BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Sistem Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Sistem Pembelajaran
Pembelajaran merupakan sebuah sistem dengan komponen-
komponen yang saling berkaitan untuk melakukan suatu sinergi, yaitu
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Komponen-komponen
dari sebuah sistem pembelajaran yang berinterfungsi meliputi siswa, tujuan,
metode, media, strategi pembelajaran, evaluasi, dan umpan balik (Pribadi,
2009: 30-31).
Setiap sistem pembelajaran memiliki tujuan yang dapat dicapai
melalui penggunaan model, media, dan strategi pembelajaran yang tepat.
Kombinasi penggunaan model, media, dan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat membantu siswa
menempuh proses belajar. Evaluasi merupakan hal penting yang dapat
digunakan untuk menilai kualitas kinerja dari sebuah sistem pembelajaran.
Hasil evaluasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki kinerja sistem
pembelajaran (Pribadi, 2009: 54 - 56).
Gambar 2.1. Interaksi antar sub-sistem dalam sistem pembelajaran
(Sumber : Pribadi, 2009 : 55)
2. Pembelajaran Kimia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan :
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Menurut Sagala (2010: 61), pembelajaran ialah membelajarkan
siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan
penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,
sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Dari definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha untuk menjadikan
belajar menjadi bermakna bagi siswa dengan adanya interaksi antara guru
dengan siswa dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.
Berlangsungnya kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan hakikat
mata pelajaran, salah satunya MIPA. Salah satu ciri IPA adalah hubungan yang
erat antara teori dengan eksperimen. Teori dalam IPA adalah pemodelan matematis
terhadap berbagai prinsip dasar, yang kebenarannya diuji melalui eksperimen.
Penerapan prinsip MIPA untuk pemecahan masalah alamiah yang sederhana sering
memerlukan keterpaduan diantara komponen MIPA. Komponen Matematika
berfungsi sebagai dasar logika penalaran dan penyelesaian kuantitatif, sedangkan
Fisika, Kimia dan Biologi berfungsi untuk mendeskripsikan permasalahan yang ada,
sehingga IPA dapat dipandang dari segi proses, produk dan pengembangan sikap. Ini
berarti bahwa dalam proses belajar mengajar IPA haruslah terkandung ketiga
dimensi IPA tersebut.
Kimia merupakan salah satu komponen dari MIPA. Kimia adalah
ilmu yang mempelajari perubahan (Ratcliff et.al, 2007: 1). Ilmu Kimia
mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan perubahan yang dialami
materi ini dalam proses proses alamiah maupun dalam eksperimen yang
direncanakan. Lewat Kimia kita mengenal susunan (komposisi) zat dan
penggunaan bahan bahan tak bernyawa, baik alamiah maupun buatan, dan
mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
sendiri. Perspektif Kimiawi dunia di sekitar kita mempesonakan. Perspektif
ini dapat dikembangkan lewat pengamatan dan eksperimen kita sendiri, yang
dengan kuat didasarkan pada keinginan manusiawi untuk memahami dengan
pencarian kita akan tatanan (Keenan,1984: 2).
Dari beberapa pendapat ahli tentang pembelajaran dan pengertian
Kimia di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Kimia adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik tentang bangun (struktur) materi dan
perubahan perubahan yang dialami materi ini yang dapat dikembangkan
lewat pengamatan dan eksperimen sehingga peserta didik memperoleh
pengalaman untuk belajar Kimia lebih baik.
3. Teori Belajar
Pembelajaran erat hubungannya dengan belajar. Belajar merupakan
kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Agar belajar
menjadi lebih efektif bagi siswa dan guru, maka perlu adanya suatu
pemahaman atau landasan belajar itu sendiri. Beberapa teori belajar yang
menjadi acuan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.
a. Teori Kognitif
Teori belajar kognitif dibentuk dengan tujuan mengkonstruksi
prinsip prinsip belajar secara ilmiah. Hasilnya berupa prosedur prosedur
yang dapat diterapkan pada situasi kelas untuk mendapatkan hasil yang
dapat diterapkan pada situasi kelas untuk mendapatkan hasil yang sangat
produktif. Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang
mencapai pemahaman atas dirinya dan lingkungannya lalu menafsirkan
bahwa diri dan lingkungan psikologisnya merupakan faktor faktor yang
kait mengait. Teori ini dikembangkan berdasarkan tujuan yang
melatarbelakangi perilaku, cita cita, cara cara, dan bagaimana seseorang
memahami diri dan lingkungannya dalam usaha untuk mencapai tujuan
dirinya. Setiap pengertian yang diperoleh dari memahami diri sendiri dan
lingkungannya disebut insight (Wiranataputra dkk, 2007: 3-4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Prinsip prinsip dasar teori belajar kognitif dapat dirumuskan
sebagai berikut.
1) Belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan
berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan masalah, dan kesadaran.
2) Sehubungan dengan pembelajaran, teori belajar, perilaku, dan kognitif
pada akhirnya sepakat bahwa guru harus memperhatikan perilaku
siswa yang tampak seperti penyelesaian tugas rumah, hasil tes, di
samping itu juga harus memperhatikan faktor manusia dan lingkungan
psikologisnya.
3) Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berpikir orang tidak sama
dan tidak tetap dari waktu ke waktu.
(Wiranataputra dkk, 2007: 3.5).
b. Teori Belajar Vygotsky (Konstruktivisme Sosial)
Konstruktivisme dalam Suyono dan Hariyanto (2011: 105) adalah
sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan
merefleksikan pengalaman, semua orang membangun, mengkonstruksi
pengetahuan pemahaman mereka sendiri tentang dunia lewat pengalaman.
Sehingga diperlukan keaktifan dari masing-masing siswa. Pengetahuan
tidak dapat ditransfer begitu saja, tetapi harus dibentuk dan dibangun
sendiri oleh setiap individu. Pengetahuan bukan merupakan sesuatu yang
sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus.
Keaktifan seseorang amat berperan dalam perkembangan pengetahuan
tersebut.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan
pembelajaran konstruktivisme yaitu :
1) Pembelajaran harus dimulai dengan isu isu yang mengakomodasi
siswa untuk secara aktif mengkonstruk makna ;
2) Proses pembelajaran berfokus terutama pada konsep konsep primer
bukan kepada fakta fakta yang terpisah ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3) Guru harus memahami model model mental yang dipergunakan siswa
terkait bagaimana cara pandang siswa tentang dunia ;
4) Melakukan penilaian terhadap bagian bagian dari proses
pembelajaran (Suyono & Haryanto, 2011: 107).
Vygotsky, sebagai seseorang yang dianggap pionir dalam filosofi
konstruktivisme menyatakan teori pembelajarannya sebagai pembelajaran
kognisi sosial (social cognition). Pembelajaran kognisi sosial meyakini
bahwa kebudayaan merupakan penentu utama bagi pengembangan
individu. Ciri khusus dari konsep Vygotsky yaitu zona perkembangan,
zone of development. Terdapat perbedaan antara apa apa yang dapat
dilakukan siswa tanpa bantuan orang lain (zona perkembangan aktual,
ZAD, zone of actual development) dengan apa apa yang dapat dilakukan
siswa dengan bantuan orang lain (perkembangan potensial), yang sering
disebut sebagai zona perkembangan terdekat (ZPD, zone of proximal
development). Orang lain yang dimaksudkan adalah teman sebaya atau
guru maupun orang tua. Proses atau cara memberikan bantuan yang
diberikan oleh orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berkompeten
(capable peer), agar siswa beranjak dari zona aktual menuju zona
potensial ini yang disebut sebagai scaffolding (Suyono & Haryanto, 2011:
111 113).
Kerja sama atau kolaboratif lebih bermakna dari kompetitif.
Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang digunakan adalah Project
Based Learning (PjBL). Model pembelajaran ini menghendaki siswa aktif
terlibat dalam proses pembelajaran, berinteraksi, dan bekerjasama dengan
teman dalam kelompoknya untuk dapat memecahkan masalah demi
mencapai kesuksesan kelompok.
Pembelajaran dengan model pembelajaran PjBL sejalan dengan
prinsip konstruktivisme. Dalam proses pembelajaran, siswa
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui pemecahan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
sebagai suatu wadah untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya
dengan mengoptimalkan segala media, alat, dan bahan pembelajaran yang
mendukung proses kegiatan belajar siswa. Siswa berinteraksi dalam
kelompok dengan latar belakang yang berbeda beda dapat membantu
siswa dalam mengkonstruk pengetahuan baru ke dalam pengetahuan
awalnya berdasarkan pengalaman yang diperolehnya selama proses
pembelajaran.
c. Teori Belajar Jerume Bruner (Belajar Penemuan)
Dahar (2011 : 79) menyatakan bahwa Bruner menganggap belajar
penemuan sesuai dengan pencapaian pengetahuan secara aktif oleh
manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.
Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan
yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar benar
bermakna. Belajar bermakna dengan arti seperti diberikan di atas
merupakan satu satunya macam belajar yang dapat perhatian Bruner.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan
menunjukkan beberapa manfaat. Pertama, pengetahuan itu bertahan lama
atau lama diingat atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan
pengetahuan yang dipelajari dengan cara cara lain. Kedua, hasil belajar
penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar
lainnya. Dengan kata lain, konsep konsep dan prinsip prinsip yang
dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi
situasi baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan
penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.
Tidak dapat dipungkiri bahwa waktu yang diperlukan untuk
menerapkan belajar penemuan secara murni cukup banyak. Maka
penggunaan belajar penemuan ini hanya diterapkan sampai batas batas
tertentu, yaitu dengan mengarahkannya pada struktur bidang studi.
Struktur suatu bidang studi terutama diberikan oleh konsep konsep dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dan prinsip prinsip bidang studi itu. Bila seorang siswa telah menguasai
struktur dasar, tidak akan terlalu sulit baginya untuk mempelajari bahan
bahan pelajaran lain dalam bidang studi yang sama dan ia akan lebih
mudah ingat bahan baru itu. Hal ini disebabkan karena ia telah
memperoleh kerangka pengetahuan yang bermakna yang dapat
digunakannya untuk melihat hubungan hubungan yang esensial dalam
bidang studi itu sehingga dapat memahami hal hal yang mendetail. Ada
empat faktor yang ditekankan dan harus diperhatikan dalam
menyelenggarakan pembelajaran sesuai dengan teori instruksi yaitu
pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar,
penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal, perincian urutan-
urutan penyajian materi pelajaran secara optimal, bentuk dan pemberian
reinforcement.
d. Teori Ausubel (Belajar Bermakna)
Dahar (2011: 95-97) menyatakan inti teori Ausubel tentang
belajar ialah belajar bermakna. Bagi Ausubel, belajar bermakna
merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep konsep
yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Bila tidak
ada usaha yang dilakukan untuk mengasimilasikan pengetahuan baru pada
konsep konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan
terjadi belajar hafalan.
Faktor faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna
menurut Ausubel (1963) ialah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan
kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu
tertentu. Sifat sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan
arti arti yang timbul saat informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif
itu, demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif
itu stabil, jelas, dan diatur dengan baik, arti arti yang sahih dan jelas atau
tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Akan tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
sebaliknya, jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak
teratur, struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi.
e. Teori Piaget
Ada tiga aspek dalam perkembangan intelektual yang diteliti oleh
Piaget, yaitu struktur, isi (konten), dan fungsi. Menurut Piaget,
perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi, yaitu organisasi dan
adaptasi. Organisasi memberikan pada kemampuan untuk
mensistematikkan atau mengorganisasi proses fisik atau psikologis
menjadi sistem yang teratur dan berhubungan atau terstruktur (Dahar,
2011: 134).
Fungsi kedua yang melandasi perkembangan intelektual ialah
adaptasi. Cara adaptasi setiap anak berbeda-beda. Adaptasi terhadap
lingkungan dilakukan melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Dalam proses asimilasi anak menggunakan struktur atau kemampuan yang
sudah ada untuk menghadapi masalah yang dihadapinya dalam
lingkungannya, proses ini juga merupakan proses memasukkan informasi
baru ke dalam struktur atau kemampuan yang sudah ada. Dalam proses
akomodasi, anak memerlukan modifikasi struktur mental atau
menyesuaikan yang ada dalam mengadakan respon terhadap tantangan
lingkungannya.
Menurut Piaget, setiap individu mengalami tingkat tingkat
perkembangan intelektual. dengan demikian belajar harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan intelektual siswa. Sesuai dengan teori
perkembangan kognitif Piaget, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)
berada pada tingkat operasional formal. Kemajuan utama pada anak
selama periode ini ialah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda
atau peristiwa konkret, ia mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak.
Dahar (2011: 140) mengemukakan beberapa karakteristik berpikir
operasional formal menurut Flavell. Pada tingkat ini, anak dapat :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
1) Berpikir adolesensi ialah hipotesis deduktif. Ia dapat merumuskan
banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah dan mengecek
data terhadap setiap hipotesis untuk membuat keputusan yang layak,
2) Berpikir proporsional. Dalam berpikir, seorang anak dapat menangani
pernyataan atau proposisi yang memberikan data konkret ini. Ia
bahkan dapat menangani proposisi yang berlawanan dengan fakta.
3) Berpikir kombinatorial, yaitu berpikir meliputi semua kombinasi
benda, gagasan, atau proposisi yang mungkin.
4) Berpikir reflektif. Anak anak dalam periode ini berpikir sebagai orang
dewasa. Ia dapat juga menyatakan operasi mentalnya melalui simbol
simbol.
Sesuai dengan perkembangan intelektual Piaget, siswa SMA
Negeri 2 Karanganyar berada pada tingkat berpikir operasional formal.
Siswa belajar tentang materi Larutan Asam Basa dengan model
pembelajaran PjBL yang mengharuskan siswa untuk membangun
pengetahuannya sendiri dengan membuktikan teori melalui eksperimen
dan projek yang dilanjutkan dengan menyimpulkan fakta fakta dari
eksperimen. Siswa memperoleh pengetahuan baru tentang Larutan Asam
dan Basa melalui pengalaman belajarnya yaitu melakukan penyelidikan,
berdiskusi, bereksperimen, bekerjasama, dan berlatih soal soal. Melalui
proses tersebut, siswa mengasimilasikan pengetahuan yang diperoleh ke
dalam pengetahuan yang sudah ada sebelumnya menjadi pengetahuan
baru.
Dahar (2011: 142 143) mengemukakan Teori Piaget yang
menyatakan bahwa ada tiga bentuk pengetahuan, yaitu pengetahuan fisik
(physical knowledge), pengetahuan logika matematika (logico
mathematical knowledge), dan pengetahuan sosial (social knowledge) yang
dapat dibedakan menurut sumber sumber utamanya, serta cara
penstrukturannya. Dalam praktek psikologi anak itu, menurut Piaget,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
ketiga bentuk pengetahuan itu terdapat bersama sama, tidak terpisah,
kecuali dalam matematika murni dan logika.
Dalam pembelajaran PjBL menekankan pada pembentukan
struktur kognitif melalui pemecahan masalah, ekperimen, diskusi
kelompok, dan pengerjaan projek akan memberikan kebebasan kepada
siswa untuk membangun atau mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Pada
proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran PjBL siswa
ditempatkan sebagai active problem solver yang mampu memecahkan
masalah sendiri secara aktif yang memiliki cara sendiri untuk
mendapatkan pengetahuan. Melalui pembelajaran ini, siswa mengasimilasi
informasi yaitu mencocokkan apa ia ketahui dengan fakta fakta yang
diperoleh dari berbagi proses untuk memperoleh pengalaman belajar yang
diakomodasikan dengan menyusun kembali struktur kognitif berdasarkan
pengalamannya.
Siswa menemukan dan membangun sendiri pengetahuannya
mempunyai kebaikan atau hasil yang memuaskan dibandingkan dengan
penggunaan pembelajaran lain. Belajar penemuan dengan menggunakan
prinsip prinsip belajar ilmiah seperti dijelaskan dalam teori belajar
kognitif sangat cocok dengan karakteristik Kimia. Materi Larutan Asam
dan Basa merupakan materi dasar bagi materi materi selanjutnya yaitu
Titrasi Asam dan Basa, Larutan Penyangga, dan Hidrolisis Garam. Maka
dalam mengajarkan materi Larutan Asam dan Basa perlu menerapkan
pembelajaran yang dapat menyimpan konsep materi tersebut lebih lama,
salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran PjBL.
Membuat siswa benar benar paham tentang Larutan Asam dan Basa akan
memudahkan siswa dalam memahami materi selanjutnya sehingga dapat
terjadi belajar bermakna seperti yang diungkapkan dalam teori belajar
Ausubel. Namun, dalam menerapkan model pembelajaran PjBL juga perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
diperhatikan tingkat perkembangan intelektual siswa sesuai dengan teori
belajar Piaget.
4. Model Project Based Learning (PjBL)
Dari guru sekolah dasar yang melibatkan para siswa dalam
mempelajari laba-laba selama sebulan sampai pada guru Fisika di SMA
meminta siswa membangun jembatan dari kayu balsa, hampir semua guru
mengatakan bahwa apa yang mereka berikan pada siswa termasuk "Projek".
Namun, setelah pemeriksaan lebih lanjut, terdapat perbedaan antara unit,
latihan, kegiatan, penilaian kinerja, masalah, dan projek tidak terlalu jelas.
Sementara antar pendidik menggunakan istilah-istilah ini dalam cara yang
berbeda, definisi berikut menarik dari berbagai ide dari praktik terbaik,
penelitian, dan kurikulum ahli.
Menurut National Academy Foundation and Pearson Foundation
(NAF : 4), projek-projek yang dirancang meminta siswa untuk :
1) Memecahkan masalah nyata dan isu-isu yang memiliki kepentingan
untuk orang di luar kelas.
2) Secara aktif siswa terlibat dalam pembelajaran dan membuat pilihan
penting selama projek.
3) Menunjukkan secara nyata bahwa mereka telah belajar kunci konsep-
konsep dan keterampilan.
Referensi pertama tentang PjBL disebutkan oleh kerja dari
Kilpatrick (1918) yang menyarankan bahwa projek antar cabang ilmu
pengetahuan mempelajari matematika, sains, ilmu sosial untuk
memberikan peserta didik yang kaya akan konsep dan ide. Sedangkan
menurut Bialkin et. al. (2011) PjBL adalah suatu model pembelajaran yang
mengubah kegiatan kelas dari praktek singkat dalam kelas, terisolasi,
pembelajaran berpusat pada guru, menjadi kegiatan pembelajaran yang
menekankan pembelajaran antar cabang ilmu berjangka panjang dan
bepusat pada siswa. Menurut Daryanto (2013: 30) model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
berbasis projek ini merupakan cara belajar yang memberi kebebasan
berpikir pada peserta yang berkaitan dengan isi atau bahan pengajaran dan
tujuan yang direncanakan.
Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa PjBL
merupakan model pembelajaran yang membuat siswa aktif dalam
memecahkan masalah nyata dengan cara mereka sendiri untuk belajar
kunci konsep konsep dan keterampilan yang dibuktikan dengan projek
atau pameran sebagai pembelajaran diri langsung.
a. Tujuan dan Ciri Ciri PjBL
Tujuan PjBL menurut Kimonen E. dan Nevalainen R. (2000)
dalam Kubiatko dan Ivana Vaculova (2011: 66-67) tujuan utama dari PjBL
adalah hubungan yang aktif dari siswa dengan proses pendidikan.
Karakteristik proses ini adalah dari keterbukaan mereka pada situasi
masalah dan pertanyaan dibuat oleh guru. Situasi dan pertanyaan ini
menyebabkan siswa berpikir tentang topik yang sedang dibahas. Realisasi
projek tergantung dari siswa, kreativitas mereka, fantasi, berpikir kritis,
motivasi diri, ketertarikan, dan alat alat yang diperlukan. Guru dan siswa
terinspirasi oleh masalah yang mengelilingi mereka yang terjadi di
kehidupan sehari hari.
Enam A merupakan ciri ciri sangat kuat yang muncul dalam
projek kelas dengan kualitas tinggi. Banyak guru yang telah menggunakan
keenam faktor ini sebagai penanda kualitas selama desain projek
berlangsung. Enam A pertama dikembangkan oleh Adria Steinberg dari
Jobs of the Future. (NAF: 14). Enam A yang merupakan ciri ciri PjBL
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Authenticity (Keaslian)
2) Academic Rigor (Sangat Akademis)
3) Adult Connections (Hubungan Lanjut)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
4) Active Exploration (Eksplorasi Aktif)
5) Applied Learning (Penerapan Pembelajaran)
6) Assesment Practices (Praktek Penilaian)
b. Langkah-Langkah Project Based Learning (PjBL)
Belum banyak orang familiar dengan PjBL dibandingkan dengan
PBL, hal ini mungkin disebabkan karena singkatan dari kedua model ini
hampir mirip, sehingga ketika dicari referensi tentang PjBL maka akan
lebih banyak muncul referensi untuk PBL. Meskipun begitu, diperoleh dua
referensi tentang PjBL. Dalam kedua referensi tersebut terdapat langkah
pembelajaran PjBL. Referensi tersebut berasal dari National Academy
Foundation and Pearson Foundation (NAF) dan Instructional Module
Project Based Learning (Lucas, 2005).
Dalam NAF langkah langkah PjBL dapat dijelaskan sebagai
berikut
1) Persiapan
a) Mengenalkan macam kegiatan
b) Persiapan siswa
c) Membuat skrip
2) Pengumpulan Aset dan Papan Cerita
a) Manajemen file
b) Membuat papan cerita
3) Workshop
4) Presentasi dan refleksi
Sedangkan dalam Instructional Module Project Based Learning
(Lucas, 2005) langkah-langkah PjBL dapat dijelaskan melalui Tabel 2.1
berikut.
Tabel 2.1. Langkah Langkah PjBL
No. Tahap Penjelasan Kegiatan 1. Dimulai
dengan Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
pertanyaan yang esensial
mendalam. Pertanyaan esensial diajukan untuk memancing pengetahuan, tanggapan, kritik dan ide siswa mengenai tema projek yang akan diangkat.
2. Perencanaan aturan pengerjaan projek
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian projek.
3. Membuat jadwal aktivitas
Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan projek. Jadwal ini disusun untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan projek.
4. Memonitoring perkembangan projek siswa
Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan projek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses.
5. Penilaian hasil kerja siswa
Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Evaluasi pengalaman belajar siswa
Pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil projek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan projek.
(Sumber : Lucas, 2005)
Setelah melakukan observasi kondisi kelas dan siswa, dalam
penelitian ini digunakan langkah pembelajaran PjBL pada Tabel 2.1 yang
sedikit dimodifikasi sebagai berikut.
1) Dimulai dengan pertanyaan yang esensial
2) Perencanaan aturan pengerjaan projek
3) Memonitoring perkembangan projek siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4) Mendiskusikan hasil kerja siswa
5) Penilaian hasil kerja siswa
6) Evaluasi pengalaman belajar siswa
c. Kelebihan dan Kelemahan PjBL
Pembelajaran berbasis projek akan berjalan efektif karena :
1) Bahan pelajaran diambil dari kehidupan sehari hari di lapangan
2) Mengembangkan kemauan bereksplorasi, ingin tahu, inisiatif, dan
kreativitas
3) Memunculkan bahan pelajaran yang sesuai dengan taraf
perkembangan peserta
4) Menjadikan peserta tidak asing terhadap lingkungan hidupnya dan
kehidupan di masyarakat
5) Mengembangkan kemampuan kerja individu dan kelompok
6) Mengembangkan cara hidup berencana
7) Teori dan praktik dihayati sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan
8) Memperluas relasi sosial di masyarakat
9) Mengembangkan sifat demokrasi dan gotong royong disertai tanggung
jawab yang tinggi
10) Mengurangi verbalisme
11) Memperluas dan memperdalam wawasan tentang suatu problem
(Daryanto, 2013: 29 30).
Seperti model pembelajaran lain, PjBL juga mempunyai
kelebihan dan kelemahan dalam penerapannya pada proses pembelajaran.
Menurut Bialkin, et.al (2011), kelebihan PjBL antara lain adalah :
1) Menawarkan berbagai cara kepada siswa untuk berpartisipadi dan
mendemonstasikan pengetahuan mereka.
2) Mewadahi perbedaan tingkat intelegensi.
3) Merubah siswa dari apa yang biasanya mereka lakukan dalam kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
4) Mendorong penguasan perangkat teknologi, hingga menyiapkan
mereka sebagai tenaga kerja.
5) Sebagai perantara siswa yang tidak biasa berpartisipasi.
6) Mendorong siswa untuk berkolaborasi pada saat yang sama
memberikan pembelajaran diri secara langsung.
7) Memberikan pengalaman pembelajaran yang tergambar pada
pemikiran dan berbagai usaha dari beberapa siswa.
8) Membantu siswa mengembangkan berbagai jenis keterampilan sosial
untuk bekerja kelompok dan bernegosiasi.
9) Mendorong pendalaman konsep, nilai, dan mode pemikiran, terutama
yang berhubungan dengan kerjasama dan penyelesaian konflik.
10) Menyediakan jalan tengah untuk memindahkan tanggungjawab
pembelajaran dari guru kepada siswa.
11) Meminta siswa untuk menjelaskan atau mempertahankan posisi
mereka dari kelompok projek lain, sehingga pembelajaran lebih tepat
secara pribadi dan bernilai.
Pelajaran berbasis projek juga akan berlangsung kurang efektif
karena :
1) Sulit memiliki tema yang sesuai dengan minat dan taraf
perkembangan siswa.
2) Perluasan masalah berakibat pada waktu yang direncanakan.
3) Sulit mengawasi kegiatan kelompok jika objek dan tempat belajar
berbeda/terpisah.
4) Besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan
kerja.
5) Pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang diperoleh peserta
secara individu berbeda beda.
6) Memungkinkan sebagian problem (bahan belajar) menjadi bahan
untuk jenis mata pelajaran tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
7) Memerlukan kecakapan yang baik dalam mengorganisasi (peserta,
tempat, guru, dan sebagainya).
8) Ketergesaan pengerjaan karena keterbatasan waktu menyebabkan
proses belajar mengajar kurang matang (Daryanto, 2013: 30).
d. Kesesuaian Model pembelajaran PjBL dengan KTSP
Pembelajaran dalam KTSP mengedepankan tercapainya
kompetensi tiap materi pelajaran yang dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Pemilihan model pembelajaran menjadi salah satu faktor penting
untuk mewujudkan pembelajaran yang diharapkan dalam KTSP. Model
pembelajaran inovatif menjadi salah satu pilihan terwujudnya
pembelajaran yang diharapkan dalam KTSP. PjBL merupakan salah satu
model pembelajaran inovatif. Pembelajaran dengan PjBL memungkinkan
tercapainya kompetensi melalui pembelajaran yang dilakukan secara
interaktif baik antar guru dengan siswa maupun antar siswa dalam
membicarakan projek yang akan dilakukan. Selain itu, permasalahan-
permasalah yang diberikan dapat menginspirasi dan menantang siswa
dalam mencari pemecahan masalah melalui hasil-hasil karya yang
sekaligus dapat mengembangkan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik, sehingga akan tercipta pembelajaran yang menyenangkan
dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Beberapa penelitian menggunakan PjBL juga telah dilakukan
pada kelas dengan KTSP. Penelitian Milan Kubiatko dan Ivana Vaculová
(2011) disimpulkan bahwa model pembelajaran PjBL yang efeknya
berjangka panjang, tetapi masih sulit diterapkan di sekolah dasar maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
menengah. Kenyataan ini bisa jadi disebabkan oleh kurang familiarnya
metode PjBL di perguruan tinggi. Masalah pertama ketika PjBL tidak
dihadirkan dalam progam studi di fakultas, terlalu keras untuk menunggu
PjBL akan ada di sekolah dasar atau menengah dalam bentuk yang sesuai.
Masalah selanjutnyaadalah persiapan bagi guru akan semakin banyak.
Penelitian Mahanal, dkk (2009) menunjukkan terdapat pengaruh
PjBL terhadap prestasi belajar kognitif dan sikap siswa terhadap ekosistem
sungai. Siswa dengan PjBL mempunyai sikap yang lebih tinggi 11,65%
dari siswa pada umumnya. Selain itu, siswa dengan PjBL mempunyai
prestasi belajar 81,05% lebih tinggi dibandingkan dengan siswa pada
umumnya.
Penelitian Warsito (2008) menunjukkan bahwa setelah diterapkan
PjBL, tingkat aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran fisika di kelas
mengalami peningkatan. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan
dari siklus I ke siklus II, yaitu siswa lebih berani untuk mempresentasikan
hasil projek, mengajukan pertanyaan, menjawab atau menanggapi
pertanyaan, dan siswa lebih memperhatikan saat kelompok lain
mempresentasikan. Academic skill siswa juga mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II yaitu siswa lebih mampu untuk mengidentifikasi
variabel, menghubungkan antar variabel, merumuskan hipotesis, dan siswa
bisa merancang dan melakukan penelitian. Oleh karena itu, model
pembelajaran PjBL sesuai dengan pembelajaran yang diharapkan dalam
KTSP dan dapat diterapkan dalam KTSP walaupun tidak ada anjuran dari
pemerintah untuk menggunakan model pembelajaran PjBL seperti yang
akan dikaji dalam penelitian ini.
e. Kesesuaian Model pembelajaran PjBL dengan Kurikulum 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Dianjurkannya PjBL sebagai salah satu model pembelajaran yang
digunakan dalam Kurikulum 2013 tentu telah melalui serangkaian
pertimbangan. Salah satu pertimbangannya adalah untuk mencapai
kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan
pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang, (1) berpusat pada peserta
didik; (2) mengembangkan kreativitas peserta didik; (3) menciptakan
kondisi menyenangkan dan menantang; (4) bermuatan nilai, etika, estetika,
logika, dan kinestetika; dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang
beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran
yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Sebenarnya pembelajaran dalam Kurikulum 2013 tidak berbeda
jauh dengan pembelajaran yang diharapkan dalam KTSP, namun dalam
pembelajaran Kurikulum 2013 jelas terlihat bahwa peran siswa lebih
dominan dibandingkan dengan peran guru. Agar prinsip pembelajaran
Kurikulum 2013 dapat dijalankan, PjBL menjadi salah satu model
pembelajaran yang dianjurkan oleh pemerintah untuk diterapkan pada
pembelajaran Kurikulum 2013.
Permasalahan yang diselesaikan menggunakan projek menjadi
ciri khas PjBL. Dalam proses pemecahan masalah dengan pembuatan
suatu projek dapat sekaligus mengembangkan kreativitas peserta didik
karena siswa diberikan ruang untuk mengerjakan projek dan menghasilkan
produk yang bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika.
Melalui projek ini siswa mendapatkan pengalaman belajar yang
menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Oleh karena
itu, tidak diragukan lagi mengapa pemerintah menganjurkan untuk
menggunakan PjBL dalam pembelajaran Kurikulum 2013.
5. Prestasi Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Dalam dunia pendidikan yang menjadi kegiatan terpenting tidak lain
adalah kegiatan belajar mengajar. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada kegiatan belajar
mengajar. Prestasi belajar merupakan salah satu hasil belajar yang
menunjukkan sejauh mana keberhasilan siswa terhadap tujuan belajar yang
telah ditetapkan. Prestasi belajar siswa dapat meliputi ranah kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Untuk
mengetahui prestasi belajar siswa maka diadakan suatu kegiatan yaitu ujian
seperti yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Peserta Didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.
Maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil
yang diperoleh seseorang dalam pengukuran pencapaian kompetensi yang
meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor yang dibuktikan
melalui hasil tes.
a. Penilaian Ranah Kognitif
Prestasi belajar kognitif berorientasi kepada kemampuan
menuntutkan siswa untuk menghubungkan dan menggunakan gagasan,
metode, atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan
masalah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kawasan kognitif
adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang
tinggi yaitu evaluasi. Dalam Kurikulum 2013, penilaian ranah kognitif
disebut dengan penilaian pengetahuan (Yamin, 2010: 25).
Kawasan kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek
belajar yang berbeda beda. Keenam tingkat tersebut adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
1) Pengetahuan (knowledge), yaitu menuntut siswa untuk mampu
mengingat (recall) informasi yang telah diterima sebelumnya, seperti
misalnya fakta, terminologi, rumus, strategi pemecahan masalah, dan
sebagainya ;
2) Pemahaman (comprehension), yaitu kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata kata
sendiri ;
3) Penerapan (application), yaitu kemampuan untuk menggunakan atau
menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang
baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam
kehidupan sehari hari ;
4) Analis (analysis), yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi,
memisahkan, dan membedakan komponen komponen atau elemen
suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa, atau kesimpulan,
dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya
kontradiksi ;
5) Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan seseorang dalam mengaitkan
dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada
sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh ;
6) Evaluasi (evaluation), merupakan level tertinggi yang mengharapkan
siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu
gagasan, metode, produk, atau benda degan menggunakan kriteria
tertentu.
Menurut Yamin (2010: 25), penilaian ranah kognitif diberikan
dalam bentuk instrumen tes yang dapat berupa tes objektif pilihan ganda,
tes bentuk campuran. Banyaknya soal disesuaikan dengan jumlah
kompetensi dasar, indikator kompetensi yang akan dicapai dan alokasi
waktu tes. Dalam penelitian ini bentuk instrumen tes ranah kognitif
berupa tes objektif pilihan ganda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
b. Penilaian Ranah Afektif
Kawasan afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan
perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan
penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari
yang paling sederhana, yaitu memperhatikan suatu fenomena, sampai
kepada yang kompleks yang merupakan faktor internal seseorang, seperti
kepribadian dan hati nurani. Dalam literatur tujuan afektif disebut
sebagai minat, sikap hati, sikap menghargai, sistem nilai, serta
kecenderungan emosi. Dalam Kurikulum 2013, penilaian ranah afektif
disebut dengan penilaian sikap (Yamin, 2010: 32).
Perumusan tujuan instruksional pada kawasan afektif tidak
berbeda jauh bila dibandingkan dengan kawasan kognitif, tetapi dalam
mengukur hasil belajarnya jauh lebih sukar karena menyangkut kawasan
sikap apresiasi. Di samping itu, kawasan afektif juga sulit dicapai pada
pendidikan formal karena pada pendidikan formal, perilaku yang nampak
dapat diasumsikan timbul sebagai akibat dari kekakuan aturan, disiplin
belajar, waktu belajar, tempat belajar, dan norma norma lainnya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa perilaku seperti itu timbul bukan karena
siswa telah sadar dan menghayati betul tentang kebutuhan akan sikap dan
perilaku tersebut, tetapi dilakukan karena sekedar untuk memenuhi
aturan dan disiplin saja agar tidak mendapat hukuman.
Menurut Depdiknas (2008: 4-6) ada lima karakteristik afektif
yang penting yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral. Sikap
merupakan kecenderungan merespons secara konsisten baik menyukai
atau tidak menyukai suatu obyek. Sikap dapat dibentuk melalui cara
mengamati dan menirukan sesuatu yang positif kemudian melalui
penguatan serta menerima informasi verbal. Minat adalah suatu disposisi
yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk
memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Menurut Smith dalam Depdiknas
(2008: 5) konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah dan intensitas
konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Nilai menurut
Rokeach dalam Depdiknas (2008: 5) adalah suatu keyakinan tentang
perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap
buruk. Piaget dan Kohlberg menyatakan moral sebagai bentuk perasaan
salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap
tindakan yang dilakukan diri sendiri. Kelima karakteristik afektif
tersebut akan digunakan dalam penelitian ini.
Seperti halnya penilaian dalam ranah kognitif, ranah kognitif
juga mempunyai beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengukur ranah afektif. Menurut Andersen dalam Depdiknas (2008: 7)
ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif,
yaitu metode observasi dan metode laporan diri. Penggunaan metode
observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karakteristik afektif dapat
dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan/atau reaksi
psikologi. Metode laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui
keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Namun, hal ini
menuntut kejujuran dalam mengungkap karakteristik afektif diri sendiri.
Dalam penelitian ini pengukuran ranah afektif dilakukan menggunakan
laporan diri berupa angket dengan alat ukur yang dapat digunakan adalah
instrumen non tes berupa skala likert, dengan lima kategori seperti
sangat setuju, setuju, ragu ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju (Yamin,
2010 : 157) didukung oleh observasi afektif siswa.
c. Penilaian Ranah Psikomotor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Kawasan keterampilan atau lebih dikenal dengan kawasan
psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan
motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action)
yang memerlukan koordinasi antara syaraf dengan otot. Dengan
demikian kawasan psikomotor adalah kawasan yang berhubungan
dengan seluk beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot otot oleh
pikiran sehingga diperoleh tingkat keterampilan fisik tertentu. Dalam
Kurikulum 2013 penilaian ranah psikomotor disebut dengan penilaian
unjuk kerja (Yamin, 2010: 38).
Singer dalam Depdiknas (2003: 2) mengatakan bahwa pelajaran
yang termasuk kelompok psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih
berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik.
Sedangkan Mager dalam Depdiknas (2003: 2) berpendapat bahwa
pelajaran yang termasuk dalam kelompok psikomotor adalah mata
pelajaran yang mencakup gerakan fisik dan keterampilan tangan.
Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar
psikomotor. Ryan menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat
diukur melalui, (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku
peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung; (2)
sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes
kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan
sikap; (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam
lingkungan kerjanya. Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat
bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup, (1)
kemampuanmenggunakan alat dan sikap kerja; (2) kemampuan
menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan; (3)
kecepatan mengerjakan tugas; (4) kemampuan membaca gambar dan
atau simbol; (5) keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau
ukuran yang telah ditentukan (Depdiknas, 2003: 4 5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian
prestasi belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan,
proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses
berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau
sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
(Depdiknas, 2003: 5)
d. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar setiap orang pasti berbeda beda satu dengan
yang lainnya. Dalam satu kelas saja misalnya, ada siswa yang
mempunyai prestasi belajar tinggi, sedang, dan rendah. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
seseorang.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 235 254) faktor yang
mempengaruhi belajar dapat dibagi menjadi faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern yang dimaksud meliputi :
1) Sikap terhadap belajar
2) Motivasi belajar
3) Konsentrasi belajar
4) Mengolah bahan belajar
5) Menyimpan perolehan hasil belajar
6) Menggali hasil belajar yang tersimpan
7) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar
8) Rasa percaya diri siswa
9) Intelegensi dan keberhasilan siswa
10) Kebiasaan belajar
Sedangkan faktor ekstern meliputi :
1) Guru sebagai pembina siswa belajar
2) Prasarana dan sarana pembelajaran
3) Kebijakan penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4) Lingkungan sosial siswa di sekolah
5) Kurikulum sekolah.
Menurut Aunurrahman (2012: 177 196) faktor faktor yang
mempengaruhi proses belajar siswa juga dibedakan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi proses
belajar siswa antara lain sebagai berikut.
1) Ciri khas/karakteristik siswa
2) Sikap terhadap belajar
3) Motivasi belajar
4) Konsentrasi belajar
5) Mengolah bahan belajar
6) Menggali hasil belajar
7) Rasa percaya diri
8) Kebiasaan belajar
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
adalah sebagai berikut.
1) Faktor guru
2) Lingkungan sosial (termasuk teman sebaya)
3) Kurikulum sekolah
4) Sarana dan prasarana.
Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat dirumuskan faktor
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan menjadi
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor internal meliputi :
1) Ciri khas/karakteristik siswa
2) Sikap terhadap belajar
3) Motivasi belajar
4) Konsentrasi belajar
5) Mengolah bahan belajar
6) Menggali hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
7) Rasa percaya diri
8) Kebiasaan belajar
Sedangkan faktor eksternal meliputi :
1) Faktor guru
2) Faktor lingkungan keluarga
3) Faktor lingkungan sekolah
4) Fakor lingkungan masyarakat
5) Kurikulum sekolah
6) Sarana dan prasarana.
6. Aktivitas Siswa
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang
sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar
menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi (Gage & Berliner, 1984:
267). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu
merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan
menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar
mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan
menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan
(Dimyati & Mudjiono, 2009: 44-45)
Dengan mengemukakan beberapa pandangan dari berbagai ahli
tersebut di atas, jelas bahwa dalam kegiatan belajar, siswa harus aktif.
Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas,
belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik tanpa aktivitas. (Sardiman,
2001: 95)
1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
beternak.
7) Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggap, mengingat,
memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. (Sardiman, 2001:
99)
Untuk mengukur keaktivan siswa, dalam penelitian ini digunakan
tujuh indikator yaitu visual activities, oral activities, listening
activities,writing activities, motor activities, mental activities, emotional
activities.
7. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
a. Pengertian
Lembar kegiatan siswa ( ) adalah lembaran-
lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar
kegiatan siswa akan memuat paling tidak judul, KD yang akan dicapai,
waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus
dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan. Langkah - langkah untuk
menyiapkan dalam Depdiknas (2008: 23-24) Lembar Kegiata Siswa (LKS)
adalah sebagai berikut.
b. Langkah-Langkah Penyusunan LKS
1) Analisis Kurikulum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi -
materi apa saja yang memerlukan bahan ajar LKS.
2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah
LKS yang harus ditulis dan melihat sekuensi atau urutan LKS.
3) Menentukan Judul LKS
Judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi -materi pokok
atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat
dijadikan judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar.
4) Penulisan LKS
Penulisan LKS dapat dilakukan dengan merumuskan KD yang
harus dikuasai, menentukan alat penilaian, dan penyusunan materi.
5) Struktur LKS
Struktur LKS secara umum adalah judul, petunjuk belajar
(petunjuk siswa), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung,
tugas - tugas dan langkah kerja, serta penilaian.
LKS dipilih sebagai salah satu bahan ajar dalam menerapkan model
pembelajaran PjBL karena melalui LKS ini diharapkan dapat membantu
siswa dalam memahami materi pokok Larutan Asam dan Basa.
8. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
a. Pengertian
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) merupakan kriteria paling
rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus
ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. KKM ditetapkan oleh
satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di
satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki
karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum
MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.
Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
kompetensi sehingga dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus).
Angka maksimal 100 merupakan kriteria ketuntasan ideal. Target
ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Satuan
pendidikan dapat memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target
nasional kemudian ditingkatkan secara bertahap. KKM di SMA Negeri 2
Karanganganyar untuk mata pelajaran Kimia adalah 75. Nilai KKM ini
pula yang digunakan untuk melihat tingkat kognitif siswa setelah
menerapkan model pembelajaran PjBL (Sudrajat, 2008: 3).
b. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Fungsi kriteria ketuntasan minimal adalah sebagai berikut.
1) Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik
sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti.
2) Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti
penilaian mata pelajaran.
3) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan
evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.
4) Merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan
antara satuan pendidikan dengan masyarakat.
5) Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiap
mata pelajaran (Sudrajat, 2008: 4).
9. Larutan Asam dan Basa
a. Konsep Asam dan Basa
1) Menunjukkan Asam dan Basa
Berkaitan dengan sifat asam dan basa, larutan
dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu larutan asam, basa,
dan netral. Tidaklah bijaksana untuk menunjukkan keasaman atau
kebasaan dengan cara mencicipinya, karena banyak di antaranya
yang dapat merusak kulit atau bersifat racun. Kini telah tersedia cara
praktis untuk menunjukkan keasaman dan kebasaan, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
menggunakan indikator asam basa. Indikator asam basa adalah zat
zat warna yang mampu menunjukkan warna berbeda dalam larutan
asam dan basa. Misalnya, lakmus merah dan lakmus biru. Warna
dari berbagai jenis indikator asam basa dalam larutan yang bersifat
asam, basa, dan netral diberikan pada Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2. Warna Beberapa Indikator dalam Larutan yang Bersifat Asam, Basa, dan Netral
Indikator Warna dalam
Larutan Asam Larutan Basa
Larutan Netral
Lakmus Merah (LM) Merah Biru Merah Lakmus Biru (LB) Merah Biru Biru Metil Merah (MM) Merah Kuning Kuning Metil Orange (MO) Merah Kuning Kuning Fenolftalein (PP) Tidak Berwarna Merah Tidak berwarna
(Sumber : Purba, 2007)
Sifat asam basa dari suatu larutan juga dapat ditunjukkan
dengan mengukur pH nya. pH adalah suatu parameter yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan
asam mempunyai pH lebih kecil dari 7, larutan basa mempunyai pH
lebih besar dari 7, sedangkan larutan netral mempunyai pH = 7. pH
larutan dapat ditentukan dengan menggunakan indikator pH
(indikator universal), atau dengan pH meter.
a) Membuat Indikator Asam Basa dari Bahan Alam
Telah disebutkan bahwa indikator asam basa adalah
zat zat warna yang dapat memperlihatkan warna berbeda dalam
larutan yang bersifat asam dan dalam larutan yang bersifat basa
ataupun sebaliknya. Berbagai jenis zat warna yang diperoleh
dari tumbuhan juga dapat digunakan sebagai indikator asam
basa, misalnya mahkota bunga (kembang sepatu, bogenvil,
mawar, dan lain lain), kunyit, dan bit. Zat warna dari bahan
bahan ini tersebut memberikan warna yang berbeda dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
larutan asam dan dalam larutan basa. Sehingga kita dapat
membuat indikator asam basa sendiri.
b) Trayek Perubahan Warna Indikator Asam Basa
Batas batas pH ketika indikator mengalami perubahan
warna kita sebut trayek perubahan warna indikator itu. Trayek
perubahan warna dari beberapa indikator asam basa lainnya
diberikan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Trayek Perubahan Warna Dari Beberapa Indikator
Indikator Trayek Perubahan warna
Perubahan warna
Metil Jingga 2,9 4,0 Merah kuning Metil Merah 4,2 6,3 Merah kuning
Bromtimol Biru 6,0 7,0 Kuning biru Fenolftalein 8,3 10,0 Tidak berwarna merah (Sumber : Purba, 2007)
c) Menentukan pH dengan Menggunakan Beberapa Indikator
Setiap indikator mempunyai trayek perubahan warna
yang berbeda, maka pH larutan dapat ditentukan (diperkirakan)
dengan kombinasi dari beberapa indikator.
2) Teori Asam Basa Arrhenius
Konsep yang cukup memuaskan tentang asam basa, dan
yang tetap diterima hingga sekarang, dikemukakan oleh Svante
August Arrhenius (1859 1927) pada tahun 1884.
a) Asam
Menurut Arhenius, asam adalah zat yang dalam air
melepaskan ion H+. Dengan kata lain, pembawa sifat asam
adalah ion H+. Asam Arrhenius dapat dirumuskan sebagai HxZ
dan dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut.
HxZ(aq) +
(aq) + Zx-(aq)
Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh satu molekul asam
disebut valensi asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
asam setelah melepas ion H+ disebut ion sisa asam. Nama asam
sama dengan nama ion sisa asam dengan didahului kata asam.
b) Basa
Menurut Arrhenius, basa adalah senyawa yang dalam
air dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-). Jadi, pembawa
sifat basa adalah ion OH-. Basa Arrhenius merupakan hidroksida
logam yang dapat dirumuskan sebagai M(OH)x, dan dalam air
mengion sebagai berikut.
M(OH)x(aq) x+
(aq) + xOH-(aq)
Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh satu
molekul basa disebut valensi basa.
3) Teori Asam Basa Bronsted Lowry dan Teori Asam Basa Lewis
a) Definisi Asam dan Basa Menurut Bronsted dan Lowry
Pada tahun 1923, Johannes N. Bronsted dan Thomas
M. Lowry dalam waktu yang bersamaan mengajukan konsep
asam basa berdasarkan pemindahan proton (H+). Menurut
Bronsted dan Lowry, asam adalah spesi yang memberi proton,
sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton pada suatu
reaksi pemindahan proton.
Asam Bronsted Lowry : donor proton
Basa Bronsted Lowry : akseptor proton
NH4+
(aq) + H2O(l) 3(aq) + H3O+
Asam Basa
H2O(l) + NH3(aq) 4+
(aq) + OH-(aq)
Asam Basa
Pada contoh di atas, terlihat bahwa air dapat bersifat
sebagai asam (donor proton) dan sebagai basa (akseptor proton).
Zat atau spesi seperti itu bersifat amfiprotik (amfoter). Reaksi
ionisasi air sebenarnya adalah autoprotolisis sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
H2O(l) + H2O(l) H3O+
(aq) + OH-(aq)
Sifat amfiprotik dari air dapat menjelaskan sifat asam
basa suatu zat dalam air. Zat yang bersifat asam akan memberi
proton kepada molekul air, sedangkan zat yang bersifat basa
akan menarik proton dari molekul air.
Konsep asam basa dari Bronsted dan Lowry ini lebih
luas daripada konsep asam basa Arrhenius karena :
(1) Konsep asam basa dri Bronsted Lowry tidak terbatas
dalam pelarut air, tetapi juga menjelaskan reaksi asam basa
dalam pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.
(2) Asam dan basa dari Bronsted Lowry tidak hanya berupa
molekul tetapi dapat juga berupa kation atau anion. Konsep
asam basa dari Bronsted Lowry dapat menjelaskan,
misalnya, sifat asam dari NH4Cl. Dalam hal NH4Cl, yang
bersifat asam adalah ion NH4+ karena dalam air dapat
melepas proton.
b) Pasangan Asam dan Basa Konjugasi
Suatu asam, setelah melepas satu proton, akan
membentuk spesi yang disebut basa konjugasi dari asam itu.
Spesi itu adalah suatu basa karena dapat menyerap proton dan
membentuk kembali asam semula.
Asam H+ + Basa Konjugasi
Perhatikan beberapa contoh berikut.
Asam
Proton + Basa Konjugasi HCl
H+ + Cl-
H2O
H+ + OH-
Demikian juga suatu basa, setelah menyerap satu
proton, akan membentuk suatu spesi yang disebut asam
konjugasi dari basa itu. Spesi itu adalah suatu asam karena dapat
melepas satu proton dan membentuk kembali basa semula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Basa + H+ Asam Konjugasi
Perhatikan beberapa contoh berikut.
Basa + Proton
Basa Konjugasi NH3 + H+
Cl-
H2O + H+
OH-
Suatu asam hanya melepas proton jika ada basa yang
menyerap proton itu. Pada suatu reaksi asam basa Bronsted
Lowry, asam berubah menjadi basa konjugasinya. Jadi, pada
reaksi asam basa Bronsted Lowry terdapat dua pasangan asam
basa konjugasi. Pasangan yang terdiri atas asam dengan basa
konjugasinya ditandai dengan Asam 1 dan Basa 1, sedangkan
pasangan yang terdiri atas basa dengan Basa 2 dan Asam 2.
Rumus Kimia pasangan asam basa konjugasi hanya berbeda
satu proton (H+).
Perhatikan beberapa contoh berikut.
Asam 1 + Basa 2
Basa 1 + Asam 2 HCl + NH3
Cl- + NH4+
H2O + CO32- OH- + HCO3
-
4) Teori Asam Basa Lewis
Marilah kita perhatikan kembali reaksi asam basa
Bronsted Lowry berikut ini.
NH3 4+ + Cl-
Pada reaksi tersebut, molekul NH3 berlaku sebagai basa karena
mengikat sebuah proton yang berasal dari molekul HCl. Apabila hal
ini kita perhatikan dari sudut pembentukan ikatan Kimianya, ternyata
penyerapan ion H+ oleh molekul NH3 dapat terjadi karena molekul
NH3 dapat mendonorkan pasangan elektron bebas kepada ion H+
melaui pembentukan ikatan kovalen koordinasi.
H3N: + H+ 4+
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Gilbert N. Lewis mendenifisikan asam dan basa
berdasarkan serah terima pasangan elektron sebagai berikut.
Asam : akseptor pasangan elektron
Basa : donor pasangan elektron
Jadi, dari persamaan di atas, NH3 adalah suatu basa karena
memberikan pasangan elektron, sedangkan ion H+ adalah suatu asam
karena menerima pasangan elektron. Semua asam basa Arrhenius
maupun asam basa Bronsted Lowry memenuhi definisi asam basa
Lewis.
Konsep asam basa Lewis dapat menjelaskan reaksi reaksi
yang bernuansa asam basa meskipun tidak melibatkan proton (ion
H+), misalnya reaksi antara oksida basa dengan oksida asam.
b. Konsep pH dan pOH
Sorensen (1868 1939), seorang ahli Kimia dari Denmark yang
mempunyai ide cemerlang mengajukan konsep pH untuk menyatakan
tingkat keasaman larutan.
1) pH
Telah disebutkan bahwa pembawa sifat asam adalah ion H+.
Derajat atau tingkat keasaman larutan bergantung pada konsentrasi ion
H+ dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion H+, semakin asam
larutan tersebut.
Sorensen mengusulkan konsep pH untuk menyatakan
konsentrasi ion H+, yaitu sama dengan negatif logaritma konsentrasi
ion H+. Secara matematika nilai pH diungkapkan dengan persamaan :
pH = log [H+]
2) Hubungan Tingkat Keasaman dengan pH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Perlu diperhatikan bahwa tingkat keasaman berbanding
terbalik dengan nilai pH. Artinya, semakin asam larutan, maka
semakin kecil nilai pH nya, dan sebaliknya. Hal itu terjadi karena pH
dan konsentrasi ion H+ dihubungkan dengan tanda negatif.
Selanjutnya, karena bilangan dasar logaritma adalah 10, maka larutan
yang nilai pH nya berbeda sebesar n mempunyai perbedaan
konsentrasi ion H+ sebesar 10n.
3) pOH
Analogi dengan pH (sebagai cara untuk menyatakan
konsentrasi ion H+), konsentrasi ion OH- juga dapat dinyatakan
dengan cara yang sama, yaitu pOH.
pOH = log [OH-]
Meskipun [OH-] dapat dinyatakan dengan pOH, tingkat
kebasaan lazimnya juga dinyatakan dengan pH. Seperti telah dibahas
pada bagian terdahulu, larutan basa mempunyai pH > 7. Semakin
tinggi pH, semakin bertambah sifat basa. Larutan dengan pH = 13
(pOH = 1) adalah 10 kali lebih basa dari larutan dengan pH = 12 (pOH
= 2).
c. Kesetimbangan Larutan Asam dan Basa (dibatasi larutan dalam air)
1) Tetapan Kesetimbangan Air (Kw)
Air digolongkan sebagai zat nonelektrolit. Akan tetapi,
pengujian dengan alat yang lebih teliti atau jika digunakan beda
potensial yang cukup besar, ternyata air dapat menghantarkan listrik,
meskipun sangat buruk. Salah satu penjelasan mengapa air dapat
menghantarkan listrik ialah karena sebagian kecil dari air terionisasi
menjadi ion H+ dan ion OH- menurut reaksi kesetimbangan sebagai
berikut.
H2O(l) H+(aq) + OH-
(aq)
Tetapan kesetimbangan untuk kesetimbangan ionisasi air adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Jika [H2O] dapat dianggap konstan, maka hasil perkalian Kc
dengan [H2O] merupakan konstanta yang disebut tetapan
kesetimbangan air (Kw)
Kw = [H+] x [OH-]
a) Hubungan [H+] dengan [OH-]
Dalam air murni, konsentrasi ion H+ sama besar dengan
konsentrasi ion OH-.
Dalam air muni : [H+] = [OH-] =
Pada suhu kamar (sekitar 250C), Kw = 1 x 10-14, maka :
[H+] = [OH-] = 1 x 10-7
Apabila ke dalam air ditambahkan suatu asam, maka [H+] akan
bertambah tetapi jumlah perkalian [H+] x [OH-] tidak akan
berubah, tetap sama dengan Kw. Hal ini dapat terjadi karena
kesetimbangan bergeser ke kiri yang menyebabkan pengurangan
[OH-]. Kesetimbangan juga akan bergeser jika ke dalam air
ditambahkan suatu basa. Dari pembahasan ini dapat disimpulkan
bahwa :
Dalam larutan berair : [H+] x [OH-] = Kw
Dalam air murni (larutan netral) : [H+] = [OH-]
Dalam larutan asam : [H+] > [OH-]
Dalam larutan basa : [H+] < [OH-]
b) Hubungan pH dengan pOH
Hubungan antara pH dengan pOH dapat diturunkan dari
persamaan tetapan kesetimbangan air (Kw).
Kw = [H+] x [OH-]
Jika kedua ruas persamaan ini diambil harga negatif
logaritmanya, diperoleh :
log Kw = log ([H+] x [OH-])
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
log Kw = ( log [H+]) + ( log [OH-])
Dengan p = - log, maka :
pKw = pH + pOH atau pH + pOH = pKw
Pada suhu kamar, dengan harga Kw = 1 x 10-14 (pKw = 14), maka:
Dalam larutan yang bersifat netral : pH = pOH = 7
Dalam larutan yang bersifat asam : pH < 7
Dalam larutan yang bersifat basa : pH >
2) Tetapan Ionisasi Asam (Ka)
Telah disebutkan bahwa asam kuat mengion sempurna, dan
reaksi ionisasinya merupakan reaksi berkesudahan.
HCl(aq) +
(aq) + Cl-(aq)
Di lain pihak, asam lemah terion sebagian, dan reaksi ionisasinya
merupakan reaksi kesetimbangan.
CH3COOH(aq) CH3COO-(aq) + H+
(aq)
Secara umum, ionisasi asam lemah valensi satu dapat
dirumuskan sebagai berikut.
HA(aq) H+(aq) + A-
(aq)
Tetapan kesetimbangan untuk ionisasi asam disebut
tetapan ionisasi asam dan diberi lambang Ka. Untuk asam lemah
HA di atas, ungkapan tetapan ionisasinya adalah sebagai berikut.
Semakin kuat suatu asam, maka reaksi kesetimbangan asam
semakin condong ke kanan. Akibatnya, harga Ka bertambah besar.
Oleh karena itu, harga Ka mencerminkan kekuatan asam : semakin
besar Ka, semakin kuat asam.
a) Hubungan Tetapan Ionisasi Asam (Ka) dengan Derajat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
nisbah antara jumlah zat yang mengion dengan jumlah zat
mula mula.
Jika konsentrasi elektrolit (zat mula mula) adalah M
molar, maka persamaan di atas ditulis sebagai beikut.
Selanjutnya, komposisi kesetimbangan dari suatu asam
lemah (HA) yang mempunyai konsentrasi M molar dari
berikut.
HA(aq) H+
(aq) + A-(aq)
Mula mula : M - -
Reaksi : -
Setimbang : M(1
Jika komposisi kesetimbangan ini dimasukkan ke dalam
persamaan tetapan kesetimbangan asam diperoleh :
Dengan menganggap (1 1, maka persamaan
diatas menjadi atau Ka 2
Jadi,
Ka merupakan suatu tetapan, maka persamaan di atas
menyatakan bahwa jika kemolaran (M) semakin kecil, maka
derajat ionisasi akan semakin besar.
b) Asam Kuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Telah disebutkan bahwa asam kuat mengion sempurna,
dan pH nya ditentukan jika konsentrasi asam diketahui.
[H+] = M x valensi asam
c) Asam Lemah
(1) Hubungan [H+] dengan Ka
Konsentrasi ion H+ dalam larutan asam lemah
dapat dikatkan dengan tetapan ionisasi asam. Perhatikan
kembali kesetimbangan ionisasi dan ungkapan tetapan
kesetimbangan asam lemah yaitu persamaan berikut.
HA(aq) H+(aq) + A-
(aq)
Konsentrasi kesetimbangan asam lemah HA adalah
M(1 ecil
(mendekati nol), sehingga 1
dengan catatan jika konsentrasi larutan lebih besar
dibandingkan dengan Ka, begitu pula sebaliknya pada basa.
Dengan kata lain, konsentrasi asam lemah dalam
larutan dianggap tetap sama dengan M, seolah olah tidak
ada yang terion. Oleh karena itu, dapat ditulis persamaan
sebagai berikut.
Jika [H+] = [A-] maka persamaan di atas dapat ditulis
sebagai berikut.
[H+]2 = Ka x M
Dengan Ka = tetapan ionisasi asam
M = konsentrasi asam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
(2) Hubungan [H+] dengan derajat ionisasi asam (
Hubungan antara konsentrasi ion H+ dengan derajat ionisasi
asam ditunjukkan persamaan berikut.
[H+
3) Tetapan Ionisasi Basa (Kb)
Seperti halnya asam kuat, reaksi ionisasi basa kuat
merupakan reaksi berkesudahan.
NaOH(aq) +
(aq) + OH-(aq)
Ba(OH)2(aq) 2+
(aq) + 2OH-(aq)
Di lain pihak, reaksi ionisasi basa lemah merupakan reaksi
kesetimbangan. Secara umum, reaksi ionisasi basa lemah bervalensi
satu dapat dirumuskan sebagai berikut.
LOH(aq) L+
(aq) + OH-(aq)
Tetapan kesetimbangan persamaan di atas disebut tetapan
kesetimbangan basa (Kb).
Harga Kb merupakan kekuatan basa, semakin kuat basa
semakin besar harga Kb nya, dan sebaliknya.
a) Hubungan Tetapan Ionisasi Basa (Kb) dengan Derajat
Sedangkan hubungan tetapan ionisasi basa dengan
derajat ionisasi basa adalah sebagai berikut.
Kb merupakan suatu tetapan, maka persamaan di atas
menyatakan bahwa jika kemolaran (M) semakin kecil, maka
derajat ionisasi akan semakin besar.
b) Basa Kuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Seperti halnya asam kuat, pH larutan basa kuat dapat
ditentukan hanya dengan mengetahui konsentrasi basa.
[OH-] = M x valensi basa
c) Basa Lemah
pH larutan basa lemah dapat ditentukan dengan dasar
pemikiran yang sama seperti penentuan pH asam lemah, yaitu
jika konsentrasi dan derajat ionisasi atau tetapan ionisasi basa
diketahui. Hubungan konsentrasi ion OH- dengan derajat
b dinyatakan sebagai
berikut.
atau [OH-
d. Reaksi Asam dengan Basa (Reaksi Penetralan)
1) Reaksi asam dengan Basa Mengahasilkan Air dan Garam
Telah disebutkan bahwa larutan mengandung ion H+ dan
suatu anion sisa asam, sedangkan larutan basa mengandung ion OH-
dan suatu kation logam.
HA(aq) +
(aq) + A-(aq)
LOH(aq) +
(aq) + OH-(aq)
Nilai tetapai ionisasi air (Kw) relatif sangat kecil, maka
sudah dapat dipastikan ion H+ dari asam akan bereaksi dengan ion
OH- dari basa membentuk air.
H+(aq) + OH-
(aq) 2O(l)
Asam Basa Air
Maka reaksi asam dengan basa disebut reaksi penetralan,
pembawa sifat asam (H+) bereaksi dengan pembawa sifat basa (OH-)
membentuk air yang bersifat netral.
Ion negatif sisa asam dan ion positif basa akan bergabung
membentuk senyawa ion yang disebut garam. Jika garam yang
terbentuk itu mudah larut dalam air, maka ion ion akan tetap dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
larutan. Namun, jika garam tersebut sukar larut, maka senyawa itu
akan membentuk endapan. Jadi, reaksi asam dengan basa
mengahasilkan garam dan air. Oleh karena itu, reaksi asam dengan
basa disebut juga reaksi penggaraman.
Asa
2) Campuran Asam dengan Basa
Campuran ekivalen asam dengan basa belum tentu bersifat
netral, kecuali campuran asam kuat dengan basa kuat. Reaksi antara
asam kuat dengan basa kuat dapat dituliskan sebagai reaksi antara
ion H+ dengan ion OH-. Dalam hal ini, ion H+ mewakili asam,
sedangkan ion OH- mewakili basa.
H+(aq) + OH-
(aq) 2O(l)
Jika mol H+ = mol OH-, maka campuran akan bersifat netral.
Jika mol H+ > mol OH-, maka campuran akan bersifat asam; dan
konsentrasi ion H+ dalam campuran ditentukan oleh jumlah ion
H+ yang tersisa.
Jika mol OH- < mol H+, maka campuran akan bersifat basa dan
konsentrasi ion OH- dalam campuran ditentukan oleh jumlah
mol ion OH- yang bersisa.
e. Penerapan Konsep pH
Air sangat penting bagi kehidupan kita. Air diperlukan untuk
minum, memasak, mandi, mencuci pakaian, irigasi, bahkan untuk
keindahan dan rekreasi. Air untuk berbagai keperluan tersebut
memerlukan kualitas yang berbeda pula. Kita memerlukan air bersih
untuk air minum, memasak, mandi, dan mencuci pakaian. Masalahnya
adalah bahwa air bersih sekarang ini semakin sulit didapat. Banyak
penduduk, terutama di negara berkembang yang mengonsumsi air di
bawah standar kebersihan. Kebanyakan sumber air sudah tercemar oleh
kegiatan industri, pertanian, maupun oleh aktivitas masyarakat itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
sendiri. pencemaran air disebabkan oleh terdapatnya zat zat Kimia yang
tidak memenuhi syarat syarat air bersih.
