BAB II Kajian Toerirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3822/3/T1_292009222_BAB II.pdfBelajar...
Transcript of BAB II Kajian Toerirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3822/3/T1_292009222_BAB II.pdfBelajar...
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Toeri
2.1.1. Hasil Belajar
Pengertian hasil belajar, siswa-belajar dan mengajar merupakan konsep yang
tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang
sebagai subyek dalam belajar, sedangkan mengajar merujuk pada apa yang
seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar
merupakan puncak proses belajar.
Oemar Hamalik (2002: 155), hasil belajar tampak sebagai terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam
perubahan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan
yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. Pengertian hasil
belajar juga dikemukakan oleh Sudjana (2004: 22), hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setelah selesai memberikan
materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
6
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari
dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.
Menurut Slameto (2010: 54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:
1.1.2.1. Faktor-faktor Internal
a. Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh)
b. Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan)
c. Kelelahan
1.1.2.2. Faktor-faktor Eksternal
a. Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang
kebudayaan).
b. Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah).
c. Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,
bentuk kehidupan masyarakat).
2.1.3. Hakikat IPA
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu tentang alam atau cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga tujuan pembelajaran IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, tetapi untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
diperlukan untuk mencapai pengetahuan itu (Powler dalam Khalimah, 2010).
Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Di tingkat Sekolah Dasar diharapkan ada penekanan
pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang
diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya
7
melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
Depdiknas (2007: 147) Ilmu pengetahuan alam merupakan mata pelajaran yang
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-
konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga proses penemuan.
Menurut Trianto (2010: 136) bahwa IPA merupakan suatu kumpulan teori
yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir
dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta
menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan IPA adalah mata pelajaran
yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam secara sistematis,
melalui metode ilmiah, untuk sebuah penemuan.
2.1.4. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Depdiknas (2007: 484 - 485) Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
8
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2.1.5. Ruang Lingkup Bahan Kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Depdiknas (2007: 485) Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI
meliputi aspek-aspek berikut:
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya
dan pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
2.1.6. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan perangkat rencana atau pola yang dapat
dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing
aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat lain yang melaksanakan aktivitas-
aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merancang dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Agus Suprijono (2009: 46) model pembelajaran merupakan pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun
tutorial.
9
Joyce & Weil dalam Rusman (2011: 133) berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-
bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Menurut Soekamto dalam Hamruni (2012: 5) berpendapat model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan dapat disimpulkan
bahwa model pambalajaran adalah suatu rencana proses belajar yang tersusun
secara sistematis yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran.
2.1.7. Pengertian Model Pembelajaran Examples Non Examples
Afrisanti Lusita (2011: 83) mengemukakan bahwa model pembelajaran
examples non examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh
dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar.
Menurut Buehl (Depdiknas, 2007: 219) menyatakan examples non examples
adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini
bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal
yang terdiri dari examples non examples dari suatu definisi konsep yang ada dan
meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang
ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan
suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples memberikan
gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang
dibahas.
10
Pelaksanaan model pembelajaran examples non examples dapat
menggunakan contoh-contoh gambar yang disajikan melalui OHP, LCD, atau
menggunakan gambar sederhana seperti poster. Gambar yang digunakan dirancang
agar siswa dapat menganalisis gambar menjadi diskripsi singkat apa yang terdapat
dalam gambar yang ditampilkan (Afrisanti Lusita, 2011: 83).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Examples Non Examples adalah suatu model pembelajaran dengan
menyajikan gambar-gambar yang konkrit dan relevan dari suatu materi, yang dapat
disajikan melalui OHP, LCD, atau menggunakan gambar sederhana, sehingga
siswa dapat lebih mudah dan jelas dalam memahami suatu materi dan akan
membuat siswa tidak merasa jenuh atau bosan dalam mengikuti pelajaran.
Menurut Buehl (Depdiknas, 2007: 219) keuntungan dari model Examples Non
Examples antara lain:
a. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk
memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih
kompleks.
b. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong
mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari
examples non examples.
c. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari
suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non examples yang
dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter
dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples.
2.1.8. Langkah-langkah Penerapan Model Example Non Example
Langkah-langkah atau sintak pembelajaran model Examples Non Examples
menurut Agus Suprijono (2009: 125) sebagai berikut:
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru menempelkan gambar di papan tulis.
11
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/ menganalisa gambar.
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar
tersebut dicatat pada kertas.
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f. Mulai dari komentar/ hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai
tujuan yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan.
2.1.9. Kebaikan dan kekurangan Model Examples Non Examples
Kebaikan dan kekurangan Model Pembelajaran Example Non example
menurut Afrisanti Lusita (2011: 83):
2.1.9.1. Kebaikan Model Examples Non Examples
a) Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar.
b) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
c) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
2.1.9.2. Kekurangan Model Examples Non Examples adalah:
a) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
b) Memakan waktu yang lama.
2.1.10. Media Gambar
Media gambar merupakan salah satu jenis bahasa yang memungkinkan
terjadinya komunikasi. Media gambar juga merupakan bahasa yang diekspresikan
lewat tanda atau simbol, sering digunakan untuk tujuan dokumen, hiburan dan
pendidikan. Gambar pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat
meningkatkan minatnya pada. Membantu mereka mengembangkan kemampuan
berbahasa, membantu mereka menafsirkan, dan membantu mengingat-ingat isi
materi bacaan dari buku teks.
12
Arief S. Sadiman (2007: 29) media gambar adalah media yang paling umum
dipakai dan merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati
di mana-mana. Oleh karena itu, pepatah Cina yang mengatakan bahwa sebuah
gambar berbicara lebih banyak dari pada seribu kata.
Menurut Edgar Dale dalam Sudjana (2005: 41), gambar dapat mengubah
tahap-tahap pembelajaran dari lambang kata beralih kepada tahapan yang lebih
konkret yaitu lambang visual.
Dari pengertian yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa media
gambar adalah perantara yang digunakan oleh pendidik kepada peserta didik untuk
menyampaikan pesan, menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilusi ide
yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi.
2.1.11. Keuntungan Dalam Menggunakan Media Gambar
Nana Sudjana, (2005: 45) mengemukakan tentang keuntungan dalam
menggunakan media gambar yaitu:
a. Mudah dimanfaatkan di dalam kegiatan belajar mengajar, karena praktis tanpa
memerlukan perlengkapan apapun.
b. Harganya relatif lebih murah daripada jenis media pengajaran lain dan cara
memperolehnya mudah. Dengan memanfaatkan kalender bekas, majalah, surat
kabar dan bahan-bahan yang mudah didapat lainnya.
c. Gambar dapat digunakan dalam banyak hal, untuk berbagai jenjang pelajaran
dan disiplin ilmu. Mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi, dari ilmu-ilmu
sosial sampai ilmu eksakta.
d. Gambar dapat menterjemahkan konsep atau gagasan abstrak menjadi lebih
realistik.
e. Gambar dapat mengubah tahap-tahap pengajaran dari lambang kata beralih
kepada tahapan-tahapan yang lebih konkret yaitu lambang visual.
13
2.1.12. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar
Beberapa kelebihan media gambar atau foto adalah sebagai berikut
(Musfiqon, 2012: 74):
a. Sifatnya konkret; gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata.
b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek
atau peristiwa dapat dibawa di kelas, dan tidak selalu bisa dibawa ke objek atau
peristiwa tersebut.
c. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau
penampang daun yang tidak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat
disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto.
d. Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk
tingkat usia berapa saja.
e. Gambar harganya murah dan gampang didapat serta dugunakan tanpa
memerlukan peralatan khusus.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, gambar juga mempunyai kelemahan-
kelamahan seperti (Musfiqon, 2012: 75):
a. Gambar hanya menekankan presepsi indera mata.
b. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan
pembelajaran.
c. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
2.1.13. Jenis Media Gambar
Ada beberapa jenis media gambar tau foto, antara lain (Usman, 2002: 51):
a. Gambar dokumentasi, yaitu gambar yang mempunyai nilai sejarah bagi
individu maupun masyarakat.
b. Gambar aktual, yaitu menjelaskan sesuatu kejadian yang meliputi berbagai
aspek kehidupan.
14
c. Gambar pemandangan, yaitu gambar yang melakukan pemandangan sesuatu
daerah atau lokasi.
d. Gambar iklan atau reklame, yaitu gambar yang digunakan untuk
memperngaruhi orang atau masyarakat konsumen.
e. Gambar simbolis, yaitu gambar yang menggunakan bentuk simbol atau tanda
yang mengungkapkan pesan tertentu dan dapat mengungkapkan kehidupan
manusia yang mendalam serta gagasan-gagasan atau ide-ide anak didik.
2.2. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya, antara lain:
Defri Haryono, 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Examples Non
Examples Terhadap Hasil Belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Mangunsari 04
Kec. Sidomukti Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Berdasarkan
hasil nilai rata-rata menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen
sebesar 19,4848, sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 8,2500. Hal
tersebut menunjukkan pengaruh pada kelas yang menggunakan model
pembelajaran example non example (kelas eksperimen). Artinya bahwa nilai rata-
rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil dari uji t
menggunakan equal variansed assumed (diasumsikan kedua varian sama) untuk
itu dibandingkan t hitung dengan t tabel dan probabilitas. Karena t hitung > t tabel
(4,759 > 1,996) dan signifikan (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak. Artinya bahwa ada
perbedaan anatara rata-rata nilai kelas eksperimen dengan rata-rata nilai kelas
kontrol.
Cipto Harsoyo, 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui
Model Pembelajaran Examples Non Examples dengan Media Power Point Siswa
Kelas 5 SDN Gemuh 01 Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang Semester II
Tahun pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan
dianalisis maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran
example non example dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA
15
pada siswa kelas 5 SDN Genuh 01 Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang.
Terbukti dengan tercapainya indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan
kelas dari kondisi awal 36,36% menjadi 68,19% pada siklus I, dan pada siklus II
meningkat menjadi 90,90%.
2.3. Kerangka Berpikir
Proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru masih bersifat
konvensional, yaitu dengan menggunakan metode ceramah. Guru masih menjadi
pusat pembelajaran, sedangkan siswa kurang aktif untuk, akibatnya siswa mudah
jenuh dan bosan, siswa tidak terlibat dalam diskusi, serta hasil belajar siswa masih
banyak yang belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah.
Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang masalah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa perlu adanya penggunaan model pembelajaran
dan penggunaan media gambar. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran
example non example berbantu media gambar untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
Model pembelajaran example non example merupakan suatu model
pembelajaran dengan menyajikan gambar-gambar konkrit dan relevan dengan
kompetensi dasar, melibatkan siswa dalam dikusi, untuk menganalisis gambar-
gambar, dan mempresentasikannya. Melalui model pembelajaran example non
example berbantu media gambar maka akan membuat siswa tidak merasa jenuh
atau bosan dalam mengikuti pelajaran serta hasil belajar siswa meningkat yaitu di
atas KKM. Bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar
2.1.
16
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Berfikir
PEMBELAJARAN IPA
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran example non example berbantu media gambar.
Proses pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat konvensioanl, yaitu dengan menggunakan metode ceramah.
1. Menyajikan gambar-gambar yang relevan dengan kompetensi
dasar.
2. Melibatkan siswa dalam diskusi kelompok.
3. Menganalisis gambar.
4. Presentasi hasil diskusi.
5. Menjelaskan materi pelajaran.
6. Kesimpulan.
• Siswa lebih aktif. • Pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan menarik.
• Siswa terlibat langsung dalam diskusi.
Siswa: • Kurang aktif.
• Mudah jenuh dan bosan.
• Tidak terlibat dalam diskusi.
Hasil belajar siswa ≥ KKM
Hasil belajar siswa < KKM
17
2.4. Hipotesis Tindakan
Menurut Sugiyono (2004: 44), hipotesis adalah suatu proposional, kondisi
atau prinsip yang untuk sementara waktu dianggap benar mungkin tanpa
keyakinan supaya bisa ditarik suatu konsekuensi yang logis dan dengan cara ini
kemudian diadakan pengujian tentang kebenarannya dengan menggunakan data
empiris hasil penelitian.
Hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas berdasarkan teori yang telah
diungkapkan di atas adalah dengan menggunakan model pembelajaran example
non example berbantu media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada
siswa kelas 3 SD Negeri Sidorejo Kidul 03 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.