedalam kurikulum suatu
sekolah. Alasan-alasan itu dapat kita golongkan menjadi empat golongan besar :
1) Mata pelajaran IPA berkaedah bagi kehidupan atau pekerjaan anak
dikemudian hari.
8
2) Mata pelajaran IPA bagian kebudayaan bangsa. a
3) Mata pelajaran IPA melatih anak berpikir kritis.
4) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai
potensi (kemampuan) dapat membentuk pribadi anak secara keseluruhan.
2.1.1.3. IPA di SD
Secara umum Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang diperoleh untuk hidup dalam masyarakat serta
mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah.UUSPN.1989
(Srini.M.Iskandar,1996). Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pendidikan
dan pengajaran dari berbagai disiplin ilmu, agama, kesenian dan keterampilan.
Salah satu disiplin IPA . Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan oleh siswa Sekolah
Dasar karena Ipa memberikan iuran untuk tercapainya sebagian dari tujuan
pendidikan di Sekolah Dasar.
2.1.1.4. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam
Setiap ilmu memiliki karakteristik tertentu yang merupakan pembeda
dengan ilmu pengetahuan lainnya. Karakteristik ilmu pengetahuan alam berbeda
dengan ilmu pengetahuan sosial. Apabila ilmu pengetahuan alam bersifat pasti
dan murni, ilmu pengetahuan bersifat progresif. Karakteristil ilmu alam dasar
adalah :
1. Merupakan disiplin ilmu yang sudah ajeg;
2. Objek penelitian berupa gejala alam, jenis-jenis alam yang terdapat pada
ciptaan Allah, seperti tanah, air, binatang, planet, kedoteran dan kesehatan,
pengobatan, udara, perminyakan, biologi manusia, fisika, kimia, lingkungan,
kehutanan, dan sebagainya.
3. Memerlukan uji laboratorium;
4. Memerlukan uji eksperimental;
5. Bersifat objektif;
6. Berkelanjutan;
7. Dapat dirasakan hasilnya;
9
8. Rasional;
9. Bersifat matematis; dan
10. Bersifat teknologis, yakni dapat diterapkan dalam kehidupan manusia untuk
berbagai kepentingan.
Sejarah tentang ilmu alam diawali oleh banyaknya pertanyaan dari para
filsuf Yunani tentang keberadaan alam ini, sebagaimana Thales melihat air dan
memandang segala sesuatu berasal dari, sehingga berpendapat bahwa alam ini
berasal dari air. Sesungguhnya manusia memiliki salah satu sifat yang paling
esensial, yaitu berpikir, al-insan hayawanu naathq, artinya manusia adalah
makhluk yang berpikir. Oleh karena itu, lahirnya ilmu pengetahuan tentang alam
atau ilmu alamiah berasal dari pemikiran manusia tentang jati diri alam.
(Srini.M.Iskandar,1996) Ilmu Alamiah sering disebut ilmu pengetahuan alam
atau ilmu kealaman, yang dalam bahasa inggris disebut natural science atau
disingkat science. Ilmu ini merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala-
gejala alam semesta, termaksuk bumi sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu
alam dasar hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang
esensial. Maskoeri Jasin.
2.2. Hasil Belajar
2.2.1. Belajar
2.2.1.1. Pengertian Belajar
Menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (2002) merumuskan belajar
sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman. Menurut Cronbach dalam Djamarah (2002) belajar sebagai usaha
aktifitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Menurut Djamarah (2002) belajar juga dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Gerak
raga yang ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan
perubahan.Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi
perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru. Perubahan
10
sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan yang mempengaruhi tingkah
laku seseorang.
Dari beberapa definisi diatas, dapat dipahami bahwa belajar merupakan suatu
usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan tingkah laku, sikap,
kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
2.2.1.2.Prinsisp-prinsip Belajar
Proses belajar adalah suatu hal yang kompleks, tetapi dapat juga dianalisa
dan diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas belajar. Hal ini perlu
kita ketahui agar kita memiliki pedoman dan tekhnik belajar yang baik. Prinsip-
prinsip itu adalah :
1) Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar
untuk mencapai harapan-harapan.
