BAB II Kajian Toerirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3822/3/T1_292009222_BAB II.pdfBelajar...

13
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Toeri 2.1.1. Hasil Belajar Pengertian hasil belajar, siswa-belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar, sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Oemar Hamalik (2002: 155), hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. Pengertian hasil belajar juga dikemukakan oleh Sudjana (2004: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setelah selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

Transcript of BAB II Kajian Toerirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3822/3/T1_292009222_BAB II.pdfBelajar...

Page 1: BAB II Kajian Toerirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3822/3/T1_292009222_BAB II.pdfBelajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang ... pembelajaran Salingtemas (Sains,

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Toeri

2.1.1. Hasil Belajar

Pengertian hasil belajar, siswa-belajar dan mengajar merupakan konsep yang

tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

sebagai subyek dalam belajar, sedangkan mengajar merujuk pada apa yang

seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari

suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan

mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar

merupakan puncak proses belajar.

Oemar Hamalik (2002: 155), hasil belajar tampak sebagai terjadinya

perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam

perubahan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan

yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. Pengertian hasil

belajar juga dikemukakan oleh Sudjana (2004: 22), hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman

belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang

ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setelah selesai memberikan

materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

Page 2: BAB II Kajian Toerirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3822/3/T1_292009222_BAB II.pdfBelajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang ... pembelajaran Salingtemas (Sains,

6

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari

dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

Menurut Slameto (2010: 54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:

1.1.2.1. Faktor-faktor Internal

a. Jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh)

b. Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan)

c. Kelelahan

1.1.2.2. Faktor-faktor Eksternal

a. Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana

rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang

kebudayaan).

b. Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar

pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah).

c. Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,

bentuk kehidupan masyarakat).

2.1.3. Hakikat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu tentang alam atau cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, sehingga tujuan pembelajaran IPA bukan

hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep, tetapi untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang

diperlukan untuk mencapai pengetahuan itu (Powler dalam Khalimah, 2010).

Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk

memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat

diidentifikasikan. Di tingkat Sekolah Dasar diharapkan ada penekanan

pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang

diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya

Page 3: BAB II Kajian Toerirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3822/3/T1_292009222_BAB II.pdfBelajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang ... pembelajaran Salingtemas (Sains,

7

melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Depdiknas (2007: 147) Ilmu pengetahuan alam merupakan mata pelajaran yang

berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-

konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga proses penemuan.

Menurut Trianto (2010: 136) bahwa IPA merupakan suatu kumpulan teori

yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir

dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta

menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan IPA adalah mata pelajaran

yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam secara sistematis,

melalui metode ilmiah, untuk sebuah penemuan.

2.1.4. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Depdiknas (2007: 484 - 485) Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar

peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam.

Page 4: BAB II Kajian Toerirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3822/3/T1_292009222_BAB II.pdfBelajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang ... pembelajaran Salingtemas (Sains,

8

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.5. Ruang Lingkup Bahan Kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Depdiknas (2007: 485) Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI

meliputi aspek-aspek berikut:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya

dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

2.1.6. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan perangkat rencana atau pola yang dapat

dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing

aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat lain yang melaksanakan aktivitas-

aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat diartikan sebagai kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merancang dan

melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Agus Suprijono (2009: 46) model pembelajaran merupakan pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun

tutorial.

Page 5: BAB II Kajian Toerirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3822/3/T1_292009222_BAB II.pdfBelajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang ... pembelajaran Salingtemas (Sains,

9

Joyce & Weil dalam Rusman (2011: 133) berpendapat bahwa model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-

bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

Menurut Soekamto dalam Hamruni (2012: 5) berpendapat model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran

dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan dapat disimpulkan

bahwa model pambalajaran adalah suatu rencana proses belajar yang tersusun

secara sistematis yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan aktivitas

pembelajaran.

2.1.7. Pengertian Model Pembelajaran Examples Non Examples

Afrisanti Lusita (2011: 83) mengemukakan bahwa model pembelajaran

examples non examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh

dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar.

Menurut Buehl (Depdiknas, 2007: 219) menyatakan examples non examples

adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini

bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal

yang terdiri dari examples non examples dari suatu definisi konsep yang ada dan

meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang

ada. Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan

suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples memberikan

gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang

dibahas.

Page 6: BAB II Kajian Toerirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3822/3/T1_292009222_BAB II.pdfBelajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang ... pembelajaran Salingtemas (Sains,

10

Pelaksanaan model pembelajaran examples non examples dapat

menggunakan contoh-contoh gambar yang disajikan melalui OHP, LCD, atau

menggunakan gambar sederhana seperti poster. Gambar yang digunakan dirancang

agar siswa dapat menganalisis gambar menjadi diskripsi singkat apa yang terdapat

dalam gambar yang ditampilkan (Afrisanti Lusita, 2011: 83).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Examples Non Examples adalah suatu model pembelajaran dengan

menyajikan gambar-gambar yang konkrit dan relevan dari suatu materi, yang dapat

disajikan melalui OHP, LCD, atau menggunakan gambar sederhana, sehingga

siswa dapat lebih mudah dan jelas dalam memahami suatu materi dan akan

membuat siswa tidak merasa jenuh atau bosan dalam mengikuti pelajaran.

Menurut Buehl (Depdiknas, 2007: 219) keuntungan dari model Examples Non

Examples antara lain:

a. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk

memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih

kompleks.

b. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong

mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari

examples non examples.

c. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari

suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non examples yang

dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter

dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples.

2.1.8. Langkah-langkah Penerapan Model Example Non Example

Langkah-langkah atau sintak pembelajaran model Examples Non Examples

menurut Agus Suprijono (2009: 125) sebagai berikut:

a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Guru menempelkan gambar di papan tulis.

Page 7: BAB II Kajian Toerirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3822/3/T1_292009222_BAB II.pdfBelajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang ... pembelajaran Salingtemas (Sains,

11

c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk

memperhatikan/ menganalisa gambar.

d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar

tersebut dicatat pada kertas.

e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

f. Mulai dari komentar/ hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai

tujuan yang ingin dicapai.

g. Kesimpulan.

2.1.9. Kebaikan dan kekurangan Model Examples Non Examples

Kebaikan dan kekurangan Model Pembelajaran Example Non example

menurut Afrisanti Lusita (2011: 83):

2.1.9.1. Kebaikan Model Examples Non Examples

a) Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar.

b) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.

c) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

2.1.9.2. Kekurangan Model Examples Non Examples adalah:

a) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

b) Memakan waktu yang lama.

2.1.10. Media Gambar

Media gambar merupakan salah satu jenis bahasa yang memungkinkan

terjadinya komunikasi. Media gambar juga merupakan bahasa yang diekspresikan

lewat tanda atau simbol, sering digunakan untuk tujuan dokumen, hiburan dan

pendidikan. Gambar pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat

meningkatkan minatnya pada. Membantu mereka mengembangkan kemampuan

berbahasa, membantu mereka menafsirkan, dan membantu mengingat-ingat isi

materi bacaan dari buku teks.

Page 8: BAB II Kajian Toerirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3822/3/T1_292009222_BAB II.pdfBelajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang ... pembelajaran Salingtemas (Sains,

12

Arief S. Sadiman (2007: 29) media gambar adalah media yang paling umum

dipakai dan merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati

di mana-mana. Oleh karena itu, pepatah Cina yang mengatakan bahwa sebuah

gambar berbicara lebih banyak dari pada seribu kata.

Menurut Edgar Dale dalam Sudjana (2005: 41), gambar dapat mengubah

tahap-tahap pembelajaran dari lambang kata beralih kepada tahapan yang lebih

konkret yaitu lambang visual.

Dari pengertian yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa media

gambar adalah perantara yang digunakan oleh pendidik kepada peserta didik untuk

menyampaikan pesan, menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilusi ide

yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi.

2.1.11. Keuntungan Dalam Menggunakan Media Gambar

Nana Sudjana, (2005: 45) mengemukakan tentang keuntungan dalam

menggunakan media gambar yaitu:

a. Mudah dimanfaatkan di dalam kegiatan belajar mengajar, karena praktis tanpa

memerlukan perlengkapan apapun.

b. Harganya relatif lebih murah daripada jenis media pengajaran lain dan cara

memperolehnya mudah. Dengan memanfaatkan kalender bekas, majalah, surat

kabar dan bahan-bahan yang mudah didapat lainnya.

c. Gambar dapat digunakan dalam banyak hal, untuk berbagai jenjang pelajaran

dan disiplin ilmu. Mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi, dari ilmu-ilmu

sosial sampai ilmu eksakta.

d. Gambar dapat menterjemahkan konsep atau gagasan abstrak menjadi lebih

realistik.

e. Gambar dapat mengubah tahap-tahap pengajaran dari lambang kata beralih

kepada tahapan-tahapan yang lebih konkret yaitu lambang visual.

Page 9: BAB II Kajian Toerirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3822/3/T1_292009222_BAB II.pdfBelajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang ... pembelajaran Salingtemas (Sains,

13

2.1.12. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar

Beberapa kelebihan media gambar atau foto adalah sebagai berikut

(Musfiqon, 2012: 74):

a. Sifatnya konkret; gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah

dibandingkan dengan media verbal semata.

b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek

atau peristiwa dapat dibawa di kelas, dan tidak selalu bisa dibawa ke objek atau

peristiwa tersebut.

c. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau

penampang daun yang tidak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat

disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto.

d. Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk

tingkat usia berapa saja.

e. Gambar harganya murah dan gampang didapat serta dugunakan tanpa

memerlukan peralatan khusus.

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, gambar juga mempunyai kelemahan-

kelamahan seperti (Musfiqon, 2012: 75):

a. Gambar hanya menekankan presepsi indera mata.

b. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan

pembelajaran.

c. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

2.1.13. Jenis Media Gambar

Ada beberapa jenis media gambar tau foto, antara lain (Usman, 2002: 51):

a. Gambar dokumentasi, yaitu gambar yang mempunyai nilai sejarah bagi

individu maupun masyarakat.

b. Gambar aktual, yaitu menjelaskan sesuatu kejadian yang meliputi berbagai

aspek kehidupan.

