BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Sistem Pembelajaran Pembelajaran merupakan sebuah sistem dengan komponen- komponen yang saling berkaitan untuk melakukan suatu sinergi, yaitu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen-komponen dari sebuah sistem pembelajaran yang berinterfungsi meliputi siswa, tujuan, metode, media, strategi pembelajaran, evaluasi, dan umpan balik (Pribadi, 2009: 30-31). Setiap sistem pembelajaran memiliki tujuan yang dapat dicapai melalui penggunaan model, media, dan strategi pembelajaran yang tepat. Kombinasi penggunaan model, media, dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat membantu siswa menempuh proses belajar. Evaluasi merupakan hal penting yang dapat digunakan untuk menilai kualitas kinerja dari sebuah sistem pembelajaran. Hasil evaluasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki kinerja sistem pembelajaran (Pribadi, 2009: 54 - 56). Gambar 2.1. Interaksi antar sub-sistem dalam sistem pembelajaran (Sumber : Pribadi, 2009 : 55) 2. Pembelajaran Kimia

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Sistem Pembelajaran

Pembelajaran merupakan sebuah sistem dengan komponen-

komponen yang saling berkaitan untuk melakukan suatu sinergi, yaitu

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen-komponen

dari sebuah sistem pembelajaran yang berinterfungsi meliputi siswa, tujuan,

metode, media, strategi pembelajaran, evaluasi, dan umpan balik (Pribadi,

2009: 30-31).

Setiap sistem pembelajaran memiliki tujuan yang dapat dicapai

melalui penggunaan model, media, dan strategi pembelajaran yang tepat.

Kombinasi penggunaan model, media, dan strategi pembelajaran yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat membantu siswa

menempuh proses belajar. Evaluasi merupakan hal penting yang dapat

digunakan untuk menilai kualitas kinerja dari sebuah sistem pembelajaran.

Hasil evaluasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki kinerja sistem

pembelajaran (Pribadi, 2009: 54 - 56).

Gambar 2.1. Interaksi antar sub-sistem dalam sistem pembelajaran

(Sumber : Pribadi, 2009 : 55)

2. Pembelajaran Kimia

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem

Pendidikan Nasional menyebutkan :

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Menurut Sagala (2010: 61), pembelajaran ialah membelajarkan

siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan

penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses

komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,

sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Dari definisi di

atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha untuk menjadikan

belajar menjadi bermakna bagi siswa dengan adanya interaksi antara guru

dengan siswa dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.

Berlangsungnya kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan hakikat

mata pelajaran, salah satunya MIPA. Salah satu ciri IPA adalah hubungan yang

erat antara teori dengan eksperimen. Teori dalam IPA adalah pemodelan matematis

terhadap berbagai prinsip dasar, yang kebenarannya diuji melalui eksperimen.

Penerapan prinsip MIPA untuk pemecahan masalah alamiah yang sederhana sering

memerlukan keterpaduan diantara komponen MIPA. Komponen Matematika

berfungsi sebagai dasar logika penalaran dan penyelesaian kuantitatif, sedangkan

Fisika, Kimia dan Biologi berfungsi untuk mendeskripsikan permasalahan yang ada,

sehingga IPA dapat dipandang dari segi proses, produk dan pengembangan sikap. Ini

berarti bahwa dalam proses belajar mengajar IPA haruslah terkandung ketiga

dimensi IPA tersebut.

Kimia merupakan salah satu komponen dari MIPA. Kimia adalah

ilmu yang mempelajari perubahan (Ratcliff et.al, 2007: 1). Ilmu Kimia

mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan perubahan yang dialami

materi ini dalam proses proses alamiah maupun dalam eksperimen yang

direncanakan. Lewat Kimia kita mengenal susunan (komposisi) zat dan

penggunaan bahan bahan tak bernyawa, baik alamiah maupun buatan, dan

mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

sendiri. Perspektif Kimiawi dunia di sekitar kita mempesonakan. Perspektif

ini dapat dikembangkan lewat pengamatan dan eksperimen kita sendiri, yang

dengan kuat didasarkan pada keinginan manusiawi untuk memahami dengan

pencarian kita akan tatanan (Keenan,1984: 2).

Dari beberapa pendapat ahli tentang pembelajaran dan pengertian

Kimia di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Kimia adalah proses

interaksi peserta didik dengan pendidik tentang bangun (struktur) materi dan

perubahan perubahan yang dialami materi ini yang dapat dikembangkan

lewat pengamatan dan eksperimen sehingga peserta didik memperoleh

pengalaman untuk belajar Kimia lebih baik.

3. Teori Belajar

Pembelajaran erat hubungannya dengan belajar. Belajar merupakan

kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Agar belajar

menjadi lebih efektif bagi siswa dan guru, maka perlu adanya suatu

pemahaman atau landasan belajar itu sendiri. Beberapa teori belajar yang

menjadi acuan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.

a. Teori Kognitif

Teori belajar kognitif dibentuk dengan tujuan mengkonstruksi

prinsip prinsip belajar secara ilmiah. Hasilnya berupa prosedur prosedur

yang dapat diterapkan pada situasi kelas untuk mendapatkan hasil yang

dapat diterapkan pada situasi kelas untuk mendapatkan hasil yang sangat

produktif. Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang

mencapai pemahaman atas dirinya dan lingkungannya lalu menafsirkan

bahwa diri dan lingkungan psikologisnya merupakan faktor faktor yang

kait mengait. Teori ini dikembangkan berdasarkan tujuan yang

melatarbelakangi perilaku, cita cita, cara cara, dan bagaimana seseorang

memahami diri dan lingkungannya dalam usaha untuk mencapai tujuan

dirinya. Setiap pengertian yang diperoleh dari memahami diri sendiri dan

lingkungannya disebut insight (Wiranataputra dkk, 2007: 3-4).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Prinsip prinsip dasar teori belajar kognitif dapat dirumuskan

sebagai berikut.

1) Belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan

berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan masalah, dan kesadaran.

2) Sehubungan dengan pembelajaran, teori belajar, perilaku, dan kognitif

pada akhirnya sepakat bahwa guru harus memperhatikan perilaku

siswa yang tampak seperti penyelesaian tugas rumah, hasil tes, di

samping itu juga harus memperhatikan faktor manusia dan lingkungan

psikologisnya.

3) Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berpikir orang tidak sama

dan tidak tetap dari waktu ke waktu.

(Wiranataputra dkk, 2007: 3.5).

b. Teori Belajar Vygotsky (Konstruktivisme Sosial)

Konstruktivisme dalam Suyono dan Hariyanto (2011: 105) adalah

sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan

merefleksikan pengalaman, semua orang membangun, mengkonstruksi

pengetahuan pemahaman mereka sendiri tentang dunia lewat pengalaman.

Sehingga diperlukan keaktifan dari masing-masing siswa. Pengetahuan

tidak dapat ditransfer begitu saja, tetapi harus dibentuk dan dibangun

sendiri oleh setiap individu. Pengetahuan bukan merupakan sesuatu yang

sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus.

Keaktifan seseorang amat berperan dalam perkembangan pengetahuan

tersebut.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan

pembelajaran konstruktivisme yaitu :

1) Pembelajaran harus dimulai dengan isu isu yang mengakomodasi

siswa untuk secara aktif mengkonstruk makna ;

2) Proses pembelajaran berfokus terutama pada konsep konsep primer

bukan kepada fakta fakta yang terpisah ;

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

3) Guru harus memahami model model mental yang dipergunakan siswa

terkait bagaimana cara pandang siswa tentang dunia ;

4) Melakukan penilaian terhadap bagian bagian dari proses

pembelajaran (Suyono & Haryanto, 2011: 107).

Vygotsky, sebagai seseorang yang dianggap pionir dalam filosofi

konstruktivisme menyatakan teori pembelajarannya sebagai pembelajaran

kognisi sosial (social cognition). Pembelajaran kognisi sosial meyakini

bahwa kebudayaan merupakan penentu utama bagi pengembangan

individu. Ciri khusus dari konsep Vygotsky yaitu zona perkembangan,

zone of development. Terdapat perbedaan antara apa apa yang dapat

dilakukan siswa tanpa bantuan orang lain (zona perkembangan aktual,

ZAD, zone of actual development) dengan apa apa yang dapat dilakukan

siswa dengan bantuan orang lain (perkembangan potensial), yang sering

disebut sebagai zona perkembangan terdekat (ZPD, zone of proximal

development). Orang lain yang dimaksudkan adalah teman sebaya atau

guru maupun orang tua. Proses atau cara memberikan bantuan yang

diberikan oleh orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berkompeten

(capable peer), agar siswa beranjak dari zona aktual menuju zona

potensial ini yang disebut sebagai scaffolding (Suyono & Haryanto, 2011:

111 113).

Kerja sama atau kolaboratif lebih bermakna dari kompetitif.

Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang digunakan adalah Project

Based Learning (PjBL). Model pembelajaran ini menghendaki siswa aktif

terlibat dalam proses pembelajaran, berinteraksi, dan bekerjasama dengan

teman dalam kelompoknya untuk dapat memecahkan masalah demi

mencapai kesuksesan kelompok.

Pembelajaran dengan model pembelajaran PjBL sejalan dengan

prinsip konstruktivisme. Dalam proses pembelajaran, siswa

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui pemecahan masalah

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

sebagai suatu wadah untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya

dengan mengoptimalkan segala media, alat, dan bahan pembelajaran yang

mendukung proses kegiatan belajar siswa. Siswa berinteraksi dalam

kelompok dengan latar belakang yang berbeda beda dapat membantu

siswa dalam mengkonstruk pengetahuan baru ke dalam pengetahuan

awalnya berdasarkan pengalaman yang diperolehnya selama proses

pembelajaran.

c. Teori Belajar Jerume Bruner (Belajar Penemuan)

Dahar (2011 : 79) menyatakan bahwa Bruner menganggap belajar

penemuan sesuai dengan pencapaian pengetahuan secara aktif oleh

manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.

Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan

yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar benar

bermakna. Belajar bermakna dengan arti seperti diberikan di atas

merupakan satu satunya macam belajar yang dapat perhatian Bruner.

Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan

menunjukkan beberapa manfaat. Pertama, pengetahuan itu bertahan lama

atau lama diingat atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan

pengetahuan yang dipelajari dengan cara cara lain. Kedua, hasil belajar

penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar

lainnya. Dengan kata lain, konsep konsep dan prinsip prinsip yang

dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi

situasi baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan

penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.

Tidak dapat dipungkiri bahwa waktu yang diperlukan untuk

menerapkan belajar penemuan secara murni cukup banyak. Maka

penggunaan belajar penemuan ini hanya diterapkan sampai batas batas

tertentu, yaitu dengan mengarahkannya pada struktur bidang studi.

Struktur suatu bidang studi terutama diberikan oleh konsep konsep dasar

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

dan prinsip prinsip bidang studi itu. Bila seorang siswa telah menguasai

struktur dasar, tidak akan terlalu sulit baginya untuk mempelajari bahan

bahan pelajaran lain dalam bidang studi yang sama dan ia akan lebih

mudah ingat bahan baru itu. Hal ini disebabkan karena ia telah

memperoleh kerangka pengetahuan yang bermakna yang dapat

digunakannya untuk melihat hubungan hubungan yang esensial dalam

bidang studi itu sehingga dapat memahami hal hal yang mendetail. Ada

empat faktor yang ditekankan dan harus diperhatikan dalam

menyelenggarakan pembelajaran sesuai dengan teori instruksi yaitu

pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar,

penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal, perincian urutan-

urutan penyajian materi pelajaran secara optimal, bentuk dan pemberian

reinforcement.

d. Teori Ausubel (Belajar Bermakna)

Dahar (2011: 95-97) menyatakan inti teori Ausubel tentang

belajar ialah belajar bermakna. Bagi Ausubel, belajar bermakna

merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep konsep

yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Bila tidak

ada usaha yang dilakukan untuk mengasimilasikan pengetahuan baru pada

konsep konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan

terjadi belajar hafalan.

Faktor faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna

menurut Ausubel (1963) ialah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan

kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu

tertentu. Sifat sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan

arti arti yang timbul saat informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif

itu, demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif

itu stabil, jelas, dan diatur dengan baik, arti arti yang sahih dan jelas atau

tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Akan tetapi

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

sebaliknya, jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak

teratur, struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi.

e. Teori Piaget

Ada tiga aspek dalam perkembangan intelektual yang diteliti oleh

Piaget, yaitu struktur, isi (konten), dan fungsi. Menurut Piaget,

perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi, yaitu organisasi dan

adaptasi. Organisasi memberikan pada kemampuan untuk

mensistematikkan atau mengorganisasi proses fisik atau psikologis

menjadi sistem yang teratur dan berhubungan atau terstruktur (Dahar,

2011: 134).

Fungsi kedua yang melandasi perkembangan intelektual ialah

adaptasi. Cara adaptasi setiap anak berbeda-beda. Adaptasi terhadap

lingkungan dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi.

Dalam proses asimilasi anak menggunakan struktur atau kemampuan yang

sudah ada untuk menghadapi masalah yang dihadapinya dalam

lingkungannya, proses ini juga merupakan proses memasukkan informasi

baru ke dalam struktur atau kemampuan yang sudah ada. Dalam proses

akomodasi, anak memerlukan modifikasi struktur mental atau

menyesuaikan yang ada dalam mengadakan respon terhadap tantangan

lingkungannya.

Menurut Piaget, setiap individu mengalami tingkat tingkat

perkembangan intelektual. dengan demikian belajar harus disesuaikan

dengan tingkat perkembangan intelektual siswa. Sesuai dengan teori

perkembangan kognitif Piaget, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)

berada pada tingkat operasional formal. Kemajuan utama pada anak

selama periode ini ialah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda

atau peristiwa konkret, ia mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak.

Dahar (2011: 140) mengemukakan beberapa karakteristik berpikir

operasional formal menurut Flavell. Pada tingkat ini, anak dapat :

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

1) Berpikir adolesensi ialah hipotesis deduktif. Ia dapat merumuskan

banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah dan mengecek

data terhadap setiap hipotesis untuk membuat keputusan yang layak,

2) Berpikir proporsional. Dalam berpikir, seorang anak dapat menangani

pernyataan atau proposisi yang memberikan data konkret ini. Ia

bahkan dapat menangani proposisi yang berlawanan dengan fakta.

3) Berpikir kombinatorial, yaitu berpikir meliputi semua kombinasi

benda, gagasan, atau proposisi yang mungkin.

4) Berpikir reflektif. Anak anak dalam periode ini berpikir sebagai orang

dewasa. Ia dapat juga menyatakan operasi mentalnya melalui simbol

simbol.

Sesuai dengan perkembangan intelektual Piaget, siswa SMA

Negeri 2 Karanganyar berada pada tingkat berpikir operasional formal.

Siswa belajar tentang materi Larutan Asam Basa dengan model

pembelajaran PjBL yang mengharuskan siswa untuk membangun

pengetahuannya sendiri dengan membuktikan teori melalui eksperimen

dan projek yang dilanjutkan dengan menyimpulkan fakta fakta dari

eksperimen. Siswa memperoleh pengetahuan baru tentang Larutan Asam

dan Basa melalui pengalaman belajarnya yaitu melakukan penyelidikan,

berdiskusi, bereksperimen, bekerjasama, dan berlatih soal soal. Melalui

proses tersebut, siswa mengasimilasikan pengetahuan yang diperoleh ke

dalam pengetahuan yang sudah ada sebelumnya menjadi pengetahuan

baru.

Dahar (2011: 142 143) mengemukakan Teori Piaget yang

menyatakan bahwa ada tiga bentuk pengetahuan, yaitu pengetahuan fisik

(physical knowledge), pengetahuan logika matematika (logico

mathematical knowledge), dan pengetahuan sosial (social knowledge) yang

dapat dibedakan menurut sumber sumber utamanya, serta cara

penstrukturannya. Dalam praktek psikologi anak itu, menurut Piaget,

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

ketiga bentuk pengetahuan itu terdapat bersama sama, tidak terpisah,

kecuali dalam matematika murni dan logika.

Dalam pembelajaran PjBL menekankan pada pembentukan

struktur kognitif melalui pemecahan masalah, ekperimen, diskusi

kelompok, dan pengerjaan projek akan memberikan kebebasan kepada

siswa untuk membangun atau mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Pada

proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran PjBL siswa

ditempatkan sebagai active problem solver yang mampu memecahkan

masalah sendiri secara aktif yang memiliki cara sendiri untuk

mendapatkan pengetahuan. Melalui pembelajaran ini, siswa mengasimilasi

informasi yaitu mencocokkan apa ia ketahui dengan fakta fakta yang

diperoleh dari berbagi proses untuk memperoleh pengalaman belajar yang

diakomodasikan dengan menyusun kembali struktur kognitif berdasarkan

pengalamannya.

Siswa menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya

mempunyai kebaikan atau hasil yang memuaskan dibandingkan dengan

penggunaan pembelajaran lain. Belajar penemuan dengan menggunakan

prinsip prinsip belajar ilmiah seperti dijelaskan dalam teori belajar

kognitif sangat cocok dengan karakteristik Kimia. Materi Larutan Asam

dan Basa merupakan materi dasar bagi materi materi selanjutnya yaitu

Titrasi Asam dan Basa, Larutan Penyangga, dan Hidrolisis Garam. Maka

dalam mengajarkan materi Larutan Asam dan Basa perlu menerapkan

pembelajaran yang dapat menyimpan konsep materi tersebut lebih lama,

salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran PjBL.

Membuat siswa benar benar paham tentang Larutan Asam dan Basa akan

memudahkan siswa dalam memahami materi selanjutnya sehingga dapat

terjadi belajar bermakna seperti yang diungkapkan dalam teori belajar

Ausubel. Namun, dalam menerapkan model pembelajaran PjBL juga perlu

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

diperhatikan tingkat perkembangan intelektual siswa sesuai dengan teori

belajar Piaget.

4. Model Project Based Learning (PjBL)

Dari guru sekolah dasar yang melibatkan para siswa dalam

mempelajari laba-laba selama sebulan sampai pada guru Fisika di SMA

meminta siswa membangun jembatan dari kayu balsa, hampir semua guru

mengatakan bahwa apa yang mereka berikan pada siswa termasuk "Projek".

Namun, setelah pemeriksaan lebih lanjut, terdapat perbedaan antara unit,

latihan, kegiatan, penilaian kinerja, masalah, dan projek tidak terlalu jelas.

Sementara antar pendidik menggunakan istilah-istilah ini dalam cara yang

berbeda, definisi berikut menarik dari berbagai ide dari praktik terbaik,

penelitian, dan kurikulum ahli.

Menurut National Academy Foundation and Pearson Foundation

(NAF : 4), projek-projek yang dirancang meminta siswa untuk :

1) Memecahkan masalah nyata dan isu-isu yang memiliki kepentingan

untuk orang di luar kelas.

2) Secara aktif siswa terlibat dalam pembelajaran dan membuat pilihan

penting selama projek.

3) Menunjukkan secara nyata bahwa mereka telah belajar kunci konsep-

konsep dan keterampilan.