2) Belajar memerlukan bimbingan, baik dari bimbingan guru maupun buku
pelajaran itu sendiri.
3) Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga
diperoleh pengertian-pengertian.
4) Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari
dapat dikuasainya.
5) Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi saling pengaruh secara
dinamis antara murid dengan lingkungannya.
6) Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai
tujuan.
7) Belajar dikatakan berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam bidang
praktek sehari-hari. (Zainal Aqib 2002)
2.2.1.3.Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2008). Sebagai alat untuk
mengetahui keberhasilan guru mengajar dan keberhasilan siswa dalam belajar,
setiap akhir pelajaran diadakan evaluasi belajar yang bertujuan untuk mengukur
11
keberhasilan proses belajar mengajar. Indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam proses belajar mengajar disebut juga
dengan hasil belajar. Hasil adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan
dan kemajuan murid yang berkenan dengan penguasaan bahan pelajaran yang
disjiakan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum.
Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil
belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan
dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses
belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang
dicapai siswa. Menurut Woordworth ( Sudjana,2008), hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Anni (2004), hasil
belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah
mengalami aktivitas belajar. Dimyati dan Mudjiono (sudjana,2008) hasil belajar
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi
guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang
lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan
mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan
pelajaran.
Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Suprijono (2009) secara
garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotoris.
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.
2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.
3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditegaskan bahwa salah satu
fungsi hasil belajar siswa diantaranya ialah siswa dapat mencapai prestasi yang
maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat
mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka alami. Aktivitas siswa
mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa
12
adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan
baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah. Untuk mengetahui
keberhasilan proses dan hasil belajar siswa digunakan alat penilaian untuk
mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Hasil
belajar yang berupa aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik
menggunakan alat penilaian yang berbeda-beda. Untuk aspek kognitif digunakan
alat penilaian yang berupa tes, sedangkan untuk aspek afektif digunakan alat
penilaian yaitu skala sikap (ceklist) untuk mengetahui sikap siswa dalam
mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik digunakan lembar observasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan hasil belajar merupakan hasil akhir
dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti
pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi
yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat
penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai,
aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan
aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak
siswa dalam mengikuti pembelajaran.
2.2.1.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Aktivitas belajar siswa tidak selamanya berlangsung wajar, kadang-
kadang lancar dan kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa
yang dipelajari, kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami dan sulit untuk bias
berkonsentrasi dalam belajar. Demikian kenyataan yang sering dijumpai pada
setiap siswa dalam kehidupan sehari-hari di dalam aktivitas belajar mengajar.
Menurut Muhibbinsyah, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani
atau rohani siswa
2. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar
siswa
13
3. Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Adapun yang tergolong faktor internal adalah :
a) Faktor Fisiologis
Keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan menguntungkan dan
memberikan hasil belajar yang baik. Tetapi keadaan fisik yang kurang baik
akan berpengaruh pada siswa dalam keadaan belajarnya.
b) Faktor Psikologis
Yang termasuk dalam faktor psikologis adalah intelegensi, perhatian, minat,
motivasi dan bakat yang ada dalam diri siswa.
1. Intelegensi, faktor ini berkaitan dengan Intellegency Question (IQ) seseorang
2. Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan menghasilkan
pemahaman dan kemampuan yang mantap.
3. Minat, Kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu.
4. Motivasi, merupakan keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk
berbuat sesuatu.
5. Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yag akan datang.
