BAB II KAJIAN LITERATUR A. PENGERTIAN JUDULabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812008_bab2.pdf ·...

36
8 BAB II KAJIAN LITERATUR A. PENGERTIAN JUDUL Pengertian judul ”Desain Interior Fashion Store Zara dan Berskha di Yogyakarta dengan Konsep Kontemporer”, adalah sebagai berikut : 1. Desain mempunyai beberapa pengertian: pertama, desain sebagai proses pemecahan masalah yaitu tindakan mendesain; kedua, hasil dari tindakan tersebut (berupa rancangan, model, atau gambar); Ketiga, produk yangg dimanufaktur dengan bantuan desain (benda jadinya), dan keempat, pengertian umum sebagai pengganti kata pola atau juga gaya. Sebagai benda, desain berkonotasi pada nilai kegunaan, nilai budaya, nilai ekonomi, nilai sosial, nilai teknis, nilai etis dan nilai ekologis; Sedangkan sebagai proses, desain mempunyai konotasi pada kreatifitas, kemam- puan, mentalitas, integritas, dan inovasi (Imam BZ, 2001:1). 2. Interior adalah bagian dalam gedung (ruang dan sebagainya). (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:560). 3. Fashion yang merupakan kata dari bahasa inggris yang artinya mode. Fashion adalah gaya berpakaian yang populer dalam suatu budaya. Secara umum, fashion termasuk masakan, bahasa, seni, dan arsitektur. (https://id.wikipedia.org/wiki/Mode) 4. .Toko adalah sebuah bisnis store yang menjual barang- barang konsumsi dan juga jasa. Pengunjung datang untuk melihat - lihat dan biasanya membeli barang. (https://id.wikipedia.org/wiki/Toko_serba_ada). 5. Daerah Istimewa Yogyakarta (bahasa Jawa: Dhaérah Istiméwa Ngayogyakarta) adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang merupakan peleburan Negara Kesultanan Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa, dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. (https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta) 6. Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih

Transcript of BAB II KAJIAN LITERATUR A. PENGERTIAN JUDULabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0812008_bab2.pdf ·...

8

BAB II

KAJIAN LITERATUR

A. PENGERTIAN JUDUL

Pengertian judul ”Desain Interior Fashion Store Zara dan Berskha di

Yogyakarta dengan Konsep Kontemporer”, adalah sebagai berikut :

1. Desain mempunyai beberapa pengertian: pertama, desain sebagai proses

pemecahan masalah yaitu tindakan mendesain; kedua, hasil dari

tindakan tersebut (berupa rancangan, model, atau gambar); Ketiga,

produk yangg dimanufaktur dengan bantuan desain (benda jadinya), dan

keempat, pengertian umum sebagai pengganti kata pola atau juga gaya.

Sebagai benda, desain berkonotasi pada nilai kegunaan, nilai budaya,

nilai ekonomi, nilai sosial, nilai teknis, nilai etis dan nilai ekologis;

Sedangkan sebagai proses, desain mempunyai konotasi pada kreatifitas,

kemam- puan, mentalitas, integritas, dan inovasi (Imam BZ, 2001:1).

2. Interior adalah bagian dalam gedung (ruang dan sebagainya). (Kamus

Besar Bahasa Indonesia, 2008:560).

3. Fashion yang merupakan kata dari bahasa inggris yang artinya mode.

Fashion adalah gaya berpakaian yang populer dalam suatu budaya. Secara

umum, fashion termasuk masakan, bahasa, seni, dan arsitektur.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Mode)

4. .Toko adalah sebuah bisnis store yang menjual barang- barang konsumsi

dan juga jasa. Pengunjung datang untuk melihat - lihat dan biasanya

membeli barang. (https://id.wikipedia.org/wiki/Toko_serba_ada).

5. Daerah Istimewa Yogyakarta (bahasa Jawa: Dhaérah Istiméwa

Ngayogyakarta) adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia

yang merupakan peleburan Negara Kesultanan Yogyakarta. Daerah

Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa, dan

berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta)

6. Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak

modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih

9

tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau

saat ini; jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-

aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang.

Lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan

situasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat

pada Rennaissance. Begitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan modern.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_kontemporer)

Maka fashion store merupakan sebuah bangunan yang difungsikan

untuk menjual pakaian wanita, pria, dan anak-anak yang dilengkapi

fasilitas dan area pendukung dengan konsep kontemporer di Yogyakarta

B. KAJIAN TEORI

1. Tinjauan Tentang Fashion

a. Sejarah Fashion

Berdasarkan analisis Arghya Narendra manusia sudah mengenal

fashion dari berabad-abad lalu. Diawali dengan pakaian-pakaian

sederhana yang terbuat dari kulit kayu ataupun kulit binatang.

Kemudian seiring dengan perkembangan peradaban manusia, maka

cara berpakaian mereka pun semakin berubah dan menjadi lebih baik

dan lebih baik lagi dari sebelumnya. Manusia mulai mengenal kain dan

menciptakan sebuah baju yang lebih layak dan lebih bisa melindungi

mereka dari cuaca.

Masyarakat Eropa dan Amerika adalah masyarakat yang sangat

concern dengan perkembangan fashion mereka. Meski pada awalnya

fashion Eropa dan Amerika lebih menitikberatkan pada perkembangan

baju para laki-laki namun, kedepannya perkembangan fashion wanita

ternyata jauh lebih pesat dari yang dibayangkan. Semakin lama fashion

wanita menjadi terpengaruh pada image kecantikan yang terjadi pada

masa tertentu.

10

Gambar 2.1 Fashion tahun 1800

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Pada abad XV, citra wanita keibuan menjadi tolok ukur kecantikan,

sehingga fashion yang berkembang pada masa itu adalah model gaun

yang bertumpuk-tumpuk, dengan garis bulat melingkar tubuh dan

menekankan perhatian utama pada dada dan perut, serta di dominasi

warna-warna kuat dan terang. Fashion berkembang pada abad ke XIX,

dimana kain bertumpuk-tumpuk dan warna terang mulai ditinggalkan.

Wanita pada jaman tersebut akan dikatakan cantik apabila mereka

memiliki image rapuh. Maka tumbuhlah fashion yang menggambarkan

kerapuhan wanita. Dengan pemilihan kain tipis yang mudah rusak

beserta warna-warna pucat, benar-benar menggambarkan kerapuhan

wanita yang sesungguhnya

Ditambah lagi belahan dada yang sangat rendah yang membuat

wanita gampang sekali terserang flu pada saat musim dingin. Sekitar

tahun 1830-an munculah fashion yang bermaksud hendak melindungi

wanita dari cuaca, maka lahirlah korset pada masa itu. Korset sebagai

pakaian yang berfungsi sebagai pakaian dalam wanita memang dapat

melindungi wanita dari cuaca, tapi dampaknya, si pemakai akan sangat

tersiksa dengan ketatnya korset yang mereka pakai. Korset pun

sebenarnya memiliki perkembangannya sendiri, di mulai dari korset

yang memiliki penyangga dari besi, hingga kemudian berubah menjadi

tulang ikan hiu, namun kesemuanya adalah bahan-bahan yang tidak

benar-benar membuat wanita merasa nyaman.

11

Gambar 2.2 Fashion tahun 1830

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Wanita cantik pada masa ini masih digambarkan wanita yang

lemah dan tidak berdaya, wanita dengan perut yang sangat langsing

dengan korset yang menekan, dan wanita yang mudah pingsan untuk

menarik perhatian lawan jenisnya. Hal ini juga yang digambarkan

Margaret Mitchell pada novel-nya Gone with the Wind. Yang mana

sosok wanita cantik dan menarik perhatian adalah wanita yang lemah

dan tidak berdaya.

Namun sebenarnya tidak semuanya, itu hanya penggambaran

sosok wanita Amerika awal abad ke-20 yang tinggal di Amerika bagian

Selatan. Sementara untuk para wanita Amerika yang tinggal pada

Amerika bagian Utara tidak memiliki streotipe seperti demikian. Hal

ini dikarenakan kultur Amerika Utara yang mana masyarakatnya adalah

masyarakat pekerja, begitu pula dengan para wanitanya. Hal ini terlihat

pada penggambaran karakter pada novel Little House on the Prairie,

karya Laura Ingalls Wilder. Di sini digambarkan bahwa para wanitanya

cukup mengenakan baju kerja seadanya dan hanya menggunakan baju-

baju indah yang dirasa perlu hanya pada saat moment-moment tertentu.

Tahun 1920 (Melindrosa)

Amerika memainkan peran penting pada gaya berbusana tahun

1920. Di masa setelah Perang Dunia I, Amerika sebagai salah satu pusat

mode dunia memasuki era makmur yang mempengaruhi gaya fashion

mereka. Music Jazz dan tarian glamor muncul pada tahun tersebut.

Perempuan mendapat suara pada tahun 1920 dan memasuki angkatan

12

kerja dalam jumlah besar. Tahun-tahun 1920an juga ditandai dengan

maraknya bisnis ilegal, salah satu cartel yang terkenal di dunia saat itu

adalah Al Copone.

Gambar 2.3 Fashion tahun 1920

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Fashion gaya Melindrosa (Flapper) yang berarti New Breed

muncul. Style penggunaan make-up yang berlebihan, berdandan

glamor, minum alcohol, mengendarai mobil, dan merokok menjadi hal

yang mendampingi gaya berbusana glamor seperti ini. Bukan hanya itu,

gaya berbusana tahun 1920 juga menunjukkan adanya milenia baru

setelah sebelumnya gaya berbusana lebih condong pada zaman

Victoria.

Tahun 1930 (Calca Comprida)

Gambar 2.4 Fashion tahun 1930

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

13

Ekonomi Amerika Serikat yang sedang mengalami depresi.

Dikarenakan hal-hal sosial dan politik yang sedang dalam masalah

seperti diatas, Gaya berbusana pun mangalami perubahan menjadi lebih

casual, dan tidak glamour layaknya pada masa 1920 atau pada dekade

sebelumnya. Baju yang lebih longgar dari bahan kain tebal dan tertutup

menjadi pilihan.

Gambar 2.5 Fashion tahun 1935

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Tahun 1940 (War and Working Class)

Adanya WW II atau Perang Dunia ke-2 menyebabkan

terpengaruhnya gaya busana dunia. Pabrik-pabrik baju digunakan untuk

sarana pembuatan senjata. Bahan pembuatan kain wool digunakan

untuk mendanai perang, sehingga munculah produk-produk sintetis

seperti stocking dan pakaian dalam yang terbuat dari nilon.

Gambar 2.6 Fashion tahun 1940

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

14

Nuansa baju juga dibuat bewarna hitam dan nuansa navy dengan

warna coklat dan hijau kehitaman. Pakaian yang digunakan kebanyakan

merupakan pakaian yang fleksible digunakan dan mayoritas

mengkombinasikan dengan pakaian di era 1930-an. hal ini dikarenakan

kebanyakan pabrik pembuat tekstil digunakan untuk pembuatan

perlengkapan perang. Selain itu, yang menjadi trend fashion pada tahun

1940 adalah ikat kepala penutup rambut untuk kalangan perekerja

wanita.

Gambar 2.7 Fashion tahun 1945

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Pada masa ini juga ditandai dengan banyaknya buruh wanita yang

digunakan sebagai tenaga kerja, sehingga wanita mulai menggunakan

pakaian yang sering digunakan pria, semacam pakaian kerja atau

perpaduan mantel bengkel dengan bawahan wanita.

Tahun 1950 Awal (New Look)

Setelah WW II atau Perang Dunia ke-2 usai, mulai menggeliat

teknologi tekstil buatan. Baju-baju dibuat dengan kain nilon, orlon, dan

dacron. Pasca perang, Fashion pada tahun ini lebih merujuk pada citra

yang lebih segar namun tidak semewah pada tahun 1920.

15

Gambar 2.8 Fashion tahun 1950

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Pendekatan fashion pada remaja putri juga mulai diperkenalkan

pada tahun-tahun 1950an, sehingga baju dan fashion remaja mulai

berkembang untuk bersaing dengan fashion dewasa. Gaya berbusana

populer pada tahun tersebut adalah perpaduan yang khas antara

penggunaan spandek, kaos ketat panjang, dan topi lebar.

Tahun 1950 Akhir (Pin Up)

Gambar 2.9 Fashion tahun 1950

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Selain gaya berbusana New Look. Tahun 1950 juga dihiasi dengan

berkembangnya pakaian yang lebih urban namun tetap modis.

16

Dipengaruhi oleh lagu-lagu Elvis Presley yang bernuansa Rock and

Roll dan juga gaya berbusana Merlyn Monroe. Gaya urban dan pop

culture ini dikenal dengan sebutan Pin Up. Gaya busana Pin Up lebih

cenderung ringan dan semi terbuka.

Tahun 1960 (Futurismo)

Tahun 1960 awal ditandai dengan adanya invasi teknologi rumah

tangga yang dapat dijangkau semua kalangan. Televisi mulai digunakan

di setiap rumah tangga, mesin cuci, mobil, hingga strika sudah mulai

digunakan secara luas dengan harga terjangkau.

Gambar 2.10 Fashion tahun 1960 futurismo

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Era ini adalah era “Masa Depan” yang lebih dikenal dengan

istilah Futurismo di dunia fashion. Mode fashion juga berubah dengan

pengaruh invasi teknologi. Fashion tahun 1960an di dominasi busana

minimalis dengan motif garis atau bintik yang mengesankan

moderenitas dan arti teknologi tinggi pada zamannya.

Tahun 1960 (Camiseta)

Tahun 1960 juga dihiasi dengan sering munculnya gerakan-

gerakan pemuda yang menentang pemerintah. Peran dan dominasi anak

muda dalam perkembangan dunia diawali pada tahun 1960 ini. Tidak

dapat dihitung lagi banyak pemuda yang menjadi milyader melewati

masa mudanya pada tahun 1960, seperti Steve Job dan Bill Gates.

17

Gambar 2.11 Fashion tahun 1960 camiseta

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/ sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Dominasi anak muda secara tidak langsung juga mempengaruhi

gaya berbusana masyarakat umum. Budaya memakai celana jeans dan

kaos oblong pertama kali populer pada tahun-tahun

ini. Camiseta sendiri berarti Kaos dalam bahasa Spanyol.

Tahun 1960 (Hippie)

Akibat perang Vietnam yang berkepanjangan, kondisi politik yang

ramai dengan terbunuhnya Presiden JFK, dan arus informasi yang

begitu masive dari sebelumnya, menyebabkan semua kalangan

mengerti masalah kejamnya perang Vietnam, munculah gerakan anti

pemerintah yang dikenal dengan sebutan Hippie.

Gambar 2.12 Fashion tahun 1960 hippie

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

18

Kaum Hippie terpengaruh gaya berbusana Bohemian Style pada

tahun 1950an. Kaum Hippie identik dengan pakaian longgar yang

menunjukkan kedekatan mereka dengan alam.

Tahun 1970 (Disco)

Gambar 2.13 Fashion tahun 1970

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Tahun 1970an terkenal dengan budaya musik disco. Gaya

berbusana yang mencirikan budaya disco berkembang pesat. Sekali

lagi, tahun-tahun ini didominasi oleh anak-anak muda. Gaya berbusana

ditunjukkan dengan penggunaan celana pendek ketat / hot pants , sepatu

beralas rata, dan tentunya celana komprang.

Gambar 2.14 Fashion tahun 1970 disco

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

19

Artis populer pada saat itu adalah John Travolta dengan filmnya

yang terkenal “Saturday Night Fever”, tentu saja dengan gaya disco.

Celana komprang dan rambut ditarik ke belakang menjadi sangat tren

tahun 1970an.

Tahun 1970 (Split)

Tahun 1970an akhir juga diramaikan dengan gaya berbusana Split.

Gaya berbusana Split berasal dari Inggris yang kemudian menyebar di

Amerika Serikat dan Dunia. Awal mula budaya Split diramaikan

dengan munculnya grup band beraliran Split bernama Sex Pistols

dengan lagunya yang populer pada saat itu yaitu “God Save The

Queen”.

Gambar 2.15 Fashion tahun 1970 split

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Kaum-kaum urban yang menentang kondisi politik identik dengan

sebutan kaum Split. Split merupakan budaya subculture yang secara

eksplisit menentang politik kotor, menerapkan kehidupan mandiri,

lugas, dan kebebasan. Gaya berbusana Split identik dengan rambut

spaik tajam, baju hitam dengan ornamen metal tajam dan make-up yang

mencolok.

20

Tahun 1980 (New Wave)

Gambar 2.16 Fashion tahun 1980 New Wave

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Kaos dan cenala jeans menjadi begitu populer dikalangan

remaja. Pada masa ini, lagi, musik menjadi bagian penting dari gaya

berbusana urban pada tahun 1980an awal. Masih dipengaruhi oleh

budaya Split, New Wave menawarkan gaya berbusana yang lebih

diterima khalayak umum ketimbang Split. Pengaruh televisi dan film

yang lebih mudah terjangkau menyebabkan budaya ditahun 1980 lebih

cepat tersebar. Pengaruh musik dari Inggris masih mendominasi,

semacam Elastica dan grup beraliran Britpop lain.

Tahun 1980 (Madonna Dan Aerobic)

Tahun 1980an juga ditandai dengan berkembangnya teknologi

portable seperti radio. Musik mulai didengar di jalan raya, taman

bermain dan juga tempat umum lain melalui radio jinjing. Musik

bergaya jalanan dengan baju kedodoran dan nuansa outdoor bernama

Musik Rap mulai digandrungi.

Gambar 2.17 Fashion tahun 1980 Madonna dan Aerobic

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

21

Bersamaan dengan itu, Gaya berbusana outdor semacam outfit

fitness dan olah raga menjadi populer, khususnya wanita yang sering

menggunakan legging sebagai perpaduan outfit celana mereka.

Tahun 1980 (Yuppie)

Berkembangnya teknologi juga menyebabkan perubahan lifestyle.

Kalkulator saku dan jam digital sudah mulai banyak digunakan yang

merembet pada kegiatan dunia kerja yang semakin tegas dan

profesional. Kalangan Pekerja tidak lagi bergelut dengan mesin sebagai

buruh, banyak kelas pekerja yang bekerja di dalam ruangan dengan

perangkat elektronik di hadapan mereka. Para kelas pekerja juga tidak

hanya melulu kaum pria. Wanita pun mulai menapaki dunia karier

sehingga julukan wanita karir dan Independen mulai dikenal dunia.

Gambar 2.18 Fashion tahun 1980 Yuppie

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Tata busana akhir tahun ini 1980an menjadi akibat

merebaknya kalangan pekerja kantoran yang biasa disebut Yuppie.

Singkatan dari “young urban professional” atau “young upwardly-

mobile professional”. Gaya berbusana Yuppie dikenal dengan pakaian-

pakaian kantoran yang rapi dengan aksen minimalis. Tak terkecuali

perempuan yang mulai menggunakan Jas dipadu dengan rok atau celana

panjang dari kain.

22

Tahun 1990 (Grunge)

Pada masa ini muncul grup band macam Nirvana dan OASIS yang

menggemparkan dunia. Aliran musik Grunge berawal dari

Amerika yang kemudian menyebar ke Inggris.

Gambar 2.19 Fashion tahun 1990 Grunge

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Musik Grunge menjadi simbol fashion tahun 1990an. Meskipun

begitu, tahun 1990 dikenal sebagai tahun terburuk dalam sejarah

fashion dunia atau dikenal dengan sebutan “The decade fashion has

forgotten”. Style Grunge ini mirip gaya Split namun tidak begitu

radikal. Celana jeans, kaos, dan perpaduan dengan baju bermotif kotak-

kotak lebar menjadi ciri identik gaya berbusana masa ini, selain tentu

saja rambut gondrong dan berantakan sebagai pelengkap.

Tahun 1990 (Mix Up)

Gambar 2.20 Fashion tahun 1990 Mix Up

(Sumber :

https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-perkembangan-

fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

23

Blue jeans dengan denim jackets in acid wash, baby doll dresses, t-

shirts kedodoran, pakaian olah raga, pakaian basket, pakaian baseball,

sweatshirt dan sweater, dengan perpaduan sepatu sneakers and keds.

Gaya busana tahun 1960s and 1970s juga berkembang lagi di tahun

1990s dengan pakaian floral dan gaya hippie.

Tren tahun 1990an lebih pada mengkombinasikan gaya busana

tahun 1960-1980. Namun demikian, pada tahun tahun 1990an, celana

jeans dan pakaian longgar yang dimasukkan menjadi simbol umum

berbusana.

Tahun 2000 (New Millenia)

Gambar 2.21 Fashion tahun 2000 New Millenia

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Milenium baru memberikan nuansa serba silver bagi

perkembangan fashion. Nuansa futuristik namun tetap glamor menjadi

awal dari perkembangan fashion awal tahun 2000an.

Tahun 2000 (Emo)

Gambar 2.22 Fashion tahun 2000 Emo

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

24

Pertengahan tahun 2000-an juga diwarnai dengan gaya

berbusana emo. Gaya berbusana emo yang serba gothic, hitam, eye

shadow hitam, dengan ciri khas rambut lurus kesamping hingga hampir

menutupi mata menjadi populer. Potongan rambut jabrik tajam namun

masih tetap panjang juga menjadi gaya rambut wanita pada pertengahan

tahun 2000. Grup band macam My Chamical Romance menjadi salah

satu tren dan panutan.

Tahun 2000 (Indie)

Mirip pada tahun-tahun sebelumnya, budaya sub-culture juga

memainkan peran. Mirip dengan budaya Grunge, Split, dan Hippie,

budaya indie bertitik-berat pada simbol pertentangan budaya

konservatif yang berkembang. Kata indie standout for Independen atau

bisa disebut mandiri. Ini mencerminkan cara fashionista indie memilih

baju yang cenderung mandiri dan tidak terpengaruh dengan model

fashion umum.

Gambar 2.23 Fashion tahun 2000 Indie

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Gaya berbusana indie terkenal dengan celana jeans pensil ketat,

perpaduan celana pendek degan sepatu, Kaos berbentuk V-neck, baju

bentuk Bill Cosby, atau sweter kedodoran, perpaduan retro, vintage,

modern, sepatu canvas warna dengan tali sepatu colourful adalah

beberapa ciri karakter. Gaya berbusana indie lebih cenderung kepada

perpaduan fashion segala jenis baju namun masih terkesan modern.

25

Tahun 2010 (Hipster)

Gambar 2.24 Fashion tahun 2010 Hipster 1

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Tahun ini muncul budaya pop culture lain, yang disebut Hipster.

Budaya ini berasal dari Amerika Serikat dan sedang mewabah ke anak

muda seluruh dunia. Sama seperti budaya Sub-Culture sebelumnya,

budaya berpakaian Hipsterkebebasan menekankan pada kegiatan self-

sustaining, DIY (Do It Yourself), dan anti konserfatif. Awal mula

budaya Hipster muncul, budaya ini menekankan pada model busana

yang dimiliki oleh para Tunawisma dan orang urban miskin di Amerika

Serikat.

Gambar 2.25 Fashion tahun 2010 Homeless

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Budaya Hipster menekankan pada kegiatan mereka yang tidak bisa

lepas dari gedget pribadi, smartphone, laptop, dan hardwere personal

lain. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2010 awal, produk elektronik

26

semacam smartphone telah masuk ke hampir setiap negara dan dapat

dimiliki hampir setiap manusia di bumi.

Gambar 2.26 Fashion tahun 2010 Hipster 2

(Sumber : https://sustainablemovement.wordpress.com/sejarah-

perkembangan-fashion/Diakses pada tanggal 24 september 2016)

Skinny jeans, kacama besar, rambut tidak terurus rapi, Baju

kedodoran, sepatu boots tinggi, Penutup kepala, syal, jaket kedodoran,

membawa smartphone atau laptop Apple, naik sepeda, pakai tas

vintage, dan minum kopi latte di pojokan cafe jadi ciri khas gaya

berbusana wajib hipster.

2. Tinjauan Tentang Toko

a. Fungsi Toko

Fungsi penting ruang niaga atau lebih dikenal dengan sebutan toko

saat ini adalah untuk memamerkan dan menjual barang dagangan

namun yang paling penting adalah hubungan antara pengunjung dan

display barang dagangan serta antara pengunjung, display dan personil

penjualan. (Panero, 2003: hal. 196)

b. Jenis dan Kategori Toko

1) Jenis toko berdasarkan tata letak

a) Shopping Street

Shopping street adalah toko yang berdiri sendiri dan

berderet di sepanjang jalan, baik jalan dalam bangunan besar

maupun kecil. Biasanya untuk menjual barang kebutuhan

sehair-hari. Letak berdekatan dengan perumahan sehingga

27

memudahkan pelayanan. Bangunannya sendiri bebas untuk

direnovasi.

b) Shopping Center

Shopping center adalah toko yang berada dalam satu

gedung dan memiliki area parkir sendiri.

c) Shopping Arcade

Shopping arcade terdapat di hotel dan sifatnya lebih

eksklusif, misalnya toko perhiasan, butik dan lain-lain.

2) Jenis toko berdasarkan kuantitas barang yang dijual

1. Wholesale (penjualan grosiran)

Penjualan grosiran adalah penjualan barang dalam jumlah

besar, dilakukan denagn cara memesan dan biasanya diantar

sampai tujuan.

2. Penjualan retail

Penjualan barang dalam jumlah kecil atau satuan,

konsumen langsung membeli barang di tempat dan biasanya

tidak disertai dengan pengiriman.

3) Jenis toko berdasarkan karagaman barang yang diperjual-belikan

1. Speciality Shop

Toko yang hanya menjual barang yang sejenis saja, misal

toko sepatu, toko kaset, toko pakaian, toko buku dan lainnya

2. Variety Shop

Toko yang menjual berbagai jenis barang dagangan, misal

supermarket, department store.

4) Jenis toko berdasarkan tingkat kebutuhan jenis barang yang

diperjual-belikan:

1. Convenience Store

Convenience store merupakan toko yang menjual barang

kebutuhan sehari-hari.

2. Demand Store

Demand store adalah toko yang menjual barang tertentu

yang dibutuhkan konsumen.

28

3. Implus Store

Implus Store adalah toko yang menjual barang mewah

seperti perhiasan.

5) Jenis Toko Berdasarkan Cara Pelayanan

1. Personal Service

Personal Service merupakan pelayanan khusus yang

dilakukan perorangan kepada pelanggan yang cukup istimewa,

sehingga pelanggan dapat lebih mudah, mendapatkan barang

yang diinginkan. Biasanya harga barang tersebut mahal dan

eksklusif. Misalnya : toko perhiasan, showroom mobil.

2. Self Service

Self Service merupakan pelayanan yang dilakukan sendiri

oleh konsumen.Contohnya: supermarket, toko buku, toko

pakaian.

3. Assisted Service

Pelayanan yang dilakukan oleh pegawai-pegawai kepada

pembeli. Pembeli yang didampingi dan dibantu dalam mencari

barang yang diinginkan. Contohnya: toko sepatu.

4. Mechanic

Penjualan barang dibantu dengan mesin otomatis atau alat

mekanik dengan cara menerima barang setelah memasukkan

uang koin ke dalam mesin. Contohnya: mesin penjual

minuman kaleng.

5. Order System

Konsumen dapat membeli barang yang diinginkan

melalui telepon dan barang tersebut diantar ke tujuan dengan

tambahan ongkos kirim. Umumnya sistim ini diterapkan pada

restoran.

c. Teori Perencanaan Toko Retail

1) Tampilan depan toko

Tampilan depan toko atau storefront meliputi:

29

1. Main Entrance

Entrance merupakan bagian pintu masuk yang memiliki

peranan penting karena berada di bagian terdepan dari sebuah

toko, member informasi pertama bagi pengunjung. Maka dari

itu harus didesain agar berkesan menyambut sehingga

pengunjung berminat untuk masuk. Pertimbangan menciptakan

main entrance di antaranya:

i. Desain dari entrance

Bagaimana dengan desainnya, kesan apa yang ingin

disampaikan kepada pengunjung dan sebagainya sehingga

dapat menarik perhatian konsumen.

ii. Ergonomic Factor

Ukuran dari main entrance juga mempertimbangkan

faktor ergonomic dimana ukuran pintu sebaiknya tidak

terlalu sempit sehingga tidak menyebabkan pengunjung

berdesak- desakan untuk masuk ke dalam toko.

2. Shop Window

Disebut juga window display yang berfungsi sebagai tempat

peragaan barang-barang yang ditawarkan. Window display

ditata semearik mungkin agar pengunjung berminat dan dapat

dilihat dari jauh serta jelas. Window display mengalami

perubahan tergantung pada tema barang yang ditawarkan atau

barang-barang keluaran terbaru. Untuk itu, ada 3 jenis front

of the shop atau window display , yaitu:

1) Closed yaitu jenis front of the shop yang sifatnya tertutup,

dalam arti orang tidak bisa melihat isi toko dari luar. Jenis

ini cocok untuk toko perhiasan.

2) Semi transparent adalah jenis front of the shop yang

bersifat terbuka. Orang bisa melihat isi toko dari luar,

tetapi tidak secara keseluruhan. Pandangan kita dibatasi

oleh penataan window display.

3) Transparent adalah jenis front of the shop yang

30

bersifat terbuka, jadi orang bisa melihat isi toko dari luar.

3. Display

Untuk meletakkan merchandise di dalam toko, kita

membutuhkan display agar merchandise itu tersusun rapi

dan mudah dijangkau oleh konsumen. Ada 4 macam display

yang dikenal yaitu:

1) Open display yaitu display yang bersifat terbuka, misalnya

untuk bag shop. Tas-tas yang beraneka ragam ukurannya

disusun tanpa menggunakan rak khusus, tetapi tetap

menciptakan suatu penataan yang baik.

2) Island display merupakan display yang letaknya di tengah-

tengah toko. Barang-barang yang ingin ditampilkan

diletakkan ditengah- tengah, agar konsumen mudah untuk

melihat-lihat.

3) Wall display merupakan display yang menempel pada

dinding toko, jadi barang-barang yang ingin ditampilkan

diletakkan pada sisi- sisi dinding. Misalnya pada shoes shop.

4) Accent display yaitu display yang diperuntukkan untuk

barang-barang baru, yang merupakan sesuatu yang ingin

ditonjolkan untuk menarik perhatian konsumen.

5) Close display adalah jenis display yang tertutup, sehingga

tidak terlihat jelas dan tidak dapat disentuh ataupun diganggu

oleh pengunjung. Biasanya untuk barang yang berukuran

kecil dan mahal. Misal: vitrine, show case, built-in.

6) Special display adalah jenis display yang dirancang khusus

untuk produk yang tidak dapat disentuh, dipegang tanpa

pengawasan dan pelayanan dari pegawai toko. Sering

disebut sebagai “point of purchase‟ atau pusat visual

merchandising.

Hal yang perlu diperhatikan pada display di antaranya:

1) Tekstur

2) Tata cahaya (lighting)

31

Penggunaan jenis lampu seperti highlight, spotlight dan

sebagainya didasarkan pada kesan apa yang ingin kita

tampilkan karena tiap-tiap lampu mempunyai karakter

cahaya yang berbeda-beda.

3) Warna atau aksen

Hal pertama yang kita lihat dalam cahaya adalah warna.

Oleh karena itu untuk menampilkan sesuatu kita

menggunakan warna. Untuk toko mainan atau hobi kita

harus jeli dalam menggunakan warna yang atraktif untuk

menarik minat perhatian pengunjung tertutama anak-anak.

4) Teknik display

Terbagi menjadi presentasi produk, pendukung produk,

dan integrasi produk. Produk-produk tersebut dapat

ditunjukkan secara tunggal atau kelompok dimana produk

lain saling berhubungan

d. Tipe dan Kategori Barang

1) Implus goods (tertier) adalah barang yang merupakan kategori

barang mewah. Tipe ini biasanya diletakkan di bagian depan toko

untuk menarik perhatian.

2) Convenience goods (sekunder) adalah barang diantara implus good

dan demands good, barang tipe convenience good berfungsi

sebagai tambahan. Biasanya diletakkan di bagian tengah toko karena

barang tipe ini tidak harus dipenuhi.

3) Demand goods merupakan barang kebutuhan pokok manusia, maka

barang tersebut biasanya diletakkan di bagian belakang/ bagian

paling jauh. Hal ini tidak dimaksudkan untuk menarik perhatian

pengunjung.

e. Area Penjualan

1) Sistem Penjualan

Berkaitan dengan aktivitas manusia didalamya yaitu pengunjung

dan pengelola :

32

- Pengunjung, yaitu konsumen yang datang untuk melihat-lihat

saja, melihat-lihat dan membeli, dan datang untuk konsultasi

fashion.

- Pengelola, yaitu terdiri dari manager, supervisor, pelayan pria/

pelayan wanita.

2) Sistem Display

Sistem display yang baik dan benar bermanfaat untuk

memberikan informasi kepada konsumen yang berbelanja atau

sebagai alat promosi. Ada beberapa tipe yaitu :

- Assortment display : pajangan yang berisi beragam produk barang

- The theme setting display : pajangan yang menggunakan tema

khusus untuk menciptakan suasana tertentu

- Ensemble display : yang memberikan rangkaian lengkap berbagai

produk seperti pemasangan produk baju dan aksesorisnya pada

manekin

- Rack display : yang menggunakan pajangan fungsional

- Cut case display : bentuk pajangan pada karton, biasanya

digunakan di supermarket dan toko diskon (Astrid, 2010 : 82).

1. Ruang penjualan

Ruang penjualan merupakan ruang yang fungsi utamanya

adalah memamerkan dan menjual barang. Desain dari ruang ini

meliputi koordinasi dari arsitektural, desain interior dan elemen

penjualan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

klien/konsumen (Panero, 2003).

2. Furnitur

Pada dasarnya furniture pada toko dibedakan menjadi

beberapa jenis, di antaranya:

1) Vitrine

Vitrine merupakan lemari khusus sebagai tempat

benda-benda yang membutuhkan penataan khusus dan

biasanya juga sebagai pajangan. Barang-barang pada

vitrine tidak bisa dijamah langsung oleh pengunjung.

33

Contohnya: toko emas, toko jam, optik dan sebagainya.

2) Counter

Furniture yang digunakan untuk sarana pelayanan

antara customer dan pemilik toko. Contohnya meja kasir.

3) Cupboard

Furniture pada toko yang berbentuk lemari, ada yang

tertutup dengan lapisan kaca, ada juga yang tidak ditutup.

3) Unsur Ruang

1. Lantai

Lantai adalah salah satu pembentuk ruang yang harus

diperhatikan mengingat dimana sirkulasi kegiatan berlangsung.

Syarat-syarat bentuk lantai antara lain:

- Kuat, lantai harus dapat menahan beban.

- Mudah dibersihkan.

- Fungsi utama lantai adalah sebagai penutup ruang bagian

bawah.

Oleh sebab itu dilihat dari pertimbangan-pertimbangan akustik,

pelindung terhadap panas dan dingin dari luar. Fungsi lainnya

adalah untuk mendukung beban-beban perabot, manusia yang ada

dalam ruang (Ching, 1996 :162).

2. Dinding

Dinding merupakan elemen yang tidak kalah penting dari

lantai. Dinding di desain sedemikian rupa agar dapat berfungsi

tidak hanya sebagai struktur pemikul lantai diatas permukaan

tanah, langit-langit dan atap. Dinding bisa berfungsi sebagai jalur

pernapasan sebuah bangunan. Dengan menggunakan material

kaca sebagai jalur cahaya alami. Langit-langit (ceiling)

merupakan unsur terpenting dan merupakan pelindung fisik yang

ada di dalam bangunan. Desain ceiling dapat menambah elemen

estetis dan menimbulkan kesan pada suatu ruangan.

3. Signage

Signage dapat menarik perhatian konsumen untuk berhenti

34

dan mengamati display yang dipajang. Semua desain grafis yang

digambarkan mempunyai peranan penting dalam membangun

image dan kepribadian toko, bahkan ikut mempengaruhi posisi

di pasar. Semakin tinggi kualitas tokonya, semakin sedikit sign

yang digunakan. Jika bagian interiornya dirancang dengan baik

dan terintergrasi dengan presentasi barangnya, maka karakter

toko akan terlihat secara spontan dan dramatis. Nama dan logo

adalah tanda eksterior toko yang dominan, simbol yang

menyambut pelanggan. Penggunaan logo yang inovatif dan

imajinatif akan menjadi asset tambahan. Fungsi signage di

antaranya menekankan identitas toko, juga untuk mengarahkan

serta membantu pengunjung melakukan pembelian. Syarat

penempatan signage yaitu:

1) Papan nama harus cukup tinggi untuk dilihat dari jauh.

2) Tidak tertutup oleh pengunjung lain yang berdiri di depan toko.

3) Tidak menutupi pemandangan di dalam toko.

Jenis-jenis signage di antaranya:

1) Individual letter signs

Umumnya menggunakan material dari plastik, kayu atau

logam. Tulisan dan background-nya terpisah.

2) Panel signs

Material background jelas, tembus cahaya atau tidak

tembus cahaya. Tulisannya dapat dicat, berupa cetakan yang

digambarkan pada permukaan background atau dapat

berupa potongan tulisan setebal ¼ inci yang terbuat dari

material kayu, plastik atau logam yang melekat pada

permukaan background. Tulisan background dapat menjadi

satu kesatuan.

3) Institutional signs

Menggambarkan filosofi dan tujuan yang dibuat

perusahaan yang menyangkut moral dan visi, sosial dan

tanggung jawab terhadap komunitas serta integritas.

35

4) Department signs

Merupakan identifikasi segala jenis dan lokasi bagian

yang selalu menjadi perhatian manajemen toko.

Kebanyakan toko beranggapan dengan memiliki

pengelompokan display yang baik sudah menjawab segala

kebutuhan tersebut. Namun strategi menyeluruh yang

dibutuhkan untuk mendukung pendapat ini sehingga

membantu pelanggan untuk menemukan bagian atau barang

yang dicari.

5) Classification and brand name signs

Dalam sebuah toko yang besar terdapat beberapa divisi

dimana masing-masing membutuhkan identifikasi yang

jelas. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan dengan

presentasi maupun display. Oleh karena itu, penggunaan

brand name signs ke dalam elemen desain interior sanaat

diperlukan. Pengaturan dan skala elemen tembok dapat

meningkatkan atau membatasi penggunaan signage.

6) Point of purchase signs

Jenis signage ini akan segera terlihat dan dibaca oleh

pelanggan karena diletakkan di titik pembelian. Di dalamnya

termasuk ticketing, sizing, pricing dan informasi promosi

yang diletakkan pada fixture penjualan. Signage ini bersifat

sementara dan tergantung dari event yang ada, seperti

signage yang menginformasikan potongan harga pada saat

event tertentu. Oleh karena itu, signage ini tidak termasuk

signage yang direnanakan pada saat mendesain sebuah

toko. Namun ketika signage ini dipasang, prinsip desainnya

harus tetap mengacu pada konsep, karakter interior dan

desain toko secara menyeluruh.

7) Building signs

Building signs haruslah mempunyai arti tersendiri

yang mampu mencerminkan produk yang dijual dan harga

36

yang ditawarkan, ada yang menggunakan lampu neon dan

ada yang tidak.

8) Product information, promotion dan price signs

Sign yang terdapat di dalam toko, yang didalamnya

termasuk kategori signs, promosi, harga-harga dan acara-

acara yang ditawarkan.

9) Directories

Sign yang berfungsi sebagai petunjuk arah di dalam

sebuah toko dan dapat berupa peta (Green, 1986).

f. Perencanaan Sistem Sirkulasi

1) Jenis Sirkulasi

1. Grid (space efficiency), merupakan pola sirkulasi yang tidak

membutuhkan banyak jarak untuk bergerak, sehingga jarak yang

dibutuhkan lebih efisien.

2. Free flow, merupakan alur sirkulasi yang membutuhkan banyak

jarak untuk bergerak, biasanya diterapkan untuk ruangan yang

bersifat luxury dan besar seperti ruang pameran

(Panero,1979 :268.274).

g. Prinsip Desain Sarana Penjualan

Desain sarana penjualan harus disederhanakan dan tak dipaksakan.

Dalam mendisplay materi, jika perlengkapannya lebih menarik

perhatian ini akan mengurangi daya tarik materi koleksi dan

melemahkan penjualan (Spence, 1979).

Sistem display pada ruang pamer menyangkut beberapa hal,

diantaranya:

1) Faktor pengelihatan

Menurut Natahamijaya (1979), penampilan materi selain

dipengaruhi faktor teknis, juga dipengaruhi faktor penglihatan

yaitu mudah tidaknya materi dapat dilihat/dinikmati. Hal ini

dipengaruhi oleh:

a) Ukuran barang detail krisisnya.

b) Kontras benda-benda dengan latar belakangnya dan kontras

37

sekitarnya.

c) Penerangan dan kecerahan benda tersebut.

d) Warna cahaya yang menerangi benda tersebut

e) Waktu saat melihat.

f) Sistem penyajian materi koleksi dan penjualan

Pengelompokan benda-benda menurut jenis dan bentuknya

dapat mempermudah pemilihan sistem penyimpanan yang sesuai.

Seperti berdasarkan jenis, usia dan lain-lain. Berapa banyak

yang perlu untuk setiap kelompok tergantung dari jumlah benda

yang ada atau yang akan ada.

2) Faktor Penarik Konsumen

Menurut Triyono (2006:143), ada lima faktor yang

perlu diperhatikan secara seksama dan dapat menarik konsumen,

yaitu:

a) Citra toko (store image)

Pelanggan akan mempunyai kesan mendalam terhadap

suatu toko berdasarkan pada pengalamannya. Semakin banyak

kesukaan akan citra toko yang pernah dilihatnya, semakin

memungkinkan bagi pelanggan untuk loyal. Kesan pertama

adalah kesan yang paling lama bertahan dalam benak

pelanggan. Setiap sudut di dalam toko juga memerlukan

sentuhan khusus guna membangun citra toko. Dari setiap

sudutlah kesan secara personal dapat dibangun. Sudut yang

dioptimalkan dengan presentasi yang mengesankan akan

semakin membuat pelanggan merasakan hal posittif terhadap

citra toko.

b) Pajangan depan (window display)

Pajangan di depan toko yang mengesankan akan jendela

samping (kiri dan kanan) sangat berpengaruh dalam

menciptakan kesan positif pelanggan. Bahkan, banyak fakta

menunjukkan bahwa pajangan di depan sangat mempengaruhi

perhatian pelanggan dan dapat mengundang mereka untuk

38

masuk ke toko.

Pajangan di depan juga dianjurkan memakai warna yang

harmonis dan dioptimalkan dengan penyinaran lampu yang lux.

Kebersihan kaca-kaca dan bagian dalam harus terus dijaga.

Secara periodik pajangan depan harus diganti sesuai dengan

jangka waktu yang dijadwalkan dan tema yang ditentukan.

c) Bagian dalam toko

Riset menunjukkan bahwa ketika pelanggan berjalan di

toko, mereka melihat dan mengamati hal-hal berikut:

1) Bagian depan saja

2) Melihat sejauh yang bisa dijangkau mata

3) Selalu dari kiri ke kanan

4) Sekedar menenangkan hati dan membebaskan kecurigaan

5) Sesuai garis horisontal dan berhenti di garis vertical

6) Dari besar ke kecil, atas ke bawah dan dari terang ke gelap

Pelanggan sangat sensitif terhadap space, mereka

membutuhkan ruang untuk privasi dalam rangka melihat-lihat.

Apabila toko terlihat penuh dan semrawut, pelanggan merasa

tidak nyaman dan akan pergi. Jika toko terlihat sepi dan

kosong (kurang stok merchandise), pelanggan mungkin enggan

masuk toko. Toko harus dibuat bersuasana penuh

merchandising (item barang lengkap, keluasan, dan

kedalamannya baik jenis maupun ukurannya), namun tidak

semrawut, cukup space untuk tempat konsumen melihat-lihat

dan berkesan mengundang rasa ingin tahu serta

membangkitkan minat beli.

d) Penerangan untuk menciptakan semangat membeli

Penerangan atau lighting memainkan peranan yang sangat

penting dalam hal visualisasi merchandising. Penerangan bisa

diartikan memperlihatkan. Ini untuk menuntun pelanggan

masuk ke seluruh bagian toko. Penerangan yang baik sangat

efektif dalam membangkitkan perhatian pelanggan.

39

Penerangan bahkan terbukti mampu manciptakan semangat

membeli pelanggan. Pelanggan yang semula tidak bersemangat

membeli, dengan lighting yang efektif, bisa tergerak hatinya

untuk membeli. Penerangan juga memiliki kualitas dan warna

untuk memberikan gambaran terbaik bagi merchandise toko.

Bahkan, penerangan bisa dikatakan sebagai tenaga penjual yang

diam di dalam toko (Artiani, 2014).

3. Lobby (Ruang Tunggu)

Lobby atau lobi adalah ruang masuk gedung (M. Echols dan Hasan

Shadily, 1997) pengertian lobi lebih dikenal dengan ruangan atau teras di

dekat pintu masuk sebuah bangunan yang biasanya dilengkapi dengan

berbagai perangkat meja dan kursi, yang berfungsi sebagai ruang duduk atau

ruang tunggu. Kata lobi digunakan pada tahun 1640 yang berarti ruangan

masuk yang besar dalam gedung umum.

Lobi harus dibayangkan sebagai ruang multi guna yang dinamis. Banyak

proyek bangunan akan menawarkan kesan pertama dan kesan pertama pasti

akan dibuat mencolok. Lobi pintu masuk menjadi hal pertama yang dilihat

oleh pengunjung. Karena area ini sering menjadi tempat pertemuan. Jadi,

lobi harus menyediakan ruang multiguna baik itu untuk pembicaraan santai

maupun formal, dan juga saat bekerja di depan laptop dan menghubungkan

berbagai perangkat seperti ponsel dan iPod ke perangkat laptop.

Sediakanlah zona intim dan zona sosial dan juga jangan melupakan furniture

untuk memberikan kenyamanan dan fungsionalitas kepada tamu.

Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan aktivitas dalam lobby, sebaiknya

lobby harus tersedia ruang pengecekan dan meja informasi, ruang

pengecekan berada dikanan pintu masuk, dekat pintu tetapi tidak menutupi

lalu lintas. Meja informasi ada di kiri pintu masuk, karakter meja ini

tergantung pada ukuran bangunan. Posisinya dapat digantikan dengan papan

buletin atau kalender peristiwa. Tersedianya fasilitas telepon. Tersedianya

counter penjualan (bisa dilakukan di meja informasi) Tersedianya tempat

display majalah dan barang-barang cetak. Tersedianya fasilitas pameran,

40

susunannya harus tepat, menarik, tidak menghalangi jalan, dan sirkulasi

pengunjung (Sumber : kutipan tugas akhir Efendi Setiyawan C0800019).

a. Fungsi Lobby

Sebagai fungsi ekonomi, yaitu pengunjung dapat memanfaatkan

fasilitas-fasilitas yang tersedia di lobi dan tanpa harus pergi ke tempat

lain, sehingga menghemat tenaga dan biaya. Sebagai fungsi sosial, yaitu

lobi dapat memberikan informasi kepada pengunjung tentang fasilitas-

fasilitas yang disediakan di lobi agar pengunjung dapat saling

berinteraksi dengan sesama pengunjung lain serta karyawan. Lobi

sebagai tempat penghubung, yaitu memberikan informasi serta fasilitas

sebagai tujuan pendidikan maupun pariwisata.

4. Cafe

Ruang atau area yang ada di dalam suatu restoran dibagi ke dalam

dua bagian yang memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda-beda,

yaitu:

a. Ruangan Depan (front area)

Ruangan depan yang dimaksud disini adalah ruangan-ruangan yang

mempunyai fungsi dan kegunaan diperuntukkan bagi pelanggan

restoran sebagai daerah pelayanan. Persyaratan ruang restoran:

- Luas area memenuhi standar

- Penyekat antara restoran dan dapur harus tahan terhadap api

- Selalu terpasang alat deteksi kebakaran

- Sirkulasi udara memadai dan tersedia pengatur suhu udara

- Bersih, rapi dan sanitasi (memenuhi syarat kesehatan)

- Mudah untuk dibersihkan dan dirawat

Jarak antara meja bar sebelah depan dan meja bar sebelah belakang

harus memungkinkan tersedianya ruang kerja yang memadai.

Sehubungan dengan kursi bar (stool) jarak bersih antar kursi bar kebih

penting untuk diperhatikan daripada jarak antar garis tengahnya dan

jarak bersih ini harus memungkinkan para pelanggan yang bertubuh

lebih besar untuk mendekat kesamping dengan nyaman serta bangkit

dari kursi tanpa bersinggungan dengan orang disebelahnya.

41

b. Ruangan Belakang (back area)

Ruang belakang adalah ruangan ruangan yang mempunyai

fungsi dan kegunaan sebagai area penyimpanan, penyiapan,

pengolahan produk makanan dan minuman yang mana sebagai

tempat aktifitas kerja bagi karyawan restoran dan sebagai daerah

terlarang bagi para pelanggan untuk masuk di dalamnya, seperti

dapur, gudang, tempat penumpukan sampah, steward area dan lain

sebagainya.

Syarat-syarat back area:

- Cukup penerangan

- Gudang penyimpan bahan makanan terpisah sesuai jenisnya

- Lantai tidak licin dan dibuatkan selokan-selokan saluran

pembuangan air yang memadai dan lancar

- Terpasang alat penghisap dan saluran pembuangan asap dapur

- Saluran air bersih cukup lancar dan mencukupi

- Dan lain-lain seperti yang terdapat dalam persyaratan restoran

c. Unsur Ruang

i. Lantai

Lantai adalah salah satu pembentuk ruang yang harus

diperhatikan mengingat dimana sirkulasi kegiatan berlangsung.

Untuk itu pemilihan bahan yang tepat yang sesuai dengan fungsi

ruang sangat diperlukan. Selain berfungsi sebagai penutup ruang

bagian bawah, pada sebuah ruang lantai juga berfungsi sebagai

pendukung beban dan benda-benda yang ada di atasnya seperti

perabot, manusia sebagai civitas ruang, dengan demikian dituntut

agar selalu memikul beban mati atau beban hidup berlalu lalang di

atasnya serta hal-hal lain yang ditumpahkan diatasnya

(Mangunwijaya, 1980 : 329).

ii. Dinding

Dinding adalah suatu elemen arsitektur yang penting untuk setiap

bangunan, yang berfungsi sebagai struktur pemikul lantai diatas

permukaan tanah, langit-langit dan atap.

42

iii. Langit-Langit (ceiling)

Ceiling memiliki berbagai kegunaan yang lebih besar

dibandingkan dengan unsur unsur pembentuk ruang (space) yang

lain (seperti dinding atau lantai). Elemen yang menjadi perlindungan

fisik maupun psikologis untuk semua yang ada dibawahnya.

5. Tinjauan Tentang Kontemporer

a. Pengertian kontemporer

Pengertian tentang kontemporer sendiri adalah desain yang dibuat

pada masa itu. Sedangkan menurut istilah kontemporer berarti waktu

yang berubah-ubah, dengan kata lain desain itu bersifat present atau

sedang digemari (Wibowo dalam Liem, 2015)

b. Karakteristik kontemporer

Gambar 2.27 Rumah dengan konsep kontemporer

(Sumber : http://desaininterior.me/2012/12/desain-interior-

kontemporer-rumah-huni-terbuka//Diakses pada tanggal 28 maret 2017)

i. Lantai polos dan sederhana

Desain kontemporer menggunakan lantai polos, maka akan

lebih terlihat baik dan tentu saja sebagai pemaksimalan cahaya

yang masuk keruangan.

ii. Kombinasi warna cerah dan netral

43

Biasanya menggunakan warna cerah dan terang. pemilihan

kombinasi warna yang baik akan membuat ruangan terlihat indah.

iii. Furnitur yang simpel

Penggunaan furnitur yang sederhana merupakan ciri khas dari

desain interior ini. Layout dari Furnitur furnitur tersebut juga

mengikuti garis lurus di dalam ruangan.

iv. Penggunaan material alami

Ciri khas lain dari konsep kontemporer adalah furnitur,

dekorasi serta ornamen yang digunakan dalam suatu ruangan

biasanya terbuat dari alam seperti kayu jati, batu alam dan lain

sebagainya (Simplyland, 2016).