BAB II KAJIAN HISTORIS DAN ANALISIS REPERTOAR A. Gitar...

24
1 BAB II KAJIAN HISTORIS DAN ANALISIS REPERTOAR A. Gitar Di Abad Ke-16 1. Lute Gitar memiliki perjalanan panjang dalam sejarahnya dari mulai hanya 4 senar hingga bisa menjadi 6 senar seperti yang sering dipakai saat ini. Ada banyak instrumen lain yang dianggap masih bersaudara dengan gitar, Carl Sachs menyebutkan di dalam bukunya Systematik der Musikinstrumente bahwa gitar merupakan termasuk instrumen chordophones yaitu instrumen yang menghasilkan suara melalui getaran dari satu atau dua senar secara bersamaan. Contoh instrumen plucked chordophone adalah gitar, lute, harpa, dll, sedangkan bowed chordophones adalah violin, cello dan lainnya. Terdapat tiga instrumen chordophones yang dipakai pada abad ke- 16 yaitu lute, vihuela, dan gitar empat senar. Lute sudah dikenal sejak zaman Mesir kuno dan berkembang di Eropa. Instrumen ini memiliki keunikan dengan bagian belakangnya berbentuk bulat keluar. Banyak komposer besar yang membuat karya untuk lute termasuk Johann Sebastian Bach dan Antonio Vivaldi. Pembuat lute disebut sebagai luthier. Sebutan ini dibawa terus sampai sekarang sehingga pembuat gitar juga mendapat nama yang sama. 2. Gitar Klasik/Gitar Enam-Senar Pada pertengahan abad ke-18 muncul lagi salah satu tipe gitar baru yaitu gitar enam-senar yang dikenal dengan sebutan ‘classical guitaratau classic guitar’. Masyarakat mulai meninggalkan gaya menggandakan senar dan gitar enam-senar tanpa penggandaan menjadi ketertarikan baru dan menggambarkan gitar pada pertengahan abad ke- 18.

Transcript of BAB II KAJIAN HISTORIS DAN ANALISIS REPERTOAR A. Gitar...

1

BAB II

KAJIAN HISTORIS DAN ANALISIS REPERTOAR

A. Gitar Di Abad Ke-16

1. Lute

Gitar memiliki perjalanan panjang dalam sejarahnya dari mulai

hanya 4 senar hingga bisa menjadi 6 senar seperti yang sering dipakai

saat ini. Ada banyak instrumen lain yang dianggap masih bersaudara

dengan gitar, Carl Sachs menyebutkan di dalam bukunya Systematik der

Musikinstrumente bahwa gitar merupakan termasuk instrumen

chordophones yaitu instrumen yang menghasilkan suara melalui getaran

dari satu atau dua senar secara bersamaan. Contoh instrumen plucked

chordophone adalah gitar, lute, harpa, dll, sedangkan bowed

chordophones adalah violin, cello dan lainnya.

Terdapat tiga instrumen chordophones yang dipakai pada abad ke-

16 yaitu lute, vihuela, dan gitar empat senar. Lute sudah dikenal sejak

zaman Mesir kuno dan berkembang di Eropa. Instrumen ini memiliki

keunikan dengan bagian belakangnya berbentuk bulat keluar. Banyak

komposer besar yang membuat karya untuk lute termasuk Johann

Sebastian Bach dan Antonio Vivaldi. Pembuat lute disebut sebagai

luthier. Sebutan ini dibawa terus sampai sekarang sehingga pembuat gitar

juga mendapat nama yang sama.

2. Gitar Klasik/Gitar Enam-Senar

Pada pertengahan abad ke-18 muncul lagi salah satu tipe gitar baru

yaitu gitar enam-senar yang dikenal dengan sebutan ‘classical guitar’

atau ‘classic guitar’. Masyarakat mulai meninggalkan gaya

menggandakan senar dan gitar enam-senar tanpa penggandaan menjadi

ketertarikan baru dan menggambarkan gitar pada pertengahan abad ke-

18.

2

Kepopuleran gitar yang menurun membuat para ahli pengrajin gitar

mulai banyak meninggalkan pembuatan gitar, namun ini ternyata menjadi

keuntungan sendiri bagi masyarakat biasa yang ingin membuat gitar

dengan pengetahuan seadanya. Pengrajin pada era ini banyak melakukan

inovasi-inovasi baru dalam membuat gitar, mengingat mereka hanya

menggunakan bahan yang murah sehingga bisa bebas dalam berinovasi.

Di era inilah terdapat salah satu inovasi terbesar bagi sejarah gitar yaitu

penggunaan sistem fan-strutting, hal ini bisa dilihat dari gitar-gitar buatan

Francisco Sanguino, seorang ahli gitar pada era ini.

Perkembangan gitar mulai terasa di awal abad ke-19, baik dari segi

pemainnya maupun repertoar untuk gitar. Gitaris dari awal abad ke-19

tidak hanya berasal dari negara yang mendominasi sebelumnya seperti

Spanyol, Perancis, Italia, dan Inggris namun juga dari Russia dan

Hungaria. Pada awal abad ke-19 gitaris-gitaris memberikan kontribusi

sangat besar untuk instrumen ini seperti Ferdinando Carulli, Matteo

Carcassi, Dionisio Aguado, Luigi Legnani, Mauro Giuliani, dan Fernando

Sor melalui metode-metode pembelajaran untuk gitar. Dua nama terakhir

bahkan memiliki rovalitas yang tinggi di era itu.1

A. Sejarah Periode

1. Barok

Barok merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk

menunjukkan sebuah periode atau gaya musik khususnya di Eropa dalam

kurun waktu tertentu, yaitu mulai pada 1600-1750. Barok berasal dari

bahasa Portugis yaitu barroco, yang berarti sebuah mutiara tak beraturan

yang bulat.2 Gaya musik Barok merupakan perkembangan dari periode

sebelumnya yakni Renaisans. Pada gaya musik Barok mulai bermunculan

pergerakan harmoni yang disonan, perubahan tanda kunci dan tempo,

1 Graham Wade, 1972, A Concise History of Classical Guitar, Missouri, Mel Bay

Publications, halaman 20& 87 2 Randel. Don Michael. “Baroque” The Harvard Concise Dictionary of Music and

Musicians, ed. Don Michael Randel, 53. Edisi ke-2. London: Macmillan Publishers Limited

3

terdapat banyak ornamentasi, serta musik bergerak secara dinamis.

Tujuan perkembangan gaya musik pada periode ini adalah untuk

menunjukkan ekspresi yang lebih dibandingkan dengan periode

sebelumnya, sehingga musik tersebut bisa berdampak dan lebih dapat

dinikmati.

Beberapa komponis yang hidup pada periode ini, antara lain:

Johann Sebastian Bach, Giacomo Carissimi, Henry Purcell, Antonio

Caldara, Antonio Vivaldi, George Frideric Handel, dan sebagainya. Pada

resital ini, penulis membawakan satu buah karya periode Barok, yaitu:

“Prelude, Fugue and Allegro BWV 998” karya dari Johann Sebastian

Bach.

2. Biografi Johann Sebastian Bach

Johann Sebastian Bach adalah anak terakhir dari delapan

bersaudara. Ia lahir pada tanggal 21 Maret 1685 di Kota Eisenach,

Jerman. Ayahnya bernama Johann Ambrosius Bach dan bekerja sebagai

pemain terompet dan dirigen orkes Kota Eisenach. Keluarga Bach sejak

abad ke-16 sampai abad ke-19 telah menghasilkan banyak musisi yang

berkualitas. Bach memulai pendidikan pada sekolah yang dikelola gereja

Lutheran di Eisenach. Pada tahun 1694 kedua orang tua Bach telah

meninggal sehingga ia berpindah ke Ohrdruf dimana Bach diasuh oleh

kakaknya, Johann Christoph Bach. Di Ohrdruf ia melanjutkan sekolah di

Lyceum dan mendapat pelajaran bermain organ dari kakaknya yang

merupakan seorang organis. Bach juga belajar komposisi sendiri dari

buku musik Froberger, Kerl, dan Pachelbel. Ketika Bach berusia 15

tahun, rumah Johann Cristoph Bach menjadi semakin penuh seiring

dengan bertambahnya anggota keluarga sehingga Bach harus pindah.

Melalui perantaraan pemimpin musik di sekolah Lyceum, Bach mendapat

tempat sebagai penyanyi di gereja St. Mikael di Kota Luneburg, Jerman

Utara. Bach mendapat sambutan hangat karena suara soprannya yang

bagus. Setelah suaranya berubah dewasa, ia memulai tugas lain sebagai

organis atau biolis. Ada kemungkinan pada masa itu Bach bertemu

4

dengan komposer besar George Boehm dan belajar komposisi dari

Boehm. Bach juga melakukan kunjungan ke Kota Hamburg untuk

mendengar serta mempelajari permainan organ J.A. Reinecken di gereja

St. Katarina.

Pada tahun 1702, Bach pergi dari Luneberg untuk mencari

pekerjaan. Ia memenangi perlombaan di kota Sangerhausen dan berhak

atas posisi sebagai organis gereja. Namun karena pangeran setempat tidak

setuju, maka ditunjuklah orang yang lebih tua untuk mengambil posisi

ini. Bach mendapat tugas memainkan musik untuk pangeran yang

merupakan wakil pimpinan Kota Weimar pada tahun 1703 dan pada

tahun yang sama mendapat posisi sebagai organis di Kota Arn. Karya-

karya awal Bach diciptakan di kota ini. Selama bekerja di Kota Arn, Bach

mendapatkan beberapa pengalaman yang kurang menyenangkan.

Beberapa diantaranya yaitu ketika ia terlibat konflik dengan pemain

fagot, berselisih paham dengan anggota paduan suara, dan ditegur oleh

dewan gereja. Datangnya teguran dari dewan gereja bermula dari

keterlambatan Bach kembali dari masa cutinya di tahun 1705. Ketika itu

Bach diizinkan cuti untuk mendengar karya Buxtehude di Kota Lubeck.

Ia kembali setelah tiga bulan, terlambat dari waktu cuti yang telah

ditentukan. Selain itu dewan gereja juga menganggap iringan koral yang

diciptakannya terlalu rumit sehingga sulit untuk diikuti jemaat.

Pada tahun 1707, Bach memenangkan perlombaan untuk menjadi

organis gereja St. Blasius yang terletak di Kota Mulhausen. Setelah

memenangkan jabatan baru tersebut, Bach menikah dengan sepupunya

yang bernama Maria Barbara Bach dan dikaruniai delapan anak. Jabatan

tersebut tidak dipertahankan oleh Bach karena ia hanya diperbolehkan

memainkan lagu yang sangat sederhana dalam ibadah. Bach lebih

memilih menerima undangan sebagai organis istana untuk Pangeran

Wilhelm Ernst, pangeran utama Kota Weimar pada tahun 1708.

Pada masa jabatannya di Weimar sampai tahun 1717, Bach banyak

menciptakan komposisi atas dorongan Pangeran Wilhelm. Ia menggubah

5

prelude dan fuga, toccata dan fuga, dan koral prelude. Tugas-tugas Bach

di Weimar termasuk menciptakan karya dan bermain organ, mengajar

organ, membuat komposisi, mengatur konstruksi organ dan harpsichord,

memperbaiki alat musik istana, dan menjadi konsultan organ-organ baru

bagi kota-kota sekitar. Pada tahun 1713, jabatan Bach dinaikkan menjadi

konzertmeister agar tidak berpindah ke tempat lain. Pada akhir tahun

1716, kapelmeister meninggal dan Bach berharap agar jabatan tersebut

diberikan kepadanya. Akhirnya jabatan tersebut diberikan kepada

Telemann sehingga Bach kecewa dan meminta berhenti agar dapat

menerima tawaran sebagai Kapelmeister Pangeran Leopold di Kota

Cothen. Permohonan Bach untuk berhenti tidak dihiraukan sehingga

sekali lagi Bach meminta dengan cara yang dianggap kasar. Atas

perbuatannya ini Bach diberhentikan secara tidak hormat setelah sebulan

dimasukkan ke dalam penjara. Pada masa jabatannya di Cothen, Bach

lebih banyak menggubah lagu hiburan untuk pangeran. Kebanyakan

karyanya adalah lagu-lagu untuk keyboard, biola, dan konserto-konserto

termasuk konserto Brandenburg yang sangat terkenal. Istri pertama Bach

meninggal dunia tahun 1720 ketika Bach sedang melakukan perjalanan

bersama pangeran. Bach kemudin menikah lagi dengan Anna Magdalena

dan menciptakan beberapa buku musik khusus untuk istrinya. Pada tahun

yang sama dengan pernikahan kedua Bach, Pangeran Leopold juga

menikah. Istri pangeran tidak tertarik pada musik sehingga sejak saat itu

Bach tidak dianggap terlalu penting lagi di istana.

Pada tahun 1723, Bach mendapat posisi sebagai cantor atau ketua

musik di Sekolah Santo Thomas, Leipzig. Tugasnya adalah memimpin

kegiatan musik untuk Kota Leipzig, bertanggung jawab untuk musik di

empat gereja yang berpusat di Leipzig, dan mengajar di kelas. Pada masa

ini Bach sangat aktif membuat komposisi, terutama kantata-kantata untuk

seluruh tahun gerejawi. Masa jabatan Bach di Leipzig berlangsung dari

tahun 1723-1750. Masa ini diwarnai dengan banyak perselisihan paham

antara Bach, para pejabat gereja, dan kepala sekolah yang tidak mengerti

6

keinginan Bach untuk memajukan musik. Hubungannya dengan dewan

kota cukup baik. Ia juga mengadakan kegiatan musik di luar gereja

seperti mengadakan makan malam musik di rumahnya. Bach juga

menjadi guru privat, menulis empat buku musik untuk organ dan

harpsichord yang berisi koral prelude, suita-suita, dan lagu untuk

harpsichord. Ia juga memimpin perhimpunan musik Collegium Musicum

di Leipzig dari tahun 1729 sampai 1741.

Perjalanan untuk sebagai konsultan organ dan mengadakan konser

organ masih dilakukannya. Tahun 1747 Bach diundang ke Berlin tempat

anaknya, Carl Phillipp Emanuel Bach, bekerja sebagai pemain keyboard

istana untuk Raja Frederick dari Prussia. Raja Frederick adalah seorang

komposer yang baik dan juga pemain flute. Raja sangat terkesan dengan

kemampuan Bach dalam melakukan improvisasi dan memberi Bach

sebuah tema untuk fuga yang secara spontan diimprovisasikan Bach pada

piano. Bach terkesan dengan koleksi piano Raja Frederick. Pada waktu

Bach kembali ke Leipzig, ia menggubah satu kumpulan lagu berdasar

tema yang diberikan Raja Frederick berisi kanon-kanon, sebuah fuga, dan

dua trio yang diberi judul Musikalische Opfer.

Menjelang akhir hidupnya, kesehatan mata Bach menurun sampai ia

buta total di tahun 1749. Dua kali operasi mata yang dijalani Bach gagal.

Bach meninggal tahun 28 Juli 1750 akibat serangan otak.3

3. Analisis Struktural Prelude, Fugue and Allegro BWV 998

Prelude merupakan sebuah repertoar pembuka yang menghantarkan

ke karya selanjutnya, dalam hal ini, adalah Fugue dan ditutup oleh

Allegro. Karya ini berstruktur polifoni tiga suara. Prelude ini diawali oleh

tanda sukat 12/8 yang dimainkan dalam tangga nada D mayor. Birama 1-

5 terdapat tema dalam tonalitas D mayor lalu pengulangan pada

dominannya di A mayor pada birama 6 dan pengulangan lagi pada birama

3 Rhoderick J. McNeill, Sejarah Musik 1 (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1998), hlm.

290-297

7

14 tetapi kali ini di relatif minornya di tonalitas B minor. Adanya

perpindahan frase dalam F# minor pada birama 17-19, E minor pada

birama 21 ke A mayor pada birama 22 dan kembali ke D mayor pada

birama 23. Pada ketukan ke 7 di birama 23, tonalitas modulasi ke C

mayor dan ke dominannya G mayor pada birama 25. Pada birama 30

kembali ke tonalitas awal yaitu D mayor dengan pola ritmik yang sama

pada birama 31-32 dan masuk ke pedal bas pada birama 33-35. Pada

birama 36, dalam D mayor terdapat introduksi bentuk akor hingga

birama 37 dan fermata pada birama 40.Tema melodi dimainkan kembali

pada birama 42-44 dari titik ini melodi mengalir hingga suspensi akor di

D mayor pada birama 48.

Gambar 2. 1 Birama 1-3 Tema Prelude

Tabel 2. 1 Analisis struktural Prelude

Prelude

A

Eksposisi

B

Pengembangan Tema

A’

Rekapitulasi

Birama/ ketukan

1-5 6-41 42-48

Keterangan Tonalitas mulai dalam D mayor

Tonalitas mulai dalam dominannya di A

mayor

Tonalitas kembali ke D mayor ditutup

oleh suspensi akor

Fugue ini berstrukstur polifoni tiga suara, bersukat 4/4, subjek

utamanya pada tonalitas D mayor pada birama 1 hingga birama 3 ketukan

pertama dan dijawab pada suara kedua di dominannya di tonalitas A

8

mayor pada suara tengah di birama ke 3 ketukan kedua sampai birama 5

ketukan pertama. Suara ketiga muncul pada suara bas di birama 7

ketukan kedua hingga birama 9 ketukan pertama.

Gambar 2. 2 Birama 1-3 Subjek di suara atas (suara 1)

Gambar 2. 3 Birama 3-5 Subjek di suara tengah (suara 2)

Gambar 2. 4 Birama 7-9 Subjek di suara bawah (suara 3)

Tabel 2. 2 Analisis struktural Fugue

Fugue

A

Eksposisi

B

Pengembangan

A

Pengulangan

Birama / ketukan

1-17/1 17/2-29/1 29/2-77/2 77/3-103

Keterangan

Pada birama1-9 terdapat

polifoni tema tiga suara

Tonalitas mulai dalam

D mayor

Muncul motif ritme baru.

Interaksi tiap suara menjadi semakin intens dalam tonalitas

D mayor

Bagian tanpa permunculan

tema. Menggunakan kontrapung not

seperenambelas. Tonalitas mulai dalam D mayor

Tema utama muncul kembali

9

Allegro menggunakan sukat 3/8, tonalitas mulai dalam D mayor dan

dimainkan arrpegio dalam not seperenambelasan dengan tempo allegro.

Dalam Allegro ini terdapat dua bagian dan tiap bagiannya diulang dua

kali.

Bagian pertama dari birama 1-32, pada birama 1-18 dimulai dari

suara atas dalam tonalitas D mayor dan modulasi ke A mayor pada

birama 19-23. Pada birama 24-26 kembali ke D mayor, ke A mayor lagi

di birama 27, dan sampai pada kadens sempurna di birama 31-32 dalam

tonalitas A mayor.

Bagian kedua dari birama 33-96 di mulai di dominannya yaitu A

mayor dan kembali ke tonika D mayor pada birama 36, pada ketukan

ketiga di birama 37 di modulasi ke subdominant nya di G mayor. Terjadi

modulasi ke relatif minornya ke E minor di birama 41-56 dan E minor ini

di modulasi ke paralel mayornya di E mayor di birama 57 dan kembali ke

dominan dari D mayor yaitu A mayor di birama 60 agar dapat kembali ke

tonika D mayor pada birama 64 ditutup oleh kadens sempurna dari akor

V- I pada birama 95-96.

Gambar 2.5 Bentuk arpeggio seperenambelasan

Tabel 2.3 Analisis struktural Allegro

Allegro

Birama / ketukan 1-32 33-96

Keterangan

Dimulai dari tonalitas D

mayor dan modulasi dan

ditutup kadens di A

mayor

Dimulai dari dominan A

mayor dan ditutup kadens

sempurna di D mayor

10

4. Analisis teknik Prelude, Fugue and Allegro BWV 998

Komposisi ini memiliki gaya barok yang berati dimainkan ringan,

dengan ornamentasi khas tanpa rubato dan vibrato yang berlebihan. Pada

bagian Fugue memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dibandingkan

dengan Prelude dan Allegro. Kesulitannya ialah memilah melodi utama

yaitu subjek yang harus terdengar kontras dibandingkan konter-

subjeknya, dengan begitu kerja jari-jari tangan kanan perlu kerja ekstra

untuk memilahnya. Sementara pada Allegro selain tempo yang cepat

yang menjadi perhatian ialah posisi jari tangan kiri yang membutuhkan

perenggangan ekstra untuk mencapai nada-nada dengan posisi yang

susah.Penalaan senar keenam untuk karya ini, dari E diturunkan ke D.

C. Sejarah Periode

1. Klasik

Periode Klasik berlangsung antara 1720-1800, dalam jeda waktu 70

tahun dalam periode ini membuat banyak perubahan besar dalam musik,

seperti ekspresi melodi dan warna instrumental.4 Karakter utama yang

menjadi ciri khas periode klasik adalah: kesederhanaan, bentuk yang

simetris, musik yang anggun, ornamentasi teratur, dan kejernihan suara

yang tinggi. Musik pada periode ini lebih bersifat universal. Pada periode

Klasik ini praktik moral dianggap lebih penting dibandingkan dengan hal-

hal yang bersifat ketuhannan, sikap natural dalam perilaku sosial lebih

dihargai daripada kemewahan atau perilaku formal yang megah. Musik

pada periode klasik tidak dibatasi oleh ras atau kenegaraan. Pada periode

ini orang-orang lebih menyukai musik alamiah, ekspresif dan sifatnya

menghibur.

2. Biografi Fernando Sor

Josep Ferrando Sor adalah seorang komposer dan gitaris klasik

Spanyol pada era klasik pada tahun 1778 - 1839. Sementara ia terkenal

4 Joseph Kerman, Gary Tomlison, dan Vivian Kerman, Listen: Brief Fourth Edition

(Boston: Bedford/St.Martins 2000), hlm 224 - 225

11

karena komposisi gitarnya, ia juga menggubah musik untuk berbagai

genre, termasuk opera, orkestra, kuartet string, piano, suara, dan

balet.keseriusan Sor dalam instrument gitar dimulai pada saat ia berada di

Barcelona. Ia terinspirasi oleh Frederico Morreti yang juga merupakan

seorang komposer dan gitaris yang bertugas di Royal “Walloon Guards of

The Queen of Spain”. Dengan pengaruhnya Morreti, Komponis –gitaris

berikutnya seperti Sor, Dinisio Aguado dan Mauro Giula sangat ingin

meningkatkan instrument gitar sebagai instrument solo. Pengaruh

musikalitas Morreti terhadap Sor, juga mempengaruhi komponis-gitaris

Itali dalam memandang Morreti sebagai “Obor yang meyakinkan

langkah para gitaris lainnya”.

3. Analisis Struktural Grand Solo op.14

Newman berpendapat bahwa Sor hanya menulis tiga sonata antara

lain Sonata Prima atau Grand Solo, op. 14, Sonata Seconda in C mayor

(Sonate, op 15b) dan Grande Sonata in C mayor, op .22. Brian Jeffery

yang adalah seorang Komposer dan Gitaris (1994) mengatakan dalam

bukunya Grand Solo Op. 14 ini merupakan "fantasi bebas dimana tema

muncul kembali”. Grand Solo Op.14 adalah karya tunggal/Single

movement yang merupakan contoh atau gambaran setelah pembukaan

opera Italia pada 1780- 90’an. Gaya ini paling banyak diwakili pada saat

itu oleh tokoh-tokoh seperti Spontini, Paisiello dan komponis lainnya di

era klasik.

Tabel 2.4 Analisis struktural Grand Solo

T

Grand Solo Op.14

Introduksi Eksposisi Codeta Development Rekapitulasi

Birama / ketukan

1-25 26-102 103-121 125-169 171-238

Keterangan Introduksi dimulai dalam

tonalitas D minor.

Dengan tempo

Tonalitas mulai

dalam D mayor

Dengan tempo

Allegro

Tonalitas mulai

dalam A mayor

Tonalitas dimulai dalam F mayor 7

Tonalitas mulai dalam

D mayor

12

abel 2.5

Gambar 2.6 Main Theme

Pada tema utama terdiri dari 2 frase yang ketika dipilah terdapat 4

semi frase. Frase ini ditandai dua percakapan dramatis yang kuat dan

dibangkitkan dengan acelaration/percepatan dengan irama yang kontras

dan juga merupakan ciri khas di era klasik. Pada birama ke 41 diakhiri

oleh half cadence.

Bridge

Gambar 2.7 Bridge

Bridge/Jembatan pada gambar diatas tidak menghasilkan modulasi

yang efektif yang hanya merupakan pengulangan.

Grand Solo Op.14

Codeta Coda

Birama /

ketukan 239-262 263-268

Keteranga

n Tonalitas dalam D mayor Tonalitas dalam D mayor

13

Gambar 2.8 Transisi

Birama 59-78 merupakan transisi yang dimulai dengan A mayor.

Gambar 2.9 Italianate Passagework

Dalam gaya khas overture, proses ini melalui beberapa bagian yang

termasuk didalamnya yaitu ritme yang tinggi dan mudah diikuti.

Gambar 2.10 Codeta

Birama 103-121 Merupakan codetta sebagai penutup yang juga

merupakan pengembangan dari tema A.

Gambar 2.11. Development

Pengembangan/Development dengan tonika sebagai Des Mayor.

Gambar 2.12 Rekapitulasi

Tema utama muncul lagi pada birama ke 171

14

4. Analisis teknik Grand Solo Op.14

Ciri dari musik klasik antara lain adalah beberapa elemen yang

kontras, akselerasi, deselerasi, stabilitas dan ketegangan yang ditujukan

sebagai dasar dalam memahami setiap frase pada suatu karya. Hubungan

tonal dan kontrasnya sebuah ritme adalah kekuatan utama dari suatu

karya yang tidak dapat diabaikan. Beberapa perubahan tekstur atau

kejutan tonalitas, kepadatan, kriteria warna, fleksibilitas dalam perubahan

tempo dan karakter musik pada Grand Solo Op.14 menggambarkan

sebuah karya yang cukup sulit untuk dimainkan, karena kecepatan dan

kestabilan yang dibutuhkan memerlukan pelatihan yang seimbang pada

penjarian tangan kiri dan kanan.

D. Sejarah Periode

1. Romantik

Awal mula munculnya periode Romantik berkisar 1800-1900.

Prinsip utama musik instrumental pada jaman romantik adalah: musik

dapat menyampaikan emosi yang jelas tanpa menggunakan kata-kata.

Musik pada periode romantik, lebih berkesan ekspresif dan personal.

Struktural, bentuk dan tonalitas yang dulunya dianggap masuk akal dan

baku, di periode ini batasan-batasannya menjadi tidak jelas dan meluas.

Contoh nyata perkembangan musik pada periode Romantik ini adalah

harmoni yang semakin kaya, perkembangan alat musik yang semakin

beragam, banyaknya karya-karya solo untuk instrumen, dan banyaknya

karya orkestra dengan komposisi instrumen yang lebih luas dan variatif

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Komponis periode Romantik yang karyanya dipilih penulis untuk

dibawakan dalam resital ini, yaitu: Isaac Albeniz dengan kedua karyanya

“Sevilla (Sevillanas) no. 3 aus Suite Espanola dan Cadiz”.

2. Biografi Isaac Albeniz

Isaac Albeniz lahir di Barcelona pada tahun 1860 dan wafat 1909.

Albeniz adalah anak yang jenius dimana saat usianya yang keempat, ia

sudah bermain dalam konser piano pertamanya yang membuat para

15

penontonnya takjub. Talenta berharga Albeniz ini membawa perjalanan

hidupnya untuk belajar di Madrid Conservatory.5 Keinginannya yang

mendalam untuk bermain dalam konser musik membuatnya kabur dari

rumah dan melakukan perjalanan konser ke Argentina, Uruguay, Brasil,

Kuba, Puerto Rico, Amerika Serikat, Inggris, Wiemar, Paraguay, Vienna,

Budapest dan Brussels.

Sekitar tahun 1890 Albeniz mundur dari konser dan fokus dalam

mengkomposisi karya. Ia belajar di Paris dan bertemu teman-temannya

Paul Abraham Dukas, Faure dan Debussy. Ketika kematian ibu

kandungnya pada 1900, Albeniz kembali ke Barcelona dan membuat

opera Merlin disana. Pada akhir masa hidupnya, ia mengerjakan karya

pianonya seperti Suite Iberia, Zarzuelas dan karya lainya. Sungguh ironis

bahwa pada masa itu transkripsi karya gitarnya kurang terkenal

dibandingkan dengan karya pianonya, dimungkinkan karena karya

gitarnya tidak dimainkan didepan umum pada semasa hidupnya.6

3. Historis dan analisis Struktural Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite

Espanola

Disepanjang masa hidupnya sebagai komponis, Albeniz memulai

komposisinya dengan ide-ide musik Spanyol yang luas, memiliki budaya

dan musik yang kuat. Teknik bermain pianonnya yang luar biasa

memungkinkan dia untuk menciptakan efek-efek suara yang meniru

permainan gitar atau kastanyet.

Di Sevilla ini dapat terdengar ritmik dansa asal kota Andalucia,

sebuah provinsi yang dikenal dari agrikulturnya, pertarungan banteng,

iklim yang hangat dan kultural yang beragam. Karya ini memiliki

gambaran suasana kota Seville, Ibu kota Andalucia yang kontras, tertulis

dalam bentuk ABA yang merupakan tipikal dari gaya nasionalistik

5 Elias Barreiro, 4, Sevilla arranged for four guitars(United States of America: Mel Bay

Publications, 1999). 6 Claude v. Palisca.1995.The New Grove Dictionary of Music and Musicians, ed. Stanley

Sadie, 751. Edisi ke-2. Jilid 1. London: Macmillan Publishers Limited

16

Spanyol milik Albeniz. Perlu digaris bawahi yaitu ritme pada bagian A

yang riang dan pada bagian B yang melankolis, karya ini bersukat ¾.

Gambar 2.13 Tema bagian A

Tabel 2.6 Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite Espanola

Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite Espanola

A B A

Birama/ ketukan 1-52 53-92 2-23, 93-95

Keterangan

Tonalitas mulai dalam G mayor

Dengan tempo Vivo Energico

Tonalitas mulai dalam C minor

Pengulangan bagian A hingga coda

4. Analisis Teknik Sevilla (Sevillanas) no.3 aus Suite Espanola

Komposisi ini memiliki gaya bermain Flamenco, menghindari

penggunaan rubato yang berlebihan (khususnya pada bagian A). Bagian

A dimainkan dalam tempo cepat dan dinamikanya forte. Bagian B

dimainkan agak sedikit lambat, dinamika piano dan legato. Penalaan

senar kelima dari A diturunkan ke G dan senar keenam dari E diturunkan

ke D.

5. Kajian Historis dan analisis Struktural Cadiz

Cadiz merupakan salah satu bagian karya dari Suite Espanola.

Karya ini menrcirikan patriotisme, serta mempertahankan gaya musik

Eropa dari penggunaan melodi dan lirik yang rumit. Dengan sukat ¾

allegro ma non toppo. Introduksi dimulai pada birama 1-4. Frase

Anteseden terdapat pada birama 5-12 dan frase konsekuen pada birama

17

13-28. Pengulangan motif triul seperenambelas selalu terdengar dan

berulang yang dikontraskan pada tangan kiri. Subordinat terdapat pada

birama 29-36 dan diakhiri dengan pengulangan introduksi. Karya ini

berstruktur ABA dan menampilkan bentuk pertama Rondo.

Tabel 2.7 analisis struktural Cadiz

Cadiz no.4 aus Suite Espanola

A B A

Birama/ ketukan

5-28 41-56 1-40, 73-76

Keterangan

Tonalitas dimulai dalam A mayor

Dengan tempo Allegro ma non

troppo

Tonalitas dalam A minor

Pengulangan bagian A dan

diakhiri dengan coda

Gambar 2.14.Tema

Subjek melodi berada pada suara sopran dan diselingi pola triul

yang berulang.

Gambar 2.15.Transisi

18

Pada birama 29-36 terjadi perpindahan tonalitas ke C Mayor dan

dilanjutkan pada birama berikutnya dengan kembali pada tonalitas A

mayor dan di akhiri dengan half cadence.

Gambar 2.16 Tema B

Tema B dimulai dengan relatif minor dari tonalitas tema A dan

menggunakan motif yang sama. Pada birama ke 57, terjadi

pengembangan tema yang dimulai dengan E mayor dan diakhiri oleh

Codeta pada birama 68-72.

Gambar 2.17 Coda

Setelah tema B diakhiri dengan codetta, tema A diulang kembali

hingga birama ke 40 dan diakhiri dengan coda.

6. Analisis teknik Cadiz

Teknik yang dibutuhkan pada karya ini adalah pelatihan slur tangan

kiri, karena motif dan tema pada karya ini selalu berulang dan harus

dikontraskan pada penjarian tangan kiri. Melodi, ritme serta dinamika

juga menuntut kerja keras penjarian tangan kanan dengan teknik

arpeggio, sehingga alur frase tanya dan jawab dapat dibedakan

19

E. Periode Abad XX

1. Sekilas mengenai Periode Abad XX

Pada periode musik abad XX para seniman atau komponis-

komponis mengembangkan dan menerapkan berbagai macam idiomatika

baru dalam karya-karya mereka. Karya komponis di periode ini sudah

tidak terikat lagi dengan pemahaman dan struktur bentuk seni yang baku.

Dalam bidang musik para komponis abad XX awal mengembangkan

pemahaman yang berbeda-beda tentang hubungan antara nada ke nada

satunya yang pada periode-periode sebelumnya komponis dituntut untuk

memenuhi apa yang ingin didengar para pendengarnya, maka pada abad

XX awal justru sebaliknya7.

2. Biografi Komponis

2.1 Biografi Heitor Villa-Lobos

Heitor Villa-Lobos lahir pada 5 Maret 1887 dan wafat pada 17

November 1959 di Rio de Janeiro, Brasil. Villa-Lobos ialah seorang

komponis asal Brasil yang digambarkan sebagai sosok yang kreatif

dan paling menonjol pada Abad ke-20 dalam perkembangan musik

Brasil. Ia juga seorang komponis yang sangat produktif, banyak

karyanya untuk orkestra, musik kamar, instrumental dan vokal,

hingga lebih dari 2000 karya sebelum tutup usia. Musiknya

dipengaruhi oleh musik rakyat Brasil dan gaya musik Eropa lama.

Seperti Bachianas Brasileiras dan Prelude-preludenya untuk

perbendaharaan karya untuk instrumen gitar.

Pada masa tumbuh kembang Villa-Lobos, Brasil sedang

menjalani masa revolusi sosial dan modernisasi, penghapusan

perbudakan, dan turunnya kekaisaran pada tahun 1889. Masa

perkembangan Brasil terlihat jelas dalam kehidupan musik dan

7Andik Sutanto. (2012). Musik Abad Modern. (Online). Tersedia:

http://www.majalahpraise.com/musik-abad-modern-%281900-2000%29-517.html.(12 Desember 2012)

20

karya-karyanya. Ia sempat mengikuti kursus pelajaran musik

tradisional dan harmoni di Conservatorio de Musica. Villa-lobos

menguasai instrumen cello, gitar dan klarinet.

Masa mudanya berubah ketika ayah kandungnya meninggal

dunia pada 1899 dan ia menjadi tulang punggung keluarganya

dengan menjadi pemain musik di teater orkestra di Rio, selain itu ia

juga bergabung dengan musik jalanan lokal di Brasil. Tanpa

disadari dari sanalah ia mulai memutuskan untuk serius

mengkomposisi karya-karyanya.

2.2 Biografi Roland Dyens

Roland Dyens adalah seorang gitaris dan komposer asal

Prancis yang lahir di Tunis, ibukota Tunisia, pada 19 Oktober 1955.

Pada tahun 1961, Dyens mulai bermain gitar pada usia sembilan

tahun.Empat tahun kemudian, mulai belajar klasik dengan gitaris

Spanyol Alberto Ponce di l'Ecole Normale de Musique di Paris.

Dyens menerima gelar “Licence de Concert” pada tahun 1976 dari

l'Ecole Normale. Ia belajar komposisi, konduktor, dan orkestrasi

dengan Desire Dondeyne. Ia juga mendapatkan penghargaan khusus

dalam kompetisi “Allesandria” dan penghargaan dari “Chareles-

Cros Academia” untuk rekamannya dalam penghormatan karya-

karya Villa Lobos. Selain menjadi seorang pemenang dari Beracasa

dan Yayasan Menuhin (1980), Dyens juga dihormati pada tahun

1988 oleh Majalah Gitar sebagai salah satu dari 100 gitaris

kontemporer terbaik dalam setiap gaya. Sejak Oktober 1998 sampai

Juni 2000, Dyens mengajar kelas gitar klasik, jazz dan rock di

sekolah “l'Ecole”, dan di Conservatoire “National Supérieur de

Paris”, dimana ia mulai mengajar pada bulan Juni tahun 2000

setelah pensiun dari gurunya, Alberto Ponce. Roland Dyens

mengaransemen dan merekam 12 album yang didalamanya terdapat

berbagai komposisi yang berbeda seperti Heitor Villa Lobos,

Fernando Sor, Joaquin Rodrigo, Frederic Chopin, Erik Satie, and

21

Maurice Ravel, Django Reinhardt and Thelonius Monk.

komposisinya seperti Libra Sonatine, Tango en Sky, dan The Trois

Saudades telah menjadi kebutuhan pokok dari repertoar konser di

era modern. Dalam komposisinya, ia memulai hal dengan pemilihan

akord dan memutuskan apakah ia akan menggunakan scordatura

tuning. Pilihan utama dan scordatura sering dirancang untuk

menempatkan akord tonika dan dominan pada Open stirng dan

bertujuan menampilkan suatu karakter atau warna pada gitar untuk

menyoroti aspek-aspek yang menarik.8

3. Analisis Struktural

3.1 Analisis Struktural Etude No.11

Gambar.28 Analisis Struktural Etude No.11

Etude No. 11

Tema A B C

Birama/

Ketukan 1-14 12-45 46-64

Keterangan

Tema A dimulai dengan A minor.

sukat 4/4 dan bertempo Lento

Tema B dimulai dengan tonalitas C

Mayor, dengan sukat 2/2

Tema C dimulai

dengan akord E minor

dengan tempo poco meno.

Tema A dibuka dengan tempo lambat/lento, dengan panduan

dinamika “Bien chante et tres expressif dans la cored” yang berarti

bernyanyi dengan baik dan sangat ekspresif. Pada birama ke 15

terjadi perpindahan tonalitas dari G Mayor ke C Mayor dan

bertempo “anime” yang berarti “hidup”, kemudian tempo mulai

bergerak semakin cepat hingga memasuki tema B pada birama ke

8 Beavers, Sean. “Homage in the Solo Guitar Music of Roland

Dyens.” A Treatise submitted to theCollege of Musicin partial fulfillment of therequirements for the degree ofDoctor of Music. Florida, 2006.

22

17. Pengembangan pada tema B terjadi di birama 34 dan diselingi

dinamika (Sfz, p) dan aksen. Pada birama ke 43-45 merupakan

penutup/codetta dari tema B. Bagian ke tiga atau tema C dimulai

pada birama 46 dengan sukat 4/4 dan not seperenembelasan. Tema

B kembali muncul pada birama ke 66-76. Penutup tema C dimulai

dari birama 77-82 dan diakhiri dengan Coda pada birama 93.

Gambar 2.18 Tema A

Gambar 2.19 Tema B

Gambar 2.20 Tema C

Gambar 2.21 Closing section Tema C

Gambar 2.22 A’

23

Gambar 2.23 Coda

3.2 Analisis Struktural Saudade No. 3 (Fantasia)

Saudade No.3 ( Fantasia )

Introduksi A B A’

Birama/

ketukan Ad Libitum 5-51 52-85 87-94

Keterangan

Introduksi diawali dengan

permainan bebas dari penyaji.

Tonalitas dimulai pada

D Mayor.

Sukat 2/4

Tema B dimulai

dengan akord A minor.

Sukat ¾ dan 3/16

Rekapitulasi dimulai

dengan D Mayor.

Pada introduksi, penyaji menampilkan keahlian teknik

kecepatan serta dinamika. Bagian A dimulai dengan tonalitas D

Mayor dengan iringan melodi atau motif pada senar bas yang

diulang-ulang. Pada birama 24, terjadi pemakian teknik

tambura/teknik memukul badan gitar dan memasuki sebagian

pengulangan yang sama pada tema A. Bridge/jembatan dimulai

pada birama 33-38 dan melodi berada pada senar bas. Sebagai

penutup tema A, codetta dimulai pada birama 39-51 dengan teknik

penjarian slur dan diakhiri dengan perdendonsi/lambat.

Tema B dimulai dengan tempo 70 dengan not 1/16 dan 1/32.

Sukat yang digunakan adalah ¾ + 3/16, dengan kombinasi dinamika

Forte dan piano subito. Transisi pada tema B dimulai pada birama

55-58 dan memasuki tema kedua. Untuk menutupi Secondary theme

B, terjadi melodi tunggal pada senar bass yang dimulai pada birama

80-85.

24

Rekapitulasi dimulai pada birama berikutnya yaitu 86-94 dan

bertempo largo. Coda dimulai pada birama 95 dengan sebagian

pengulangan dari tema A dan menutupi karya ini dengan teknik

arpeggio pada nada Dm+11.

4. Analisis Teknik

4.1 Analisis Teknik Etude No.11

Etude No 11 Villa Lobos ini melatih beberapa teknik

penjarian pada tangan kanan dan tangan kiri. Teknik-teknik ini

dilatih untuk menegaskan setiap dinamika, seperti sfz, sffz, p serta

aksen. Tema B dalam karya ini melatih penjarian tangan kanan

untuk mengkontraskan aksen serta dinamika. Tema C melatih kedua

tangan kanan dan kiri, antara lain merenggangkan tangan kiri serta

ketahanan jari jempol. Pada tangan kanan melatih kestabilan teknik

arpeggio dengan not seperenambelasan, dan juga melatih jari

jempol dalam memetik tiga senar bas sekaligus.

4.2 Analisis Teknik Saudade No. 3 (Fantasia)

Karya ini memberikan dan meningkatkan skill seorang

performa dalam interpretasi. Beberapa teknik yang ada pada karya

ini antara lain, accelerando/kecepatan, melatih dinamika, melatih

kekuatan jari tangan kiri dalam memainkan melodi tanpa dipetik,

teknik memukul badan gitar sebagai ritme/tambura, serta teknik

pizzicato pada tangan kanan.