Adapun yang termasuk golongan faktor eksternal adalah:
a. Faktor Sosial, yang terdiri dari:
1. Lingkungan keluarga
2. Lingkungan sekolah
3. Lingkungan masyarakat
b. Faktor Non Sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan
letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan
cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor ini dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
14
2.3. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Kemp (Rusman,2011) model pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kemp, Dick and Carey
(1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu perangkat
materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk
menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa. Joyce dan Weil
berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang
dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya
para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk
mencapai tujuan pendidikannya.
2.4. Kooperatif
2.4.1. Pengertian Kooperatif
Menurut Sugiyanto (2008) pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Slavin (2008) Mendefinisikan bahwa model
pembelajaran kooperatif sebagai model pembelajaran dimana siswa bekerjasama
dalam suatu kelompok.” Di dalam pembelajaran kooperatif para siswa akan duduk
bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai
materi yang disampaikan oleh guru. Jadi Pembelajaran kooperatif dapat
disimpulkan adalah sebuah pembelajaran yang menekankan dalam belajar
kelompok-kelompok kecil dan berkerja sama untuk mempelajari materi pelajaran
secara bersama-sama. Ada banyak hal yang membuat pembelajaran kooperatif
memasuki jalur praktik dunia pendidikan alasannya adalah untuk meningkatkan
pencapaian prestasi belajar siswa dan akibat positif lainya adalah dapat
mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas
yang lemah dalam bidang akademik dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan
15
lainnya adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar berfikir,
menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan
kemampuan dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan sarana yang sangat baik untuk mencapai hal-hal tersebut.
2.4.2. Latar Belakang Kooperatif
Karp dan Yoel (Isjono,2009) menyatakan bahwa strategi yang paling
sering dilakukan untuk mengaktifkan siswa adalah dengan diskusi kelas. Namun
dalam kenyataannya, strategi ini tidak efektif karena meskipun guru sudah
mendorong siswa untuk aktif dalam berdiskusi, kebanyakan siswa hanya diam dan
menjadi penonton sementara arena kelas dikuasai oleh beberapa siswa saja.
Salah satu metode pembelajaran yang berkembang saat ini adalah
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini menggunakan kelompok-kelompok
kecil sehingga siswa-siswi saling bekerja sama untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling
membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar.
Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi
dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi masalah dalam
belajar.
Koes (Isjono,2009) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif
didasarkan pada hubungan antara motivasi, hubungan interpersonal, strategi
pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu memotivasi gerakan ke arah
pencapaian hasil yang diinginkan. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat
elemen-elemen yang saling terkait didalamnya, diantaranya adalah saling
ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, ketrampilan
untuk menjalin hubungan antar pribadi atau ketrampilan sosial yang sengaja
diajarkan Nurhad (Isjoni,2009). Keempat elemen tersebut tidak bisa dipisahkan
dalam pembelajaran kooperatif karena sangat mempengaruhi kesuksesan dari
pembelajaran kooperatif sendiri.
2.4.3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ( Ispojoni, 2009)
a). Hasil belajar akademik
16
b). Penerimaan terhadap perbedaan individu
c). Pengembangan keterampilan sosial
Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat tipe-tipe pembelajaran kooperatif
yaitu:
a). Learning Starts With A Question
b). Planet Question
c). Team Quiz
d). Modeling the Way
e). Silent Demonstration
f). Practice-Rehearsal Pairs
g). Reflektif
h). Bermain Jawaban
I).group Resume
j). Index Cartd Match
k) Student Teams Achievement Division
2.5. Tipe Student Teams Achievement Division
Menurut Salvin (2008) model STAD merupakan variasi pembelajran
kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi,
telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, dan banyak subjek lainnya, dan
pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dalam STAD, siswa dibagi
menjadi kelompok beranggotakan empat sampai enam orang yang beragam
kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan
siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu
bisa menguasai pelajaran tersebut.
Lebih jauh Salvin memaparkan bahwa : “Gagasan utama di belakang
STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama
lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Jika siswa menginginkan
kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok
mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman
17
sekelompok mereka untuk menjadi yang terbaik, memperlihatkan bahwa norma-
norma belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan.
2.5.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-
anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota
lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu
5. Memberi evaluasi
6. Kesimpulan
2.5.2. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif tipe (STAD)
Soewarso (1998) dalam disertasinya mengungkapkan kelebihan
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
1. Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang
sedang dibahas.
2. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa
mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa dibantu oleh
anggota kelompoknya.
3. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar
mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk
kepentingan bersama-sama.
4. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi
menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.
5. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan akan memberikan dorongan
bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
6. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuannya
18
7. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor
siswa dalam belajar bekerja sama.
2.5.3. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe (STAD)
Kelemahan metode STAD adalah pembelajaran yang baru diketahui,
kemungkinan yang dapat timbul adalah sejumlah siswa bingung, sebagian
kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa (Ibrahim,2000:18).
Slavin dalam bukunya Kauchak (1998) mengatakan adanya masalah menetapkan
metode belajar bersama di kelas yaitu ramai, gagal untuk saling mengenal,
perilaku yang salah dan penggunaan waktu yang tidak efektif, Ramai, biasanya
yang dihasilkan dalam interaksi siswa yang produktif. Penggunaan waktu yang
tidak efektif oleh siswa terjadi karena siswa yang bergurau dan bermain sendiri
sedangkan siswa lainnya sibuk melakukan aktivitas kelompok. Pengawasan guru
yang tidak cermat dalam mengawasi kinerja guru selama pembelajaran kelompok
tidak efektif.
Sedangkan Soewarso (1998) dalam disertasinya mengemukakan kelemahan-
kelemahan yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk
memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil.
b. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak dapat
berlatih belajar mandiri.
c. Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target
pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.
d. Pembelajaaran kooperatif tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara
cepat.
e. Penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan
bagi guru untuk melaksanakannya.
2.6. Model Ceramah
Model ceramah dianggap sebagai penyebab utama dari rendahnya minat
belajar siswa terhadap pelajaran memang patut dibenarkan, tetapi juga anggapan
itu sepenuhnya kurang tepat karena setiap metode atau model pembelajaran baik
19
metode pembelajaran klasik termasuk metode ceramah maupun metode
pembelajaran modern sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing, yang saling melengkapi satu sama lain. Menurut Winarno Surahmad,
M.Ed, (Heru Setyawan, 2011) ceramah adalah penerangan dan penuturan secara
lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan murid mendengarkan
dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru.
Model ceramah yaitu penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap
kelasnya, dengan menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian
yang disampaikan kepada siswa. Model ceramah ini sering kita jumpai pada
proses-proses pembelajaran di sekolah mulai dari tingkat yang rendah sampai ke
tingkat perguruan tinggi, sehingga model seperti ini sudah dianggap sebagai
model yang terbaik bagi guru untuk melakukan interaksi belajar mengajar. Satu
hal yang tidak pernah menjadi bahan refleksi bagi guru adalah tentang efektifitas
penggunaan model ceramah yaitu mengenai minat dan motivasi siswa, bahkan
akhirnya juga berdampak pada prestasi siswa.
Model ceramah dalam penerapannya di dalam proses belajar mengajar
juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain :
Kelemahan : 1. Mudah menjadi verbalisme.
2. Yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang benar-
benar menerimanya.
3. Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.
4. Keberhasilan model ini sangat bergantung pada siapa yang
menggunakannya.
5. Cenderung membuat siswa pasif
Kelebihan : 1. Guru mudah menguasai kelas.
2. Mudah mengorganisasikan tempat duduk / kelas.
20
3. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
4. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
5. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
6. Lebih ekonomis dalam hal waktu.
7. Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman,
pengetahuan dan kearifan.
8. Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas
9. Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh
perhatian.
10. Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan
meningkatkan keinginan belajar siswa dalam bidang akademik.
11. Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber lain
2.7. Kajian Penelitian yang Relevan
I Made Surianta Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dengan media VCD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika siswa kelas
IX B SMP NEGERI 1 Banjarangkan tahun 2008/2009.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dengan subyek
penelitian kelas IX B SMP Negeri 1 Banjarangkan semester 1 tahun pelajaran
2008/2009 yang berjumlah 42 orang.Data keaktifan siswa dikumpulkan dengan
pedoman observasi dan data tentang hasil belajar siswa dikumpulkan dengan tes
Hasil belajar. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisisi dengan
menggunakan metode deskriptif analisis.Pelaksanaan tindakan diawali dengan
membagi kelas menjadi delapan kelompok, menyampaikan tujuan pembelajaran,
menyampaikan materi pembelajaran dengan VCD, kerja kelompok mengerjakan
LKS, presentasi kelompok, dan latihan soal-soal.
Hasil Penelitian menunjukkan 1). Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD dengan VCD (Video Compact Disk) sebagai media pada
pembelajaran bangun ruang sisi lengkung dapat meningkatkan keaktifan siswa
21
dan 2). dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari rata-rata 6,68 dan ketuntasan
klasikal 70% pada siklus I menjadi rata-rata hasil belajar 7,01 dengan ketuntasan
klasikal sebesar 83% pada siklus II.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
Penerapan Model Pembelajaran Tipe STAD dengan VCD (Video Compact Disk)
sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar
matematika siswa, sehingga model pembelajaran ini dapat dijadikan alternatif
pilihan pada pembelajaran matematika.
Hasil temuan lapangan yang lain telah memperkuat hasil penelitian
sebelumnya yang pernah dilakukan Rimaningtyas, Mareta. 2011. Peningkatan
Aktivitas Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada
Mata Pelajaran Sosiologi di SMA PGRI 1 Pati. Skripsi, Jurusan Sosiologi dan
Antropoplogi. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Elmi Ayuningtyas Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Terhadap Hasil Belajar
Peserta Didik Kelas VIII SMP N 3 Rembang Dalam Materi Pokok Bangun Ruang
Sisi Datar.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa perhitungan uji perbedaan rata-
rata diperoleh dari hasil uji t yaitu = 2,1767 dan = 1,9893. Karena berarti H0
ditolak. Jadi pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan alat peraga
dan LKS terhadap hasil belajar peserta didik kelas VIII SMP N 3 Rembang lebih
baik daripada pembelajaran konvensional berbantuan alat peraga dan LKS
terhadap hasil belajar peserta didik dalam materi pokok bangun ruang sisi datar.
2.8. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh
siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan. Model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams
Achivement Division (STAD) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar
berani mengemukakan pendapat dan bekerja sama dengan baik.
Dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Student
Teams Achivement Division (STAD), diharapkan siswa dapat berperan aktif,
22
reaksi siswa cukup baik terhadap lingkungan belajar di kelas maupun di luar
kelas, dan guru lebih mudah merencanakan pengajaran. Dengan upaya-upaya
dalam model Kooperatif Tipe Student Teams Achivement Division (STAD)
diharapkan prestasi atau hasil belajar IPA siswa kelas V dapat meningkat.
Dalam penelitian ini akan membandingkan antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen dimana kelas kontrol dilakukan di dalam kelas yang sudah biasa
diterapkan di SD. Sedangkan kelas eksperimen menggunakan pembelajaran
Kooperatif. Dalam alat ukur hasil evaluasi antara kelas eksperimen dan kontrol
adalah sama. Untuk pre-test diambil dari alat evaluasi pada kelas uji coba dan
hasil pre-test kedua yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak menunjukkan
adanya yang signifikan. Dapat dilihat dari gambar 2.1.
2.9. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, kajian pustaka dan kerangka
berpikir, maka hipotesis penelitian yaitu ; ada pengaruh perbedaan yang
signifikan antara pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar
siswa kelas V SDN Watu Agung pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat
cahaya semester II tahun pelajaran 2011/2012.