Referensi pertama tentang PjBL disebutkan oleh kerja dari

Kilpatrick (1918) yang menyarankan bahwa projek antar cabang ilmu

pengetahuan mempelajari matematika, sains, ilmu sosial untuk

memberikan peserta didik yang kaya akan konsep dan ide. Sedangkan

menurut Bialkin et. al. (2011) PjBL adalah suatu model pembelajaran yang

mengubah kegiatan kelas dari praktek singkat dalam kelas, terisolasi,

pembelajaran berpusat pada guru, menjadi kegiatan pembelajaran yang

menekankan pembelajaran antar cabang ilmu berjangka panjang dan

bepusat pada siswa. Menurut Daryanto (2013: 30) model pembelajaran

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

berbasis projek ini merupakan cara belajar yang memberi kebebasan

berpikir pada peserta yang berkaitan dengan isi atau bahan pengajaran dan

tujuan yang direncanakan.

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa PjBL

merupakan model pembelajaran yang membuat siswa aktif dalam

memecahkan masalah nyata dengan cara mereka sendiri untuk belajar

kunci konsep konsep dan keterampilan yang dibuktikan dengan projek

atau pameran sebagai pembelajaran diri langsung.

a. Tujuan dan Ciri Ciri PjBL

Tujuan PjBL menurut Kimonen E. dan Nevalainen R. (2000)

dalam Kubiatko dan Ivana Vaculova (2011: 66-67) tujuan utama dari PjBL

adalah hubungan yang aktif dari siswa dengan proses pendidikan.

Karakteristik proses ini adalah dari keterbukaan mereka pada situasi

masalah dan pertanyaan dibuat oleh guru. Situasi dan pertanyaan ini

menyebabkan siswa berpikir tentang topik yang sedang dibahas. Realisasi

projek tergantung dari siswa, kreativitas mereka, fantasi, berpikir kritis,

motivasi diri, ketertarikan, dan alat alat yang diperlukan. Guru dan siswa

terinspirasi oleh masalah yang mengelilingi mereka yang terjadi di

kehidupan sehari hari.

Enam A merupakan ciri ciri sangat kuat yang muncul dalam

projek kelas dengan kualitas tinggi. Banyak guru yang telah menggunakan

keenam faktor ini sebagai penanda kualitas selama desain projek

berlangsung. Enam A pertama dikembangkan oleh Adria Steinberg dari

Jobs of the Future. (NAF: 14). Enam A yang merupakan ciri ciri PjBL

dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Authenticity (Keaslian)

2) Academic Rigor (Sangat Akademis)

3) Adult Connections (Hubungan Lanjut)

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

4) Active Exploration (Eksplorasi Aktif)

5) Applied Learning (Penerapan Pembelajaran)

6) Assesment Practices (Praktek Penilaian)

b. Langkah-Langkah Project Based Learning (PjBL)

Belum banyak orang familiar dengan PjBL dibandingkan dengan

PBL, hal ini mungkin disebabkan karena singkatan dari kedua model ini

hampir mirip, sehingga ketika dicari referensi tentang PjBL maka akan

lebih banyak muncul referensi untuk PBL. Meskipun begitu, diperoleh dua

referensi tentang PjBL. Dalam kedua referensi tersebut terdapat langkah

pembelajaran PjBL. Referensi tersebut berasal dari National Academy

Foundation and Pearson Foundation (NAF) dan Instructional Module

Project Based Learning (Lucas, 2005).

Dalam NAF langkah langkah PjBL dapat dijelaskan sebagai

berikut

1) Persiapan

a) Mengenalkan macam kegiatan

b) Persiapan siswa

c) Membuat skrip

2) Pengumpulan Aset dan Papan Cerita

a) Manajemen file

b) Membuat papan cerita

3) Workshop

4) Presentasi dan refleksi

Sedangkan dalam Instructional Module Project Based Learning

(Lucas, 2005) langkah-langkah PjBL dapat dijelaskan melalui Tabel 2.1

berikut.

Tabel 2.1. Langkah Langkah PjBL

No. Tahap Penjelasan Kegiatan 1. Dimulai

dengan Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

pertanyaan yang esensial

mendalam. Pertanyaan esensial diajukan untuk memancing pengetahuan, tanggapan, kritik dan ide siswa mengenai tema projek yang akan diangkat.

2. Perencanaan aturan pengerjaan projek

Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian projek.

3. Membuat jadwal aktivitas

Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan projek. Jadwal ini disusun untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan projek.

4. Memonitoring perkembangan projek siswa

Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan projek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses.

5. Penilaian hasil kerja siswa

Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

6. Evaluasi pengalaman belajar siswa

Pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil projek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan projek.

(Sumber : Lucas, 2005)

Setelah melakukan observasi kondisi kelas dan siswa, dalam

penelitian ini digunakan langkah pembelajaran PjBL pada Tabel 2.1 yang

sedikit dimodifikasi sebagai berikut.

1) Dimulai dengan pertanyaan yang esensial

2) Perencanaan aturan pengerjaan projek

3) Memonitoring perkembangan projek siswa

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

4) Mendiskusikan hasil kerja siswa

5) Penilaian hasil kerja siswa

6) Evaluasi pengalaman belajar siswa

c. Kelebihan dan Kelemahan PjBL

Pembelajaran berbasis projek akan berjalan efektif karena :

1) Bahan pelajaran diambil dari kehidupan sehari hari di lapangan

2) Mengembangkan kemauan bereksplorasi, ingin tahu, inisiatif, dan

kreativitas

3) Memunculkan bahan pelajaran yang sesuai dengan taraf

perkembangan peserta

4) Menjadikan peserta tidak asing terhadap lingkungan hidupnya dan

kehidupan di masyarakat

5) Mengembangkan kemampuan kerja individu dan kelompok

6) Mengembangkan cara hidup berencana

7) Teori dan praktik dihayati sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan

8) Memperluas relasi sosial di masyarakat

9) Mengembangkan sifat demokrasi dan gotong royong disertai tanggung

jawab yang tinggi

10) Mengurangi verbalisme

11) Memperluas dan memperdalam wawasan tentang suatu problem

(Daryanto, 2013: 29 30).

Seperti model pembelajaran lain, PjBL juga mempunyai

kelebihan dan kelemahan dalam penerapannya pada proses pembelajaran.

Menurut Bialkin, et.al (2011), kelebihan PjBL antara lain adalah :

1) Menawarkan berbagai cara kepada siswa untuk berpartisipadi dan

mendemonstasikan pengetahuan mereka.

2) Mewadahi perbedaan tingkat intelegensi.

3) Merubah siswa dari apa yang biasanya mereka lakukan dalam kelas.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

4) Mendorong penguasan perangkat teknologi, hingga menyiapkan

mereka sebagai tenaga kerja.

5) Sebagai perantara siswa yang tidak biasa berpartisipasi.

6) Mendorong siswa untuk berkolaborasi pada saat yang sama

memberikan pembelajaran diri secara langsung.

7) Memberikan pengalaman pembelajaran yang tergambar pada

pemikiran dan berbagai usaha dari beberapa siswa.

8) Membantu siswa mengembangkan berbagai jenis keterampilan sosial

untuk bekerja kelompok dan bernegosiasi.

9) Mendorong pendalaman konsep, nilai, dan mode pemikiran, terutama

yang berhubungan dengan kerjasama dan penyelesaian konflik.

10) Menyediakan jalan tengah untuk memindahkan tanggungjawab

pembelajaran dari guru kepada siswa.

11) Meminta siswa untuk menjelaskan atau mempertahankan posisi

mereka dari kelompok projek lain, sehingga pembelajaran lebih tepat

secara pribadi dan bernilai.

Pelajaran berbasis projek juga akan berlangsung kurang efektif

karena :

1) Sulit memiliki tema yang sesuai dengan minat dan taraf

perkembangan siswa.

2) Perluasan masalah berakibat pada waktu yang direncanakan.

3) Sulit mengawasi kegiatan kelompok jika objek dan tempat belajar

berbeda/terpisah.

4) Besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan

kerja.

5) Pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang diperoleh peserta

secara individu berbeda beda.

6) Memungkinkan sebagian problem (bahan belajar) menjadi bahan

untuk jenis mata pelajaran tertentu.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

7) Memerlukan kecakapan yang baik dalam mengorganisasi (peserta,

tempat, guru, dan sebagainya).

8) Ketergesaan pengerjaan karena keterbatasan waktu menyebabkan

proses belajar mengajar kurang matang (Daryanto, 2013: 30).

d. Kesesuaian Model pembelajaran PjBL dengan KTSP

Pembelajaran dalam KTSP mengedepankan tercapainya

kompetensi tiap materi pelajaran yang dilakukan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Pemilihan model pembelajaran menjadi salah satu faktor penting

untuk mewujudkan pembelajaran yang diharapkan dalam KTSP. Model

pembelajaran inovatif menjadi salah satu pilihan terwujudnya

pembelajaran yang diharapkan dalam KTSP. PjBL merupakan salah satu

model pembelajaran inovatif. Pembelajaran dengan PjBL memungkinkan

tercapainya kompetensi melalui pembelajaran yang dilakukan secara

interaktif baik antar guru dengan siswa maupun antar siswa dalam

membicarakan projek yang akan dilakukan. Selain itu, permasalahan-

permasalah yang diberikan dapat menginspirasi dan menantang siswa

dalam mencari pemecahan masalah melalui hasil-hasil karya yang

sekaligus dapat mengembangkan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

peserta didik, sehingga akan tercipta pembelajaran yang menyenangkan

dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Beberapa penelitian menggunakan PjBL juga telah dilakukan

pada kelas dengan KTSP. Penelitian Milan Kubiatko dan Ivana Vaculová

(2011) disimpulkan bahwa model pembelajaran PjBL yang efeknya

berjangka panjang, tetapi masih sulit diterapkan di sekolah dasar maupun

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

menengah. Kenyataan ini bisa jadi disebabkan oleh kurang familiarnya

metode PjBL di perguruan tinggi. Masalah pertama ketika PjBL tidak

dihadirkan dalam progam studi di fakultas, terlalu keras untuk menunggu

PjBL akan ada di sekolah dasar atau menengah dalam bentuk yang sesuai.

Masalah selanjutnyaadalah persiapan bagi guru akan semakin banyak.

Penelitian Mahanal, dkk (2009) menunjukkan terdapat pengaruh

PjBL terhadap prestasi belajar kognitif dan sikap siswa terhadap ekosistem

sungai. Siswa dengan PjBL mempunyai sikap yang lebih tinggi 11,65%

dari siswa pada umumnya. Selain itu, siswa dengan PjBL mempunyai

prestasi belajar 81,05% lebih tinggi dibandingkan dengan siswa pada

umumnya.

Penelitian Warsito (2008) menunjukkan bahwa setelah diterapkan

PjBL, tingkat aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran fisika di kelas

mengalami peningkatan. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan

dari siklus I ke siklus II, yaitu siswa lebih berani untuk mempresentasikan

hasil projek, mengajukan pertanyaan, menjawab atau menanggapi

pertanyaan, dan siswa lebih memperhatikan saat kelompok lain

mempresentasikan. Academic skill siswa juga mengalami peningkatan dari

siklus I ke siklus II yaitu siswa lebih mampu untuk mengidentifikasi

variabel, menghubungkan antar variabel, merumuskan hipotesis, dan siswa

bisa merancang dan melakukan penelitian. Oleh karena itu, model

pembelajaran PjBL sesuai dengan pembelajaran yang diharapkan dalam

KTSP dan dapat diterapkan dalam KTSP walaupun tidak ada anjuran dari

pemerintah untuk menggunakan model pembelajaran PjBL seperti yang

akan dikaji dalam penelitian ini.

e. Kesesuaian Model pembelajaran PjBL dengan Kurikulum 2013

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Dianjurkannya PjBL sebagai salah satu model pembelajaran yang

digunakan dalam Kurikulum 2013 tentu telah melalui serangkaian

pertimbangan. Salah satu pertimbangannya adalah untuk mencapai

kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan

pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang, (1) berpusat pada peserta

didik; (2) mengembangkan kreativitas peserta didik; (3) menciptakan

kondisi menyenangkan dan menantang; (4) bermuatan nilai, etika, estetika,

logika, dan kinestetika; dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang

beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran

yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

Sebenarnya pembelajaran dalam Kurikulum 2013 tidak berbeda

jauh dengan pembelajaran yang diharapkan dalam KTSP, namun dalam

pembelajaran Kurikulum 2013 jelas terlihat bahwa peran siswa lebih

dominan dibandingkan dengan peran guru. Agar prinsip pembelajaran

Kurikulum 2013 dapat dijalankan, PjBL menjadi salah satu model

pembelajaran yang dianjurkan oleh pemerintah untuk diterapkan pada

pembelajaran Kurikulum 2013.

Permasalahan yang diselesaikan menggunakan projek menjadi

ciri khas PjBL. Dalam proses pemecahan masalah dengan pembuatan

suatu projek dapat sekaligus mengembangkan kreativitas peserta didik

karena siswa diberikan ruang untuk mengerjakan projek dan menghasilkan

produk yang bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika.

Melalui projek ini siswa mendapatkan pengalaman belajar yang

menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Oleh karena

itu, tidak diragukan lagi mengapa pemerintah menganjurkan untuk

menggunakan PjBL dalam pembelajaran Kurikulum 2013.

5. Prestasi Belajar

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Dalam dunia pendidikan yang menjadi kegiatan terpenting tidak lain

adalah kegiatan belajar mengajar. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan

pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada kegiatan belajar

mengajar. Prestasi belajar merupakan salah satu hasil belajar yang

menunjukkan sejauh mana keberhasilan siswa terhadap tujuan belajar yang

telah ditetapkan. Prestasi belajar siswa dapat meliputi ranah kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Untuk

mengetahui prestasi belajar siswa maka diadakan suatu kegiatan yaitu ujian

seperti yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Peserta Didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.

Maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil

yang diperoleh seseorang dalam pengukuran pencapaian kompetensi yang

meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor yang dibuktikan

melalui hasil tes.

a. Penilaian Ranah Kognitif

Prestasi belajar kognitif berorientasi kepada kemampuan

menuntutkan siswa untuk menghubungkan dan menggunakan gagasan,

metode, atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan

masalah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kawasan kognitif

adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang

tinggi yaitu evaluasi. Dalam Kurikulum 2013, penilaian ranah kognitif

disebut dengan penilaian pengetahuan (Yamin, 2010: 25).

Kawasan kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek

belajar yang berbeda beda. Keenam tingkat tersebut adalah :

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

1) Pengetahuan (knowledge), yaitu menuntut siswa untuk mampu

mengingat (recall) informasi yang telah diterima sebelumnya, seperti

misalnya fakta, terminologi, rumus, strategi pemecahan masalah, dan

sebagainya ;

2) Pemahaman (comprehension), yaitu kemampuan untuk menjelaskan

pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata kata

sendiri ;

3) Penerapan (application), yaitu kemampuan untuk menggunakan atau

menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang

baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam

kehidupan sehari hari ;

4) Analis (analysis), yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi,

memisahkan, dan membedakan komponen komponen atau elemen

suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa, atau kesimpulan,

dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya

kontradiksi ;

5) Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan seseorang dalam mengaitkan

dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada

sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh ;

6) Evaluasi (evaluation), merupakan level tertinggi yang mengharapkan

siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu

gagasan, metode, produk, atau benda degan menggunakan kriteria

tertentu.

Menurut Yamin (2010: 25), penilaian ranah kognitif diberikan

dalam bentuk instrumen tes yang dapat berupa tes objektif pilihan ganda,

tes bentuk campuran. Banyaknya soal disesuaikan dengan jumlah

kompetensi dasar, indikator kompetensi yang akan dicapai dan alokasi

waktu tes. Dalam penelitian ini bentuk instrumen tes ranah kognitif

berupa tes objektif pilihan ganda.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

b. Penilaian Ranah Afektif

Kawasan afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan

perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan

penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari

yang paling sederhana, yaitu memperhatikan suatu fenomena, sampai

kepada yang kompleks yang merupakan faktor internal seseorang, seperti

kepribadian dan hati nurani. Dalam literatur tujuan afektif disebut

sebagai minat, sikap hati, sikap menghargai, sistem nilai, serta

kecenderungan emosi. Dalam Kurikulum 2013, penilaian ranah afektif

disebut dengan penilaian sikap (Yamin, 2010: 32).

Perumusan tujuan instruksional pada kawasan afektif tidak

berbeda jauh bila dibandingkan dengan kawasan kognitif, tetapi dalam

mengukur hasil belajarnya jauh lebih sukar karena menyangkut kawasan

sikap apresiasi. Di samping itu, kawasan afektif juga sulit dicapai pada

pendidikan formal karena pada pendidikan formal, perilaku yang nampak

dapat diasumsikan timbul sebagai akibat dari kekakuan aturan, disiplin

belajar, waktu belajar, tempat belajar, dan norma norma lainnya. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa perilaku seperti itu timbul bukan karena

siswa telah sadar dan menghayati betul tentang kebutuhan akan sikap dan

perilaku tersebut, tetapi dilakukan karena sekedar untuk memenuhi

aturan dan disiplin saja agar tidak mendapat hukuman.

Menurut Depdiknas (2008: 4-6) ada lima karakteristik afektif

yang penting yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Sikap

merupakan kecenderungan merespons secara konsisten baik menyukai

atau tidak menyukai suatu obyek. Sikap dapat dibentuk melalui cara

mengamati dan menirukan sesuatu yang positif kemudian melalui

penguatan serta menerima informasi verbal. Minat adalah suatu disposisi

yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk

memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Menurut Smith dalam Depdiknas

(2008: 5) konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap

kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah dan intensitas

konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Nilai menurut

Rokeach dalam Depdiknas (2008: 5) adalah suatu keyakinan tentang

perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap

buruk. Piaget dan Kohlberg menyatakan moral sebagai bentuk perasaan

salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap

tindakan yang dilakukan diri sendiri. Kelima karakteristik afektif

tersebut akan digunakan dalam penelitian ini.

Seperti halnya penilaian dalam ranah kognitif, ranah kognitif

juga mempunyai beberapa metode yang dapat digunakan untuk

mengukur ranah afektif. Menurut Andersen dalam Depdiknas (2008: 7)

ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif,

yaitu metode observasi dan metode laporan diri. Penggunaan metode

observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karakteristik afektif dapat

dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi

psikologi. Metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui

keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun, hal ini

menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.

Dalam penelitian ini pengukuran ranah afektif dilakukan menggunakan

laporan diri berupa angket dengan alat ukur yang dapat digunakan adalah

instrumen non tes berupa skala likert, dengan lima kategori seperti

sangat setuju, setuju, ragu ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju (Yamin,

2010 : 157) didukung oleh observasi afektif siswa.

c. Penilaian Ranah Psikomotor

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Kawasan keterampilan atau lebih dikenal dengan kawasan

psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan

motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action)

yang memerlukan koordinasi antara syaraf dengan otot. Dengan

demikian kawasan psikomotor adalah kawasan yang berhubungan

dengan seluk beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot otot oleh

pikiran sehingga diperoleh tingkat keterampilan fisik tertentu. Dalam

Kurikulum 2013 penilaian ranah psikomotor disebut dengan penilaian

unjuk kerja (Yamin, 2010: 38).

Singer dalam Depdiknas (2003: 2) mengatakan bahwa pelajaran

yang termasuk kelompok psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih

berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik.

Sedangkan Mager dalam Depdiknas (2003: 2) berpendapat bahwa

pelajaran yang termasuk dalam kelompok psikomotor adalah mata

pelajaran yang mencakup gerakan fisik dan keterampilan tangan.

Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar

psikomotor. Ryan menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat

diukur melalui, (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku

peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung; (2)

sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes

kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan

sikap; (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam

lingkungan kerjanya. Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat

bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup, (1)

kemampuanmenggunakan alat dan sikap kerja; (2) kemampuan

menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan; (3)

kecepatan mengerjakan tugas; (4) kemampuan membaca gambar dan

atau simbol; (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau

ukuran yang telah ditentukan (Depdiknas, 2003: 4 5).

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian

prestasi belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan,

proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses

berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau

sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.

(Depdiknas, 2003: 5)

d. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar setiap orang pasti berbeda beda satu dengan

yang lainnya. Dalam satu kelas saja misalnya, ada siswa yang

mempunyai prestasi belajar tinggi, sedang, dan rendah. Hal tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

seseorang.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 235 254) faktor yang

mempengaruhi belajar dapat dibagi menjadi faktor intern dan faktor

ekstern. Faktor intern yang dimaksud meliputi :

1) Sikap terhadap belajar

2) Motivasi belajar

3) Konsentrasi belajar

4) Mengolah bahan belajar

5) Menyimpan perolehan hasil belajar

6) Menggali hasil belajar yang tersimpan

7) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar

8) Rasa percaya diri siswa

9) Intelegensi dan keberhasilan siswa

10) Kebiasaan belajar

Sedangkan faktor ekstern meliputi :

1) Guru sebagai pembina siswa belajar

2) Prasarana dan sarana pembelajaran

3) Kebijakan penilaian

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

4) Lingkungan sosial siswa di sekolah

5) Kurikulum sekolah.

Menurut Aunurrahman (2012: 177 196) faktor faktor yang

mempengaruhi proses belajar siswa juga dibedakan menjadi faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi proses

belajar siswa antara lain sebagai berikut.

1) Ciri khas/karakteristik siswa

2) Sikap terhadap belajar

3) Motivasi belajar

4) Konsentrasi belajar

5) Mengolah bahan belajar

6) Menggali hasil belajar

7) Rasa percaya diri

8) Kebiasaan belajar

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

adalah sebagai berikut.

1) Faktor guru

2) Lingkungan sosial (termasuk teman sebaya)

3) Kurikulum sekolah

4) Sarana dan prasarana.

Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat dirumuskan faktor

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan menjadi

faktor intern dan faktor ekstern. Faktor internal meliputi :

1) Ciri khas/karakteristik siswa

2) Sikap terhadap belajar

3) Motivasi belajar

4) Konsentrasi belajar

5) Mengolah bahan belajar

6) Menggali hasil belajar

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

7) Rasa percaya diri

8) Kebiasaan belajar

Sedangkan faktor eksternal meliputi :

1) Faktor guru

2) Faktor lingkungan keluarga

3) Faktor lingkungan sekolah

4) Fakor lingkungan masyarakat

5) Kurikulum sekolah

6) Sarana dan prasarana.

6. Aktivitas Siswa

Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang

sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar

menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi (Gage & Berliner, 1984:

267). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu

merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan

menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar

mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan

menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan

(Dimyati & Mudjiono, 2009: 44-45)

Dengan mengemukakan beberapa pandangan dari berbagai ahli

tersebut di atas, jelas bahwa dalam kegiatan belajar, siswa harus aktif.

Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas,

belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik tanpa aktivitas. (Sardiman,

2001: 95)

1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin.

5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,

beternak.

7) Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggap, mengingat,

memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. (Sardiman, 2001:

99)

Untuk mengukur keaktivan siswa, dalam penelitian ini digunakan

tujuh indikator yaitu visual activities, oral activities, listening

activities,writing activities, motor activities, mental activities, emotional

activities.

7. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

a. Pengertian

Lembar kegiatan siswa ( ) adalah lembaran-

lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar

kegiatan siswa akan memuat paling tidak judul, KD yang akan dicapai,

waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus

dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan. Langkah - langkah untuk

menyiapkan dalam Depdiknas (2008: 23-24) Lembar Kegiata Siswa (LKS)

adalah sebagai berikut.

b. Langkah-Langkah Penyusunan LKS

1) Analisis Kurikulum

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi -

materi apa saja yang memerlukan bahan ajar LKS.

2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah

LKS yang harus ditulis dan melihat sekuensi atau urutan LKS.

3) Menentukan Judul LKS

Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi -materi pokok

atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat

dijadikan judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar.

4) Penulisan LKS

Penulisan LKS dapat dilakukan dengan merumuskan KD yang

harus dikuasai, menentukan alat penilaian, dan penyusunan materi.

5) Struktur LKS

Struktur LKS secara umum adalah judul, petunjuk belajar

(petunjuk siswa), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung,

tugas - tugas dan langkah kerja, serta penilaian.

LKS dipilih sebagai salah satu bahan ajar dalam menerapkan model

pembelajaran PjBL karena melalui LKS ini diharapkan dapat membantu

siswa dalam memahami materi pokok Larutan Asam dan Basa.

8. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

a. Pengertian

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) merupakan kriteria paling

rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus

ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. KKM ditetapkan oleh

satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di

satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki

karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum

MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.

Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus).

Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target

ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan

pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target

nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap. KKM di SMA Negeri 2

Karanganganyar untuk mata pelajaran Kimia adalah 75. Nilai KKM ini

pula yang digunakan untuk melihat tingkat kognitif siswa setelah

menerapkan model pembelajaran PjBL (Sudrajat, 2008: 3).

b. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Fungsi kriteria ketuntasan minimal adalah sebagai berikut.

1) Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik

sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti.

2) Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti

penilaian mata pelajaran.

3) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan

evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.

4) Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan

antara satuan pendidikan dengan masyarakat.

5) Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap

mata pelajaran (Sudrajat, 2008: 4).

9. Larutan Asam dan Basa

a. Konsep Asam dan Basa

1) Menunjukkan Asam dan Basa

Berkaitan dengan sifat asam dan basa, larutan

dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu larutan asam, basa,

dan netral. Tidaklah bijaksana untuk menunjukkan keasaman atau

kebasaan dengan cara mencicipinya, karena banyak di antaranya

yang dapat merusak kulit atau bersifat racun. Kini telah tersedia cara

praktis untuk menunjukkan keasaman dan kebasaan, yaitu

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

menggunakan indikator asam basa. Indikator asam basa adalah zat

zat warna yang mampu menunjukkan warna berbeda dalam larutan

asam dan basa. Misalnya, lakmus merah dan lakmus biru. Warna

dari berbagai jenis indikator asam basa dalam larutan yang bersifat

asam, basa, dan netral diberikan pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2. Warna Beberapa Indikator dalam Larutan yang Bersifat Asam, Basa, dan Netral

Indikator Warna dalam

Larutan Asam Larutan Basa

Larutan Netral

Lakmus Merah (LM) Merah Biru Merah Lakmus Biru (LB) Merah Biru Biru Metil Merah (MM) Merah Kuning Kuning Metil Orange (MO) Merah Kuning Kuning Fenolftalein (PP) Tidak Berwarna Merah Tidak berwarna

(Sumber : Purba, 2007)

Sifat asam basa dari suatu larutan juga dapat ditunjukkan

dengan mengukur pH nya. pH adalah suatu parameter yang

digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan

asam mempunyai pH lebih kecil dari 7, larutan basa mempunyai pH

lebih besar dari 7, sedangkan larutan netral mempunyai pH = 7. pH

larutan dapat ditentukan dengan menggunakan indikator pH

(indikator universal), atau dengan pH meter.

a) Membuat Indikator Asam Basa dari Bahan Alam

Telah disebutkan bahwa indikator asam basa adalah

zat zat warna yang dapat memperlihatkan warna berbeda dalam

larutan yang bersifat asam dan dalam larutan yang bersifat basa

ataupun sebaliknya. Berbagai jenis zat warna yang diperoleh

dari tumbuhan juga dapat digunakan sebagai indikator asam

basa, misalnya mahkota bunga (kembang sepatu, bogenvil,

mawar, dan lain lain), kunyit, dan bit. Zat warna dari bahan

bahan ini tersebut memberikan warna yang berbeda dalam

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

larutan asam dan dalam larutan basa. Sehingga kita dapat

membuat indikator asam basa sendiri.

b) Trayek Perubahan Warna Indikator Asam Basa

Batas batas pH ketika indikator mengalami perubahan

warna kita sebut trayek perubahan warna indikator itu. Trayek

perubahan warna dari beberapa indikator asam basa lainnya

diberikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Trayek Perubahan Warna Dari Beberapa Indikator

Indikator Trayek Perubahan warna

Perubahan warna

Metil Jingga 2,9 4,0 Merah kuning Metil Merah 4,2 6,3 Merah kuning

Bromtimol Biru 6,0 7,0 Kuning biru Fenolftalein 8,3 10,0 Tidak berwarna merah (Sumber : Purba, 2007)

c) Menentukan pH dengan Menggunakan Beberapa Indikator

Setiap indikator mempunyai trayek perubahan warna

yang berbeda, maka pH larutan dapat ditentukan (diperkirakan)

dengan kombinasi dari beberapa indikator.

2) Teori Asam Basa Arrhenius

Konsep yang cukup memuaskan tentang asam basa, dan

yang tetap diterima hingga sekarang, dikemukakan oleh Svante

August Arrhenius (1859 1927) pada tahun 1884.

a) Asam

Menurut Arhenius, asam adalah zat yang dalam air

melepaskan ion H+. Dengan kata lain, pembawa sifat asam

adalah ion H+. Asam Arrhenius dapat dirumuskan sebagai HxZ

dan dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut.

HxZ(aq) +

(aq) + Zx-(aq)

Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh satu molekul asam

disebut valensi asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk dari

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

asam setelah melepas ion H+ disebut ion sisa asam. Nama asam

sama dengan nama ion sisa asam dengan didahului kata asam.

b) Basa

Menurut Arrhenius, basa adalah senyawa yang dalam

air dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-). Jadi, pembawa

sifat basa adalah ion OH-. Basa Arrhenius merupakan hidroksida

logam yang dapat dirumuskan sebagai M(OH)x, dan dalam air

mengion sebagai berikut.

M(OH)x(aq) x+

(aq) + xOH-(aq)

Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh satu

molekul basa disebut valensi basa.

3) Teori Asam Basa Bronsted Lowry dan Teori Asam Basa Lewis

a) Definisi Asam dan Basa Menurut Bronsted dan Lowry

Pada tahun 1923, Johannes N. Bronsted dan Thomas

M. Lowry dalam waktu yang bersamaan mengajukan konsep

asam basa berdasarkan pemindahan proton (H+). Menurut

Bronsted dan Lowry, asam adalah spesi yang memberi proton,

sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton pada suatu

reaksi pemindahan proton.

Asam Bronsted Lowry : donor proton

Basa Bronsted Lowry : akseptor proton

NH4+

(aq) + H2O(l) 3(aq) + H3O+

Asam Basa

H2O(l) + NH3(aq) 4+

(aq) + OH-(aq)

Asam Basa

Pada contoh di atas, terlihat bahwa air dapat bersifat

sebagai asam (donor proton) dan sebagai basa (akseptor proton).

Zat atau spesi seperti itu bersifat amfiprotik (amfoter). Reaksi

ionisasi air sebenarnya adalah autoprotolisis sebagai berikut.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

H2O(l) + H2O(l) H3O+

(aq) + OH-(aq)

Sifat amfiprotik dari air dapat menjelaskan sifat asam

basa suatu zat dalam air. Zat yang bersifat asam akan memberi

proton kepada molekul air, sedangkan zat yang bersifat basa

akan menarik proton dari molekul air.

Konsep asam basa dari Bronsted dan Lowry ini lebih

luas daripada konsep asam basa Arrhenius karena :

(1) Konsep asam basa dri Bronsted Lowry tidak terbatas

dalam pelarut air, tetapi juga menjelaskan reaksi asam basa

dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.

(2) Asam dan basa dari Bronsted Lowry tidak hanya berupa

molekul tetapi dapat juga berupa kation atau anion. Konsep

asam basa dari Bronsted Lowry dapat menjelaskan,

misalnya, sifat asam dari NH4Cl. Dalam hal NH4Cl, yang

bersifat asam adalah ion NH4+ karena dalam air dapat

melepas proton.

b) Pasangan Asam dan Basa Konjugasi

Suatu asam, setelah melepas satu proton, akan

membentuk spesi yang disebut basa konjugasi dari asam itu.

Spesi itu adalah suatu basa karena dapat menyerap proton dan

membentuk kembali asam semula.

Asam H+ + Basa Konjugasi

Perhatikan beberapa contoh berikut.

Asam

Proton + Basa Konjugasi HCl

H+ + Cl-

H2O

H+ + OH-

Demikian juga suatu basa, setelah menyerap satu

proton, akan membentuk suatu spesi yang disebut asam

konjugasi dari basa itu. Spesi itu adalah suatu asam karena dapat

melepas satu proton dan membentuk kembali basa semula.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Basa + H+ Asam Konjugasi

Perhatikan beberapa contoh berikut.

Basa + Proton

Basa Konjugasi NH3 + H+

Cl-

H2O + H+

OH-

Suatu asam hanya melepas proton jika ada basa yang

menyerap proton itu. Pada suatu reaksi asam basa Bronsted

Lowry, asam berubah menjadi basa konjugasinya. Jadi, pada

reaksi asam basa Bronsted Lowry terdapat dua pasangan asam

basa konjugasi. Pasangan yang terdiri atas asam dengan basa

konjugasinya ditandai dengan Asam 1 dan Basa 1, sedangkan

pasangan yang terdiri atas basa dengan Basa 2 dan Asam 2.

Rumus Kimia pasangan asam basa konjugasi hanya berbeda

satu proton (H+).

Perhatikan beberapa contoh berikut.

Asam 1 + Basa 2

Basa 1 + Asam 2 HCl + NH3

Cl- + NH4+

H2O + CO32- OH- + HCO3

-

4) Teori Asam Basa Lewis

Marilah kita perhatikan kembali reaksi asam basa

Bronsted Lowry berikut ini.

NH3 4+ + Cl-

Pada reaksi tersebut, molekul NH3 berlaku sebagai basa karena

mengikat sebuah proton yang berasal dari molekul HCl. Apabila hal

ini kita perhatikan dari sudut pembentukan ikatan Kimianya, ternyata

penyerapan ion H+ oleh molekul NH3 dapat terjadi karena molekul

NH3 dapat mendonorkan pasangan elektron bebas kepada ion H+

melaui pembentukan ikatan kovalen koordinasi.

H3N: + H+ 4+

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Gilbert N. Lewis mendenifisikan asam dan basa

berdasarkan serah terima pasangan elektron sebagai berikut.

Asam : akseptor pasangan elektron

Basa : donor pasangan elektron

Jadi, dari persamaan di atas, NH3 adalah suatu basa karena

memberikan pasangan elektron, sedangkan ion H+ adalah suatu asam

karena menerima pasangan elektron. Semua asam basa Arrhenius

maupun asam basa Bronsted Lowry memenuhi definisi asam basa

Lewis.

Konsep asam basa Lewis dapat menjelaskan reaksi reaksi

yang bernuansa asam basa meskipun tidak melibatkan proton (ion

H+), misalnya reaksi antara oksida basa dengan oksida asam.

b. Konsep pH dan pOH

Sorensen (1868 1939), seorang ahli Kimia dari Denmark yang

mempunyai ide cemerlang mengajukan konsep pH untuk menyatakan

tingkat keasaman larutan.

1) pH

Telah disebutkan bahwa pembawa sifat asam adalah ion H+.

Derajat atau tingkat keasaman larutan bergantung pada konsentrasi ion

H+ dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion H+, semakin asam

larutan tersebut.

Sorensen mengusulkan konsep pH untuk menyatakan

konsentrasi ion H+, yaitu sama dengan negatif logaritma konsentrasi

ion H+. Secara matematika nilai pH diungkapkan dengan persamaan :

pH = log [H+]

2) Hubungan Tingkat Keasaman dengan pH

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Perlu diperhatikan bahwa tingkat keasaman berbanding

terbalik dengan nilai pH. Artinya, semakin asam larutan, maka

semakin kecil nilai pH nya, dan sebaliknya. Hal itu terjadi karena pH

dan konsentrasi ion H+ dihubungkan dengan tanda negatif.

Selanjutnya, karena bilangan dasar logaritma adalah 10, maka larutan

yang nilai pH nya berbeda sebesar n mempunyai perbedaan

konsentrasi ion H+ sebesar 10n.

3) pOH

Analogi dengan pH (sebagai cara untuk menyatakan

konsentrasi ion H+), konsentrasi ion OH- juga dapat dinyatakan

dengan cara yang sama, yaitu pOH.

pOH = log [OH-]

Meskipun [OH-] dapat dinyatakan dengan pOH, tingkat

kebasaan lazimnya juga dinyatakan dengan pH. Seperti telah dibahas

pada bagian terdahulu, larutan basa mempunyai pH > 7. Semakin

tinggi pH, semakin bertambah sifat basa. Larutan dengan pH = 13

(pOH = 1) adalah 10 kali lebih basa dari larutan dengan pH = 12 (pOH

= 2).

c. Kesetimbangan Larutan Asam dan Basa (dibatasi larutan dalam air)

1) Tetapan Kesetimbangan Air (Kw)

Air digolongkan sebagai zat nonelektrolit. Akan tetapi,

pengujian dengan alat yang lebih teliti atau jika digunakan beda

potensial yang cukup besar, ternyata air dapat menghantarkan listrik,

meskipun sangat buruk. Salah satu penjelasan mengapa air dapat

menghantarkan listrik ialah karena sebagian kecil dari air terionisasi

menjadi ion H+ dan ion OH- menurut reaksi kesetimbangan sebagai

berikut.

H2O(l) H+(aq) + OH-

(aq)

Tetapan kesetimbangan untuk kesetimbangan ionisasi air adalah:

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Jika [H2O] dapat dianggap konstan, maka hasil perkalian Kc

dengan [H2O] merupakan konstanta yang disebut tetapan

kesetimbangan air (Kw)

Kw = [H+] x [OH-]

a) Hubungan [H+] dengan [OH-]

Dalam air murni, konsentrasi ion H+ sama besar dengan

konsentrasi ion OH-.