1) Pengertian Air Bersih
Air dinyatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap
kualitas air, sehingga air tidak dapat digunakan untuk tujuan
penggunaannya. Air tercemar akibat masuknya makhluk hidup, zat,
atau energi ke dalam air, sehingga kualitas air turun samapi ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya.
2) Beberapa Parameter Kualitas Air
a) Kandungan Zat Padat
Limbah padatan dalam air dibedakan atas padatan
tersuspensi dan padatan terlarut. Padatan tersuspensi adalah
padatan yang tidak dapat melewati kertas saring, sedangkan
padatan terlarut dapat melewati kertas saring. Selanjutnya,
padatan tersuspensi dibedakan lagi menjadi padatan yang dapat
mengalami sedimentasi dan padatan yang tidak mengalami
sedimentasi.
b) Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen, DO)
Air bersih mengandung oksigen terlarut dengan kadar
sekitar 10 ppm pada suhu kamar. Oksigen terlarut diperlukan
makhluk hidup dalam air, misalnya bakteri aerob untuk
peruraian sampah organik. Selanjutnya proses peruraian diambil
alih oleh bakteri anaerob mereduksi karbon, nirogen, dan
belerang daribahan organik menjadi gas gas metana (CH4),
amonia (NH3), dan hidrogen sulfida (H2S). Gas NH3 dan H2S
berbau tidak enak. Itulah sebabnya selokan atau sungai yang
tercemar berbau busuk.
c) BOD dan COD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BOD5 adalah banyaknya oksigen yang digunakan oleh
mikroorganisme dalam lima hari untuk menguraikan sampah
yang terdapat dalam air limbah. Jumlah oksigen yang diperlukan
untuk proses oksidasi kimiawi ini disebut COD.
d) pH
Air murni mempunyai pH = 7. Air dapat dianggap
bersih jika pH nya antara 6,5 8,5.
3) Sumber Pencemaran air
a) Limbah Industri
Pada umumnya limbah industri dapat mencemari air.
Jenis limbah bergantung pada jenis industrinya, misalnya zat
warna dari pabrik tekstil, sampah organik dari pabrik
pulp/kertas, dan logam merkuri dari industri Kimia tertentu.
Salah satu jenis limbah industri yang sangat berbahaya yaitu
logam berat, seperti merkuri (raksa), timbel, dan kadmium.
b) Limbah Pertanian
Pupuk dan pestisida yang digunakan dalam pertanian
dapat tercuci oleh air, sehingga mencemari suangai atau danau.
Limbah pupuk akan menyuburkan tumbuhan air, seperti
ganggang dan eceng gondok, sehingga menutup permukaan air.
Hal itu menghambat masuknya sinar matahari ke dalam air dan
selanjutnya mematikan fitoplankton maupun tanaman dalam air,
sehingga menurunkan kadar oksigen dalam air dengan drastis.
c) Air Kotor (sewage)
Air kotor yang berasal dari pemukiman maupun
industri merupakan sumber utama pencemaran air. Air kotor
yang dibuang langsung ke sungai atau danau dapat
membahayakan kesehatan karena menyebarkan penyakit,
misalnya kolera. Untuk mencegah polusi karena air kotor, air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
limbah seharusnya diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke
sungai atau danau. Air kotor tersebut dikumpulkan dalam
instalasi limbah. Di sana, air kotor dicampur dengan udara
(aerasi) sehingga peruraian bahan organik oleh bakteri dapat
berlangsung lebih cepat.
d) Limbah Detergen
Limbah detergen ada yang sukar diuraikan oleh
mikroorganisme, sehingga tetap utuh untuk jangka waktu yang
lama, bahkan sampai tahunan. Oleh karena itu, buih detergen
sering menutupi permukaan air sungai atau danau. Selain itu,
detergen juga mengandung senyawa fosfat yang menyuburkan
pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Seperti yang telah
dijelaskan, pertumbuhan yang tidak terkendali dari tumbuhan air
ini dapat mengganggu ekosistem air.
(Purba, 2007 : 2 47)
B. Kerangka Berpikir
Perubahan Kurikulum 2013 yang menggantikan Kurikulum 2006 atau
KTSP merupakan perubahan besar dalam dunia pendidikan. Berbagai pertanyaan
muncul terkait prospek Kurikulum 2013 terhadap kualitas siswa yang dihasilkan.
Perubahan kurikulum paling berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Pembelajaran adalah usaha untuk menjadikan belajar menjadi bermakna
bagi siswa dengan adanya interaksi antara guru dengan siswa dan sumber belajar
dalam suatu lingkungan belajar. Usaha yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam
mencapai tujuan pengajaran, dilihat dari sudut bagaimana materi itu disusun dan
disajikan merupakan strategi pembelajaran terkait pendekatan pembelajaran,
model pembelajaran, dan teknik pembelajaran. Pendekatan pembelajaran
disesuaikan dengan hakikat dari mata pelajaran, salah satunya hakikat MIPA. IPA
dapat dipandang dari segi proses, produk dan pengembangan sikap. Sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pendekatan yang digunakan harus mengandung ketiga dimensi tersebut. Oleh
karena itu, pendekatan saintifik dipilih sebagai pendekatan pada Kurikulum 2013
yang mengandung ketiga segi IPA tersebut.
Penggunaan model pembelajaran juga menyesuaikan hakikat mata
pelajaran. Kimia sebagai salah satu komponen MIPA yang mempunyai ciri yaitu
hubungan yang erat antara teori dengan eksperimen. Pemilihan model
pembelajaran pun juga disesuaikan dengan dimensi IPA serta kesesuaian dengan
Pendekatan Saintifik. PjBL merupakan salah satu model pembelajaran yang
dianjurkan dalam KTSP maupun Kurikulum 2013 yang memenuhi ketiga dimensi
IPA maupun pendekatan saintifik.
Kelebihan PjBL adalah siswa memiliki kesempatan untuk
mengembangkan projek mereka sendiri sebagai jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang mereka kembangkan sendiri. PjBL juga membantu siswa untuk
mengembangkan kemandirian, kreativitas, tanggung jawab, kontrol diri dan
manajemen waktu agar projek mereka dapat selesai tepat waktu dengan kerja
sama yang baik antar anggota kelompok. Sedangkan kelemahan PjBL adalah jika
materi yang akan disampaikan tidak memungkinkan siswa untuk membuat projek
terutama materi yang bisa disampaikan dalam waktu singkat karena PjBL
membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan model
pembelajaran lain. Selain itu, jika motivasi belajar siswa kurang, siswa akan
menganggap projek ini sebagai tugas yang memberatkan siswa.
Sesuai dengan Teori Vygotsky, PjBL adalah metode pembelajaran yang
memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk berinteraksi dengan
teman dan sumber belajarnya dengan adanya perbedaan latar belakang siswa
sehingga siswa dapat mengintegrasi perbedaan ide, data, dan informasi yang
diperoleh dalam eksperimen dan diskusi kelompok dalam kelas maupun di luar
kelas untuk menyelesaikan projek sebagai aplikasi dari kunci konsep konsep
materi yang ada. Interaksi antar siswa yang lebih banyak terjadi membentuk siswa
menjadi lebih aktif sehingga kegiatan yang mereka kerjakan sendiri menjadi lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
bermakna sesuai dengan teori belajar Ausubel. Menjadikan belajar menjadi proses
yang bermakna meupakan hal yang penting apalagi untuk materi yang konsepnya
digunakan secara berkelanjutan seperti materi Larutan Asam dan Basa. Oleh
karena itu, PjBL merupakan model pembelajaran yang sesuai diterapkan pada
materi Larutan Asam dan Basa karena melibatkan siswa secara aktif dalam
memecahkan masalah (active problem solver).
PjBL merupakan model pembelajaran berbasis projek yang menghasilkan
produk sebagai aplikasi dari kunci konsep konsep yang dipelajari baik secara
individu maupun kelompok. Beberapa proses yang terjadi dalam tahapan PjBL
yaitu proses kontruksi pengetahuan baik individu dan kelompok melalui diskusi
antar kelompok dalam kelas, kebermaknaan, dimana siswa mengkonstruksi
pengetahuan barunya sebagai dasar untuk memperlajari materi selanjutnya, proses
asimilasi dan akomodasi, yaitu memasukan informasi baru kedalam skema
mereka yang sudah ada sebelumnya sehingga siswa akan menyesuaikan skema
mereka agar sesuai dengan informasi dan pengalaman baru yang mereka alami.
Berangkat dari penemuan cara pemecahan masalah, model pembelajaran PjBL ini
sesuai dengan teori belajar kognitif dan Bruner.
Pembelajaran yang dirancang guru dengan pembuatan projek dalam
PjBL memberikan ruang bagi siswa untuk lebih mengembangkan kemampuan
kognitifnya yaitu pada tahap operasional formal sesuai dengan teori Piaget. Pada
PjBL, tahap operasional formal yang lebih terlihat adalah berpikir reflektif yang
ditunjukkan dari produk hasil projek.
Dengan menerapkan model pembelajaran PjBL yang sesuai dengan
beberapa teori belajar, maka diharapkan dapat mengembangkan kualitas proses
seperti aktivitas siswa dan kualitas hasil pada ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor menjadi lebih baik dari pada menggunakan model pembelajaran
konvensional. Berikut bagan kerangka berpikir penelitian.
PjBL
Pembelajaran Kurikulum 2013
menggunakan
KTSP 2006
diterapkan
Teacher Centered Learning
orientasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir