BAB II ISK

23
BAB II TEORI DAN KONSEP A. DEINISI Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin (Sukandar, E., 2004).Bakteriuria bermakna (significant bacteriuria): bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari 10 5 colony forming unit (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (convert bacteriuria). Sebaliknya bakteriuria bermakna disertai persentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria bermakna asimtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan persentasi klinis tanpa bekteriuria bermakna. Piuria bermakna (significant pyuria), bila ditemukan netrofil >10 per lapangan pandang. (Sukandar, E., 2004). bakteriuria bermakna disertai manifestasi klinis disebut bakteriuria simptomatik.Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh Escherichia Coli, suatu kontaminan tinja yang sering ditemukan di daerah anus.Infeksi saluran kemih dibagi berdasarkan lokasinya yaitu saluran kemih bawah dan atas. Infeksi saluran kemih bawah Infeksi saluran kemih bawah terjadi ketika bakteri menyerang saluran kemih, sehingga peradangan yang pada

description

fc

Transcript of BAB II ISK

Page 1: BAB II ISK

BAB II

TEORI DAN KONSEP

A. DEINISI

Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli,

ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan

mikroorganisme (MO) dalam urin (Sukandar, E., 2004).Bakteriuria bermakna (significant

bacteriuria): bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari

105 colony forming unit (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai

presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (convert bacteriuria). Sebaliknya

bakteriuria bermakna disertai persentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria bermakna

asimtomatik. Pada beberapa keadaan pasien dengan persentasi klinis tanpa bekteriuria

bermakna. Piuria bermakna (significant pyuria), bila ditemukan netrofil >10 per lapangan

pandang. (Sukandar, E., 2004). bakteriuria bermakna disertai manifestasi klinis disebut

bakteriuria simptomatik.Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi

jamur dan virus juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh

Escherichia Coli, suatu kontaminan tinja yang sering ditemukan di daerah anus.Infeksi saluran

kemih dibagi berdasarkan lokasinya yaitu saluran kemih bawah dan atas.

Infeksi saluran kemih bawah

Infeksi saluran kemih bawah terjadi ketika bakteri menyerang saluran

kemih, sehingga peradangan yang pada saatnya akan menyebabkan tanda-tanda

dan gejala infeksi saluran kemih. Pada infeksi saluran kemih bawah, bakteri dan

peradangan terbatas pada uretra dan kandung kemih, tanpa melibatkan ureter

atau ginjal (Scottish Intercollegiate Guidelines Network(SIGN), 2006).

Infeksi saluran kemih atas

Infeksi saluran kemih bagian atas terjadi bila infeksi menyebar di luar

kandung kemih, sampai ureter dan berpotensi ke ginjal. Ketika infeksi mencapai

ginjal, pasien dikatakan menderita dengan pielonefritis (Stevens et al, 2009).

Pielonefritis adalah kondisi yang sangat serius dan salah satu peneybab yang

menempatkan pasien pada risiko terbesar mengembangkan sepsis.

Page 2: BAB II ISK

B. Klasifikasi

Menurut Brunner Studdart (2003), Infeksi Traktus Urinarius umumnya dibagi menjadi 2 subkategori

besar yaitu:

1. Lower Urinary Tract Infection / UTI bagian bawah, meliputi :

Uretritis

adalah peradangan yang terjadi pada saluran uretra. Ada 2 jenis uretritis gonoreal dan non

gonoreal.

a. Uretritis Gonoreal

Uretritis gonoreal disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae dan ditularkan melalui

kontak seksual.

b. Penyebab uretritis nongonoreal bukan N. Gonorrhoeae, melainkan disebabkan oleh

Clamidia trakomatik (30%-50%) dan Ureplasma urelitykum (25%-35%). Periode

inkubasi untuk NGU adalah 1-5 minggu.

Sistitis

adalah inflamasi akut pada kandung kemih/buli-buli.

a. Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat

terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi

prostat dan striktura uretra.

b. Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit

primer misalnya uretritis dan prostatitis

Prostatitis

adalah peradangan kelenjar prostat; dapat bersifat akut maupun kronis dan penyebabnya

dapat bakterial maupun nonbakterial.

2. Upper Urinary Tract Infection / UTI bagian atas, meliputi:

Pielonefritis

adalah infeksi pada pelvis dan interstisium ginjal

a. Pielonefritis akut

reaksi inflamasi akibat infeksi yang terjadi pada pielum dan parenkim ginjal

b. Pielonefritis kronis

Page 3: BAB II ISK

penyakit tubulointerstitial kronik dengan peradangan dan terbentuknya jaringanparut

pada tubulointerstitial kronik akibat terlibatnya patologis pelvis ginjal dan kaliks

Abses Ginjal

Adalah abses yang terjadi pada parenkim ginjal

Abses Perinefrik

adalah abses renal yang meluas ke dalam jaringan lemak di sekitar ginjal

Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:

1. ISK uncomplicated (simple)

ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun

fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi

hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.

2. ISK complicated

Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas,

kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering terjadi

bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:

a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni

kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.

b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.

c. Gangguan daya tahan tubuh

d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang

memproduksi urease.

Klasifikasi menurut gejala :

Bakteriuria asimptomatis

- ISK yang tidak mempunyai gejala klinik

Bakteriuria simtomatis

- ISK yang mempunyai gejala klinis yang nyata seperti disuria, polakisuria, piuria,

urgency disertai demam atau tanpa demam, sakit pinggang/rusuk/sudut kosto-

vetebral atau tanpa sakit pinggang dan lain-lain.

Klasifikasi menurut komplikasi :

Page 4: BAB II ISK

ISK simpleks (ISK sederhana)

- Isk yang tidak disertai kelainan anatomik maupun fungsional saluran kemih

ISK kompleks (ISK berkomplikasi)

- ISK yang disertai kelainan anatomi anatomik atau fungsional, yang

menyebabkan obstruksi mekanik maupun fungsional saluran kemih.

C. Etiologi

Normalnya, urin adalah steril. Biasanya bebas dari bakteri-bakteri, virus-virus,

dan jamur namun mengandung cairan-cairan, garam-garam, dan produk-produk

pembuangan. Infeksi terjadi ketika organisme-organisme kecil, biasanya bakteri-bakteri

dari saluran pencernaan, melekat pada bukaan dari urethra dan mulai membiak

(berlipat ganda). Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari

vagina, perineum (daerah sekitar vagina), rektum (dubur) atau dari pasangan

(akibat hubungan seksual), masuk ke dalam saluran kemih. Bakteri itu kemudian

berkembang biak di saluran kemih sampai ke kandung kemih, bahkan bisa

sampai ke ginjal. (Pierce A, Neil R. 2006)

Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis

bakteri aerob. Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau

mikroba lain, tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni

oleh bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada bagian yang mendekati

kandung kemih. Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh bakteri, namun

tidak tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur dan virus. Infeksi

oleh bakteri gram positif lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan infeksi

gram negatif.

Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri di

bawah ini :

1. Kelompok anterobacteriaceae seperti :

- Escherichia coli

- Klebsiellapneumoniae

- Enterobacter aerogenes

Page 5: BAB II ISK

- Proteus

- Providencia

- Citrobacter

2. Pseudomonas aeruginosa

3. Acinetobacter

4. Enterokokus faecalis

5. Stafilokokus sarophyticus

Cara Penularan

Bakteri masuk ke saluran kemih manusia dapat melalui beberapa cara yaitu:

1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat

2. Hematogen

3. Limfogen

4. Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi

Dua jalur utama masuknya bakteri ke saluran kemih adalah jalur hematogen dan

asending, tetapi asending lebih sering terjadi.

1. Infeksi hematogen (desending)

Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah,

karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapat

pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen dapat juga terjadi akibat adanya fokus

infeksi di salah satu tempat. Contoh mikroorganisme yang dapat menyebar secara

hematogen adalah Staphylococcus aureus, Salmonella sp, Pseudomonas, Candida sp., dan

Proteus sp.

Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli karena itu jarang

terjadi infeksi hematogen E.coli. Ada beberapa tindakan yang mempengaruhi struktur dan

fungsi ginjal yang dapat meningkatkan kepekaan ginjal sehingga mempermudah

penyebaran hematogen. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sebagai berikut :

Adanya bendungan total aliran urin

Adanya bendungan internal baik karena jaringan parut maupun terdapatnya presipitasi

obat intratubular, misalnya sulfonamide

Page 6: BAB II ISK

Terdapat faktor vaskular misalnya kontriksi pembuluh darah

Pemakaian obat analgetik atau estrogen

Pijat ginjal

Penyakit ginjal polikistik

Penderita diabetes melitus

2. Infeksi asending

- Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina

Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung mikroorganisme kecuali pada

bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti basil

difteroid, streptpkokus. Di samping bakteri normal flora kulit, pada wanita, daerah 1/3

bagian distal uretra ini disertai jaringan periuretral dan vestibula vaginalis yang juga

banyak dihuni oleh bakteri yang berasal dari usus karena letak usus tidak jauh dari

tempat tersebut. Pada wanita, kuman penghuni terbanyak pada daerah tersebut adalah

E.coli di samping enterobacter dan S.fecalis. Kolonisasi E.coli pada wanita didaerah

tersebut diduga karena :

adanya perubahan flora normal di daerah perineum

Berkurangnya antibodi lokal

Bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel wanita

D. Faktor Risiko

Faktor risiko secara umum meliputi:

1. Jenis kelamin

Infeksi saluran kemih sangat umum pada wanita, dan banyak wanita akan mengalami lebih

dari satu. Alasan utama adalah anatomi mereka. Wanita memiliki uretra lebih pendek, yang

menghemat bakteri jarak harus perjalanan untuk mencapai kandung kemih.

2. Aktif secara seksual

Wanita yang aktif secara seksual cenderung memiliki infeksi saluran kemih lebih banyak

daripada wanita yang tidak aktif secara seksual.

3. Menggunakan beberapa jenis kontrol kelahiran

Page 7: BAB II ISK

Wanita yang menggunakan diafragma untuk pengendalian kelahiran juga mungkin

menghadapi risiko lebih tinggi, sebagai perempuan mungkin yang menggunakan bahan

spermisida.

Beberapa jenis alat kontrasepsi juga dapat meningkatkan risiko UTI. Secara khusus, wanita

yang menggunakan diafragma cenderung mengembangkan UTI. spring-rim diafragma

dapat menyebabkan memar pada daerah tersebut di dekat kandung kemih, sehingga

rentan terhadap bakteri. Busa spermisida atau gel digunakan dengan diafragma, dan

spermisida berlapis kondom, juga meningkatkan kerentanan terhadap UTI. Spermisida

paling mengandung nonoxynol-9, zat kimia yang dikaitkan dengan risiko ISK meningkat.

4. Menopause

Setelah menopause, infeksi saluran kemih dapat menjadi lebih umum karena kurangnya

estrogen menyebabkan perubahan pada saluran kemih yang membuatnya lebih rentan

terhadap infeksi.

5. Memiliki kelainan saluran kemih

Bayi yang lahir dengan kelainan saluran kemih yang tidak memungkinkan urin

meninggalkan tubuh atau menyebabkan urin kembali di uretra memiliki peningkatan risiko

infeksi saluran kemih.

6. Adanya sumbatan pada saluran kemih

Batu ginjal atau pembesaran prostat dapat menjebak urin dalam kandung kemih dan

meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.

7. Berkurangnya sistem kekebalan tubuh

Diabetes dan penyakit lain yang mengganggu sistem kekebalan tubuh - pertahanan tubuh

terhadap kuman - dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.

8. Menggunakan kateter

Orang yang tidak bisa buang air kecil sendiri dan menggunakan tabung (kateter) untuk

buang air kecil memiliki peningkatan risiko infeksi saluran kemih. Ini mungkin termasuk

orang yang dirawat di rumah sakit, orang dengan masalah neurologis yang membuat sulit

untuk mengontrol kemampuan mereka untuk buang air kecil dan orang-orang yang

lumpuh.

Page 8: BAB II ISK

9. Alergi

Wanita yang memiliki alergi kulit untuk bahan dalam sabun, krim vagina, mandi busa,

atau bahan kimia lainnya yang digunakan di area genital akan meningkatkan risiko untuk

ISK. Dalam kasus tersebut, alergi dapat menyebabkan luka kecil yang dapat

memperkenalkan bakteri.

E. Patofisiologi

(Terlampir)

F. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :

a. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih

b. Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis

c. Hematuria

d. Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :

a. Demam

b. Menggigil

c. Nyeri panggul dan pinggang

d. Nyeri ketika berkemih

e. Malaise

f. Pusing

g. Mual dan muntah

Berdasarkan bagian saluran kemih yang terinfeksi, tanda dan gejala sebagai berikut:

- Sistitis : piuria urgensi, frekuensi miksi meningkat perubahan warna dan bau urine, nyeri

suprapublik, demam biasanya tidak ada.

- Uretritis : mungkin mirip dengan sistitis kecuali adanya discharge urethra

- Prostatitis: serupa dengan sistitis kecuali gejala obstruksi orifisium uretra (cont: hesitansi, aliran

lemah).

- Pielonefritis : demam, menggigil, nyeri punggung atau bokong, mual, muntah, diare.

Page 9: BAB II ISK

- Abses ginjal (intrarenal atau perinefrik); serupa dengan pielonefritis kecuali demam menetap

meskipun diobati dengan antibiotik.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Cara Pengambilan Sampel

Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari.

Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp),

dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah

diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan

steril (Kumalawati, 2009).

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting ISK

yaitu leukosit dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi warna, berat jenis

dan pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin tetap dilakukan

(Smeltzer dkk, 2010).

Pemeriksaan Dipstik

Pemeriksaan dengan dipstik merupakan salah satu alternatif pemeriksaan

leukosit dan bakteri di urin dengan cepat. Untuk mengetahui leukosituri, dipstik akan

bereaksi dengan leucocyte esterase (suatu enzim yang terdapat dalam granul primer

netrofil). Sedangkan untuk mengetahui bakteri, dipstik akan bereaksi dengan nitrit (yang

merupakan hasil perubahan nitrat oleh enzym nitrate reductase pada bakteri).

Penentuan nitrit sering memberikan hasil false-negative karena tidak semua bakteri

patogen memiliki kemampuan mengubah nitrat atau kadar nitrat dalam urin menurun

akibat obat diuretik. Kedua pemeriksaan ini memiliki angka sensitifitas 60-80% dan

spesifisitas 70 – 98 %. Sedangkan nilai positive predictive value kurang dari 80 % dan

negative predictive value mencapai 95%. Akan tetapi pemeriksaan ini tidak lebih baik

dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopik urin dan kultur urin. Pemeriksaan

dipstik digunakan pada kasus skrining follow up. Apabila kedua hasil menunjukkan hasil

negatif, maka urin tidak perlu dilakukan kultur (Kumalawati, 2007).

Page 10: BAB II ISK

Pemeriksaan Mikroskopik Urin

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan

bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah > 10 / lapang

pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan

dengan pemeriksaan kultur (Williams dkk, 2007).

Pemeriksaan langsung kuman patogen dalam urin sangat tergantung kepada

pemeriksa. Apabila ditemukan satu atau lebih kuman pada pemeriksan langsung, perlu

dilakukan pemeriksaan kultur (Williams dkk, 2007).

Pemeriksaan Kultur Urin

Deteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur urin

masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh > 105

koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan

penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml

urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi

flora normal dari muara uretra. Jika diperoleh jumlah koloni antara 103 - 105 koloni / ml

urin, kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan

biakan ulang dengan bahan urin yang baru. Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah

kuman adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi berkemih dan pemberian antibiotika

sebelumnya (Kumalawati, 2007).

Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis

bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah

terkontaminasi (Kumalawati, 2007).

Laboratorium

a. Urinalisis

Page 11: BAB II ISK

- Eritrosit

Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi

berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler. Penyakit nongromeluler

seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih.

- Piuria

Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm, bila

ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau setara

dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi

saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak >10 per mikroliter

urin atau > 10.000 per ml urin.

- Silinder

Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal,

antara lain :

Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal

Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis

Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada

gromerulonefritis akut

Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindrom nefrotik bila ditemukan

bersaman dengan proteinuria nefrotik

- Bakteri

Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi

saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi

b. Bakteriologis

- Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa

diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri

lapangan pandang minyak emersi.

- Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan

diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna sesuai kriteria

Catteli.

Page 12: BAB II ISK

c. Tes Kimiawi

Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, di antaranya

yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian

besar mikroba kecuali enterococci mereduksi nitrat

d. Tes Plat – Celup (Dip-Slide)

Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastic

bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat khusus.

Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin.

Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung plastik tempat

penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC selama satu malam. Penentuan

jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan kuman dengan

serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang sesuai

dengan jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap mL urin yang diperiksa.

Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup adekuat. Kekurangannya adalah jenis

kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.

H. Penatalaksanaan

Page 13: BAB II ISK

Obati infeksi dengan antibiotika yang sesuai berdasarkan hasil kultur urin dan obati

penyebab yang mendasari (misalnya hilangkan obstruksi). Asupan cairang yang banyak

harus diberikan dan kalium sitrat dapat menghilangkan disuria.

1. ISK bagian atas, epididimo-orkitis, dan prostatitis

a. Terapi Antibiotika i.v (siprofloksasin, gentamisin, sefuroksim, ko-trimoksazol)

b. Redakan obstruksi akut dengan drainase internal (stent) atau eksternal (nefrostomi)

terutama jika terjadi sepsis akut.

c. Abses akan memerlukan drainase baik secara radiologis maupun bedah

2. Sistitis dan ISK bagian bawah tanpa komplikasi

a. Antibiotik oral (trimetoprim, siprofloksasin, nitrofurantoin, sefradin)

b. Jika terdapat respons yang buruk terhadap terapi pertimbangkan suatu infeksi yang

tidak biasa: tuberkulosis (piuria steril), kandiduria, skistosomiasis, Chlamydia

trachomatis, Neisseria gonorrhoeae.

c. Infeksi berulag harus menigkatkan kecurigaan terhadapt kemungkinan kelainan yang

mendasari yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

(Grace, P. dan Neil Borley. 2007)

3. Terapi terdiri dari hidrasi dan antibiotika yang sesuai.

Pada infeksi saluran kemih yang tidak terjadi komplikasi, diberikan antibiotik

untuk E. Coli sampai hasil kulturnya diketahui. Penisilin, sulfonamide, cephalosporin,

dan nitrofurantoin, juga telah digunakan dengan hasil yang yang memuaskan.

Pasien dnegan riwayat infeksi saluran kemih kambuhan atau dengan pemasangan

kateter permanen perlu melakukan pencegahan terhadap infeksi yang kurang lazim,

seperti pencegahan terhadap Klebsiella. Perlu dipertimbangkan penggunaan Tes

kepekaan antibiotik dalam menentukan terapi.

(Rasjidi, Imam, 2008)

4. Infeksi saluran kemih berulang

Terapi jangka panjang yang dapat diberikan antara lain

trimetroprimsulfametoksazol dosis rendah (40-200 mg) tiga kali seminggu setiap malam,

Page 14: BAB II ISK

Flurokuinolon dosis rendah, nitrofurantoin makrokristal 100 mg tiap malam. Lama

pengobatan 6 bulan dan bila perlu dapat diperpanjang 1-2 tahun lagi.

Manajemen ISK Berulang (Rani HAA, 2006)

Page 15: BAB II ISK

a. Uretritis

Terapi berdasarkan The Center for Disease Control and Prevention :

Cefixime 400 mg oral

Ceftriaxone 250 mg IM

Ciprofolaxacine 500 mg oral

Ofloxacine 400 mg oral

Keempat antibioyika diatas diberikan dalam dosis tunggal

b. Sistisis

Variasi program penanganan telah berhasil menangani infeksi urinary bawah non komplikasi

pada wanita dari pemberian dosis tunggal short course (3-4 hari) atau long course (7-10 hari)

Penggunaan medikasi yang umum mencakup sulfisoxazole (Gantrisin), trimethoprim/sulfamethoxazole

dan nitrofurantoin. Kadang-kadang medikasi seperti ampisilin atau amoxiilin digunakan tetapi

Escherichia coli telah resisten terhadap agen ini. (Brunner Suddart, 2001)

Pada uncompicated sistisis cukup diberikan terapi dengan antimikroba dosis tunggal atau jangka

pendek 1-3 bulan, tetapi jika tidak dimungkinkan dipilih antimikroba yang masih cukup sensitif

terhadap kuman E coli (Basuki B Purnomo,2003), antara lain

nitrofurantoin

trimethoprim-sulfametahoxazhole

atau ampisilin

c. Prostatitis

Menurut Basuki B Purnomo pengobatan dibedakan :

Prostatitis Bakterial Akut (Kategori I)

Antibiotika yamng dipilih adalah golongan fluroquinolone, trimethoprim-sulfametahoxazhole,

dan golongan aminoglikosida. Setelah keadaan membaik antibiotika per oral diteruskan hingga

30 hari

Prostatitis Bakterial kronis (Kategori II)

Contoh obat rimethoprim-sulfametahoxazhole, doksisiklin, miniksiklin, karbenisilin,

fluroquinolone

Prostatitis non Bakterial (Kategori III)

1. Subkategori III A

minoksiklin,doksisiklin, atau eritromisin selama 2-4 minggu

2. Subkategori III

Page 16: BAB II ISK

Pemberian obat-obatan simtomatik berupa obat penghantar adrenergik alfa dapat

mengurangi miksi

Prostatitis inflamasi asimtomatik(Kategori IV)

Sebagian besar prostatitis yang tanpa menunjukkan gejala seperti pada kategori ini tidak

memerlukan terapi tetapi didapatkannya sel-sel inflamasi pada analisis semen seorang pria

yang mandul perlu mendapatkan terapi antibiotika.

Page 17: BAB II ISK

Scottish Intercollegiate Guidelines Network. 2006. Management of suspected bacterial urinary tract infection in adult.

Scottish Intercollegiate Guidelines Network. 2006. Management of suspected bacterial urinary tract infection in adult.

Page 18: BAB II ISK