Dalam air muni : [H+] = [OH-] =

Pada suhu kamar (sekitar 250C), Kw = 1 x 10-14, maka :

[H+] = [OH-] = 1 x 10-7

Apabila ke dalam air ditambahkan suatu asam, maka [H+] akan

bertambah tetapi jumlah perkalian [H+] x [OH-] tidak akan

berubah, tetap sama dengan Kw. Hal ini dapat terjadi karena

kesetimbangan bergeser ke kiri yang menyebabkan pengurangan

[OH-]. Kesetimbangan juga akan bergeser jika ke dalam air

ditambahkan suatu basa. Dari pembahasan ini dapat disimpulkan

bahwa :

Dalam larutan berair : [H+] x [OH-] = Kw

Dalam air murni (larutan netral) : [H+] = [OH-]

Dalam larutan asam : [H+] > [OH-]

Dalam larutan basa : [H+] < [OH-]

b) Hubungan pH dengan pOH

Hubungan antara pH dengan pOH dapat diturunkan dari

persamaan tetapan kesetimbangan air (Kw).

Kw = [H+] x [OH-]

Jika kedua ruas persamaan ini diambil harga negatif

logaritmanya, diperoleh :

log Kw = log ([H+] x [OH-])

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

log Kw = ( log [H+]) + ( log [OH-])

Dengan p = - log, maka :

pKw = pH + pOH atau pH + pOH = pKw

Pada suhu kamar, dengan harga Kw = 1 x 10-14 (pKw = 14), maka:

Dalam larutan yang bersifat netral : pH = pOH = 7

Dalam larutan yang bersifat asam : pH < 7

Dalam larutan yang bersifat basa : pH >

2) Tetapan Ionisasi Asam (Ka)

Telah disebutkan bahwa asam kuat mengion sempurna, dan

reaksi ionisasinya merupakan reaksi berkesudahan.

HCl(aq) +

(aq) + Cl-(aq)

Di lain pihak, asam lemah terion sebagian, dan reaksi ionisasinya

merupakan reaksi kesetimbangan.

CH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H+

(aq)

Secara umum, ionisasi asam lemah valensi satu dapat

dirumuskan sebagai berikut.

HA(aq) H+(aq) + A-

(aq)

Tetapan kesetimbangan untuk ionisasi asam disebut

tetapan ionisasi asam dan diberi lambang Ka. Untuk asam lemah

HA di atas, ungkapan tetapan ionisasinya adalah sebagai berikut.

Semakin kuat suatu asam, maka reaksi kesetimbangan asam

semakin condong ke kanan. Akibatnya, harga Ka bertambah besar.

Oleh karena itu, harga Ka mencerminkan kekuatan asam : semakin

besar Ka, semakin kuat asam.

a) Hubungan Tetapan Ionisasi Asam (Ka) dengan Derajat

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

nisbah antara jumlah zat yang mengion dengan jumlah zat

mula mula.

Jika konsentrasi elektrolit (zat mula mula) adalah M

molar, maka persamaan di atas ditulis sebagai beikut.

Selanjutnya, komposisi kesetimbangan dari suatu asam

lemah (HA) yang mempunyai konsentrasi M molar dari

berikut.

HA(aq) H+

(aq) + A-(aq)

Mula mula : M - -

Reaksi : -

Setimbang : M(1

Jika komposisi kesetimbangan ini dimasukkan ke dalam

persamaan tetapan kesetimbangan asam diperoleh :

Dengan menganggap (1 1, maka persamaan

diatas menjadi atau Ka 2

Jadi,

Ka merupakan suatu tetapan, maka persamaan di atas

menyatakan bahwa jika kemolaran (M) semakin kecil, maka

derajat ionisasi akan semakin besar.

b) Asam Kuat

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Telah disebutkan bahwa asam kuat mengion sempurna,

dan pH nya ditentukan jika konsentrasi asam diketahui.

[H+] = M x valensi asam

c) Asam Lemah

(1) Hubungan [H+] dengan Ka

Konsentrasi ion H+ dalam larutan asam lemah

dapat dikatkan dengan tetapan ionisasi asam. Perhatikan

kembali kesetimbangan ionisasi dan ungkapan tetapan

kesetimbangan asam lemah yaitu persamaan berikut.

HA(aq) H+(aq) + A-

(aq)

Konsentrasi kesetimbangan asam lemah HA adalah

M(1 ecil

(mendekati nol), sehingga 1

dengan catatan jika konsentrasi larutan lebih besar

dibandingkan dengan Ka, begitu pula sebaliknya pada basa.

Dengan kata lain, konsentrasi asam lemah dalam

larutan dianggap tetap sama dengan M, seolah olah tidak

ada yang terion. Oleh karena itu, dapat ditulis persamaan

sebagai berikut.

Jika [H+] = [A-] maka persamaan di atas dapat ditulis

sebagai berikut.

[H+]2 = Ka x M

Dengan Ka = tetapan ionisasi asam

M = konsentrasi asam

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

(2) Hubungan [H+] dengan derajat ionisasi asam (

Hubungan antara konsentrasi ion H+ dengan derajat ionisasi

asam ditunjukkan persamaan berikut.

[H+

3) Tetapan Ionisasi Basa (Kb)

Seperti halnya asam kuat, reaksi ionisasi basa kuat

merupakan reaksi berkesudahan.

NaOH(aq) +

(aq) + OH-(aq)

Ba(OH)2(aq) 2+

(aq) + 2OH-(aq)

Di lain pihak, reaksi ionisasi basa lemah merupakan reaksi

kesetimbangan. Secara umum, reaksi ionisasi basa lemah bervalensi

satu dapat dirumuskan sebagai berikut.

LOH(aq) L+

(aq) + OH-(aq)

Tetapan kesetimbangan persamaan di atas disebut tetapan

kesetimbangan basa (Kb).

Harga Kb merupakan kekuatan basa, semakin kuat basa

semakin besar harga Kb nya, dan sebaliknya.

a) Hubungan Tetapan Ionisasi Basa (Kb) dengan Derajat

Sedangkan hubungan tetapan ionisasi basa dengan

derajat ionisasi basa adalah sebagai berikut.

Kb merupakan suatu tetapan, maka persamaan di atas

menyatakan bahwa jika kemolaran (M) semakin kecil, maka

derajat ionisasi akan semakin besar.

b) Basa Kuat

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Seperti halnya asam kuat, pH larutan basa kuat dapat

ditentukan hanya dengan mengetahui konsentrasi basa.

[OH-] = M x valensi basa

c) Basa Lemah

pH larutan basa lemah dapat ditentukan dengan dasar

pemikiran yang sama seperti penentuan pH asam lemah, yaitu

jika konsentrasi dan derajat ionisasi atau tetapan ionisasi basa

diketahui. Hubungan konsentrasi ion OH- dengan derajat

b dinyatakan sebagai

berikut.

atau [OH-

d. Reaksi Asam dengan Basa (Reaksi Penetralan)

1) Reaksi asam dengan Basa Mengahasilkan Air dan Garam

Telah disebutkan bahwa larutan mengandung ion H+ dan

suatu anion sisa asam, sedangkan larutan basa mengandung ion OH-

dan suatu kation logam.

HA(aq) +

(aq) + A-(aq)

LOH(aq) +

(aq) + OH-(aq)

Nilai tetapai ionisasi air (Kw) relatif sangat kecil, maka

sudah dapat dipastikan ion H+ dari asam akan bereaksi dengan ion

OH- dari basa membentuk air.

H+(aq) + OH-

(aq) 2O(l)

Asam Basa Air

Maka reaksi asam dengan basa disebut reaksi penetralan,

pembawa sifat asam (H+) bereaksi dengan pembawa sifat basa (OH-)

membentuk air yang bersifat netral.

Ion negatif sisa asam dan ion positif basa akan bergabung

membentuk senyawa ion yang disebut garam. Jika garam yang

terbentuk itu mudah larut dalam air, maka ion ion akan tetap dalam

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

larutan. Namun, jika garam tersebut sukar larut, maka senyawa itu

akan membentuk endapan. Jadi, reaksi asam dengan basa

mengahasilkan garam dan air. Oleh karena itu, reaksi asam dengan

basa disebut juga reaksi penggaraman.

Asa

2) Campuran Asam dengan Basa

Campuran ekivalen asam dengan basa belum tentu bersifat

netral, kecuali campuran asam kuat dengan basa kuat. Reaksi antara

asam kuat dengan basa kuat dapat dituliskan sebagai reaksi antara

ion H+ dengan ion OH-. Dalam hal ini, ion H+ mewakili asam,

sedangkan ion OH- mewakili basa.

H+(aq) + OH-

(aq) 2O(l)

Jika mol H+ = mol OH-, maka campuran akan bersifat netral.

Jika mol H+ > mol OH-, maka campuran akan bersifat asam; dan

konsentrasi ion H+ dalam campuran ditentukan oleh jumlah ion

H+ yang tersisa.

Jika mol OH- < mol H+, maka campuran akan bersifat basa dan

konsentrasi ion OH- dalam campuran ditentukan oleh jumlah

mol ion OH- yang bersisa.

e. Penerapan Konsep pH

Air sangat penting bagi kehidupan kita. Air diperlukan untuk

minum, memasak, mandi, mencuci pakaian, irigasi, bahkan untuk

keindahan dan rekreasi. Air untuk berbagai keperluan tersebut

memerlukan kualitas yang berbeda pula. Kita memerlukan air bersih

untuk air minum, memasak, mandi, dan mencuci pakaian. Masalahnya

adalah bahwa air bersih sekarang ini semakin sulit didapat. Banyak

penduduk, terutama di negara berkembang yang mengonsumsi air di

bawah standar kebersihan. Kebanyakan sumber air sudah tercemar oleh

kegiatan industri, pertanian, maupun oleh aktivitas masyarakat itu

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

sendiri. pencemaran air disebabkan oleh terdapatnya zat zat Kimia yang

tidak memenuhi syarat syarat air bersih.

1) Pengertian Air Bersih

Air dinyatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap

kualitas air, sehingga air tidak dapat digunakan untuk tujuan

penggunaannya. Air tercemar akibat masuknya makhluk hidup, zat,

atau energi ke dalam air, sehingga kualitas air turun samapi ke

tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai

dengan peruntukannya.

2) Beberapa Parameter Kualitas Air

a) Kandungan Zat Padat

Limbah padatan dalam air dibedakan atas padatan

tersuspensi dan padatan terlarut. Padatan tersuspensi adalah

padatan yang tidak dapat melewati kertas saring, sedangkan

padatan terlarut dapat melewati kertas saring. Selanjutnya,

padatan tersuspensi dibedakan lagi menjadi padatan yang dapat

mengalami sedimentasi dan padatan yang tidak mengalami

sedimentasi.

b) Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen, DO)

Air bersih mengandung oksigen terlarut dengan kadar

sekitar 10 ppm pada suhu kamar. Oksigen terlarut diperlukan

makhluk hidup dalam air, misalnya bakteri aerob untuk

peruraian sampah organik. Selanjutnya proses peruraian diambil

alih oleh bakteri anaerob mereduksi karbon, nirogen, dan

belerang daribahan organik menjadi gas gas metana (CH4),

amonia (NH3), dan hidrogen sulfida (H2S). Gas NH3 dan H2S

berbau tidak enak. Itulah sebabnya selokan atau sungai yang

tercemar berbau busuk.

c) BOD dan COD

Page 46: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

BOD5 adalah banyaknya oksigen yang digunakan oleh

mikroorganisme dalam lima hari untuk menguraikan sampah

yang terdapat dalam air limbah. Jumlah oksigen yang diperlukan

untuk proses oksidasi kimiawi ini disebut COD.

d) pH

Air murni mempunyai pH = 7. Air dapat dianggap

bersih jika pH nya antara 6,5 8,5.

3) Sumber Pencemaran air

a) Limbah Industri

Pada umumnya limbah industri dapat mencemari air.

Jenis limbah bergantung pada jenis industrinya, misalnya zat

warna dari pabrik tekstil, sampah organik dari pabrik

pulp/kertas, dan logam merkuri dari industri Kimia tertentu.

Salah satu jenis limbah industri yang sangat berbahaya yaitu

logam berat, seperti merkuri (raksa), timbel, dan kadmium.

b) Limbah Pertanian

Pupuk dan pestisida yang digunakan dalam pertanian

dapat tercuci oleh air, sehingga mencemari suangai atau danau.

Limbah pupuk akan menyuburkan tumbuhan air, seperti

ganggang dan eceng gondok, sehingga menutup permukaan air.

Hal itu menghambat masuknya sinar matahari ke dalam air dan

selanjutnya mematikan fitoplankton maupun tanaman dalam air,

sehingga menurunkan kadar oksigen dalam air dengan drastis.

c) Air Kotor (sewage)

Air kotor yang berasal dari pemukiman maupun

industri merupakan sumber utama pencemaran air. Air kotor

yang dibuang langsung ke sungai atau danau dapat

membahayakan kesehatan karena menyebarkan penyakit,

misalnya kolera. Untuk mencegah polusi karena air kotor, air

Page 47: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

limbah seharusnya diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke

sungai atau danau. Air kotor tersebut dikumpulkan dalam

instalasi limbah. Di sana, air kotor dicampur dengan udara

(aerasi) sehingga peruraian bahan organik oleh bakteri dapat

berlangsung lebih cepat.

d) Limbah Detergen

Limbah detergen ada yang sukar diuraikan oleh

mikroorganisme, sehingga tetap utuh untuk jangka waktu yang

lama, bahkan sampai tahunan. Oleh karena itu, buih detergen

sering menutupi permukaan air sungai atau danau. Selain itu,

detergen juga mengandung senyawa fosfat yang menyuburkan

pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Seperti yang telah

dijelaskan, pertumbuhan yang tidak terkendali dari tumbuhan air

ini dapat mengganggu ekosistem air.

(Purba, 2007 : 2 47)

B. Kerangka Berpikir

Perubahan Kurikulum 2013 yang menggantikan Kurikulum 2006 atau

KTSP merupakan perubahan besar dalam dunia pendidikan. Berbagai pertanyaan

muncul terkait prospek Kurikulum 2013 terhadap kualitas siswa yang dihasilkan.

Perubahan kurikulum paling berpengaruh terhadap proses pembelajaran.

Pembelajaran adalah usaha untuk menjadikan belajar menjadi bermakna

bagi siswa dengan adanya interaksi antara guru dengan siswa dan sumber belajar

dalam suatu lingkungan belajar. Usaha yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam

mencapai tujuan pengajaran, dilihat dari sudut bagaimana materi itu disusun dan

disajikan merupakan strategi pembelajaran terkait pendekatan pembelajaran,

model pembelajaran, dan teknik pembelajaran. Pendekatan pembelajaran

disesuaikan dengan hakikat dari mata pelajaran, salah satunya hakikat MIPA. IPA

dapat dipandang dari segi proses, produk dan pengembangan sikap. Sehingga

Page 48: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

pendekatan yang digunakan harus mengandung ketiga dimensi tersebut. Oleh

karena itu, pendekatan saintifik dipilih sebagai pendekatan pada Kurikulum 2013

yang mengandung ketiga segi IPA tersebut.

Penggunaan model pembelajaran juga menyesuaikan hakikat mata

pelajaran. Kimia sebagai salah satu komponen MIPA yang mempunyai ciri yaitu

hubungan yang erat antara teori dengan eksperimen. Pemilihan model

pembelajaran pun juga disesuaikan dengan dimensi IPA serta kesesuaian dengan

Pendekatan Saintifik. PjBL merupakan salah satu model pembelajaran yang

dianjurkan dalam KTSP maupun Kurikulum 2013 yang memenuhi ketiga dimensi

IPA maupun pendekatan saintifik.

Kelebihan PjBL adalah siswa memiliki kesempatan untuk

mengembangkan projek mereka sendiri sebagai jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan yang mereka kembangkan sendiri. PjBL juga membantu siswa untuk

mengembangkan kemandirian, kreativitas, tanggung jawab, kontrol diri dan

manajemen waktu agar projek mereka dapat selesai tepat waktu dengan kerja

sama yang baik antar anggota kelompok. Sedangkan kelemahan PjBL adalah jika

materi yang akan disampaikan tidak memungkinkan siswa untuk membuat projek

terutama materi yang bisa disampaikan dalam waktu singkat karena PjBL

membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan model

pembelajaran lain. Selain itu, jika motivasi belajar siswa kurang, siswa akan

menganggap projek ini sebagai tugas yang memberatkan siswa.

Sesuai dengan Teori Vygotsky, PjBL adalah metode pembelajaran yang

memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk berinteraksi dengan

teman dan sumber belajarnya dengan adanya perbedaan latar belakang siswa

sehingga siswa dapat mengintegrasi perbedaan ide, data, dan informasi yang

diperoleh dalam eksperimen dan diskusi kelompok dalam kelas maupun di luar

kelas untuk menyelesaikan projek sebagai aplikasi dari kunci konsep konsep

materi yang ada. Interaksi antar siswa yang lebih banyak terjadi membentuk siswa

menjadi lebih aktif sehingga kegiatan yang mereka kerjakan sendiri menjadi lebih

Page 49: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

bermakna sesuai dengan teori belajar Ausubel. Menjadikan belajar menjadi proses

yang bermakna meupakan hal yang penting apalagi untuk materi yang konsepnya

digunakan secara berkelanjutan seperti materi Larutan Asam dan Basa. Oleh

karena itu, PjBL merupakan model pembelajaran yang sesuai diterapkan pada

materi Larutan Asam dan Basa karena melibatkan siswa secara aktif dalam

memecahkan masalah (active problem solver).

PjBL merupakan model pembelajaran berbasis projek yang menghasilkan

produk sebagai aplikasi dari kunci konsep konsep yang dipelajari baik secara

individu maupun kelompok. Beberapa proses yang terjadi dalam tahapan PjBL

yaitu proses kontruksi pengetahuan baik individu dan kelompok melalui diskusi

antar kelompok dalam kelas, kebermaknaan, dimana siswa mengkonstruksi

pengetahuan barunya sebagai dasar untuk memperlajari materi selanjutnya, proses

asimilasi dan akomodasi, yaitu memasukan informasi baru kedalam skema

mereka yang sudah ada sebelumnya sehingga siswa akan menyesuaikan skema

mereka agar sesuai dengan informasi dan pengalaman baru yang mereka alami.

Berangkat dari penemuan cara pemecahan masalah, model pembelajaran PjBL ini

sesuai dengan teori belajar kognitif dan Bruner.

Pembelajaran yang dirancang guru dengan pembuatan projek dalam

PjBL memberikan ruang bagi siswa untuk lebih mengembangkan kemampuan

kognitifnya yaitu pada tahap operasional formal sesuai dengan teori Piaget. Pada

PjBL, tahap operasional formal yang lebih terlihat adalah berpikir reflektif yang

ditunjukkan dari produk hasil projek.

Dengan menerapkan model pembelajaran PjBL yang sesuai dengan

beberapa teori belajar, maka diharapkan dapat mengembangkan kualitas proses

seperti aktivitas siswa dan kualitas hasil pada ranah kognitif, afektif, dan

psikomotor menjadi lebih baik dari pada menggunakan model pembelajaran

konvensional. Berikut bagan kerangka berpikir penelitian.

PjBL

Pembelajaran Kurikulum 2013

menggunakan

KTSP 2006

diterapkan

Teacher Centered Learning

orientasi

Page 50: BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir