BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite...

17
11 STEI INDONESIA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Review Hasil Hasil Penelitian Terdahulu Pembahasan pada penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh Vidiyanna dan Bela (2017) menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penghindaran pajak. Semakin tinggi rasio leverage, semakin tinggi pendanaan dari utang pihak ketiga yang kemudian meningkatkan biaya bunga yang timbul. Return on Assets (ROA) berpengaruh negatif dan signifikan karena profitabilitas perusahaan meningkat mengindikasikan baiknya kinerja perusahaan, lalu mempengaruhi beban pajak yang meningkat. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh postif terhadap cash effective tax rate (CETR). Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar CETR, kemudian menurunnya tingkat penghindaran pajak. Variabel kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap CETR. Semakin tinggi kepemilikan institusional, semakin tinggi pula jumlah beban pajak yang harus dibayarkan perusahaan. Dalam penelitian ini peneliti tertarik menggunakan manajemen laba sebagai variabel yang menjadi pembeda serta mengambil kepemilikan institusional sebagai variabel penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Purwanti dan Sugiyarti (2017) menunjukkan bahwa variabel intensitas aset tetap berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance, karena semakin besar intenistas aset tetap maka semakin besar pula beban penyusutan yang kemudian membuat semakin besar beban penyusutan untuk mengurangi beban pajak perusahaan. Variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance, karena semakin besar penjualan maka laba yang didapatkan semakin besar, lalu semakin besar pula beban pajak yang perusahaan tanggung. Variabel koneksi politik tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance, karena semakin besar hubungan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

11

STEI INDONESIA

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Review Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu

Pembahasan pada penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian

sebelumnya. Berikut akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang

mendukung penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Vidiyanna dan Bela (2017) menunjukkan

bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penghindaran pajak.

Semakin tinggi rasio leverage, semakin tinggi pendanaan dari utang pihak ketiga

yang kemudian meningkatkan biaya bunga yang timbul. Return on Assets (ROA)

berpengaruh negatif dan signifikan karena profitabilitas perusahaan meningkat

mengindikasikan baiknya kinerja perusahaan, lalu mempengaruhi beban pajak

yang meningkat. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh postif terhadap cash

effective tax rate (CETR). Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar

CETR, kemudian menurunnya tingkat penghindaran pajak. Variabel kepemilikan

institusional berpengaruh positif terhadap CETR. Semakin tinggi kepemilikan

institusional, semakin tinggi pula jumlah beban pajak yang harus dibayarkan

perusahaan. Dalam penelitian ini peneliti tertarik menggunakan manajemen laba

sebagai variabel yang menjadi pembeda serta mengambil kepemilikan

institusional sebagai variabel penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Purwanti dan Sugiyarti (2017)

menunjukkan bahwa variabel intensitas aset tetap berpengaruh secara signifikan

terhadap tax avoidance, karena semakin besar intenistas aset tetap maka semakin

besar pula beban penyusutan yang kemudian membuat semakin besar beban

penyusutan untuk mengurangi beban pajak perusahaan. Variabel pertumbuhan

penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance, karena semakin

besar penjualan maka laba yang didapatkan semakin besar, lalu semakin besar

pula beban pajak yang perusahaan tanggung. Variabel koneksi politik tidak

berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance, karena semakin besar hubungan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

12

STEI INDONESIA

politik yang dimiliki perusahaan, semakin kecil perusahaan memanfaatkan

hubungan politik tersebut untuk melakukan penghindaran pajak. Peneliti tertarik

untuk menggunakan variabel intensitas aset tetap karena asset tetap yang dimiliki

perusahan dapat mempengaruhi pembayaran pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Ridwan dan Amrie (2016) menyatakan

bahwa leverage berpengaruh positif signifikan terhadap penghindaran pajak.

Besar kecilnya leverage perusahaan akan mempengaruhi peningkatan maupun

penurunan penghindaran pajak. Kompensasi rugi fiskal tidak berpengaruh

signifikan terhadap penghindaran pajak. Besar kecilnya kompensasi rugi fiskal

yang ada pada perusahaan tidak mempengaruhi peningkatan maupun penurunan

penghindaran pajak. Manajemen laba berpengaruh positif signifikan terhadap

penghindaran pajak. Besar kecilnya manajemen laba perusahaan akan

mempengaruhi peningkatan maupun penurunan penghindaran pajak, dilihat dari

nilai koefisien yang positif maka jika manajemen laba meningkat, maka akan

meningkat penghindaran pajak, dan sebaliknya.

Penelitian yang dilakukan oleh Dharma dan Adriana (2016 menunjukkan

bahwa leverage dan intensitas aset tetap berpengaruh negatif terhadap tax

avoidance. Tingginya tingkat leverage akan menurunkan tingkat tax avoidance,

karena semakin tinggi leverage maka perusahaan cenderung meningkatkan laba.

Semakin besar intensitas aset tetap maka semakin rendah tingkat tax avoidance

suatu perusahaan. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance.

Semakin tinggi ukuran perusahaan maka tindakan tax avoidance semakin tinggi.

Lalu. koneksi politik tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Kekurangan dari

penelitian ini yaitu hanya menggunakan rasio-rasio keuangan dan tidak

menambahkan variabel lain yang berpotensi memengaruhi praktik tax avoidance,

sehingga peneliti menambahkan variabel-variabel lain yang berbeda dalam

penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, Endang, dan Agusti (2016)

bahwa proporsi CSR dan komisaris independen berpengaruh positif dan

signifikan, hal ini karena CSR belum termasuk dalam pengurang pajak dan tidak

semua komisaris independen menunjukkan independensinya sehingga fungsi

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

13

STEI INDONESIA

pengawasan tidak berjalan baik. Kepenilikan manajerial dan kepemilikan

institusional memiliki efek negatif dan signifikan terhadap penghindaran pajak,

yang dikarenakan saham milik manajer cenderung membuat para manajer

mempertimbangkan keberlangsungan perusahaan yang dikelolanya sehingga

mereka tidak ingin usahanya melakukan penghindaran pajak, sedangkan semakin

tinggi kepemilikan institusional akan mengoptimalkan pengawasan atas kinerja

manajemen dengan memonitor setiap keputusan yang diambil oleh pihak

manajemen.

Penelitian yang dilakukan oleh Mahulae, Pratomo, dan Nurbaiti (2016)

menunjukkan bahwa Kepemilikan Institusional berpengaruh positif signifikan

terhadap tax avoidance, yang artinya semakin tinggi proporsi kepemilikan saham

yang dimiliki oleh institusional maka akan mempengaruhi tindakan pajak agresif

oleh perusahaan. Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap

tax avoidance karena dalam penelitian ini proporsi kepemilikan saham yang

dimiliki oleh pihak manajerial lebih kecil dibanding dengan jumlah kepemilikan

insitusional. Komite Audit berpengaruh negatif signifikan terhadap tax

avoidance, banyak sedikitnya jumlah komite audit tidak menjamin komite audit

dapat meminimalisasi praktik peghindaran pajak yang mungkin dilakukan

perusahaan. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur dengan

sektor otomotif, sehingga peneliti menggunakan seluruh sektor dalam perusahaan

manufaktur sebagai pembeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Susanto (2015)

menunjukkan bahwa risiko perusahaan dan ROA berpengaruh terhadap tax

avoidance, Naik-turunnya risiko perusahaan mencerminkan kecenderungan dari

karakter eksekutif sedangkan ROA adalah salah satu indikator dalam pencapaian

laba. Laba merupakan faktor terpenting dalam penentuan besaran tarif pajak

efektif. Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance. Komite audit dengan anggota sedikit

cenderung dapat bertindak lebih efisien, namun terdapat kelemahan, yakni

minimnya pengalaman anggota. Perusahaan yang diaudit oleh KAP big 4 akan

lebih cenderung dipercayai oleh fiskus karena KAP tersebut memiliki reputasi,

integritas yang tinggi, namun jika perusahaan bisa memberikan keuntungan dan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

14

STEI INDONESIA

kesejahteraan yang lebih baik terhadap KAP dengan reputasi baik, bisa saja KAP

tersebut melakukan kecurangan. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan

saham yang dimiliki institusi seperti pemerintah, perusahaan asuransi, investor

luar negeri, atau bank kecuali kepemilikan individual.

Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014) menunjukkan bahwa likuiditas

tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Perusahaan manufaktur tidak

menjadikan pajak sebagai tujuan untuk meminimalisasi biaya. Manajemen laba

tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak, manajemen laba yang dilakukan

perusahaan dapat meminimalkan beban pajak yang harus dibayarkan namun tidak

berdampak besar bagi tujuan meminimalisasi biaya pajak. Corporate Governance

berpengaruh signifikan negatif terhadap agresivitas pajak. Kekurangan dari

penelitian ini hanya menggunakan variabel likuiditas, manajemen laba dan

corporate governance, di mana masih banyak faktor-faktor yang berkontribusi

seperti struktur kepemilikan, sehingga dalam penelitian peneliti menambahkan

variabel kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial.

Penelitian yang dilakukan oleh Dianing Ratna (2016) menunjukkan

profitabilitas berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Profitabilitas adalah

gambaran kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dari pengelolaan aset.

Kepemilikan keluarga tidak berpengaruh terhadap tax avoidance, karena

kepemilikan keluarga dalam penelitian ini jumlahnya relatif kecil. Dewan

komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap tax avoidance.

Dewan komisaris independen adalah seseorang yang tidak terafiliasi dengan

pemegang saham pengendali, dan tidak menjabat sebagai direktur pada

perusahaan. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif secara signifikan

terhadap penghindaran pajak. Kepemilikan saham institusional yaitu kepemilikan

individu atau atas nama perorangan diatas lima persen tetapi tidak termasuk dalam

golongan kepemilikan insider.

Penelitian yang dilakukan oleh Christopher S. Armstrong, Jennifer L.

Blouin, Alan D. Jagolinzer dan David F. Larcker (2015) menunjukkan bahwa

atribut tata kelola ini memiliki hubungan yang lebih kuat dengan lebih banyak

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

15

STEI INDONESIA

tingkat penghindaran pajak yang ekstrem, yang lebih cenderung menjadi gejala

investasi yang berlebihan dan kurang oleh manajer.

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed Zemzem dan Khaoula Ftouhi pada

tahun 2013 menunjukkan bahwa ukuran papan dan persentase wanita di papan

mempengaruhi aktivitas agresivitas pajak. Pengembalian aset dan ukuran

perusahaan terkait secara signifikan dan positif.

2.2 Landasan Teori

2.2.1. Teori Agensi (Agency Theory)

Teori Keagenan (Agency Theory) dapat mendeskripsikan mengenai

pengelolaan Perusahaan yang harus dipantau dan dikendalikan untuk memastikan

agar pengelolaan Perusahaan yang dilakukan dengan penuh kepatuhan sesuai

peraturan dan ketentuan yang berlaku. (Wolfenson, 1999 dalam Suci, 2018).

Hubungan agensi (agency relationship) terjadi ketika pemilik perusahaan

mengontrak agen (agent) yaitu manajer untuk melakukan jasanya dan

memberikan kekuasaan kepada agen dalam pembuatan keputusan yang terbaik

untuk pemilik perusahaan. Adanya kekuasaan tersebut sering mengakibatkan

konflik yang didasari oleh kepentingan dari madding – masing pihak dimana

pemilik saham berfokus pada peningkatan nilai sahamnya, sedangkan manajer

berfokus pada pemenuhan kepentingan pribadinya yang berhubungan dengan

perusahaan seperti yang dijelaskan dalam teori keagenan Jensen dan Meckling

(1976). Menurut Mathius (2015:5) merupakan implementasi dalam organisasi

modern. Teori agensi menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang

saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional

yang disebut agen yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari.

Tujuan dari dipisahkannya pengelolaan dari kepemilikan perusahaan yaitu agar

pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dengan

dikelolanya perusahaan oleh tenaga-tenaga profesional. Mereka, para tenaga-

tenaga profesional, bertugas untuk kepentingan perusahaan dan memiliki

keleluasaan dalam menjalankan manajemen perusahaan. Sehingga dalam hal ini

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

16

STEI INDONESIA

para profesional tersebut berperan sebagai agennya pemegang saham. Semakin

besar perusahaan yang dikelola memperoleh laba, semakin besar pula manfaat

yang didapatkan agen. Sementara pemilik perusahaan (pemegang saham) hanya

bertugas mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang dikelola oleh

manajemen serta mengembangkan sistem insentif bagi pengelola manajemen

untuk memastikan bahwa mereka bekerja demi kepentingan perusahaan.

Namun pada sisi lain pemisahan seperti ini memiliki sisi negatifnya. Adanya

keleluasaan pengelola manajemen perusahaan untuk memaksimalkan laba

perusahaan bisa mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan

pengelolaannya sendiri dengan beban dan biaya yang harus ditanggung oleh

pemilik perusahaan. Teori keagenan menyatakan perlunya jasa independen

auditor dapat dijelaskan dengan dasar teori keagenan, yaitu hubungan antara

pemilik (principal) dengan manajemen (agent).

2.2.2. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory)

Menurut Mathius (2015:2) Stakeholder dapat diartikan sebagai segenap

pihak yang isu dan permasalahan yang sedang diangkat. Misalnya bilamana isu

perpajakan, maka stakeholder dalam hal ini adalah pihak-pihak yang terkait

dengan isu perpajakan, seperti principal (pemilik saham), manajemen (agent),

regulator (pemerintah), dan sebaginya. Lembaga-lembaga publik telah

menggunakan istilah stakeholder ini secara luas ke dalam proses-proses

pengambilan keputusan dan implementasi keputusan. Berdasarkan kekuatan,

posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap suatu isi, stakeholder dapat

dikategorikan ke dalam beberapa kelompok ODA (1995) dalam Mathius (2015:3)

mengelompokkan stakeholder ke dalam yaitu stakeholder primer, sekunder, dan

kunci.

Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan

kepentingan secara langsung dengan suatu kebijakan, program, dan proyek.

Mereka harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses pengambilan

keputusan. Misalnya pihak manajer publik: lembaga/badan publik yang

bertanggung jawab dalam pengambilan dan implementasi suatu keputusan.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

17

STEI INDONESIA

Stakeholder pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan

kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek,

tetapi memiliki kepedulian (concern) dan keprihatinan sehingga mereka turut

bersuara dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal

pemerintah. Misalnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Stakeholder kunci

merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal dalam hal

pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif

sesuai levelnya, legislatif, dan instansi.

2.2.3. Manajemen Pajak

Manajemen Pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan

dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin

untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan. Manajemen pajak

merupakan upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal. Tujuan

manajemen pajak adalah :

Menerapkan peraturan perpajakan yang benar.

Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya.

Membayar pajak menurut hukum dan peraturan yang berlaku.

Menghindari hal-hal yang tidak terduga.

Fungsi manajemen pajak :

1. Perencanaan Pajak (tax planning)

Tahap awal dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap

peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan

penghematan pajak yang akan dilakukan.

Pada umumnya untuk meminimumkan kewajiban pajak

elalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi atau

fenomena terkena pajak mengetahui faktor-faktor yang akan

dimanfaatkan untuk melakukan penghematan pajak.

2. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (tax implementation)

Memahami ketentuan peraturan perpajakan.

Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat.

3. Pengendalian Pajak (Tax control)

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

18

STEI INDONESIA

Bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah

dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah

memenuhi persyaratan formal dan material.

Pemeriksaan pembayaran pajak (timing)

Tax management adalah sebagai proses dan struktur yang digunakan untuk

mengarahkan dan mengelola pajak perusahaan dalam rangka meningkatkan

kinerja perusahaan dan akuntabilitas perusahaan dengan tujuan utama pengabdian

berbangsa dan bernegara dengan tetap memperhatikan kepentingan para

konstituen (stakeholders). (Mochammad Zain, 2007).

2.2.4. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Salah satu upaya perusahaan untuk memperoleh laba yang diharapkannya

melalui penerapan manajemen pajak salah satunya adalah melalui penghindaran

pajak (tax avoidance), yaitu mengurangi jumlah pajak dengan cara yang tidak

melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan. Penghindaran pajak

dapat juga didefinisikan sebagai suatu bagian dari strategi manajemen pajak

yang tidak dilarang dalam undang-undang pajak. Penghindaran pajak umumnya

dapat dibedakan dari penggelapan pajak (tax evasion), di mana penggelapan pajak

terkait dengan penggunaan cara-cara yang melanggar hukum untuk mengurangi

atau menghilangkan beban pajak sedangkan penghindaran pajak dilakukan secara

“legal” dengan memanfaatkan celah (loopholes) yang terdapat dalam peraturan

perpajakan yang ada untuk menghindari pembayaran pajak, atau melakukan

transaksi yang tidak memiliki tujuan selain untuk menghindari pajak.

Penghindaran pajak sering dikaitkan dengan perencanaan pajak (tax planning), di

mana keduanya sama-sama menggunakan cara yang legal untuk mengurangi atau

bahkan menghilangkan kewajiban pajak. Akan tetapi, perencanaan pajak tidak

diperdebatkan mengenai keabsahannya, sedangkan penghindaran pajak

merupakan sesuatu yang secara umum dianggap sebagai tindakan yang tidak

dapat diterima.

Sebagai perusahaan yang berorientasi laba, sudah tentu suatu perusahaan

domestik maupun perusahaan multinasional berusaha meminimalkan beban pajak

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

19

STEI INDONESIA

dengan cara memanfaatkan kelemahan sistem ketentuan pajak dari suatu negara.

(Sukartha dan Darmawan, 2014 dan Diantari dan Ulupui, 2016).

2.2.5. Manajemen Laba

Manajemen laba terbagi menjadi dua berdasarkan karakteristik. Pertama,

manajemen laba adalah perilaku oportunistik manajer untuk memaksimalkan

utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan biaya-biaya

politik. Kedua, manajemen laba berdasarkan perspektif efficient contracting, di

mana manajemen laba memberi manajer suatu kebebasan untuk melindungi diri

mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian tidak terduga

untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Oleh karena itu,

manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaan melalui manajemen

laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan

pertumbuhan laba sepanjang waktu (Scott, 2015).

Salah satu motivasi timbulnya manajemen laba adalah motivasi pajak.

Perpajakan adalah salah satu alasan utama mengapa perusahaan ingin mengurangi

laba yang dilaporkan melalui penggunaaan akrual. Salah satu karakteristik

manajemen laba yaitu meminimumkan laba dengan cara menguranginya sehingga

menghasilkan laba minimum yang dilaporkan, kemudian perusahaan dapat

meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah (Scott,

2015).

2.2.6. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki institusi

dan kepemilikan blockholder (investor dengan posisi kepemilikan saham paling

sedikit 5%). Semakin tinggi kepemilikan institusional maka diharapkan mampu

menciptakan kontrol yang lebih baik. Kepemilikan institusional akan mendorong

peningkatan efektivitas monitoring kinerja manajemen. Menurut Novitasari

(2017) Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung

pada besarnya investasi yang dilakukan. Pihak institusional yang menguasai

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

20

STEI INDONESIA

saham lebih besar daripada pemegang saham lainnya dapat melakukan

pengawasan terhadap kebijakan manajemen yang lebih besar juga sehingga

manajemen akan menghindari perilaku yang merugikan para pemegang saham.

Pihak investor institusional akan melakukan pengawasan secara aktif

terhadap kinerja perusahaan karena di dalam institusi investor itu sendiri terdapat

pihak yang professional dalam melakukan pengawasan. Adanya pengawasan yang

aktif dari pihak investor institusional menyebabkan tekanan pada perusahaan agar

berfokus pada kepentingan ekonomi para investor institusional yaitu laba yang

tinggi. Besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan

mempengaruhi kebijakan pajak agresif oleh perusahaan.

2.2.7. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh pihak

manajemen, seperti pejabat perusahaan, para direksi, pemegang saham utama dan

semua pihak yang mempunyai informasi dari dalam perusahaan atas operasi

perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat mensejajarkan antara kepentingan

pemegang saham dengan manajer, karena manajer ikut merasakan secara

langsung dari keputusan yang diambil, manajer juga yang menanggung resiko bila

pengambilan keputusan salah atau tidak tepat.

Musyarrofah (2017) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial juga

berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer

dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang

saham. Sehingga permasalahan keagenan dapat diasumsikan akan hilang jika

seorang manajer dianggap sebagai seorang pemilik. Kebijakan dan keputusan

perusahaan dengan adanya kepemilikan manajerial tentu akan berbeda dengan

perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Perusahaan dengan kepemilikan

manajerial sebagai pemegang saham tentunya akan menyeimbangkan kepentingan

sebagai manajer dan pemegang saham. Pohan (2008) dalam Mahulae, Pratomo,

dan Nurbaiti (2016) mengatakan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan

saham oleh manajerial maka akan semakin baik kinerja perusahaan, dikarenakan

hal tersebut membantu menyatukan kepentingan pemegang saham dan manajer.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

21

STEI INDONESIA

2.2.8. Intensitas Aset Tetap

Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai

atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan

mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (PSAK No. 16 Tahun 2007.

(Waluyo, 2014:108) dalam Purwanti dan Sugiyarti (2017).

Intensitas aset tetap adalah perbandingan intensitas kepemilikan atas aset

tetap seuatu perusahaan dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Kepemilikan aset tetap yang tinggi akan menyebabkan beban depresiasi yang

tinggi pula, hal ini kemudian mengakibatkan berkurangnya laba perusahaan.

Sehingga tingginya jumlah aset perusahaan dapat meningkatkan penghindarabn

pajak yang diakibatkan oleh tingginya biaya depresiasi yang melekat pada aset

milik perusahaan (Savitri dan Rahmawati, 2017).

Intensitas aset tetap menunjukkan seberapa banyak perusahaan telah

berinvestasi dalam aset tetap perusahaan. Intensitas aset tetap merupakan

persentase aset tetap yang dimiliki perusahaan untuk ditambahkan ke dalam

pengeluaran, yaitu beban penyusutan yang dihasilkan oleh jumlah aset. Intensitas

aset tetap adalah rasio aset tetap terhadap total aset yang dapat mencerminkan

ekspektasi kas yang dapat diterima dari transaksi aset (Taufiqurrochman, 2020).

Intensitas aset tetap menurut Mulyani dalam Meisiska (2016) dalam

Purwanti dan Sugiyarti (2017) merupakan proporsi di mana dalam aset tetap

terdapat pos bagi perusahaan untuk menambahkan beban yaitu beban penyusutan

yang ditimbulkan oleh aset tetap sebagai pengurang penghasilan, jika aset tetap

semakin besar maka laba yang dihasilkan akan semakin kecil, karena adanya

beban penyusutan yang terdapat dalam aset tetap yang dapat mengurangi laba.

Menurut Darmadi dan Zulaikha (2013) Intensitas Aset Tetap mencerminkan

proporsi atau presentase dari asset tetap yang terdapat di Perusahaan dengan cara

dibandingkan dengan total asset yang dimiliki.

Menurut Dharma dan Ardiana (2016) Intensitas kepemilikan aset tetap

dapat memengaruhi pembayaran pajak perusahaan. Intensitas aset tetap

perusahaan menggambarkan banyaknya investasi perusahaan terhadap aset tetap

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

22

STEI INDONESIA

perusahaan. Pemilihan investasi dalam bentuk aset tetap mengenai perpajakan

adalah dalam hal depresiasi. Beban depresiasi yang melekat pada kepemilikan

aset tetap akan memengaruhi pajak perusahaan, hal ini dikarenakan beban

depresiasi akan bertindak sebagai pengurang pajak.

Menurut Purwanti dan Sugiyarti (2017) intensitas aset tetap yang dimiliki

perusahaan semakin besar pula beban penyusutan yang akan didapatkan dan

semakin besar kemungkinan beban penyusutan akan mengurangi beban pajak

perusahaan dalam rekonsiliasi fiskal. Menurut Sundari dan Aprilina, (2017)

Intensitas Aset Tetap adalah menggambarkan banyaknya investasi perusahaan

terhadap asset tetap. Aset tetap dalam hal ini mencakup bangunan, pabrik,

peralatan, mesin, dan berbagai property lainnya.

2.2.9. Kepemilikan Keluarga

Kepemilikan keluarga merupakan setiap perusahaan yang memiliki

pemegang saham yang dominan, Sedangkan Morck dan Yeung (2004) dalam

Dianing (2016) mendefinisikan perusahaan keluarga meliputi perusahaan yang

dijalankan berdasarkan keturunan atau warisan dari orang – orang yang sudah

lebih dulu menjalankannya atau oleh keluarga yang secara terang-terangan

mewariskan perusahaannya kepada generasi selanjutnya.

Perusahaan keluarga dapat diidentifikasi dari karakteristik Dewan

Komisarisnya, di mana anggota keluarga pemilik seringkali berada, sebagai

anggota atau sebagai komisaris utama. Dewan Komisaris dapat dianggap sebagai

pemegang suara dari pemilik perusahaan untuk dapat mengakomodasi keinginan

dari pemilik perusahaan (Oktavia dan Hananto, 2018).

Sebuah perusahaan dikatakan dimiliki oleh keluarga apabila sebagian

besar kepemilikan dimiliki keluarga pendiri perusahaan serta memegang lebih

dari 20% saham perusahaan yang beredar, kemudian ada juga anggota keluarga

yang menjabat menjadi direktur atau menjadi bagian dari jajaran direksi (Oktavia

dan Hananto, 2018).

Struktur kepemilikan keluarga merupakan salah satu variabel yang dapat

mempengaruhi tindakan agresif suatu perusahaan. Permasalahan pada perusahaan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

23

STEI INDONESIA

keluarga yaitu konflik yang lebih besar antara pemegang saham mayoritas dengan

pemegang saham minoritas, dan konflik yang lebih kecil antara pemilik dengan

manajer (Jensen, et al., 1976).

Untuk melihat apakah tindakan pajak yang agresif pada perusahaan keluarga

lebih rendah atau lebih tinggi daripada perusahaan non-keluarga, ditentukan dari

seberapa besar keuntungan atau kerugian yang ditanggung oleh pihak keluarga

sebagai manajemen perusahaan atau pihak manajer dalam perusahaan non-

keluarga. Dibandingkan dengan manajer perusahaan non-keluarga, pemilik

perusahaan keluarga mempunyai porsi kepemilikan yang besar, jangka waktu

investasi yang lebih panjang, serta perhatian yang besar pada reputasi perusahaan

sehingga keuntungan dan kerugian potensial yang bisa timbul dari tindakan pajak

agresif lebih banyak dirasakan oleh pemilik pada perusahaan keluarga (Setyawan,

2015).

2.3. Hubungan Antar Variabel

2.3.1. Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Tax Avoidance

Salah satu motivasi manajemen melakukan manajemen laba adalah

motivasi perpajakan. Hal ini dapat dijelaskan karena dasar pengenaan pajak

adalah jumlah penghasilan kena pajak yang dilaporkan oleh perusahaan maka

perusahaan cenderung menjaga labanya pada level tertentu. Sehingga dapat

diprediksikan bahwa perusahaan dengan tingkat pendapatan yang cenderung

meningkat akan melakukan income decreasing. Sebaliknya, perusahaan dengan

tingkat pendapatan yang cenderung menurun diprediksikan akan melakukan

income increasing untuk menghindari pemeriksaan pajak karena melaporkan

kerugian. Berdasarkan hasil penelitian Ridwan dan Amrie (2016) Manajemen laba

berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Hal ini menujukkan bahwa

bahwa terjadi hubungan searah antara Manajemen Laba dengan penghindaran

pajak sehingga apabila terjadi kenaikan pada Manajemen Laba maka akan terjadi

kenaikan pula pada penghindaran pajak. Putri (2014) menyatakan hal yang

sebaliknya, bahwa efek perpajakan tidak dipengaruhi oleh kegiatan manajemen

laba.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

24

STEI INDONESIA

H1 : Manajemen Laba Berpengaruh Terhadap Tax Avoidance.

2.3.2. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance

Kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki institusi

dan kepemilikan blockholder (investor dengan posisi kepemilikan saham paling

sedikit 5%). Semakin tinggi kepemilikan institusional maka diharapkan mampu

menciptakan kontrol yang lebih baik. Kepemilikan institusional akan mendorong

peningkatan efektivitas monitoring kinerja manajemen. Berdasarkan penilitian

Vidiyanna dan Bella (2017) menunjukkan hasil kepemilikan institusional

berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak.

Sedangkan menurut Damayanti dan Susanto (2015) kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap tax avoidance, hasil penelitian tersebut

berlawanan karena pemilik institusional kurang peduli dengan citra perusahaan

asalkan perusahaan tersebut bisa memaksimalkan kesejahteraan pemilik

institusional walaupun adanya perilaku manajemen dalam mengambil suatu

keputusan terutama dalam hal pajak yaitu dalam tindakan tax avoidance.

H2 : Kepemilikan Institusional Berpengaruh Terhadap Tax Avoidance.

2.3.3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Tax Avoidance

Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh pihak

manajemen, seperti pejabat perusahaan, para direksi, pemegang saham utama dan

semua pihak yang mempunyai informasi dari dalam perusahaan atas operasi

perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat mensejajarkan antara kepentingan

pemegang saham dengan manajer, karena manajer ikut merasakan secara

langsung dari keputusan yang diambil, manajer juga yang menanggung resiko bila

pengambilan keputusan salah atau tidak tepat. Jika dalam struktur kepemilikan

perusahaan dimiliki oleh kepemilikan manajerial, maka manajer akan berupaya

untuk mengambil langkah-langkah untuk mengurangi beban pajak perusahaan

selama beberapa tahun (Musyarrofah, 2017).

Berdasarkan penelitian Rahmawati, Endang, dan Agusti (2016)

menunjukkan hasil kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

25

STEI INDONESIA

terhadap penghindaran pajak. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan

Mahulae, Pratomo, dan Nurbaiti (2016) menyatakan bahwa kepemilikan

manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap tax avoidance.

H3 : Kepemilikan Manajerial Berpengaruh Terhadap Tax Avoidance.

2.3.4. Pengaruh Intensitas Aset Tetap Terhadap Tax Avoidance

Intensitas kepemilikan aset tetap dapat memengaruhi pembayaran pajak

perusahaan. Intensitas aset tetap perusahaan menggambarkan banyaknya investasi

perusahaan terhadap aset tetap perusahaan. Pemilihan investasi dalam bentuk aset

tetap mengenai perpajakan adalah dalam hal depresiasi. Beban depresiasi yang

melekat pada kepemilikan aset tetap akan memengaruhi pajak perusahaan, hal ini

dikarenakan beban depresiasi akan bertindak sebagai pengurang pajak. Laba kena

pajak perusahaan yang semakin berkurang akan mengurangi pajak terutang

perusahaan. Perusahaan yang memiliki proporsi yang besar dalam aset tetap akan

membayar pajaknya lebih rendah, karena perusahaan mendapatkan keuntungan

dari depresiasi yang melekat pada aset tetap yang dapat mengurangi beban pajak

perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian Dharma dan Ardiana (2016) menunjukkan

hasil bahwa intensitas aset tetap tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Sedangkan hasil penelitian Purwanti dan Sugiyarti (2017) menunjukkan hasil

bahwa intensitas aset tetap berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

H4 : Intensitas Aset Tetap Berpengaruh Terhadap Tax Avoidance.

2.3.5. Pengaruh Kepemilikan Keluarga Terhadap Tax Avoidance

Proporsi hak kepemilikan menjadi semakin kecil karena kepemilikan yang

semakin tersebar sehingga mengurangi insentif mereka dalam mengawasi manajer

secara efektif. Akibatnya pihak agen mengambil alih kendali dan menjalankan

perusahaan sesuai dengan kepentingan sendiri dengan mengorbankan kepentingan

pemilik. Sedangkan apabila kepemilikan terkonsentrasi seperti perusahaan

keluarga, merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengatasi

konflik agensi. Dengan terkonsentrasinya suatu kepemilikan seperti perusahaan

keluarga, menimbulkan kontrol yang kuat dari pihak keluarga dalam mengawasi

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

26

STEI INDONESIA

kinerja agen. Chen et al., (2010). Perusahaan keluarga sangat peduli terhadap

reputasi perusahaan serta keberlangsungan hidup perusahaan karena perusahaan

tersebut merupakan warisan turun-temurun yang akan diwariskan ke generasi

selanjutnya. Jadi, pihak agen dapat menurunkan biaya agensi. Putri (2016).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wirawan dan Sukartha

(2018) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan keluarga berpengaruh terhadap tax

avoidance. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016)

menunjukkan hasil bahwa kepemilikan keluarga tidak berpengaruh signifikan

terhadap tax avoidance.

H5 : Kepemilikan Keluarga Berpengaruh Terhadap Tax Avoidance.

2.4.Kerangka Konseptual

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, ada beberapa faktor yang diidentifikasi

memiliki pengaruh terhadap tax avoidance (Effective Tax Rate) yaitu Manajemen

Laba, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Intensitas Aset Tetap

dan Kepemilikan Keluarga. Sehingga dapat terlihat model penelitian pada gambar

2.1

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKArepository.stei.ac.id/2516/3/BAB II KAJIAN PUSTAKA - SITI...Selain itu komite audit, kualitas audit dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tax

27

STEI INDONESIA

Variabel Kontrol

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Manajemen Laba (X1)

Tax

Avoidance

(Y)

Kepemilikan

Institusional (X2)

Kepemilikan Manajerial

(X3)

H2

H3

H1

Intensitas Aset Tetap

(X4)

Kepemilikan Keluarga

(X5)

H2

H3

H4

H5

Ukuran Perusahaan

Leverage

Sales Growth