BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. 2.1.1.1. Pengertian Ilmu...

17
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam berarti “Ilmu” artinya suatu pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk akal dan logis diterima oleh akal sehat; sedang objektif artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai dengan kenyataannya dan pengalaman pengamatan melalui pancaindera. Pengetahuan Alam itu sudah jelas artinya yaitu pengetahuan tentang alam semesta dan segala isinya. Pengetahuan itu sendiri artinya segsuatu yang diketahui oleh manusia. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah diketahui. Untuk mengetahui sesuatu, manusia dapat menggunakan indranya, dengan cara mendengar, melihat, merasa, mencium, dan sebagainya. Semua pengetahuan yang didasarkan secara indriawi dikategorikan sebagai pengetahuan empiris, artinya pengetahuan yang bersumber dari pengalaman. Oleh karena itu, pengalaman menjadi bagian penting dari seluk beluk adanya pengetahuan. Pada dasarnya, pengetahuan memiliki tiga kriteria, yaitu : 1. Adanya satu sistem gagasan dalam pikiran; 2. Persesuaian antara gagasan dan benda-benda sebenarnya; dan 3. Adanya keyakinan tentang persesuaian itu. Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. Nash (Hendro Darmodjo,Jenny R.E.Kaligis,1992) mengatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam, mengamati dunia bersifat analitis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lain sehingga keseluruhannya membantu persepektif yang baru tentang objek yang di amatinya. Einsten (Hendro Darmodjo,Jenny R. E.Kaligis,1992) mengatakan bahwa IPA 6

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1.1. 2.1.1.1. Pengertian Ilmu...

6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam

2.1.1.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam berarti “Ilmu” artinya suatu

pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pengetahuan yang

dibenarkan menurut tolok ukur kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif.

Rasional artinya masuk akal dan logis diterima oleh akal sehat; sedang objektif

artinya sesuai dengan objeknya, sesuai dengan kenyataannya, atau sesuai dengan

kenyataannya dan pengalaman pengamatan melalui pancaindera. Pengetahuan

Alam itu sudah jelas artinya yaitu pengetahuan tentang alam semesta dan segala

isinya.

Pengetahuan itu sendiri artinya segsuatu yang diketahui oleh manusia.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang telah diketahui. Untuk mengetahui

sesuatu, manusia dapat menggunakan indranya, dengan cara mendengar, melihat,

merasa, mencium, dan sebagainya. Semua pengetahuan yang didasarkan secara

indriawi dikategorikan sebagai pengetahuan empiris, artinya pengetahuan yang

bersumber dari pengalaman. Oleh karena itu, pengalaman menjadi bagian penting

dari seluk beluk adanya pengetahuan.

Pada dasarnya, pengetahuan memiliki tiga kriteria, yaitu :

1. Adanya satu sistem gagasan dalam pikiran;

2. Persesuaian antara gagasan dan benda-benda sebenarnya; dan

3. Adanya keyakinan tentang persesuaian itu.

Jadi secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif

tentang alam semesta dengan segala isinya. Nash (Hendro Darmodjo,Jenny

R.E.Kaligis,1992) mengatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode

untuk mengamati alam, mengamati dunia bersifat analitis, lengkap, cermat, serta

menghubungkan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lain sehingga

keseluruhannya membantu persepektif yang baru tentang objek yang di amatinya.

Einsten (Hendro Darmodjo,Jenny R. E.Kaligis,1992) mengatakan bahwa IPA

6

7

merupakan suatu bentuk upaya yang membuat pengalaman menjadi suatu sistem

pola berpikir yang logis. JD Bernal (Hendro Darmodjo, Jenny R. E. Kaligis,1992)

menyatakan bahwa IPA dapat dipandang sebagai instusi, metode, kumpulan

pengetahuan, suatu faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi, salah

satu faktor penting yang mempengaruhi sikap dan pandangan manusia terhadap

alam.

2.1.1.2. Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam

masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Struktur kognitif anak-

anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuan, padahal mereka

perlu diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA

sebab diharapkan akhirnya mereka berpikir dan memiliki sikap ilmiah maka

pengajaran IPA dan keterampilan proses IPA untuk mereka hendaknya

dimodifikasi sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya.

Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo dan

Marten (Srini. M. Iskandar, 1996).

1) Mengamati apa yang terjadi.

2) Mencoba memahami apa yang diamati.

3) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi.

4) Menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah

ramalan tersebut benar.

Mata pelajaran IPA anak-anak dan kita harus tetap bersikap skeptis

sehingga kita selalu siap memodifikasi model-model yang kita punyai tentang

alam dengan penemuan-penemuanyang didapatkan. Selain itu materi harus

dimodifikasi, keterampilan-keterampilan proses IPA yang akan dilatihakan harus

disesuaikan dengan perkembangan anak-anak. Ada berbagai alasan yang

menyebabkan suatu mata pelajaran dimaksukkan kedalam kurikulum suatu

sekolah. Alasan-alasan itu dapat kita golongkan menjadi empat golongan besar :

1) Mata pelajaran IPA berkaedah bagi kehidupan atau pekerjaan anak

dikemudian hari.

8

2) Mata pelajaran IPA bagian kebudayaan bangsa. a

3) Mata pelajaran IPA melatih anak berpikir kritis.

4) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai

potensi (kemampuan) dapat membentuk pribadi anak secara keseluruhan.

2.1.1.3. IPA di SD

Secara umum Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk

mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan

keterampilan dasar yang diperoleh untuk hidup dalam masyarakat serta

mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah.UUSPN.1989

(Srini.M.Iskandar,1996). Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pendidikan

dan pengajaran dari berbagai disiplin ilmu, agama, kesenian dan keterampilan.

Salah satu disiplin IPA . Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan oleh siswa Sekolah

Dasar karena Ipa memberikan iuran untuk tercapainya sebagian dari tujuan

pendidikan di Sekolah Dasar.

2.1.1.4. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam

Setiap ilmu memiliki karakteristik tertentu yang merupakan pembeda

dengan ilmu pengetahuan lainnya. Karakteristik ilmu pengetahuan alam berbeda

dengan ilmu pengetahuan sosial. Apabila ilmu pengetahuan alam bersifat pasti

dan murni, ilmu pengetahuan bersifat progresif. Karakteristil ilmu alam dasar

adalah :

1. Merupakan disiplin ilmu yang sudah ajeg;

2. Objek penelitian berupa gejala alam, jenis-jenis alam yang terdapat pada

ciptaan Allah, seperti tanah, air, binatang, planet, kedoteran dan kesehatan,

pengobatan, udara, perminyakan, biologi manusia, fisika, kimia, lingkungan,

kehutanan, dan sebagainya.

3. Memerlukan uji laboratorium;

4. Memerlukan uji eksperimental;

5. Bersifat objektif;

6. Berkelanjutan;

7. Dapat dirasakan hasilnya;

9

8. Rasional;

9. Bersifat matematis; dan

10. Bersifat teknologis, yakni dapat diterapkan dalam kehidupan manusia untuk

berbagai kepentingan.

Sejarah tentang ilmu alam diawali oleh banyaknya pertanyaan dari para

filsuf Yunani tentang keberadaan alam ini, sebagaimana Thales melihat air dan

memandang segala sesuatu berasal dari, sehingga berpendapat bahwa alam ini

berasal dari air. Sesungguhnya manusia memiliki salah satu sifat yang paling

esensial, yaitu berpikir, al-insan hayawanu naathq, artinya manusia adalah

makhluk yang berpikir. Oleh karena itu, lahirnya ilmu pengetahuan tentang alam

atau ilmu alamiah berasal dari pemikiran manusia tentang jati diri alam.

(Srini.M.Iskandar,1996) Ilmu Alamiah sering disebut ilmu pengetahuan alam

atau ilmu kealaman, yang dalam bahasa inggris disebut natural science atau

disingkat science. Ilmu ini merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji gejala-

gejala alam semesta, termaksuk bumi sehingga terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu

alam dasar hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang

esensial. Maskoeri Jasin.

2.2. Hasil Belajar

2.2.1. Belajar

2.2.1.1. Pengertian Belajar

Menurut James O. Whittaker dalam Djamarah (2002) merumuskan belajar

sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman. Menurut Cronbach dalam Djamarah (2002) belajar sebagai usaha

aktifitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman. Menurut Djamarah (2002) belajar juga dapat diartikan sebagai suatu

kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Gerak

raga yang ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan

perubahan.Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi

perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru. Perubahan

10

sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan yang mempengaruhi tingkah

laku seseorang.

Dari beberapa definisi diatas, dapat dipahami bahwa belajar merupakan suatu

usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan tingkah laku, sikap,

kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya sebagai hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.2.1.2.Prinsisp-prinsip Belajar

Proses belajar adalah suatu hal yang kompleks, tetapi dapat juga dianalisa

dan diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas belajar. Hal ini perlu

kita ketahui agar kita memiliki pedoman dan tekhnik belajar yang baik. Prinsip-

prinsip itu adalah :

1) Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar

untuk mencapai harapan-harapan.

2) Belajar memerlukan bimbingan, baik dari bimbingan guru maupun buku

pelajaran itu sendiri.

3) Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga

diperoleh pengertian-pengertian.

4) Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari

dapat dikuasainya.

5) Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi saling pengaruh secara

dinamis antara murid dengan lingkungannya.

6) Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai

tujuan.

7) Belajar dikatakan berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam bidang

praktek sehari-hari. (Zainal Aqib 2002)

2.2.1.3.Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2008). Sebagai alat untuk

mengetahui keberhasilan guru mengajar dan keberhasilan siswa dalam belajar,

setiap akhir pelajaran diadakan evaluasi belajar yang bertujuan untuk mengukur

11

keberhasilan proses belajar mengajar. Indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam proses belajar mengajar disebut juga

dengan hasil belajar. Hasil adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan

dan kemajuan murid yang berkenan dengan penguasaan bahan pelajaran yang

disjiakan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di dalam kurikulum.

Setiap guru pasti memiliki keinginan agar dapat meningkatkan hasil

belajar siswa yang dibimbingnya. Karena itu guru harus memiliki hubungan

dengan siswa yang dapat terjadi melalui proses belajar mengajar. Setiap proses

belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang

dicapai siswa. Menurut Woordworth ( Sudjana,2008), hasil belajar merupakan

perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Anni (2004), hasil

belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah

mengalami aktivitas belajar. Dimyati dan Mudjiono (sudjana,2008) hasil belajar

merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi

guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang

lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan

mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan

pelajaran.

Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Suprijono (2009) secara

garis besar membagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan

ranah psikomotoris.

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.

2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditegaskan bahwa salah satu

fungsi hasil belajar siswa diantaranya ialah siswa dapat mencapai prestasi yang

maksimal sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, serta siswa dapat

mengatasi berbagai macam kesulitan belajar yang mereka alami. Aktivitas siswa

mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa

12

adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan

baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah. Untuk mengetahui

keberhasilan proses dan hasil belajar siswa digunakan alat penilaian untuk

mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak. Hasil

belajar yang berupa aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik

menggunakan alat penilaian yang berbeda-beda. Untuk aspek kognitif digunakan

alat penilaian yang berupa tes, sedangkan untuk aspek afektif digunakan alat

penilaian yaitu skala sikap (ceklist) untuk mengetahui sikap siswa dalam

mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik digunakan lembar observasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan hasil belajar merupakan hasil akhir

dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti

pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi

yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat

penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai,

aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan

aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak

siswa dalam mengikuti pembelajaran.

2.2.1.4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Aktivitas belajar siswa tidak selamanya berlangsung wajar, kadang-

kadang lancar dan kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa

yang dipelajari, kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami dan sulit untuk bias

berkonsentrasi dalam belajar. Demikian kenyataan yang sering dijumpai pada

setiap siswa dalam kehidupan sehari-hari di dalam aktivitas belajar mengajar.

Menurut Muhibbinsyah, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani

atau rohani siswa

2. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar

siswa

13

3. Faktor Pendekatan Belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar

siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Adapun yang tergolong faktor internal adalah :

a) Faktor Fisiologis

Keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan menguntungkan dan

memberikan hasil belajar yang baik. Tetapi keadaan fisik yang kurang baik

akan berpengaruh pada siswa dalam keadaan belajarnya.

b) Faktor Psikologis

Yang termasuk dalam faktor psikologis adalah intelegensi, perhatian, minat,

motivasi dan bakat yang ada dalam diri siswa.

1. Intelegensi, faktor ini berkaitan dengan Intellegency Question (IQ) seseorang

2. Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan menghasilkan

pemahaman dan kemampuan yang mantap.

3. Minat, Kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar

terhadap sesuatu.