Page 10: BAB II Kajian Toerirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3822/3/T1_292009222_BAB II.pdfBelajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang ... pembelajaran Salingtemas (Sains,

14

c. Gambar pemandangan, yaitu gambar yang melakukan pemandangan sesuatu

daerah atau lokasi.

d. Gambar iklan atau reklame, yaitu gambar yang digunakan untuk

memperngaruhi orang atau masyarakat konsumen.

e. Gambar simbolis, yaitu gambar yang menggunakan bentuk simbol atau tanda

yang mengungkapkan pesan tertentu dan dapat mengungkapkan kehidupan

manusia yang mendalam serta gagasan-gagasan atau ide-ide anak didik.

2.2. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya, antara lain:

Defri Haryono, 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Examples Non

Examples Terhadap Hasil Belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Mangunsari 04

Kec. Sidomukti Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Berdasarkan

hasil nilai rata-rata menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen

sebesar 19,4848, sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 8,2500. Hal

tersebut menunjukkan pengaruh pada kelas yang menggunakan model

pembelajaran example non example (kelas eksperimen). Artinya bahwa nilai rata-

rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hasil dari uji t

menggunakan equal variansed assumed (diasumsikan kedua varian sama) untuk

itu dibandingkan t hitung dengan t tabel dan probabilitas. Karena t hitung > t tabel

(4,759 > 1,996) dan signifikan (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak. Artinya bahwa ada

perbedaan anatara rata-rata nilai kelas eksperimen dengan rata-rata nilai kelas

kontrol.

Cipto Harsoyo, 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui

Model Pembelajaran Examples Non Examples dengan Media Power Point Siswa

Kelas 5 SDN Gemuh 01 Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang Semester II

Tahun pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan

dianalisis maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran

example non example dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA

Page 11: BAB II Kajian Toerirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3822/3/T1_292009222_BAB II.pdfBelajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang ... pembelajaran Salingtemas (Sains,

15

pada siswa kelas 5 SDN Genuh 01 Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang.

Terbukti dengan tercapainya indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan

kelas dari kondisi awal 36,36% menjadi 68,19% pada siklus I, dan pada siklus II

meningkat menjadi 90,90%.

2.3. Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru masih bersifat

konvensional, yaitu dengan menggunakan metode ceramah. Guru masih menjadi

pusat pembelajaran, sedangkan siswa kurang aktif untuk, akibatnya siswa mudah

jenuh dan bosan, siswa tidak terlibat dalam diskusi, serta hasil belajar siswa masih

banyak yang belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah.

Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang masalah untuk

meningkatkan hasil belajar siswa perlu adanya penggunaan model pembelajaran

dan penggunaan media gambar. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran

example non example berbantu media gambar untuk meningkatkan hasil belajar

siswa.

Model pembelajaran example non example merupakan suatu model

pembelajaran dengan menyajikan gambar-gambar konkrit dan relevan dengan

kompetensi dasar, melibatkan siswa dalam dikusi, untuk menganalisis gambar-

gambar, dan mempresentasikannya. Melalui model pembelajaran example non

example berbantu media gambar maka akan membuat siswa tidak merasa jenuh

atau bosan dalam mengikuti pelajaran serta hasil belajar siswa meningkat yaitu di

atas KKM. Bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar

2.1.

Page 12: BAB II Kajian Toerirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3822/3/T1_292009222_BAB II.pdfBelajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang ... pembelajaran Salingtemas (Sains,

16

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berfikir

PEMBELAJARAN IPA

Pembelajaran menggunakan model pembelajaran example non example berbantu media gambar.

Proses pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat konvensioanl, yaitu dengan menggunakan metode ceramah.

1. Menyajikan gambar-gambar yang relevan dengan kompetensi

dasar.

2. Melibatkan siswa dalam diskusi kelompok.

3. Menganalisis gambar.

4. Presentasi hasil diskusi.

5. Menjelaskan materi pelajaran.

6. Kesimpulan.

• Siswa lebih aktif. • Pembelajaran

menjadi lebih bermakna dan menarik.

• Siswa terlibat langsung dalam diskusi.

Siswa: • Kurang aktif.

• Mudah jenuh dan bosan.

• Tidak terlibat dalam diskusi.

Hasil belajar siswa ≥ KKM

Hasil belajar siswa < KKM

Page 13: BAB II Kajian Toerirepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3822/3/T1_292009222_BAB II.pdfBelajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang ... pembelajaran Salingtemas (Sains,

17

2.4. Hipotesis Tindakan

Menurut Sugiyono (2004: 44), hipotesis adalah suatu proposional, kondisi

atau prinsip yang untuk sementara waktu dianggap benar mungkin tanpa

keyakinan supaya bisa ditarik suatu konsekuensi yang logis dan dengan cara ini

kemudian diadakan pengujian tentang kebenarannya dengan menggunakan data

empiris hasil penelitian.

Hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas berdasarkan teori yang telah

diungkapkan di atas adalah dengan menggunakan model pembelajaran example

non example berbantu media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada

siswa kelas 3 SD Negeri Sidorejo Kidul 03 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga.