Bab II Kajian Literatur

9
BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian APBD Pengelolaan keuangan dalam suatu negara atau daerah otonom dalam suatu negara merupakan suatu hal yang sangat penting dalam rangka perencanaan, pengawasan dan pertanggung jawaban terhadap penggunaan atau pemanfaatan sumber dana yang dimiliki oleh negara atau daerah tersebut. Dalam mengatur urausan rumah tangganya tersebut kepada daerah otonom juga diberikan sumber – sumber dana atau penerimaan yang akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan biaya pelaksaan tugas - tugas pelayanan kepada masyarakat dan pembangunan daerah. Pada pemerintahan daerah dituangkan dalam program dan rencana pengeluaran dari penerimaan untuk suatu periode di masa depan kedalam suatu bentuk anggaran yang disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Menurut undang – undang tahun 2004, APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi dan distribusi. Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yang meliputi masa 1 tahun mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. APBD terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran belanja dan anggaran pembiayaan. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaran pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah. Penyusunan APBD berpedoman pada RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan negara. APBD sebagai alat / wadah untuk menampung berbagai kepentingan publik (public accountability) yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan dan program, di mana pada saat tertentu manfaatnya benar-benar dirasakan oleh masyarakat umum. Menurut Menteri Negara Otonomi Daerah Republik Indonesia dan PAU- SE (Universitas Gadjah Mada) menyebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakekatnya merupakan instrumen kebijakan yang dipakai, sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karena itu, DPRD dan pemerintah daerah harus berupaya secara nyata dan terstruktur guna menghasilkan APBD yang dapat mencerminkan kebutuhan riil masyarakat sesuai dengan potensi masing-masing daerah serta dapat memenuhi tuntutan terciptanya anggaran daerah yang berorientasi pada kepentingan dan akuntabilitas publik. Suatu anggaran yang telah direncanakan dengan baik hendaknya disertai dengan pelaksanaan yang

description

Pembiayaan Pembangunan

Transcript of Bab II Kajian Literatur

BAB II KAJIAN LITERATUR2.1 Pengertian APBD

Pengelolaan keuangan dalam suatu negara atau daerah otonom dalam suatu negara merupakan suatu hal yang sangat penting dalam rangka perencanaan, pengawasan dan pertanggung jawaban terhadap penggunaan atau pemanfaatan sumber dana yang dimiliki oleh negara atau daerah tersebut. Dalam mengatur urausan rumah tangganya tersebut kepada daerah otonom juga diberikan sumber sumber dana atau penerimaan yang akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan biaya pelaksaan tugas - tugas pelayanan kepada masyarakat dan pembangunan daerah. Pada pemerintahan daerah dituangkan dalam program dan rencana pengeluaran dari penerimaan untuk suatu periode di masa depan kedalam suatu bentuk anggaran yang disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Menurut undang undang tahun 2004, APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi dan distribusi. Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yang meliputi masa 1 tahun mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. APBD terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran belanja dan anggaran pembiayaan. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaran pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah. Penyusunan APBD berpedoman pada RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan negara. APBD sebagai alat / wadah untuk menampung berbagai kepentingan publik (public accountability) yang diwujudkan melalui berbagai kegiatan dan program, di mana pada saat tertentu manfaatnya benar-benar dirasakan oleh masyarakat umum. Menurut Menteri Negara Otonomi Daerah Republik Indonesia dan PAU- SE (Universitas Gadjah Mada) menyebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakekatnya merupakan instrumen kebijakan yang dipakai, sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Oleh karena itu, DPRD dan pemerintah daerah harus berupaya secara nyata dan terstruktur guna menghasilkan APBD yang dapat mencerminkan kebutuhan riil masyarakat sesuai dengan potensi masing-masing daerah serta dapat memenuhi tuntutan terciptanya anggaran daerah yang berorientasi pada kepentingan dan akuntabilitas publik. Suatu anggaran yang telah direncanakan dengan baik hendaknya disertai dengan pelaksanaan yang tertib dan disiplin sehingga tujuan atau sasarannya dapat dicapai secara berdaya guna dan berhasil guna.

Mardiasmo (1999: 11) mengemukakan bahwa salah satu aspek dari pemerintah daerah yang harus diatur secara hati-hati adalah masalah pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah. Anggaran daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah daerah sebagai instrumen kebijakan, anggaran daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah. Anggaran Daerah seharusnya dipergunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran, alat bantu pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, alat otoritas pengeluaran di masa yang akan datang. Ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta alat koordinasi bagi semua aktivitas di berbagai unit kerja. Penentuan besarnya penerimaan/pendapatan dan pengeluaran/belanja daerah tidak terlepas dari peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2.2 Pendapatan DaerahMenurut undang undang nomor 33 tahun 2004, pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah kebijakan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Sehubungan dengan hal tersebut, pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Pendapatan Daerah merupakan hak Pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode yang bersangkutan. Menurut UU No 33 Tahun 2004 , Sumber Pendapatan Daerah terdiri dari ;

1. Pendapatan Asli Daerah2. Dana Perimbangan3. Lain-lain penerimaan yang syah.Secara garis besar penerimaan daerah dalam era desentralisasi fiskal di Indonesia dapat dilihat dalam gambar di bawah ini :

Sumber : UU No.33 Tahun 2004Gambar

Komponen Penerimaan Daerah di Era desentralisasi Fiskal

2.2.1 Pendapatan Asli DaerahPendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang undangan (undang undang noo 33 tahun 2004). PAD adalah salah satu penerimaan daerah mencerminkan tingkat kemandirian daerah. Semakin besar PAD maka menunjukkan bahwa daerah itu mampu melaksanakan desentralisasi fiskal dan ketergantungan terhadap pemerintah pusat berkurang. PAD diartikan sebagai penerimaan dari sumber sumber dalam wilayahnya sendiri, yang dipungut berdasarkan undang undang yang berlaku. PAD terdiri dari :a. Pajak daerahMenurut UU No 28 tahun 2009 Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Didalam segi kewenangan pemungutan pajak atas objek di daerah, dibagi atas dua hal yaitu:

1. Pajak daerah yang dipungut oleh provinsi

Pajak provinsi didalam kewenangan pungutannya terdapat pada pemerintah daerah provinsi. Didalam pajak provinsi jenis pajak tersebut ada beberapa jenis berdasarkan Undang-undang No. 34 tahun 2000, (RI, 2000) tentang Pajak Daerah adalah

Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di AtasAir. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

2. Pajak daerah yang dipungut oleh Kabupaten atau kota.

Pajak Kabupaten/kota kewenangan pemungutan ada pada pemerintah daerah kabupaten atau kota . Jenis pajak kabupaten atau kota berdasarkan Undang- undang No. 34 tahun 34 (RI, 2000) tentang Pajak Daerah ditetapkan sebanyak tujuh, yaitu:

Pajak Hotel Pajak Restoran

Pajak Hiburan

Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

Pajak Parkir

Seperti halnya dengan pajak pada umumnya, pajak daerah mempunyai peranan ganda yaitu:

1. Sebagai sumber pendapatan daerah (budegtary)2. Sebagai alat pengatur (regulatory)

Untuk dapat mencapai tujuan dari pemungutan pajak, dan agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut (Mardiasmo, 2006);1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)2. Pemungutan Pajak harus berdasarkan Undang-undang (Syarat Yuridis)3. Pemungutan Pajak tidak mengganggu perekonomian ( syarat ekonomis) 4. Pemungutan Pajak harus efisien (syarat finansiil)5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Dalam memungut Pajak dikenal ada tiga sistem pemungutan yaitu (Mardiasmo, 2006):

1. Official Assessment System , adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.2. Self Assessment system, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak dan/ atau pengusaha kena pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.3. With Holding System, adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang terhadap wajib pajak.b. Retribusi daerahRetribusi menurut Siahaan (2005:5) retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan. Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang retribusi daerah yanga dimaksud dengan retribusi daerah adalah pemungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemeberian ijin tertentu yang khuss disediakan dan/atau yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk ke[entingan orang atau badan. Menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 secara keseluruhan terdapat 30 jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang dikelompokkan ke dalam 3 golongan retribusi, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu.

Retribusi Jasa Umum yaitu pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan

Retribusi Jasa Usaha adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa usaha yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi Perizinan Tertentu adalah pungutan daerah sebagai pembayarann atas pemberian izin tertentu yang khusus diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Undang-undang no 33 tahun 2004 mengklasifikasikan jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut menurut objek pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara/BUMN dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok masyarakat. Halim (2004) menyebutkan bahwa Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:

Bagian laba perusahaan milik daerah Bagian laba lembaga keuangan bank. Bagian laba lembaga keuangan non bank. Bagian laba atas pernyataan modal/investasi.

d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sahPenerimaan pendapatan daerah yang terakhir ialah melalui pendapatan daerah yang sah, dimana pendapatan tersebut meliputi:

1. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan2. Jasa giro3. Pendapatan bunga4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/ atau jasa oleh Daerah.

2.2.2 DanaPerimbangan

Menurut undang undang noo 33 tahun 2004, dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri atas , Dana bagi hasil ,Dana alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.

1. Dana Bagi HasilDana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan memerhatikan potensi daerah penghasil berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi . Menurut UU no 33 Tahun 2004, dana bagi hasil bersumber dari:

a. Pajak, DBH yang bersumber dari pajak terdiri atas:

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Bea Pengalihan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) Pajak Penghasilan Wajib pajak orang pribadi dalam negeri (PPh WPOPDN) dan Pajak penghasilan pasal 21 (PPh psl 21).

b. Sumber Daya Alam (SDA) Kehutanan, berasal dari: Iuran Izin Usaha Pemanfaatan hutan (HUPH) Provinsi Sumber Daya Hutan (PSDH) Dana Reboisasi, Pertambangan umum,

Iuran tetap (landrent), Iuran eksplorasi dan eksploitasi (royalty

Perikanan), Pertambangan minyak bumi Pertambangan Gas bumi Pertambangan Panas bumi2. Dana Alokasi Khusus

Berdasarkan Peraturan pemerintah no 55 tahun 2005 tentang dana perimbangan bahwa dana alokasi khusus untuk mendanai kegiatan khusus yang menjadi urusan daerah dan merupakan prioritas nasional sesuai dengan fungsi yang merupakan perwujudan tugas pemerintahan di bidang tertentu khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat. Berdasarkan peraturan menteri dalam negeri no 30 tahun 2007 penggunaan dana perimbangan khususnya dana alokasi khusus (DAK) dialokasikan kepada daerah tertentu untuk menandai kebutuhan fisik, sarana, dan prasarana dasar yang menjadi urusan daerah antara lain program dan kegiatan pendidikan, kesehatan dan lain-lain sesuai dengan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh menteri teknis terkait sesuai dengan peraturan peraturan perundang-undangan.3. Dana Alokasi Umum

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 26 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan APBD bahwa penggunaan Dana Alokasi Umum agar diprioritaskan penggunaannya untuk mendanai gaji dan tunjangan, kesejahteraan pegawai, kegiatan operasi dan pemeliharaan serta pembangunan fisik sarana dan prasarana dalam rangka peningkatan pelayanan dasar dan pelayanan umum yang dibutuhkan masyarakat. Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan untuk Provinsi dan kabupaten/kota yang bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan belanja pegawai, kebutuhan fiskal dan potensi daerah.2.2.3 Lain lain pendapatan daerah yang sahLain-lain pendapatan daerah bertujuan memberi peluang kepada daerah untuk memperoleh pendapatan selain dari PAD dan dana perimbangan yang terdiri dari hibah dan dana darurat. Dalam rangka melaksanakan wewenang sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang no 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU no 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Pemerintah Daerah harus melakukan maksimalisasi Pendapatan Daerah. Peningkatan Pendapatan Daerah dilaksanakan langkah- langkah sebagai berikut:1. Intensifikasi, melalui upaya: a. Pendapatan dan peremajaan objek dan subjek pajak dan retribusi daerah. b. Mempelajari kembali pajak daerah yang dipangkas guna mencari kemungkinan untuk dialihkan menjadi retribusi. c. Mengintensifikasi penerimaan retribusi yang ada. d. Memperbaiki sarana dan prasarana pungutan yang belum memadai.

2. Penggalian sumber-sumber penerimaan baru (ekstensifikasi).

Penggalian sumber-sumber pendapatan daerah tersebut harus ditekankan agar tidak menimbulkan biaya ekonomi tinggi. Sebab pada dasarnya, tujuan meningkatkan Pendapatan Daerah melalui upaya ekstensifikasi adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat. Dengan demikian upaya ekstensifikasi lebih diarahkan kepada upaya untuk mempertahankan potensi daerah sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

3. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat

Peningkatan pelayanan kepada masyarakat ini merupakan unsur yang penting meningkat bahwa paradigma yang berkembang dalam masyarakat saat ini adalah bahwa pembayaran pajak dan retribusi sudah merupakan kewajiban masyarakat kepada negara, untuk itu perlu dikaji kembali pengertian wujud layanan yang bagaimana yang dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat.Sumber :

Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keunagan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah

Rizki, Agung Muhammad. 2007. Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Undang Undang Otonomi Daerah UU.32/2004 dan UY no 33/2004. http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2250/0102144.pdf?sequence=1. Diunduh Jumat, 5 Mei 2015

Rahayu, Retno Puji dan Retno Puji Rahayu. Tanpa Angka Tahun. Analisis Pendapatan Asli Daerah dan faktor faktor yang mempengaruhinya dalam upaya pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Kediri. http://core.ac.uk/download/pdf/11716650.pdf. Diunduh Jumat, 5 Mei 2015Tambun, S.2013. Pendapatan Daerah http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34968/4/Chapter%20II.pdf. Diunduh Jumat, 5 Mei 2015Farcy, D. 2012. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33741/4/Chapter%20II.pdf. Diunduh Jumat, 5 Mei 2015

Peneriamaan Daerah

Pendapatan Daerah

Pembiayaan Daerah

PAD

Dana Perimbangan

Lain lain Pendapatan

SILPA

Penerimaan Pinjaman

Dana Cadangan Daerah

Hasil Penjualan Kekayaan

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Hasil pengelolaan kekayaan daerah

Lain lain PAD yang sah

Dana Bagi Hasil

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

Bagi Hasil Pajak

Peneriamaan Daerah