4. Motivasi, merupakan keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk

berbuat sesuatu.

5. Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yag akan datang.

Adapun yang termasuk golongan faktor eksternal adalah:

a. Faktor Sosial, yang terdiri dari:

1. Lingkungan keluarga

2. Lingkungan sekolah

3. Lingkungan masyarakat

b. Faktor Non Sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan

letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan

cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor ini dipandang turut

menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

14

2.3. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Kemp (Rusman,2011) model pembelajaran adalah suatu

kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kemp, Dick and Carey

(1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu perangkat

materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk

menimbulkan hasil belajar pada peserta didik atau siswa. Joyce dan Weil

berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang

dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka

panjang), merancang bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di

kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya

para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk

mencapai tujuan pendidikannya.

2.4. Kooperatif

2.4.1. Pengertian Kooperatif

Menurut Sugiyanto (2008) pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan

kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar

untuk mencapai tujuan belajar. Slavin (2008) Mendefinisikan bahwa model

pembelajaran kooperatif sebagai model pembelajaran dimana siswa bekerjasama

dalam suatu kelompok.” Di dalam pembelajaran kooperatif para siswa akan duduk

bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai

materi yang disampaikan oleh guru. Jadi Pembelajaran kooperatif dapat

disimpulkan adalah sebuah pembelajaran yang menekankan dalam belajar

kelompok-kelompok kecil dan berkerja sama untuk mempelajari materi pelajaran

secara bersama-sama. Ada banyak hal yang membuat pembelajaran kooperatif

memasuki jalur praktik dunia pendidikan alasannya adalah untuk meningkatkan

pencapaian prestasi belajar siswa dan akibat positif lainya adalah dapat

mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas

yang lemah dalam bidang akademik dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan

15

lainnya adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar berfikir,

menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan

kemampuan dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan sarana yang sangat baik untuk mencapai hal-hal tersebut.

2.4.2. Latar Belakang Kooperatif

Karp dan Yoel (Isjono,2009) menyatakan bahwa strategi yang paling

sering dilakukan untuk mengaktifkan siswa adalah dengan diskusi kelas. Namun

dalam kenyataannya, strategi ini tidak efektif karena meskipun guru sudah

mendorong siswa untuk aktif dalam berdiskusi, kebanyakan siswa hanya diam dan

menjadi penonton sementara arena kelas dikuasai oleh beberapa siswa saja.

Salah satu metode pembelajaran yang berkembang saat ini adalah

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini menggunakan kelompok-kelompok

kecil sehingga siswa-siswi saling bekerja sama untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling

membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar.

Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi

dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi masalah dalam

belajar.

Koes (Isjono,2009) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif

didasarkan pada hubungan antara motivasi, hubungan interpersonal, strategi

pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu memotivasi gerakan ke arah

pencapaian hasil yang diinginkan. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat

elemen-elemen yang saling terkait didalamnya, diantaranya adalah saling

ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, ketrampilan

untuk menjalin hubungan antar pribadi atau ketrampilan sosial yang sengaja

diajarkan Nurhad (Isjoni,2009). Keempat elemen tersebut tidak bisa dipisahkan

dalam pembelajaran kooperatif karena sangat mempengaruhi kesuksesan dari

pembelajaran kooperatif sendiri.

2.4.3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ( Ispojoni, 2009)

a). Hasil belajar akademik

16

b). Penerimaan terhadap perbedaan individu

c). Pengembangan keterampilan sosial

Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat tipe-tipe pembelajaran kooperatif

yaitu:

a). Learning Starts With A Question

b). Planet Question

c). Team Quiz

d). Modeling the Way

e). Silent Demonstration

f). Practice-Rehearsal Pairs

g). Reflektif

h). Bermain Jawaban

I).group Resume

j). Index Cartd Match

k) Student Teams Achievement Division

2.5. Tipe Student Teams Achievement Division

Menurut Salvin (2008) model STAD merupakan variasi pembelajran

kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi,

telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, dan banyak subjek lainnya, dan

pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Dalam STAD, siswa dibagi

menjadi kelompok beranggotakan empat sampai enam orang yang beragam

kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan

siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu

bisa menguasai pelajaran tersebut.

Lebih jauh Salvin memaparkan bahwa : “Gagasan utama di belakang

STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama

lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Jika siswa menginginkan

kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok

mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman

17

sekelompok mereka untuk menjadi yang terbaik, memperlihatkan bahwa norma-

norma belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan.

2.5.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen

(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)

2. Guru menyajikan pelajaran

3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-

anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota

lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat

menjawab kuis tidak boleh saling membantu

5. Memberi evaluasi

6. Kesimpulan

2.5.2. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif tipe (STAD)

Soewarso (1998) dalam disertasinya mengungkapkan kelebihan

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

1. Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang

sedang dibahas.

2. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa

mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa dibantu oleh

anggota kelompoknya.

3. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar

mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk

kepentingan bersama-sama.

4. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi

menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.

5. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan akan memberikan dorongan

bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

6. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu

pengetahuannya

18

7. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor

siswa dalam belajar bekerja sama.

2.5.3. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe (STAD)

Kelemahan metode STAD adalah pembelajaran yang baru diketahui,

kemungkinan yang dapat timbul adalah sejumlah siswa bingung, sebagian

kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa (Ibrahim,2000:18).

Slavin dalam bukunya Kauchak (1998) mengatakan adanya masalah menetapkan

metode belajar bersama di kelas yaitu ramai, gagal untuk saling mengenal,

perilaku yang salah dan penggunaan waktu yang tidak efektif, Ramai, biasanya

yang dihasilkan dalam interaksi siswa yang produktif. Penggunaan waktu yang

tidak efektif oleh siswa terjadi karena siswa yang bergurau dan bermain sendiri

sedangkan siswa lainnya sibuk melakukan aktivitas kelompok. Pengawasan guru

yang tidak cermat dalam mengawasi kinerja guru selama pembelajaran kelompok

tidak efektif.

Sedangkan Soewarso (1998) dalam disertasinya mengemukakan kelemahan-

kelemahan yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk

memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil.

b. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak dapat

berlatih belajar mandiri.

c. Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target

pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.

d. Pembelajaaran kooperatif tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara

cepat.

e. Penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan

bagi guru untuk melaksanakannya.

2.6. Model Ceramah

Model ceramah dianggap sebagai penyebab utama dari rendahnya minat

belajar siswa terhadap pelajaran memang patut dibenarkan, tetapi juga anggapan

itu sepenuhnya kurang tepat karena setiap metode atau model pembelajaran baik

19

metode pembelajaran klasik termasuk metode ceramah maupun metode

pembelajaran modern sama-sama mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-

masing, yang saling melengkapi satu sama lain. Menurut Winarno Surahmad,

M.Ed, (Heru Setyawan, 2011) ceramah adalah penerangan dan penuturan secara

lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan peranan murid mendengarkan

dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru.

Model ceramah yaitu penerapan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap

kelasnya, dengan menggunakan alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian

yang disampaikan kepada siswa. Model ceramah ini sering kita jumpai pada

proses-proses pembelajaran di sekolah mulai dari tingkat yang rendah sampai ke

tingkat perguruan tinggi, sehingga model seperti ini sudah dianggap sebagai

model yang terbaik bagi guru untuk melakukan interaksi belajar mengajar. Satu

hal yang tidak pernah menjadi bahan refleksi bagi guru adalah tentang efektifitas

penggunaan model ceramah yaitu mengenai minat dan motivasi siswa, bahkan

akhirnya juga berdampak pada prestasi siswa.

Model ceramah dalam penerapannya di dalam proses belajar mengajar

juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain :

Kelemahan : 1. Mudah menjadi verbalisme.

2. Yang visual menjadi rugi, dan yang auditif (mendengarkan) yang benar-

benar menerimanya.

3. Bila selalu digunakan dan terlalu digunakan dapat membuat bosan.

4. Keberhasilan model ini sangat bergantung pada siapa yang

menggunakannya.

5. Cenderung membuat siswa pasif

Kelebihan : 1. Guru mudah menguasai kelas.

2. Mudah mengorganisasikan tempat duduk / kelas.

20

3. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.

4. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.

5. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.

6. Lebih ekonomis dalam hal waktu.

7. Memberi kesempatan pada guru untuk menggunakan pengalaman,

pengetahuan dan kearifan.

8. Dapat menggunakan bahan pelajaran yang luas

9. Membantu siswa untuk mendengar secara akurat, kritis, dan penuh

perhatian.

10. Jika digunakan dengan tepat maka akan dapat menstimulasikan dan

meningkatkan keinginan belajar siswa dalam bidang akademik.

11. Dapat menguatkan bacaan dan belajar siswa dari beberapa sumber lain

2.7. Kajian Penelitian yang Relevan

I Made Surianta Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

dengan media VCD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika siswa kelas

IX B SMP NEGERI 1 Banjarangkan tahun 2008/2009.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dengan subyek

penelitian kelas IX B SMP Negeri 1 Banjarangkan semester 1 tahun pelajaran

2008/2009 yang berjumlah 42 orang.Data keaktifan siswa dikumpulkan dengan

pedoman observasi dan data tentang hasil belajar siswa dikumpulkan dengan tes

Hasil belajar. Selanjutnya data yang terkumpul dianalisisi dengan

menggunakan metode deskriptif analisis.Pelaksanaan tindakan diawali dengan

membagi kelas menjadi delapan kelompok, menyampaikan tujuan pembelajaran,

menyampaikan materi pembelajaran dengan VCD, kerja kelompok mengerjakan

LKS, presentasi kelompok, dan latihan soal-soal.

Hasil Penelitian menunjukkan 1). Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD dengan VCD (Video Compact Disk) sebagai media pada

pembelajaran bangun ruang sisi lengkung dapat meningkatkan keaktifan siswa

21

dan 2). dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari rata-rata 6,68 dan ketuntasan

klasikal 70% pada siklus I menjadi rata-rata hasil belajar 7,01 dengan ketuntasan

klasikal sebesar 83% pada siklus II.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

Penerapan Model Pembelajaran Tipe STAD dengan VCD (Video Compact Disk)

sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar

matematika siswa, sehingga model pembelajaran ini dapat dijadikan alternatif

pilihan pada pembelajaran matematika.

Hasil temuan lapangan yang lain telah memperkuat hasil penelitian

sebelumnya yang pernah dilakukan Rimaningtyas, Mareta. 2011. Peningkatan

Aktivitas Belajar Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada

Mata Pelajaran Sosiologi di SMA PGRI 1 Pati. Skripsi, Jurusan Sosiologi dan

Antropoplogi. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.

Elmi Ayuningtyas Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Terhadap Hasil Belajar

Peserta Didik Kelas VIII SMP N 3 Rembang Dalam Materi Pokok Bangun Ruang

Sisi Datar.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa perhitungan uji perbedaan rata-

rata diperoleh dari hasil uji t yaitu = 2,1767 dan = 1,9893. Karena berarti H0

ditolak. Jadi pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan alat peraga

dan LKS terhadap hasil belajar peserta didik kelas VIII SMP N 3 Rembang lebih

baik daripada pembelajaran konvensional berbantuan alat peraga dan LKS

terhadap hasil belajar peserta didik dalam materi pokok bangun ruang sisi datar.

2.8. Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh

siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang

sudah ditetapkan. Model pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams

Achivement Division (STAD) memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar

berani mengemukakan pendapat dan bekerja sama dengan baik.

Dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Student

Teams Achivement Division (STAD), diharapkan siswa dapat berperan aktif,

22

reaksi siswa cukup baik terhadap lingkungan belajar di kelas maupun di luar

kelas, dan guru lebih mudah merencanakan pengajaran. Dengan upaya-upaya

dalam model Kooperatif Tipe Student Teams Achivement Division (STAD)

diharapkan prestasi atau hasil belajar IPA siswa kelas V dapat meningkat.

Dalam penelitian ini akan membandingkan antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen dimana kelas kontrol dilakukan di dalam kelas yang sudah biasa

diterapkan di SD. Sedangkan kelas eksperimen menggunakan pembelajaran

Kooperatif. Dalam alat ukur hasil evaluasi antara kelas eksperimen dan kontrol

adalah sama. Untuk pre-test diambil dari alat evaluasi pada kelas uji coba dan

hasil pre-test kedua yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak menunjukkan

adanya yang signifikan. Dapat dilihat dari gambar 2.1.

2.9. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, kajian pustaka dan kerangka

berpikir, maka hipotesis penelitian yaitu ; ada pengaruh perbedaan yang

signifikan antara pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar

siswa kelas V SDN Watu Agung pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat

cahaya semester II tahun pelajaran 2011/2012.